14 0 100 KB
TUBERCULOSIS PARU DENGAN BTA POSITIF
SOP
No. Dokumen No. Revisi Tanggal Terbit Halaman
UPTD PUSKESMAS NUALAIN
: SOP/ICDX.041/2021 :0 : 15 Juni 2021 : 1/3 Antonius Gabhe. Amd. Kep NIP.19740512 1990 03 1 008
1. Pengertian
TB paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis.
2. Tujuan
Sebagai bahan acuan bagi petugas dalam menerapkan langkah-langkah penatalaksanaan tuberkulosis paru di Puskesmas Nualain.
3. Kebijakan
SK Kepala Puskesmas Nualain Nomor : Pusk.Nln/045/SK/UKP/2019 tentang Pelayanan Klinis.
4. Referensi
Permenkes no. 5 tahun 2014 tentang Panduan Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur
Persiapan Alat dan Bahan
6. LangkahLangkah
a. Petugas menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien b. Petugas mencatat hasil anamnesa di kartu status pasien c. Lakukan pemeriksaan fisik pada pasien : inspeksi,palpasi ,perkusi dan palpasi paru d. Lakukan pemeriksaan penunjang: BTA sputum (sps) e. Penanganan tuberculosis paru (apabila hasil BTA SPS positif dan atau BTA SPS negative disertai foto rontgen positif) Pemberian terapi : 1) OAT Kategori I untuk semua pasien TB (termasuk pasien dengan infeksi HIV)yang tidak pernah mendapt terapi TB sebelumnya a) Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, dan Ethambutol b) Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid danRifampisin. 2) OAT kategori II untuk semua pasien TB yang pernah mendapat terapi TB lebih dari 1 bulan a) Fase Awal selama 3bulan,terdiri dari: Isoniazid,Rifampisin,Pirazinamid, dan Ethambutol.ditambah dengan Injeksi Stretomycin (tergantung BB) selama 2bulan. b) Fase Lanjutan selama 5 bulan, terdiri dari: Isoniazid danRifampisin serta Ethambutol. 3) Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan prinsip pengobatan dengan: 1. Sistem Patient-centred strategy, yaitu memilih bentuk obat, cara pemberian cara mendapatkan obat serta kontrol pasien sesuai2. Pengawasan Langsung menelan obat (DOT/direct observed therapy) 4) Semua pasien dimonitor respon terapi, penilaian terbaik adalah follow-up mikroskopis dahak (2 spesimen) pada saat: a) Akhir fase awal (setelah 2 bulan terapi), apabila pada akhir fase ini hasil pemeriksaan dahak masih positif langsung dilanjutkan terapi lanjutan b) Pada follow up bulan ketiga dilakukan pemeriksaan dahak masih tetap positif maka dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan Multi Drug Resistance
c) d)
1 bulan sebelum akhir terapi, dan pada akhir terapi. Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak positif pada 1 bulan sebelum akhir terapi dianggap gagal (failure) dan harus meneruskan terapi modifikasi yang sesuai dan dilkukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan Multi Drug Resistence. e) Evaluasi dengan foto toraks bukan merupakan pemeriksaan prioritas dalam follow up TB paru. 5) Petugas melakukan pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan dan pengobatan di rekam medis. 6) Di daerah prevalensi infeksi HIV tinggi, infeksi Tuberkulosis – HIV sering bersamaan, konsultasi dan tes HIV diindikasikan sebagai bagian dari tatalaksana rutin. 7) Semua pasien dengan infeksi Tuberkulosis-HIV harus dievaluasi untuk: 1. Menentukan indikasi ARV pada tuberkulosis. 2. Inisasi terapi tuberkulosis tidak boleh ditunda. 3. Pasien infeksi tuberkulosis-HIV harus diterapi Kotrimoksazol apabila CD 4 < 200. Selama terapi : evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan. 7. Diagram Alir
Anamnesa & pemeriksaan fisik, amati tanda bahaya
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan BTA
Penegakan Diagnosa : TB paru dg BTA aktif
a. OAT Kategori I untuk semua pasien TB (termasuk pasien dengan infeksi HIV)yang tidak pernah mendapat terapi TB sebelumnya 1. Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol. 2. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan Rifampisin. b. OAT kategori II untuk semua pasiem TB yang pernah mendapat terapi TB lebih dari 1 bulan 1. Fase Awal selama 3bulan,terdiri dari: Isoniazid,Rifampisin, Pirazinamid, dan Ethambutol.ditambah dengan Injeksi Stretomycin (tergantung BB) selama 2bulan. 2. Fase Lanjutan selama 5 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan Rifampisin serta Ethambutol. c. Akhir fase awal (setelah 2 bulan terapi), apabila pada akhir fase ini hasil pemeriksaan dahak masih positif langsung dilanjutkan terapi lanjutan a.
Membaik
b.
Gagal kategori I dilanjutkan kategori 2. (dilakukan pemeriksaan suspek MDR Gagal kategori 2 lakukan suspek MDR
8. Hal-hal yang perlu di perhatikan
Petugas bersama-sama melaksanakan koordinasi dan tindakan
9. Unit Terkait
a. Loket pendaftaran b. Pelayanan Umum
c. Pelayanan Lansia d. UGD e. Apotek 10. Dokumen terkait
Rekam medic, register
11. Rekam Histori perubahan
No -
Yang Diubah -
Isi Perubahan -
Tanggal dimulai di berlakukan -