Sni 03-6475-2000 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SNI 03-6475-2000



Standar Nasional Indonesia



Standar Nasional Indonesia



Metode uji pondasi tiang dengan beban statis tekan aksial



ICS 93.010



Badan Standardisasi Nasional



BSN



SNI 03-6475-2000



Daftar isi Hal. 1.



Ruang Lingkup................................................................................................



1



2.



Acuan .............................................................................................................



1



3.



Peralatan Pembebanan ..................................................................................



1



4.



Peralatan Untuk mengukur Pergerakan.. ........................................................



4



5.



ProsedurPembebanan ....................................................................................



6



6.



Prosedur Pengukuran Pergerakan Tiang ........................................................



8



7.



Persyaratan Keamanan ..................................................................................



10



8.



Laporan ..........................................................................................................



10



Lampiran A : Daftar Istilah......................................................................................



12



Lampiran B : Gambar-Gambar...............................................................................



B1



Lampiran C : Daftar Nama dan Lembaga...............................................................



C1



i



SNI 03-6475-2000



Metode uji pondasi tiang dengan beban statis tekan aksial



1.



Ruang Lingkup



1.1. Metode uji ini mencakup prosedur pengujian satu buah pondasi tiang tegak atau miring dan pondasi kelompok tiang tegak untuk menentukan perilakunya akibat pembebanan tekan statis yang bekerja pada sumbu tiang atau kelompok tiang. Metode uji ini dapat diterapkan pada seluruh jenis pondasi dalam yang mempunyai fungsi serupa dengan pondasi tiang tanpa meninjau metode pemasangannya. Metode uji disusun dalam beberapa butir yaitu : Dokumen Acuan



butir 2



Peralatan Pembebanan



butir 3



Peralatan Pengukur Pergerakan



butir 4



Prosedur Pembebanan



butir 5



Prosedur Pengukuran Pergerakan



butir 6



Persyaratan Keamanan



butir 7



Laporan



butir 8



1.2.



Nilai-nilai dinyatakan dalam satuan SI dan dianggap sebagai satuan standar.



Catatan 1 : Peralatan dan prosedur dengan keterangan “opsi” hanya digunakan bila dipersyaratkan dalam spesifikasi proyek atau atas persetujuan perencana pondasi. Catatan 2 : Metode uji tidak mencakup interpretasi (penafsiran) hasil uji atau penerapannya dalam disain. Lampiran XI berisi komentar mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi penafsiran hasil uji. Seorang ahli geoteknik harus menafsirkan hasil uji untuk memperkirakan kapasitas dan kinerja pondasi tiang. Istilah “runtuh” yang digunakan dalam metode uji ini adalah indikasi penurunan beruntun secara cepat dari sebuah tiang atau kelompok tiang akibat beban tetap.



2.



Acuan



ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS : - ANSIS B 30.1 Safety Code for Jacks. 3.



Peralatan Pembebanan



3.1.



Umum



3.1.1 Peralatan untuk pemberian beban tekan kepada tiang atau kelompok tiang uji harus sesuai dengan butir 3.3, 3.4 dan 3.5 atau dipersyaratkan tersendiri dan harus disusun sedemikian rupa sehingga beban diberikan pada sumbu memanjang dari tiang atau kelompok tiang untuk memperkecil eksentrisitas pembebanan. Butir 3.3 ditujukan untuk pemberian beban aksial kepada satu buah tiang tegak atau tiang miring sedangkan butir 3.4 dan 3.5 ditujukan hanya untuk pemberian beban vertikal saja. 1 dari 21



SNI 03-6475-2000



Catatan 3 : Pada uji beban vertikal kelompok tiang dapat terjadi rotasi dan perpindahan horizontal dari kepala tiang. Apabila hal ini tidak dikehendaki maka peralatan penahan harus diperhitungkan pada rancangan dan pembuatan peralatan pembebanannya. Catatan 4 : Apabila pemberian beban aksial pada tiang miring tidak memungkinkan maka pengujian tiang tegak didekatnya mungkin dapat digunakan untuk mengevaluasi daya dukung aksial tiang miring tersebut.



3.1.2. Apabila kondisi memungkinkan, tanah dasar pada tiang tunggal atau kelompok tiang harus digali sampai pada elevasi rencana pemotongan tiang. Tiang atau tiang-tiang uji harus dipotong atau dibuat sampai pada elevasi tertentu sehingga memudahkan pemasangan peralatan pembebanan, penempatan peralatan pengukuran dan pengamatan pengukurannya. Apabila diperlukan, tiang uji harus disangga dan atau diikat sehingga penekukan tiang dapat dicegah tanpa mempengaruhi hasil uji. 3.1.3. Apabila kepala tiang rusak setelah pemancangan maka bagian tiang yang rusak tersebut harus dibuang sebelum uji dilakukan. Untuk uji kelompok tiang, kepala tiang-tiang harus disatukan dengan pelat beton bertulang (blok tiang) yang dirancang dan dibuat berdasarkan panduan praktis. Catatan 5 : Jarak bersih nominal antara blok tiang dan permukaan tanah perlu ditentukan sehingga penyangga tekuk tidak perlu dipasang. Rangka baja yang memadai dapat menggantikan blok kepala tiang untuk keperluan uji tiang.



3.1.4. Pada butir 3.3 dan 3.4 dan untuk pengujian tiang tunggal pada butir 3.5, landasan dari pelat baja (pelat uji) dengan tebal tidak kurang dari 50 mm untuk menghindari lenturan akibat beban, harus dipasang di titik pusat penampang tiang atau blok tiang serta tegak lurus terhadap poros memanjang tiang atau kelompok tiang. Untuk pengujian kelompok tiang dengan pembebanan pada dua titik atau lebih, landasan pelat baja harus dipasang pada setiap titik pembebanan tersebut serta harus dipasang secara simetris terhadap titik pusat kelompok tiang. Pada pengujian tiang tunggal, ukuran pelat uji tidak boleh lebih kecil dari ukuran penampang tiang dan tidak boleh lebih kecil dari ukuran penampang dasar dongkrak hidraulik. Sedangkan pada pengujian kelompok tiang, ukuran pelat uji tidak lebih kecil dari dua kali luas penampang dasar dongkrak hidraulik. 3.1.5. Untuk pengujian pada tiang beton pracetak atau cetak ditempat, pelat uji harus dipasang dengan menggunakan bahan graut yang cepat mengering bertekanan tinggi. Untuk pengujian pada tiang baja H tunggal, pelat uji harus dipasang dengan pengelasan. Untuk pengujian pada tiang kayu tunggal, pelat uji dapat langsung di atas kepala tiang yang telah dipotong sebelumnya agar pelat uji sepenuhnya menumpu pada permukaan tiang; sebagai alternatif pelat uji dapat dipasang dengan bahan graut yang cepat mengering dan berkekuatan tinggi. 3.1.6. Pada butir 3.3 dan 3.4, dongkrak hidraulik harus diletakkan di titik pusat pelat uji. Pelat baja landasan harus dipasang diantara permukaan atas piston dongkrak dengan permukaan bawah balok uji. Apabila alat ukur beban dengan ketelitian tinggi atau peralatan lain yang setara digunakan, maka alat ukur beban tersebut harus diletakan pada titik pusat pelat baja di atas dongkrak dan harus dipasang landasan pelat baja lainnya dengan ketebalan cukup diantara pengukur beban dan permukaan bawah balok uji. 3.1.7. Pada butir 3.5 untuk pengujian kelompok tiang, pelat uji yang digunakan dapat mengacu pada butir 3.1 atau sebagai alternatif balok uji dapat langsung diletakkan di atas blok kepala tiang atau pembebanan dapat langsung diletakan di atas blok tiang. Untuk mendapatkan tumpuan maka pemasangan balok uji pada blok tiang menggunakan bahan graut yang cepat mengering dan berkekuatan tinggi apabila diperlukan.



2 dari 21



SNI 03-6475-2000



3.2.



Peralatan Uji



3.2.1. Dongkrak hidraulik dan prosedur operasinya harus mengacu pada ANSI B 30.1. 3.2.2. Kecuali bila digunakan terkalibrasi, maka seluruh sistem dongkrak termasuk dongkrak hidraulik, pompa hidraulik dan pengukur tekanan hidraulik sebelum digunakan harus dikalibrasi sebagai satu kesatuan dengan ketelitian tidak kurang dari 5% terhadap pembebanannya. Dongkrak hidraulik harus dikalibrasi pada seluruh lintasan pistonnya untuk penambahan dan pengurangan beban. Apabila digunakan dua atau lebih dongkrak, maka harus memakai diameter piston yang sama serta harus dihubungkan dengan satu alat ukur tekanan dan satu pompa hidraulik. Catatan 6 : Apabila kalibrasi seluruh sistem sebagai kesatuan tidak memungkinkan untuk dilaksanakan, pengukuran tekanan hidraulik dapat dikalibrasi tersendiri dan luas piston dongkrak harus diukur.



3.2.3. Apabila ketelitian pengukur tekanan lebih tinggi dari yang disyaratkan maka “load cell” atau pengukur beban lainnya yang setara harus dipasang pada dongkrak hidraulik. “Load cell” atau pengukur beban lainnya tersebut harus dikalibrasi sebelumnya dengan ketelitian tidak kurang dari 2% terhadap pembebanan dan harus dilengkapi dengan landasan bulat. 3.2.4. Apabila pompa hidraulik ditinggal sewaktu-waktu pada saat pengujian dilakukan, pompa harus dilengkapi dengan pengatur otomatis untuk menjaga supaya besarnya pembebanan konstan selama penurunan tiang terjadi. 3.2.5. Laporan kalibrasi peralatan pengujian harus disertakan dan harus menyatakan besarnya suhu udara pada saat kalibrasi dilakukan. Catatan 7 : Perlu dipertimbangkan untuk menggunakan dua buah pengukur beban secara bersamaan (pengukur tekanan dan pengukur beban) sebagai upaya periksa silang dan sebagai cadangan apabila salah satu pengukur mengalami gangguan. Piston dongkrak harus mempunyai panjang yang cukup untuk mengantisipasi penurunan tiang yang akan terjadi, lendutan balok uji dan regangan dari sistem jangkar pada butir 3.3. Sebaiknya menggunakan dongkrak hidraulik tunggal dengan kapasitas tinggi daripada menggunakan beberapa dongkrak. Tetapi bila digunakan lebih dari satu dongkrak, maka setiap dongkrak harus dilengkapi alat ukur tekanan disamping pengukur utama untuk mengetahui adanya gangguan yang terjadi.



3.3. Pembebanan tiang tunggal atau kelompok tiang dengan dongkrak hidraulik dan portal berjangkar (Gambar 1 dan 2). 3.3.1. Pasang sejumlah tiang jangkar atau sistem penjangkaran lainnya agar dapat menahan tekanan dongkrak. Jarak bebas antara tiang jangkar dengan tiang tunggal atau kelompok uji tidak kurang dari lima kali diameter maksimum dari tiang jangkar atau tiang uji terbesar dan tidak kurang dari 2 m. Pada pengujian tiang miring, tiang jangkar harus dipasang sejajar dengan tiang uji. 3.3.2. Pasang balok uji dengan ukuran dan kekuatan yang cukup agar lendutannya kecil pada titik pusat tiang atau kelompok tiang. Jarak bebas antara sayap bawah balok uji dan bagian atas kepala tiang atau blok kepala tiang harus cukup untuk pemasangan landasanlandasan pelat baja, dongkrak hidraulik dan alat ukur beban (bila digunakan). Pada pengujian tiang miring balok uji harus dipasang tegak lurus terhadap tiang uji. Untuk pengujian dengan pembebanan sangat besar dengan beberapa tiang jangkar, rangka baja dapat digunakan untuk menyalurkan reaksi beban dari balok uji tiang jangkar. 3.3.3. Pasang balok uji (atau struktur kerangka reaksi bila digunakan) pada tiang jangkar atau sistem jangkar lainnya dengan suatu hubungan yang telah dirancang secukupnya supaya tidak tergelincir, atau menghasilkan regangan yang berlebihan. 3.3.4. Berikan beban uji sesuai dengan prosedur baku pada butir 5.1 atau menurut spesifikasi pembebanan dongkrak hidraulik dengan balok uji untuk tiang tunggal dan kelompok tiang. 3 dari 21



SNI 03-6475-2000



3.4. Pembebanan tiang tunggal atau kelompok tiang dengan dongkrak hidraulik dan bordes/kotak beban (Gambar 3). 3.4.1. Pasang balok uji dengan ukuran dan kekuatan yang cukup agar lendutannya kecil pada titik pusat tiang atau kelompok tiang. Jarak bebas antara sayap bawah balok uji dan bagian atas kepala tiang atau blok tiang harus cukup untuk menampung pelat uji, pelat landasan, dongkrak hidraulik dan pengukur beban (bila digunakan). Topang kedua ujung balok uji tersebut dengan susunan balok kayu atau penyangga sementara lainnya. 3.4.2. Pasang bordes atau kotak beban ditengah bentang balok uji dengan kedua ujung balok melintang sejajar dengan balok uji. Tumpu kedua ujung balok melintang dengan susunan balok kayu permanen atau tiang penyangga dalam jarak yang cukup jauh dari tiang atau kelompok tiang uji dan tidak kurang dari 1,5 m. Apabila digunakan susunan balok kayu, maka daerah tumpuannya harus cukup luas agar tidak terjadi penurunan tanah dasar yang berlebihan. 3.4.3. Isi bordes atau platform dengan material yang sesuai seperti : tanah, batuan, beton, baja atau tangki air dengan berat total (termasuk balok uji dan bordes atau kotak beban) minimum 10% lebih besar dari maksimum beban uji. 3.4.4. Bebani sesuai prosedur baku pada butir 5.1 atau menurut spesifikasi pembebanan dongkrak hidraulik dengan balok uji untuk tiang tunggal dan kelompok tiang. 3.5. Pembebanan langsung dengan berat tertentu pada tiang tunggal atau kelompok tiang (Gambar 4, 5 dan 6). 3.5.1. Pasang balok uji secara simetris terhadap pelat uji atau blok tiang dengan berat tertentu, ukuran dan kekuatan secukupnya untuk menghindari lendutan yang berlebihan. Penyangga susunan balok kayu sementara dapat dipasang pada kedua ujung balok uji agar balok tersebut stabil. Sebagai alternatif beban uji dengan berat yang diketahui dapat langsung diletakkan di atas kepala tiang atau blok tiang. 3.5.2. Letakkan titik tengah bordes di atas balok uji pada titik pusat pelat uji sehingga bordes setimbang atau diletakan langsung dititik pusat blok kepala tiang. Kedua ujung balok melintang bordes harus sejajar dengan balok uji dan harus disangga oleh susunan balok kayu atau tiang penyangga. Jarak bebas antara susunan balok penyangga bordes dengan tiang atau kelompok tiang uji tidak kurang dari 1.5 m. 3.5.3. Letakkan pasangan pasak diantara penyangga dan balok melintang bordes sehingga bordes dapat setimbang selama pemberian dan pelepasan beban uji. 3.5.4. Apabila bordes siap dibebani, singkirkan penyangga sementara pada kedua ujung balok uji dan pasak harus dikencangkan. Pembebanan pada bordes harus mengikuti prosedur baku pada butir 5.1 atau disyaratkan dengan menggunakan material seperti baja dan beton sehingga berat kenaikkan beban dapat ditetapkan sebesar 5%. Catatan 8 : Pada peralatan pembebanan butir 3.5, dapat dilakukan pembacaan langsung elevasi batang bulat di atas titik tengah kepala tiang atau blok tiang atau pelat uji untuk mengukur penurunan kepala tiang seperti pada butir 4.2.3. Untuk pengujian pada tiang beton, diperlukan lubang ditengah pelat uji agar jarum baja yang ditanam di atas kepala tiang atau blok tiang dapat muncul di atas pelat uji. Untuk pengujian pada tiang baja H atau tiang kayu pembacaan dapat dilakukan di atas pelat uji. Untuk mengakomodasikan batang bulat digunakan dua buah balok uji dengan jarak antara yang cukup dan sebuah lubang perlu dibuat pada dasar bordes. Lubang pada dasar bordes tersebut tidak boleh tertutup oleh benda uji agar supaya batang bulat dapat terlihat.



3.6.



Jenis peralatan pembebanan lainnya (Opsi)



Setiap jenis lain dari peralatan pembebanan yang memenuhi ketentuan dasar butir 3.3 atau 3.4 dapat digunakan.



4 dari 21



SNI 03-6475-2000



4.



Peralatan Untuk Mengukur Pergerakan



4.1



Umum



4.1.1 Seluruh balok dan kabel acuan harus ditumpu dengan penyangga tersendiri yang tertanam kuat di dalam tanah dengan jarak bebas tidak kurang dari 2,5 m dari tiang (tunggal atau kelompok) uji serta berjarak cukup jauh dari tiang jangkar atau susunan balok kayu. Balok acuan harus cukup kaku untuk menyangga peralatan ukur sehingga tidak terjadi variasi pembacaan yang terlalu besar. Apabila digunakan balok baja sebagai balok acuan maka salah satu ujungnya harus bebas bergerak ke arah horizontal sebagai akibat pemuaian. 4.1.2 Jarum ukur harus mempunyai pergerakan paling sedikit 50 mm; tuas ukur yang lebih panjang harus disediakan sebagai antisipasi penurunan yang lebih besar. Kecuali seperti yang disyaratkan pada butir 4.4.2, jarum ukur penurunan harus mempunyai ketelitian minimum 0,25 mm. Permukaan landasan rata dan halus (seperti kaca) yang tegak lurus terhadap pergerakan tuas ukur harus terpasang pada tuas ukur. Skala baca patok ukur penurunan tiang harus mempunyai ketelitian 0,25 mm. Batang terget harus terbaca sampai 0,3 mm. 4.1.3 Jarum ukur, mistar dan titik-titik acuan harus ditandai dengan jelas memakai angka atau huruf. Sistem pengukuran, sistem acuan dan instrumentasi harus diberi perlindungan terhadap perubahan suhu ekstrim dan terhadap gangguan lainnya. Jarum, patok ukur dan titik acuan yang terdapat pada tiang uji atau blok tiang harus menempel kuat agar tidak terjadi pergerakan relatif terhadap tiang atau blok tiang selama pengujian. 4.2



Pergerakan Aksial Pangkal Tiang (Gambar 7)



Peralatan untuk mengukur pergerakkan aksial tiang uji (tunggal atau kelompok) harus terdiri dari sistem primer dan sekunder seperti pada metode berikut ini : Catatan 9 : Dua sistem pengukuran yang terpisah diperlukan untuk pemeriksaan data pengamatan, mengetahui gangguan pada sistem pengukuran dan mendapatkan data yang kontinyu apabila jarum atau patok pengukuran harus dimatikan.



4.2.1



Jarum Ukur



Dua balok acuan sejajar, satu pada setiap sisi tiang uji (tunggal atau kelompok) harus dipasang sedemikian rupa sehingga penyangga kedua ujung-ujungnya berada cukup jauh dari tiang jangkar atau tumpuan susunan kayu. Paling sedikit dua jarum ukur harus dipasang satu pada setiap balok acuan dengan jarak yang hampir sama dari titik pusat tiang uji (tunggal atau kelompok) serta tuas ukur harus sejajar dengan sumbu memanjang tiang. Tuas ukur ini harus menumpu pada baja siku yang menempel erat pada kedua sisi tiang atau blok tiang. Sebagai alternatif dapat saja sebaliknya yaitu jarum ukur dipasang pada baja siku dan tuas ukur menumpu pada balok acuan tetapi tuas ukur harus tetap sejajar dengan sumbu memanjang tiang. Jarum ukur dapat diletakan di atas pelat uji dengan menggunakan batang target yang dimasukan ke dalam tiang (lihat gambar 7) tetapi dua jarum ukur tambahan (satu pada setiap sisi tiang) harus dipasang untuk mengukur pergerakkan relatif antara pelat uji dengan tiang uji. Untuk pengujian tiang miring, jarum ukur harus dipasang pada garis yang tegak lurus sumbu memanjang tiang uji. o



Catatan 10 : Penggunaan empat buah jarum ukur dengan sudut 90 satu sama lainnya disarankan untuk mengkompensasi pergerakkan lateral dan rotasi dari kepala tiang akibat eksentrisitas pembebanan. Catatan 11 : Pada pengujian tiang miring disarankan untuk memasang jarum ukur segaris dengan arah miring tiang melalui titik pusat tiang. Tuas ukur tegak lurus terhadap sumbu memanjang tiang dan menumpu pada pelat kaca berminyak untuk mengukur pergerakkan lateral.



5 dari 21



SNI 03-6475-2000



4.2.2



Kawat, Cermin dan Pita Ukur



Dua kawat sejajar, satu pada setiap sisi tiang uji (tunggal atau kelompok) direntangkan sedemikian rupa sehingga tumpuannya berada cukup jauh dari tiang jangkar atau tumpuan susunan balok. Rentangan kawat tersebut harus melintas di depan pita ukur yang ditempel pada cermin dan dipasang pada tiang dalam arah sejajar dengan sumbu memanjang tiang. Pergerakkan sumbu tiang dapat diketahui dengan melihat kawat yang berimpit dengan skala pada pita ukur tersebut. Jarak kawat dari muka cermin tidak boleh lebih dari 25 mm dan tegangan kawat harus tetap dijaga selama pengujian berlangsung. Kawat yang dipergunakan adalah kawat piano atau sejenisnya. 4.2.3



Alat penyipat datar atau Sinar Laser



Pembacaan dengan alat penyipat datar atau sinar laser harus menggunakan bak ukur atau mistar ukur dan harus diikat terhadap titik tetap (BM) yang paling dekat dengan lokasi pengujian. Sebagai alternatif, alat penyipat datar harus diletakan pada suatu objek dengan elevasi tetap (misalnya permukaan tiang pancang) di luar daerah pengujian terdekat. Titiktitik tetap yang digunakan pada pembacaan penurunan harus diletakan pada kedua sisi tiang (tunggal atau kelompok) yang saling berhadapan. Apabila titik tetap diletakan pada titik tengah dipuncak tiang (tunggal atau kelompok) atau dengan mistar ukur di atas pelat uji maka pergerakkan relatif antara pelat uji dan puncak tiang diukur menurut butir 4.2.1 (lihat gambar 7). 4.2.4



Alat ukur tipe lain (Opsi)



Alat ukur dengan tipe lain seperti alat ukur elektrik atau optik yang telah teruji keandalannya dengan ketelitian 0,25 mm dapat digunakan. 4.3



Pergerakan Lateral (Opsi)



Pergerakan lateral dari puncak tiang uji (tunggal atau kelompok) harus diukur dengan ketelitian 2,5 mm dan menggunakan salah satu dari metode berikut ini : a) Dua buah jarum ukur yang diletakan saling tegak lurus di atas balok acuan dengan tuas pengukur tegak lurus terhadap sumbu memanjang tiang yang menumpu pada sisi tiang atau blok tiang. b) Dua buah mistar ukur yang diletakan horizontal dan saling tegak lurus pada dua sisi tiang atau blok tiang pada pengujian tiang miring. Salah satu alat ukur harus diletakan dalam arah sumbu tiang. 4.4



Pengukuran Peningkatan Regangan (Opsi)



4.4.1 Tiang uji harus dilengkapi dengan alat ukur untuk mengetahui distribusi penyaluran beban dari tiang ke tanah. Bila batang regangan (lihat gambar 7, 8, 9 dan 10) digunakan maka harus diletakan di dalam atau disisi tiang uji sampai pada ujung tiang atau titik-titik lainnya disepanjang tiang sesuai dengan kebutuhan. Batang regangan ini harus dilindungi dalam pipa untuk menjamin pergerakkan bebas dari batang tersebut. Pengaruh pipa pelindung pada sifat elastis dari penampang tiang uji harus diperhitungkan. Apabila alat ukur regangan dengan tahanan listrik dipergunakan maka jenis alat ukur dan cara pemasangan harus sesuai dengan spesifikasinya dan harus mencakup alat ukur kompensasi suhu. Catatan 12 : Apabila memungkinkan, program pengukuran regangan harus mencakup kalibrasi alat dan kronologis regangan sejak sebelum tiang dipasang dalam tanah.



6 dari 21



SNI 03-6475-2000



4.4.2 Pergerakan memanjang kepala tiang uji harus diukur dengan jarum ukur (lihat butir 4.2.1). Pergerakan setiap ujung atas batang regangan relatif terhadap kepala tiang harus diukur dengan jarum ukur sampai ketelitian 0,025 mm. Jarum ukur harus mengacu pada titik tiang uji di bawah pelat uji tetapi dapat pula mengacu pada puncak pelat uji, kecuali bila pelat uji di las pada tiang atau apabila pergerakan relatif antara pelat uji dengan tiang uji diukur sesuai dengan butir 4.2.1 (lihat gambar 7). 5



Prosedur Pembebanan



5.1



Prosedur Pembebanan Standar



Jika tidak terjadi keruntuhan, bebani tiang uji sampai 200% dari beban uji rencana untuk pengujian tiang tunggal atau 150% untuk pengujian kelompok tiang dengan peningkatan pembebanan sebesar 25%. Pertahankan pembebanan sampai laju penurunan tiang tidak lebih dari 0,25 mm/jam selama tidak lebih dari 2 jam. Apabila tiang uji (tunggal atau kelompok) belum mengalami keruntuhan dan besarnya penurunan tidak lebih dari 0,25 mm selama 1 jam maka pembebanan dihentikan setelah selang 12 jam pengujian; sedangkan apabila besarnya penurunan lebih dari itu maka pembebanan total harus tetap diberikan untuk selang waktu 24 jam. Setelah pembebanan total mencapai 24 jam, pembebanan harus dikurangi dengan laju pengurangan beban 25% untuk setiap 1 jam. Apabila kegagalan tiang uji terjadi, pembebanan harus dilanjutkan sampai penurunan tiang mencapai 15% dari garis tengah tiang atau diagonal tiang. 5.1.1



Metode Pembebanan Langsung



Pada metode pembebanan langsung seperti yang disebut dalam butir 3.5, peningkatan pembebanan pertama harus memperhitungkan berat dari balok uji dan bordes pembebanan. Sebelum penambahan atau pengurangan beban, pasak harus dikencangkan agar bordes tetap stabil. Pada saat penambahan atau pengurangan beban harus dijaga agar tidak terjadi pembebanan akibat benturan/tumbukan. Catatan 13 : Pengujian sampai pada keruntuhan tiang memberikan informasi sangat berharga kepada perencana. Hal ini dianjurkan sebelum perancangan pondasi untuk mengevaluasi kinerja dari berbagai jenis tiang yang berbeda. Pengujian tersebut dapat digunakan untuk menentukan jenis dan beban rencana optimum dari tiang. Catatan 14 : Apabila pengujian dapat atau telah menunjukkan; penurunan yang sangat kecil pada beban rencana atau keruntuhan pada pembebanan uji total, maka pertimbangan untuk; menaikkan laju pembebanan pada awal (sebelum atau setelah) pengujian atau menurunkan laju pembebanan penambahan pada pengujian tiang berikutnya dapat dilakukan.



5.2



Pembebanan Siklik (Opsi)



Untuk pembebenan awal, penambahan beban sesuai dengan butir 5.1, setelah pembebanan mencapai 50%, 100% dan 150% dari beban rencana untuk tiang tunggal atau 50% dan 100% untuk kelompok tiang. Pembebanan pada setiap tahap tersebut dipertahankan selama 1 jam, kemudian pembebanan diturunkan sesuai dengan laju penurunan beban dengan selang waktu 20 menit untuk setiap tingkat penurunan. Setelah pembebanan total dari setiap pembebanan diangkat, bebani kembali pada setiap tingkat beban terdahulu dengan kenaikkan sebesar 50% dari beban rencana. Selang waktu untuk setiap kenaikan adalah 20 menit. Setelah seluruh beban perlu dicapai, pertahankan dan kurangi beban sesuai dengan butir 5.1.



7 dari 21



SNI 03-6475-2000



5.3



Pembebanan melebihi beban uji standar (Opsi)



Setelah pembebanan dilakukan dengan butir 5.1, bebani kembali tiang uji (tunggal atau grup) sesuai dengan standar beban uji dengan laju penambahan 50% dari beban rencana dan selang waktu 20 menit untuk setiap tingkat pembebanan. Setelah itu pembebanan dinaikkan kembali dengan laju penambahan 10% dari beban rencana dengan selang waktu 20 menit (untuk tiang tunggal atau kelompok) sampai dengan pembebanan total (150% atau 100%) atau sampai dengan terjadinya kegagalan tiang uji. Apabila kegagalan tidak terjadi, pembebanan total dipertahankan selama 2 jam dan kemudian pembebanan diturunkan dengan 4 tingkatan penurunan beban yang sama dengan selang waktu 20 menit untuk setiap penurunan. 5.4



Pembebanan dengan selang waktu tetap (opsi)



Prosedur pembebanan sesuai dengan butir 5.1, tetapi dengan laju peningkatan sebesar 20% dalam selang waktu 1 jam untuk setiap tingkatan dan dengan selang waktu 1 jam untuk setiap tingkat penurunan beban. 5.5



Metode laju penetrasi tetap untuk tiang tunggal (opsi)



5.5.1 Peralatan pembebanan harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan beban uji maksimum dan harus sesuai dengan persyaratan pada butir 3.3 atau 3.4. Piston dongkrak hidraulik harus dapat bergerak lebih panjang dari pada pergerakan kepala tiang yang mungkin terjadi dan tidak kurang dari 25% diameter tiang atau diagonal tiang. Pompa mekanis harus dilengkapi dengan; katup pembuang, alat pengatur kecepatan atau alat lainnya untuk mengatur tekanan secara halus (tidak mendadak/tersendat-sendat). Apabila digunakan sistem perekam gambar, jam digital sampai dengan pembacaan detik harus dipakai serta seluruh alat pengukur harus mudah terbaca dan berada pada jangkauan kamera. 5.5.2 Pemberian beban dapat diubah-ubah seperlunya agar laju penetrasi tiang dapat dijaga sebesar 0,25 s/d 1,25 mm/menit untuk tanah kohesif atau 0,75 s/d 2,5 mm/menit untuk tanah berbutir kasar atau dapat ditentukan tersendiri. Penambahan beban diteruskan untuk menjaga laju penetrasi tiang yang ditentukan tersebut di atas dan pembebanan dihentikan apabila laju penetrasi konstan tanpa penambahan beban atau kapasitas peralatan pembebanan sudah tercapai. Apabila laju penetrasi konstan tercapai, pembebanan dipertahankan sampai penetrasi total tiang mencapai paling sedikit 15% dari diameter ratarata tiang atau diagonal tiang pada saat beban harus dikurangi. Apabila penetrasi tiang berhenti pada beban uji maksimum maka pembebanan dapat dikurangi. 5.5.3



Untuk prosedur pengukuran mengacu pada butir 6.3.



5.6



Metode uji pembebanan cepat untuk tiang tunggal (opsi)



5.6.1 Peralatan pembebanan harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan beban uji maksimum dan harus sesuai dengan persyaratan pada butir 3.3 atau 3.4. 5.6.2 Berikan pembebanan dengan tingkat kenaikan 10 s/d 15 % dari beban rencana dengan selang waktu tetap untuk setiap tingkat kenaikan yaitu 2,5 menit (atau dapat ditentukan lain). Peningkatan pembebanan ditambah sampai pendongkrakan menerus diperlukan untuk mempertahankan beban uji atau sampai kapasitas peralatan pembebanan dicapai. Bila salah satu keadaan tersebut di atas tercapai maka pendongkrakan dihentikan dan setelah 5 menit (atau ditentukan lain) seluruh beban dapat dikurangi. 5.6.3



Prosedur pengukuran berdasarkan butir 6.4.



8 dari 21



SNI 03-6475-2000



Catatan 15 : Untuk butir 5.5 dan 5.6, disarankan agar beban uji total dikurangi dalam 4 tahap dengan tingkat penurunan yang hampir sama dan dalam selang waktu 5 menit untuk tiap tahap. Dengan demikian kurva pengurangan beban dapat ditentukan.



5.7



Metode pembebanan dengan peningkatan penetrasi tetap untuk tiang tunggal (opsi).



5.7.1 Peralatan pembebanan harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan beban uji maksimum dan harus sesuai dengan persyaratan pada butir 3.3 atau 3.4. 5.7.2 Lakukan pembebanan secara bertingkat agar dicapai tingkat penurunan pangkal tiang sebesar 1% dari rata-rata diameter tiang atau diagonal tiang. Pembebanan dapat diubah-ubah seperlunya agar setiap tingkat penurunan dapat dipertahankan serta beban tidak boleh ditambah sampai laju perubahan beban untuk mempertahankan tingkat penurunan konstan kurang dari 1% beban uji total per jam. Pembebanan dilanjutkan dengan laju penurunan tersebut sampai dengan penurunan total kepala tiang sebesar 10% dari diameter rata-rata tiang atau diagonal tiang atau sampai dengan kapasitas peralatan pembebanan tercapai. 5.7.3 Krangi beban uji total dalam 4 tingkatan pengurangan beban yang sama setelah mempertahankan tingkat penurunan terkahir atau setelah laju perubahan beban kurang dari 1% beban uji total per jam. Pengurangan beban yang kedua dapat dilakukan apabila laju pemantulan tiang (pergerakan ke atas) pada pengurangan beban pertama kurang dari 0.3% diameter rata-rata atau diagonal tiang per jam. 5.7.4



Prosedur pengukuran berdasarkan butir 6.5.



Catatan 16 : Untuk tiang pancang pada tanah kohesif harus diberikan selang waktu yang cukup antara pemancangan dan pengujian untuk memberi waktu pada pengurangan tekanan air pori yang dihasilkan oleh pemancangan. Selang waktu tersebut tergantung pada beberapa hal seperti; besarnya tekanan air pori yang terjadi, tingkat gangguan pada struktur tanah akibat pemancangan dan parameter tanah yang bersangkutan. Selang waktu tersebut dapat berkisar antara 3 hari sampai dengan 30 hari atau lebih; kebutuhan waktu yang sebenarnya dapat ditentukan melalui pengujian (misalnya : pemukulan ulang tiang) atau berdasarkan pengalaman sebelumnya. Catatan 17 : Untuk menghindari rangkak yang berlebihan pada tiang beton cor ditempat, selang waktu antara pengecoran dengan pengujian harus cukup agar penurunan suhu dan pengerasan beton dapat berlangsung dengan baik. Waktu yang dibutuhkan untuk pengerasan beton di lapangan lebih lama dari pada beton uji di laboratorium.



6



Prosedur Pengukuran Pergerakan Tiang



6.1



Umum



Pada pergerakan aksial, lakukan pengukuran pada kepala tiang atau blok tiang; Pengukuran dapat dilakukan pada pelat uji asalkan persyaratan pada butir 4.2.1 dipenuhi. Untuk pergerakan lateral, pengukuran dilakukan pada kedua sisi tegak lurus kepala tiang atau blok tiang. Pembacaan pada seluruh alat ukur harus dilakukan secara serempak dan sepraktis mungkin. Apabila digunakan metode pembebanan seperti pada butir 3.5, pembacaan alat ukur harus dilakukan sebelum balok uji dan bordes berada di atas tiang (tunggal atau kelompok). Setiap penyesuaian alat ukur atau data uji yang tercatat di lapangan sebutkan dan uraikan secara jelas. 6.2



Metode Pengukuran Baku



Ukur dan catat waktu, beban dan pergerakan sebelum dan setelah peningkatan dan pengurangan beban. Pada saat pembebanan dan selama tiang (tunggal atau kelompok) uji belum mengalami keruntuhan, ukur dan catat tambahan beban selama pembebanan dengan selang waktu tidak lebih dari 10 menit untuk 0,5 jam pertama dan tidak lebih dari 20 menit setelah itu untuk setiap tingkat pembebanan. Setelah seluruh beban uji diberikan dan tiang 9 dari 21



SNI 03-6475-2000



(tunggal atau kelompok) tidak mengalami keruntuhan, ukur dan catat dengan selang waktu sebagai berikut; tidak lebih dari 20 menit untuk 2 jam pertama, tidak lebih dari 1 jam untuk 10 jam berikutnya dan tidak lebih dari 2 jam untuk 12 jam berikutnya. Apabila keruntuhan tiang terjadi maka lakukan pengukuran dan pencatatan segera sebelum pengurangan beban tingkat pertama. Pada saat pengurangan beban, lakukan pengukuran dan pencatatan dengan selang waktu tidak melebihi 20 menit. Pengukuran pemantulan tiang dilakukan 12 jam setelah seluruh beban dikurangi. Catatan 18 : Apabila pengukuran tingkat regangan pada butir 4.4 dilakukan dengan alat ukur regangan, maka pembacaan dan pencatatannya harus dilakukan sebelum dan setelah pemasangan tiang uji dan sesaat sebelum dibebani, sehingga riwayat lengkap regangan didapat dan tegangan sisa dapat diperhitungkan.



6.3



Pengukuran untuk pembebanan dengan laju penetrasi tetap



Lakukan pembacaan dan pencatatan waktu, beban dan penurunan paling sedikit setiap 30 detik untuk menentukan laju penetrasi (penurunan) tiang uji. Apabila pembacaan dan pencatatan dilakukan dengan alat otomatis maka alat tersebut harus dioperasikan selama pengujian berlangsung. Bila laju penetrasi telah mencapai yang ditentukan, lanjutkan pembacaan dan pencatatan selama durasi pembebanan dan pembebanan maksimum ditentukan. Segera setelah pengurangan beban, baca dan catat waktu, beban dan pantulan tiang harus dilakukan. Lanjutkan pembacaan dan pencatatan akhir 1 jam setelah seluruh beban dihilangkan. 6.4



Pengukuran untuk metode uji pembebanan cepat



Lakukan pembacaan dan pencatatan waktu, beban dan penurunan segera sebelum dan setelah setiap pemberian peningkatan beban dan pada setiap selang waktu yang telah ditetapkan. Bila pembebanan maksimum telah diberikan, lakukan pembacaan dan pencatatan dilakukan pada saat pengdongkrakan dihentikan. Hal tersebut dilakukan pembacaan ulang pada saat 2,5 menit dan ulangi pembacaan 5 menit selanjutnya. Apabila selang waktu yang ditetapkan lebih besar dari butir 5.7.2 lakukan pembacaan dan pencatatan tambahan seperti yang ditetapkan. Lakukan pembacaan dan pencatatan waktu dan pemantulan tiang setelah seluruh beban dihilangkan. Ulangi setelah 2,5 menit dan ulangi kembali 5 menit berikutnya. 6.5



Pengukuran untuk metode peningkatan penurunan tetap



Lakukan pembacaan dan pencatatan waktu, beban dan penurunan segera sebelum dan setelah setiap tingkat penurunan dengan pembacaan antara secukupnya, sehingga laju perubahan beban dan beban sebenarnya yang diperlukan untuk menjaga setiap tingkat penurunan dapat dihitung. Pada saat pengurangan beban, lakukan pembacaan dan pencatatan waktu, beban dan pantulan tiang segera setelah setiap penurunan tingkat beban dengan pembacaan antara secukupnya sehingga laju pantulan tiang dapat dihitung. Lakukan pembacaan dan pencatatan akhir 12 jam setelah seluruh beban dihilangkan. Catatan 19 : Pembacaan elevasi harus dilakukan pada balok acuan dan pada sistem tumpuan menggunakan alat penyipat datar elevasi dan mistar ukur untuk mengetahui setiap pergerakan berlebih yang mungkin terjadi. Pembacaan dan pencatatan pengukuran tersebut sebelum pemberian beban dimulai yaitu pada saat; beban rencana beban uji maksimum dan setelah seluruh beban uji dihilangkan. Pembacaan pada selang waktu tertentu diperlukan jika pembacaan menunjukkan keganjilan. Catatan 20 : Apabila pengujian tiang dilakukan pada tanah berbutir kasar pada galian yang dikeringkan yang mungkin akan tergenang pada saat pelaksanaan, elevasi muka air harus dijaga sedekat mungkin dengan permukaan tanah galian tersebut. Kedalaman permukaan air tanah tersebut harus diukur dan dicatat selama pengujian berlangsung. Jika kedalaman permukaan air tanah lebih dari 1,5 m maka harus dilakukan koreksi terhadap daya dukung tiang dari hasil pengujian yang telah dibuat sebelumnya.



10 dari 21



SNI 03-6475-2000



7



Persyaratan Keamanan



7.1 Seluruh pelaksanaan pekerjaan yang berkaitan dengan pengujian pembebanan tiang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi atau menghindari bahaya kecelakaan : 7.1.1 Seluruh daerah kerja, jalan kereta api, bordes dan sebagainya harus bebas dari barang bekas, sampah, peralatan kecil dan akumulasi lumpur, gemuk, oli atau pelumas lainnya. 7.1.2 Semua material dan penyangga kayu harus berkualitas baik dan dalam kondisi layak pakai dengan permukaan rata dan tepi bersudut tajam. 7.1.3 Dongkrak hidraulik harus dilengkapi dengan pelat tumpuan berbentuk bola atau harus kontak penuh dengan permukaan dasar tumpuan dan harus dipasang pada sumbu untuk mencegah eksentrisitas. 7.1.4



Beban tidak boleh diangkat, digantung atau diturunkan di atas kepala seseorang.



7.1.5 Pengikatan balok uji atau portal uji terhadap tiang angker harus dirancang dan dipasang untuk menyalurkan seluruh beban dengan faktor keamanan yang memadai. 7.1.6 Pada pengujian tiang miring, semua dongkrak, pelat tumpuan, balok atau portal uji harus terikat kuat pada tempatnya atau ditahan secukupnya agar tidak tergelincir (selip) pada saat pengurangan beban. 7.1.7 Seluruh beban harus stabil dan setimbang. Jika menggunakan metode pembebanan pada butir 3.5, pasak harus berada pada tempatnya setiap saat untuk mencegah bordes menjadi miring. Selama pengujian, pergerakan beban atau sistem peralatan uji harus dimonitor untuk mengetahui kemungkinan ketidakstabilan. 7.1.8 Semua balok uji, portal uji, bordes dan kotak beban harus selalu ditumpu secukupnya setiap saat. 7.1.9



Hanya petugas pelaksana yang diperbolehkan berada dalam daerah pengujian.



8



Laporan



8.1



Laporan pengujian harus mencakup informasi berikut ini, apabila diperlukan :



8.1.1



Umum



8.1.1.1 Identifikasi Proyek 8.1.1.2 Lokasi Proyek 8.1.1.3 Lokasi Pengujian 8.1.1.4 Pemberi Pekerjaan 8.1.1.5 Ahli Struktur 8.1.1.6 Ahli Geoteknik 8.1.1.7 Kontraktor Pelaksana Pekerjaan Pondasi Tiang 8.1.1.8 Kontaktror Pemboran Uji 8.1.1.9 Tanda dan lokasi pemboran uji terdekat terhadap pengujian pembebanan tiang. 8.1.1.10 Bor log dari pemboran uji terdekat tersebut. 8.1.1.11 Datum horizontal (koordinat) 8.1.1.12 Datum vertikal (elevasi) 8.1.2



Peralatan pemasangan tiang 11 dari 21



SNI 03-6475-2000



8.1.2.1 Pabrikan, model, jenis dan ukuran palu pemancang. 8.1.2.2 Berat palu dan piston pemancang. 8.1.2.3 Panjang lintasan piston 8.1.2.4 Energi rerata 8.1.2.5 Rerata kapasitas boiler atau kompresor 8.1.2.6 Jenis dan ukuran “capblock” dan bantalan tiang. 8.1.2.7 Berat dan ukuran “drive cap” dan “follower” 8.1.2.8 Ukuran “predrilling” atau “jetting” 8.1.2.9 Berat klem, “follower”, adaptor dan osilator dari penggetar. 8.1.2.10 Jenis, ukuran, panjang dan berat mandrel. 8.1.2.11 Jenis, ukuran dan panjang auger. 8.1.2.12 Jenis dan ukuran pompa grout. 8.1.2.13 Jenis, ukuran, tebal dinding dan panjang “casing”. 8.1.3



Tiang Uji dan Tiang Angker



8.1.3.1 Identifikasi dan lokasi 8.1.3.2 Beban rencana 8.1.3.3 Jenis tiang 8.1.3.4 Bahan tiang 8.1.3.5 Ukuran ujung dan kepala tiang 8.1.3.6 Kualitas tiang uji kayu 8.1.3.7 Metode dan proses pengawetan kayu 8.1.3.8 Tebal dinding tiang uji pipa 8.1.3.9 Berat persatuan panjang tiang uji H 8.1.3.10 Deskripsi perkuatan atau pelindung ujung tiang 8.1.3.11 Deskripsi pengikat tiang-tiang kayu 8.1.3.12 Deskripsi lapisan permukaan khusus yang digunakan 8.1.3.13 Berat tiang uji 8.1.3.14 Tanggal pembuatan tiang beton pracetak 8.1.3.15 Kekuatan silinder beton 8.1.3.16 Deskripsi tulangan baja tiang beton uji 8.1.3.17 Kondisi tiang beton uji pracetak 8.1.3.18 Prategang efektif 8.1.3.19 Tiang tegak dan miring 8.1.3.20 Kemiringan tiang 8.1.3.21 Panjang tiang uji saat pemancangan 8.1.3.22 Panjang tiang uji dan tiang angker tertanam 8.1.3.23 Panjang tiang yang diuji



12 dari 21



SNI 03-6475-2000



8.1.3.24 Elevasi akhir kepala tiang terhadap datum tetap. 8.1.4



Pemasangan Tiang uji dan Tiang Angker



8.1.4.1 Tanggal pemancangan 8.1.4.2 Tanggal pengecoran 8.1.4.3 Volume pengecoran 8.1.4.4 Tekanan pompa pengecoran 8.1.4.5 Deskripsi pemboran awal atau “jetting” 8.1.4.6 Tekanan operasi palu pemancang 8.1.4.7 “Throttle setting” dari pemancang disel 8.1.4.8 Jenis bahan bakar 8.1.4.9 Tenaga kuda dan frekuensi yang diperlukan oleh penggetar pada saat penetrasi tiang 3 m terkahir. 8.1.4.10 Deskripsi dari prosedur pemasangan khusus 8.1.4.11 Jenis dan lokasi sambungan tiang 8.1.4.12 Log pemancangan (pukulan per 30 cm) 8.1.4.13 Tehanan penetrasi akhir (pukulan per 2,54 cm) 8.1.4.14 Laju penetrasi tiang pada saat (3 m) penggetaran 8.1.4.15 Kapan “cap block” diganti 8.1.4.16 Kapan bantalan tiang diganti 8.1.4.17 Penyebab dan durasi gangguan pada saat pemasangan tiang 8.1.4.18 Pencatatan setiap keganjilan pada saat pemasangan tiang 8.1.5



Pengujian Tiang



8.1.5.1 Tanggal pengujian 8.1.5.2 Jenis pengujian 8.1.5.3 Jumlah tiang dalam kelompok 8.1.5.4 Deskripsi alat pembebanan termasuk kapasitas dongkrak 8.1.5.5 Deskripsi alat pengukur pergerakan termasuk lokasi pengukur atau titik tetap (lihat catatan 2.1) 8.1.5.6 Deskripsi alat khusus seperti batang regangan atau pengukur regangan 8.1.5.7 Prosedur khusus pengujian 8.1.5.8 Pencatatan waktu, beban dan pergerakan 8.1.5.9 Identifikasi dan sketsa lokasi dari seluruh pengukur, patok dan titik tetap (lihat catatan 2.1) 8.1.5.10 Deskripsi dan penjelasan penyesuaian yang dilakukan kepada alat dan atau data lapangan 8.1.5.11 Pencatatan keganjilan selama pengujian berlangsung 8.1.5.12 Laporan uji dongkrak dan kalibrasi lainnya 8.1.5.13 Permukaan air tanah (lihat catatan 20) 8.1.5.14 Suhu dan kondisi cuaca selama pengujian berlangsung 13 dari 21



SNI 03-6475-2000



Catatan 21 : Foto-Foto yang sesuai akan sangat membantu untuk mengetahui susunan peralatan uji, lokasi alat penyipat datar dan titik-titik acuan. Catatan 22 : Hasil uji tanah di laboratorium dan lapangan harus tersedia untuk evaluasi hasil pengujian sebagai informasi tambahan di dalam laporan



14 dari 21



SNI 03-6475-2000



Lampiran A Daftar Istilah Tiang pancang dengan tahanan ujung



:



point bearing pile



Tiang pancang dengan gaya friksi



:



friction pile



Tiang pancang beton bertulang



:



concrete pile



Tiang pancang beton prategang



:



prestressed concrete pile



Tiang pancang baja



:



steel pile



satu kesatuan



:



pile group



Penurunan



:



settlement



Daya dukung



:



bearing capasity



Jarum ukur



:



dial gauge



Pantulan



:



rebound



Alat ukur beban dengan ketelitian tinggi



:



load cell



Tuas ukur



:



gauge stam



Bertekanan tinggi



:



high-strength quick-setting grout



Susunan balok penyangga



:



cribbing



Bahan uji rencana



:



anticipated pile design load



Alat ukur regangan



:



strain gauge



Pangkal tiang



:



pile head



Kepala tiang



:



pile cap



Tiang pancang lebih dari satu dalam



Bahan graut yang cepat mengering



15 dari 21



SNI 03-6475-2000



Lampiran Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengujian 1. Potensi sisa beban pada tiang yang dapat mempengaruhi interpretasi distribusi beban pada ujung tiang dan sepanjang selimut tiang. 2. Kemungkinan interaksi beban geseran pada tiang uji yang dihasilkan oleh pergerakan ke atas dari tiang angker. 3. Perubahan tekanan air pori yang disebabkan oleh pemancangan tiang, timbunan dan pelaksanaan pekerjaan lainnya yang dapat mempengaruhi daya dukung geseran hasil uji pada tanah relatif kedap air seperti lempung dan lanau. 4. Perbedaan keadaan pada saat pengujian dengan saat pemasangan tiang seperti perubahan permukaan air tanah. 5. Potensi kehilangan daya dukungan tanah terhadap tiang. 6. Kemungkinan perbedaan unjuk kerja sebuah tiang dalam kelompok atau sebuah kelompok tiang terhadap tiang tunggal. 7. Berpengaruh pada unjuk kerja jangka panjang sebagai akibat dari faktor seperti : rangkak, pengaruh lingkungan terhadap bahan tiang, beban geseran negatif yang belum diperhitungkan sebelumnya dan kehilangan kekuatan. 8. Jenis bangunan yang akan didukungnya termasuk kepekaan bangunan terhadap penurunan dan hubungan beban hidup dan mati. 9. Prosedur pengujian khusus yang mungkin diperlukan untuk penerapan suatu kriteria atau metode interpretasi tertentu. 10. Perbedaan-perbedaan kondisi pada saat pengujian dan pengoperasian tiang seperti : kondisi tanah, jenis tiang, panjang tiang, ukuran dan kekakuan tiang, metode pemasangan tiang dan peralatan pemasangan.



16 dari 21



SNI 03-6475-2000



Lampiran B Gambar-Gambar



Keterangan : 1. Balok uji 2. Pelat landasan 3. Dongkrak hidrolis 4. Pengukur gerak 5. Pelat uji 6. Balok acuan 7. Tiang uji 8. Tiang jangkar



Gambar 1.



Sistim pembebanan pada tiang (tunggal menggunakan dongkrak hidraulik pada tiang jangkar



Keterangan : 1. Balok baja 2. Balok uji 3. Pelat landasan 4. Dongkrak hidrolis 5. Pelat uji 6. Pengukur gerak 7. Balok acuan 8. Blok tiang 9. Tiang jangkar 10. Kelompok tiang uji



Gambar 2. Pembebanan yang umum digunakan pada pengujian kelompok tiang 17 dari 21



SNI 03-6475-2000



Keterangan : 1. Bordes 2. Balok melintang 3. Balok uji 4. Pelat landasan 5. Dongkrak hidrolis 6. Pelat uji 7. Pengukur gerak 8. Balok acuan 9. Tiang uji



Gambar 3. Penggunaan beban pada tiang (tunggal) menggunakan dongkrak hidrolis pada bordes



Keterangan : 1. Beban uji 2. Bordes beban 3. Balok melintang 4. Pasak 5. Balok uji 6. Pelat uji 7. Susunan balok 8. Pengukur gerak 9. Balok acuan 10. Tiang uji



Gambar 4. Penggunaan beban langsung pada tiang (tunggal) menggunakan bordes beban



18 dari 21



SNI 03-6475-2000



Keterangan : 1. Beban uji 2. Bordes beban 3. Pengukur gerak 4. Pasak 5. Balok uji 6. Balok acuan 7. Susunan balok 8. Blok tiang beton 9. Kelompok tiang uji



Gambar 5.



Susunan penggunaan uji beban langsung pada kelompok tiang menggunakan bordes beban



Keterangan : 1. Beban uji atau kotak beban 2. Blok tiang beton 3. Pengukur gerak 4. Balok acuan 5. Kelompok tiang uji



Gambar 6. Susunan penggunaan beban uji langsung pada kepala tiang untuk kelompok tiang



19 dari 21



SNI 03-6475-2000



Keterangan : 1. Balok uji 2. Pelat landasan 3. Dongkrak hidrolis 4. Pelat uji 5. Pengukur gerak (1) 6. Pengukur gerak (2) 7. Skala pembacaan langsung dan kaca 8. Baja siku



Gambar 7. Susunan instrumentasi untuk mengukur gerakan vertikal tiang



Keterangan : 1. Pelat uji 2. Balok acuan



Gambar 8. Pemasangan “Telltales” untuk tiang baja pipa 20 dari 21



SNI 03-6475-2000



Lampiran C Daftar Nama dan Lembaga 1)



Pemrakarsa Pusat Litbang Teknologi SDA, Badan Litbang Kimbangwil



2)



Penyusun NAMA



LEMBAGA



Ir. Sri Hetty Susantin, M.Eng. Edie Sukandi, BE.



Pusat Litbang TSDA Pusat Litbang TSDA



21 dari 21