Solo Paragon [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon



Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Lingkungan Sekitar



Gambar 1.1 Tampak Perspektif Solo Paragon Tahun 2007 http://2.bp.blogspot.com/_22Dl7GDOIM8/TQhDdAVyNgI/AAAAAAAAADo/JR456jRGbnQ/s1600/soloparagonmall01.jpg



1. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin meningkat pula permintaan kesediaan lahan yang dipergunakan untuk penyediakan fasilitas sarana prasarana. Permintaan akan lahan terus bertambah, sedangkan lahan yang tersedia jumlahnya terbatas. Hal tersebut gencar dilakukan baik dari pemerintah maupun pihak swasta untuk mengadakan pembangunan khususnya upaya intensifikasi fungsi di pusat kota, yaitu berupa pembangunan vertikal dalam hal ini “high rise apartemens” untuk pengkonsentrasian tempat tinggal di pusat kota (Yunus, 2008). Adanya pembangunan dalam suatu kota membawa konsekuensi spasial di kawasan sekitarnya. Selain itu, perkembangan pembangunan perkotaan membawa perubahan pada berbagai aspek baik dari segi lingkungan, fisik, sosial, dan ekonomi. Beberapa tahun belakangan ini pembangunan Kota Solo meningkat drastis. Dibangunnya sejumlah konsep



hunian kelas vertikal di Kota Solo dalam rentang waktu yang hampir bersamaan dengan tujuan memfasilitasi masyarakat sesuai perubahan zaman. Solo Paragon merupakan salah satu bangunan mix-use yang di dalamnya mengintegrasikan fungsi hunian berupa apartemen dan kondotel, dengan city walk, lifestyle mall dan entertainment akan menjadi tonggak kemegahan kota. Dan dipastikan megaproyek ini akan menjadi pusat tren (trend setter) dalam industri properti, baik untuk regional Solo maupun Jawa Tengah secara umum. Dibangun di atas lahan seluas 4,1 hektare dengan tinggi bangunan 24 lantai, Apartemen Solo Paragon merebut julukan sebagai bangunan tertinggi pertama di Jawa Tengah & DIY.



2. Rumusan Masalah Berangkat dari kajian teoritis dan kajian empiris, muncul dugaan permasalahan yang berupa indikasi perubahan pemanfaatan lahan akibat adanya pembangunan Apartemen Solo Paragon seperti perubahan fungsi bangunan komersial, serta pengaruh sosial dan ekonomi yang dipengaruhi oleh pembangunan Apartemen Solo Paragon. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian yaitu : Bagaimana pengaruh pembangunan Apartemen Solo Paragon terhadap kecenderungan perubahan kondisi fisik, sosial dan ekonomi masyarakat di sekitarnya ?



3. Identitas Pembangunan Solo Paragon



Solo Paragon terletak di lokasi yang cukup strategis, dekat dengan pusat Kota Solo yaitu di antara 3 Kelurahan yaitu kelurahan Mangkubumen Kecamatan Banjarsari, Kelurahan Sriwedari dan Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan tepatnya pada lahan bekas Rumah Sakit Umum Dr. Muwardi. Lokasi yang strategis karena letak Solo Paragon yang juga berada di bagian barat-selatan Kota Surakarta yang mana kawasan tersebut merupakan pusat pertumbuhan utama Kota Surakarta. Selain itu, mudah untuk dijangkau dari arah manapun karena dihubungkan dengan jalan-jalan kolektor seperti Jalan Slamet Riyadi, Jalan yosodipuro dan Jalan Ciptomangunkusumo.



Gambar 1.2 Lokasi Solo Paragon



Solo Paragon merupakan salah satu bangunan mixed-use yang di dalamnya mengintegrasikan fungsi hunian berupa apartemen dan kondotel, dengan city walk, lifestyle mall dan entertainment akan menjadi tonggak kemegahan kota. Dan dipastikan megaproyek ini akan menjadi pusat tren (trend setter) dalam industri properti, baik untuk regional Solo maupun Jawa Tengah secara umum. Solo Paragon memiliki kemudahan dari tiga titik akses masuk dari jalan utama, yaitu : Jalan Slamet Riyadi, Jalan Yosodipuro, Jalan Dr Cipto Mangunkusumo. Apartemen Solo Paragon dengan 24 lantai atau setinggi 84 meter ini mendapatkan julukan sebagai bangunan tertinggi pertama di Jawa Tengah & DIY. Bangunan ini dicanangkan akan menjadi bangunan termegah di Kota Surakarta dan menjadi salah satu ikon kota. Sementara ini dari data yang diperoleh dari Manajemen Solo Paragon tahun 2010, terdapat 4 tower untuk apartemen dan hotel (yang sekarang ini baru 1 tower yang selesai dibangun) dan sisanya adalah mall dan city walk. Berikut ini adalah gambar Site Plan Solo Paragon tahun 207 :



Gambar 1.3 Site Plan Solo Paragon Tahun 2007



Untuk ke empat tower tersebut, setiap lantai peruntukannya sama antara satu tower dengan tower lain dengan rincian sebagai berikut. Dari 24 lantai, apartemen dan hotel yang sudah dipasarkan adalah pada : Lantai 1 – lantai 8



: Apartemen



Lantai 9 – lantai 18 : Hotel Lantai 18 – lantai 24 : Apartemen (belum beroperasi) Blok lainnya adalah peruntukan life style mall dan city walk yang dijadikan sebagai pusat wisata kuliner yang menyuguhkan berbagai macam makanan. Selain penjualan apartemen yang fantastis, penjualan Citywalk dan Mall Solo Paragon juga mendapat respon yang sama. Banyak tenant yang telah dan akan bergabung seperti KFC, A&W, Solaria, Nakamura, Ja Co Fitness, Dunkin Donuts, Stroberi, Kafe Gelare, Batik Keris, Cammomile, Nav Karaoke, Yogen Fruit, Baby Snoopy, Es Teller 77, Bakso Lapangan Tembak, Simplicity, Hammer, ADIDAS, Sport Station, MC Games, Luwak Cafe, Carrefour, dan lain lain. Keunggulan Solo Paragon terletak pada konsep dan fasilitasnya yang lengkap dan modern, di antaranya Lagoon Pool, Jogging Track, Mini Golf, Children Play Ground, Fitness



& Spa, Laundry, Function Hall, dan 24 Hours Security System (CCTV & Magnetic Card). Dengan konsep termegah serta fasilitas terlengkap dan termodern, Solo Paragon akan menjadi kebanggaan masyarakat Solo dan Jawa Tengah. Solo Paragon akan memiliki sebanyak 440 unit hunian, yang terdiri dari 220 unit apartemen dan 220 kondominium hotel (kondotel). Proyek apartemen ini merupakan hunian yang serba praktis bagi masyarakat. Pasalnya, semua fasilitas, antara lain supermarket, “city walk” yang menyajikan layanan kuliner dengan waktu yang lebih panjang dan berbagai fasilitas kelas hotel bintang lima sudah tersedia. Dengan berdirinya Solo Paragon, perkembangan bisnis properti juga tidak akan mengalami penurunan, sebaliknya justru justru akan semakin meningkat. Apalagi, pertimbangan tingkat keamanan, letak yang strategis dan praktis menjadikan aset yang dipunyai semakin memiliki nilai jual yang lebih, seperti properti di Solo Paragon.



4. Tabel Identitas Pembangunan Solo Paragon



Klien



PT. Sunindo Gapura Prima (Gapura Prima & Sun Motor Group)



Alamat



Jalan. Yosodipuro no. 135, Surakarta



Luas Lahan



41.000 m2



Luas Bangunan



99.043 m2



Arsitek



Architect Indomegah



Struktur



Davy Sukamta & Partners



Mekanikal & Elektrikal



PT. Metakom Pranata



Manajemen Konstruksi



PT. Trianoto



Pengelola



Harris Hotel



Operational Director,



Budianto Wiharto



President Director, Chandra Tambayong Rencana mulai beroperasi



awal 2010 oleh Harris Hotel dan Residences Surakarta



5. Adapun jenis pemanfaatan lahan di kawasan penelitian sebelum dan sesudah adanya pembangunan Solo Paragon antara lain : 1. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan permukiman Sebelumnya perumahan di kawasan penelitian adalah peruntukan yang dominan. Karena sebelum RTRW 1993-2013 ditetapkan, peruntukan di Kelurahan Mangkubumen adalah peruntukan perumahan. Sehingga terdapat rumah-rumah yang mendominasi kawasan tersebut. Sekarang ini, sebagian rumah-rumah warga pada bagian periferi terdapat guna lahan permukiman dengan rumah-rumah lama/kuno, yang sudah ada dari jaman dahulu, dan kini sebagian mereka mengubah fungsi bangunan rumah mereka atau mengalami “suksesi”, yaitu penggantian fungsi lama (permukiman) menjadi fungsi baru (komersial). Sedangkan untuk guna lahan permukiman pada kawasan Solo Paragon hanya dijumpai pada bagian enclave di dalam kampung-kampung yang sejak dahulu terbentuk secara sendirinya. Namun sekarang banyak yang meengubah fungsi bangunannya menjadi kost-kostan. Seperti yang dikutip dalam hasil wawancara berikut : “Namun tetap, ada hal positif yang diterima warga, yakni warga banyak yang mulai melakukan adaptasi dengan cara membuka kost-kostan baik untuk para pekerja kasar/kuli, dan karyawan Solo Paragon nantinya. Sejauh ini, warga lumayan diuntungkan dengan adanya kost-kostan. dan kini semenjak adanya pembangunan Solo Paragon, banyak warga yang membuka kost-kostan di rumah mereka”(Ketua RW V Kelurahan Mangkubumen)



Gambar 1.4 Kost-kostan Dibangun Sebelum Pembangunan



Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



Gambar 1.5 Kost-kostan Dibangun Sesudah Pembangunan



Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



Gambar 1.6 Rumah sebelum dibangun Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



Gambar 1.7 Rumah sebelum dibangun Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



2. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan pendidikan Selain dominan kawasan perumahan, juga dominan dengan kawasan pendidikan. Banyak sekali sarana pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi baik formal maupun swasta. Kini setelah adanya pembangunan Solo Paragon, muncul pendidikanpendidikan swasta yang baru dibangun di kawasan tersebut. Berikut adalah contoh gambar sarana pendidikan di sekitar Solo Paragon.



Gambar 1.8 Sarana Pendidikan Sebelum Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



Gambar 1.9 Sarana Pendidikan Sesudah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



3. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan kesehatan memang banyak terdapat sarana kesehatan mulai dari rumah sakit, apotek, praktek dokter sampai dengan klinik kesehatan. Terdapat Rumah Sakit swasta yang terletak di Jalan Ronggowarsito tepatnya di sebelah selatan Solo Paragon yaitu RS PKU Muhammadyah. Sebelah utara Solo Paragon kini terdapat klinik kesehatan dan bermacam-macam apotek. Berikut adalah gambar Klinik kesehatan di sebelah utara Solo Paragon:



Gambar 1.10 Sarana Kesehatan Sebelum Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



Gambar 2.1 Sarana Kesehatan Sesudah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



4. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa Zona pada Jalan Yosodipuro sebelum adanya pembangunan Solo Paragon merupakan kawasan mix use mulai dari perdagangan, jasa, perkantoran, sarana kesehatan dan lain-lain. Dan kini, semenjak adanya pembangunan Solo Paragon zona ini terlihat mengalami kecenderungan komersialisasi yang terus meningkat pertumbuhannya di masa yang akan datang. a. Toko dan Ruko Pada periferi zona Jalan Yosodipuro memiliki keragaman jenis toko jika ditinjau dari jenis barang dagangannya. Antara lain : mini market, toko alat jahit, toko kain, toko barang-barang elektronik, toko furniture, toko perlengkapan rumah tangga, showroom, dan kios-kios maupun warungwarung kecil lainnya. Toko tersebut tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok penduduk sekitar Kelurahan namun cakupan pelayanannya sampai penduduk se Kota Surakarta. Toko tersebut muncul setelah adanya perubahan wujud kawasan di sekitar zona Jalan Yosodipuro setelah adanya pembangunan Solo Paragon yang dahulunya merupakan kawasan mati.



Keberadaan toko dan warung di Jalan Yosodipuro bagian timur sebagai akibat adanya kawasan pendidikan TK – SD dan berseberangan dengan Rumah Sakit sehingga lebih bertujuan untuk memenuhi kebutuhan murid dan penjenguk pasien. Dan masih banyak pula toko yang berada di sepanjang Jalan Dr. Muwardi, diantaranya toko pakaian, toko buku, toko makanan, dan lain-lain. Di sepanjang jalan Dr. Muwardi memang selain menjadi kawasan kompleks pendidikan, tetapi pada malama harinya kawasan tersebut berubah menjadi kawasan kuliner di malam hari. Ini merupakan salah satu potensi bagi perkembangan sekitar Solo Paragon.



Gambar 2.2 Pertokoan Sebelum Pembangunan Solo Paragon



Gambar 2.3 Pertokoan Setelah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



Sumber : Peneliti, 2010



Untuk ruko, sebelum pembangunan Solo Paragon terdapat satu ruko yang belum terisi/tersewa. Kini ruko-ruko menjamur di sekitar Solo Paragon. Ruko-ruko ini dijumpai di sebelah barat Solo Paragon, terletak pinggir jalan Yosodipuro dan sebagian lain di dalam gang kecil. Kegiatan ini berkembang dan tetap ramai walaupun area parkirnya tidak begitu luas. Seperti yang tertera pada Gambar di bawah ini.



Gambar 2.4 Ruko Baru Sesudah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



b. Pasar Satu-satunya pasar yang letaknya dekat dengan Solo Paragon dan satu-satunya pasar milik Kelurahan Mangkubumen adalah Pasar Nangka. Pasar tradisional tersebut sudah lama berdiri di Kota Surakarta. Cakupan pelayanannya sampai pada tingkat kota. Namun jalan di sekitar pasar itu berupa jalan kecil yang sekaligus dipergunakan sebagai lahan parkir. Sehingga walaupun jalan di sekitar pasar dibuat one way, tetap terjadi kemacetan di sekitar pasar. Berikut adalah Gambar Pasar Tradisional Nangka.



Gambar 2.5 Pasar Tradisional nangka Sumber : Peneliti, 2010



c. Restoran Untuk restoran, sebelum pembangunan Solo Paragon jarang dijumpai di sepanjang jalan khususnya jalan arteri sekunder (jalan utama). Kini setelah pembangunan Solo Paragon, resrtoran berkembang dan banyak dijumpai pada sepanjang Jalan Yosodipuro dan sepanjang Jalan Dr. Muwardi. Mulai dari restoran, cafe, sampai dengan warung makan dan PKL yang berdagang makanan di pinggir jalan. Jenis restoran sebelum Solo Paragon dibangun tepatnya pada Jalan Cipto Mangunkusumo dan cafe sesudah Solo Paragon dibangun seperti pada Gambar di bawah ini :



Gambar 2.6 Restoran Sebelum Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



Gambar 2.7 Restoran Setelah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



d. Laundry dan Salon Kegiatan laundry dan Salon banyak dijumpai di sekitar Solo Paragon, baik sebelum pembangunan itu berlangsung maupun sudah berlangsung. Ini dikarenakan daerah tersebut menjadi lokasi yang strategis untuk mendirikan laundry dan salon. Dan untuk kegiatan salon terus berkembang di sekitar Solo Paragon ini dengan sasaran menengah ke atas. Sehingga membentuk pandangan bahwa sekitar Solo Paragon menjadi sentra beraneka macam salon. Pada Gambar 2.8 dan Gambar 2.9 di bawah ini adalah gambar salon yang ada sebelum pembangunan Solo Paragon dan sesudah pembangunan Solo Paragon.



Gambar 2.8 Salon Sebelum Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



Gambar 2.9 Pertokoan Setelah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



Sedangkan Gambar 2.10 dan Gambar 3.1 adalah gambar laundry yang sebelum Solo Paragon dibangun sudah ada di jalan Hasanudin, dan gambar laundry yang baru-baru ini dibangun setelah pembangunan Solo Paragon di Jalan Yosodipuro.



Gambar 2.10 Laundry Sebelum Pembangunan Solo Paragon



Gambar 3.1 Laundry Setelah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



Sumber : Peneliti, 2010



e. Perhotelan Banyak terdapat hotel di sekitar kawasan penelitian yang dari awal sebelum Solo paragon berdiri, hotel-hotel itu sudah ada. Seperti hotel Agas dan hotel Suka Marem. Dan ada pula hotel yang dibangun setelah Solo Paragon ada seperti hotel De Solo. Dan dari berbagai level mulai dari hotel bintang satu sampai dengan hotel bintang tiga. Berikut gambar hotel-hotel yang berada di sekitar Solo Paragon sebelum Solo Paragon berdiri seperti pada Gambar di bawah



Gambar 3.2 Hotel di jalan Hasanudin Sumber : Peneliti, 2010



f. Bimbingan Belajar Berhubung daerah sekitar Solo Paragon juga merupakan kawasan dekat dengan kawasan pendidikan, sehingga untuk kegiatan bimbingan belajar kian menjamur di daerah tersebut. Dahulunya banyak dibangun bimbingan belajar di sepanjang Jalan Dr. Muwardi, namun kini semenjak Solo Paragon dibangun, muncul lagi bimbingan belajar yang berada di sebelah utara dan barat Solo Paragon. Selain Bimbingan Belajar yang menitikberatkan pendidikan, ada pula tempat kursus untuk mengasah skill di dunia model yang letaknya di ruko sebelah barat Solo Paragon. Salah satu bangunan Bimbingan Belajar sesudah Solo Paragon berdiri yang terletak di sebelah utara Solo Paragon tepatnya di Jalan Yosodipuro dapat dilihat pada Gambar dibawah



Gambar 3.3 Bimbingan Belajar Sesudah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



g. Praktek Dokter Praktek dokter sering ditemui di sekitar kawasan Solo Paragon, baik di sepanjang periferi maupun di kawasan perumahan dan permukiman di belakang koridor (enclave). Konsumen dari praktek dokter adalah masyarakat di sekitar kawasan penelitian, khusus untuk dokter spesialis jangkauan pelayanan telah mencapai masyarakat di luar wilayah studi.



h. Bengkel dan tambal ban Belum terdapat bengkel resmi atau yang bersifat formal di daerah sekitar Solo Paragon, yang ada hanya bengkel informal di pinggir-pinggir jalan kolektor sekunder dan sudah ada sebelum SOlo Paragon dibangun. Seperti pada Gambar berikut ini :



Gambar 3.4 Bengkel dan Tambal Ban di Jalan Cipto Mangunkusumo Sumber : Peneliti, 2010



i. Kegiatan jasa lainnya Kegiatan jasa lainnya yang dimaksud adalah kost-kostan, jasa privat mengemudi mobil, warnet, wartel, dan lain-lain yang ditemui di seluruh wilayah penelitian.



5. Pemanfaatan lahan untuk perkantoran a. Perkantoran pemerintah



Perkantoran Pemerintah yang terdapat di wilayah studi antara lain : Perkantoran Pemerintah



(Kantor Kelurahan Mangkubumen) dan Kantor Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi (Disperindagkop). Salah satu bangunan perkantoran pemerintah dapat dilihat pada Gambar dibawah



Gambar 3.5 Kantor Kelurahan Mangkubumen Sumber : Peneliti, 2010



b. Perkantoran swasta Perkantoran Swasta yang dimaksud adalah perkantoran bisnis dan profesional, antara lain berupa : kantor notaris, kantor pengacara yang berada di bagian enclave (permukiman), dan kantor keuangan atau finence, kantor ticketing penerbangan pesawat terbang, dan lain-lain yang tersebar di bagian periferi koridor Jalan Yosodipuro. Salah satu perkantoran yang berkembang di wilayah studi sesudah Solo Paragon dibangun dapat dilihat pada Gambar dibawah



Gambar 3.5 Kantor Keuangan Sesudah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



c. Bank



Untuk kegiatan Bank, hanya terdapat 1 kantor cabang saja yaitu LIPPO BANK, karena peruntukan bank lebih dominan di sepanjang Jalan Slamet Riyadi atau di sebelah selatan Solo Paragon. Karena memang perkembangan untuk kegiatan Bank berada di Jalan utama Kota Surakarta yaitu Jalan Slamet Riyadi. Sementara ini juga terdapat ATM yang terletak di depan Solo Paragon. d. Asuransi Terdapat satu asuransi yang letaknya di Jalan kolektor sekunder yaitu Jalan Wora Wari. Untuk kegiatan asuransi, dapat dilihat pada Gambar dibawah



Gambar 3.6 Kantor Asuransi Sesudah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010



Berdasarkan hasil olah data proporsi kegiatan komersial (perdagangan, jasa, pendidikan, perkantoran dan kesehatan) pada bagian periferi sebelum dan sesudah Solo Paragon dibangun di wilayah tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini :



Tabel 4.5 Proporsi Kegiatan Komersial Pada Bagian Periferi Kawasan Penelitian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon No



Jenis Kegiatan &Fungsi Bangunan



1.



Perdagangan Sebelum Toko elektronik Toko kelontong Toko furniture Toko pulsa Toko alat jahit Toko mesin foto copy Showroom motor -



Jumlah



Sesudah Toko pakaian Toko pulsa Toko wallpaper Toko boneka Toko tas Toko elektronik Toko makanan Toko kelontong Toko minimarket Toko buku



Jumlah Bangunan Sebelum 1 8 1 5 1 1 1



18



Sesudah 3 6 1 2 1 2 4 5 2 1 27



2.



Jasa dan Kost-kostan Sebelum Laundry Salon Kost-kostan Wartel Penjahit Foto copy Rias pengantin Jumlah



3



Sesudah Laundry Salon Pelatihan setir mobil Kost-kostan Warnet Kursus keterampilan Percetakan



Pendidikan Sebelum TK SD SMP Bimbingan belajar Jumlah



4



Jumlah Bangunan Sesudah 4 4 1 7 1 1 1 19



Jumlah Bangunan Sesudah Sekolah swasta Bimbingan belajar -



Perkantoran Sebelum Kantor kelurahan Kantor notaris Jumlah



5



Sebelum 3 2 3 1 1 1 1 11



Sesudah 2 3 5



Jumlah Bangunan Sesudah Kantor asuransi Kantor cabang Kantor notaris



Kesehatan Sebelum Praktek dokter Apotek Jumlah



Sebelum 1 2 2 1 6



Sebelum 1 5 6



Sesudah 3 2 5 10



Jumlah Bangunan Sesudah Praktek dokter Apotek Klinik bersama



Sebelum 4 1 5



Sesudah 7 4 1 12



Sumber : Hasil Olah Data, Tahun 2010



Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa proporsi kegiatan komersial pada bagian periferi kawasan penelitian sebelum dan sesudah adanya pembangunan Solo Paragon mengalami pertambahan. Di bawah ini adalah proporsi kegiatan komersial pada bagian enclave sebelum dan sesudah Solo Paragon dibangun di wilayah tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :



Tabel 4.6 Proporsi Kegiatan Komersial Pada Bagian Enclave Kawasan Penelitian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon No



Jenis Kegiatan &Fungsi Bangunan



1.



Perdagangan Sebelum Toko kelontong Toko furniture Toko pulsa



Sesudah Toko kelontong Toko makanan Toko pulsa Jumlah



2.



3



Jasa dan Kost-kostan Sebelum Laundry Salon Kost-kostan Wartel Rias pengantin Jumlah



5



Sebelum 11 1 3 15



Sesudah 13 4 5 22



Sesudah Laundry Salon Kost-kostan Kursus keterampilan Percetakan



Jumlah Bangunan Sebelum Sesudah 5 3 3 2 5 4 2 1 1 14 9



Sesudah Sekolah swasta Bimbingan belajar



Jumlah Bangunan Sebelum Sesudah 1 1 1 1 2 2



Perkantoran Sebelum Kantor notaris Jumlah



Sesudah Kantor notaris



Jumlah Bangunan Sebelum Sesudah 5 4 5 4



Kesehatan Sebelum Praktek dokter Apotek Jumlah



Sesudah Praktek dokter Apotek



Jumlah Bangunan Sebelum Sesudah 2 4 1 1 3 5



Pendidikan Sebelum TK SD Jumlah



4



Jumlah Bangunan



Sumber : Hasil Olah Data, Tahun 2010



Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa proporsi kegiatan komersial pada bagian periferi kawasan penelitian sebelum dan sesudah adanya pembangunan Solo Paragon mengalami pertambahan.



1 Kesimpulan 1.



Seiring dengan perkembangan kota dan pertambahan jumah penduduk



menuntut adanya suatu pembangunan vertikal di dalam lahan yang terbatas pada kota. Maka muncullah pembangunan apartemen, mall, kondotel dan city walk Solo Paragon di lahan seluas ± 4 Ha tepatnya di lahan bekas RSUP Dr. Muwardi. Arah perkembangan bangunan yang berfungsi mix use ini mendukung Kota Surakarta yang bersifat dinamis dan menyinergikan aset yang ditonjolkan Kota Surakarta berupa sentra-sentra batik dan pariwasata yang ada di Kota Surakarta untuk menarik banyak wisatawan yang datang dan para investor khususnya untuk keperluan bisnis property. 2.



Adanya pembangunan Solo Paragon yang berada pada 3 Kelurahan yakni



Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Penumping dan Kelurahan Sriwedari sudah sesuai degan ketentuan dalam RUTRK Kota Surakarta Tahun 1993-2013 bahwa kawasan Solo Paragon adalah kawasan mix use sehingga dengan adanya Solo Paragon yang bersifat mix use ini, dan perkembangan fisik yang terjadi di sekitarnya mendukung dan sangat relevan sebagai bentuk pengayaan kawasan ini dengan berbagai fasilitas komersial yang belum ada sebelumnya. 3.



Gejala perkembangan perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi di sekitar



Solo Paragon berkembang seiring dengan masa pembangunan apartemen Solo Paragon dengan dominasi kegiatan perdagangan, jasa, perkantoran, pendidikan dan kesehatan. 4.



Perubahan pemanfaatan lahan menjadi komersial di kawasan penelitian yang



menonjol adalah pada koridor Jalan Yosodipuro dengan pola memanjang untuk bagian periferi dan pola menyebar untuk bagian enclave.



5.



Pengaruh sosial yang dirasakan warga sekitar yakni semakin heterogennya strata sosial



masyarakat di lingkungannya yang membuat sulit untuk berinteraksi. Dan ketidaksiapan warga terhadap adanya pembangunan apartemen Solo Paragon karena khawatir akan terinfiltrasi kalangan menengah ke atas dan terjadi adanya gab/kesenjangan sosial antar penghuni dengan warga sekitar Solo Paragon. Tetapi di sisi lain, secara tidak langsung kehadiran Solo Paragon di lingkungan mereka membuat kebanggaan atau “gengsi” tersendiri bagi warga sekitar karena tempat tinggalnya berdekatan dengan Solo Paragon. Kemudian bagi para PKL, mereka merasa dibatasi dalam penggunaan ruang publik untuk berjualan di sekitar Solo Paragon. 6.



Adanya Solo Paragon yang dianggap sebagai pusat pertumbuhan (growth pole) yang



idealnya dapat menyerap banyak tenaga kerja dan menjadi lapangan usaha yang besar bagi masyarakat khususnya warga sekitar kenyataannya tidak seperti yang diharapkan warga. Karena hanya sedikit warga sekitar yang direkrut sebagai tenaga kerja di Solo Paragon. 7.



Naiknya harga lahan dan Pajak Bumi dan Bangunan pada lahan/bangunan di sekitar Solo



Paragon menyebabkan warga sekitar beradaptasi dengan perlakuan yang berbeda-beda mulai dari menjual tanah/bangunannya, mengontrakkan, mengubah fungsi bangunan atau dengan membuka kost-kostan. 8.



Jika salah satu aspek seperti aspek fisik berubah karena terkena pengaruh pembangunan



apartemen Solo Paragon, maka secara tidak langsung aspek sosial dan ekonomi juga akan terkena pengaruhnya. Karena ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan terintegrasi satu sama lain.



DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, H.Raharjo, 2005. Pembangunan Ekonomi Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Effendy, Muhajir. 2002. Masyarakat Equilibrium. Yogyakarta: Bentang Budaya Effendy, Sofyan. 2002. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Fathoni, Abdurrahman. 2006. Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.



Jayadinata, Johara T. 1999. Tata Guna Tanah dalamPerencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah. Bandung: ITB. Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Sanggono, Edi Kurnijanto. 1993. Proses Perubahan Pemanfaatan Lahan di Daerah Pacet. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Planologi, ITB. Sugiarto, dkk. 2003. Teknik Sampling. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Susanto, Phil.A, 1999. Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosial. Jakarta : Putra Abardin. Syani, Abdul. 1994. Sosiologi (Sistematika, teori dan terapan). Jakarta: Bumi Aksara. Sztompka, Piotr, 1997. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada. Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Medan: Bumi Aksara. URDI, 2005. Bunga Rampai Pembangunan Kota dalam Abad 21 (Konsep dan Pendekatan Pembangunan Perkotaan di Indonesia) Jakarta: Urban and Development Institute (URDI) dan Yayasan Sugijanto Soegijoko. URDI, 2005. Bunga Rampai Pembangunan Kota dalam Abad 21 (Pengalaman Pembangunan Perkotaan



di



Indonesia)



Jakarta:



Urban and Development



Institute (URDI) dan Yayasan Sugijanto Soegijoko. Yunus, Hadi Sabari. 2002. Manajemen Kota.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yunus, Hadi Sabari. 2008. Struktur Tata Ruang Kota.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zahnd, Markus. 1989. Model Baru Perancangan Kota Secara Terpadu. Yogyakarta: Kanisius http://www.skycrapercity.com/showthread.php?t=903102&page=4



TUGAS AKHIR Alit, Tjokorda. 2001. Kajian Gejala Perubahan Pemanfaatan Lahan Kawasan LC. Gatot Subroto. Tesis, Program Magister Perencanaan wilayah dan Kota. ITS, Surabaya.



Baihaki, Z. W. 2007. Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Mall Ambarukmo Plasa dan Sphire Square Yogyakarta. Yogyakarta: Thesis, MPKD UGM.



Mardiansyah, Fadjar Hadi. 1999. Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan untuk Perubahan Pemanfaatan Lahan Kota. Tesis, Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung.



Sanggono, Edi Kurnijanto. 1993. Proses Perubahan Pemanfaatan Lahan di Daerah Pacet. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Planologi, Institut Teknologi Bandung. Wulandari, Ayu. 2007. Studi Pola Perubahan Pemanfaatan Lahan Perumahan Menjadi Komersial di Koridor Kertajaya Surabaya. Surabaya: Tugas Akhir, PWK ITS. Haryanto, Arif Sugeng. 2005. Pengaruh Pembangunan Kampus Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar (Studi Kasus: Kawasan Kampus Tembalang). Tugas Akhir, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, UNDIP.



PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN RUTRK Kota Surakarta Tahun 1993-2013