Sop Hidradenitis Supuratif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HIDRADENITIS SUPURATIF No. Dokumen : SPO



No. Revisi



:



Tanggal Terbit: Halaman



:



PUSKESMAS



Nama Kepala



ABCD



Puskesmas + NIP



Pengertian Tujuan



adalah peradangan kronis dan supuratif pada kelenjar apokrin. Memberikan tatalaksana yang tepat pada pasien dengan diagnosa Hidradenitis Supuratif



Kebijakan



Keputusan Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat Karanglewas nomor : 440/C.VII/SK/06/I/2016 Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Karanglewas



Referensi



Keputusan



Menteri Kesehatan



Republik Indonesia



Nomor



HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Prosedur



-Pemeriksaan Fisik Ruam berupa nodus dengan tanda-tanda peradangan akut, kemudian dapat melunak menjadi abses, dan memecah membentuk fistula dan disebut hidradenitis supuratif. Pada yang menahun dapat terbentuk abses, fistel, dan sinus yang multipel. Terdapat leukositosis. Lokasi predileksi di aksila, lipat paha, gluteal, perineum dan daerah payudara. Meskipun penyakit ini di aksila seringkali ringan, di perianal sering progresif dan berulang. Ada dua sistem klasifikasi untuk menentukan



keparahan



hidradenitis supuratif, yaitu dengan sistem klasifikasi Hurley dan Sartorius. 1. Hurley mengklasifikasikan pasien menjadi tiga



kelompok



berdasarkan adanya dan luasnya jaringan parutdan sinus. a. Tahap I : lesi soliter atau multipel, ditandai dengan pembentukan abses tanpa saluran sinus atau jaringan parut. b. Tahap II : lesi single atau multipel dengan abses berulang, ditandai dengan pembentukan saluran sinus dan jaringan parut.



HIDRADENITIS SUPURATIF No. Dokumen : SPO



No. Revisi



:



Tanggal Terbit: Halaman



:



c. TahapIII : tahap yang palingparah, beberapa saluran saling berhubungan dan abses melibatkan seluruh daerah anatomi (misalnya ketiak atau pangkal paha). 2. Skor Sartorius. Skor didapatkan dengan menghitung jumlah lesi kulit dan tingkat keterlibatan di setiap lokasi anatomi. Lesi yang lebih parah seperti fistula diberikan skor yang lebih tinggi dari pada lesi ringan seperti abses. Skor dari semua lokasi anatomi ditambahkan untuk mendapatkan skor total.



- Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan darah lengkap



- Penatalaksanaan 1. Pengobatan oral: a. Antibiotik sistemik Antibiotik sistemik misalnya dengan kombinasi rifampisin 600 mg sehari (dalam dosis tunggal atau dosis terbagi) dan klindamisin



300



mg



dua



kali



sehari



menunjukkan



hasil



pengobatan yang menjanjikan. Dapson dengan dosis 50150mg/hari sebagai monoterapi, eritromisin atau tetrasiklin 250500 mg 4x sehari, doksisilin 100 mg 2x sehari selama 7-14 hari.



b. Kortikosteroid sistemik Kortikosteroid sistemik misalnya triamsinolon, prednisolon atau prednison.



2. Jika telah terbentuk abses, dilakukan insisi.



- Konseling dan Edukasi Edukasi dilakukan terhadap pasien, yaitu berupa:



HIDRADENITIS SUPURATIF No. Dokumen : SPO



No. Revisi



:



Tanggal Terbit: Halaman



:



1. Mengurangi berat badan untuk pasien obesitas. 2. Berhenti merokok. 3. Tidak mencukur di kulit yang berjerawat karena mencukur dapat mengiritasi kulit. 4. Menjaga kebersihan kulit. -5935. Mengenakan pakaian yang longgar untuk mengurangi gesekan 6. Mandi dengan menggunakan sabun dan antiseptik atau antiperspirant.



- Kriteria Rujukan Pasien dirujuk apabila penyakit tidak sembuh dengan pengobatan oral atau lesi kambuh setelah dilakukan insisi dan drainase.



Diagram Alir Unit terkait Rekaman Historis Perubahan



NO



YANG DIUBAH



ISI PERUBAHAN



TANGGAL MULAI DIBERLAKUKAN