Skripsi Terbaru [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN STEK LADA PERDU (Piper ningrum L)



Oleh: BENHANAN RORIDO D1A014098



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2018



I. 1.1.



PENDAHULUAN



Latar Belakang Lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai



ekonomis tinggi, merupakan salah satu komoditas unggulan sub sektor perkebunan yang mempunyai potensi yang besar dalam meningkatkan devisa Negara, Selain itu lada juga merupakan salah satu jenis rempah yang sangat khas dan tidak dapat digantikan oleh rempah lainnya (Kementerian Pertanian, 2013). Bahkan sejak zaman dahulu Indonesia dikenal sebagai produsen lada utama di dunia, terutama lada hitam (Lampung black pepper) yang dihasilkan di Lampung dan lada putih (Muntok white pepper) dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kedua jenis lada ini digunakan sebagai standar perdagangan lada dunia (Departemen Pertanian, 2009). Prospek komoditi lada Indonesia juga dapat dilihat dari potensi pasar domestik yang cukup besar, yaitu dengan semakin berkembangnya industri makanan yang yang menggunakan bumbu dari lada dan industri kesehatan yang menggunakan lada sebagai obat serta meningkatnya minat masyarakat dalam menggunakan lada sebagai penyedap makanan (Marlinda, 2008). Meskipun Indonesia termasuk penghasil lada terbesar di dunia, untuk peningkatan produksi harus tetap dilakukan karena masih ada peluang untuk menguasai pasar lada dunia. Usaha pengembangan tidak hanya terbatas pada perluasan lahan, tetapi juga pada mutu, dimana salah satu pengembangan budi daya yaitu dengan penanaman lada perdu (Akhyar dan Syukur, 2003). Tabel 1. Luas areal dan jumlah produksi lada di Indonesia Luas Areal



Produksi



(ha)



(ton)



2015



167.586



81.499



2016



168.076



82.166



2017 *



167.622



82.962



Tahun



Keterangan : * Estimasi Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015-2017



2



Perkembangan luas areal dan produksi perkebunan lada di Provinsi Jambi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Luas areal dan jumlah produksi lada di Jambi tahun 2015-2017 disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Luas areal dan jumlah produksi lada di Provinsi Jambi Luas Areal



Produksi



(ha)



(ton)



2015



103



35



2016



103



35



2017 *



110



35



Tahun



Keterangan : * Estimasi Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015-2017



Lada perdu dapat diperoleh dari perbanyakan stek cabang plagiotrop (Nurhakim, 2014). Tanaman yang dihasilkan dari cabang plagiotropakan menghasilkan cabang – cabang plagiotrop saja dan pertumbuhannya menjadi perdu. Keungulan budidaya lada perdu diantaranya adalah tidak di perlukann tiang panjat, bisa ditumpang sarikan dengan tanaman lainya (Nurhakim, 2014). memiliki sosok yang pendek yakni 90-120 cm dan populasi lada per satuan luas menjadi lebih banyak (Ben dan Syukur, 2003). Stek memegang peranan penting dalam pembibitan tanaman lada karena lebih efektif, efesien, dan praktis, serta bibit yang dihasilkan mempunyai sifat yang sama dengan pohon induknya. Pada perbanyakan secara vegetatif dengan stek, pemberian ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) untuk merangsang dan memacu terjadinya pembentukkan akar stek, sehingga perakaran stek akan lebih baik dan lebih banyak (Aguzaen, 2009). Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan stek antara lain materi stek, faktor lingkungan dan pelaksanaan teknis. Materi stek diambil dari cabang utama yang sehat, berwarna hijau tua dengan panjang stek 25 cm. pengambilan bahan stek sebaiknya pada pagi atau sore hari sebelum terjadi penyebaran hasil masakan sehingga karbohidrat dan senyawa-senyawa lain tetap mengumpul pada bahan stek, pelaksanaan penyetekan harus memperhatikan kebersihan alat stek dan media stek (Arivin, dkk., 2015).



3



Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam perbanyakan dengan setek adalah terbentuknya perakaran pada setek, oleh karenanya dalam penyetekan biasanya



digunakan



zat



pengatur



tumbuh



(ZPT)



untuk



merangsang



pertumbuhan.Penyetekan tanpa penambahan Zat Pengatur Tumbuh pada tanaman lada memperlihatkan persentase hidup yang rendah (Suwarso, 2017, komunikasi pribadi). Menurut Amirudin et al.,(2004), pengunaan Zat Pengatur Tumbuh sintesis meningkatkan persentase setek hidup lada perdu. Pengaplikasian Zat Pengatur Tumbuh Hantu terhadap pertumbuhan tanaman lada ini tidak terlalu sulit, selain bahan-bahan yang mudah didapat, tidak memakan waktu yang lama dan tidak menggunakan biaya yang besar, Zat Pengatur Tumbuh Hantu memiliki kandungan unsur: Zat Pengatur Tumbuh Organik terutama: Auksin, Giberellin, Kinetin, Zeatin dan Sitokinin, Zat Pengatur Tumbuh Hantu ini bisa juga di jadikan sebagai pupuk organik sebagai penambah unsur hara. Dikarenakan Zat Pengatur Tumbuh Hantu tersebut mengandung berbagai macam pupuk diantaranya seperti : N-63, P-14, Na, Mg, Cu, Fe, Mn, Zn, Co, Cd, Pb. Dengan bahan yang tidak mengandung zat beracun dan zat-zat yang berbahaya lainya, Zat Pengatur Tumbuh Hantu sangatlah aman digunakan di sekitar pemukiman padat penduduk karena terbuat dari bahan alami yang dibutuhkan untuk semua jenis tanaman (Anonim, 2009). Zat pengatur tumbuh hanya efektif pada jumlah tertentu. Konsentrasi yang terlalu tinggi dapat merusak bagian tanaman. Bentuk kerusakannya dapat berupa pembelahan sel yang berlebihan dan menghambat tumbuhnya akar dan tuna, Sedangkan konsentrasi hormon di bawah optimum menjadi tidak efektif. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “APLIKASI



ZAT



PENGATUR



TUMBUH



HANTU



TERHADAP



PERTUMBUHAN STEK LADA PERDU (Piper ningrum L)”



1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Hantu yang tepat terhadap pertumbuhan stek lada perdu (Piper nigrum L).



4



1.3 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi tingkat strata satu (S1) pada program studi Agroekoteknologi di Fakultas Pertanian Universitas Jambi. hasil penelitian ini dapat senjadi sumber ilmiah tentang penggunaan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Hantu pada stek lada perdu (Piper nigrum L)



1.4 Hipotesis 1. Pemberian berbagaikonsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Hantu berpengaruh terhadap pertumbuhan stek lada perdu ( Piper nigrum L). 2. Terdapat konsentrasi ZPT Hantu yang memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan stek lada perdu (Piper nigrum L)



5



II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Lada Tanaman lada berasal dari india dan sudah dikenal pada tahun 600-100 SM, ditemukan tumbuh secara liar disekitar Malabar sampai daerah ghat barat. Pada abad 600-1500 pedagang-pedagang arab mengangkut biji lada dari pantai malabar India ke negaranya. Tanaman lada masuk keindonesia sekitar tahun 1547 (abad 16) dibawah oleh koloni Hindu dan kemudian membuat kebun didaerah Cirebon dan sekitar tahun1847 indonesia telah mengembangkan usaha tani lada dalam skala besar, dengan pusat produksi di daerah Lampung (lada hitam), Bangka dan Belitung (lada putih) dalam perkembangannya di Indonesia sebelum tahun 1950-an produksi lada di indonesia merajai dunia perdagangan lada yaitu mencapai 80% dari total produksi lada di dunia (Kanisius, 1980) 2.1.1 Botani Tanaman Lada Berdasarkan kedudkannya dalam taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman lada adalah sebagai berikut: Divisi



: Spermatophyta



Sub divisi



: Angiospermae



Kelas



: Monocotyledoneae



Ordo



: Piperales,



Famili



: Piperaceae,



Genus



: Piper,



Spesies



: Piper ningrum L. Genus Piper memiliki banyak spesies, sekitar 600-2.000 spesies di



antaranya tersebar di daerah tropis. Dari jumlah tersebut, terdapat beberapa spesies yang telah dibudidayakan, antara lain Piper ningrum (lada), Piper betle (sirih), dan Piper retrofractum (cabai jawa) (Rukmana, 2003). Lada memiliki akar tunggang yang terdiri dari akar utama dan akar lekat. Akar utama terletak pada dasar batang berfungsi untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah, sedangkan akar yang terdapat dibuku berfungsi untuk menempel



6



pada tiang pemanjat, akar lekat hanya tumbuh pada buku batang orthotrop sedangkan pada cabang-cabang buah tidak tumbuh akar lekat (Kanisius, 1980). Batang mencapai ketinggian lebih dari 10 m. tetapi tanaman lada yang sudah dewasa tidak akan dibiarkan memanjat sampai mencapai ketinggian lebih dari 10 m, melainkan dibentuk atau dibuat dengan ketinggian 4-5 m, melekat pada tajar. Sedangkan keliling tubuhnya (mahkota pohon) bergaris tengah 1,5 m (Rukmana, 2003). Lada memiliki batang berupa sulur yang berbentuk silindris dan berbukubuku yang panjangnya mencapai 5-12 cm. Secara anatomi batang lada merupakan bentuk dari monocotyl dan dicotyl dengan jaringan pembuluh tidak tersusun dalam bentuk xylem dan floem sehingga perbanyakan lada secara grafting kurang berhasil. Pada tanaman lada terdapat sulur panjat, sulur gantung, sulur buah, dan sulur tanah (Kanisius, 1980). Silur panjat tumbuh merambat menjadi tanaman penegak, pada setiap buku terdapat akar lekat yang apabila ditanam dapat menghasilkan individu baru. Sulur gantung merupakan sulur panjat yang tumbuh menggantung dan tidak memiliki akar lekat. Sulur tanah adalah sulur panjatan yang tidak menemukan panjatan dan tumbuh menjalar di tanah, pada setiap akar lekat sulur tanah dapat membentuk akar adventif. Sulur buah merupajkan cabaang buah yang tumbuh dari batang penegak. Sulur tidak memiliki akar pelekat dan apabila ditanam akan menghasilkan buah lebih cepat. Sulur buah tidak dapat tumbuh tinggi dan tidak melekat pada batang penegak. Sulur buah digunakan untuk bahan stek lada perdu (Ben dan Syukur, 2003). Lada memiliki akar berada didalam tanah dan akar diatas tanah dan tiga jenis batang dan cabang yaitu stolon atau tandas (batang primer), cabang orthotrop dan cabang plagiotrop (cabang buah). Tanaman lada berdaun tunggal, tangkai daun 27 dengan panjang 2-4 cm. Bentuk daun lada ada yang bulat telur dan ada yang berbentuk jantung dengan lebar 5,0-10,0 cm dan panjang 12-18 cm. Buah lada memiliki dinding buah yang tersusun dari tiga lapisan yaitu lapisan luar (epicarp), lapisan tengah (mesocarp), lapisan dalam (endocarp). Buah lada yang



7



masak berwarna merah dengan diameter 4-6 mm. Buah lada terletak pada malai dengan panjang 8-25 cm (Kanisius,1980). 2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Lada Wahid (1981) menyatakan bahwa tanaman lada tumbuh baik didaerah dengan ketinggian 0-500 mdpl pada ragam tanah yang cukup besar. Tanaman tersebut menghendaki sifat tanah yang (1) drainasenya baik, (2) strukturnya remah (3) daya menahan airnya baik, dan (4) kisaran derajat kemsamannya 5.5-6.9 (Waard, 1975). Zaubin (1979) menunjukkan bahwa kemasaman tanah optimal untuk lada berkisar 5.6-5.8 dengan struktur tanah yang remah karena erat hubungannya dengan sistem perakaran yang dangkal tanpa akar tunggang. Selain sifat fisik tanah, perlu diperhatikan pula tingkat kesuburan tanah karena lada tergolong tanaman yang rakus hara (Waar, 1969). Untuk dapat tumbuh dan menghasilkan dengan baik tanaman lada memerlukan jumlah pupuk yang relatif banyak. Tanaman lada dapat tumbuh pada ragam tanah yang cukup luas seperti andosol, grumusol, latosol, podsolik, dan regosol asalkan memiliki tingkat kesuburan dan drainase yang baik (Ben dan Syukur, 2003). Selanjutnya Waar (1969) menyatakan tanah yang baik sistem drainasenya akan menciptakan aerase yang lebih baik sehingga akar tanaman akan lebih mudah menyerap air, hara, CO2, dan O2 , drainase yang kurang baik akan berpengaruh buruk terhadap akar tanaman dan mikroorganisme tanah karena persediaan O2 dalam tanah rendah sehingga pertumbuhan akar dan mikroorganisme tanah menjadi tidak aktif. Air merupakan komponen utama dalam pertumbuhan tanaman karena air ber-fungsi dan berperanan dalam berbagai proses fisiologi tanaman. Kekurangan air pada tanah dapat menghambat beberapa proses fisiologi yang mengakibatkan menurunnya laju fotosintesis dan terganggunya mobilitas unsur hara serta basil berbagai sintesis. Purseglove, Green, dan Robin (1981) menyatakan bahwa tanaman lada meng-hendaki curah hujan yang tinggi dan terbagi merata setiap tahunnya.Curah hujan yang sesuai ialah 2500mm pertahun dengan kisaran



8



2000-4000 mm. Selanjutnya Suparman (1986) menyatakan bahwa tanaman lada mulai tertekan pertumbuhannya bila curah hujan per bulan lebih kecil dari 90 mm dan bulan kering lebih dari 3 bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman lada adalah 20°C - 34°C, suhu terbaik 2332°C dengan suhu rata-rata slang hari 29°C. Menurut Moorby (1981), suhu di sekitar perakaran berpengaruh terhadap pembentukan sistem perakaran. Pada suhu yang lebih rendah (pada kisaran 8°C-20°C), sistem perakaran yang terbentuk cenderung lebih kecil yang disebabkan oleh menurunnya kemampuan absorbsi air dan hara sehingga pola pertumbuhan tanaman akan terganggu. Suhu daerah perakaran yang rendah secara langsung menurunkan tahanan stomata dan potensial air daun karena menurunnya permeabilitas akar terhadap air dan menurunnya pasokan air ke daun. Sebaliknya meningkatnya suhu tanah akan meningkatkan laju respirasi, mengubah penyebaran asimilat, dan menurunkan laju translokasi hara. Suhu tanah yang baik sekitar 25-30°C pada kedalaman 10 cm dan suhu tanah optimal untuk pertumbuhan akar sekitar 26-28°C. Kelembaban udara merupakan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi, atau tekanan uap. Kelembaban nisbi udara mempengaruhi proses fotosintesis dan transpirasi. proses fotosintesis berlangsung secara optimal dan menguntungkan pada kelembaban nisbi sekitar 50-90 %. Kelembaban nisbi yang terlalu rendah akan dapat menyebabkan kekeringan pada tanaman akibat laju transpirasi yang tinggi (Las,1982). Tanaman lada menghendaki kelembaban optimal 60-80% (Wahid dan Zaubin, 1979), Selanjutnya Syakir (1994) menambahkan bahwa semakin tinggi tingkat naungan kelembaban tanah dan kelembaban relatif udara semakin besar, sedangkan suhu udara, suhu tanah, dan intensitas radiasi



semakin menurun



sehingga menghambat indeks pertumbuhan dan laju pertumbuhan pertanaman. Cahaya merupakan salah satu unsur iklim yang memegang peranan penting



dalarn



menentukan



pertumbuhan



dan



perkembangan



tanaman.Keterangan tentang kebutuhan cahaya optimal bagi tanaman sedikit sekali, meskipun ada pendapat yang menjelaskan bahwa tanaman lada tumbuh dengan baik membutuhkan intensitas cahaya minimal 50 % (Wahid, 1984). Das., Rao dan Malakondalah (1976) menyatakan bahwa tanaman lada ter-



9



masuk tanaman lindung dengan lintasan fotosintetis termasuk tanaman C3. Menurut Syakir (1990) pertumbuhan tanaman lada pada intensitas naungan di atas 44% (cahaya kurang dari 56% ) akan terhambat karena kurang energi matahari, sehingga prosesfotosintesis terbatas. Pada intensitas cahaya tinggi, kenaikan laju fotosintesis tidak terbukti tanaman pada naungan 27% lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan naungan 44 % dan di bawah naungan 72%. Wahid (1984) menyatakan bahwa sebagai tanaman yang tergolong adaptip terhadap naungan, maka tanaman lada perdu dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di bawah Intensitas radiasi surya 50-75 %.Hasil penelitian Syakir (1994) menunjukkan bahwa peningkatan intensitas radiasi surya, suhu udara, dan suhu tanah sampai batas tertentu dapat meningkatkan indeks pertumbuhan dan laju tumbuh pertanaman.Indeks pertumbuhan dan laju tumbuh pertanaman terbaik dihasilkan oleh tanaman di bawah naungan 27 %.



2.2 Zat Pengatur Tumbuh Zat pengatur tumbuh (ZPT) berfungsi sebagai pemacu dan penghambat pertumbuhan tanaman. Penggunaan ZPT yang sesuai dosis akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman namun apabila dalam jumlah terlalu banyak justru akan merugikan tanaman karena akan meracuni tanaman tersebut. Sebaliknya jika dalam jumlah yang sedikit maka akan kurang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tersebut (Ardana, 2009). ZPT pada tanaman adalah senyawa organik yang bukan hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, dan mengubah proses fisiologis. Auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Auksin mempunyai beberapa peran dalam mendukung kehidupan tanaman diantaranya adalah menstimulasi terjadinya perpanjangan sel pada pucuk dan mendorong primordial akar (Artanti, 2007). Zat pengatur merupakan substansi organik yang secara alami diproduksi oleh tanaman, bekerja mempengaruhi proses fisiologi tanaman dalam konsentrasi



10



rendah. Ada lima jenis zat pengatur tumbuh menurut Zulkarnaen,(2009) yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu: 1. Auxin yang berfungsi untuk mempercepat pembentukan akar pada stek batang 2. Giberlin meningkatkan pembesaran dan perpanjangan sel 3. Sitokinin meningkatkan pembentukan dan perkembangan daun 4. Asam Absistat (ABA) diduga berfungsi suatu zat penghambat tumbuh 5. Etilen strukturnya sederhana dan berbentuk gas yang mempunyai respon terhadap kelebihan air Penggunaan ZPT dalam pembiakan tanaman dalam stek adalah untuk mengatasi masalah pembentukan akar. Stek yang diberi perlakuan ZPT akan membentuk akar lebih cepat dan mempunyai kualitas sistem perakaran yang lebih baik daripada yang tanpa perlakuan ZPT (Avery dan Johnson, 1947). Selanjutnya dikemukakan bahwa auksin merupakan salah satu ZPT yang berperan penting pada proses pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.



Zat pengatur



tumbuh IBA (Indole Butyric Acid) dan NAA (Naphthalene Acetic



Acid)



termasuk kedalam golongan auksin. IBA dan NAA merupakan auksin sintetis yang banyak digunakan untuk merangsang perakaran. Penggunaan zat pengatur tumbuh ini menyebabkan pembentukan akar lebih cepat dan panjang, membentuk suatu sistem perakaran yang kuat, kompak, dan menyerabut (Audus, 1963). Sejumlah besar tanaman baik yang berkayu maupun yang tidak, mudah dikembangbiakkan dengan stek. Namun masih ada sejumlah tanaman yang sukar dibiakkan dengan cara stek. Bahkan ada yang sama sekali tidak dapat berakar. Pada tahun 1935, teknik baru dalam pembiakan tanaman telah memanfaatkan zat pengatur tumbuh untuk merangsang perakaran stek. Hal ini sesuai dengan pendapat Moore (1979) yang mengatakan bahwa zat pengatur tumbuh tanaman adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam jumlah sedikit atau konsentrasi rendah dapat mendorong, menghambat, atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan dengan mempengaruhi proses fisik tanaman.



11



2.3 Zat Pengatur Tumbuh hantu Pupuk hantu (hormon tanaman unggul) merupakan pupuk cair dan hormon yang ditemukan oleh Sujimin dari Bogor, terbuat dari sari tumbuhan-tumbuhan herbal yang biasa digunakan untuk semua jenis tanaman (Sujimin, 2010). Zat-zat yang terkandung dalam pupuk hantu antara lain ; hormon auksin untuk memperbanyak akar dan mata akar, hormon gibrelin untuk merangsang pengawetan buah secara alami, merangsang bunga, hormon zeatin untuk mengurai unsur hara, dan hormon sitokinin atau kinetin untuk merangsang pertumbuhan vegetatif dengan cepat. Pupuk hantu (Hormon tanaman unggul) sangat bermanfaat untuk semua tanaman dan mikroorganisme tanah karena merupakan materi utama pembentuk probiotik terlarut yang sangat dibutuhkan tetapi tidak di produksi sendiri oleh mahluk hidup (Sujimin, 2010). Pupuk Hantu mengandung zat pengatur tumbuh yaitu GA3, GA5, GA7, Auksin, unsur mikro Na, Mg, Cu, Fn, Mn, dan lain sebagainya yang berguna bagi tanaman (Sujimin, 2010). Tanto (2010) dalam Kartika (2013), melaporkan bahwa pemakaian pupuk hantu pada tanaman padi dapat meningkatkan hasil panen. Selanjutnya Bambang (2010) dalam Kartika (2013), juga menyatakan bahwa pemakaian pupuk hantu juga meningkatkan pertumbuhan tanaman kopi, daun lebih tebal dan mengkilat. ZPT Hantu merupakan pupuk organik cair yang mengandung Hormon Auksin, Hormon Giberellin, Hormon Kinetin, Hormon Zeatin dan Hormon Sitokinin. Sedangkan kadar kompleksnya adalah sbb; GA3-98, 37 ppm, GA5-107, 13 ppm, GA7-131, 46 ppm, AUKSIN (IAA) -156, 135 ppm dan 16 Sitokinin (Kinetin 128, 04 ppm dan Zeatin 106, 45 ppm) . Kadar kandungan pupuk: N-63, P-14, Na, Mg, Cu, Fe, Mn, Zn, Co, Cd, Pb. (Anonim, 2009). Hasil penelitian pemberian ZPT Hantu terhadap stek batang nilam dengan 3 (tiga) taraf perlakuan yang berbeda yaitu: (P1) menggunakan ZPT Hantu dengan dosis 1,5 ml/500 ml air, (P2) dengan dosis 3 ml/500 ml air dan (P3) dengan dosis 4,5 ml/500 ml air terhadap stek batang tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) menunjukkan bahwa pada perlakuan pada P1 (menggunakan perendaman ZPT Hantu dengan dosis 1,5 ml/ 500 ml air) tunas yang muncul pertama kali yaitu pada hari ke-6 dengan jumlah tunas yang muncul adalah 6 stek, pada hari ke-7



12



jumlah tunas yang muncul bertambah sebanyak 2 stek, pada hari ke-15 jumlah tunas yang muncul bertambah sebanyak 1 stek dan jumlah stek yang mati adalah 1 stek.



III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian



13



Penelitian ini dilaksanakan di



Teaching And Research Farm



Fakultas



Pertanian Universitas Jambi, Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan …….. sampai dengan …….. 2018.



3.2 Bahan dan Alat Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit lada varietas natar 1 yang berasal dari petani lada (jl. Jambi – Muara Sabak, desa koto baru, kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi) ZPT hantu, paranet, platik sungkup, fungisida dan tanah. Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau cutter, gunting stek, polybag, cangkul, parang, tali raffia, ayakan tanah, gembor, kertas label, oven, timbangan analitik, jangka sorong, nampan, alat tulis, thermometer, gelas ukur dan camera.



3.3 Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu factor yaitu konsentrasi ZPT hantu yang terdiri dari:



3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Persiapan Areal Penelitian Areal penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan kotoran yang ada. Permukaan tanah diratakan/didatarkan agar mempermudah dalam meletakan polybag.Untuk melindungi bibit stek dari sinar matahari secara lagsung, maka dibuat naungan 3 x 4 m. Naungan berasal dari paranet dengan intensitas cahaya 75%.Sedangkan untuk melindungi bibit dari gangguan lingkungan sekitar maka disekeliling naungan dipasang jaring.



3.4.2 Persiapan Media Tanam Persiapan media tanam dilakukan dengan cara mengambil top soil tanah ultisol hingga kedalam 0-20 cm yang terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran dan



14



gulma, setelah tanah dibersihkan tanah diayak dengan ayakan tanah yang berdiameter 2 mm. Kemudian tanah dicampur pupuk kompos dengan perbandingan 2:1. Setelah itu media dimasukan ke polybag ukuran 14 x 22 cm.



3.4.3 Persiapan Stek Lada Perdu Bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit lada perdu varietas Natar 1 yang diperoleh dari petani lada di Desa Kota Baru, Kecamatan Geragai. Setek yang digunakan untuk bahan penelitian ini yaitu setek dua ruas dua buku asal cabang buahdimana dalam satu bahan setek hanya terdapat satu mata tunas.



3.4.4 Pemberian Perlakuan Dan Penanaman Setek Perlakuan yang diberikan yaitu: ZPT hantu 10%, ZPT hantu 20%, ZPT hantu 30%,dan ZPT hantu 40%. Metode yang dilakukan dalam pemberian perlakuan yaitu dengan cara perendaman, perendaman bibit stek dilakukan selama 45 menit, setelah bahan stek diberi perlakuan, bahan stek langsung di tanam pada media yang telah di siapkan dan ditanam pada sore hari.



3.4.5 Penyungkupan Setek Di dalam paranet dibangun kerangka sungkup dari bambu yang dibuat melengkung membentuk setengah lingkaran.Kerangka berukuran lebar 1



m,



tinggi 0,6 m, sedangkan panjang disesuaikan dengan paranet. Tanaman yang telah disetek dimasukan ke dalam sungkup dan ditutup selama 7 minggu.



3.4.6 Pemeliharaan Setek Pemeliharaan setek tanaman lada dilakuakan dengan cara pengendalian lingkungan di sekitar tanaman yaitu penyiangan dan penyiraman, serta penyemprotan fungisida berbahan aktif mankozeb untuk mencegah serangan penyakit yang di sebabkan oleh cendawan cendawan.



3.5 Pengamatan Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah: 3.5.1 Persentase Setek Bertunas



15



Persentase stek bertunas dihitung apabila tanaman masih hidup dan tumbuh tunas, dihitung pada saat stek telah ber umur 3 bulan. persentase stek bertunas =



jumlah stek bertunas x100% jumlah stek hidup



3.5.2 Panjang Tunas Panajang tunas (cm), diukur dari ketiak batang sampai ujung tunas, diamati setiap minggu sekali setelah satu minggu tunas muncul, diamati sampai stek berumur tiga bulan.



3.5.3 Diameter Tunas Diameter tunas diukur setiap minggu setelah tunas muncul sampai stek berumur 3 bulan, pengukuran dilakukan pada 2 cm dari pangkal tunas, dan diukur mengunakan jangka sorong.



16



3.5.5 Panjang Akar Panjang akar yang ukur yaitu seluruh jumlah akar yang tumbuh, diukur dari pangkal sampai ujung akar,dan diamati pada saat stek berumur 3 bulan. 3.5.7 Jumlah Akar Jumlah akar yang dihitung adalah jumlah keseluruhan akar yang tumbuh, diamati pada Akhir penelitian. 3.5.8 Bobot Kering Tunas Bobot kering tunas dihitung dengan caratunas dioven selama 2 x 24 jam pada suhu 80oC. Pengeringan dan penimbangan dilakukan sampai didapat bobot kering tunas yang konstan. Penghitungan bobot kering tunas dilakukan pada saat akhir penelitian.



3.5.8 Bobot Kering Akar Bobot kering akar dihitung dengan cara akar dioven selama 2 x 24 jam pada suhu 80oC. Pengeringan dan penimbangan dilakukan sampai didapat bobot kering akar yang konstan.Penghitungan bobot kering akar dilakukan pada saat akhir penelitian.



3.6 Analisis Data Data yang diperoleh dari tiap variabel pengamatan dianalisis secara statistik dengan menggunakan sidik ragam dan untuk melihat perbedaan antar perlakuan di gunakanuji lanjut Duncan (DMRT) pada taraf 5%.



3.7 Data Penunjang Selain data yang dianalisis secara statistik diamati juga data penunjang seperti suhu dan kelembapan serta curah hujan yang berada di sekitat areal penelitian.Pengambilan data penunjang dilakukan selama penelitiaan berlangsung. Pengamatan suhu dan kelembapan dilakukan setiap hari pada saat pagi, siang dan sore hari.



17



DAFTAR PUSTAKA Akhyar, F dan Syukur. 2003. Lada Perdu Untuk Bisnis Dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta. Arifin Z., R., Samekto, R., N., Dewi. 2015. Pengaruh Macam Pupuk Organik dan PanjangStek terhadap Pertumbuhan Tanaman Buah Naga (Hylocereus Polyrhizus). J. Inovasi Pertanian. 14 (1) : 99-110. Amirudin; Suparto; dan K.Faozi. 2004. Pengaruh Beberapa Zpt Sintesis Terhadap Pertumbuhan Stek Lada Perdu (piper ningrum L) Agrin. Vol.8(1):19-24 Anonim,



2009. Pupuk Hantu Untuk Pertanian Organik. www. Pencerah.



Com. 15 Agustus 2018 Ardana, R.C. 2009.Pengaruh Macam Zat Pengatur Tumbuh dan Frekuensi Penyemprotan terhadap Pertumbuhan Awal Bibit Gelombang Cinta (AnthuriumPlowmanii).Skripsi



S1



FPUNS,Surakarta.dalamwebsite:http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345 6789/55604/2/Reference.pdf. Diakses pada 12 Agustus 2018 Artanti, F.Y. 2007.Pengaruh Macam Pupuk Organik Cair dan Konsentrasi IAA terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.).Skripsi



S1



FP



UNS



Surakarta.



Dalam



website:



https://eprints.uns.ac.id/2147/ Diakses pada 12 Agustus 2018 Avery, G.S. and E. B. Johnson. 1947. Hormone and Horticulture. Mc Graw-Hill Book Company Inc. New York. Audus, L. J. 1963. Plant Growth Substances. Interscience Publishers, Inc. New York. Ben, F. A., dan C. Syukur. 2003. Lada perdu untuk bisnis dan hobi. Penebar swadaya.Jakarta. Aguzaen,H. 2009. Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L.) Terhadap Pemberian Air Kelapa dan Berbagai Jenis CMA. Jurnal AgronobiS, Vol. 1,No. 1, Maret 2009



18



Departemen Pertanian. 2009. Pedoman Teknis Pengembangan Lada Organik. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian.Dalam website : http//ditjenbun.pertanian.go.id/.../berita-144-pedoman-teknispengembangan-lada-organik. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2018. Das, V., R. Rao.and N. Malakondalah. 1976. Phytochemical activities of chloroplast from plants with and without bundle sheath in leaves. Turrialba. 26 (1): 14-17 Dharma wacana metro Lampung 65 halaman Kementerian Pertanian.2013. mengenal jenis-jenis varietas lada. dalam website: http://ditjenbun.pertanian.go.id/tanregar/berita-230-mengenaljenisjenisvarietas-lada.html. Diakses pada tangal 21 Agustus 2018 Kanisius.1980. Bercocok Tanam Lada.AAK Yogyakarta.125 halaman. Kartika, E. Dkk. 2013. Tanggapan Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) Terhadap Pemberian Kombinasi Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik. Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi. Las, I. 1982.Effisiensi radiasi surya dan penganth naungan fisik terhadap padi gogo.Tesis. Fakultas Pascasarjana 1P13 Bogor.(Tidak Dipublikasikan).100 hal. Marlinda, B. 2008. Analisis Daya Saing Lada Indonesia di Pasar Internasional. Bogor:



Program



Studi



Ekonomi



Pertanian



dan



FakultasPertanian



Sumberdaya Institut



PertanianBogor.Dalamwebsite:http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/ 123456789/1460/A08...Diakses pada tanggal 8 Agustus 2018 Moorby, J. 1981. Transport Systems in Plants. Longman Group Ltd, New York.169 p. Moore, T.C. 1979. Biochemistry and Physiologyof Plant Hormones.Springer, Verlag. New York. 274 p. Nurhakim, Y . I. 2014. Perkebunan lada Cepat Panen. Infra Pustaka, Depok. Purseglove, J. W., E. G. Green and S. R. J. Robins, 1981.Spices, II. Longman Group Limited, New York. 813p. Rukmana, Rahmat. 2003. Tanaman Perkebunan: Usaha Tani Lada



19



Syakir.1994. Pengaruh naungan, unsur hara P dan Mg terhadap iklim mikro,indeks pertumbuhan dan laju tumbuhan tanaman lada. Bul. Littro 9 (2) :106 -114. Syakir, M. 1990. Pengaruh Naungan serta Pemupukan P dan Mg terhadap Pertumbuhan Tanaman Lada (Piper nigrum L.).Tesis.Fakultas Pasca Saijan IPB Bogor.(Tidak Dipublikasikan).110 hal Sujimin. 2010. Pupuk Hantu Gempar. Http://pupukhantu.blogspot.com (Diakses Tanggal 21 agustus 2018) Wahid P., 1981. Beberapa Aspek Penting Tentang Bercocok Tanam lada, Departemen



Pertanian.Badan



Peenelitian



dan



Pengembangan



Pertanian.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri Bogor.19 hal. Wahid, P.1984. Pengaruh Naungan dan Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Lada (Piper nigrum L.).Disertasi Doktor, FPSIPB, Bogor.201 hal. Waard, P. W. F. de. 1975. The effect of alkaline compounds on the growth of pepper cuttings (Piper nigrum L.). Bull. Ray. Trop. Inst. 298: 1-16, Waard, P. W. F. de. 1969. Foliar diagnosis Nutrition and Yield Stability of Black Pepper (Piper nigrum L.) in Serawak. Communication of The Departement of Agriculture Research. (58) :149 p. Zaubin, R., 1979. Pengaruh Kemasaman Tanah terhadap Pertumbuhan dan Akar Setek Lada.



Pemberitaan Littri (33) : 27-36



Zukarnaen, 2009.Kultur Jaringan Tanaman. Bumi angkasa Jakarta hal 99-120



20



21