SOP Penanganan Perdarahan Post Partum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM



SOP



No. Dokumen No. Revisi Tgl. Terbit Halaman



: : : :



PUSKESMAS MELIAU 1. Pengertian



Tones Alpius Saragih NIP. 19750106 200803 1 001 Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang terjadi setelah partus kala II lebih dari 500cc pada persalinan pervaginam. Faktor risiko penyebab perdarahan pasca persalinan:Atonia uteri (Tonus), Robekan jalan lahir (Trauma), Retensio/sisa plasenta (Tissue), Gangguan pembekuan darah (Thrombin). Pendarahan post partum terdiri atas: a) Primer apabila terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan b) Sekunder apabila terjadi setelah 24 jam pertama.



2. Tujuan



Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk:  Penanganan pasien perdarahan pasca persalinan  Mengurangi morbiditas dan mortalitas Ibu  Mencegah terjadinya komplikasi.



3. Kebijakan



SK Kepala Puskesmas Nomor pelayanan klinis



4. Referensi



Protap Obgyn Sanglah 2015



5. Alat dan Bahan



Alat a. Stetoskop b. Thermometer c. Tensimeter d. Satu set PPP Bahan a. APD b. Kassa Steril c. Set Infus d. Misoprostol e. Metyl Ergometrin f. Oxytocin g. Hand gloves panjang h. Kondom Catheter 1. Anamnesa Pasien  Memperkenalkan diri  Menanyakan identitas pasien  Menanyakan keluhan utama pasien yang dapat berupa keluhan berdebar, keringat dingin, lemah, sesak nafas dan keluha penyerta pada pasien dengan segera  Menanyakan riwayat kesehatan terdahulu seperti, hipertensi, diabetes melitus, jantung, asthma,obat – obatan yang dikonsumsi, riwayat kesehatan keluarga serta riwayat sosial yang berkaitan dengan penyakit dan komplikasi yang saat ini diderita pasien 2. Pemeriksaan Fisik  Petugas melakukan informed consent tentang tindakan yang akan dilakukan.  Petugas cuci tangan dan menggunakan APD  Petugas melakukan pemeriksaan vital sign  Petugas melakukan fisik menyeluruh  Petugas melakukan pemeriksaan fisik obstetric serta evaluasi kegawatan dan faktor risiko dan pantau selama 2 jam pasca persalinan dan pastikan telah diberi uterotonika 10 IU IM sebelumnya serta metyl ergometrin 0,125mcg apabila dalam kala III kesan plasenta lahir komplit  Periksa tinggi fundus uteri serta kontraksi, explorasi sisa plasenta



6. Prosedur / Langkah-langkah



TTD KAPUS



tentang jenis- jenis



3.



serta robekan jalan lahir dengan pemeriksaan digitalisasi maupun pemeriksaan bimanual  Pasang infus berikan cairan isotonis 1000 ml dalam 30 menit serta kosongkan kandung kemih dengan pemasangan dower catheter  Perdarahan >500 cc pada partus pervaginam atau perdarahan aktif  Keadaan umum cukup atau buruk  Kesadaran GCS ≤ 15  Tekanan darah sistolik ≤ 100 mmhg dan diastolic ≤ 60 mmhg  Nadi ≥ 100x/menit dan lemah  Respirasi > 20x/menit, cepat dan dangkal (kussmaul)  Suhu tubuh dala batas normal  Skala nyeri  Pada atonia uteri teraba tinggi fundus setinggi pusat atau lebih dan kontraksi uterus yang lembek  Pada robekan jalan lahir teraba tinggi fundus 2 jari bawah pusat dan kontraksi baik, namun pada inspeksi vulva dan inspekulo vagina tampak robekan dengan perdarahan aktif. Pada pemeriksaan bimanual terba robekan uterus  Pada retensio plasenta yang mengakibatkan PPP primer sebelumnya terjadi plasenta yang tidak lahir dalam 30 menit pada kala III dan plasenta lahir inkomplit hal ini menyebabkan palpasi tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat dan kontraksi baik namun pada digitalisasi ditemukan sisa jaringan  Pada retensio plasenta yang mengakibatkan PPP sekunder akan ditandai dengan palpasi fundus uteri tidak sesuai dengan involusi, pada inspeksi dan inspekulo perdarahan merembes dari OUE dan dapat disertai tanda-tanda infeksi puerperalis  Pada gangguan pembekuan darah palpasi fundus teri sesuai dengan involusi, pada inspeksi dan inspekulo perdarahan  merembes dari OUE atau timbul hematoma dari bekas jahitan atau tempat suntikan. Tatalaksana Kasus Apabila pada pemeriksaan mengarah pada atonia uteri lakukan: A. Pasang infus, beri uterotonika kemudian lakukan pijatan uterus Jenis Uterotonika dan cara pemberiannya:  OKSITOSIN:  Dosis dan cara pemberian awal: a. IV: 40 unit dalam 1 L - Larutan garam fisiologis dengan tetesan cepat b. IM: 10 unit  Dosis Lanjutan: a. IV: 20 unit dalam 1 L larutan garam fisiologis dengan 40 tts/ mnt  Dosis maksimal per hari: a. Tidak lebih dari 3 L larutan dengan oksitosin 40 unit per botol  Indikasikontra atau hati – hati: a. Pemberian IV secara cepat atau bolus  ERGOMETRIN:  Dosis dan cara pemberian awal:IM atau IV (lambat): 0.2 mg  Dosis lanjutan: a. Ulangi 0.2 mg IM setelah 15 menit b. Bila masih diperlukan, beri IM/ IV setiap 2 – 4 jam  Dosis maksimal per hari: a. Total 1 mg atau 5 dosis  Indiaksikontra atau hati – hati: a. Pre-eklampsia, vitium cordis, hipertensi  MISOPROSTOL:  Dosis dan cara pemberian awal: a. Oral atau rektal 400 – 600 mcg  Dosis lanjutan: a. 400 – 600 mcg 2 – 4 jam setelah dosis awal



 Dosis maksimal per hari: Total 1200 mcg atau 2 – 3 dosis ulangan  Kontraindikasi atau hati – hati: Nyeri kontraksi, asthma, menggigil, diare B. Lakukan Bimanual Eksternal petugas memasang infus apabila sendiri dengan meremas uterus melalui dinding abdomen dengan jalan penjepitnya diantara kedua belah telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliran darah yang keluar. Bila perdarahan berkurang, kompres diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dilakukan tindakan operatif. C. Lakukan Kompresi Bimanual Internal, Uterus dijepit diantara telapak tangan yang menekan bagian posterior uterus melalui dinding abdomen dan kepalan tangan dalam sebagai upaya untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium (sebagai pengganti mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Bila perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali dan bila tindakan ini tidak efektif. D. Apabila KBI tak berhasil lakukan pemasangan kondom catheter intra uterine. E. Apabila masih tidak berhasil segera siapkan untuk merujuk ke pelayanan kesehatan tingkat lanjut. Apabila pada pemeriksaan mengarah pada robekan jalan lahir lakukan: a. Repair robekan dengan melakukan penjahitan untuk menghentikan perdarahan b. Apabila terjadi inversion uteri atau terdapat tanda-tanda ruptur uteri segera lakukan perujukan ke pelayanan kesehatan tingkat lanjut Apabila pada pemeriksaan mengarah pada sisa plasenta lakukan a. Lakukan explorasi untuk mengangkat sisa plasenta yang tertinggal dengan melakukan digitalisasi dan kombinasi manual plasenta Apabila pendarahan masih aktif dan kontraksi uterus tidak membaik segera rujuk ke pelayanan tingkat lanjut Apabila pada pemeriksaan mengarah pada gangguan faal hemostasis segera rujuk ke pelayanan kesehatan tingkat lanjut dan pastikan singkirkan kemungkinan PPP penyebab lain. 4. Pencatatan rekam medis dan register. a.



7. Bagan Alir Pasien datang/ melahirkan di puskesmas



Pemeriksaan fisik dan obsteri



Penegakan diagnosa



Pencatatan rekam medis dan register pasien serta kelengkapan administrasi



Anamnesa



Petugas mencuci tangan dan menggunakan APD



Tindakan sesuai dengan diagnose berupa atonia uteri, retensio plasenta, robekan jalan lahir, atau gangguan faal hemostasis



Rujuk apabila ada indikasi untuk pemantauan tindakan lebih lanjut di pelayanan kesehatan tingkat lanjut



8. Hal-hal yang perlu diperhatikan



1.Keadaan umum pasien dan komplikasi 2.Kelengkapan ketersediaan alat- alat kesehatan 3.Pemakaian APD 4. Konseling dan edukasi



9. Unit Terka



1. 2. 3. 4. 5.



10. Dokumen terkait 11. Rekam histori perubahan



Ruangan Pemeriksaan Umum Ruangan VK UGD Ruangan rawat inap Ruangan Laboratorium Ruangan Konseling



1. Buku register 2. Dokumen/ rekam medic NO YANG DIUBAH ISI PERUBAHAN



TANGGAL MULAI BERLAKU



PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)



UPTD PUSKESMAS SELOMERTO 1



No. Kode Terbitan No. Revisi Tgl. MulaiBerlaku Halaman



DAFTAR TILIK



: : : : : 1/1



No



Kegiatan



1.



Apakah petugas sebelum bekerja mencuci tangan dengan



Ya



Tidak



TidakB erlaku



menggunakan sabun desinfektan? 2.



Apakah petugas menggunakan alat pelindung mata (kacamata pelindung, goggle)?



3.



Apakah petugas menggunakan alat pelindung wajah?



4.



Apakah petugas menggunakan alat pelindung badan (jas, apron, jumpsuit?



5.



Apakah petugas menggunakan alat pelindung tangan (safety gloves)?



6.



Apakah petugas menggunakan alat pelindung pernafasan (masker)?



7.



Apakah petugas menggunakan alat pelindung kaki (sepatu boot)?



8.



Apakah petugas sesudah bekerja mencuci tangan dengan menggunakan sabun desinfektan?



CR



: …………………………%. Selomerto,…………………….. Pelaksana / Auditor



(……………………..)