Sop Hecting [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL PRAKTIKUM PANUM GADAR, KMB, JIWA



Di Susun Oleh:



OLEH: Fardiansya, S.Kep.,M.Kes Ns. Megawati, S.Kep.,M.Kes Ns. Fitrah Ramadani, S.Kep.,M.Kes Ns. Dewi Mulfiyanti, S.Kep., M.Kes Ns. Andi Haryati, S.Kep Ns. Andi Bintang, S.Kep



PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN LAPATAU BONE 2020



SOP MENJAHIT LUKA/HECTING No Dokumen No Revisi Halaman STANDAR



... Tanggal Terbit



... Disetujui oleh



...



OPERSIONAL



...



...



PROSEDUR Pengertian



Menjahit luka/hecting  proses mendekatkan tepi tepi luka dan menahannya dengan benang sampai tensile luka tersambung



Tujuan



Kebijakan Petugas Peralatan



kembali. 1. Untuk mengoptimalkan pelayanan perawatan luka supaya tidak terjadi nya infeksi 2. Untuk memercepatkan proses penyembuhan 3.  Untuk membuat klien merasa lebih nyaman 4.    Mendekatkan tepi luka dan menahannya dengan benang sampai jaringan yang putus tersebut terhubung kembali Dilakukan oleh perawat yang terampil. Perawat Alat Steril : 1. Nalvoeder, gunting jaringan (1) 2. Pinset anatomi (1) 3. Pinset chirrurge (1) 4. Cup solution/ kom kecil (1) 5. Arteri klem (2), 6. Duk klem (2) 7. Duk lobang (1) 8. Nal hecting cutting dan tapper (qs) 9. Benang catgut dan side 10. Kasa steril Non steril : 1. Plester 2. Verband Role gs 3. Gunting plester (5) 4. Bengkok (1) 5. Lampu sorot Obat : 1. Lidocain 2% / compositem (gs) 2. Sofratul (gs) 3. Betadine/povidon



Instruksi Kerja



4. ATS injeksi 5. Aquadest steril / Nacl 0,9 % A. Tahap Prainteraksi 1. Mencuci tangan 2. Menyiapkan alat B. Tahap Orientasi 1. Memberikan salam dan sapa nama pasien 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 3. Menyakan persetujuan/kesiapan pasien C. 1. 2. 3.



Tahap kerja Menjaga privacy pasien Mempersiapkan penderita dan Pelaksanaan Hecting Pasien ditidurkan dengan nyaman, posisi menyamakan lokasi luka 4. Melakukan anastesi dengan lidocain pada jaringan yang luka sampai luka tidak sakit lagi saat dites 5. Membersihkan luka dengan Aquadest / NACL 0,9 % sampai bersih betul, terakhir dengan betadine kalau perlu lakukan necrotomi/ debridement 6. Lakukan penjahitan lapis demi lapis di mulai dari lapisan yang dalam, jika ada perdarahan atasi perdarahannya 7. Setelah penjahitan selesai tutup luka dengan sofratulle, kemudian tutup dengan kassa steril 8. Berikan ATS pada luka kotor yang dalam > 1 cm Dosis ATS: Anak-anak < 14 tahun ½ ampul / 750 Unit IM 9. Berikan HE pada pasien untuk menjaga luka agar tetap bersih dan kering, obat diminum sesuai aturan / cara/efeknya, waktu kontrol lagi 10. Alat-alat dibersihkan dan catat pada status pasien D. Tahap Terminasi 1. Melakuka evaluasi tindakan 2. Berpamitan dengan klien 3. Mencuci tangan 4. Mencatat kegiatan dalam lembr catatatan keperawatan 5. Pasien kontrol setiap 3 hari sekali dan dirumah agar luka dijaga jangan sampai kena air 6. Jahitan dibuka pada hari ke 5 untuk area kepala dan wajah, untuk area lain hari ke 7 – 10 Macam-macam Jahitan Luka



Jenis jahitan dalam pembedahan banyak sekali. Dikenal beberapa jahitan sederhana, yaitu jahitan terputus, jahitan kontinu, dan jahitan intradermal. 1. Jahitan Terputus (Simple Inerrupted Suture)



Terbanyak digunakan karena sederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri. Dapat dilakukan pada kulit atau bagian tubuh lain, dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak karena tiap jahitan saling menunjang satu dengan lain. Digunakan juga untuk jahitan situasi. Cara jahitan terputus dibuat dengan jarak kira-kira 1 cm antar jahitan. Keuntungan jahitan ini adalah bila benang putus, hanya satu tempat yang terbuka, dan bila terjadi infeksi luka, cukup dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengerjakannya.  



Gambar 2. Interrupted over and over suture. 2. Jahitan Matras a. Jahitan Matras Horizontal



Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama. Memberikan hasil jahitan yang kuat.  



Gambar 3. Interrupted horizontal mattress suture b. Jahitan Matras Vertikal



Jahitan dengan menjahit secara mendalam di bawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena didekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini.  



Gambar 4. Interrupted vertical mattress suture c. Jahitan Matras Modifikasi



Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah subkutannya.



 



Gambar 5. Interrupted semi-mattress suture 3. Jahitan Kontinu



 



Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila salah satu simpul terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini jarang dipakai untuk menjahit kulit. a. Jahitan Jelujur Sederhana (Continous Over and Over) Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.



Gambar 6. Continuous over and over sutures b. Jahitan Jelujur Feston (Interlocking Suture)



Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.



Gambar 7. Ford suture pattern 4. Jahitan Intradermal



Memberikan hasil kosmetik yang paling bagus (hanya berupa satu garis saja). Dilakukan jahitan jelujur pada jaringan lemak tepat di bawah dermis.  



Gambar 8. Continuous intracutaneous



SOP BHD (BANTUAN HIDUP DASAR)



PENGERTIAN -



Merupakan usaha yang pertama kali dilakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalami kegawatdaruratan.



-



BHD adalah serangkaian usaha awal untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan siklus pada seseorang yang mengalami henti nafas dan henti jantung



TUJUAN 1.      Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya pernafasan 2.      Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari pasien yang



mengalami henti jantung atau henti nafas melalui resusitasi jantung



paru (RJP) PERSIAPAN ALAT 1.    Troly emergency yang berisi : a.       Ambubag



e. Penlighth



b.      Gudel



f. Tissue



c.       Spatel



g. Kasa



d.      Neckkoler



h. Handsoon



2.       Penghisap lender / suction lengkap dan siap pakai



1.



Dalam Menolong Pasien, Si penolong Harus Memperhatikan 3A : Aman pasien, Aman penolong & Aman lingkungan



2.



nilai respon pasien dng cara menepuk bahu



3.



minta pertolongan



4.



mengatur posisi pasien dng posisi supin ditempat yg keras



5.



langkah-langkah BHD



dan datar



a. airway (jalan nafas) ada 3 tehnik membebaskan jalan nafas : head til, chinlif, jaw trust 



apabila ada jejas dimuka dan dada, dicurigai fraktur cervikalis jadi tehnik membebaskan jalan nafas yg bisa dilakukan : jaw trust. penolong yg lain memasangkan neckoler







perhatikan isi didalam mulut apakah masih ada sisa muntahan atau penghambat jalan nafas dng cara croos finger (membuka mulut



dng ibu jari & jari telunjuk ) dan croos swib



( membersihkan mulut dngan telunjuk tangan yg dibaluti dng kain ) 



agar lidah tdk jatuh ke belakang gunakan gudel



b. Breating (pernafasan ) 



look (melihat) : melihat pergerakan dada pasien







listen (mendengarkan ) : apakah ada suara nafas tambahan, bisa menggunakan stetoskop suara nafas tambahan bisa berupa snoring (suara ngorok ), gargling ( suara berkumur2)







feel ( merasakan ) : merasaka hembusan nafas pasien dng cara mendekatkan pipi penolong di dkt hidung pasien







apabila terjadi henti nafas maka berikan bantuan nafas 2x. spasi anatar bantuan nafas 1 & 2 : 2 dtk, wkt tsb digunakan u/ melihat pergerakan dada pasien. pada saat memberi bantuan nafas, hidung pasien ditutup kemudian dibuka pada saat melihat pergerakan dada kemudian ditutup dan diberikan bantuan nafas kembali



c. Cirkulasi 



cek nadi karotis tdk lebih dari 10 dtk dng cara jari telunjuk dan jari tengah diletakkan pas ditenggorokan kemudian diarahkan ke samping u/ merasakan ada tidaknya arteri karotis, apabila tdk teraba maka lakukan rjp.



letakkan



tangan



2 jari di atas



prosesus sifoideus. dengan posisi tangan rip margin, lakukan rjp dengan kedalaman 5 cm, sebanyak 30x resusitasi dan 2x bantuan nafas dilakukan 5x setelah itu di cek kembali arteri karotis dan pernafasan pasien apabila tidak ada perubahan lakukan kembali resusitasi dan bantuan nafas 30 : 2 



Lihat adanya perdarahan eksterna/interna







Hentikan perdarahan eksterna dengan Rest, Ice, Compress, Elevation (istirahatkan lokasi luka, kompres es, tekan/bebat, tinggikan)







Perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan sirkulasi : capillary refill time, nadi, sianosis, pulsus arteri distal



D. Disability



 Cek pupil mata, apabila cahaya di dekatkan ke mata maka pupil mengecil, apabila di jaukan dari cahaya , pupil mata melebar  NILAI GCS  Eye (respon membuka mata) : (4) : spontan (3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata) (2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)



(1) : tidak ada respon



 Verbal (respon verbal) : (5) : orientasi baik (4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi



tempat dan waktu.



(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”) (2) : suara tanpa arti (mengerang) (1) : tidak ada respon  Motorik (respon motorik) : (6) : mengikuti perintah (5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri) (4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri) (3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).



(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (1) : tidak ada respon



E. EKSPOSURE Environment Control Buka baju penderita lihat kemungkinan cedera yang timbul tetapi cegah hipotermi/kedinginan



STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK: SOSIALISASI SESSI 1 PENGERTIAN TUJUAN a. INDIKASI PERSIAPAN ALAT



b. a. b.



Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan seumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Klien mampu menyebutkan jati diri: nama lengkap, nama panggilan, asal, hoby. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulasi Tape recorder Kaset mari kemari



c. Bola tennis d. Buku catatan dan bolpoint e. Jadwal kegiatan klien PROSEDUR N BUTURAN YANG O DINILAI A. PERSIAPAN 1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman) Score = 4 N Nilai = Jumlah Score A N O B. 1. 2. 3. 4.



NB N O C. 1.



NILAI 2



1



0



BUTURAN YANG DINILAI ORIENTASI Mengucapkan salam terapeutik Menanyakan perasaan klien hari ini Menjelaskan tujuan kegiatan Menjelaskan aturan main: -    Klien harus mengerti kegiatan dari awal sampai akhir -    Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis -    Lama kegiatan 45 menit -    Masing-masing menyebutkan jati diri Score = 8 Nilai: Jumlah Score



NILAI 2



1



0



BUTURAN YANG DINILAI KERJA Terapis menjelaskan langkah berikutnya: tape recorder akan dinyalakan



NILAI 2



1



0



2.



3. 4. 5.



NC N O D. 1. 2. 3. 4. N D   



saat music terdengar bola tennis dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan salam, nama, nama panggilan, dan hoby Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan salam, nama, nama panggilan, dan hoby. Tulis nama panggilan pada kertas dan pakaikan Ulang langka ke 3 sampai semua mendapatkan giliran Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya. Score = 8 Nilai = Jumlah Score BUTURAN YANG DINILAI TERMINASI Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK Memberikan pujian atas pencapaian kelompok Menganjurkan agar pasien melatih berkenalan dengan orang lain Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 Nilai = Jumlah Score



NILAI 2



1



0



STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK: SOSIALISASI SESSI II Terapi yang berupaya memfasilitasi PENGETIAN kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Klien mampu menyebutkan jati diri sendiri: nama lengkap, nama panggilan, asal, hoby. TUJUAN Klien mampu menyebutkan jati diri kelompok lain: nama lengkap, nama panggilan, asal, hoby. a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal INDIKASI b. Klien kerusakan komunitas verbal yang telah berespon sesuai stimulus. a. Tipe recorder b. Kaset mari kemari PERSIAPAN c. Bola tennis ALAT d. Buku catatan dan bolpoint e. Jadwal kegiatan klien PROSEDUR NILAI N BUTURAN YANG O DINILAI 2 1 0 A. PERSIAPAN 1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman) Score = 4 N Nilai = Jumlah Score A N O B. 1.



2.



3.



BUTURAN YANG DINILAI ORIENTASI Mengucapkan salam terapeutik dan masingmasing memasang name tag. Menanyakan perasaan klien hari ini dan menanyakan apakah sufah mencoba memperkenalkan diri Menjelaskan tujuan kegiatan



NILAI 2



1



0



4.



NB N O C. 1.



2.



3. 4. 5.



Menjelaskan aturan main: -    Klien harus mengerti kegiatan dari awal sampai akhir -    Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis -    Lama kegiatan 45 menit -    Masing-masing memperkenalkan diri dengan anggota lain Score = 8 Nilai: Jumlah Score BUTURAN YANG DINILAI KERJA Terapis menjelaskan langkah berikutnya: tape recorder akan dinyalakan saat music terdengar bola tennis dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan salam, nama, nama panggilan, dan hoby Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan salam, nama, nama panggilan, dan hoby anggota kelompok yang ada disebelah kanannya. Ulang langka ke 2 sampai semua mendapatkan giliran Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai Terapis menyalakan tipe recorder dan menghentikan kembali. Saat music di hentikan peserta yang



NILAI 2



1



0



6.



NC N O D. 1. 2. 3. 4. N D



sedang memegang bola tennis dimohon memperkenalkan anggota kelompok yang berada disebelah kanannya kepada semua kelompok Terapis memberikan pujian, setiap kali peserta selesai Score = 12 Nilai = Jumlah Score BUTURAN YANG DINILAI TERMINASI Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK Memberikan pujian atas pencapaian kelompok Menganjurkan agar pasien melatih berkenalan dengan orang lain Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 Nilai = Jumlah Score



NILAI 2



1



0



STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TAK: SOSIALISASI SESI III Terapi yang berupaya memfasilitasi PENGERTIAN kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Klien mampu mengajukan pertanyaan tentang kehidupan pribadi kepada satu orang TUJUAN kelompok. Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi. a. Klien menarik diri yang telah melakukan interaksi interpersonal INDIKASI b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulasi a. Tape recorder b. Kaset mari kemari PERSIAPAN c. Bola tennis ALAT d. Buku catatan dan bolpoint e. Jadwal kegiatan klien PROSEDUR NILAI N BUTURAN YANG O DINILAI 2 1 0 A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman) Score = 4 N Nilai = Jumlah Score A N O B. 1. 2.



3. 4.



BUTURAN YANG DINILAI ORIENTASI Mengucapkan salam terapeutik dan masing-masing memakai name tag Menanyakan perasaan klien hari ini dan menanyakan apakah sudah mencoba berkenalan Menjelaskan tujuan kegiatan Menjelaskan aturan main: -    Klien harus mengerti kegiatan



NILAI 2



1



0



NB N O C. 1.



2.



3. 4.



dari awal sampai akhir -    Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis -    Lama kegiatan 45 menit -    Masing-masing menyebutkan jati diri Score = 8 Nilai: Jumlah Score



BUTURAN YANG DINILAI KERJA Terapis menjelaskan langkah berikutnya: tape recorder akan dinyalakan saat music terdengar bola tennis dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada disebelah kanannya dengan cara: memberikan salam, memanggil nama panggilannya, menanyakan kehidupan pribadi misalnya orang terdekat siapa? Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapat giliran untuk bertannya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada di sebelah kanannya dengan cara: member sala, memanggil nama panggilannya, menanyakan kehidupan pribadi Ulangi langkah no. 2 sampai semua peserta mendapat giliran Terapis memberikan pujian,



NILAI 2



1



0



NC N O D. 1. 2. 3. 4. N D



setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya. Score = 8 Nilai = Jumlah Score BUTURAN YANG DINILAI TERMINASI Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK Memberikan pujian atas pencapaian kelompok Menganjurkan agar pasien melatih berkenalan dengan orang lain Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 Nilai = Jumlah Score



NILAI 2



1



0



STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK: SOSIALISASI SESI IV Terapi yang berupaya memfasilitasi PENGERTIAN kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Klien mampu menyampaikan dan TUJUAN membicarakan topic tertentu a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal INDIKASI b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus a. Tape recorder b. Kaset mari kemari PERSIAPAN c. Bola tennis ALAT d. Buku catatan dan bolpoint e. Jadwal kegiatan klien f. White board PROSEDUR NILAI N BUTURAN YANG O DINILAI 2 1 0 A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman) Score = 4 N Nilai = Jumlah Score A N O B. 1. 2.



3. 4.



BUTURAN YANG DINILAI ORIENTASI Mengucapkan salam terapeutik dan masingmasing memakai name tag Menanyakan perasaan klien hari ini dan apakah sudah latihan bercakapcakap dengan orang lain. Menjelaskan tujuan kegiatan Menjelaskan aturan main: -    Klien harus mengertikegiatan dari awal



NILAI 2



1



0



NB N O C. 1.



2.



3.



sampai akhir -    Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis -    Lama kegiatan 45 menit -    Masing-masing menyebutkan jati diri Score = 8 Nilai: Jumlah Score BUTURAN YANG DINILAI KERJA Terapis menjelaskan langkah berikutnya: tape recorder akan dinyalakan saat music terdengar bola tennis dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapat giliran untuk menyampaikan suatu topic yang ingin dibicarakan misalnya cara mencari teman, setelah semua mendapat giliran. Tape akan dihidupkan lagi dan edarkan bolanya. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapat giliran untuk memilih topic yang disukai dan setelah masalah ditentukan. Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyampaikan suatu topic yang ingin dibicarakan. Tulis topic pada white board. Topic yang



NILAI 2



1



0



4. 5.



6. 7. 8.



9. 10.



NC N O D. 1. 2. 3. 4.



disampaikan secara berurutan Ulang langka no 2 dan 3 sampai semua mendapatkan giliran Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapatkan giliran untuk memilih topic yang disukai Ulangi no. 5 sampai semua mendapat giliran Terapis membantu menentukan topic yang paling banyak Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapatkan giliran untuk member pendapat tentang topic yang telah ditentukan Ulangi no.8 sampai semua mendapat giliran Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya Score = 16 Nilai = Jumlah Score BUTURAN YANG DINILAI TERMINASI Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK Memberikan pujian atas pencapaian kelompok Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang topic tertentu Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya



NILAI 2



1



0



N D



Score = 8 Nilai = Jumlah Score



STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK: SOSIALISASI SESI V Terapi yang berupaya memfasilitasi PENGERTIAN kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Klien mampu menyampaikan dan TUJUAN membicarakan masalah pribadi dengan orang lain a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal INDIKASI b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus a. Tape recorder b. Kaset mari kemari PERSIAPAN c. Bola tennis ALAT d. Buku catatan dan bolpoint e. Jadwal kegiatan klien f. White board PROSEDUR NILAI N BUTURAN YANG O DINILAI 2 1 0 A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman) Score = 4 N Nilai = Jumlah Score A N O B. 1. 2. 3. 4.



BUTURAN YANG DINILAI ORIENTASI Mengucapkan salam terapeutik Menanyakan perasaan klien hari ini. Menjelaskan tujuan kegiatan Menjelaskan aturan main: -    Klien harus mengertikegiatan dari awal sampai akhir -    Bila ingin keluar dari



NILAI 2



1



0



NB



N O C. 1.



2.



3.



kelompok harus meminta izin dari terapis -    Lama kegiatan 45 menit -    Masing-masing menyebutkan jati diri Score = 8 Nilai: Jumlah Score



BUTURAN YANG DINILAI KERJA Terapis menjelaskan langkah berikutnya: tape recorder akan dinyalakan saat music terdengar bola tennis dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapat giliran untuk menyampaikan suatu topic yang ingin dibicarakan misalnya cara mencari teman, setelah semua mendapat giliran. Tape akan dihidupkan lagi dan edarkan bolanya. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapat giliran untuk memilih masalah yang dibicarakan dan setelah masalah ditentukan memberikan pendapat. Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyampaikan suatu topic yang ingin dibicarakan. Tulis topic pada white board. Topic yang



NILAI 2



1



0



4. 5.



6. 7. 8.



9. 10.



NC N O D. 1. 2. 3. 4.



disampaikan secara berurutan Ulang langka no 2 dan 3 sampai semua mendapatkan giliran Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapatkan giliran untuk memilih topic yang dibicarakan Ulangi no. 5 sampai semua mendapat giliran Terapis membantu menentukan topic yang paling banyak Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapatkan giliran untuk member pendapat tentang topic yang telah ditentukan Ulangi no.8 sampai semua mendapat giliran Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya Score = 16 Nilai = Jumlah Score BUTURAN YANG DINILAI TERMINASI Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK Memberikan pujian atas pencapaian kelompok Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang masalah pribadi Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya



NILAI 2



1



0



N D   



Score = 8 Nilai = Jumlah Score



STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK: SOSIALISASI SESI VI Terapi yang berupaya memfasilitasi PENGERTIAN kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisaasi kelompok TUJUAN a.       Bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain b.      Menjawab dan memberi pada orang lain a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan INDIKASI interaksi interpersonal b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus a. Tape recorder b. Kaset mari kemari PERSIAPAN c. Bola tennis ALAT d. Buku catatan dan bolpoint e. Jadwal kegiatan klien f. f.     Kartu kwartet PROSEDUR NILAI N BUTURAN YANG O DINILAI 2 1 0 A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman) Score = 4 N Nilai = Jumlah Score A N O B. 1. 2.



3.



BUTURAN YANG DINILAI ORIENTASI Mengucapkan salam terapeutik, masing-masing memakai name tag Menanyakan perasaan klien hari ini dan apakah telah bercakap-cakap tentang masalah pribadi. Menjelaskan tujuan kegiatan



NILAI 2



1



0



4.



NB N O C. 1.



2. 3.



Menjelaskan aturan main: -    Klien harus mengertikegiatan dari awal sampai akhir -    Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis -    Lama kegiatan 45 menit -    Masing-masing menyebutkan jati diri Score = 8 Nilai: Jumlah Score BUTURAN YANG DINILAI KERJA Terapis membagi 4 buah kartu kwartet pada setiap anggota sisanya diletakkan diatas meja Terapis meminta tiap anggota menyusun kartu sesuai serinya Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis memulai permainan dengan cara: a.    Meminta kartu yang dibutuhkan kepada anggota kelompok disebelah kanannya. b.    Jika kartu yang dipegangnya telah lengkap maka diumumkan pada kelompok dengan membaca judul dan subjudul c.    Jika kartu yang dipegang tidak lengkap maka diperkenankan mengambil kartu yang berada diatas meja. d.   Jika anggota kelompok memberikan kartu yang



NILAI 2



1



0



4. 5.



NC N O D. 1. 2. 3. 4. N D



dipegang pada yang meminta ia berhak mengambil satu kartu yang berada diatas meja. e.    Setiap menerima kartu diminta mengucapakan terima kasih. Ulang langka no 2 dan 3 jika 3 b, 3 c terjadi Terapis memberikan pujian untuk tiap kali keberhasilan klien Score = 12 Nilai = Jumlah Score BUTURAN YANG DINILAI TERMINASI Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK Memberikan pujian atas pencapaian kelompok Menganjurkan agar pasien berlatih bekerjasama Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 Nilai = Jumlah Score



NILAI 2



1



0



STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK: SOSIALISASI SESI VII Terapi yang berupaya memfasilitasi PENGERTIAN kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Klien mampu menyampaikan pendapat TUJUAN tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah dilakukan. a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal INDIKASI b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus a. Tape recorder PERSIAPAN b. Kaset mari kemari ALAT c. Bola tennis d. Buku catatan dan bolpoint e. Jadwal kegiatan klien PROSEDUR N O



BUTURAN DINILAI



A.



PERSIAPAN



1.



Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman) Score = 4



2.



N A N O B. 1. 2. 3. 4.



YANG



NILAI 2



1



0



NILAI 2



1



0



Nilai = Jumlah Score BUTURAN YANG DINILAI ORIENTASI Mengucapkan salam terapeutik dan memakai name tag Menanyakan perasaan klien hari ini apakah telah latihan bekerjasama. Menjelaskan tujuan kegiatan Menjelaskan aturan main: -    Klien harus



NB



mengertikegiatan dari awal sampai akhir -    Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis -    Lama kegiatan 45 menit -    Masing-masing menyebutkan jati diri Score = 8 Nilai: Jumlah Score



NILAI 2



1



0



NC



BUTURAN YANG DINILAI KERJA Terapis menjelaskan langkah berikutnya: tape recorder akan dinyalakan saat music terdengar bola tennis dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan manfaat 6 kali TAKS. Terapis menyalakan tape dan menghentikan. Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tenis menyebutkan manfaat 6 kali pertemuan TAKS Ulang langka no 2 sampai semua mendapatkan giliran Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien berhasil Score = 12 Nilai = Jumlah Score



N O D. 1.



BUTURAN DINILAI TERMINASI Menanyakan



NILAI 2



1



0



N O C. 1.



2.



3. 4.



YANG perasaan



2. 3. 4.



5. 6.



N D



pasien setelah mengikuti TAK Memberikan pujian atas pencapaian kelompok Menyimpulkan 6 kemampuan pada 6 kali pertemuan yang lalu Menganjurkan agar pasien melatih diri untuk 6 kemampuan yang telah dimiliki Penkes keluarga agar memberi dukungan pada klien Membuat kontrak kembali untuk evaluasi kemampuan secara periodic Score = 8 Nilai = Jumlah Score



RESTRAIN A.



Pengertian Restrain adalah terapi dengan alat – alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien, dilakukan pada kondisi khusus, merupakan intervensi yang terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat diatasi atau di kontrol dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan (Widyodinigrat. R, 2009).



B.



Tujuan 1. Membatasi aktifitas fisik. 2. Mengamankan tindakan khusus. 3. Mencegah bahaya pada pasien dan orang lain. 4. Mencegah kerusakan lingkungan fisik 5. Membantu mengatasi perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan. 6. Mempertahankan terapi sebagai terapi perilaku yang berkelanjutan. 7. Mengurangi jumlah stimulasi yang diterima pasien. 8. Memenuhi permintaan pasien atau keluarga untuk pengendalian perilaku eksternal (pastikan bahwa tindakan ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik). 9. Ancaman terhadap integritas fisik berhubungan dengan penolakan pasien untuk beristirahat, makan dan minum.



C.



Kebijakan 1. Pelaksanaan restrain diberikan oleh tenaga yang kompeten (dokter, perawat, bidan dan fisioterapis ). 2. Pelaksanaan



restrain diberikan pada pasien untuk membatasi pasien dari



kebebasan bergerak, aktifitas fisik atau akses normal pada badannya sendiri, maka perlu adanya metode tindakan sebagai pelindung D.



Prosedur 1. Persiapan alat :



1) Format Persetujuan Restrain 2) Lembar Informasi tentang rentrain 3) Alat Restrain Sesuai jenisnya : a. Restrain Mumi atau Bedong b. Restrain Jaket c. Restrain Elbow d. Restrain Extremitas 2. Persiapan pasien / keluarga : Pasien dan keluarga diberitahu tentang maksud dan tujuan serta prosedur tindakan yang akan dilakukan. 3. Pelaksanaan : 1)



Ucapkan salam



2)



Lakukan cucitangan



3)



Pastikan identitas pasien.



4)



Ciptakan suasana yang nyaman dan dan aman



5)



Perkenalkan diri dan jelaskan tugas dan peran anda



6)



Lakukan asesmen tentang Restrain



7) Jelaskan tentang Restrain yang akan dilakukan ( Alasan dipasang Restrain, berapa lama dan akan berakhir,antisipasi ketidaknyamanan. 8) Jelaskan tentang a. Restrain Mumi atau Bedong : Teknik ini dilakukan untuk bayi agar tidak bergerak dan jatuh atau untuk mengontrol pergerakan selama pemeriksaan







Tatalaksana 1)



Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah satu ujungnya dilipat ketengah.



2)



Bayi diletakkan di atas selimut tersebut dengan bahu berada dilipatkan dan kaki ke arah sudut yang berlawanan.



3)



Lengan kanan bayi kearah bawah rapat dengan tubuh, sisi kanan selimut ditarik ke tengah melintasi bahu kanan anak dan dada diselipkan dibawah sisi tubuh bagian kiri.



4)



Lengan kiri anak diletakkan lurus rapat dengan tubuh anak, dan sisi kiri selimut dikencangkan melintang bahu dan dikunci di bawah tubuh anak bagian kanan. Sudut bagian bawah dilipat dan ditarik ke arah tubuh dan diselipkan atau dikencangkan dengan pin pengaman, mummy untuk mencegah gerakan bayi atau anak saat dilakukan tindakan tertentu.



b. Restrain Jaket







Bentuk restrain yang diaplikasikan pada badan pasien, diletakkan diluar pakaian atau piyama pasien







Tatalaksana 1) Petugas mengekspresikan perasaan, kecemasan dan ketakutan pasien terlebih dahulu. 2) Petugas mengedukasi pasien yang keluarga 3) Pilihlah alat pengikat yang tepat 4) Posisikan pasien dalam kondisi duduk jika tidak ada kontra indikasi.



5) Pasangkan jaket restrain ke tubuh pasien. Jaket ini seperti baju tak berlengan dengan dua buah tempat tali di samping kanan dan kirinya untuk dilewati tali pengikat tersebut. 6) Pasangkan restrain pada pasien dengan cepat dan tepat. 7) Setelah restrain terpasang, masukkan tali pengikatnya kelubang di samping kanan dan kiri. 8) Kedua tali tersebut diatas lalu dililitkan atau mengelilingi kasur bawah 9) Petugas harus memastikan tidak ada bagian jaket yang berkerut di punggung pasien. 10) Pastiakan antara restrain dan pasien masih terdapat ruang (segenggaman tangan) agar pernafasan pasien tidak terbatasi. 11) Hindari mengikat restrain pada side rail tanpa tidur. 12) Amankan restrain dari jangkauan pasien. 13) Petugas harus melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien. 14) Selalu lakukan monitoring pada tubuh yang diikat 15) Berikan obat anti cemas bila perlu. 16) Petugas selalu perhatikan respon tindakan pengikatan tersebut pada pasien. 17) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan. c. Restrain Elbow







Restrain ini digunakan pada umumnya untuk anak-anak atau bayi guna mencegah anak menekuk tangan dan mencapai insisi atau alat terapeutik lain yang menempel pada anak.







Tatalaksana



1) Petugas mengeksplorasi perasaan, kecemasan dan ketakutan pasien terlebih dahulu. 2) Petugas mengedukasi pasien dan keluarga. 3) Pilihlah alat pengikat yang tepat. 4) Pegang lengan klien. 5) Pasangkan ikatan ke klien. 6) Masukkan satu jari sebelum diikat agar tidak terlalu kencang. 7) Hindari mengikat restrain pada side rail tempat tidur. 8) Amankan restrain dari jangkauan pasien. 9)



Melakukan pemeriksaan tanda vital (khususnya pada capillari refill dan pulsasi proximal di lengan untuk mengetahui sirkulasi pasien)



10) Selalu lakukan monitoring pada tubuh yang diikat 11) Berikan obat anti cemas jika perlu. 12) Petugas selalu perhatikan respon tindakan pengikatan tersebut pada pasien. 13) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan. (tindakan pengikatan dengan teknik Elbow Restraint terlampir) d. Restrain Extremitas







Restrain yang digunakan untuk membatasi gerak ekstremitas. Teknik restrain ekstremitas akan menghentikan gerak keempat ekstremitas sehingga tidak dapat melukai orang lain atau dirinya sendiri.







Tatalaksana 1) Petugas mengeksplorasi perasaan, kecemasan dan ketakutan pasien terlebih dahulu.



2) Petugas mengedukasi pasien dan keluarga. 3) Pilihlah alat pengikat yang tepat. 4) Amankan pasien dan posisikan pasien ke kasur dalam keadaan tengkurap dengan satu tangan dibelakang sedangkan perawat lainnya memegangi kakinya. 5) Ikat atau berikan restrain dari tangan yang dominan (paling kuat), tangan berikutnya, kaki dominan, kemudian kaki berikutnya. 6) Ikat dengan cara membuat simpul clove restrain kemudian ikatkan pada lubang dibawah tempat tidur. 7) Pada saat mengikat gunakan satu jari untuk menahan agar ikatan tidak terlalu kuat. 8) Posisi pengikatan adalah satu tangan berada diatas dan satu tangan disamping. 9)



Hindari mengikat restrain pada side rail tempat tidur



10) Amankan restrain dari jangkauan pasien. 11) Sediakan keamanan dan kenyamanan sesuai kebutuhan. 12) Melakukan pemeriksaan tanda vital (khususnya pada capillari refill dan pulsasi proximal di lengan untuk mengetahui sirkulasi pasien). 13) Selalu lakukan monitoring pada tubuh yang diikat 14) Berikan obat anti cemas jika perlu. 15) Petugas selalu perhatikan respon tindakan pengikatan tersebut pada pasien. 16) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan. -



Observasi respon pasien dan keluarga selama pembelajaran diberikan



-



Dorong pasien dan keluarga untuk aktif dalam proses diskusi



-



Catat pada format yang sudah baku



-



Simpan dalam dokumen rekam medik pasien



E. Unit terkait 1. IRJ 2. IRNA



3. IGD 4. ICU 5. Kamar Operasi 6. Instalasi Penunjang Medik 7. Instalasi Rehabilitasi Medik



Electroconvulsive Therapy (ECT) A. Definisi Electroconvulsive Therapy (ECT) merupakan salah satu jenis terapi fisik yang merupakan pilihan untuk indikasi terapi pada beberapa kasus gangguan psikiatri. Indikasi utama adalah depresi berat ECT (Electroconvulsive Therapy) merupakan perawatan untuk gangguan psikiatri dengan menggunakan aliran listrik singkat melewati otak pasien yang berada dalam pengaruh anestesi dengan menggunakan alat khusus. Terapi Elektroconvulsive (ECT) adalah terapi yang aman dan efektif untuk pasien dengan gangguan depresi berat, episode manik, dan gangguan mental serius lainnya.1 B. Indikasi 1. Gangguan Depresi Mayor Indikasi yang paling sering untuk penggunaan ECT adalah gangguan depresif berat atau ganggaun depresi mayor. ECT harus dipertimbangkan sebagai terapi pada pasien yang gagal dalam uji coba medikasi, mengalami gejala yang parah atau psikotik, mencoba bunuh diri atau membunuh dengan mendadak, atau memiliki gejala agitasi atau stupor yang jelas. ECT efektif untuk gangguan depresi berat dengan gangguan bipolar. 2. Mania (gangguan bipolar manik) Pengobatan pilihan bagi mania adalah obat menstabilkan mood ditambah obat antipsikotik. ECT dapat dipertimbangkan untuk mania parah terkait dengan: • kelelahan fisik yang mengancam jiwa • resistensi pengobatan (yaitu mania yang tidak menanggapi pengobatan pilihan). 3. Skizofrenia



Pemberian ECT pada pasien skizofrenia diberikan bila terdapat:  Gejala-gejala positif dengan onset yang akut.  Katatonia  Riwayat ECT dengan hasil yang baik.



C. Kontraindikasi ECT tidak memiliki kontraindikasi absolut, hanya situasi di mana seorang pasien pada peningkatan risiko dan memiliki peningkatan kebutuhan pemantauan ketat. Kehamilan bukan merupakan kontraindikasi untuk ECT, dan pemantauan janin umumnya dianggap tidak perlu kecuali kehamilan risiko tinggi atau rumit. D. Prosedur Kerja Informed Consent Proses informed consent harus didokumentasikan dalam catatan medis pasien dan harus mencakup diskusi tentang gangguan dan pilihan untuk tidak menerima pengobatan. Persiapan Pasien Sebelum ECT dilakukan pasien perlu dipersiapkan dengan cermat meliputi : -



Pemeriksaan fisik dan kondisi pasien (jantung, paru-paru, tulang dan otak)



-



Pasien harus puasa minimal 6 jam sebelum ECT dilakukan



-



Persiapkan pasien agar tidak takut dengan pengalihan perhatian, atau dengan pemberian premedikasi



-



Perhiasan, jepit rambut atau gigi palsu perlu dilepas terlebih dahulu



-



Bantuan perawat untuk mencegah terjadinya luksasi/fraktur saat terjadi kejang.



Persiapan Alat : -



Mesin ECT lengkap



-



Kasa basah untuk pelapis elektrode



-



Tabung dan masker oksigen



-



Penghisap lendir



-



Obat-obat : coramine, adrenalin



-



Karet pengganjal gigi agar lidah tidak tergigit



-



Tempat tidur datar dengan alas papan



Pelaksanaan : -



Pasien tidur terlentang tanpa bantal dengan pakaian longgar



-



Bantalan gigi dipasang



-



Perawat memegang rahang bawah/kepala, bahu, pinggul dan lutut



-



Dokter memeberikan aliran listrik melalui 2 elektrode yang ditempelkan dipelipis. Akan terjadi kejang tonik terlebih dahulu diikuti kejang klonik dan kemudian akan terjadi fase apneu beberapa saat sebelum akhirnya bernafas kembali seperti biasa. Fase apneu ini sangat penting diperhatikan tidak boleh terlalu lama.



Gambar 1. ECT Pengawasan pasca ECT : -



Penting dilakukan pengawasan karena pasien biasanya masih belum sadar penuh.



-



Kondisi vital kembali seperti semula, biasanya pasien tertidur. Kadangkadang dapat juga pasien menjadi gelisah dan bergerak tidak menentu seperti delirium. Pada fase ini sangat perlu diawasi sampai kesadaran pulih kembali.



-



Setelah sadar, pasien biasanya bingung dan mengalami disorientasi bahkan amnesia. Perlu distimulasi dengan cara mengajak berkomunikasi, membantu memulihkan orientasi dan ingatan secara bertahap. Berikan suasana tenang dan nyaman.



E. Penempatan Elektrode ECT Bilateral Posisi untuk elektroda pada ECT bilateral diilustrasikan pada Gambar 2.7-1 (A). Pusat elektroda harus 4 cm di atas, dan tegak lurus, titik tengah dari garis antara sudut lateral mata dan meatus auditori eksternal. Satu elektroda diletakkan untuk setiap sisi kepala, dan posisi ini disebut sebagai ECT temporal. (Beberapa penulis menyebut ECT frontotemporal.) Ini merupakan posisi yang direkomendasikan untuk elektroda ECT bilateral karena ini telah menjadi posisi standar dan tidak dapat diasumsikan bahwa temuan penelitian terbaru dapat diekstrapolasi untuk posisi lainnya di ECT bilateral . Ada eksperimen lain untuk posisi elektroda di ECT bilateral yaitu ECT frontal, di mana jarak elektroda hanya sekitar 5 cm (2 inci) dan masingmasing sekitar 5 cm di atas jembatan hidung. Sebuah modifikasi lebih baru di mana elektroda diterapkan lebih lanjut selain telah diteliti karena para peneliti menyarankan bahwa berkhasiat sebagai ECT bilateral tradisional, tetapi dengan risiko yang lebih rendah dari efek samping kognitif. Inggris ECT Review Group (2003) tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara ECT tradisional dan ECT bilateral baik dalam kemanjuran klinis atau efek samping kognitif.



Gambar 2. Posisi elektroda temporal (A) atau posisi temporopariental / Elia’s positioning (B) ECT Unilateral



Posisi Elia, di mana salah satu elektroda dalam posisi yang sama seperti dalam ECT bilateral tradisional dan lainnya diaplikasikan di atas permukaan parietal dari kulit kepala. Posisi yang tepat pada busur parietal tidak penting, tujuan adalah untuk memaksimalkan jarak antara elektroda untuk mengurangi arus listrik dan untuk memilih situs di mana busur elektroda dapat diterapkan dengan tegas dan datar terhadap kulit kepala. ECT unilateral biasanya diaplikasikan di atas belahan nondominan, yang merupakan sisi kanan kepala di kebanyakan orang . Ini adalah posisi yang dianjurkan dalam ECT unilateral karena ini telah menjadi standar, dan tidak dapat diasumsikan bahwa temuan penelitian terbaru dapat diekstrapolasi untuk posisi lainnya. F. Stimulus Listrik dan Kejang Stimulus listrik harus cukup kuat untuk mencapai ambang kejang (tingkat intensitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan kejang). Stimulus listrik diberikan dalam siklus, dan setiap siklus berisi gelombang positif dan gelombang negatif. Ambang kejang dan lamanya sangat bervariasi diantara pasien dan kemungkinan sukar untuk ditentukan. Tujuannya ialah untuk mencapai kejang anatar 25-60 detik dengan menggunakan jumlah energi listrik terkecil. Sejumlah peralatan ECT memungkinkan penentuan energi stimulus sebenarnya, dan nilai ini harus dipertahankan serendah mungkin. Kejang yang lebih besar dari 60 detik sering menunjukkan bahwa stimulus adalah ambang supra dan harus dikurangi pada saat pengobatan berikutnya. Jika tidak terjadi kejang, stimulasi harus segera diikuti dengan stimulasi berulang pada intensitas stimulus yang lebih tinggi. Pada kejang yang berlangsung kurang dari 25 detik, stimulus harus diulang sekali lagi. Jika hal ini menghasilkan suatu kejang yang pendek, maka intensitas stimulus harus ditingkatkan, dan harus diberikan stimulus ketiga. Jika stimulasi gagal untuk menimbulkan kejang yang adekuat, maka saat pengobatan harus diakhiri. Karena keadaan refrakter terhadap kejang berikut yang terjadi setelah kejang, maka harus dibiarkan berlalu interval 60 hingga 90 detik sebelum mengulangi stimulasi, selama waktu ini pasien harus diventilasi dengan oksigen. G. Efek Samping ECT1 Kematian Angka kematian dengan ECT adalah sekitar 0,002% per pengobatan dan 0,01 % untuk setiap pasien. Angka-angka ini menguntungkan dibandingkan dengan risiko



yang terkait dengan anestesi umum dan persalinan. Kematian akibat ECT biasanya karena komplikasi kardiovaskular. Efek terhadap Sistem Saraf Pusat Efek samping umum yang terkait dengan ECT adalah sakit kepala, kebingungan, dan delirium setelah kejang . Kebingungan ditandai dapat terjadi hingga 10 persen dari pasien dalam waktu 30 menit dari kejang dan dapat diobati dengan barbiturat dan benzodiazepin. Delirium biasanya paling menonjol setelah beberapa perawatan pertama pada pasien yang menerima ECT bilateral atau yang mengidap gangguan neurologis. Delirium yang khas terjadi dalam beberapa hari atau paling beberapa minggu. Memory Efek samping lain dari Electroconvulsive Terapi Fraktur sering disertai perawatan di hari-hari awal ECT. Dengan penggunaan rutin relaksan otot, patah tulang dari tulang panjang atau vertebra seharusnya tidak terjadi. Beberapa pasien, bisa terjadi pecah gigi atau mengalami sakit punggung karena kontraksi selama prosedur. Nyeri otot dapat terjadi pada beberapa individu, tetapi sering terjadi karena efek depolarisasi otot dengan suksinilkolin . Nyeri ini dapat diobati dengan analgesik ringan, termasuk obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Sebuah minoritas yang signifikan dari pasien.



SOP HEMODIALISA 1. Pengertian Hemodialisa adalah tindakan pengobatan dengan tujuan mengeluarkan sisa metabolisme melalui proses pertukaran antara bahan yang ada dalam darah dan dialisat melewati membran semi permeabel secara difusi konveksi dan ultrafiltrasi 2. Tujuan Menolong penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang sudah tidak bisa diobati dengan terapi konservatif 3. Kebijakan Dilakukan pada setiap pasien gagal ginjal terminal. Dengan hemodialisa dapat mempertahankan fungsi ginjalnya secara optimal 4. Prosedur a. Persiapan Sebelum Hemodialisa 1) Persiapan pasien a) Surat dari dokter penanggungjawab Ruang HD untuk tindakan HD (instruksi dokter) b) Apabila dokter penanggung jawab HD tidak berada ditempat atau tidak bisa dihubungi, surat permintaan tindakan hemodialisa diberikan oleh dokter spesialis penyakit dalam yang diberi delegasi oleh dokter penanggung jawab HD. c) Apabila pasien berasal dari luar RS ( traveling ) disertai dengan surat traveling dari RS asal. d) Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan HD e) Riwayat penyakit yang pernah diderita (penyakit lain)



f) Keadaan umum pasien g) Keadaan psikososial h) Keadaan fisik (ukur TTV, BB, warna kulit, extremitas edema +/-) i) Data laboratorium: darah rutin,GDS,ureum, creatinin, HBsAg, HCV, HIV, CT, BT j) Pastikan bahwa pasien benar-benar siap untuk dilakukan HD 2) Persiapan mesin a) Listrik b) Air yang sudah diubah dengan cara: (1) Filtrasi (2) Softening



(3) Deionisasi (4) Reverse osmosis c) Sistem



sirkulasi



dialisat



Sistem



Acetate / bicarbonate d) Sirkulasi darah Dializer / hollow fiber Priming 3) Persiapan alat a) Dialyzer b) Transfusi set c) Normal saline 0.9% d) AV blood line e) AV fistula f) Spuit g) Heparin h) Lidocain i) Kassa steril j) Duk k) Sarung tangan l) Mangkok kecil m) Desinfektan (alkohol/betadin) n) Klem o) Matkan



proporsioning



p) Timbangan q) Tensimeter r) Termometer s) Plastik t) Perlak kecil 4) Langkah-langkah a) Setting dan priming 1) Mesin dihidupkan 2) Lakukan setting dengan cara: keluarkan dialyzer dan AV blood line dari bungkusnya, juga slang infus / transfusi set dan NaCl (perhatikan sterilitasnya) 3) Sambungkan normal saline dengan seti infus, set infus dengan selang arteri, selang darah arteri dengan dialyzer, dialyzer dengan selang darah venous 4) Masukkan selang segmen ke dalam pompa darah, putarlah pump dengan menekan tombol tanda V atau Λ (pompa akan otomatis berputar sesuai arah jarum jam) 5) Bukalah klem pada set infus, alirkan normal saline ke selang darah arteri, tampung cairan ke dalam gelas ukur 6) Setelah selang arteri terisi normal saline, selang arteri diklem b. Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan merah (inlet) di bawah 1) Tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol V atau Λ untuk menentukan angka yang diinginkan (dalam posisi priming sebaiknya kecepatan aliran darah 100 rpm) 2) Setelah selang darah dan dialyzer terisi semua dengan normal saline, habiskan cairan normal sebanyak 500 cc 3) Lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak 1000 cc. Putarlah Qb dan rpm 4) Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah venous 5) Semua klem dibuka kecuali klem heparin



6) Setelah priming, mesin akan ke posisi dialysis, start layar menunjukkan “preparation”, artinya: consentrate dan RO telah tercampur dengan melihat petunjuk conductivity telah mencapai (normal: 13.8 – 14.2). Pada keadaan “preparation”, selang concentrate boleh disambung ke dialyzer 7) Lakukan sirkulasi dalam. Caranya: sambung ujung blood line arteri vena a) Ganti cairan normal saline dengan yang baru 500 cc b) Tekan tombol UFG 500 dan time life 10 menit c) Putarlah kecepatan aliran darah (pump) 350 rpm d) Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin akan otomatis melakukan ultrafiltrasi (cairan normal saline akan berkurang sebanyak 500 cc dalam waktu 10 menit e) Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada layar “UFG reached” artinya UFG sudah tercapai Pemberian heparin pada selang arteri Berikan heparin sebanyak 1500 unit sampai 2000 unit pada selang arteri. Lakukan sirkulasi selama 5 menit agar heparin mengisi ke seluruh selang darah dan dialyzer, berikan kecepatan 100 rpm. c. Dialyzer siap pakai ke pasien Sambil menunggu pasien, matikan flow dialisat agar concentrate tidak boros. Catatan: jika dialyzer reuse, priming 500 cc dengan Qb 100 rpm sirkulasi untuk membuang formalin (UFG: 500, time life 20 menit dengan Qb 350 rpm). Bilaslah selang darah dan dialyzer dengan normal saline sebanyak 2000 cc B. PUNKSI AKSES VASKULER 1. Tentukan tempat punksi atau periksa tempat shunt 2. Alasi dengan perlak kecil dan atur posisi 3. Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril dimasukkan ke dalam bak steril) 4. Cuci tangan, bak steril dibuka, memakai handscoen



5. Beritahu pasien bila akan dilakukan punksi 6. Pasang duk steril, sebelumnya desinfeksi daerah yang akan dipunksi dengan betadine dan alcohol 7. Ambil fistula dan puncti outlet terlebih dahulu. Bila perlu lakukan anestesi lokal, kemudian desinfeksi 8. Punksi inlet dengan cara yang sama, kemudian difiksasi



C. MEMULAI HEMODIALISA Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisa, ukur tanda-tanda vital dan berat badan pre hemodialisa 1. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV blood line diklem 2. Lakukan reset data untuk menghapus program yang telah dibuat, mesin otomatis menunjukkan angka nol (0) pada UV, UFR, UFG dan time left 3. Tentukan program pasien dengan menghitung BB datang – BB standar + jumlah makan saat hemodialisa 4. Tekan tombol UFG = target cairan yang akan ditarik 5. Tekan tombol time left = waktu yang akan deprogram 6. Atur concentrate sesuai kebutuhan pasien (jangan merubah Base Na + karena teknisi sudah mengatur sesuai dengan angka yang berada di gallon. Na = 140 mmol) 7. Tekan tombol temperatur (suhu mesin = 360C – 370C) 8. Buatlah profil yang sesuai dengan keadaan pasien 9. Berikan kecepatan aliran darah 100 rpm 10. Menyambung selang fistula inlet dengan selang darah arteri a. Matikan (klem) selang infuse b. Sambungkan



selang



arteri



dengan



fistula



arteri



(inlet)



Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fistula di-swab dengan kassa betadine sebagai desinfektan



c. Ujung selang darah venous masukkan dalam gelas ukur d. Hidupkan pompa darah dan tekan tombol V atau Λ 100 rpm e. Perhatikan aliran cimino apakah lancar, fixasi dengan micropore. Jika f. aliran



tidak



lancar,



rubahlah



posisi



jarum



fistula



Perhatikan darah, buble trap tidak boleh penuh (kosong), sebaiknya terisi ¾ bagian g. Cairan normal saline yang tersisa ditampung dalam gelas ukur namanya cairan sisa priming h. Setelah darah mengisi semua selang darah dan dialyzer, matikan pompa darah i. Menyambung



selang



darah



venous



dengan



fistula



outlet



Sambung selang darah venous ke ujung AV fistula outlet (kedua ujungnya diberi kassa betadine sebagai desinfektan). Masing-masing sambungan dikencangkan) j. Klem pada selang arteri dan venous dibuka, sedangkan klem infus ditutup k. Pastikan pada selang venous tidak ada udara, lalu hidupkan pompa darah dari 100 rpm sampai dengan yang diinginkan l. Tekan tombol UF pada layar monitor terbaca “dialysis” m. Selama proses hemodialisa ada 7 lampu hijau yang menyala (lampu monitor, on, dialysis start, pompa, heparin, UF dan Flow) n. Rapikan peralatan D. PENATALAKSANAAN SELAMA HEMODIALISA 1. Memprogram dan memonitor mesin hemodialisa a. Lamanya HD b. QB (kecepatan aliran darah) 150 – 250 cc/menit c. QD (kecepatan aliran dialisa) 500 cc/menit d. Temperatur dialisat 370C e. UFR dan TMP otomatis f. Heparinisasi 1) Dosis awal: 25 – 50 unit/kgBB a) Diberikan pada waktu punksi



b) Sirkulasi extra corporeal 1500 unit c) Dosis maintenance 500 – 2000 unit/jam diberikan pada waktu HD berlangsung 2) Dosis maintenance 500 – 2000 u/jam Diberikan pada waktu HD berlangsung Cara pemberian dosis maintenance a) Kontinyu: diberikan secara terus menerus dengan bantuan pompa dari awal HD sampai dengan 1 jam sebelum HD berakhir b) Intermitten: diberikan 1 jam setelah HD berlangsung dan pemberian selanjutnya dimasukkan tiap selang waktu 1 jam, untuk 1 jam terakhir tidak berakhir c) Minimal heparin: heparin dosis awal kurang lebih 200 unit, selanjutnya diberikan kalau perlu d) Pemeriksaan (laboratorium, ECG, dll) e) Pemberian obat-obatan, transfusi, dll f) Monitor tekanan 1) Fistula pressure 2) Arterial pressure 3) Venous pressure 4) Dialisat pressure 5) Detektor (udara blood leak detektor) 2. Observasi pasien a. Tanda-tanda vital (T, N, S, R, kesadaran) b. Fisik c. Perdarahan d. Sarana hubungan sirkulasi e. Posisi dan aktivitas f. Keluhan dan komplikasi hemosialisa g. MENGAKHIRI HEMODIALISA 3. Persiapan alat a. Piala ginjal b. Kassa steril c. Betadine solution



d. Sarung tangan tidak steril e. Perban gulung f. Band aid (pelekat) g. Gunting h. Nebacetin powder antibiotic i. Thermometer j. Micropore 4. Pelaksanaan a. Perawat mencuci tangan b. Perawat memakai sarung tangan c. Mesin menggunakan UFG reached = UFG sudah tercapai (angka UV = angka UF) d. Jika proses hemodialisa sudah selesai, posisi mesin akan terbaca “Reinfusion” e. Sebelum 5 menit selesai, pasien diobservasi tanda-tanda vital f. Kecilkan kecepatan aliran darah (pompa darah) sampai 100 rpm lalu matikan g. Klem pada fistula arteri dan selang darah arteri h. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa betadine, tutuplah bekas tusukan dengan kassa betadine i. Bilaslah fistula, selang darah dan dializer dengan normal saline secukupnya sampai bersih dan gunakan kecepatan aliran darah 100 rpm j. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa betadine k. Jika tidak ada darah bekas tusukan, maka berilah nebacetin powder dan tutuplah bekas tusukan dengan Band Aid (K/p dibalut dengan perban gulung) l. Berilah fixasi dengan micropore pada perban gulung m. Observasi tanda-tanda vital pasien n. Kembalikan alat-alat ke tempat semula o. Perawat melepas sarung tangan p. Perawat mencuci tangan