Sosiokultural Dalam Konteks Askep Jiwa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA SOSIOKULTURAL DALAM KONTEKS ASUHAN PERAWATAN JIWA



Anggota Kelompok 3 : 1. Eka Sepriyani



(P07120421015N)



2. Erika



(P07120421017N)



3. Fifi Suryaningsih



(P07120421084N)



4. Gina Adhani



(P07120421086N)



5. Hadiah



(P07120421088N)



6. Harmila



(P07120421090N)



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM PROGRAM PENDIDIKAN NERS KEPERAWATAN MATARAM TAHUN AJARAN 2021/2022



KATA PENGANTAR



Segala puji hanya milik Allah SWT, tuhan sumber segala ilmu pengetahuan yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat rahmatnya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Jiwa” dengan judul “SOSIOKULTURAL DALAM KONTEKS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA”. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas kaitannya dengan trend dan issue dalam keperawatan jiwa secara global yang kami sajikan dari berbagai sumber informasi dan referensi. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya teman-teman. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis menerima berbagai saran maupun kritikan yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca.



Mataram, 09 Agustus 2021



Penyusun



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ……………………………………………..……… KATAPENGANTAR……………………………………………..……... DAFTAR ISI ……………………………………………………..……… BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………..………… B. Rumusan Masalah……………..…………………..……….… C. Tujuan Penulisan……………………………………………… BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Konteks Sosialkultural Asuhan Keperawatan Jiwa B. Faktor Resiko Sosiokultural C. stresor sosiokultural D. Pengkajian sosiokultural E. 5 Format pengkajian BAB III PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………….. B. Saran ……………………………………………………………... BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini masalah kesehatan jiwa menjadi masalah yang paling mengancam di dunia.



Setiap tahun korban akibat gangguan jiwa selalu meningkat. Hal ini disebabkan oleh beban hidup yang semakin lama semakin berat. Gangguan jiwa ini tidak hanya terjadi pada kalangan bawah tetapi juga kalangan pejabat dan kalangan menengah ke atas. Pada saat ini penyakit gangguan jiwa tidak hanya dialami oleh orang dewasa dan lansia tetapi juga oleh anak-anak dan remaja. Seseorang yang terkena gangguan jiwa akan melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan seperti menggunakan obat-obatan terlarang dan melakukan bunuh diri. Kasus bunuh diri sudah menjadi masalah besar di beberapa Negara di dunia seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, Inggris dan lain-lainnya. Selain factor diatas penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa juga disebabkan oleh perkembangan otak ketika masih janin yang menyebabkan penyakit skizofrenia. Oleh karena itu saat ini seluruh Negara di dunia berusaha meningkatkan kesehatan jiwa warga negaranya. Begitu juga dengan Indonesia yang berusaha meningkatkan pelayanan pada pasiennya dengan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan jiwa. Trend dan issue keperawatan jiwa yang terdapat dalam masyarakat sangat kompleks. Trend dalam keperawatan jiwa yang ada dalam masyarakat sangat banyak begitupun juga issue keperawatan jiwa d\yang ada dalam masyarakat secara global. B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5.



Apa pengertian Konteks Sosialkultural Asuhan Keperawatan Jiwa? Apa saja Faktor Resiko Sosiokultural Asuhan Keperawatan Jiwa ? Apa saja stresor sosiokultural Dalam Asuhan Keperawatan Jiwa ? Bagaimana Pengkajian sosiokultural Dalam Asuhan Keperawatan Jiwa ? Bagaimana Format pengkajian Asuhan Keperawatan Jiwa ?



C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui trend dan issue dalam keperawatan jiwa 2. Untuk mengetahui trend dan issue yang terjadi dalam keperawatan jiwa 3. Untuk mengetahui contoh trend dan issue yang ada dalam masyarakat global



BAB II PEMBAHASAN A. Konteks Sosialkultural Asuhan Dalam setiap interaksi dengan pasien, perawat jiwa harus menyadari luasnya dunia kehidupan pasien. Perawat harus menyadari bahwa persepsi pasien tentang sehat dan sakit, perilaku mencari bantuan, dan kepatuhan pada pengobatan bergantung pada keyakinan, norma social, dan nilai budaya individu yang unik. Perawat yang peka secara budaya memahami pentingnya kekuatan social dan budaya bagi individu, mengenal keunikan aspek tersebut, mengharagai perbedaan perawat-pasien, dan menggabungkan informasi sosiokultural ke dalam asuhan keperawatan jiwa. Dalam setiap interaksi dengan pasien, perawat psikiatris harus menyadari kehidupan pasien dan menyadari persepsinya mengenai sehat dan sakit. Perilaku mencari bantuan, dan kepatuhan pada pengobatan. Perawat yang peka pada kultural memahami pentingnya kekuatan social dan kultural bagi individu, mengenal keunikan, dan mengabungkan informasi sosiokultural ke dalama suhan keperawatan. Sosiokultural merupakan kebudayaan yang secara teknik ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang tidak terlihat. Disamping mempengaruhi pertubuhan dan perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui aturanaturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. Yang termasuk dalam sosiokultural yaitu usia, gender, pendidikan, pendapatan, okupasi, posisi social, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman social, dan tingkatan social. Sosiokultural mempengaruhi faktor resiko dan faktor predisposisi yang meyebabkan terjadinya stress pada individu dan juga mempengaruhi tipe dan sumber individu untuk menghadapi stress. Perawat perlu tahu mengenai sosiokultural pasien dikarenakan memberikan gambaran yang penting untuk asuhan keperawatan psikiatri yang bermutu. Lingkungan social sangat mempegaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma budaya dapat



mendukung individu untuk berespon asertif atau agresif. Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses sosialisasi.



1. Faktor Resiko Sosiokultural Faktor resiko sosiokultural pada gangguan jiwa meliputi : a. Usia Pertanyaan yang berhubungan dengan faktor resiko sosiokultural : Apa tahap perkembangan pasien saat ini ? Apa tugas perkembangan pasien ? Apakah tugas tersebut sesuai dengan usia pasien ? Apa sikap dan keyakinan pasien tentang kelompok usia tertentu ? Stressor apa yang berkaitan dengan usia yang sedang dihadapi pasien ? Apa pengaruh usia pasien terhadap kesehatan jiwa dan fisiknya ? b. Suku bangsa Pertanyaan yang berhubungan dengan faktor resiko sosiokultural : Apa latar belakang suku bangsa pasien ? Apa identitas suku bangsa pasien ? Apakah pasien terasing secara kultural, tradisional, bicultural, atau multicultural ? Apa sikap, keyakinan, dan nilai pasien tentang kelompok suku bangsa tertentu ?



Stressor apa yang berhubungan dengan kesukuan yang dihadapi pasien ? Apa pengaruh suku bangsa seseorang terhadap kesehatan jiwa dan fisiknya ? c. Gender Pertanyaan yang berhubungan dengan faktor resiko sosiokultural : Apa jenis kelamin pasien ? Apa identitas gender pasien ? Bagaimana pasien mendefinisikan peran spesifik gender ? Apa sikap dan keyakinan pasien tentang pria dan wanita serta maskulinitas san feminitas? Stressor apa yang berhubungan dengan gender yang sedang dihadapi pasien ? Apa pengaruh gender sesorang terhhadap kesehatan jiwa dan fisiknya ? d. Pendidikan Pertanyaan yang berhubungan dengan faktor resiko sosiokultural : Apa tingkat pendidikan pasien ? Bagaiman pengalaman pendidikan pasien ? Apa sikap dan keyakinan pasien tentang pendidikan pada umumnya dan pendidikan pasien sendiri pada khususnya ? Stressor apa yang berhubungan dengan pendidikan yang sedang dihadapi pasien ? Apa pengaruh pendidikan pasien terhadap kesehatan jiwa dan fisiknya ? e. Penghasilan Pertanyaan yang berhubungan dengan faktor resiko sosiokultural : Berapa penghasilan pasien ? Apa sumber penghasilan pasien ? Bagaiman pasien menggambarkan tentang kelompok penghasilan tertentu ?



f. Sistem keyakinan Pertanyaan yang berhubungan dengan faktor resiko sosiokultural : Apa keyakinan pasien tentang sehat dan sakit ? Apa agama atau keyakinan spiritual pasien di masa lalu ? Apa agama atau keyakinan spiritual pasien sekarang ? Siapa yang biasanya memberikan perawatan kesehatan pada pasien ? Stressor apa yang berhubungan dengan sistem keyakinan yang sedang dihadapi pasien ? Apa pengaruh sistem keyakinan pasien terhadap kesehatan jiwa dan fisiknya ? Faktor



predisposisi



ini



dapat



secara



bermakna



meningjatkan



potensi



berkembangnya gangguan jiwa, mengurangi potensi penyembuhan, atau keduanya. Satu atau dua dari faktor ini sendiri tidak dapat menggambarkan secara adekuat konteks sosiokultural asuhan keperawatan jiwa. Walaupun demikian, secara bersaam faktor-faktor tersebut memberikan gambaran sosiokultural pasien yang penting untuk praktik keperawatan jiwa yang bermutu. 2. Stresor Sosiokultural Kurangnya kesadaran tentang faktor resiko dan pengaruhnya terhadap individu, sejalan dengan kurangnya penghargaan terhadap perbedaan sosiokultural, dapat mengakibatkan asuhan keperawatan yang tidak adekuat. Stressor Keadaan yang merugikan



Definisi Kekurangan sumber sosio ekonomi yang merupakan dasar untuk adaptasi biopsikososial



steorotip



Konsepsi depersonalisasi individu dalam suatu kelompok



Intoleransi



Ketidaksediaan untuk menerima berbedaan pendapat atau keyakinan orang lain atau latar belakang yang berbeda



Stigma



Sikap yang melekat pada lingkungan sosial individu sebagai sesuatu yang berbeda atau rendah.



Prasangka



Keyakinan



yang



tidak



menyenangkn



dan



dipertimbangkan sebelumnya tentang individu atau kelopok dengan tidak memperhatikan pengetahuan, pikiran, atau alasan Diskriminasi



Perlakuan yang berbeda pada individu atau kelompok yang tidak berdasarkan kebaikan yang sebenarnya



Rasisme



Keyakinan bahwa perbedaan yang terdapat antara ras menentukan pencapaian individu dan bahwa ras yang satu lebih tinggi.



3. Pengkajian sosiokultural Pengkajian tentang faktor resiko sosiokultural dan stresor pasien sangat mempertinggi kemampuan perawat untuk membina kerjasama terapeutik,mengidentifikasi masalah pasien,dan menyusun rencana tindakan keperawatan jiwa yang tepat,akurat,dan releven secara budaya. a. Format pengkajian Data dapat dikelompokkan menjadi data objektif dan data subjektif.data objektif adalah data yang di dapatkan melalui observasi atau pemeriksaan secara langsung oleh perawat.data subjektif adalah data yang di sampaikan oleh pasien dan atau keluarga sebagai hasil wawancara perawat. Jenis data yang di peroleh dapat sebagai data primer bila di dapat langsung oleh perawat,sedagkan data sekunder data didapat dari hasil pengkajian perawat yang lain atau catatan tim kesehatan yang lain. Setelah data terkumpul dan di dokumentasikan dalam format pengkajian kesehatan jiwa,maka seorang perawat harus mampu melakukan analisis data dan menetapkan suatu kesimpulan terhadap masalah yang dialami pasien. Kesimpulan itu mungkin sebagai berikut : b. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan.



1. Pasien memerlukan pemeliharaan kesehatan dengan follow up secara periodik, karna tidak ada masalah serta pasien telah memiliki pengetahuan untuk antisipasi masalah. 2. Pasien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan promosi sebagai progam antisipasi terhadap masalah. c. Ada masalah dengan kemungkinan Daftar beberapa diagnose keperawatan yang muncul pada pasien dengan gangguan sosiokultural yaitu: a. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan lingkungan tidak teratur. b. Gangguan interaksi social berhubungan dengan ketidakaturan atau kekacauan lingkungan. c. Ketidakpatuhan



dalam



pengobatan



berhubungan



dengan



sistem



nilai



yang diyakini d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur d. Intervensi dan Implementasi Perencanaan dan pelaksanaan dalam sosiokultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih



strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien. Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan sosiokultural yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan,



mengakomodasi



budaya



klien



bila



kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya



budaya



klien



bila



klien budaya



yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan. a. Cultural care preservation/maintenance 1)



Identifikasi



perbedaan



konsep



antara



klien



dan



perawat



tentang



proses melahirkan dan perawatan bayi 2)



Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien



3)



Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat



b. Cultural care accomodation/negotiation 1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien 2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan 3) Apabila



konflik



tidak



kesepakatan



berdasarkan



terselesaikan, pengetahuan



lakukan biomedis,



negosiasi



dimana



pandangan



klien



informasi



yang



dan standar etik. c. Cultual care repartening/reconstruction 1)



Beri



kesempatan



pada



diberikan dan melaksanakannya



klien



untuk



memahami



2)



Tentukan tingkat perbedaan



pasien



melihat



dirinya



dari



budaya



kelompok 3)



Gunakan pihak ketiga bila perlu



4)



Terjemahkan



terminologi



gejala



pasien



ke



dalam



bahasa



kesehatan



yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua 5)



Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing



melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik. e. Evaluasi Evaluasi asuhan keperawatan sosiokultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.



Beberapa stressor sosiokultural yang juga bisa mempengaruhi mutu asuhan yaitu: 1. Keadaan yang merugikan Kekurangan sumber sosioekonomi yang merugikan dasar untuk adaptasi biopsikososial. 2. Steroetipe Konsepsi depersonalisasi dari individu di dalam suatu kelompok. 3. Itolerans Ketidaksediaan untuk menerima perbedaan pendapat untuk keyakinan orang lain yang berasal dari latar belakang yang berbeda. 4. Stigma Suatu atribut atau sifat yang melekat pada lngkungan social individu sebagai sesuatu yang berbeda dan rendah. 5. Prasangka Keyakinan yang tidak menyenangkan tentang individua tau kelompok dengan tidak memperlihatkan pengethauan, pikiran, atau alas an. 6. Diskriminasi Perlakuan yang berbeda dari individua tau kelompok yang tidak berdasarkan atas kebaikan yang sebenarnya. 7. Rasisme Keyakinan tentang perbedaan yang terdapat antar ras yang menentukan pencapaian indivu dan Bahasa ras yang satu lebih tinggi.



B. Hasil Telaah Jurnal Sosiokultural Dalam Asuhan Keperawatan Jiwa 1. Jurnal “Hubungan Sosial Budaya Dengan Kejadian Stress pada Lansia di Panti Sosial TresnaWerdha Nirwana Puri Samarinda” a. Hasil : Berdasarkan telaah jurnal (Muhammad Zihad Ramadhani & Amalia, 2019) mengenai hubungan sosial budaya dengan kejadian stress pada lansia di panti sosial tresnawerdha nirwana puri samarinda, didapatkan hasil yaitu sosial budaya pada lansia di Panti Sosial Werdha Tresna Nirawana Puri menunjukkan bahwa pada variable sosial budaya dengan pembagian pada lansia yaitu baik sebanyak 17 orang (35,4%), dan tidak baik sebanyak 31 orang (64,6%). Kejadian Stress pada lansia di Panti Sosial Werdha Tresna Nirawana Puri menunjukkan bahwa pada variable stress pada lansia adalah ringan 6 lansia (12,5%), sedang sebanyak 29 lansia (60,4%), dan berat sebanyak 13 lansia (27,1%). b. Pembahasan Dari uji statistik hubungan sosial budaya dengan kejadian strespada lansia di panti sosial tresna werdha nirwana puri samarinda menggunakan uji alternative, sehingga di dapat p value sebesar 0,179 nilai ini lebih besar nilai taraf signifikan yaitu 0,05. Sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sosial budaya dengan kejadian stres pada lansia. Sosial budaya memiliki makna yang sangat luas, akan tetapi dalam bagaimana seseorang seharusnya melakukan sesuatu. Hubungan budaya dengan kesehatan mental yang meliputi tiga hal yaitu : kebudayaan yang mendukung dan menghambat



kesehatan mental, kebudayaan memberikan peran tertentu terhadap penderita gangguan mental, dan berbagai bentuk gangguan mental karena faktor kultural (Wallace, R.A. and K Selman, 1981). Ini adalah psikosis yang di tandai oleh tindakan yang secara tiba-tiba mengamuk, berteriak, merusak, bahkan sampai membunuh (Danial, 2010). Di antaranya stres sosial budaya ialah stres akulturtatif dan stress status sosial ekonomi. Akulturasi sendiri mengacu pada perubahan kebudayaan yang merupakan akibat dari kontak langsung yang bersifat terus menerus, antara dua kelompok kebudayaan yang berbeda. Stress akulturtatif adalah konsekuensi negative dari akulturasi. Sementara status sosial ekonomi seringkali menyebabkan stress yang amat berat bagi remaja dan keluarga. Kemiskinan juga berhubungan dengan kejadian yang mengancam dan tidak dapat dikembalikan.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sosiokultural mempengaruhi faktor resiko dan faktor predisposisi yang meyebabkan terjadinya stress pada individu dan juga mempengaruhi tipe dan sumber individu untuk menghadapi stress. Perawat yang peka pada kultural memahami pentingnya kekuatan social dan kultural bagi individu, menegnal keunikan, dan mengabungkan informasi sosiokultural ke dalama suhan keperawatan. Beberapa stressor sosiokultural yang juga bisa mempengaruhi mutu asuhan yaitu keadaan yang merugikan, steroetipe, itolerans, stigma, prasangka, diskriminasi, rasisme.



B. Saran Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang dan kami juga berharap pengetahuan tentang sosiokultural dalamkonteks asuhan keperawatan jiwa.



DAFTAR PUSTAKA



Ah. Yusuf , Rizky Fitriyasari PK , Hanik Endang Nihayati, 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika . Ali, Zaidin 2015. Dasar- Dasar Keperawatan professional. Jakarta : Widya Medika. Stuart,G,W .,& Sunden , S. J (2009) . Buku Saku Keperawatan Jiwa , Edisi 3 . Jakarta : EGC. Yusuf Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. 2020. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.