Skripsi Pola Musim [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



ANALISIS HASIL TANGKAPAN DAN POLA MUSIM PENANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN LAYANG BIRU (Decapterus macarellus) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN PROVINSI SUMATERA UTARA



SKRIPSI



OLEH: MAULIDA PRATIWI 160302039



PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020 1 Universitas Sumatera Utara



2



ANALISIS HASIL TANGKAPAN DAN POLA MUSIM PENANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN LAYANG BIRU (Decapterus macarellus) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN PROVINSI SUMATERA UTARA



SKRIPSI



OLEH: MAULIDA PRATIWI 160302039



Skripsi Sebagai Salah Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan



PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020 2 Universitas Sumatera Utara



3



3 Universitas Sumatera Utara



4



PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI



Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Maulida Pratiwi NIM



: 160302039 Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Analisis Hasil Tangkapan dan



Pola



Musim



Penangkapan



Sumberdaya



Ikan



Layang



Biru



(Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Provinsi Sumatera Utara” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.



Medan,



Desember 2020



Maulida Pratiwi



4 Universitas Sumatera Utara



i



ABSTRAK MAULIDA PRATIWI. Analisis Hasil Tangkapan dan Pola Musim Penangkapan Sumberdaya Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Provinsi Sumatera Utara. Dibawah bimbingan AMANATUL FADHILAH. Data Statistik Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan tahun 2020 menunjukkan bahwa ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) merupakan salah satu dari sembilan jenis ikan pelagis yang paling dominan tertangkap di PPS Belawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola musim penangkapan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2020. Analisis data sekunder menggunakan model Schaefer dan Indeks Musim Penangkapan (IMP) selama 5 tahun terakhir. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan model Schaefer, nilai Potensi Maksimum Lestari adalah sebesar 8.589,850 ton/tahun dan jumlah upaya penangkapan optimum adalah 6.576 trip/tahun. Musim tangkapan pada bulan Januari, Maret, Mei, Juni, Agustus, dan November.



Musim



puncak



penangkapan



ikan



Layang



Biru



(Decapterus macarellus) terjadi pada bulan November (musim peralihan II) dengan nilai IMP sebesar 116,49% dan yang terendah pada bulan Februari (musim Barat) dengan nilai IMP sebesar 89,35%. Kata Kunci: Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus), Hasil Tangkapan, Tingkat Pemanfaatan, Pola Musim Penangkapan



i Universitas Sumatera Utara



ii



ABSTRACT MAULIDA PRATIWI. Analysis of Catch Results and Catching Season Patterns for Mackerel Scad (Decapterus macarellus) in the Belawan Ocean Fishing Port, North Sumatra Province. Under the guidance of AMANATUL FADHILAH. Statistical data from the Belawan Ocean Fishing Port in 2020 show that the Mackerel Scad (Decapterus macarellus) is one of the nine types of pelagic fish that are most dominant caught in Belawan Ocean Fishing Port. This study aims to determine the pattern of fishing season for the Mackerel Scad (Decapterus macarellus) fish resource at the Belawan Ocean Fishing Port. This research was conducted from June to July 2020. Secondary data analysis used the Schaefer model and the Fishing Season Index (FSI) for the last five years. The results showed that based on the Schaefer model, the maximum sustainable potential value was 8,589,850 tons/year and the optimum fishing effort was 6,576 trips/year. The catching season is in January, March, May, June, August and November. The peak season for catching Mackerel Scad (Decapterus macarellus) occurs in November (the transitional season II) with an IMP value of 116.49% and the lowest in February (the west season) with an IMP value of 89.35%. Keywords:



Mackerel Scad (Decapterus macarellus), Utilization Level, Catch Season Pattern



Catch



Results,



ii Universitas Sumatera Utara



iii



RIWAYAT HIDUP



Penulis dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 15 Juli 1998. Anak dari pasangan Bapak Imran dan Ibu Ninin Indriani dan merupakan putri pertama dari 3 bersaudara. Pendidikan formal pertama diawali di SD Swasta Kartini Kota Medan yang berakhir pada tahun 2010. Bersamaan dengan berakhirnya pendidikan dasar, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 6 Medan dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 6 Medan dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2016. Pada tahun 2016 penulis melanjutkan pendidikan S-1 di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selain mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Limnologi pada tahun 2017-2018, asisten praktikum Rancangan Percobaan pada tahun 2018–2019 dan asisten Laboratorium Kualitas Air pada tahun 2019-2020. Pada tahun 2019, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Pardomuan Motung,



Ajibata,



Kabupaten



Toba



Samosir,



Sumatera



Utara.



Penulis



melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Perusahaan Umum Perikanan Indonesia Cabang Belawan pada tahun 2020.



iii Universitas Sumatera Utara



iv



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal usulan penelitian yang berjudul “Analisis Hasil Tangkapan dan Pola Musim Penangkapan Sumberdaya Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Provinsi Sumatera Utara”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1.



Kedua Orang tua tercinta, Ayahanda Imran dan Ibunda Ninin Indriani yang telah membesarkan dan merawat dengan curahan kasih sayang, serta memberikan do’a terbaik yang tak henti kepada Penulis.



2.



Ibu Amanatul Fadhilah, S.Pi., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar memberikan arahan dan dukungan, serta ilmu yang sangat berharga bagi Penulis.



3.



Bapak



Zulham



Apandy



Harahap,



S.Kel.,



M.Si



dan



Ibu Ipanna Enggar Susetya, S.Kel., M.Si selaku Dosen Penguji yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi. 4.



Ibu Dr. Eri Yusni, M. Sc selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.



iv Universitas Sumatera Utara



v



5.



Bapak/Ibu Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan Pegawai Tata Usaha, Bapak Fitriono.



6.



Kepala Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada Penulis untuk pengambilan data dalam melakukan penelitian.



7.



Seluruh Nelayan PPS Belawan dan semua pihak yang dengan suka rela meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu serta pendapat dan gagasan kepada Penulis.



8.



Sahabat yang Penulis sayangi khususnya Rengga, yang sudah suka rela membantu dan memberikan dukungan untuk menyelesaikan penelitian dan skripsi ini, serta semua anak Nunib yang Penulis sayangi.



9.



Teman-teman seperjuangan yang dengan tulus memberikan dukungan Bella Rita S. Manik, Fanni Kristanti Hasugian, Rahma Yanti dan seluruh temanteman MSP USU 2016. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sebagai



sumber informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang pengelolaan sumberdaya perairan dan perikanan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Medan, September 2020



Penulis



v Universitas Sumatera Utara



vi



DAFTAR ISI



Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................



ii



DAFTAR GAMBAR ...............................................................................



iv



DAFTAR TABEL ...................................................................................



v



DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................



vi



PENDAHULUAN Latar belakang ................................................................................. Rumusan Masalah ............................................................................ Kerangka Pemikiran ........................................................................ Tujuan Penelitian ............................................................................. Manfaat Penelitian ...........................................................................



1 3 4 6 3



TINJAUAN PUSTAKA Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) .................................... Distribusi dan Habitat Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) Purse Seine ...................................................................................... Metode Surplus Produksi................................................................. Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan .......................................... Pola Musim Penangkapan ...............................................................



7 9 11 13 14 16



METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................... Alat dan Bahan Penelitian ............................................................... Prosedur Penelitian .......................................................................... Pengumpulan Data .................................................................... Analisis Data ............................................................................ Analisis Surplus Produksi .................................................... Analisis Tingkat Pemanfaatan ............................................. Indeks Musim Penangkapan ................................................



18 18 19 20 20 20 21 27



HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum PPS Belawan ................................................... Produksi Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) .............. Upaya Penangkapan Ikan Layang Biru .................................... Analisis CPUE (Catch per Unit Effort) .................................... Pendugaan Potensi Lestari (MSY) dan F opt ........................... Pendugaan Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan ................ Total Allowable Catch (TAC) .................................................. Pola Musim Penangkapan Ikan Layang Biru ...........................



28 29 30 31 33 37 38 38



vi Universitas Sumatera Utara



vii



Pembahasan Kondisi Umum PPS Belawan ................................................... Produksi Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) .............. Upaya Penangkapan Ikan Layang Biru .................................... Analisis CPUE (Catch per Unit Effort) .................................... Pendugaan Potensi Lestari (MSY) dan F opt ........................... Pendugaan Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan ................ Total Allowable Catch (TAC) .................................................. Pola Musim Penangkapan Ikan Layang Biru ...........................



40 42 43 45 47 49 50 51



KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...................................................................................... Saran ................................................................................................



54 53



DAFTAR PUSTAKA



vii Universitas Sumatera Utara



viii



DAFTAR GAMBAR



No.



Teks



Halaman



1.



Kerangka Pemikiran Penelitian .......................................................



5



2.



Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) ....................................



7



3.



Peta Lokasi Penelitian......................................................................



18



4.



Produksi Ikan Layang dengan Purse seine tahun 2015-2019 ..........



29



5.



Upaya Penangkapan Ikan Layang dengan Purse seine ...................



30



6.



Jumlah Unit Penangkapan Ikan Layang Biru tahun 2015-2019 ......



31



7.



Grafik CPUE Ikan Layang Biru tahun 2015-2019 ..........................



33



8.



Regresi linear Effort dan CPUE ikan Layang Biru Model Schaefer



34



9.



Regresi linear Effort dan CPUE ikan Layang Biru Model Fox .......



35



10.



Grafik MSY ikan Layang Biru (Model Schaefer) ...........................



36



11.



Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan ikan Layang Biru .............



37



12.



Grafik IMP ikan Layang Biru tahun 2015-2019..............................



40



viii Universitas Sumatera Utara



ix



DAFTAR TABEL



No.



Teks



Halaman



1.



Status Tingkat Keberlanjutan ..........................................................



23



2.



Perhitungan CPUE ikan Layang Biru tahun 2015-2019..................



32



3.



Perbandingan MSY antara Model Schaefer dan Fox ......................



35



4.



Kondisi ikan Layang Biru tahun 2015-2019 ...................................



37



5.



Total Allowable Catch ikan Layang Biru ........................................



38



6.



Nilai IMP ikan Layang Biru tahun 2015-2019 ................................



39



ix Universitas Sumatera Utara



x



DAFTAR LAMPIRAN



No.



Teks



Halaman



1.



Kuisioner..........................................................................................



57



2.



Produksi Tahunan Ikan Layang Biru tahun 2015-2019 ...................



59



3.



Pendugaan Potensi Lestari Ikan Layang Biru ..................................



59



4.



Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaann Ikan Layang Biru ..........



59



5.



CPUE Total Produksi Purse seine tahun 2015-2019 .......................



60



6.



Perhitungan IMP Ikan Layang Biru tahun 2015-2019 ....................



61



7.



Data Responden Nelayan .................................................................



63



8.



Dokumentasi Penelitian ...................................................................



64



9.



Peralatan Operasional Penangkapan Ikan Layang Biru...................



67



10.



Kondisi Penelitian di Lapangan .......................................................



68



x Universitas Sumatera Utara



1



PENDAHULUAN Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPS) Belawan merupakan salah satu pelabuhan perikanan terbesar di Sumatera Utara. Pelabuhan ini merupakan satu-satunya Pelabuhan Perikanan Tipe A di Pantai Timur Sumatera. PPS Belawan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan



perikanan,



mengembangkan wiraswasta perikanan serta memasang dan atau mendorong usaha industri perikanan dan pemasaran hasil perikanan, memperkenalkan dan mengembangkan teknologi hasil perikanan. PPS Belawan dilengkapi dengan pendaratan ikan dan tempat pelelangan ikan memiliki prospek yang sangat bagus sebagai tempat pemasaran ikan di Sumatera Utara baik untuk pemasaran lokal maupun untuk ekspor (Yuliana et al., 2016). Salah satu produksi tangkapan ikan pelagis utama di PPS Belawan adalah Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus). Data Statistik Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan tahun 2020 menunjukkan bahwa ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) merupakan salah satu dari 9 jenis ikan pelagis yang paling dominan tertangkap di PPS Belawan. Akibat tingginya permintaan konsumen di pasar ikan menyebabkan nelayan melakukan penangkapan skala besar. Kegiatan penangkapan ikan berskala besar ini dianggap dapat mengurangi populasi Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di perairan Belawan, terutama jika kegiatan penangkapan dilakukan setiap saat.



1



Universitas Sumatera Utara



2



Kebutuhan secara terus menerus akan produksi perikanan ikan Layang, maka usaha yang dilakukan pada saat ini yaitu dengan memperbesar upaya penangkapan sudah tidak sesuai lagi dengan hasil tangkapan per satuan upaya yang dihasilkan, karena telah mencapai hasil tangkapan maksimum. Meskipun sumberdaya hayati laut bersifat “renewable resources”, namun apabila usaha penangkapan melewati daya dukungnya, maka keseimbangan lingkungan hayati perairan dan kemampuan daya pulih akan terganggu. Mengingat ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis penting, maka apabila upaya penangkapan ikan tidak terkontrol akan dapat mengancam kelestarian dan menghancurkan potensi ekonomis yang terkandung di dalamnya. Menurut Gulland (1983) dalam upaya penangkapan ikan di suatu perairan, idealnya didukung oleh beberapa informasi penting mengenai biologi, ekonomi dan pengkajian stok. Informasi stok meliputi data total hasil tangkapan, jumlah upaya 4 penangkapan dan hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE) (Prihartini, 2006). Menurut Tarigan (2019) yang melakukan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pada tahun 2013-2017 tingkat pemanfaatan dan pengupayaan terhadap sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tergolong kedalam status atau tingkat penangkapan berlebihan (over fishing) di perairan sekitar Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Apabila hal ini terus terjadi maka jumlah populasi ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) yang ada di Perairan Belawan semakin menipis. Oleh karena itu, perlu adanya kajian tentang pola musim penangkapan serta tingkat pemanfaatan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di wilayah PPS Belawan untuk mengetahui waktu yang 2



Universitas Sumatera Utara



3



potensial untuk melakukan penangkapan ikan Layang Biru agar menjamin ketersediaan stok dan kelestarian sumberdaya Ikan Layang Biru yang dapat dimanfaatkan di masa yang akan datang. Rumusan Masalah Penyebaran



ikan



Layang



Biru



(Decapterus



macarellus)



secara



bergerombol selalu mengikuti sirkulasi air laut, dan juga kepadatan populasinya pada



suatu



perairan.



Umumnya



jenis-jenis



ikan



Layang



Biru



(Decapterus macarellus) mempunyai penyebaran yang luas di perairan Indonesia terkhusus di perairan Selat Malaka. Musim penangkapan ikan penting untuk diketahui para nelayan agar dapat mengetahui waktu penangkapan ikan Layang (Decapterus macarellus) yang sesuai. Oleh karena itu melihat besarnya potensi perikanan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di Perairan Belawan, maka potensi tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal melalui penyediaan penentuan pola musim penangkapan dan tingkatan pemanfaatan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) yang terdapat di PPS Belawan dengan menggunakan analisis data CPUE, tingkat pemanfaatan dan Indeks Musim Penangkapan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kepastian hasil tangkapan yang dapat menguntungkan bagi pihak nelayan karena dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan. Berdasarkan pada uraian di atas, maka perumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana



pola



musim



penangkapan



Ikan



Layang



Biru



(Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan?



3



Universitas Sumatera Utara



4



2. Bagaimana nilai Catch Per Unit Effort (CPUE), potensi maksimum lestari (Maximum Sustainable Yield) dan effort optimum (f opt) sumberdaya Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan? 3. Bagaimana



tingkat



pemanfaatan,



pengupayaan



dan



tangkapan



yang



diperbolehkan sumberdaya Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan? Kerangka Pemikiran Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) merupakan ikan pelagis yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Karena tingginya minat masyarakat akan menyebabkan upaya penangkapan ikan Layang meningkat. Dengan demikian perlu adanya penyediaan penentuan pola musim penangkapan dan tingkatan pemanfaatan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) yang penting untuk diketahui para nelayan agar dapat mengetahui waktu penangkapan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) yang sesuai. Dari hasil tangkapan ikan Layang yang diperoleh, selanjutnya dapat diolah menjadi data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan cara melakukan pengamatan atau wawancara langsung kepada para nelayan sebagai responden yang berhubungan langsung dengan usaha penangkapan ikan Layang, pegawai PPS Belawan, Dinas Perikanan dan Kelautan menggunakan panduan kuisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan berupa keadaan umum PPS Belawan, hasil tangkapan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) mulai dari 5 tahun terakhir (2015-2019). Dilakukan analisis produksi berupa analisis CPUE, analisis tingkat pemanfaatan serta Indeks Musim Penangkapan ikan Layang Biru. 4



Universitas Sumatera Utara



5



Dari hasil analisis yang diperoleh, maka dapat diketahui potensial sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) yang ada di Perairan Belawan. Berdasarkan pendekatan masalah tersebut diperoleh kerangka pemikiran penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 1. Sumberdaya Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) Alat Penangkapan Ikan Layang Biru (Purse seine) Hasil Tangkapan



Data Primer • Wawancara Langsung dengan panduan Kuisioner



Data Sekunder • Keadaan Umum PPS Belawan • Hasil Tangkapan Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) • Upaya Penangkapan Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)



Analisis Surplus Produksi • Analisis CPUE • Analisis MSY



Analisis Tingkat Pemanfaatan • Analisis TPC • Analisis TAC



Potensial sumberdaya Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus)











Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian



Indeks Musim Penangkapan • Analisis Runtun Waktu Penangkapan Ikan Layang Biru







5



Universitas Sumatera Utara



6



Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis



Catch



Per



Unit



Effort



(CPUE)



Ikan



(Decapterus macarellus) pada tahun 2015-2019 di



Layang



Biru



Pelabuhan Perikanan



Samudera Belawan 2. Mengetahui status tingkat pemanfaatan dan pengupayaan sumberdaya Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di



Pelabuhan Perikanan Samudera



Belawan 3. Mengetahui pola musim penangkapan sumberdaya Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) yang optimal di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian antara lain: 1. Memberikan



informasi



tentang



waktu



penangkapan



Ikan



Layang



Biru (Decapterus macarellus) yang tepat sehingga memberikan keuntungan yang optimal bagi para nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. 2. Memberikan informasi penting mengenai usaha penangkapan ikan per unit dan



tingkat



pemanfaatan



dari



sumberdaya



Ikan



Layang



Biru



(Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. 3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dan sebagai data rekomendasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan yang tepat untuk Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan.



6



Universitas Sumatera Utara



7



TINJAUAN PUSTAKA Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) Menurut Saanin (1984) klasifikasi ikan Layang (Decapterus macarellus) adalah sebagai berikut: Kelas



: Pisces



Sub kelas



: Teleostei



Ordo



: Percomorphi



Sub ordo



: Percoidea



Divisi



: Perciformes



Sub divisi



: Carangi



Famili



: Carangidae



Sub famili



: Caranginae



Genus



: Decapterus



Spesies



: Decapterus macarellus (G. Cuvier, 1833).



Gambar 2. Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) merupakan salah satu komunitas perikanan pelagis kecil yang penting di Indonesia. Ikan yang tergolong suku Carangidae ini bisa hidup bergerombol. Ukurannya sekitar 15 centimeter 7



Universitas Sumatera Utara



8



meskipun ada pula yang bisa mencapai 25 centimeter. Ciri khas yang sering dijumpai pada ikan layang ialah terdapatnya sirip kecil (finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur dan terdapat sisik berlingin yang tebal (lateral scute) pada bagian garis sisi (lateral line) (Prihartini, 2016). Secara biologi ikan Layang merupakan plankton feeder atau pemakan plankton kasar yang terdiri dari organisme pelagis meskipun komposisinya berbeda masing-masing spesies copepoda, diatomae, larva ikan. Sumberdaya tersebut bersifat “multispecies” yang saling berinteraksi satu sama lain baik secara biologis ataupun secara teknologis melalui persaingan (competition) dan atau antar hubungan pemangsaan (predator prey relationship). Secara ekologis sebagian besar populasi ikan pelagis kecil termasuk Ikan Layang menghuni habitat yang relatif sama, yaitu dipermukaan dan membuat gerombolan di perairan lepas pantai, daerah-daerah pantai laut dalam, kadar garam tinggi dan sering tertangkap secara bersama (Atmaja, 2003). Ikan layang biru (Decapterus macarellus) termasuk jenis ikan perenang cepat, bersifat pelagis, tidak menetap dan suka bergerombol. Jenis ikan ini tergolong stenohaline, hidup di perairan yang berkadar garam tinggi (32-34 promil) dan menyenangi perairan jernih. Ikan layang banyak tertangkap di perairan yang berjarak 20-30 mil dari pantai. Sedikit informasi yang diketahui tentang migrasi ikan, tetapi ada kecenderungan bahwa pada siang hari gerombolan ikan bergerak ke lapisan air yang lebih dalam dan malam hari kelapisan atas perairan yang lebih. Dilaporkan bahwa ikan ini banyak dijumpai pada kedalaman 45-100 meter (Naya et al., 2017).



8



Universitas Sumatera Utara



9



Ikan layang biru (Decapterus macarellus) meskipun aktif berenang, namun terkadang tidak aktif pada saat membentuk gerombolan di suatu daerah yang sempit atau disekitar benda-benda terapung. Oleh karena itu nelayan payang dan purse seine di Jawa memasang rumpon dalam aktivitas penangkapan mereka. pengelompokan atau schoal merupakan gejala biososial yang elemen–elemen penyebabnya merupakan suatu pendekatan yang bersifat timbal balik. Sifat menggerombol ikan ini pada umumnya membelakangi rumpon, dan selalu menghadap/menentang arus. Sifat menggerombol ikan layang tidak terbatas dengan ikan sejenisnya, 19 bahkan kerap kali bergabung dengan jenis lainnya, seperti bawal (Stromateus sp), Selar (Caranx sp) (Majore et al., 2014). Distribusi Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) Daerah sebaran ikan layang sangat luas, yaitu di perairan tropis dan subtropis. Sebagian besar populasi ikan ini terdapat di Samudera Atlantik bagian utara sampai ke Cape Cod dan sebelah selatan sampai ke Brasilia. Di wilayah Indo-Pasifik ikan ini tersebar antara Jepang di bagian utara dan pantai Natal di bagian selatan. Di laut Jawa ikan ikan tersebar mengikuti pergerakan salinitas dan persediaan makanan yang sesuai dengan hidupnya (Genisa. 1998). Ikan Layang Biru terutama menyebar di wilayah tropika. Wilayah-wilayah perairan FAO di mana ikan ini biasa ditemukan, di antaranya, adalah perairanperairan Samudera Hindia bagian barat dan timur; Samudera Pasifik barat dan timur



bagian



tengah; Samudera



Atlantik utara



dan



tengah;



serta Laut



Tengah dan Laut Hitam. Layang biru juga didapati pada perairan Ugahari hingga kedalaman 400 m. Ikan ini menyukai perairan yang jernih, dan acap ditemukan di



9



Universitas Sumatera Utara



10



sekitar pulau. Meskipun ikan ini biasa ditemukan dekat permukaan, layang biru juga kerap tertangkap pada kedalaman 40 hingga 200 m (Simbolon et al., 2011). Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) adalah jenis ikan yang hidup dalam air laut yang jernih dengan salinitas tinggi. Ikan ini berasal dari perairan bebas dan bersifat pelagis. Ikan Layang bersifat "stenohalina" hidup di air Laut yang bersalinitas tertentu yaitu antara 32-33‰, sehingga dalam kehidupannya dipengaruhi oleh musim dan ikan ini selalu bermigarasi musiman. Ikan Layang muncul di permukaan karena di pengaruhi oleh migrasi harian dari organisme lain yang terdapat di suatu perairan. Pada siang hari gerombolan-gerombolan ikan bergerak kelapisan atas. Perpindahan tersebut disebabkan oleh adanya perpindahan masal dari plankton nabati yang diikuti oleh plankton h ewani dan binatang-binatang yang lebih besar termasuk ikan (Genisa. 1998). Ruaya ikan Layang Biru (D. macarellus) di perairan Indonesia mempunyai hubungan dengan pergerakan. Pada umumnya ruaya ikan layang berkaitan erat dengan pergerakan massa air laut walaupun secara tidak langsung. Dalam hal pola pergerakan arus sangat mempengaruhi ruaya ikan layang, karena ikan layang cenderung melakukan ruaya mengikuti massa air, sebaran salinitas yang tinggi, serta ketersediaan makanan. Ikan layang sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan dan kesediaan ikan layang adalah arus. Karena ikan layang biasanya melakukan ruaya mengikuti kadar garam dan ketersediaan makanan (Irham, 2009).



10



Universitas Sumatera Utara



11



Purse Seine Purse seine (pukat cincin) adalah jenis alat tangkap yang tergolong seine yaitu merupakan alat tangkap yang aktif untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang umumnya membentuk kawanan kelompok besar. Manfaat yang diharapkan selain menghemat waktu dan bahan bakar juga dapat menaikkan hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan. Jumlah hasil tangkapan setiap penebaran purse seine tergantung pada ukuran alat tangkap, jenis ikan dan kondisi laut pada saat operasi penangkapan (Majore et al., 2014). Purse seine merupakan alat tangkap yang bersifat multi species, yaitu menangkap lebih dari satu jenis ikan. Dalam banyak kasus sering ditemukan ukuran mesh size alat tangkap Purse seine yang sangat kecil, hal ini dapat berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang didapatkan. Hal yang mungkin saja akan dipengaruhi adalah ukuran ikan dan komposisi jenis hasil tangkapan antara jumlah



hasil



tangkapan



utama



dan



hasil



tangkapan



sampingan



(Rambun et al., 2016). Berdasarkan standar klasifikasi alat penangkap perikanan laut bahwa purse seine atau lebih dikenal dengan nama pukat cincin termasuk kedalam klasifikasi surrounding net. Purse seine merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil disekitar permukaan air. Pengoperasian purse seine dilakukan dengan melingkari gerombolan ikan sehingga membentuk sebuah dinding besar yang selanjutnya jaring akan ditarik dari bagian bawah dan membentuk seperti sebuah kolam. Untuk mempermudah penarikan jaring hingga membentuk kantong, alat tangkap ini mempunyai atau dilengkapi dengan cincin sebagai tempat lewatnya tali kerut (Silitonga, 2016). 11



Universitas Sumatera Utara



12



Konstruksi purse seine menggunakan jaring yang terbuat dari bahan polyamide (PA) multifilament dengan ukuran panjang jaring 420 meter dan lebar 45 meter dengan ukuran mesh size sebesar 1 inci. Menggunakan 3 jenis pelampung yang digunakan pada alat tangkap purse seine. Pelampung pertama merupakan pelampung tanda yang di turunkan pertama kali setting dilakukan. Pelampung tersebut berbentuk bola terbuat dari bahan sintetis agar dapat bertahan lama. Pelampung kedua terbuat dari bahan plastik berbentuk bola. Pelampung ketiga terbuat dari plastik, ditutupi dengan gabus, dan berbentuk elips. Perbedaan pelampung disebabkan pelampung berbentuk bola yang terbuat dari bahan plastik cenderung mudah rusak atau pecah ketika terbentur oleh dinding kapal saat pengoperasian purse seine. Pemberat yang digunakan pada alat tangkap purse seine terbuat dari bahan timah berbentuk cincin. Pada umumnya penangkapan ikan dengan menggunakan purse seine dilakukan pada malam hari, akan tetapi ada juga purse seine yang dioperasikan pada siang hari (Mirnawati et al., 2019). Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula agar densitas soal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Jenis ikan yang ditangkap dengan purse seine terutama di daerah Jawa dan sekitarnya adalah Layang (Decapterus spp), Bentang, Kembung (Rastrelinger spp), Lemuru (Sardinella spp), Slengseng, Cumi-cumi dan lain lain (Mudztahid, 2011). Aktivitas perikanan di daerah Belawan tergolong tinggi. Hasil tangkapan purse seine mendominasi jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di Pelabuhan 12



Universitas Sumatera Utara



13



Perikanan Samudera (PPS) Belawan. Secara umum, hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Belawan masih cukup baik dan layak dikonsumsi. Hal ini disebabkan operasi penangkapan kapal Purse seine umumnya cukup lama. Berdasarkan data dari PPSB, alat tangkap Purse seine berjumlah sekitar 5.000 unit. Karena banyaknya alat tangkap ini digunakan oleh nelayan di PPS Belawan sehingga membutuhkan kajian lebih jauh lagi mengenai alat tangkap purse seine tersebut (Ismy et al., 2014). Metode Surplus Produksi Model yang paling sederhana dalam dinamika populasi ikan ialah model produksi surplus, dengan memperlakukan ikan sebagai biomassa tunggal yang tak dapat dibagi, yang tunduk pada aturan-aturan sederhana kenaikan dan penurunan biomassa. Model ini, pada umumnya digunakan dalam penilaian stok ikan hanya dengan menggunakan data hasil tangkapan dan upaya tangkap yang umumnya tersedia. Pendugaan upaya penangkapan optimum (Eopt) dan hasil tangkapan maksimum lestari (CMSY) didekati dengan Model Produksi Surplus. Antara hasil tangkapan per satuan upaya (CPUEt) dan upaya tangkap (effort) dapat berupa hubungan linear maupun eksponensial. Model Produksi Surplus terdiri dari 2 model dasar yaitu Model Schaefer (hubungan linear) dan Model Gompertz yang dikembangkan



oleh



Fox



dengan



bentuk



hubungan



eksponensial



(Kekenusa et al., 2014). Metode ini digunakan dalam perhitungan potensi lestari maksimum (MSY) dan upaya penangkapan optimum dengan cara menganalisis hubungan upaya penangkapan



(E)



dengan



hasil



tangkapan



persatuan



upaya



(CPUE).



Keanekaragaman jenis alat tangkap yang digunakan di suatu perairan 13



Universitas Sumatera Utara



14



memungkinkan suatu spesies ikan tertangkap pada beberapa jenis alat tangkap. Jika di suatu daerah perairan terdapat berbagai jenis alat tangkap yang dipakai, maka salah satu alat tersebut dapat dipakai sebagai alat tangkap standar, sedangkan alat tangkap yang lainnya dapat distandarisasikan terhadap alat tangkap tersebut. Alat tangkap yang ditetapkan sebagai alat tangkap standard mempunyai faktor daya tangkap atau fishing power indeks (FPI) = 1. Jenis alat tangkap lainnya dapat dihitung nilai FPI dengan membagi nilai catch per unit effort (CPUE) dengan CPUE alat tangkap standard. Niliai FPI ini kemudian digunakan untuk mencari upaya standard yaitu dengan mengalikan nilai FPI dengan upaya penangkapan jenis alat tangkap yang dianalisis (Septifitri et al., 2010). Tujuan penggunaan model surplus produksi adalah untuk menentukan tingkat upaya optimum (biasa disebut fMSY atau effort MSY), yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum lestari tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara jangka panjang, yang biasa disebut hasil tangkapan maksimum lestari (Maximum Sustainable Yield / MSY). Dari model ini dapat diperoleh estimasi besarnya kelimpahan (biomassa) dan estimasi potensi dari suatu jenis atau kelompok jenis (species group) sumberdaya ikan tersebut (Widodo dan Suadi, 2006). Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen



14



Universitas Sumatera Utara



15



memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Haslinda dan Majid, 2016).



Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan Studi tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan disuatu perairan sangat penting untuk mengontrol dan memantau tingkat eksploitasi penangkapan ikan yang dilakukan terhadap sumberdaya diperairan tersebut. Hal ini ditempuh sebagai tindakan guna mencegah terjadinya kepunahan sumberdaya akibat tingkat eksploitasi yang berlebih serta mendorong terciptanya kegiatan operasi penangkapan ikan dengan tingkat efektifitas yang tinggi tanpa merusak kelestarian sumberdaya ikan tersebut (Nugraha et al., 2012). Pengelolaan perikanan dapat dilakukan dengan mengetahui tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan terlebih dahulu. Tingkat pemanfaatan adalah persentase dari jumlah ikan yang ditangkap terhadap estimasi potensi sumberdaya ikan tersebut. Tingkat pemanfaatan dikatakan rendah apabila proporsi kurang dari 50%. Apabila proporsi tingkat pemanfaatan lebih dari 50% dan hampir mendekati 100% maka tingkat pemanfaatan dikatakan penuh. Sedangkan bila proporsi tingkat pemanfaatan lebih dari 100% disebut dengan tingkat pemanfaatan lebih (Suastra, 2018). Tingkat pemanfaatan berguna untuk mengetahui status pemanfaatan suatu sumberdaya atau untuk mengetahui berapa persen dari sumberdaya yang telah dimanfaatkan. Tingkat pemanfaatan dapat diukur dengan membadingkan hasil tangkapan (catch) dengan potensi lestari (MSY) yang di dapatkan melalui analisis surplus produksi. Untuk menaikkan suatu variabel yang akan datang harus



15



Universitas Sumatera Utara



16



memperhatikan dan mempelajari sifat dan perkembangan dari variabel tersebut di waktu yang lalu (Badrudin, 2008). Menurut Lubis (2013) bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan terdiri atas empat tingkatan yaitu : 1. Tingkat rendah apabila hasil tangkapan masih sebagian kecil dari potensi hasil lestari (0-33,3%) dan upaya penangkapan masih perlu ditingkatkan. 2. Tingkat sedang apabila hasil tangkapan sudah menjadi bagian yang nyata dari potensi



lestari



(33,3%-66,6%)



namun



penambahan



upaya



masih



memungkinkan untuk mengoptimalkan hasil. 3. Tingkat optimum apabila hasil tangkapan sudah mencapai bagian dari potensi lestari (66,6%-99,9%), penambahan upaya tidak dapat meningkatkan hasil. 4. Tingkat berlebih atau over fishing apabila hasil tangkapan sudah melebihi potensi lestari (> 100%) dan penambahan upaya dapat berbahaya terhadap kepunahan sumberdaya. Pola Musim Penangkapan Menurut Nontji (1987) pola musim penangkapan yang berlangsung di suatu perairan dipengaruhi oleh pola arus serta antara udara dengan laut terjadi interkasi yang cukup erat. Perubahan cuaca yang mempengaruhi kondisi laut antara lain: angin yang dapat menentukan terjadinya gelombang dan arus di permukaan air laut serta curah hujan yang dapat menurunkan kadar salinitas air laut. Arus permukaan di Indonesia akan berubah tiap setengah tahun akibat adanya perubahan arah angin disetiap musimnya (angin muson). Berdasarkan arah utama angin yang bertiup pada suatu daerah, maka dikenal istilah musim barat dan musim timur. Arus laut di perairan Indonesia sangat dinamis. Hasil pantauan 16



Universitas Sumatera Utara



17



satelit, yang diverifikasi lewat pengukuran oseanografis di laut, ternyata memperlihatkan pola arus yang bergerak dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia melewati selat-selat di perairan nusantara Pola arah angin erat hubungannya dengan perbedaan suhu antara dua daratan (benua Asia dan Australia) dan dua lautan (Samudera Hindia dan Pasifik). Perubahan pola arah angin musim barat dan musim timur akan berpengaruh terhadap pola arah, kecepatan arus, salinitas, konduktivitas primer perairan. Saat terjadi angin barat, curah hujan meningkat sehingga air banyak memasuki Laut mengakibatkan pengenceran air laut. Sebaliknya, selama angin timur bertiup, terjadi peningkatan salinitas air laut hasil penguapan. Kondisi musim penangkapan ikan di perairan Indonesia selain dipengaruhi pola angin dan arus, juga dipengaruhi oleh adanya makanan bagi ikan, kondisi oseanografi perairan (seperti suhu permukaan laut, salinitas, arus) serta sifat dan kondisi biologis setiap ikan. Musim penangkapan ikan pelagis kecil pada bulan dan daerah penangkapan tertentu mengikuti pola ruaya atau migrasinya (Riyadi dan Yunisa, 2007). Kajian musim penangkapan ikan akan menghasilkan informasi mengenai waktu atau musim yang paling tepat untuk melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan sehingga dapat mengurangi resiko kerugian penangkapan ikan. Diharapkan operasi penangkapan ikan hanya dilakukan pada musim puncak, sehingga akan diperoleh hasil tangkapan yang optimum serta menjaga agar produktivitas sumberdaya ikan dapat berkelanjutan dan tetap lestari. Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan (lestari) harus segera diterapkan pada sumberdaya yang statusnya sudah fully exploited. Apabila hal ini diabaikan, sumberdaya perikanan akan menjadi lebih tangkap (over exploited) bahkan turun 17



Universitas Sumatera Utara



18



drastis karena tidak terkontrolnya tingkat eksploitasi yang melebihi daya dukung sumberdaya perikanan tersebut (Simbolon et al., 2011). Penentuan karakteristik pola musim penangkapan perlu dilakukan, agar ikan yang ada di alam bisa memijah atau berkembangbiak untuk menjaga ketersediaan stok. Penangkapan ikan dapat dioptimalkan pada bulan-bulan yang merupakan musim penangkapannya, dan dikurangi pada saat musim pemijahan terjadi. Dengan mengetahui pola musim penangkapan ikan nelayan dapat mengoptimalkan kegiatan penangkapan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal pada musim tertentu (Rahmawati et al., 2013).



18



Universitas Sumatera Utara



19



METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2020 di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, Jalan Gabion No. 20 Kecamatan Medan Belawan, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis terletak pada posisi koordinat 03º 47’ 00” LU dan 98” 42” BT. Peta lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dapat dilihat pada Gambar 3.



Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laptop, kamera digital, peta administrasi kawasan Medan Belawan, alat bantu kuesioner, aplikasi Microsoft Excel 2010 dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa kuisioner, data time series hasil tangkapan, upaya penangkapan dan pola musim penangkapan Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tahun 2015-2019. 19



Universitas Sumatera Utara



20



Prosedur Penelitian Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer diperoleh dengan melakukan observasi lapangan dan wawancara langsung secara mendalam (In depth interview) serta pengamatan langsung semi partisipatif dengan responden/ahli terpilih yaitu narasumber dengan menggunakan alat bantu kuisioner. Responden yang terpilih dalam penelitian ini yaitu nelayan yang beroperasi di perairan sekitar PPS Belawan dan dilakukan wawancara mendalam terhadap responden dari pihak pegawai PPS Belawan, serta Dinas Perikanan dan Kelautan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data sekunder meliputi data dari buku statistik perikanan dan kelautan Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara yaitu data hasil tangkapan dan upaya tangkap Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) tahun 2015-2019 dari hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, data sekunder kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2010.



20



Universitas Sumatera Utara



21



Analisis Data Analisis Surplus Produksi a.



Hasil Tangkapan per Upaya Tangkapan (Catch per Unit Effort) Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan berdasarkan pembagian antara



jumlah hasil tangkapan (catch) ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) dengan upaya penangkapan (effort). Persamaan yang digunakan adalah berdasarkan persamaan Gulland (1983) sebagai berikut:



Keterangan: CPUE = Catch per Unit Effort Cpi



= Hasil tangkapan peralat tangkap ke-i (ton)



fi



= Upaya penangkapan pada tahun ke-i (trip)



b. Pendugaan Potensi Lestari (MSY) dan Effort Optimum (Fopt) Menurut Gulland (1983), data yang digunakan dalam metode produksi surplus berupa hasil tangkapan (catch) dan upaya penangkapan (effort) dan kemudian dilakukan pengolahan data melalui pendekatan model schaefer dan fox. Model schaefer dan model fox merupakan model analisis regresi dari CPUE (Catch per Unit Effort) terhadap jumlah effort. a. Model Schaefer Hubungan antara C (hasil tangkapan) dan f (upaya penangkapan) adalah:



Nilai Upaya Optimum (Fopt) adalah:



21



Universitas Sumatera Utara



22



Nilai Potensi Maksimum Lestari (Maximum Sustainable Yield/MSY) adalah:



b. Model Fox Hubungan antara C (hasil tangkapan) dan f (upaya penangkapan) adalah:



Nilai Upaya Optimum (Fopt) adalah:



Nilai Potensi Maksimum Lestari (Maximum Sustainable Yield/MSY) adalah:



Keterangan : C



= Jumlah hasil tangkapan persatuan upaya penangkapan (ton/trip)



a



= Intercept



b



= Slope



f



= Upaya penangkapan (trip) pada periode ke-i



fopt



= Upaya penangkapan optimal (trip)



MSY = Nilai potensi maksimum lestari (ton/tahun) Analisis Tingkat Pemanfaaan a.



Pendugaan Tingkat Pemanfaatan dan Pengupayaan Pendugaan tingkat pemanfaatan dilakukan untuk mengetahui seberapa



besar



tingkat



pemanfaatan



sumberdaya



Ikan



Layang



Biru



(Decapterus macarellus) di PPS Belawan. Pendugaan dilakukan dengan cara mempresentasikan jumlah hasil tangkapan pada tahun tertentu dengan nilai potensi maksimum lestari (Maximum Sustainable Yield/MSY).



22



Universitas Sumatera Utara



23



Persamaan



dari



tingkat



pemanfaatan



adalah



sebagai



berikut



(Latukonsina, 2010):



Keterangan: TPc



= Tingkat pemanfaatan pada tahun ke-i (%)



Ci



= Hasil tangkapan ikan pada tahun ke-i (ton)



MSY = Maximum Sustainable Yield (ton) Pendugaan tingkat pengupayaan dilakukan untuk mengetahui tingkat upaya tangkap sumberdaya Ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di PPS Belawan. Pendugaan dilakukan dengan mempresentasikan effort standar pada tahun tertentu dengan nilai effort optimal (fopt). Persamaan dari tingkat pengupayaan adalah:



Keterangan: TPf



= Tingkat Pengupayaan pada tahun ke-i (%)



fs



= Upaya penangkapan (Effort standar) pada tahun ke-i (trip)



fopt



= Upaya penangkapan optimum (ton/thn)



b. Total Allowble Catch (TAC) Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB) atau Total Allowabel Catch (TAC) sebesar 80 % dari jumlah hasil tangkapan masksimum berkelanjutan (Maximum Sustainable Yield), jika JTBMSY 23



Universitas Sumatera Utara



24



berarti sudah terjadi over fishing, sehingga perlu adanya pengurangan terhadap upaya penangkapan untuk mengembalikan stok lestari ikan di perairan (Fitriana et al., 2016). Menurut Budiasih dan Dewi (2015), tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan dapat dilihat dari jumlah produksi ikan pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai TAC (Total Allowable Catch) atau jumlah tangkapan yang diperbolehkan. TAC (Total Allowable Catch) tersebut adalah 80% dari potensi maksimum lestarinya (CMSY). Rumus jumlah tangkapan yang diperbolehkan yaitu:



Keterangan: TAC



= Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (kg/thn)



MSY = Maximum Suistainable Yield (kg) Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus jumlah tangkapan yang diperbolehkan, selanjutnya akan didapatkan nilai jumlah tangkapan yang diperbolehkan untuk dapat mengetahui status tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Penentuan status tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) terdiri atas empat tingkatan yang dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Status Tingkat Pemanfaatan sumberdaya ikan Layang Biru. No. 1.



Nilai TAC Rendah (0-33,3%)



Keterangan Hasil tangkapan masih sebagian kecil dari potensi



hasil



lestari



dan



upaya



penangkapan masih perlu ditingkatkan. 2.



Sedang (33,3%-66,6%)



Hasil tangkapan sudah menjadi bagian yang nyata dari potensi lestari (namun 24



Universitas Sumatera Utara



25



penambahan upaya penangkapan masih memungkinkan



untuk



mengoptimalkan



hasil. 3.



Optimum (66,6%-99,9%)



Hasil tangkapan sudah mencapai bagian dari potensi lestari (penambahan upaya tidak dapat meningkatkan hasil.



4.



Berlebih (> 100%)



Hasil tangkapan sudah melebihi potensi lestari dan penambahan upaya dapat berbahaya



terhadap



kepunahan



sumberdaya. Sumber: Lubis, 2013. Indeks Musim Penangkapan Pola musim penangkapan ikan layang dianalisis menggunakan pendekatan metode rata-rata bergerak (moving average) berdasarkan analisis runtun waktu (times series analysis). Data yang digunakan yaitu produksi tangkapan ikan Layang Biru (Decapterus macarellus) yang tertangkap pada purse seine dan trip penangkapan purse seine, bersumber dari statistik perikanan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan antara tahun 2015-2019. Data upaya penangkapan (trip) dalam kajian ini menggunakan upaya penangkapan purse seine dikarenakan hanya alat tangkap tersebut yang tercatat menangkapan ikan layang disekitar perairan Belawan. Langkah-langkah analisis runtun waktu terhadap data hasil tangkapan (Hamka dan Rais, 2016): 1) Menyusun deret CPUE bulanan (2015-2019);



Keterangan: ni = CPUE urutan ke-i i = 1,2,3,…..,60 25



Universitas Sumatera Utara



26



2) Menyusun rata-rata bergerak CPUE selama 12 bulan (RG);



Keterangan: RGi



= Rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i



CPUEi



= CPUE urutan ke-i



i



= 6,7,8 - ,n-5



3) Menghitung nilai rata-rata bergerak CPUE terpusat bulan ke-i (RGPi)



Keterangan: RGPi



= Rata-rata bergerak CPUE terpusat bluan ke-i



RGi



= Rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i



4) Menghitung rasio rata-rata bulan ke-i (RBi)



Keterangan: RBi



= Rasio rata-rata bulan ke-i



CPUEi



= CPUE bulan ke-i



i



= bulan ke 6,7,8....,n-5



5) Membuat nilai rata-rata dalam suatu matriks i×j yang disusun untuk setiap bulan, yang dimulai dari bulan Juli tahun tertentu sampai bulan Juni tahun berikutnya. Kemudian menghitung nilai total rasio rata-rata secara keseluruhan dan pola musim penangkapan



26



Universitas Sumatera Utara



27



a. Rasio rata-rata untuk bulan ke-i (RBBi)



Keterangan: RBBi = Rata-rata baris RBij untuk bulan ke-i RBij



= Rasio rata-rata bulanan dalam matriks ukuran i× j



i



= 1, 2, …,12



j



= 1, 2, 3, …,n



b. Jumlah rasio rata-rata bulanan (JRBB)



Keterangan: JRBB = Jumlah rasio rata-rata bulan RBBi = Rata-rata Rbij untuk bulan ke-i i = 1,2,3...,12 c. Faktor Koreksi (FK)



Keterangan: FK



= Nilai Faktor Koreksi



JRBB = Jumlah rasio rata-rata bulan d.



Indeks Musim Penangkapan bulan ke-i (IMPi)



Keterangan: IMPi = Nilai indeks musim penangkapan bulan ke-i RBBi = Rasio rata-rata untuk bulan ke-i i = 1,2,3,....,12 27



Universitas Sumatera Utara



28



6) Kriteria penentuan musim penangkapan, jika IMP >100% dikategorikan kedalam musim penangkapan (musim puncak), namun jika nilai IMP