Spo Rumkit Ok [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ATONIA UTERI No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian Tujuan Kebijakan 1. b.



c. d. e. 2.



Prosedur



Unit terkait



Daftar Pustaka



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508



Suatu keadaan tidak adanya kontraksi uterus setelah bayi dan plasenta lahir 1.Untuk mengetahui diagnosa atonia uteri 2.Untuk mengetahui dan mampu memberi pertolongan pada penderita atonia uteri Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Kriteria diagnosis/Diagnostik : Klinis a. Perdarahan > 500cc yang langsung terjadi setelah anak dan plasenta lahir Palpasi : - Uterus lembek - Kontraksi uterus tidak baik - Fundus uteri tinggi (diatas pusat) Inspekulo : tidak ada perlukaan jalan lahir Tidak ada sisa plasenta Dapat juga disertai tanda syok hipovolemik Penatalaksanaan : Perbaikan keadaan umum : - O2 4 – 6 liter / menit - Infus cepat NaCl0,9% / RL - Transfusi darah Fresh Blood - Uterotonika : Oxytocin, Methylergometrin - Masase uterus - Kompresi bimanual eksterna dan interna Bila reaksi uterus tidak ada: - Tamponade uterus dengan kondom kateter - B-Lynch suture - Ligasi arteri hipogastrika/ arteri uterina - Histerektomi dengan pertimbangan keadaan umum, usia penderita, dan paritas Bila kontraksi baik dan masih ada perdarahan, evaluasi : -Sisa Plasenta/ laserasi jalan lahir: kuretase/ repair -Antibiotik : ampicilin+sulbactam 1,5 gr/ 8 jam atau Inj.ceftriaxone 1 gr / 12 jam selama 2 hari dan dilanjutkan dengan cefadroxil 2x500mg -Suportif (vitamin dan preparat Fe) Laboratorium, Ilmu Penyakit Dalam, Anastesiologi, Kamar Bedah Emergensi, ICU 1. Lim PM. Uterine Atony: Management Strategies. April 2012. University Kebangsaan Malaysia. 2. WHO. WHO guidelines for the management of postpartum haemorrhage and retained placenta. 2009 World Health Organization. 3. RCOG. CLINICAL PRACTICE GUIDELINE PREVENTION AND MANAGEMENT OF PRIMARY POSTPARTUM HAEMORRHAGE. 2012 Royal College of Obstetricians and Gynecologists. 4. American College of Obstetricians and Gynecologists: Postpartum Hemorrahge. Practice Bulletin #76, October 2006. (Reaffirmed 2011). 5. B. Serra. UTERINE ATONY: WHAT CAN BE DONE BEFORE HYSTERECTOMY?. 2007 Servicio de Medicina Interna, Hospital de Sagunto, Sagunto, Valencia, Spain. 6. Iris Holzer, Rainer Lehner. Evaluation of process management of postpartum hemorrhage due to uterine atony. Open Journal of Obstetrics and Gynecology, 2013, 3, 514-519.



RETENSIO PLASENTA No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Kebijakan



Prosedur



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508



Plasenta belum lahir setelah bayi lahir melebihi waktu setengah jam.



Pengertian Tujuan



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



1. Untuk dapat mampu menegakkan diagnosa retensio plasenta 2. Untuk memahami dan mampu memberi pertolongan pada kasus retensio plasenta Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Prosedur diagnostik: a. Anamnese: plasenta belum lahir lebih dari 30 menit setelah bayi lahir b. Inspeksi : tampak tali pusat keluar dari introitus vagina c. Palpasi : fundus uteri masih tinggi kontraksi kurang baik atau baik. Prosedur penatalaksanaan: Perbaikan KU - Infus NaCl 0,9% / RL 500 ml + oxytosin 10 IU - Transfusi darah fresh blood - Manual Plasenta a. Berhasil baik - Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam selama 2 hari atau ampicillin + sulbactam 1,5 gr/8 jam - Dilanjutkan antibiotik oral amoxicillin 500mg 3x1 dan metronidazole 500mg 3x1. - Antiperdarahan asam traneksamat 3x1 - Analgetik injeksi ketorolac 1 amp/8jam selama 1 hari dilanjutkan dengan asam mefenamat 500mg 3x1 - Roborantia - Uterotonika (Methylergometrin 2 mg tab 3x1 selama 3 hari) b. Plasenta tidak lengkap lakukan kuretase c. Plasenta acreta, increta, percreta  Histerektomi



Unit terkait



Daftar Pustaka



Laboratorium, Anastesiologi, Kamar Bedah Emergensi 1. Mid Essex Hospital Service NHS. GUIDELINE FOR THE MANAGEMENT OF RETAINED PLACENTA. 2014 NHS Clinical Guideline. 2. Maternity Services Clinical Committee. RETAINED PLACENTA GUIDELINE. 2007 ROYAL HOSPITAL FOR WOMEN. 3. NHS. RETAINED PLACENTA - CLINICAL GUIDELINE FOR DIAGNOSIS AND MANAGEMENT. 2014 Royal Cornward Hospital NHS. 4. Midwivery Educator. RETAINED PLACENTA MANAGEMENT. 2012 National Women’s Health Clinical Guideline. 5. WOMEN AND NEWBORN HEALTH SERVICE. RETAINED PLACENTA. 2014 King Edward Memorial Hospital.



PLASENTA PREVIA No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/2



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian Tujuan Kebijakan



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508



Plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. 1. Untuk dapat mampu menegakkan diagnosa plasenta previa 2. Untuk memahami dan mampu memberi penanganan plasenta previa Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Prosedur diagnosik: a. Klinis : - Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa sebab. Tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang (Painless, Causeless, Recurrent Bleeding) darah berwarna merah segar. - Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin. - Perdarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (recurrent bleeding) biasanya lebih banyak. -Janin biasanya masih baik. b. Pemeriksaan penunjang : - USG



Prosedur



c. Periksa Dalam diatas Meja Operasi ( PDMO) Klasifikasi plasenta previa : - Derajat I : Placenta letak rendah - Derajat II : Placenta previa marginalis - Derajat III : Placenta previa lateralis - Derajat IV : Placenta previa totalis Prosedur penatalaksanaan : a. Penanganan ekspektatif Kriteria : -Umur kehamilan kurang dari 37 minggu -Perdarahan sedikit -Belum ada tanda-tanda persalinan -Keadaan umum pasien baik, kadar Hb 8 gr % atau lebih. Rencana penanganan : - Istirahat baring mutlak - Infus NaCl 0,9% / RL - Tokolitik (Nifedipin) jika dijumpai kontraksi, roborantia. - Periksa Hb. HCT, CT, golongan darah - Periksa USG - Awasi perdarahan terus menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung janin. - Berikan pematangan paru jika usia kehamilan 5 cm dapat teraba salah satu atau lebih bagianbagian ini yaitu bokong, sakrum, anus, genitalia, tungkai dan kaki janin. B. Melakukan pemeriksaan dengan Ultrasonografi (USG) 1. Ditemukan gambaran kepala pada daerah fundus uterus dan gambaran bokong dan kaki pada daerah suprasimfisis 2. Konfirmasi letak dan tipe presentasi bokong 3. Menilai sikap kepala (fleksi/defleksi) 4. Memperoleh Biometri janin 5. Menilai PJT dan anomali kongenital 6. Menilai volume cairan amnion 7. Konfirmasi lokalisasi plasenta Pada umur kehamilan 28 – 30 minggu, mengetahui penyebab seperti     



Daftar Pustaka



Placenta previa Kelainan kongenital (hidrosefalus, anensefalus) Kehamilan ganda Kelainan uterus Hidramnion dan oligohidramnion



LETAK SUNGSANG No. Dokumen SPO/476/XII/20 15



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



Penatalaksanaan A. Pada masa kehamilan (antenatal) 1. Bila hasil pemeriksaan USG tidak menemukan kelainan, maka dilakukan : a. Knee chest position (KCP) pada usia 30-32 minggu b. Versi luar (bila tidak ada kontraindikasi), dilakukan pada primi sebaiknya pada usia kehamilan 32-34 minggu dan pada multigravida pada usia kehamilan 34-36 minggu.  Kontraindikasi dilakukan versi luar adalah: Denyut jantung janin yang jelek, perdarahan ante partum, cacat rahim, hamil kembar, CPD, hipertensi, bayi besar, panggul sempit  Bila versi luar berhasil, kontrol I minggu lagi, dan dikelola sebagai presentasi kepala.  Bila versi luar gagal, kontrol kembali 1 minggu, dicoba versi luar sekali lagi. B. Pada masa persalinan 1. Persalinan pervaginam diberi kesempatan asal tidak ada hambatan pada pembukaan. Urutan cara persalinan : a. Usahakan spontan bracht b. Manual aid / lovset mauriceu c. Total ekstraksi (harus pertimbangkan terlebih dahulu) Prosedur 2. Pada kasus dimana versi luar gagal / janin tetap sungsang, maka penatalaksanaan persalinan lebih waspada. 3. Dilakukan tindakan seksio sesarea primer pada :  Primigravida  Previous seksiosesarea/myomectomi  Panggul sempit dan kelainan bentuk panggul  Multigravida dengan taksiran berat janin diatas 3500 gram  Presentasi kaki  Hiperekstensi kepala 4. Persalinan pervaginam diakhiri dengan seksio sesarea bila : a. Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya. (Disprofosi feto-pelvik atau skor Zachtuchni Andos kurang dari 3) b. Tali pusat menumbung pada primi atau multigravida. c. Didapatkan Distosia. d. Umur kehamilan premature (EFBW kurang dari 2000 gram) dan post date (umur kehamilan lebih dari 42 minggu) e. Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan) f. Riwayat persalinan yang lalu BOH Komplikasi kehamian dan persalinan (Hipertensi dalam kehamilan, Ketuban Pecah dini). Unit Terkait



Anastesiologi, Ilmu Kesehatan Anak, Laboratorium  



Daftar Pustaka







RCOG. THE MANAGEMENT OF BREECH PRESENTATION. 2006 Royal College of Obstetricians and Gynecologists. NSW. Maternity: Management of Breech Presentation. 2013 HNE Health Maternity Services RANZCOG. Management of Breech Presentation at Term. 2013 The Royal Australian and New Zealand College of Obstetricians and Gynecologists.



REPEAT SEKSIO SESARIA No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/2



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Pengertian



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Kehamilan yang disertai riwayat seksio sesarea sekali / lebih atau pasca miomektomi / kornuektomi pada kehamilan sebelumnya.



Tujuan



Mengetahui indikasi dan jenis operasi terdahulu (klasik / LCS) dan merencanakan persalinan berikutnya.



Kebijakan



Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam 1. Pada Kehamilan a. Pemeriksaan antenatal harus lebih sering untuk mencegah terjadinya komplikasi pada kehamilan. b. Mengetahui indikasi seksio sesarea terdahulu (indikasi menetap / tidak) untuk dapat dipertimbangkan kemungkinan bisa lahir pervaginam c. Selama hamil cegah komplikasi kehamilan terutama anemia d. Pasien harus segera dirujuk sesegera mungkin / trimester III ke RSU e. Awasi kemungkinan terjadinya ruptur spontan sebelum ibu inpartu.



Prosedur



2. Pada Persalinan a. Pastikan apakah pasien sudah inpartu atau belum b. Jika pasien fase persalinan, pasien harus diawasi ketat: tanda-tanda vital, rasa sakit pada perut, perdarahan dan tanda-tanda ruptura uteris pontan. c. Tentukan letak / persentasi janin dan turunnya presentasi. d. Jika janin presentasi kepala lakukan partus percobaan, jika kriteria untuk persalinan pervaginam dipenuhi dan tidak ada kontra indikasi. e. Lakukan penilaian partus pervaginam tiap 2 jam, kalau tidak ada kemajuan lakukan seksio sesarea. f. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vacum / cunam g. Pastikan indikasi seksio sesarea yang lalu bukan indikasi tetap h. Kriteria untuk partus pervaginam adalah :  Seksio sesarea baru sekali  Pernah melahirkan secara pervaginam sebelumnya  Insisi uterus seksio sesarea yang lalu adalah segmen bawah rahim  Indikasi seksio sesarea yang lalu bukan indikasi tetap  Post operatif seksio sesarea yang lalu tidak ada komplikasi  Tidak ada komplikasi pada kehamilan sekarang. i. Kontra indikasi persalinan pervaginam  Seksio sesarea sebelumnya karena panggul sempit/CPD  Insisi uterus korporal pada seksio sesarea yang lalu  Sudah 2 x seksio sesarea  Makrosomia



REPEAT SEKSIO SESARIA No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 2/2



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



j.



Prosedur



Unit terkait



Insisi pada seksio sesarea ulangan sedapat mungkin pada daerah segmen bawah rahim (SBR) kecuali tidak memungkinkan :  Perlengketan segmen bawah rahim  Segmen bawah rahim belum terbentuk  Gawat janin  Plasenta previa k. Indikasi untuk seksio sesarea ulangan + sterilisasi  Anak sudah cukup  Penyembuhan luka operasi yang pertama tidak baik  Ada indikasi absolut  Seksio sesarea ulangan kedua atau lebih (tidak mutlak) l. Indikasi untuk melakukan seksio sesarea + histerektomi  Atonia uteri  Plasenta previa  Ruptur uteri m. Penyulit-penyulit pada seksio sesarea ulangan :  Perlengketan peritoneum  Perdarahan karena atonia uteri  Febris puerperalis  Wound dehiseene (luka terbuka)



Anastesiologi, Ilmu Kesehatan Anak, Kamar Bedah Emergensi 



Daftar Pustaka



 



NZGG. Care of Women with Previous Caesarean. 2009 New Zealand Guideline Group. HERC. COVERAGE GUIDANCE: INDICATIONS FOR PLANNED CESAREAN SECTION. 2012 HEALTH EVIDENCE REVIEW COMMISSION. OHRI. KTA Evidence Summary: Timing of Elective Repeat Cesarean Section. OHRI 2010.



POST TERM No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1 /1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian Tujuan



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Kehamilan post term adalah kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu (294 hari) atau melebihi 2 minggu dari perkiraan tanggal persalinan dihitung mulai dari pertama haid terakhir (HPHT) menurut rumus Neegle. Untuk merencanakan pengakhiran kehamilan. 1. 2.



Kebijakan



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



a. b. c. d. e.



Diagnosis kehamilan post term ditegakkan apabila kehamilan sudah berlangsung melebihi 42 minggu (294 hari). Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menegakkan diagnosa kehamilan post term antara lain : HPHT jelas Dirasakan gerakan janinnya pada umur kehamilan (u.k) 16 – 18 minggu. Terdenganr denyut jantung janin (normal) 10 -12 minggu dengan doppler dan 19 – 20 minggu dengan fetoskop. Umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan USG pad aumur kehamilan kurang dari atau sama dengan 20 minggu. Test kehamilan (urine) sudah positif dalam 6 minggu pertama telat haid.



Prosedur



1. Melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang mengacu pada hasil pemeriksaan USG di trimester pertama. 2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta persalinan spontan dapat di tunggu dengan pengawasan ketat 3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi 4. Periksa darah lengkap, urine lengkap sebagai persiapan oksitosin drip. Terangkan juga kepada penderita bahwa ada kemungkinan operasi (SC). 5. Oksitosin drip dikerjakan bila seri I gagal, bisa di ulang 1 x lagi dengan selang waktu istirahat 1 hari. 6. Pada oksitosin drip yang II, bisa dipertimbangkan kombinasi dengan amniotomi 7. NB. Untuk pemantauan kesejahteraan janin dapat dipakai klinis dan hasil USG dan bila fasilitas memungkinkan dapat dikerjakan NST / OCT. 8. Dalam hal ini dimana pelvic score masih rendah < 5 dimana kemungkinan oksitosin drip gagal maka bisa dipertimbangkan lebih cepat persalinan abdominal SC.



Unit Terkait



Ilmu Kesehatan Anak, Laboratorium 



Daftar Pustaka



 



APEC. Guidelines Post term Labor. 2013 Alabama Perinatal Excellence Collaborative. National Health and Medical Research Council. Clinical Practice Guidelines Care around post term birth. Commonwealth of Australia 2000. RCOG. Care for fetal more than 41 weeks gestation. 2011 Royal College of Obstetricians and Gynecologists.



ABORTUS No. Dokumen SPO/476/XII/20 15



No Revisi



Halaman 1/2



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian Tujuan



Kebijakan



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum viable, disertai dengan atau tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Untuk menentukan derajat abortus dan memberikan pertolongan sesuai dengan derajatnya. Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam 1.



2.



Abortus Iminens. a. Rawat jalan. b. Tirah baring. c. Jika perdarahan berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi d. Jika perdarahan terus berlangsung nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG) lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain e. Medikamentosa.  Diasepam 3 x 2 mg, per oral selama 5 hari lurainal 3 x 30 mg.  Issosuprine 3 x 10 mg per oral selama 5 hari.  Asam mefenamat 4 x 250 mg per oral selama 5 hari  Methyl esteranol 3 x 5 mg per oral selama 5 hari f. Bila penyebab diketahui maka dilakukan therapy terhadap penyebab. g. Pada kasus tertentu seperti abortus habitualis dan post infertilitas dilakukan rawat inap. Abortus Insipiens Perbaiki keadaan umum Jika Usia kehamilan kurang dari 16 minggu lakukan evaluasi uterus dengan kuretase, lebih dari 16 minggu menunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu mengevaluasi sisa-sisa hasil konsepsi c. Medikamentosa.  Metil ergometrin 3 x 5 mg, per oral selama 5 hari.  Amoksisillin 3 x 500 mg per oral selama 5 hari. a. b.



Prosedur



3.



Abortus Inkomplit Perbaiki keadaan umum Jika kehamilan kurang dari 16 minggu evaluasi dapat dilakukan dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi ynag keluar melalui servik Kuretase. Jika perdarahan banyak dan terus berlangsung dilakukan aspirasi vakum manual. c. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu beri oksitosin sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. d. Medikamentosa.  Metil ergometrin 3 x 5 mg, per oral selama 5 hari.  Amoksisillin 3 x 500 mg per oral selama 5 hari. a. b.



ABORTUS No. Dokumen SPO/476/XII/20 15



No Revisi



Halaman 2/2



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



4. e. f.   Prosedur 5.



Missed Abortion Perbaiki keadaan umum Evaluasi terhadap umur kehamilan :. Umur kehamilan kurang dari 12 minggu dilakukan kuretase langsung. Umur kehamilan lebih dari 12 inggu diberikan : estradiol benzoas 2 x 20 – 40 mg atau i.m selama 3 – 5 hari. Rawat inap : dipasang stiff laminaria 12 – 24 jam dan titrasi oksitosin atau prostaglandin seperti protein E.



Abortus Infeksiosus a. Perbaikan keadaan umum b. Xylomidon 2 cc i.m c. Sulbecillin 3 x 1 gr, gentamisin 2 x 80 g, metronidazol supp 3 x 1 gr.



Kuretase dilakukan dalam tempo 6 jam bebas panas atau dalam waktu 12 – 24 jam apabila panas tidak turun.



Unit Terkait



Laboratorium, Anestesiologi 



Daftar Pustaka



 



IPPF. First trimester abortion guidelines and protocols Surgical and medical procedures. 2009 International Planned Parenthood Federation. Anthem.Protocol for Abortion. 2008 American Medical Association. RCOG. Abortion. 2010 Royal College of Obstetricians and Gynecologists.



SOLUTIO PLASENTA No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Terlepasnya plasenta sebagian atau seluruhnya dari insersi yang normal sebelum janin lahir pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu -Mengidentifikasi diagnosis kehamilan dengan solutio plasenta



Tujuan



-Melaksanakan pengelolaan klinik terhadap solutio plasenta -Memutuskan sikap terhadap kehamilan dengan solutio Plasenta



Kebijakan



Prosedur



Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam  Lakukan resusitasi darah / cairan sesuai kebutuhan  Pada solusio berat evakuasi konsepsi segera dan hentikan perdarahan dengan uterotonika, restitusi kekurangan faktor pembekuan atau jika diperlukan dapat dilakukan histerektomi  Pada solusio ringan dapat dilakukan perawatan konservatif dan pematangan paru hingga kehamilan 35 minggu dan evaluasi ketat jumlah perdarahan retroplasenta  Diuretikum (furosemid) jika ada oedem paru  Kateter menetap Pengobatan Obstetri  Semua kehamilan dengan eklamsia harus diakhiri, tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin  Terminasi kehamilan  Bila anak hidup SC dapat dipertimbangkan.



Unit Terkait



Prosedur Tetap



Laboratorium, Anastesiologi, Ilmu Kesehatan Anak, Kamar Bedah Emergensi 1. RCOG. Solutio Placenta: diagnosis and management. 2011 Royal College of Obstetritians and Gynecologysts. 2. Canterbury DHB. Solutio Placenta. 2011 Women’s & Children’s Health. 3. Rowe T. Solutio Placenta. J Obstet Gynaecol Can 2014;36(8):667–668.



INFEKSI NIFAS No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian Tujuan Kebijakan



Prosedur



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Infeksi alat genital dalam masa nifas yang ditandai dengan demam selama 2 hari berturut-turut waktu 10 hari pertama pasca persalinan, kecuali 24 jam pertama pasca persalinan. Untuk mengetahui sebab terjadinya dan pencegahannya Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam 1. Kriteria diagnostik : 1. Klinis - Demam >38 C - Nadi cepat >90x/menit - Nyeri perut/nyeri tekan perut bagian bawah - Subinvolusi rahim 2. Inspekulo : lochia berwarna kuning kecokelatan dan berbau 3. Periksa dalam : uterus dan parametrium nyeri pada perabaan 2. Pemeriksaan penunjang : - USG - Laboratorium  darah lengkap, urine, HST, kultur Berdasarkan Grade : Grade I (ringan) : Rawat Jalan Grade II (sedang) : Rawat Jalan / rawat inap Grade III (berat) : Rawat Inap 3. Dengan perkembangan antibiotik sekarang prognose infeksi nifas jauh lebih baik. sebagai pengobatan dan dosis awal dapat diberikan Penicillin G dengan dosis 5 juta IU secara IV dan Kanamycin injeksi 1 gr secara IM. - Kemudian pengobatan dapat dilanjutkan dengan Penicillin G 1,2 juta IU atau Ampicillin 1 gr dan Kanamycin 0,5 gr tiap 6 jam selama 2 – 3 hari. - Kalau perlu dilakukan test kepekaan. - Berdasarkan hasil kepekaan pengobatan dilanjutkan atau disesuaikan, bila ada kuman anaerob diberikan antibiotika yang sesuai (Metronidazol dsb).



4. Jika ada tanda-tanda peritonitis dan septic shock.  Dilakukan monitoring CVP untuk pemberian cairan dan plasma expander (CVP normal : 8 – 13 cm air)  Pemberian antibiotika untuk penyelamatan ibu dapat dipikirkan Maxolactam, Cefotaxime atau Cefoperazone 2 gr tiap 4 jam IV seperti Amikacin 15 mg/Kg BB im atau IV. Pada infeksi alat kandungan lebih dianjurkan kombinasi (Clindamycin 600 mg tiap 4 jam IV dan Amikacin 15 mg / kg BB IM atau IV. Pemberian Methylprednisolone 30 mg/kg BB IV 2 kali dengan interval 4 jam, kemudian stop. Unit Terkait



Laboratorium, Ilmu Penyakit Dalam, Anestesiologi 



Daftar Pustaka



 



RCOG. SEPTIC SHOCK. 2013 Royal College of Obstetricians and Gynecologists. RHW. SEPSIS IN PREGNANCY AND POSTPARTUM. 2013 Royal Hospital for Women. RCOG. Bacterial Sepsis following Pregnancy. 2012 Royal College of Obstetriians and Gynecologists.



OLIGO HIDRAMNION No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian Tujuan Kebijakan



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 ml,dapat sampai 100 ml atau tidak ada sama sekali Memahami masalah penanganan oligohidramnion dan penanganan yang cepat dan tepat dari komplikasinya. Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Volume air ketuban kurang dari 500 cc saat usia kehamilan 32-36 minggu Ukuran satu kantong (kuadran) < 2 cm Amniotic fluid index (AFI) < 5 cm atau < presentil kelima



Prosedur



Unit Terkait



Prosedur penanganan Oligohiramnion  Penderita dirawat dirumah sakit, istirahat cukup  Asupan Gizi : Diet MBTKTP  Monitoring denyut jantung janin, observasi tanda-tanda gawat janin  Pemeriksaan USG untuk konfirmasi diagnostic  Perawatan ekspektatif bila kehamilan preterm dengan monitoring keadaan ibu dan janin  Terminasi kehamilan bila kehamilan aterm  Persalinan pervaginam bila cervix matang  Persalinan perabdominal Karena sering terjadi malpresentation.  Amnioinfusion



Laboratorium, Anestesiologi, Ilmu Kesehatan Anak 



Daftar Pustaka



 



ANZSA. Clinical Practice Guideline for the Management of Women who report Decreased Fetal Movements. The Australian and New Zealand Stillbirth Alliance 2010. RCOG. Oligohydramnion. 2013 Royal College of Obstetriians and Gynecologists. WOMEN AND NEWBORN HEALTH SERVICE. INTRAPARTUM CARE FETAL COMPROMISE (ACUTE): MANAGEMENT IF SUSPECTED. 2012 King Edward Memorial Hospital.



SYOK SEPTIK No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/2



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian Tujuan Kebijakan



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Syok septic adalah syok yang sering terjadi karena infeksi/ sepsis bakteribakteri gram negative dan atau positive, terutama gram negative. - Untuk mengetahui diagnosa dini syok septik - Untuk mengetahui dan mampu memberi pertolongan pada penderita syok septic Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Prosedur Penanganan Syok Septik : 1. Anamnesa : Adanya tindakan-tindakan yang menyebabkan infeksi seperti abortus provokatus Pemeriksaan fisik diagnostikperiksa dalam: Dijumpai tanda-tanda infeksi pada organ, misalnya infeksi pada genitalia interna 2. Gejala klinis Gejala gejala syok dan adanya gejala-gejala karakteristik yaitu “trias” Pada stadium panas : demam,sensorium menurun pada hiperventilasi (respiratory alkalosis) dan pada stadium dingin dijumpai “tetrad” : hipotensi, hipotermi,takikardi dan oliguri



Prosedur



3. Pemeriksaan penunjang Laboratorium : Darah rutin Urin rutin Analisa gas darah Elektrolit darah Masa perdarahan Masa bekuan Fungsi hati Fungsi ginjal Kultur darah untuk menentukan kuman penyebab infeksi 4. Diagnosis banding a. Sepsis puerpuralis b. Peritonitis c. Penyakit radang panggul berat d. Partus terlantar dengan infeksi berat Tirah baring, Pemeliharaan pernapasan/ oksigenasi.  Tekanan O2 dipertahankan di atas 70mmHg  Mengembalikan volume darah  IVFD: Pemberian cairan  Transfusi : Pemberian darah/ plasma/ albumin



SYOK SEPTIK No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 2/2



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



2. Menjaga keseimbangan mineral dan pH darah  koreksi elektrolit  Koreksi status asam basabaik metabolic maupun respiratorik 3. Pemberian antibiotic 4. Kortikosteroid 5. Vasomotor drug terapi Prosedur



6. Digitalisasi dan heparinisasi.  Digitalisasi dilakukan bila tekanan CVP di atas 15 cmH2O dan takikardia. 7.Pembedahan  Dilakukan secepatnya.  Kuretase dilakukan 6 jam setelah diagnosis Histerektomi dilakukan bila : Penderitatetapdalamkeadaan syok, Uterus lebih besar dari kehamilan 16 minggu, Perforasi uterus, Oligouria, Infeksi CI Welchii, Pemakaian Crrosive atau toxic Douche.



Unit Terkait



Laboratorium, Ilmu Penyakit Dalam, Anastesiologi, ICU 



Daftar Pustaka



 



NCEC. Sepsis Management National Clinical Guideline No. 6. 2014 National Clinical Effectiveness Committee. Stony Brook Medicine. Severe Sepsis/Septic Shock Recognition and Treatment Protocols. Stony Brook Medicine 2013. RCOG. SEPTIC SHOCK. 2013 Royal College of Obstetricians and Gynecologists.



PARTUS TERLANTAR No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/2



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian



Tujuan Kebijakan



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Partus Terlantar adalah suatu keadaan fase akhir dari persalinan yang macet dan berlangsung lama, sehingga menimbulkan komplikasi terhadap ibu dan anak dalam persalinan karena penatalaksanaan yang tidak baik atau kelalaian penolong persalinan. Partus lama adalah jika persalinan berlangsung lama lebih lama dari 24 jam pada primipara atau lebih dari 14 jam pada multipara. Penatalaksanaan persalinan yang tidak adekuat bisa disebabkan oleh ketidaktahuan, ketidaksabaran, keterlambatan merujuk. 4. Untuk dapat mampu menegakkan diagnose partus terlantar 5. Untuk memahami dan mampu memberi pertolongan pada kasus partus terlantar Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Kriteria diagnosis/diagnostik a. Tanda-tanda kelelahan ibu: Dehidrasi dan kadang kadang sampai syok,gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Nadi cepat dan lemah,his lemah sampai menghilang. Febris,meteorismus dan oliguria b. Tanda-tada infeksi intra uterin/intrapartum Air ketuban yng keluar berwarna berwarna keruh kehijau hijauan atau keruh kecoklatan atau 8 berbau. Suhu badan naik (≥38 c) 8 c. Tanda-tanda gawat janin Denyut jantung mula-mula meninggi, lalu menurun sampai hilang Air ketuban campur mekoneum.



Prosedur Palpasi : a. His lemah sampai hilang b. Gerak janin lemah sampai hilang c. Kadang dijumpai tanda-tanda RUI Auskultasi : Denyut jantung janin melemah sampai hilang Adanya meteorismus Periksa dalam : Dijumpai kaput suksedaneum yang besar dan air ketuban berwarna keruh kehijau-hijauan sampai kekuning-kuningan serta berbau



PARTUS TERLANTAR No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 2/2



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



Prosedur



Prosedur Penanganan Partus Terlantar 1. Tirah baring, Pemeliharaan pernapasan/ oksigenasi. Tekanan O2 dipertahankan di atas 70mmH Mengembalikan volume darah IVFD: Pemberian cairan Transfusi : Pemberian darah/ plasma/ albumin 2. Menjaga keseimbangan mineral dan pH darah koreksi elektrolit Koreksi status asam basabaik metabolic maupun respiratorik 3. Pemberian antibiotic 4. Kortikosteroid 5. Vasomotor drug terapi 6. Digitalisasi dan heparinisasi. Digitalisasi dilakukan bila tekanan CVP di atas 15 cmH2O dan takikardia. 7. Pembedahan Kuretase Lakukan secepatnya. Kuretase dilakukan 6 jam setelah diagnosis Histerektomi dilakukan bila : Penderitatetapdalamkeadaan syok, Uterus lebih besar dari kehamilan 16 minggu, Perforasi uterus, Oligouria, Infeksi CI Welchii, Pemakaian Crrosive atau toxic Douche.



Unit terkait



Laboratorium, Ilmu Penyakit Dalam, Anastesiologi, Kamar Bedah Emergensi  



Daftar Pustaka



 



NHS. Induction of Labor. 2008 NHS. WHO. Managing prolonged and obstructed labour. 2010 World Health Association. ICSI. Management of Labor. 2013 Institute for Clinical Systems Improvement. Department of Obstetrics & Gynaecology. Clinical Practice Guidelines for the management of Labour and Delivery. Department of Obstetrics & Gynaecology, UMMS, 2011



HIDRAMNION No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian Tujuan Kebijakan



Prosedur



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Hidramnion adalah suatu kondisi terdapatnya jumlah air ketuban yang lebih banyak dari normal.( biasanya lebih dari 2 liter). Nama lain polihidramnion. 1.Untuk dapat mampu menegakkan diagnose hidramnion 2.Untuk memahami dan mampu memberi penanganan hidramnion Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam a. Anamnesis Perut terasa lebih besar dan lebih berat Pada yang ringan keluhan subjektif dapat tidak ada Pada yang berat terdapat keluhan subjektif oleh karena penekanan organ terutama diafragma seperti sesak (dispnoe), nyeri ulu hati, sianosis Nyeri perut oleh karena tegangnya uterus, mual, muntah Edema pada tungkai, vulva, dinding perut Pada proses akut dan perut besar sekali bisa syok dan keringat dingin serta sesak. b. Inspeksi Kelihatan perut membesar dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak kulit jelas, kadang-kadang 8mbilicus mendatar Kalau akut, ibu terlihat sesak, sianosis & payah membawa kandungannya. c. Palpasi Perut tegang, nyeri tekan, oedema dinding perut, vulva, tungkai Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan Bagian janin sukar dikenali karena banyak cairan Pada bagian kepala  ballotement jelas sekali Sering terjadi kesalahan letak janin d. Auskultasi DJJ sukar atau terdengar halus sekali e. Periksa dalam Ketuban menonjol dan tegang walau diluar his Prosedur Penanganan Hidramnion A.Waktu hamil. - Hidramnion ringan awasi , terapi simptomatis - Hidramnion berat rawat RS, istirahat sempurna, diet rendah garam, sedative, pungsi abdominal bila keluhan berat sekali. B. Waktu Partus - Bila tidak ada hal mendesak tunggu - Bila keluhan hebat pungsi transvaginal, pelan- pelan. C. Waktu Postpartum - Atonia uteri uterotonika - Antibiotika ( PNC, Ampicillin).



Unit terkait Dokumen terkait Daftar Pustaka



Laboratorium, Ilmu Kesehatan Anak, Penyakit Dalam Rekam Medis, Informed consent  



ANZSA. Clinical Practice Guideline for the Management of Women who report Decreased Fetal Movements. The Australian and New Zealand Stillbirth Alliance 2010. RCOG. Polyhydramnion. 2013 Royal College of Obstetriians and Gynecologists.







WOMEN AND NEWBORN HEALTH SERVICE. INTRAPARTUM CARE FETAL COMPROMISE (ACUTE): MANAGEMENT IF SUSPECTED. 2012 King Edward Memorial Hospital.



PEMASANGAN KATETER URIN No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Pengertian Tujuan Kebijakan



Pemasangan kateter urine melalui orifisium uretra eksternal untuk mengevakuasi dan identifikasi urin - Untuk evakuasi urin - Monitor cairan Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Persiapan Alat : 1. Hand scoon 2. Foley kateter 3. Urine bag 4. Spuit 10 cc 5. Aquabidest 6. Kasa betadine dan alkohol 7. Plester



Prosedur



Unit terkait



Prosedur : 1. Pastikan pasien dengan posisi litotomi 2. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik dengan povidon iodine pada daerah vulva. 3. Identifikasi OUE, lakukan pemasangan foley kateter, evaluasi cairan yang keluar kemudian ujung foley kateter dihubungkan dengan urine bag 4. Lakukan penyuntikan aquabidest 15- 20 cc untuk pengembangan balon 5. Kemudian fiksasi kateter dengan plester 6. Foley kateter dihubungkan pada urin bag 7. Evaluasi urine yang keluar(volume,warna)



Urologi.  



Daftar Pustaka 



NHS. Urinary Catheterisation Guidelines. NHS 2011. ANZUNS. CATHETERISATION CLINICAL GUIDELINES. 2013 The Australia and New Zealand Urological Nurses Society Inc (ANZUNS). Nursing Practice Committee. Guideline: Indwelling Urinary Catheter: Indications for Use. 2009 Nursing Practice Committee.



KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Pengertian



Tujuan



Suatu keadaan diman hasil konsepsi berimplikasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri - untuk menegakkan diagnose KET - untuk memberikan penanganan yang cepat dan tepat pada kasus – kasus KET Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam



Kebijakan 1. Anamnesa - amenorea atau terlambat haid - timbul sinkop dan gejala abdomen akut - nyeri perut bagian bawah terutama nyeri unilateral - perdarahan pervaginam atau spoting - gejala tidak spesifik lainnya ( perasaan mual, tegang pada payudara, gangguan defekasi)



Proedur



2. Pemeriksaan penunjang: - Tes kehamilan - Dilatasi dan kerokan - Laparoskopi - Ultrasonografi - Kuldosintesis 3. Penanganan - perbaiki keadaan umum - tindakan pembedahan : - kehamilan dituba lakukan salpingektomi - kehamilan di kornu lakukan ooforektomi atau salfingoooforektomi - historestomi - eksisi bila kerusakan oada kornu kecil dan kornu dapat direparasi



Unit Terkait



Laboratorium, Anestesiologi, Kamar Bedah Emergensi 



Daftar Pustaka



 



Institute of Obstetricians and Gynaecologists. CLINICAL PRACTICE GUIDELINE THE DIAGNOSIS AND MANAGEMENT OF ECTOPIC PREGNANCY. 2014 Royal College of Physicians of Ireland. ASRM. Ectopic Pregnancy A Guide for Patients. 2014 AMERICAN SOCIETY FOR REPRODUCTIVE MEDICINE. Ramakrishnan K. Ectopic pregnancy: Expectant management or immediate surgery? An algorithm to improve outcomes. JFP VOL 55, NO 6 / JUNE 2006.



PERSALINAN PRETERM No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian Tujuan Kebijakan



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Persalinan yang terjadi pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan janin kurang dari 2500 gram (10, 90 persentil) 1.Untuk mengetahui diagnosa dini dari persalinan preterm. 2.Untuk mengetahui dan mampu member pertolongan pada persalinan preterm Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Kontraksi uterus yang reguler diikuti dengan dilatasi servik yang progresif dan atau penipisan servik kurang dari 37 minggu usia gestasi.      



Prosedur



Menetapkan usia gestasi Riwayat kontraksi dan faktor-faktor resiko Pemeriksaan abdomen untuk menilai aktifitas uterus Pemeriksaan servik serial bila beralasan Pemeriksaan dengan spekulum steril yang tersendiri seharusnya dilakukan pada ketuban pecah dini Menunda pemeriksaan digital bila terdapat perdarahan, usahakan USG menentukan letak plasenta



Prosedur Penanganan Persalinan Preterm.  Tirah baring  Deteksi dan penanganan terhadap faktor risiko persalinan preterm.  Untuk merangsang maturasi paru diberikan kortikosteroid (untuk umur kehamilan 28-34 minggu). Deksametason 2 x 6 mg IM (2 hari) atau betametason 2 x 12 mg IM (1 hari). Pemberian obat tokolitik: Nifedipine 10 mg dapat diulang 15 menit, dosis maximum 150 mg/hari.Maintenance dose 3x10mg Laboratorium, Ilmu Kesehatan Anak Unit terkait  Daftar Pustaka



 



APEC. Guidelines Preterm Labor. 2013 Alabama Perinatal Excellence Collaborative. The Global Action Report on Preterm Birth. Care for the preterm baby. 2013 The Global Action Report on Preterm Birth.. National Health and Medical Research Council. Clinical Practice Guidelines Care around preterm birth. Commonwealth of Australia 2000.



KETUBAN PECAH DINI No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/3



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian



Tujuan Kebijakan



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat inpartu, bila diikuti satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan. Untuk mencegah penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Ketuban Pecah Dini: 1. Saat ketuban pecah ditentukan berdasarkan anamnesis diketahui pasti kapan ketuban pecah 2. Kalau anamnesi tidak dapat memastikan kapan ketuban pecah, maka saat ketuban pecah adalah saat penderita Masuk Rumah Sakit (MRS). 3. Kalau berdasarkan anamnesis pasti bahwa ketuban sudah pecah lebih dari 12 jam, maka di kamar bersalin dilakukan observasi selama 2 jam. Bila setelah 12 jam tidak terdapat tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi kehamilan. Prinsip penanganan Ketuban Pecah dini adalah memperpanjang kehamilan sampai paru-paru janin matang atau dicurigai adanya / terdiagnosis khorioamnionitis. Diagnosis KPD:  Pengeluaran cairan ketuban dari ostium uteri externum (jumlah, warna, bau)  Pemeriksaan tes lakmus  Pemeriksaan USG untuk konfirmasi diagnostic  Jika ada tanda-tanda infeksi, terminasi kehamilan



Prosedur



Penanganan: 1. KPD dengan Kehamilan Aterm a. Sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan b. Diberikan antibiotika profilaksis, injeksi ampisillin 2 gr diikuti dengan 4x1 gr ampisillin injeksi dalam 48 jam dilanjutkan eritromisin 4 x 250 mg oral dalam 10 hari atau amoksisilin oral 3 x 250 mg dalam 5 hari. c. Dilakukan pemeriksaan “adminnion test” bila hasilnya patologi dilakukan terminasi kehamilan (bila alat tersedia). d. Observasi temperatur rectal setiap 3 jam, bila ada kecenderungan meningkat lebih atau sama dengan 37,6oC segera dilakukan terminasi. e. Bila temperatur rectal tidak meningkat, lakukan observasi selama 12 jam. Setelah 12 jam bila belum ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi. f. Batasi pemeriksaan dalam, dilakukan hanya berdasarkan indikasi. g. Bila dilakukan terminasi, tergantung kondisi ibu, janin dan kehamilan, lakukan evaluasi pasien:  Bila PS lebih atau sama dengan 5, induksi dengan oksitosin drip.  Bila PS kurang dari 5, lakukan pematangan servik dengan misoprostol 25 mikrogram pervaginam setiap 6 jam selama 2 kali pemberian.



KETUBAN PECAH DINI No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 2/3



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



2.



KPD dengan Kehamilan Pre Aterm a.



Rawat di Rumah Sakit.



b.



Berikan antibiotika profilaksis, injeksi ampisillin 2 gr diikuti dengan 4x1 gr ampisillin injeksi dalam 48 jam dilanjutkan eritromisin 4 x 250 mg oral dalam 10 hari atau amoksisilin oral 3 x 250 mg dalam 5 hari.



c.



Untuk merangsang maturasi paru berikan kortikosteroid (untuk umur kehamilan 28-34 minggu). Deksametason 2 x 6 mg IM (2 hari) atau betametason 2 x 12 mg IM (1 hari).



d.



Berikan tokolitik selama pemberian kortikosteroid, pemberian kortikosteroid selesai tidak diberikan lagi tokolitik.



e.



Lakukan tes pematangan paru, jika kematangan paru telah tercapai dilakukan terminasi kehamilan.



f.



setelah



Observasi di kamar bersalin : 



Tirah baring selama 24 jam. Selanjutnya dirawat di ruang Obstetric.







Observasi temperatur rectal setiap 3 jam, bila ada kecenderungan terjadi peningkatan temperatur rectal lebih atau sama dengan 37,6 oC segera dilakukan terminasi.



g.



Di Ruang Obstetri 



Temperatur rectal diperiksa setiap 6 jam.







Dikerjakan pemeriksaan laboratorium: lekosit dan laju endap darah (LED) setiap 3 hari.







Pada perawatan konservatif, pasien dipulangkan pada hari ke tujuh dengan saran sebagai berikut :







Tidak koitus







Tidak boleh melakukan manipulasi vagina.







Segera kembali ke Rumah Sakit bila ada keluar air lagi.



Prosedur



Bila masih keluar air, perawatan konservatif di pertimbangkan dengan melihat pemeriksaan laboratorium. Bila terdapat leukositosis / peningkatan LED lakukan terminasi. 3.



KPD dengan Kehamilan Pre Aterm Penanganan dirawat di Rumah Sakit. Berikan antibiotika : Ampisillin 4 x 500 mg selama 7 hari. Untuk merangsang maturasi paru berikan kortikosteroid (untuk umur kehamilan kurang dari 35 minggu). Deksamethason 15 mg setiap 24 jam (2 kali). d. Observasi di kamar bersalin :  Tirah baring selama 24 jam. Selanjutnya dirawat di ruang Obstetric.  Lakukan observasi temperatur rectal setiap 3 jam, bila ada kecenderungan terjadi peningkatan temperatur rectal lebih atau sama dengan 37,6 oC segera dilakukan terminasi. e. Di Ruang Obstetri  Temperatur rectal diperiksa setiap 6 jam.  Dikerjakan pemeriksaan laboratorium : lekosit dan laju endap darah (LED) setiap 3 hari. a. b. c.



KETUBAN PECAH DINI No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 3/3



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



f.      Prosedur







Tata cara perawatan konservatif : Lakukan sampai janin viable. Selama perawatan konservatif, tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam. Dalam observasi selama 1 minggu, lakukan pemeriksaan USG untuk menilai air ketuban. Bila air ketuban cukup, kehamilan diteruskan. Bila air ketuban kurang, (oligohidramnion), dipertimbangkan untuk teminasi kehamilan. Pada perawatan konservatif, pasien dipulangkan pada hari ke tujuh dengan saran sebagai berikut :  Tidak koitus  Tidak boleh melakukan manipulasi vagina.  Segera kembali ke Rumah Sakit bila ada keluar air lagi.



Bila masih keluar air, pertimbangkan perawatan konservatif dengan melihat pemeriksaan laboratorium. Bila terdapat leukositosis / peningkatan LED, terminasi. Unit terkait



Laboratorium, Ilmu Kesehatan Anak 



Daftar Pustaka



 



RHW. PRETERM PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANES (PPROM) – ASSESSMENT AND MANAGEMENT GUIDELINE. 2010 Ryal Hospital for Women. APEC. Guidelines Premature Rupture of Membranes. 2013 Alabama Perinatal Excellence Collaborative. NHS. Pre labour rupture of membranes at term(PROM). NHS 2011.



HIPEREMESIS GRAVIDARUM No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian



Tujuan Kebijakan



Prosedur



Unit Terkait



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Mual / Muntah yang hebat pada kehamilan muda mengakibatkan pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum memburuk. Umum : Memberi penanganan yang tepat terhadap hiperemesis gravidarum Khusus: 1. Melakukan pemeriksaan awal terhadap hiperemesis gravidarum. 2. Memberikan penangan awal terhadap hiperemesis gravidarum 3. Mencegah terjadinya komplikasi hiperemesis gravidarum Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Isolasi Rawat penderita dalam kamar tersendiri yang tenang, cerah dan peredaran udara yang baik Diet : MBTKTP Sesuai selera pasien, hindari makanan yang sifatnya merangsang Obat – obatan : Vitamin B6  10 – 25 mg , 3 – 4 kali sehari, dapat ditambahkan Doksilamin  12,5 mg, 3 – 4 kali sehari, dapat ditambahkan - Promethazine  12,5 mg – 25 mg setiap 4 jam, oral atau rectal, atau dapat digunakan Dimenhidrinate  50 mg – 100 mg setiap 4 – 6 jam dengan dosis tidak melebihi 400 mg sehari atau tidak melebihi 200 mg sehari bila pasien juga menggunakan Doksilamin. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan elektrolit dan KGD  Pemberian Cairan Parenteral Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein disesuaikan dengan hasil pemeriksaan elektrolit, atau dengan pemberian Dextrose 5% NaCL 0,9 % sebanyak 2-3 L/hari apabila elektrolit normal.  Terapi Psikologis Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,kehamilannya adalah kehamilan yang diinginkan dan menghilangkan rasa takut karena kehamilan.  Perawatan ICU Apabila terjadi komplikasi terhadap pasien seperti penurunan kesadaran hingga terjadinya ensefalopati wernicke  Penghentian kehamilan Bila keadaan bertambah buruk, maka dipertimbangkan terminasi kehamilan. ICU 



Daftar Pustaka



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



 



APEC. Guidelines Nausea and Vomiting of Pregnancy. 2013 Alabama Perinatal Excellence Collaborative. RHW. HYPEREMESIS GRAVIDARIM AND NAUSEA AND VOMITING IN PREGNANCY – MANAGEMENT. 2013 Royal Hospital for Women. National Women’s Health. Hyperemesis in Gynaecology and Maternity Patients. 2013 National Women’s Health.



ASMA BRONKIAL DALAM KEHAMILAN No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/2



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ) Pengertian



Tujuan



Kebijakan



Prosedur



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda Tanggal Terbit : 30 Desember 2015 dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508



Penyakit Asma Bronkial Dalam Kehamilan Umum : Memberikan penanganan yang tepat terhadap kasus-kasus asma bronchial dalam kehamilan Khusus :  Penanganan terhadap kasus-kasus baru asma bronchial dalam kehamilan.  Penanganan terhadap kasus-kasus asma bronchial kronik dalam kehamilan. Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam  Menegakkan diagnosa asma bronkial berdasarkan tanda, gejala : - Wheezing, ekspirasi memanjang, batuk - Pulsus paradoksus - Penggunaan otot-otot bantu pernafasan ketika bernafas  Pemeriksaan penunjang : - USG untuk menilai kesejahteraan janin dan usia kehamilan - Foto thoraks dengan pelindung abdomen untuk menyingkirkan kemungkinan lain penyebab gangguan pernafasan - Spirometri  Klasifikasi berat ringannya asma berdasarkan riwayat penderita : - Asma intermiten : apabila dijumpai serangan 2 hari dalam seminggu - Asma mild persisten : apabila dijumpai serangan lebih dari 2 hari dalam seminggu namun tidak setiap hari - Asma moderate persisten : apabila dijumpai serangan setiap hari - Asma severe persisten : apabila dijumpai serangan yang berat sepanjang hari setiap hari  Cegah timbulnya stress  Penanganan pada saat serangan asma akut : - Rawat di ruang isolasi - Berikan O2 4 – 6 liter - Obat-obatan :  Salbutamol nebule  2,5 mg (dosis inisial) dapat ditingkatkan hingga 5 mg diulang hingga 4 kali per hari, atau  Salbutamol inhaler  100 mg – 200 mg  Prednison 5 mg  40 mg/oral/12 jam, atau



ASMA BRONKIAL DALAM KEHAMILAN No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 2/2



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



Prosedur



 Terbutaline 0,5 mg  1 – 2 tablet 2-3 kali sehari (maksimal 15 mg per hari atau Terbutaline puff  ½ - 1 puff tiap 6 jam  Flixotide  500 – 2000 mcgr 2 kali sehari  Penatalaksanaan asma kronis :  Beclometasone HFA hirup (40 mcg)  2-4 puff per hari, atau Beclometasone HFA hirup (80 mcg)  1-3 puff per hari, atau Budesonide hirup (200 mcg)  1-3 puff per hari, atau Fluticasone HFA hirup (44 mcg)  2-6 puff per hari, atau Fluticasone HFA hirup (110 mcg)  2 puff per hari, atau Fluticasone HFA hirup (220 mcg)  2 puff per hari, atau Fluticasone DPI hirup (50 mcg)  2-6 puff per hari, atau Fluticasone DPI hirup (100 mcg)  1-3 puff per hari, atau Fluticasone DPI hirup (250 mcg)  1 puff per hari, atau Triamcinolone (75 mcg)  4-10 mcg per hari  Metode persalinan pada kasus kehamilan dengan asma bronkial adalah partus pervaginam dengan pertimbangan ekstraksi vakum.  Metode persalinan per abdominam (sectio caesaria) hanya didasarkan pada kondisi obstetrik kehamilan penderita, bekerja sama dengan bagian Anastesi untuk menentukan pemilihan jenis anastesi yang tepat.



Unit Terkait



Anastesi, Ilmu Penyakit Paru, ICU 



Daftar Pustaka



 



SA Maternal & Neonatal Clinical Network. South Australian Perinatal Practice Guidelines Asthma in Pregnancy. 2013 Department of Health, Government of South Australia. GINA. POCKET GUIDE FOR ASTHMA MANAGEMENT AND PREVENTION. 2011 GLOBAL INITIATIVE FOR ASTHMA. Cazzola M. Treatment of asthma during pregnancy: more solid evidence needed. Thorax November 2008 Vol 63 No 11.



KEHAMILAN DENGAN AIDS No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian



Tujuan



Kebijakan



Prosedur



Unit terkait



Daftar Pustaka



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Gangguan kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV yang terjadi pada wanita hamil Mampu menangani kehamilan dengan HIV/AIDS Khusus :  Menegakkan diagnosa HIV/AIDS  Menatalaksana kehamilan dengan HIV/AIDS serta mengurangi resiko penularan terhadap janin Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Penegakan diagnos berdasarkan tanda dan gejala :  Penurunan berat badan yang berlebihan  Diare yang berlebihan tanpa penyebab yang jelas  Fatique  Anoreksia  Kandidiasis orofaring  Kandidiasis vagina Pemeriksaan penunjang :  Rapid test  ELISA  Western blood  Viral load  USG untuk menilai usia kehamilan dan kondisi janin Penatalaksanaan terhadap infeksi oportunistik disesuaikan dengan kausatifnya. Pencegahan penularan infeksi bagi petugas kamar bersalin; a. Gunakan gaun, sarung tangan dan masker kedap air dalam menolong persalinan. b. Gunakan pelindung mata c. Jangan gunakan penghisap lendir bayi melalui mulut  Pengelolaan bayi sebaiknya oleh dokter anak yang khusus menangani kasus ini.  Perawatan ibu dan bayi tidak pula dipisah.  Jangan lakukan sirkumsisi pada bayi.  Perawatan tali pusat harus dengan cermat  Imunisasi dengan virus hidup sebaiknya ditunda sampai terbukti tidak terinfeksi HIV VCT  WHO. ANTIRETROVIRAL DRUGS FOR TREATING PREGNANT WOMEN AND PREVENTING HIV INFECTION IN INFANTS: TOWARDS UNIVERSAL ACCESS Recommendations for a public health approach. 2006 World Healt Organization.  Panel on Treatment of HIV-Infected Pregnant Women and Prevention of Perinatal Transmission. Recommendations for Use of Antiretroviral Drugs in Pregnant HIV-1- Infected Women for Maternal Health and Interventions to Reduce Perinatal HIV Transmission in the United States. Available at http://aidsinfo.nih.gov/contentfiles/lvguidelines/PerinatalGL.pdf.  BHIVA. British HIV Association guidelines for the management of HIV infection in pregnant women 2012. HIV Medicine (2012), 13 (Suppl. 2), 87–157.



PANGGUL SEMPIT No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ) Pengertian



Tujuan



Kebijakan



Prosedur



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Ketidaksesuaian antara besarnya kepala janin dengan luasnya panggul ibu Umum : Memahami kejadian Disporposi Sefalo pelvis dan tindakan yang diperlukan untuk pertolongannya agar dapat mencegah morbiditas dan mortalitas perinatal Khusus :  Mengerti mekanisme kejadian persalinan dengan disporposi sefalopelvix.  Mampu mengantisipasi risiko kejadian disporposi sefalopelvix dalam pertolongan persalinan. Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam



Penegakan diagnosa berdasarkan tanda dan gejala :  Tinggi fundus tidak sesuai dengan usia kehamilan  Kepala tidak masuk PAP pada primi,hamil lanjut atau masih goyang  Tanda dari OSBORN : kepala didorong ke arah PAP, satu tangan di atas simfisis pubis sedang tangan lain mengukur tegak lurus pada kepala yang menonjol  (+) = 3 jari, (-) = masuk PAP Pemeriksaan penunjang :  Pemeriksaan panggul luar dan dalam  Pemeriksaan besarnya berat janin berdasarkan rumus Johnson-Tussack atau USG



Unit terkait



Kamar Bedah 



Daftar Pustaka











AIUM. AIUM Practice Guideline for the Performance of Ultrasound of the Female Pelvis. American Institute of Ultrasound in Medicine 2014. Stanfield S. FETAL-PELVIC DISPROPORTION AND PELVIC ASYMMETRY AS A POTENTIAL CAUSE FOR HIGH MATERNAL MORTALITY IN ARCHAEOLOGICAL POPULATIONS. University of Central Florida Orlando 2011. RCOG. Narrow Pelvic. 2011 Royal College of Obstetricians and Gynecologists.



ANEMIA DALAM KEHAMILAN No. Dokumen No Revisi SPO/476/XII/2015



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian



Tujuan Kebijakan



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Bila kadar hemoglobin (Hb) wanita hamil kurang dari 10 gr % disebut anemia berat atau anemia gravis bila kurang 6 gr %. Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15%. Mampu menatalaksana anemia dalam kehamilan. Khusus : 1. Menegakkan diagnosa anemia dalam kehamilan 2. Menatalaksana anemia dalam kehamilan Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Penegakkan diagnosa berdasarkan gejala :  Pucat, perasaan cepat lelah, badan lemas, hoyong, jantung berdebar-debar Pemeriksaan penunjang :  Pemeriksaan darah lengkap  Pemeriksaan sel darah tepi  Pemeriksaan sum-sum tulang  Pemeriksaan feses



Prosedur



Unit terkait



Penatalaksaan berdasarkan jenis anemia : a. Anemia defisiensi besi :  Makan makanan kaya zat besi/TKTP (daging, hati, ikan, telur)  Oral suplemen : SF 200 mg 3 kali sehari  Parenteral : inferno, venofer b. Anemia Megaloblastik :  Asam folat : 15 – 20 mg per hari  Vitamin B-12 : 3 kali 1 tablet per hari  SF : 3 kali 1 tablet per hari  Kasus berat : transfusi c. Anemia Hipoblastik : transfusi darah d. Anemia hemolitik : transfusi darah Laboratorium 



Daftar Pustaka



 



NHS. ANAEMIA: DIAGNOSIS AND TREATMENT OF ANAEMIA THROUGHOUT PREGNANCY, LABOUR AND POST PARTUM PERIOD – CLINICAL GUIDELINE. NHS 2011. BCSH. UK guidelines on the management of iron deficiency in pregnancy. 2011 British Consul Society in Hematology. Sharma JB. Anemia in Pregnancy. JIMSA October - December 2010 Vol. 23 No. 4.



EMBOLI AIR KETUBAN No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/2



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian



Tujuan



Kebijakan



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Masuknya air ketuban ke dalam sirkulasi maternal selama atau segera setelah melahirkan dan menimbulkan secara tiba – tiba insufisiensi pulmonal, intramuscular coagulation dan diatese hemorrhagic Umum : Mengenali dan mendiagnosis emboli air ketuban serta mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi nya Khusus : 1. Memahami penanganan emboli air ketuban 2. Memahami langkah – langkah resusitasi intrauterin Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Penegakan diagnosa berdasarkan tanda dan gejala :  Didapati syok dengan gawat nafas  Anxietas  Asfiksia  Edema Paru  Gagal jantung akut  Spasme bronkus  Kejang  Kontriksi pembuluh darah  Timbul tanda-tanda cerebral jika cairan amnion masuk ke otak  Dapat terjadi koagulapati, terjadi gangguan pembekuan darah/hipofibrinogenemia atau afibrogenemia



Prosedur



Tanda-tanda kardinal :  Respiratory distres  Cyanosis  Kardiovaskular kolaps  Perdarahan  Koma Pemeriksaan penunjang :  EKG  Foto thoraks  Pemeriksaan serial clotting time  Ventilation perfussion scanning  Venografi



EMBOLI AIR KETUBAN No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 2/2



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



Penatalaksanaan :



Prosedur



Unit terkait







Lakukan resusitasi jantung dan paru sesegera mungkin







Pertimbangkan seksio cesaria perimortem pada ibu dengan kardiak arrest dan fetus viable







Kurangi hipoksia dengan memberikan oksigen







Berikan cairan infus kristaloid dan transfusi darah secara hati-hati







Pertahankan tekanan darah







Tanggulangi koagulopati (platetet, fibrinogen dan komponen darah lain)







Berikan heparin untuk trombosis emboli



ICU, Patologi Klinik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam 



Daftar Pustaka



 



RCOG. Maternal Collapse in Pregnancy and the Puerperium. 2011 Royal College of Obstetricians and Gynecologists. Karl K, Kainer F. Amniotic fluid embolism, venous thromboembolism, and eclampsia. Gynakol Geburtsmed Gynakol Endokrinol 2009;5(3):194–204. Toy H. Amniotic Fluid Embolism. Eur J Gen Med 2009;6(2):108-115.



INISIASI MENYUSU DINI No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/2



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian Tujuan



Kebijakan



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508



Proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu) Umum : Memahami pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini. Khusus : 1. Mendefenisikan dan menjelaskan Inisiasi Menyusu Dini. 2. Mengaplikasikan Inisiasi Menyusu Dini. Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam



Inisiasi Menyusu Dini Pada Partus Spontan Prosedur



1. Anjurkan SUAMI atau keluarga MENDAMPINGI ibu dikamar bersalin. 2. Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk mengurangi / tidak menggunakan obat kimiawi 3. Bayi lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat. 4. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, Bayi di TENGKURAPKAN di dadaperut ibu dengan KULIT bayi MELEKAT pada KULIT ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi. 5. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri. 6. Dukung dan bantu ibu mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. 7. Biarkan KULIT kedua bayi bersentuhan dengan KULIT ibu selama PALING TIDAK SATU JAM; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu – bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam . 8. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan MENDEKATKAN BAYI KE PUTING tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. BERI WAKTU kulit melekat pada kulit 30 MENIT atau 1 JAM lagi. 9. Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi setidaknya 1 jam atau selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vit K. 10. RAWAT GABUNG BAYI: Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam. 11. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng. Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Caesar 1. Anjurkan SUAMI atau keluarga MENDAMPINGI ibu dikamar operasi atau



dikamar pemulihan. 2. Begitu lahir diletakkan di meja resusitasi untuk DINILAI, dikeringkan secepatnya terutama kepala tanpa menghilangkan vernix ; kecuali tangannya. Dibersihkan mulut dan hidung bayi, talipusat diikat. 3. Kalau bayi tak perlu diresusitasi; bayi dibedong, dibawa ke ibu. Diperlihatkan kelaminnya pada ibu kemudian mencium ibu. 4. Tengkurapkan bayi didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Kaki bayi agak sedikit serong/melintang menghindari sayatan operasi. Bayi dan ibu diselimuti. Bayi diberi topi.



INISIASI MENYUSU DINI No. Dokumen SPO/476/XII/2015 RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



No Revisi



Halaman 2/2



5. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati puting. Biarkan bayi mencari puting sendiri. 6. Biarkan KULIT Bayi bersentuhan dengan kulit ibu PALING TIDAK selama SATU JAM, bila menyusu awal selesai sebelum 1 jam; tetap kontak kulit ibu-bayi selama setidaknya 1 jam. 7. Bila bayi menunjukan kesiapan untuk minum, bantu ibu dg MENDEKATKAN BAYI KE PUTING tapi tidak memasukkan puting ke mulut bayi. Bila dalam 1 jam belum bisa menemukan puting ibu, beri tambahan WAKTU melekat pada dada ibu, 30 menit atau 1 jam lagi. Bila operasi telah selesai, ibu dapat dibersihkan dengan bayi tetap melekat didadanya dan dipeluk erat oleh ibu.Kemudian ibu dipindahkan dari meja operasi ke : 1.



Ruang pulih (RR) dengan bayi tetap didadanya.



2.



Bila ayah tidak dapat menyertai ibu di kamar operasi, diusulkan untuk mendampingi ibu dan mendoakan anaknya saat di kamar pulih.



3.



RAWAT GABUNG: Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, bayi dalam jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis.Tidak diberi dot atau empeng.



Inisiasi Menyusu Dini Pada Gemelli 1. Anjurkan SUAMI atau keluarga MENDAMPINGI ibu dikamar bersalin. 2. Bayi pertama lahir, segera dikeringkan terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix. Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat. Prosedur



3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, Bayi di TENGKURAPKAN di dadaperut ibu dengan KULIT bayi MELEKAT pada KULIT ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi. 4. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri. 5. Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua, berikan bayi pertama pada ayah. Ayah memeluk bayi dengan kulit bayi melekat pada kulit ayah seperti pada perawatan metoda kanguru. Keduanya ditutupi baju ayah. 6. Bayi kedua lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix. Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat. 7. Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi, bayi kedua DITENGKURAPKAN di dada-perut ibu dengan KULIT bayi MELEKAT pada KULIT ibu. Letakkan kembali bayi pertama didada ibu berdampingan dengan saudaranya, Ibu dan kedua bayinya diselimuti. Bayi – bayi dapat diberi topi. 8. Biarkan KULIT kedua bayi bersentuhan dengan KULIT ibu selama PALING TIDAK SATU JAM; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu – bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam. 9. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan MENDEKATKAN BAYI KE PUTING tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. BERI WAKTU 30 MENIT atau 1 JAM lagi kulit melekat pada kulit



Unit Terkait



RAWAT GABUNG BAYI :Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng Ilmu Kesehatan Anak 



Daftar Pustaka



 



WRHA. Breastfeeding Practice Guidelines for the Healthy Term Infant. 2005 Winnipeg Regional Health Authority. National Health and Medical Research Council (2012) Literature Review: Infant Feeding Guidelines. Canberra: National Health and Medical Research Council. Royal College of Midwives. Evidence Based Guidelines for Midwifery-Led Care in Labour: Early Breastfeeding. 2012 Royal College of Midwives.



PERAWATAN METODE KANGURU No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian



Tujuan Kebijakan



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Perawatan untuk bayi prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin to skin contact). Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan keselamatan bayi yang lahir prematur maupun yang aterm. Umum : Memahami pelaksanaan dan edukasi Perawatan Metode Kanguru Khusus : Mendefenisikan Perawatan Metode Kanguru Melaksanakan dan edukasi Perawatan Metode Kanguru Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam



1. 2. 3. 4.



Prosedur



Unit Terkait



Terima ibu dan keluarga dengan rasa hormat Memperkenalkan diri Ajari ibu dan keluarga teknik mencuci tangan yang benar Ukur tanda-tanda vital bayi, BB, PB dan LK bayi kemudian catat hasilnya di lembar observasi bayi dalam PMK 5. Isi buku register PMK dengan lengkap 6. Buatkan resep : 1. Thermometer digital (1) 2. Baju kanguru (1) → kalau perlu 7. Ajari pasien dan keluarga cara menggunakan baju kanguru serta mengenali tanda-tanda bahaya. 8. Siapkan : 1. 1 lembar observasi bayi dalam PMK (obs-PMK-10) 2. 1 lembar penilaian kesiapan kepulangan pasien (PMK 3-10) 3. 1 lembar informasi demografi (PMK 1-10) 9. Lengkapi dan isi langsung lembar observasi bayi dalam PMK dan lembar 10. informasi demografi ibu 11. Observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum bayi tiap 3 jam oleh petugas ruangan/petugas bayi kemudian beri nama serta paraf petugas 12. Beritahu ibu dan keluarga untuk menekan bel apabila menemukan tandatanda bahaya atau memerlukan bantuan petugas 13. Bila ada masalah pada bayi PMK, catat di lembar PMK-2. (Misal : sepsis, cyanosis, atau hyperbill) 14. Lembar skor kepulangan diisi tiap hari (setelah pasien dirawat minimal 24 jam) 15. Bila pasien minta pulang, nilai dulu skor kesiapan kepulangan bayi, jika skor >16, pasien dinyatakan boleh pulang, tetapi lapor dulu ke dr. Sp.A 16. Sebelum bayi pulang ukur tanda-tanda vital bayi, BB, PB, LK bayi dan kemudian mencatat hasilnya di lembar observasi bayi dalam PMK 17. Pasien dianjurkan kontrol 3 hari. Pasien dipulangkan dalam posisi kanguru dan dianjurkan kontrol juga dalam posisi kanguru 18. Bila bayi sudah pulang lembar observasi PMK disimpan di laci dan ditulis tanggal pulang di buku register (termasuk jika pasien pulang atas permintaan)



Ilmu Kesehatan Anak 



Daftar Pustaka



 



Ludington-Hoe SM. Morgan K, Abouelfettoh A .A Clinical Guideline for Implementation of Kangaroo Care With Premature Infants of 30 or More Weeks’ Postmenstrual Age. Advances in Neonatal Care • Vol. 8, No. 3S • pp. S3–S23 Charpak N, Figueroa Z. KANGAROO MOTHER CARE PRACTICAL RULES. Kangaroo Foundation 2009. USAID. Kangaroo Mother Care Implementation Guide. 2012 United States Agency for International Development.



PERAWATAN LUKA OPERASI No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Pengertian Tujuan Kebijakan



Merawat keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan akibat prosedur operasi Mencegah terjadinya infeksi Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Persiapan alat : 1. Larutan Alkohol 70% 2. Pinset 3. Kasa steril 4. Gunting 5. Larutan NaCl 0,9 % 6. Larutan Povidone Iodine 7. Sufratulle 8. Hypafix



Prosedur



Unit terkait



Prosedur : 1. Cuci tangan sebelum prosedur, pemakaian handscoon steril 2. Cuci luka dengan NaCl 0,9% 3. Cuci luka dengan Betadine 4. Evakuasi jaringan mati, jika ditemukan pus kultur dan tes sensitivitas 5. Penutupan luka dengan sufratule, kasa steril dan hypafix 6. Penggantian perban dapat dilakukan sesuai kebutuhan (setiap hari atau setiap tiga hari). 7. Pada luka operasi basah, periksa kadar albumin serum dan pertimbangkan untuk secondary hecting



Penyakit Dalam, Laboratorium 



Daftar Pustaka



 



NICE. Surgical site infection: Prevention and treatment of surgical site infection. 2008 NICE. RCPI. Preventing Surgical Site InfectionsKey Recommendations For Practice. 2012 Royal College of Phycisians of Ireland. WHO. Postoperative care. 2003 World Health Organization.



SINDROMA KLIMATERUM No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



engertian Tujuan Kebijakan



Prosedur



Unit Terkait



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Sekumpulan gejala atau keluhan vasomotor, psikologik, lokomotor dan genitourinaria yang timbul pada wanita pramenopause, menopause dan pasca menopause. - Menegakkan diagnosis dari Sindroma Klimakterum - Mengurangi keluhan-keluhan menjelang masa menopause Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam 1. Anamnesa 2. Diagnostik : Ditegakkan pada masa klimakterum dengan : A. Gejala Endokrinologi : - Kadar estrogen meningkat - Gonadotropin meningkat B. Gejala Vasomotor : - Gejolak panas - Keringat banyak - Sakit kepala, capek, jantung berdebar C. Gangguan psikologik - Mudah tersinggung - Pelupa, cemas, depresi, sulit tidur D. Gangguan Lokomotorik - Nyeri punggung, nyeri sendi, nyeri otot, kulit kering E. Gangguan Genitouria : - Gairah seksual rendah - Vagina terasa kering, stress inkontinensia 3. Pemeriksaan Penunjang : - FSH, LH, Lipid profile - Radiologi : osteoporosis - Pap Smear 4. Terapi - Exercise - Suplemen Calcium - Sedativa - THP Radiologi, Laboratorium 



Daftar Pustaka



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



 



AACE. Medical Guideline for Treatment and Diagnosis of Menopause. Endocrine Practices 2011 17(6). JOGC. Managing Menopause. Journal of Obstetrics and Gynaecology CanadaNo. 311, September 2014. De Villiers TJ. Global Consensus Statement on Menopausal Hormone Therapy. CLIMACTERIC 2013;16:203–204.



INFERTILITAS No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian



Tujuan



Kebijakan



Prosedur



Unit Terkait



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Ketidakmampuan pasangan suami istri untuk hamil setelah satu tahun berumah tangga dengan senggama tidak terganggu. - Mendiagnosis penyebab terjadinya infertilitas - Mengkoreksi kelainan-kelainan yang menyebabkan terjadinya infertilitas - Mengurangi angka infertilitas diantara pasangan suami istri Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam A. Suami 1. Anamnesa 2. Pemeriksaan Fisik umum 3. Pemeriksaan Andrologik : - Analisa semen - Penetrasi sperma - Hormon reproduksi pria - Antibodi anti sperma - Biopsi testis 4. Pemeriksaan Laboratorium riutin darah/ urin 5. Pemeriksaan foto rontgen thorax 6. Terapi : - Kausal (bedah, medikal) - Suportif - Empirik B. Istri 1. Anamnesa 2. Pemeriksaan fisik umum untuk menyingkirkan penyakit penyerta 3. Pemeriksaan ginekologik untuk menilai kelainan struktural pada organ reproduksi wanita 4. Pemeriksaan laboratorium meliputi : Darah rutin, KGD ad random, HST, T3, T4, TSH, 5. Pemeriksaan penunjang : - Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal untuk melihat kelainan pada organ reproduksi wanita - uji pasca senggama - Suhu basal badan - Biopsi endometrium - Hormon reproduksi wanita (FSH dan LH) - Tes patensi tuba, Histerosalfingografi (HSG) 6. Penatalaksanaan Sesuai kelainan yang ditemukan, dapat berupa pembedahan maupun dengan medikamentosa ( contoh : Clomiphene Citrate). Konsul dengan bagian yang terkait dengan etiologi infertilitas pada pasien Laboratorium  



Daftar Pustaka



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



 



AUA. The Optimal Evaluation of the Infertile Male: AUA Best Practice Statement. 2010 American Urological Association. THP. Medical Necessity Guidelines: Infertility Services – Massachusetts Products. 2015 Tufts Health Plan. United Health Care. INFERTILITY DIAGNOSIS AND TREATMENT. 2015 United Health Care. ESHRE. GUIDELINES FOR COUNSELLING IN INFERTILITY. 2005 European Society of Human Reproduction and Embryology.



PENYAKIT RADANG PANGGUL No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda Tanggal Terbit : 30 Desember 2015 dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508



Terjadinya infeksi pada traktus genitalis bagian atas, oleh berbagai mikroorganisme, baik secara perkontinuitatum, hematogen atau hubungan seksual



Tujuan



Untuk mencegah kerusakan tuba yang menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik serta infeksi yang kronis.



Kebijakan



Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam 1. Anamnese 5. Pemeriksaan Fisik, adanya : a. Nyeri tekan pada abdomen b. Nyeri goyang pada serviks c. Nyeri tekan pada adneksa 6. Pemeriksaan Penunjang : a. Pewarnaan gram, kultur secret endoserviks b. VDRL c. Pemeriksaan darah lengkap d. USG e. Radiologi f. Serologi : TORCHKM g. Kuldosintesis



Prosedur



4. Penanganan : - Pemberian obat-obatan ( Sefoxitin, probenesid, Ceftriaxone, doxycycline) - Operatif ( laparotomi ) 5. Konsul ke bagian penyakit kulit & kelamin dan bagian bedah Unit Terkait



Radiologi, Laboratorium 



Daftar Pustaka



 



Ngu SF, Cheung VYT. An Update on the Management of Acute Pelvic Inflammatory Disease. Hongkong Medical Diary VOL.16 NO.10 OCTOBER 2011. BASSH. UK National Guideline for the Management of Pelvic Inflammatory Disease 2011. 2011British Association for Sexual Health and HIV. Woodward S. Pelvic inflammatory disease. Office gynaecology Vol 16 No 3 Spring 2014.



PROLAPSUS UTERI No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian



Tujuan Kebijakan



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508



Turunnya uterus sampai atau keluar dari introitus vaginalis Untuk mencegah terjadinya prolapsus uteri yang berulang Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam



1. Anamnesa 2. Diagnosis : - Tingkat I turunnya uterus sampai serviks berada setinggi Introitus vagina - Tingkat II turun sampai sebagian keluar dari introitus Vagina - Tingkat III turun sampai seluruh uterus keluar dari vagina 3. Pemeriksaan Penunjang : - Laboratorium - Biopsi (PA) Prosedur



4. Terapi A. Tanpa pembedahan : - Latihan otot dasar panggul - Stimulasi otot dengan alat listrik - Pemasangan pesarium B. Dengan Pembedahan : - Histerektomi vagina - Amputasi serviks - Ventrofikasi - Kolpokleksis



Unit Terkait



Laboratorium 



Daftar Pustaka



 



IUGA. Pelvic Organ Prolapse. 2011. International Urogynecological Association. RCOG. Pelvic organ prolapsed. 2013 Royal College of Obstetricians and Gynecologists. NHS. Surgery for prolapse of the uterus (womb) and vagina. 2011 NHS.



PERAWATAN PASKA OPERASI No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Pengertian Tujuan Kebijakan



Prosedur



Tindakan pemantauan kondisi pasien pasca operasi. Melakukan pengawasan dan pemantauan status vital dan tanda-tanda perdarahan pasca operasi. Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam . Perawatan di ruang pulih - Pasien masih dalam keadaan narkose - Pasien ditidurkan tanpa bantal,miring ke satu sisi untuk mencegah aspirasi - Bila intubasi kurang bersih, mengganggu pernafasan, segera bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap lendir (suction) - Berikan O2 bila perlu - Catatan pada tanda vital pasien meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, Hb pasca operasi - Infus tetap terpasang dengan cairan sesuai kebutuhan pasien (kristaloid, koloid darah) - Kateter menetap dan pencatatan balans cairan - Drain diperhatikan apakah pengeluaran darah / cairan dari rongga perut lancar - Transfusi darah sesuai kebutuhan sampai Hb ≥ 10 gr% - Bila ada hal-hal yang tidak dapat diatasi, konsultasi dengan unit anastesi atau unit lain yang diperlukan atas sepengetahuan konsultan jaga / konsultan ruang pulih - Terapi parenteral :  Pemberian antibiotik 



Pemberian analgetik



 -



Unit terkait Daftar Pustaka



Obat-obat lain sesuai indikasi (transamin, oxytocin, methylergometrin) Pasien dapat dipindahkan ke ruangan biasa setelah dinilai stabil dan disetujui oleh bagian yang terkait



Penyakit Dalam, Laboratorium  



WHO. Postoperative care. 2003 World Health Organization. Philips J. Post-operative care. Royal College of Anaesthetists 2012.



DIAGNOSA PENYAKIT TROPOBLAS GESTASIONAL (PTG ) No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/3



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian Tujuan Kebijakan



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Penyakit trofoblas gestasional adalah proliferasi sel trofoblas yang berasal dari kehamilan Untuk meningkatkan pelayanan penyakit PTG Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam 1.Anamnesa : Perdarahan pervaginam, pembesaran rahim setelah kehamil dan adanya gejala klinis dari metastasis atau komplikasi. Diagnosis PTG  Setidaknya terdapat peningkatan kadar hCG secara berurutan pada hari ke1,7,14,21  Peningkatan kadar hCG tanpa berurutan dengan interval pemeriksaan 2 minggu pada hari ke 1, 7 dan 14.  Kadar hCG menetap 3 minggu atau lebih  Kadar hCG di atas nilai normal sampai 14 minggu setelah evaluasi  Uterus lebih besar dari normal dengan kadar hCG > normal  Perdarahan dari uterus dengan kadar hCG > normal  Dijumpai lesi metastasis dengan kadar hCG > normal  Metastasis paru didiagnosis dengan foto rontgent thoraks. 2.Inspekulo : tampak jaringan seperti mata ikan/tidak 3.Status lokalisata : teraba massa +/-, jika + : ukuran ?, KGB +/-



Prosedur



4.Pemeriksaan lab :  Darah rutin, urin rutin, KGD  LFT , RFT, elektrolit, proyein  Foto thorax, EKG, CT scan upper / lower abdomen  HST  T3, T4, TSH meninggi rawat bersama dengan Penyakit Dalam  Beta HCG serial 5.USG :  Uterus ante/retro  Besar biasa/tidak  Gambaran hypoechoic/hyperechoic pada adnexa  Gestasional sack ada/tidak  adnexa: dbn/tidak 6. Therapi: 1. PTG risiko rendah, skor WHO kurang dari FIGO Stadium I, II, dan III : a. Methotreksate 0,4 mg/KgBB IM tiap hari selama 5 hari, diulang tiap 2 minggu b. Methotreksate 1,0mg/KgBB selang satu hari sampai 4 dosis dengan ditambahkan Leukovorin 0,1 mg/KgBB 24 jam setelah MTX, diulang tiap 2 minggu. c. Methotrexate 50 mg/m2 diberikan secara weekly. d. Actinomycin-D 1,25 mg/m2 diberikan tiap 2 minggu



DIAGNOSA PENYAKIT TROPOBLAS GESTASIONAL (PTG ) No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 2/3



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



Actinomycin-D 12 ug/KgBB IV tiaphari selama 5 hari diulang tiap 2 minggu. Protokol ini digunakan pada pasien engan gangguan fungsi hati. f. Methotreksate 250 mg infuse selama 12 jam, diulang tiap 2 minggu g. Kemoterapi dilanjutkan 1 atau 2 kali setelah kadar hCG normal. 2. PTG risiko tinggi, FIGO stadium I, II, III dengan skor WHO lebih dari atau sama 7 atau stadium IV. Terapi primer adalah EMA-CO (Etoposide, MTX, Actinomysin, Cyclophospamid dan Oncovin (Vincristine). Jika respon kurang baik atau resisten alternatif lain adalah : - EMA – PA (Etoposide,MTX, Actinomysin – Cis Platin dan Adriamysin) - EMA – EP (Etoposide, MTX, Actinomysin – Etoposide Platinum). Jika EMA-EP resisten dapat diberikan alternatif : - Paklitaxel – Cisplatin - Paklitaxel – Etoposide - Paklitaxel – 5 FU - ICE ( Iphosphamid , Cisplatin, dan Etoposide) - BEP regimen. 3. Plasental site of trophoblastic tumor (PSTT) Pengelolaannya terpisah dari PTG yang lain. Terapi dilakukan secara kombinasi baik dengan operasi maupun kemoterapi. Prosedur



DIAGNOSA PENYAKIT TROPOBLAS GESTASIONAL (PTG ) No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 3/3



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



7.



Unit terkait



Follow up : Pemeriksaan klinis dan pemeriksaan hCG tiap mingu hingga kadarnya mencapai normal. Setelah itu dilakukan setiap bulan selama 6 bulan selanjutnya tiap 2 bulan sampai 6 bulan berikutnya.



Laboratorium , Radiologi, Radioterapi 



Daftar Pustaka



 



RCOG. THE MANAGEMENT OF GESTATIONAL TROPHOBLASTIC DISEASE. 2010 Royal College of Obstetricians and Gynecologists. RHW. GESTATIONAL TROPHOBLASTIC DISEASE (Complete and partial molar pregnancy). 2013 Royal Hospital for Women. NHS. Guidelines on management of Gestational Trophoblastic Disease. NHS Nottingham University Hospital.



TRANSLOKASI AKDR No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Suatu keadaan dimana alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) berada diluar kavum uteri pada akseptor AKDR



Pengertian



Untuk mereposisi malposisi dari AKDR.



Tujuan



Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Kebijakan 1. Anamnesa 2. Pemeriksaan Fisik : - Tidak dijumpai filament pada pemeriksaan dalam dan inspekulo - Tidak terabanya AKDR pada pemeriksaan sonde kavum uteri 3. Pemeriksaan penunjang: - Pemeriksaan Radiologik - Pemeriksaan USG : tidak ada gambaran ekhogenik dalam rahim - Pemeriksaan Histeroskopi 4. Terapi : - laparotomi eksplorasi mengangkat AKDR - Laparoskopi untuk mengambil AKDR



Prosedur



Radiologi



Unit terkait 1. 2. 3. Daftar Pustaka4.



5.



6.



WOMEN AND NEWBORN HEALTH SERVICE. CONTRACEPTION. 2013 King Edward Memorial Hospital. Family Health Bureau Ministry of Health SRI LANKA. Guidelines for service providers on IUD insertion & removal. 2009 Family Health Bureau Ministry of Health SRI LANKA. Johnson BA. Insertion and Removal of Intrauterine Devices. Am Fam Physician 2005;71:95-102 Bluestone J, Chase R, Lu ER. Guideline for family planning service program. 2006 USAID. WHO, UNFPA, UNAIDS and FHI. The TCu380A Intrauterine Contraceptive Device (IUD): Specification, Prequalification and Guidelines for Procurement, 2010. World Health Organization, UNFPA, UNAIDS and FHI, 2011. FSRH. Intrauterine Contraception. 2014 Faculty of Sexual & Reproductive Healthcare.



DILATASI DAN KURETASE (D & K) No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/2



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian Tujuan



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Prosedur bedah minor yang umum dimana dilakukan pelebaran pada mulut rahim dan lapisan endometrium dikuret dengan menggunakan sendok kuret. Untuk mengeluarkan lapisan endometrium ataupun jaringan dari cavum uteri. Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam



Kebijakan I. Prosedur



Persiapan : 1. Persiapan pemeriksaan ginekologi : a. Pemeriksaan dan asisten b. Alat-alat disiapkan (dalam keadaan steril): sepasang sarung tangan, kateter, spekulum (cocorbebek), tampon tang, kapassublimat, kasa. 2. PersiapanTindakan kuretase : a. Pasien disiapkan sesuai keadaan tindakan yang dilakukan (tanpa / dengan infus, tanpa/dengan narkose) b. Operator dan asisten siap. c. Alat/obatdisiapkan (dalam keadaan steril) 1) Sarung tangan untuk operator dan asisten 2) Dua buah spekulum Sims 3) Tampon tang 4) Tenakulum bergigi tunggal Shroder 5) Sonde uterus 6) Busi Hegar 7) Alat mikro kuret 8) Forseps ovum winter atau forceps kasa 9) Kuret tumpul dan tajam 10) Kain penutup steril 11) Botol berisi formalin 40% untuk jaringan yang akan diperiksa ke Bagian PA. Alatpre dan durante kuret 1 Sims spekulum 2 Sonde 3 Tenakulum 4 Busi 5. Sendok kuret tajam dan tumpul 6. Abortus tang 7. Oval klem Obat post kuret 1 cefadroksil 2.asam mefenamat 3.asam traneksamat 4.vitamin B comp



DILATASI DAN KURETASE (D & K) No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 2/2



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



Obat 1 Cairan infus 2 pethidin 3 Diazepam 4 lidokain 5 oxytocin dan metergin 6 transamin 7 antibiotik profilaksis



Prosedur



II. UrutanKerja : 1. Premedikasi dengan SA 0,25 mg + pethidin 1 mg/kgBBi.m. 20 – 30 menit sebelum tindakan. 2. Penderita ditidurkan dalam posisi lithotomi. 3. Lakukan naskose dengan diazepam i.v. (dosis 0,2 – 0,6 mg/KgBB), untuk tindakan D & K. 4. Lakukan tindakan aseptik-antiseptik dengan cairan sublimat, betadin pada vulva dan sekitarnya.,kandung kencing dikosongkan. 5. Tutup sekitar lapangan operasi dengan kain steril kecuali lapangan operasi 6. Lakukan pemasangan speculum ke liang vagina kemudian dipasang tenakulum pada cervix arah jam 12 7. Kemudian sonde uterus masukkan kedalam uterus untuk mengetahui panjang uterus. Lalu busi hegar dimasukkan ke serviks dari nomor yang paling kecil sampai besar sampai serviks terbuka 8. Kemudian dilakukan tindakan kuretase dengan sendok kuret tumpul dan dilanjutkan dengan sendok kuret tajam. 9. Pada waktu tindakan kuretase dan D/K dilakukan, operator dibantu oleh asisten 1 sedang perawat/asisten II memantau tensi, nadi, pernafasan dan cairan yang terpasang. 10. Paska tindakan, operator menilai hasil tindakan. 11. Bila dirasakan sudah cukup, perawat memindahkan pasien ke ruang/ tempat istirahat sementara 12. Paska tindakan tensi, nadi, pernafasan dan terapi cairan yang diberikan tetap dipantau sampai yakin keadaan umum penderita baik. 13. Jaringan dikirm ke PA dengan diberi formalin 40%. Catatan :  Pada kuretase abortus inkomplet dan D/K terapi cairan dipasang bila diperlukan.  Pada kuretase molahidatidosa harus terpasang infus/transfusi set dengan cairan yang telah ditentukan oleh operator dan siap darah.  Pada mikrokuret :induksi diazepam tidak dilakukan. 



Unit terkait



Anastesiologi 



Daftar Pustaka



Untuk mencegah rasa sakit pada tempat suntikan dan mencegah trompoflebitis, diazepam diencerkan dengan NaCl atau Dextroxe 5% dan disuntikkan pada vena yang besar.



 



IPPF. First trimester abortion guidelines and protocols Surgical and medical procedures. 2009 International Planned Parenthood Federation. Anthem. Dilation and Curettage (D&C). 2008 American Medical Association. RCOG. Dilation and Curettage. 2010 Royal College of Obstetricians and Gynecologists.



BIOPSI SERVIKS No. Dokumen SPO/476/XII/201 5



No Revisi -



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian



Tujuan



Kebijakan



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508



Tindakan untuk mengambil contoh jaringan serviks yang dicurigai ganas, untuk diagnosis pasti keganasan, dan atau untuk mengetahui jenis histologinya. Untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam a. Loop Electro Surgical Excision Procedure (LEEP)



Prosedur



b. Punch Biopsi c. Cone Biopsi



Unit Terkait



Patologi Anatomi 



Daftar Pustaka



 



RCOG. Cervical Biopsy. 2012 Royal College of Obstetricians and Gynecologists. ACOG. Guideline and Consideration in Cervical Biopsy. 2012 American College of Obstetricians and Gynecologists. ASCP. Updated Consensus Guidelines for managing Abnormal Cervical Cancer Screening Tests and Cancer Precursors. 2013 American Society for Colposcopy and Cervical Pathology.



IVA No. Dokumen SPO/476/XII/201 5



No Revisi -



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian



Tujuan



Kebijakan



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508



Pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asem asetat (IVA). Dengan metode inspeksi visual. Inspeksi visual pada serviks.



Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam



1. Speculum untuk melihat serviks yang telah dipulas dengan asam asetat 3-5%. Prosedur



2. Hasil (+) pada lesi prakanker terlihat warna bercak putih disebut : aceto white epitellium. 3. Tindak lanjut IVA (+) biopsi



Unit Terkait







Daftar Pustaka



 



Paraswani MJ. Technique Visual inspection with acetic acid (VIA) for screening of Carcinoma of cervix. INTERNATIONAL JOURNAL OF SCIENTIFIC & TECHNOLOGY RESEARCH VOLUME 1, ISSUE 6, JULY 2012. Papscreen Victoria. CLINICAL PRACTICE GUIDELINES for Cervical Screening. www.papscreen.org.au Mustafa MMS. Visual inspection with acetic acid (VIA) for Cervical Cancer. MJAFI 2010 66: 382-384



PAP SMEAR No. Dokumen SPO/476/XII/201 5



No Revisi -



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



Tanggal Terbit STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL



Ditetapkan Kepala Rumkit Tk. II Putri Hijau Kesdam I/BB



Dr. Sukirman, SpKK, M.Kes Kolonel CKM NRP 32977 Pengertian



Tujuan



Kebijakan



Suatu prosedur untuk mendeteksi dini kanker serviks pada wanita.



1. 2. 3. 4.



Evaluasi sitohormonal Mendiagnosis peradangan Identifikasi organisme penyebab peradangan Mendiagnosis kelainan prakanker (dysplasia) leher Rahim dan kanker leher Rahim dini atau lanjut (karsinoma/invasive) 5. Memantau hasil terapi Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam



1. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi speculum. 2. Bivalve (cocor bebek) spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda dan alcohol 95%. 3. Pasien berbaring dengan posisi litotomi. 4. Pasang speculum hingga tampak jelas vagina bagian atas, forniksposterior, serviks uterus dan kanalis servikalis. 5. Periksa serviks apakah normal atau tidak. Prosedur



6. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan kedalam endoserviks, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 3600 searah jarum jam. 7. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda dengan membentuk sudut 450 satu kali usapan. 8. Celupkan kaca objek kedalam larutan alcohol 95% selama 10 menit. 9. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transport dan dikirim ke ahli Patologi Anatomi.



Unit Terkait



Patologi Anatomi 



Daftar Pustaka



 



National Screening Unit. Guidelines for Cervical Screening. 2008. Ministry of Health New Zealand. RCOG. Screening Pap Tests. 2010 Royal College of Obstetricians and Gynecologists. Papscreen Victoria. CLINICAL PRACTICE GUIDELINES for Cervical Screening. www.papscreen.org.au



PERSIAPAN TERAPI CHEMOTERAPY No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Pengertian Tujuan Kebijakan



Melakukan persiapan chemoterapi Untuk mempersiapkan kondisi pasien secara optimal sebelum kemoterapi Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Pemeriksaan Laboratorium 1. Darah lengkap - Hb ≥ 10 gr % - Leukosit ≥ 5000/mm - Trombosit ≥ 100.000/mm - Lain-lain dalam batas normal



Prosedur



Unit Terkait



2. 3. 4. 5. 6.



Laboratorium, Depo Farmasi 



Daftar Pustaka



Albumin ≥ 3,0 gr/dl KGD ad random : dalam batas normal Fungsi ginjal : dalam batas normal Fungsi hati : dalam batas normal Elektrolit darah : dalam batas normal



 



Department of Pharmacy Policy. Chemotherapy Ordering and Preparation Procedures. 2010 UNIVERSITY OF KENTUCKY HOSPITAL COSA. Guidelines for the Safe Prescribing, Dispensing and Administration of Cancer Chemotherapy. 2008 Clinical Oncological Society of Australia. CCNS. PREPARATION OF CANCER CHEMOTHERAPY. 2009 Cancer Care Nova Scotia.



PERSIAPAN OPERASI ONKOLOGI No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian Tujuan Kebijakan



Prosedur



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Mempersiapkan pasien- pasien yang direncanakan tindakan operasi onkologi Untuk persiapan dan perencanaan yang optimal pada pasien onkologi. Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Persiapan operasi onkologi di poli 1. Darah rutin 2. Urine rutin 3. Hst 4. D-dimer 5. Fibrinogen 6. Lft 7. Hbs-ag 8. Rft 9. Kgdn/2jam pp 10. Albumin 11. Globulin 12. Tpha 13. Hiv 14. Foto thoraks 15. Ekg 16. BNO/IVP 17. Anti HCV 18. SIO Persiapan di ruangan : 1.konsul anasthesi 2.persiapan darah 3.boarding pass COT 4.puasa 5.klisma 6.berdoa Premedikasi operasi onkologi di ruangan: Antibiotik profilaksis Lovenox  0,4 mg/hari( subkutan) Pemberian : 2 hari sebelum operasi dan 4 hari setelah operasi Kanamycin 4x500mg (kapsul) 2 hari sebelum operasi



Unit terkait



Laboratorium, Instalasi Pelayanan 



Daftar Pustaka



 



ICSI. Perioperative Protocol. 2014 Institute for Clinical Systems Improvement. Nebraska Medical Centre. Recommendations andGuidelines for PreoperativeEvaluation of the Surgical Patient. 2006 Nebraska Medical Centre. AAGBI. Pre-operative Assessment and Patient Preparation. 2010 The Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland.



DIAGNOSA CA CERVIX No. Dokumen SPO/476/XII/20 15



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ) Pengertian Tujuan Kebijakan



Prosedur



Unit terkait



Daftar Pustaka



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Sebagai pedoman dalam penanganan keganasan (kanker) primer dari servik uteri Untuk meningkatkan pelayanan penyakit kanker serviks. Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam 1.Anamnesa 2.Status lokalisata : teraba massa +/-, jika + : ukuran ? 3.Inspeklo : terlihat massa eksofitik, rapuh di cervix, lividae - ,darah+/4. VT :  teraba massa eksofitik, rapuh +/ arah uterus anteflexi / retroflexi  besar uterus ?  teraba massa / tidak  parametrium lemah/ tegang, teraba massa / tidak RT :  sfingter ani ketat  mukosa licin , teraba massa / tidak  parametrium tegang / lemah 5. Pemeriksaan lab :  darah rutin, urin rutin, KGD  LFT , RFT, elektrolit, protein  Foto thorax, EKG, CT scan  HST  USG ginjal 6. R/ : Biopsi jaringan 7. Penanganan:  Kemoradiasi DJ stan + /  Histerektomi radikal Laboratorium, Penyakit Dalam, Bedah Urologi, Radiologi, Radio terapi  WHO. WHO guidelines for screening and treatment of precancerous lesions for cervical cancer prevention. 2013 World Health Organization.  USPSTF dan ACS. New Cervical Cancer Screening Guidelines. 2012 United States Preventive Services Task Force.  ACS. Cervical Cancer. 2013 American Cancer Society.  Massad LS, Einstein MH. 2012 Updated Consensus Guidelines for the Management of Abnormal Cervical Cancer Screening Tests and Cancer Precursors. Journal of Lower Genital Tract Disease, Volume 17, Number 5, 2013, S1YS27.



DIAGNOSA CA ENDOMETRIUM No. Dokumen SPO/476/XII/2015 RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH



No Revisi



Halaman 1/1



TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ) Pengertian Tujuan Kebijakan



Prosedur



Unit terkait



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Sebagai pedoman dalam penanganan keganasan (kanker) primer dari endometrium Untuk meningkatkan pelayanan penyakit kanker endometrium Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam 1.Anamnesa 2.Status lokalisata : teraba massa +/-, jika + : ukuran ?, KGB +/3.VT :  arah uterus anteflexi / retroflexi  besar uterus ?  teraba massa / tidak  Uterus Mobile/tidak  Parametrium lemah/ tegang, teraba massa / tidak  CD menonjol/tidak RT :  sfingter ani ketat  mukosa licin , teraba massa / tidak  teraba massa / tidak 4.Pemeriksaan lab :  Darah rutin, urin rutin, KGD  LFT , RFT, elektrolit, protein  Foto thorax, CT scan upper and lower abdomen  HST 5.USG :  Uterus ante/retro  Besar biasa/tidak  Gambaran hypoechoic/hyperechoic pada adnexa  Ukuran : terukur/tidak terukur kaliper  Tebal endometrium 6. Biopsi :  Kuret bertingkat 7. Penatalaksanaan:  TAH + BSO  Radiasi / kemoterapi



Laboratorium, Radiologi, Radio terapi  



Daftar Pustaka



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



  



FIGO. FIGO Staging classifications and clinical practice guidelines of gynaecologic cancers. International Journal of Gynecology and Obstetrics 70 (2000) 207-312. Colombo N, Preti E. Endometrial cancer: ESMO Clinical Practice Guidelines for diagnosis, treatment and follow-up. Annals of Oncology 24 (Supplement 6): vi33–vi38, 2013. SGO Clinical Practice Endometrial Cancer Working Group. Endometrial cancer: A review and current management strategies. Gynecologic Oncology 134 (2014) 385–392. GODS. Endometrial Cancer GYNE/ONC Practice Guideline. 2011 Gynecologic Oncology Disease Site. Goodman A, Goff B. Endometrial Cancer: Screening, Diagnosis, and Surgical Staging. 2009 Uterine Cancer, Current Clinical Oncology.



DIAGNOSA CA OVARIUM No. Dokumen SPO/476/XII/2015 RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712



No Revisi



Halaman 1/1



FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ) Pengertian Tujuan Kebijakan



Prosedur



Unit terkait



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Sebagai pedoman dalam penanganan keganasan (kanker) primer dari ovarium Untuk meningkatkan pelayanan penyakit kanker ovarium Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam 1. Anamnesa 2. Status lokalisata : teraba massa +/-, jika + : ukuran, ascites +/3. Inspeklo : Normal 4. VT :  arah uterus anteflexi / retroflexi  besar uterus ?  adnexa teraba massa / tidak  parametrium lemah/ tegang, teraba massa / tidak  CD menonjol/tidak RT :  sfingter ani ketat  mukosa licin , teraba massa / tidak  teraba massa / tidak 5.Pemeriksaan lab :  darah rutin, urin rutin, KGD  LFT , RFT, elektrolit, protein  Foto thorax, EKG  HST  Ca 125, CEA, AFP  CT scan upper and lower abdomen 6.USG Transvaginal / Abdomen  Uterus ante/retro  Besar biasa/tidak  Gambaran hypoechoic/hyperechoic pada adnexa  Ukuran : terukur/tidak terukur kaliper  Septa +/- , Papil +/7. Penatalaksanaan:  Laparatomi Surgical Staging  Kemoterapi Laboratorium, Radiologi, Farmasi 



Daftar Pustaka



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



 



FIGO. FIGO Staging classifications and clinical practice guidelines of gynaecologic cancers. International Journal of Gynecology and Obstetrics 70 (2000) 207-312. NHS. Ovarian cancer. 2011 National Institute for Health and Clinical Exellence. NCCN. Ovarian Cancer including Tuba Fallopian Cancer and Primary Peritoneal Cancer. 2014 National Comprehensive Cancer Network.



DIAGNOSA CA VULVA No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman 1/1



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



Pengertian Tujuan Kebijakan



Prosedur



Unit terkait



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Sebagai pedoman dalam penanganan keganasan (kanker) primer dari vulva Untuk meningkatkan pelayanan penyakit kanker vulva Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam 1.Anamnesa 2. Status lokalisata : adanya ulkus atau benjolan pada vulva +/-, jika + : ukuran ? 3.Inspeklo : licin 4.VT :  teraba massa +/-, divulva  CD menonjol / tidak RT :  sfingter ani ketat  mukosa licin , teraba massa / tidak  dinding panggul teraba massa / tidak 5.Pemeriksaan lab :  Darah rutin  LFT , RFT, urin rutin, KGD  Foto thorax, elektrolit, protein  HST, ECB 6. R/ : Stadium I - IV :  Vulvektomi radikal  Diseksi kelenjar getah bening inguinal  Radiasi / kemoterapi Laboratorium, Radiologi, Radio terapi 



Daftar Pustaka



   



RCOG. Guidelines for the Diagnosis and Management of Vulval Carcinoma. 2014 Royal College of Obstetricians and Gynecologists. ACS. Vulvar Cancer. 2013 American Cancer Society. NSW. Gynaecological Cancer Guideline 2009. 2009 NSW Department of Health. FIGO. FIGO Staging classifications and clinical practice guidelines of gynaecologic cancers. International Journal of Gynecology and Obstetrics 70 (2000) 207-312. NHS. Guideline for the Management of Vulval Cancer. 2011 NHS Pan Birmingham Cancer Network.



PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda Tanggal Terbit : 30 Desember 2015 dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508



Perdarahan abnormal dari uterus yang terjadi di luar dan di dalam siklus haid tanpa dijumpai kelainan organik dan hematologi, merupakan kelainan poros hipotalamus-hipofisa ovarium



Tujuan



Sebagai pedoman dalam penanganan perdarahan uterus disfungsional



Kebijakan



Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Anamnese Terjadi perdarahan abnormal dari uterus Pemeriksaan fisik - Terjadi pedarahan abnormal dari uterus - Tidak ditemukan kelainan organik dan hematologi - Merupakan gangguan hormonal - Merupakan perimenarse dan perimenopause Pemeriksaan penunjang - Biopsi dan dilatase dan kuretase Konsultasi - Dokter spesialis patologi anatomi Dokter spesialis hematologi bila perlu



Prosedur



Terapi a. Hormonal PUD ovulasi 1. Perdarahan pertengahan siklus : estrogen 0,625 mg hari ke 1015 siklus 2. Perdarahan bercak prahaid: progesteron 5-10 mg hari ke 17-26 siklus 3. Perdarahan pasca haid: estrogen 0,625-1,25 hari ke 2-7 siklus 4. Polimenorea: progesteron 10 mg hari 18- 25 siklus PUD anovulasi 1. Estrogen selama 20 hari diikuti progesteron 5 hari 2. Pil KB kombinasi 2 x 1 tablet 2-3 hari diteruskan 1x1 tablet 21 hari 3. Progesterone 10-20 mg selama 7-10 hari 4. Setelah darah berhenti atur siklus dengan E+ P selama 3 hari siklus



Unit terkait Dokumen Terkait



Laboratorium, Rekam Medik, Informed Consent  



Daftar Pustaka



 



Corbacioglu A. The Management of Dysfunctional Uterine Bleeding. 2010 Intechopen. SOGC. GUIDELINES FOR THE MANAGEMENT OF ABNORMAL UTERINE BLEEDING. 2001 SOGC. ACOG. MANAGEMENT OF ABNORMAL UTERINE BLEEDING IN NON PREGNANT REPRODUCTIVE-AGED WOMEN. 2013 American College of Obstetricians and Gynecologists. AHRQ. Primary Care Management of Abnormal Uterine Bleeding. 2013 Agency for Healthcare Research and Quality.



MOLA HIDATIDOSA No. Dokumen SPO/476/XII/20 15



No.Revisi



Halaman



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian Tujuan Kebijakan



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Kehamilan abnormal yang sebagian atau seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi berupa gelembung-gelembung yang menyerupai anggur Sebagai pedoman dalam penanganan tumor jinak uterus Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Anamnesa - Amenorea - Hiperemesis - Perdarahan pervaginam (keluar jaringan seperti mata ikan) Pemeriksaan klinis - Takikardia - Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan - Tes kehamilan positif



Prosedur



PEMERIKSAAN PENUNJANG - USG - Laboratorium (darah lengkap, β-Hcg, T3, T4, TSH, HST, dan elektrolit) - Foto thoraks - EKG - Pemeriksaan patologi anatomi (post kuretase) KONSULTASI - Bagian penyakit dalam - Bagian kardiologi - Bagian anestesi TINDAKAN - Kuretase - Histerektomi



Unit Terkait Dokumen Terkait



Penyakit Dalam, Kardiologi, Anastesi, Radiologi, Laboratorium Rekam Medik, Informed Consent 



Daftar Pustaka



 



Sebire NJ. Gestational trophoblastic disease: current management of hydatidiform mole. BMJ 2008;337:a1193. Miscarriage association. Molar pregnancy (hydatidiform mole). 2010 Miscarriage association. RCOG. THE MANAGEMENT OF GESTATIONAL TROPHOBLASTIC NEOPLASIA. 2004 RCOG.



MIOMA UTERI No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ) PENGERTIAN



KRITERIA DIAGNOSA



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda Tanggal Terbit : 30 Desember 2015 dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Tumor jinak lapisan miometrium rahim dengan sifat konsistensi padat kenyal, berbatas jelas dan memiliki pseudokapsul bisa soliter atau multiple dengan ukuran mulai mikroskopis sampai > 50 kg. Letak tumor bisa : Submukus, intramural, subserus, intraligamenter, servik, bertangkai (pedunculated), parasitic (wandering) Gejala klinis : - bisa tanpa gejala - rasa penuh atau berat di perut bagian bawah atau benjolan yang padat dan kenyal - gangguan haid atau perdarahan abnormal uterus (30%) : menoragi, metroragi, dismenore - gangguan akibat penekanan tumor : disuria/polakisuri, retensio urine, overflow incontinence,konstipasi, varices, edema tungkai Palpasi abdomen : tumor daerah atas pubis atau abdomen bagian bawah padat kenyal, berdungkul, tidak nyeri, berbatas jelas mobil bila tidak ada perlekatan



DIAGNOSA BANDING



PEMERIKSAAN PENUNJANG



STANDAR TENAGA PERAWATAN RS TERAPI PENYULIT



Informed Consent



KONSULTASI LAMA RAWATAN MASA PEMULIHAN



Pemeriksaan bimanual bisa menyatu atau berhubungan dengan rahim Kehamilan Neoplasma ovarium Endometriosis Kanker Uterus Kelainan bawaan rahim - Tes kehamilan - USG - CT-scan dengan contrast - Kuret dan pemeriksaan PA pada kasus perdarahan - D/K bertingkat pada penderita disertai dengan pendarahan untuk menyingkirkan patologi lain pada endometrium ( hiperplasia endometrium atau adenokarsinoma endometrium) Dokter Umum, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Dirawat bila disertai pendarahan hebat anemia graantvis atau bila direncanakan pembedahan o - Pendarahan sampai anemi - Torsi yang bertangkai - Infeksi - Degenerasi merah ( degenerasi karneus) sampai nekrotik - Degenerasi ganas (miosarkoma) - Degenerasi hialin dan kistik - infertilitas Sebelum pembedahan, penjelasan tentang semua tindakan yang akan dilakukan, resiko, dll. Khusus pada tindakan miomektomi perlu dijelaskan kemungkinan berulangnya penyakit atau pengangkatan uterus pada saat pembedahan Bedah Digestif - 1 hari pasca D/K - 5 hari pasca histerektomi, miomektomi - 2 minggu pasca D/K



OUTPUT PA OTOPSI TUJUAN Kebijakan UNIT TERKAIT



- 6 minggu pasca histerektomi, miomektomi - Sembuh tanpa komplikasi - Penyakit berulang kembali pasca miomektomi - Pemeriksaan histopatologi dari spesimen pembedahan - Mencari sebab kematian Sebagai pedoman dalam penanganan tumor jinak uterus Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam  Instalasi Pelayanan  Rekam Medik  Komite Medik



  D.aftar Pustaka







AAGL. Practice Report: Practice Guidelines for the Diagnosis and Management of Submucous Leiomyomas. 2011 AAGL doi:10.1016/j.jmig.2011.09.005. Marret H, FritelTherapeutic management of uterine fibroid tumors: updated French guidelines. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 165 (2012) 156–164. SOGC. THE MANAGEMENT LEIOMYOMAS. 2003 J Obstet 2003;25(5):396–405.



OF UTERINE Gynaecol Can



ENDOMETRIOSIS No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No.Revisi



Halaman



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Pengertian Tujuan Kebijakan



Prosedur



Merupakan suatu jaringan endometrium yang terdapat di luar kavum uteri dan yang terdapat dalam miometrium disebut adenomiosis Sebagai pedoman dalam penanganan endometriosis Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Anamnese Adanya gangguan haid, pembesaran perut, rasa nyeri yang berat Pemeriksaan fisik a. Adenomiosis: - Dismenorea berat - Menoragia - Pembesaran uterus padat, homogen - Sering > 40 thn b. Endometriosis - Dismenorae - Diapareunia - Infertilitas Pemeriksaan penunjang - Laparaskopi (klasifikasi ASRM = American Society of Reproductive medicine - USG - Ca-125 Konsultasi Konsultan Endokrinologi Ginekologi dan laparaskopi Terapi a. Hormonal 1. Kontrasepsi oral, yang mengandung estrogen 30- 50 mg selama 12 bulan 2. Progestin ( Medroxy progesterone acetate) Oral : 1 x 50 mg selama 3-6 bulan Injeksi: bentuk depot 100 mg 1m setiap 2 minggu untuk 4 kali selanjutnya 200 mg im setiap bulan selam 6 bulan 1. Danocrine 400-800 mg perhari (6 bulan) 2. GnRH agonist 3, 75 mg perbulan selama 6 bulan b. Operatif: laparoskopi operatif



Unit terkait



Laboratorium



Dokumen Terkait



Rekam Medik, Informed Consent  



Daftar Pustaka



  



ESHRE. Management of women with Endometriosis. 2013 European Society of Human Reproduction and Embryology. ASRM. Endometriosis: A Guide for Patients. 2012 American Society for Reproductive Medicine. SOGC. Endometriosis:Diagnosis and Management. 2010 the Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada. APGO. Diagnosis & Management of Endometriosis: Pathophysiology to Practice. 2013 Association of Professors of Gynecology and Obstetrics. CNGOF. Guidelines for the Management of Endometriosis. 2006 Collège National des Gynécologues et Obstétriciens Français.



TINDAKAN LAPAROSKOPI TERAPETIK No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ) Pengertian Tujuan



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda Tanggal Terbit : 30 Desember 2015 dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508



Sebagai acuan melakukan tindakan Laparoskopi Terapetik Tata cara melakukan tindakan Laparoskopi Diagnostik



Kebijakan



Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam



Prosedur



Persiapan peralatan - Generator sumber cahaya - Insuflator gas - Laparoskop set Urutan kerja - Melakukan pemeriksaan semua alat dan mesin berfungsi baik, gas CO2, O2 cukup - Semua pakaian pasien diganti dengan gaun Rumah Sakit, pasien dibaringkan dengan posisi dorsolitotomi dan letak tredenlenburgh dengan sudut 30-40% - Melakukan pembiusan dengan menggunakan pilihan antara lain Narkoleptika : sulfas atropin 1 amp/iv Diazepam 10 mg/iv Pethidine 1 mg/kgBB/iv diencerkan dalam 10 mlH2O Anastesia sulfas atropin 1 amp/iv Diazepam 10 mg/iv Pethidine 1 mg/kgBB/iv diencerkan dalam 10 mlH2O - Kandung kemih dikosongkan dengan kateter - Daerah pusat dan sekitarnya dibersihkan dengan detol : alkohol (1:20) - Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam ulangan - Spekulum sims dipasang, servix dijepit dengan tenakulum atraumatik dan dilakukan dengan sondage untuk mengetahui panjang cavum uteri serta posisi uterus - Kamula pertubator rabin dipasang dengan ujungnya 1 cm lebih pendek dari panjang cavum uteri dapat menggerakkan uterus dalam pemeriksaan dan difiksasi dengan tenakulum - Pasien ditutup dengan kain steril kecuali daerah sekitar pusat dan vulva, kulit kiri dan kanan pusat dijepit dengan 2 klem aliis - Setelah pemeriksaan atau tindakan laparoskopi selesai, lakukan dekompresi untuk mengeluarkan gas CO2, selubung trokar dikeluarkan dan yakinkan tidak ada bagian usus / omentum yang terjepit. Pada luka insisi, lakukan penjahitan sayatan bagiandalm dan luar dengan benang plain catgut - Setelah selesai prosedur diatas, semua alat dicuci dan disterilkan dan kemudian disimpan kembali ditempatnya



Unit Terkait Dokumen Terkait



Rekam Medik, Informed consent



 EAES. Laparoscopy for abdominal emergencies: Evidence-based guidelines of the European Association for Endoscopic Surgery. Surg Endosc (2006) 20: 14–29.  SAGES (Society of American Gastrointestinal and Endoscopic Surgeons). Guidelines for Diagnostic Laparoscopy. Available at http://www.sagescms.org. Daftar Pustaka  Neugebauer EAM, Sauerland S. Guidelines for emergency laparoscopy. World Journal of Emergency Surgery 2006, 1:31.  Clinical Guidelines Committee. iagnostic Laparoscopy Clinical Guidelines. 2005 Clinical Guidelines Committee.  RCOG. DIAGNOSTIC LAPAROSCOPY. 2008 Royal College of Obstetricians and Gynecologists.



STERILIISASI LAPAROSKOPI No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ) Pengertian Tujuan Kebijakan



Prosedur



Unit Terkait Dokumen Terkait



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda Tanggal Terbit : 30 Desember 2015 dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508



Sebagai acuan melakukan sterilisasi laparoskopi Tata cara melakukan sterilisasi laparoskopi Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Persiapan pasien - Persiapan diperiksa ulang oleh operator dan lakukan pemeriksaan Ginekologi - Setelah memenuhi syarat yang dilakukan penyuntikan pethidin untuk induksi - Setelah 30 menit pasien dipersiapkan untuk tindakan di meja operasi - Dilakukan tindakan antiseptik pada lapangan operasi dan ditutup dengan doek steril - Pasang uterial levator dan di Rxsi dengan mozeaux tang dan pean terpasang baik Persiapan peralatan 1. Check fungsi alat laparoskopi a. Kecukupan gas b. Kelancaran aliran gas c. Lidht Source d. Scope dan penjahitan tuba e. Jarum veres f. Trocar g. Cincin Yoon 2. Alat-alat a. Uterine levator b. Muzeaux tang c. Dock clamp 2 buah d. Pisau operasi e. Alat hecting 3. Peralatan anastesi lokal (lidocaine, spuit); sedasi (Diazepam) 4. Gas dan cairan antiseptik Persiapan pelaksanaan - Izin dari pasangan dan penanda tanganan informed consent - Pasien sudah dipuasakan sebelumnya - Sudah mendapat penjelasan selengkapnya mengenai tindakan sterilisasi laparoskopi - Paramedik di kamar pulih memeriksa ulang semua persyaratan dan pemeriksaan tanda-tanda vital. - Informasikan ke kamar operasi untuk persiapan peralatan dan ruangan - Kalau tidak ada masalah dengan peroman penyaringan akseptor dan memenuhi syarat dikirim ke kamar operasi - Injeksi Pethidine 1 amp (im) tunggu 30 menit Rekam Medik, Informed consent



 RCOG. Guideline: Male and Female Sterilisation. 2008 Royal College of Obstetricians and Gynecologists.  ACOG. Sterilization by laparoscopy. 2013 American College of Obstetricians Daftar Pustaka and Gynecologists.  Clinical Guidelines Committee. Diagnostic Laparoscopy Clinical Guidelines. 2005 Clinical Guidelines Committee.



TINDAKAN LAPAROSKOPI DIAGNOSTIK No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ) Pengertian Tujuan Kebijakan



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda Tanggal Terbit : 30 Desember 2015 dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508



Sebagai acuan melakukan tindakan Laparoskopi Diagnostik Tata cara melakukan tindakan Laparoskopi Diagnostik Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Persiapan pasien - Persiapan diperiksa ulang oleh operator dan lakukan pemeriksaan Ginekologi - Setelah memenuhi syarat yang dilakukan penyuntikan pethidin untuk induksi - Setelah 30 menit pasien dipersiapkan untuk tindakan di meja operasi - Dilakukan tindakan antiseptik pada lapangan operasi dan ditutup dengan doek steril - Pasang uterial levator dan di Rxsi dengan mozeaux tang dan pean terpasang baik



Prosedur



Persiapan peralatan 1. Check fungsi alat laparoskopi a. Kecukupan gas b. Kelancaran aliran gas c. Lidht Source d. Scope dan penjahitan tuba e. Jarum veres f. Trocar g. Cincin Yoon 2. Alat-alat a. Uterine levator b. Muzeaux tang c. Dock clamp 2 buah d. Pisau operasi e. Alat hecting 3. Peralatan anastesi lokal (lidocaine, spuit); sedasi (Diazepam) 4. Gas dan cairan antiseptik Persiapan pelaksanaan - Izin dari pasangan dan penanda tanganan informed consent - Pasien sudah dipuasakan sebelumnya - Sudah mendapat penjelasan selengkapnya mengenai tindakan sterilisasi laparoskopi - Paramedik di kamar pulih memeriksa ulang semua persyaratan dan pemeriksaan tanda-tanda vital. - Informasikan ke kamar operasi untuk persiapan peralatan dan ruangan - Kalau tidak ada masalah dengan peroman penyaringan akseptor dan memenuhi syarat dikirim ke kamar operasi - Injeksi Pethidine 1 amp (im) tunggu 30 menit



TINDAKAN LAPAROSKOPI DIAGNOSTIK No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



Prosedur



Unit Terkait Dokumen Terkait



Pelaksanaan operasi - Injeksi Diazepam 2 mg (iv) untuk sedasi - Lakukan anestesi lokal dengan lidokain 2% ± 3 cc dibawah sub umbilikalis - Tusuk dibawah pusat ± seujung pisau sampai sub cutis - Tusukkan jarum veres sampai memasuki cavum abdomen - Sambungkan gas dan cek kelancarannya diisi sampai 2 Liter - Cabut jarum veres insisi dilebarkan 1-1½ cm - Masukkan trokar ke cavum abdomen - Pasang scope dengan bantuan asisten digerakkan dengan bantuan uterine elevator - Identifikasi tuba dan lakukan pemasangan cincin Yoon - Pastikan tidak ada perdarahan - Cabut scope dengan benar - Jahit dan tutup luka operasi - Buka uterine elevator dengan mozeaux tang/cek perdarahan Pasca operasi - Awasi pasien di ruang pemulihan ± 2-3 jam - Cek tanda-tanda vital dan perdarahan - Pasien boleh minum 1 jam pasca tindakan - Makan lunak 3 jam pasca tindakan Pasien boleh pulang dan kontrol 1 minggu kemudian



Rekam Medik, Informed consent



 EAES. Laparoscopy for abdominal emergencies: Evidence-based guidelines of the European Association for Endoscopic Surgery. Surg Endosc (2006) 20: 14–29.  SAGES (Society of American Gastrointestinal and Endoscopic Surgeons). Guidelines for Diagnostic Laparoscopy. Available at http://www.sagescms.org. Daftar Pustaka  Neugebauer EAM, Sauerland S. Guidelines for emergency laparoscopy. World Journal of Emergency Surgery 2006, 1:31.  Clinical Guidelines Committee. iagnostic Laparoscopy Clinical Guidelines. 2005 Clinical Guidelines Committee.  RCOG. DIAGNOSTIC LAPAROSCOPY. 2008 Royal College of Obstetricians and Gynecologists.



PEMERIKSAAN VISUM ET REPERTUM No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Pengertian Tujuan



Sebagai acuan melakukan visum et repertum Tata cara melaksanakan visum et repertum



Kebijakan



Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam



Prosedur



Persiapan - ada surat pemermintaan pemeriksaan - ada pasien yang bersedia diperiksa - ada dokter yang melakukan pemeriksaan - ada paramedis yang membantu persiapan, pemeriksaan dan menghadiri pemeriksaan - alat-alat/bahan-bahan yang diperlukan o sarung tangan steril o meja pemeriksaan o lampu sorot o objek glass o kapas lidi steril o spekulum vagina o kain kasa steril o salep levertran/vaselin Urutan kerja - pasien ditidurkan di meja ginekologi dengan posisi litotomi, sesudah sebelumnya dilakukan pemeriksaan keseluruhan bagian tubuh untuk mencari adanya tanda-tanda rudapaksa - inspeksi didaerah alat kelamin luar untuk mencari tanda-tanda rudapaksa - dilakukan pemeriksaan selapu dara (robekan, alama, baru, arah dan dalamnya robekan - untuk mengevaluasi keadaan rahim dan adniksa dilakukan pemeriksaan colok dubur dengan prosedur biasa - untuk pemeriksaan sperma yang tertinggal dilakukan dengan mengambil sisa sprema dari rongga vagina dengan kapas lidi steril dioleskan dikaca objek dan segera dikirimkan ke instalasi patologi klinik dengan surat pengantar pemeriksaan - seluruh data-data hasil pemeriksaan dicatat didalam rekam medis dan selanjutnya RS menyelesaikan pengisian formulir pemeriksaan VER untuk ditanda tangani oleh dokter pemeriksa yang bersangkutan



Unit Terkait Dokumen Terkait



Rekam Medik, Surat permintaan VER dan penyidik yang disetujui Kepala untuk melakukan pemeriksaan, Formulir permintaan pemeriksaan sperma Formulir hasil pemeriksaan VER



  Daftar Pustaka







Idres A.Ilmu kedokteran Forensik. 2007 Bina Rupa Aksara. Setiady T. Pokok-pokok Ilmu Kedokteran Kehakiman. 2009 Bandung: Alfabeta. Sari SP, Sugiyanto Z. TINJAUAN PELAKSANAAN PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI HUKUM KESEHATAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2013. 2014.



PEMERIKSAAN USG No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Pengertian Tujuan Kebijakan



Sebagai sarana pendukung Diagnostik Klinis Proses pelaksanaan pemeriksaan USG Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam a. Persiapan - Ada surat pengantar pemeriksaan USG - Ada penderita yang diperiksa - Ada alat/bahan yang diperlukan antara lain o Meja pemeriksaan o Kartu USG o Ultrasound transmision gel o Tissue o Kandung kemih harus terisi penuh (kasus-kasus tertentu) b. Urutan kerja - Baringkan pasien dengan posisi terlentang - Oleskan ultrasound transmision gel merata pada abdomen penderita - Letakkan probe USG diatas simfisis pubis untuk menilai kandung kemih kemudian digerakkan ke kanan, kiri, atas dan bawah sesuai dengan daerah yang akan dilihat



Prosedur



-



Kasus ginekologi harus dinilai o Besar uterus, posisi uterus o Adneksa kanan dan kiri o Cavum douglas



-



Kasus obstetri harus dinilai o Jumlah janin, letak janin, kelainan janin o Umur janin berdasarkan diameter biparietal dan panjang femur o Volume air ketuban o Letak dan grade plasenta



-



Bersihkan abdomen pasien dari ultrasound gel Lakukan pengambilan gambar kemudian ditempelkan pada kartu USG Jawaban USG dikembalikan ke poliklinik/dokter yang meminta



-



Bila dirasa perlu pada jawaban USG disertai saran-saran tindakan selanjutnya Unit Terkait Dokumen Terkait Daftar Pustaka



Rekam Medik, Informed consent   



CAR. CAR Standard for Performing Diagnostic Obstetric Ultrasound Examinations. 2010 Canadian Association of Radiologists. UKAS. Guidelines For Professional Working Standards Ultrasound Practice. 2008 United Kingdom Association of Sonographers. SALOMON LJ, ALFIREVIC Z, BERGHELLA V, BILARDO C, HERNANDEZ-ANDRADE E, JOHNSEN SL, KALACHE K, LEUNG K-Y, MALINGER G, MUNOZ H, PREFUMO F, TOI A and LEE W. Practice guidelines for performance of the routine mid-trimester fetal ultrasound



   



scan. Ultrasound Obstet Gynecol (2010). Perinatal Services BC. Obstetrical Ultrasound Assessment Standards. 2012 Perinatal Services BC. AIUM. Practice Guideline for the Performance of Obstetric Ultrasound Examinations. 2013 the American Institute of Ultrasound in Medicine. ACR. ACR–ACOG–AIUM–SRU PRACTICE PARAMETER FOR THE PERFORMANCE OF OBSTETRICAL ULTRASOUND. 2014 American College of Radiology. AIUM. Practice Guideline for Documentation of an Ultrasound Examination. 2014 the American Institute of Ultrasound in Medicine.



PEMASANGAN IUD No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Pengertian Tujuan Kebijakan



Sebagai acuan pemasangan IUD Tata cara melakukan pemasangan IUD Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam a. Persiapan - Periksalah alat-alat sudah disiapkan dengan lengkap dan steril - anamnesa - Ada alat/bahan yang diperlukan antara lain o Meja pemeriksaan o IUD dan inserter o Sarung tangan o Duk lubang o Spekulum o Tenakulum o Pinset o Klem o Sonde rahim o gunting b. Urutan kerja - Baringkan dengan posisi terlentang - Sterilkan daerah vulva lalu pasang duk steril - Pasang spekulum - Jepit portio dengan tenakulum - Masukkan IUD ke dalam inserter lalu pasang - Pegang tenakulum dengan tangan kiri - Lepas tenakulum dan periksa apakah bekas jepitan pada portio mengeluarkan darah - Spekulum dilepas dan lakukan colok vagina untuk memastikan bahwa seluruh IUD sudah masuk ke dalam rongga uterus - Awasi keadaan umum pasien



Prosedur



Unit Terkait



  



Daftar Pustaka



 







WOMEN AND NEWBORN HEALTH SERVICE. CONTRACEPTION. 2013 King Edward Memorial Hospital. Family Health Bureau Ministry of Health SRI LANKA. Guidelines for service providers on IUD insertion & removal. 2009 Family Health Bureau Ministry of Health SRI LANKA. Johnson BA. Insertion and Removal of Intrauterine Devices. Am Fam Physician 2005;71:95-102 Bluestone J, Chase R, Lu ER. Guideline for family planning service program. 2006 USAID. WHO, UNFPA, UNAIDS and FHI. The TCu380A Intrauterine Contraceptive Device (IUD): Specification, Prequalification and Guidelines for Procurement, 2010. World Health Organization, UNFPA, UNAIDS and FHI, 2011. FSRH. Intrauterine Contraception. 2014 Faculty of Sexual & Reproductive Healthcare.



PEMASANGAN IMPLAN No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Pengertian



Sebagai acuan melakukan tindakan pemasangan implan



Tujuan



Tatacara melakukan tindakan pemasangan implan



Kebijakan



Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam



Prosedur



Alat dan bahan - Meja periksa - Penyangga lengan - Sabun untuk mencuci tangan - 2 kapsul implan dalam kemasan steril - Kain penutup operasi steril - DTT - Sepasang sarung tangan steril - Larutan antiseptik - Anestesi lokal - Spuit 3 cc - Trokar no. 10 dengan pendorongnya - Skalpel no. 11 - Pola terbuat dari plastik - Plester luka - Epinefrin bila syok Tata cara - Cuci tangan dengan sabun - Pasang sarung tangan - Baringkan pasien dimeja pemeriksaan - Lakukan tindakan aseptik pada daerah pemasangan - Tutup dengan duk steril - Lakukan tindakan anestesi - Buat insisi kecil menembus kulit sekitar 8 cm - Siapkan tempat peralatan dan bahan - Setiap kapsul dimasukkan lewat trokar khusus - Luka insisi tidak perlu dijahit



Unit Terkait



-



Dokumen Terkait 1.



Rekam Medik, Informed consent



WOMEN AND NEWBORN HEALTH SERVICE. CONTRACEPTION. 2013 King Edward Memorial Hospital. 2. NICE. Guidelines: The effective and appropriate use of Long-acting Daftar Pustaka reversible contraception. 2012 NICE. 3. FSRH. Progestogen-only Implants. 2014 Faculty of Sexual & Reproductive Healthcare.



HISTEREKTOMI No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Teknik persiapan dan pelaksanaan histerektomi Untuk persiapan dan perencanaan yang optimal pada pasien histerektomi Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Persiapan Pre-Operatif: 1. Buat persetujuan tindakan medic (Informed consent) 2. Tetapkan indikasi operasi 3. Tentukan jenis operasi 4. Persiapkan tim operasi dan jadwal operasi 5. Cegah infeksi dan persiapan pasien, operator (penolong), peralatan dan bahan 6. Persiapan pasien a. Puasakan pasien lebih kurang 6 jam di ruang perawatan b. Klisma pasien malam dan pagi hari sebelum operasi c. Pasang infus ringer laktat atau larutan NaCl 0,5% (di ruang perawatan) d. Beri antibiotika profilaksis minimal 1 jam sebelum operasi e. Premedikasi pasien dengan sulfas atropine 0,5 mg, IM, 45 menit sebelum operasi f. Beri antasida (magnesium trisiklat) 20 ml, 30 menit sebelum operasi g. Ganti baju pasien dengan baju khusus untuk dipakai di ruang tunggu yang disiapkan di ruang perawatan (inap). Langkah no. 6,7,8,9,10,11 dilakukan oleh petugas ruang perawatan dan dokter anestesi yang telah ditunjuk h. Periksa ulang kelengkapan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan seperti darah rutin, urin rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah, persediaan darah untuk transfuse dan periksa kecocokan register darah i. Gantu baju khusus untuk di kamar operasi sebelum masuk ke kamar operasi j. Masukkan pasien ke kamar operasi dan baringkan dalam posisi tidur k. Pasang folley kateter / urin bag setelah pemberian anestesi di ruang operasi 7. Persiapan operator (Penolong) a. Potong pendek kuku operator, pakai baju khusus kamar operasi lengkap dengan topi, masker, kacamata (google/tabir wajah) dan sandal/sepatu b. Persiapkan alat-alat/instrument operasi termasuk alat suction darah/cawan, oksigen, alat kauter oleh petugas kamar bedah c. Cuci tangan (sesuai prosedur) d. Pakai baju/jas operasi dan sarung tangan Tindakan anestesi / operatif: Tindakan Anestesi 1. Tindakan anestesi dilakukan oleh dokter anestesi (Induksi dan anestesia) Tindakan Operatif Buka dinding perut / abdomen 2. Pada posisi pasien terlentang dan dalam keadaan sudah dinarkose, lakukan tindakan aseptic dan antiseptic dengan povidon iodine pada vagina, dinding abdomen mulai dari umbilicus (pusat) memutar ke arah luar hingga processus xyphoideus dan sepertiga atas paha 3. Tutup tubuh pasien dengan kain (doek) steril 4-5 lembar atau



secukupnya kecuali lapangan operasi 4. Tanya petugas anestesi apakah operasi sudah bias dimulai, lakukan test nyeri dengan menjepit kulit abdomen dengan pinset chirurgis dan tanyakan kepada petugas apa alat suction dan cauter sudah siap 5. Lakukan sayatan mediana mulai dari 1 cm diatas simfisis dan 2,5 cm diatas fundus uteri. Lakukan sayatan lapis demi lapis mulai dari cutis, subcutis, fascia, fascia muskuler rektus abdominis dengan menggunakan pisau dan perlebar dengan gunting. Kuakkan otot secara tumpul dengan jari hingga tampak peritoneum, kemudian gunting peritoneum kebawah dan keatas sehingga mencapai rongga abdomen. Hemostasis perdarahan dengan kauter, evaluasi uterus dan ovarium kiri dan kanan 6. Lindungi usus dengan memasukkan kassa basah lebar dan pasang refaktor sehingga uterus dan organ sekitar dapat dipresentasikan dengan jelas a. Keluarkan ujung kassa dan dijepit dengan kocher ke kain penutuh b. Hitung jumlah kain kassa yang dipakai Pisahkan Adnexa dari Uterus 1. Keluarkan uterus dari rongga abdomen 2. Fiksasi uterus dengan tenakulum gigi tiga atau 2 klem kocher panjang (20 cm) kiri dan kanan atau dengan skrup mioma (cork screw doyen), pada uterus miomatosa, dan pada uterus yang sangat besar atau dengan benang sutera (zyde) 3. Klem ligamentum rotundum kiri dan kanan dengan 2 klem kocher bengkok (klem oschner) kemudian dipotong diantaranya dengan gunting lalu ikat dengan benang kromik ukuran 0 atau 2-0 atau vicryl no.0 dan benang digunting panjang, klem bagian ujungnya dengan klem kecil 4. Gunting lamina anterior ligamentum latum kiri dan kanan yang terbuka dari tempat pemotongan menuju kebawah dan medial kearah segmen bawah rahim 5. Melalui lobang tersebut, tuba fallopii, ligamentum ovarii proprium serta pembuluh darah ovarium klem dengan 2 klem kocher bengkok dan dipotong diantaranya dengan gunting 6. Ikat punting lateral dengan benang kromik no.0 atau 2-0 atau benang vikril no.0, gunting benang panjang dan bagian ujung di klem dengan klem keil 7. Ikat punting medial dengan benang sutera dan jepit ujung benang dengan klem untuk mengangkat uterus 8. Potong laminta posterior ligamentum latum kebawah dengan gunting dekat dengan uterus menuju kearah ligamentum cardinal, klem dan ikat setiap perdarahan yang terjadi atau gunakan kauter Bebaskan Kandung Kemih 1. Buka pilika vesiko uterine diantara kedua ujung sayatan ligamentum latum dengan gunting atau dengan pinset angkat plica vesiko uterine tepat diatas verteks esiko uterine, gunting kearah lateral kiri dan kanan 2. Bebaskan kandung kemih serta peritoneum dari segmen bawah rahim secara tumpul kearah kaudal menggunakan jari yang dibungkus dengan kain kassa atau dengan kassa bulat kecil yang dijepit dengan klem. Bebaskan kandung kemih ke lateral dan kebawah sejauh kirakira 2 cm dibawah serviks untuk mencegah terpotongnya kandung kemih dan ureter. Lakukan test Richardson apakah deseksi sudah cukup, yaitu dengan 2 jari telunjuk tengah kiri dan kanan dorong kea rah bawah serviks sehingga kedua ujung jari saling bertemu dan serviks uteri berada diatas pertemuan kedua jari telunjuk tersebut Identifikasi dan Mengikat Pembuluh Darah Uterus 1. Perlihatkan pinggir uterus dengan mengelevasi uterus ke sisi berlawanan 2. Teruskan pengupasan dengan gunting sampai arteri uterine terlihat setinggi ostium uteri internum 3. Klem pembuluh darah (arteri uterine) kiri dan kanan dengan 2 klem kocher lurus dekat dengan uterus, kemudian potong diantaranya dan pembuluh darah puntung lateral diikat dengan kromik 0 atau 2-0 atau vikril no.0 4. Ikat puntung medial (kearah uterus) dengan benang sutera dan lepaskan klem 5. Klem ligamentum kardinale dengan 2 klem kocher lurus dekat dengan srviks, diinsisi diantaranya dan diikat 6. Lakukan tindakan yang sama terus kebawah sampai forniks lateral dari vagina tercapai 7. Klem, gunting dan ikat pembuluh darah ramus desendens arteri uterine Bebaskan Peritoneum Belakang dan Serviks dari Vagina



1. Insisi lamina posterior ligamentum latum sampai kepangkal ligamentum sakro uterina terus kebelakang serviks di kavum douglas 2. Bebaskan peritoneum belakang dari serviks dan forniks posterior vagina dengan menggunakan gunting Metzenbaum 3. Klem dan potong ligamentum sakro uterine kiri dan kanan, lalu ikat dengan benang kromik no.0 atau 2-0 4. Deseksi sampai ruang rekto vaginal terbuka 5. Lindungi vesiko uterine dengan menarik retraktor kearah caudal atau dengan bantuan spatula doyen, fornik lateral vagina kiri dan kanan diklem dengan 2 klem kocher bengkok atau klem 90 derajat. Uterus dipancung setinggi puncak vagina dengan melakukan insisi kearah medial dan cranial dari klem dan dibawah serviks uteri sampai seluruh uterus dan serviks dapat diangkat. Alternatif lain adalah dengan membuka lumen vagina depan dengan menginsisi,lalu forniks vagina disirkumsisi sepanjang pinggir portio, lalu pegang tepi luka yang terpapar dengan 2 klem kocher panjang (20cm) 6. Ikat forniks vagina lateralis kiri dan kanan dengan benang kromik no.0 atau 2-0 atau vicryl no.1 dan jahit ke puntung ligamentum kardinale, sakro uterine kiri dan kanan kemudian benang digunting panjang dan klem ujungnya Menutup Puntung Vagina dan Peritoneum 1. Lakukan jahitan angka 8 (figure eight) atau lakukan hemostasis dengan jahitan jelujur terkunci (running lock stitch) dari seluruh dinding vagina tanpa menutup puntung vagina, penjahitan dapat memakai benang kromik no.1 atau vicryl no.1 2. Satukan/Ikat ligamentum rotundum kiri dan kanan ke fornik vagina lateral kiri dan kanan, lakukan reperitonealisasi dengan menjahit jelujur dari peritoneum mulai puntung tuba, ligamentum rotundum forniks lateralis atau dengan jahitan simple suture dengan benang cat gut no.3-0 sehingga peritoneum menutupi semua puntung tersebut Menutup Dinding Perut 1. Keluarkan kain kasa basah dari cavum abdomen. Buka retractor abdomen, dan bersihkan sisa-sisa darah yang ada serta pastikan tidak ada lagi perdarahan aktif. Hitung kembali jumlah kain kasa yang dikeluarkan 2. Jahit kembali dinding abdomen lapis demi lapis (all layer) dari peritoneum sampai sub kutis; peritoneum dengan benang plain cat gut no.3-0 secara jelujur. Otot dengan jahitan simple suture no-0.0 fascia dijahit secara jelujur dengan vicryl no.1. Sub cutis dijahit dengan simple suture dengan kromik no.2-0. Aproksimasi kulit dengan jahitn subcutikuler dengan benang vicryl no.3/0 3. Tutup luka operasi dengan kasa yang dibasahi dengan povidon iodine 4. Angkat kain penutup abdomen dengan hati-hati tanpa menyentuk kain kasa 5. Bersihkan bagian badan yang terkena darah dan bersihkan vagina dengan kasa basah dan povidon iodine dengan jari operator 6. Cuci tangan paska tindakan Unit terkait



Laboratorium, Instalasi Pelayanan 



Daftar Pustaka



  



SOGC. HYSTERECTOMY. Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada No. 109, January 2002. Kovac SR. Evidence-Based Hysterectomy. Gynecol Obstet 2013, 3:1. NHS. ABDOMINAL HYSTERECTOMY. NHS Oxford Radcliffe Hospital 2010. TUFTS Health Plan. Medical Necessity Guidelines: Hysterectomy, Certain Elective. 2014 Tufts Health Plan – Network Health Commercial Plans.



SEKSIO SESARIA No. Dokumen SPO/476/XII/2015



No Revisi



Halaman



RUMAH SAKIT TK.II ISKANDAR MUDA JL. T. HAMZAH BENDAHARA NO.1 B. ACEH TELP : 0651-24712 FAX : 0651 – 22550



SPO ( STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL )



Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur



Tanggal Terbit : 30 Desember 2015



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. II Iskandar Muda



dr. Isprijadi, Sp.OG Kolonel Ckm NRP 32508 Teknik persiapan dan pelaksanaan seksio sesaria Untuk persiapan dan perencanaan yang optimal pada pasien seksio sesaria Sk rumahsakit No.SK/142/XII/2015 tentang pelayanan ponek 24 jam Persiapan Pre-Operatif: 1. Buat persetujuan tindakan medic (Informed consent) 2. Tetapkan indikasi operasi 3. Tentukan jenis operasi 4. Persiapkan tim operasi dan jadwal operasi 5. Cegah infeksi dan persiapan pasien, operator (penolong), peralatan dan bahan 6. Persiapan pasien a. Puasakan pasien lebih kurang 6 jam di ruang perawatan b. Klisma pasien malam dan pagi hari sebelum operasi c. Pasang infus ringer laktat atau larutan NaCl 0,5% (di ruang perawatan) d. Beri antibiotika profilaksis minimal 1 jam sebelum operasi e. Premedikasi pasien dengan sulfas atropine 0,5 mg, IM, 45 menit sebelum operasi f. Beri antasida (magnesium trisiklat) 20 ml, 30 menit sebelum operasi g. Ganti baju pasien dengan baju khusus untuk dipakai di ruang tunggu yang disiapkan di ruang perawatan (inap). Langkah no. 6,7,8,9,10,11 dilakukan oleh petugas ruang perawatan dan dokter anestesi yang telah ditunjuk h. Periksa ulang kelengkapan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan seperti darah rutin, urin rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah, persediaan darah untuk transfuse dan periksa kecocokan register darah i. Gantu baju khusus untuk di kamar operasi sebelum masuk ke kamar operasi j. Masukkan pasien ke kamar operasi dan baringkan dalam posisi tidur 7. Persiapan operator (Penolong) a. Pakai baju khusus kamar operasi lengkap dengan topi, masker, kacamata (google/tabir wajah) dan sandal/sepatu b. Persiapkan alat-alat/instrument operasi termasuk alat suction darah/cawan, oksigen, alat kauter dsb c. Persiapkan obat-obatan yang diperlukan durante operatif, seperti Oxytocin, methyl ergometrine, asam tranexamat, dll d. Cuci tangan (sesuai prosedur) e. Pakai baju/jas operasi dan sarung tangan Tindakan anestesi / operatif: Tindakan Anestesi 1. Tindakan anestesi dilakukan oleh dokter anestesi 2. Lakukan induksi dan anesthesia regional atau general Tindakan Operatif Buka dinding perut / abdomen 1. Pada posisi pasien terlentang dan dalam keadaan sudah dinarkose, lakukan tindakan aseptic dan antiseptic dengan povidon iodine pada vagina, dinding abdomen mulai dari umbilicus (pusat) memutar ke arah luar hingga processus xyphoideus dan sepertiga atas paha 2. Pasang kain (doek steril) penutup 4-5 lembar sesuai dengan



kebutuhan, kecuali lapangan operasi 3. Tanya petugas anestesi apakah operasi sudah bias dimulai, lakukan test nyeri dengan menjepit kulit abdomen dengan pinset chirurgis 4. Insisi dinding abdomen lapis demi lapis mulai cutis, sub cutis dengan pisau, insisi mediana 1-2 jari diatas symphysis, 1-2 jari dibawah pusat, atau insisi pfanenstial pada pelvik line 5. Perdalam sayatan sampai fascia musculus rectus abdominus, kuakkan otot secara tumpul, gunting fascia dan peritoneum parietale kebawah dan keatas atau kekiri dan kekanan pada insisi pfanensteil sampai ke cavum abdomen hingga tampak uterus gravidarum 6. Observasi kondisi ataupun kelainan pada uterus, adnexa dan parametrium dengan menarik dinding abdomen ke kiri dan ke kanan 7. Angkat dinding perut dengan tangan diselipkan kain kasa lebar basah melingkupi sisi uterus gravidus untuk menampilkan dinding depan uterus dan menyisihkan usus, ovarium, tuba dan organ intra abdomen lainnya. Keluarkan dan jepit ujung kain kasa dengan kocher ke kain penutup kemudian pasang blass hak, hitung kain kasa yang dimasukkan 8. Angkat plica vesiko uterine dengan pinset digunting ke kanan dan ke kiri, pisahkan kemudian insisi segment bawah Rahim secara konkaf atau segmen bawah Rahim langsung insisi tanpa memisahkan peritoneum blass. Kemudian insisi ditembus dengan jari, lalu pecahkan selapu kettuban dan hisap cairan ketuban yang keluar 9. Lahirkan janin dengan meluksir atau menarik kepala dengan tangan atau cup vakum silicon pada presentasi kepala, atau tarik bokong dengan mengait bokong dengan 2 jari pada letak bokong atau tarik kaki pada letak lintang. Apabila melakukan ekstraksi vakum, posisikan kepala janin untuk memasang cup vakum pada ubun-ubun kecil lalu menurunkan tekanan negative vakum (-0.6 kg/cm2), lakukan traksi untuk mengeluarkan kepala, kepala lahir, cup vakum dilepas, bersihkan dengan kasa basah, kemudian lahirkan seluruh badan dengan cara sesuai dengan presentasi dan letak janin 10. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 10-15 cm dari umbilicus dan gunting diantaranya. Serahkan bayi kepada dokter anak untuk perawatan selanjutnya 11. Lahirkan plasenta dengan melepasnya secara manusia dari tempat implantasi kemudian tarik tali pusat dengan sedikit menekan fundus 12. Insisi tepi luka pada segmen bawah Rahim, jepit dengan klem fenster terutama pada kedua ujung luka sayatan 13. Lakukan eksplorasi ke dalam cavum uteri dengan kasa dengan menggunakan 2-3 jari operator yang dibalut dengan kasa terbuka, pastikan tidak ada bagian plasenta yang tertinggal 14. Lakukan jahitan hemostasis dengan simpul 8 (figure of eight) pada kedua ujung sayatan uterus dengan menggunakan benang polyglycolic acid (PGA) atau chromic catgut no.0/1/0 dilanjutkan dengan penjahitan segmen bawah Rahim secara jelujur terkunci 15. Lakukan reperitonisasi berupa over lapping flap secara continuous suture dengan catgut no.2/0 pada peritoneum blass 16. Pastikan tidak adanya perdarahan dengan mengevaluasi ulang luka 17. Keluarkan kasa-kasa basah, bersihkan rongga abdomen dan periksa ulang untuk meyakinkan tidak adanya perdarahan dari tempat jahitan atau tempat lain, hitung kain kasa yang dikeluarkan evaluasi kedua adnexa 18. Jahit lapis demi lapis (all layer) dinding abdomen mulai dari peritoneum sampai sub kutis, peritoneum parietale dengan catgut atau PGA no.3/0 secara continue suture (door loopen) 19. Jahit otot secara interrupted suture atau secara door loopen, dengan kromik no.2-0 atau PGA 2/0 20. Jepit fascia abdominalis pada ujung proksimal dan distal sayatan dengan kocher dan jahit hingga sub cutis dengan PGA (dexon no.1), sub cutis dengan kromik 2-0 atau dengan PGA no. 3/0 secara interrupted suture 21. Jahit cutis dengan nylon atau PGA secara subcutikuler dengan PBA no 3/0 dl 22. Tutup luka operasi dengan kasa dan povidon iodin 23. Lepaskan kain penutup abdomen hati-hati tanpa menyentuh kasa penutup luka operasi



24. Bersihkan vagina dari sisa sisa darah dan bekuan darah dengan menggunakan 2-3 jari operator yang dibungkus kasa basah 25. Bersihkan daerah vulva sampai paha dari sisa-sisa darah atau cairan tubuh 26. Dekontaminasi 27. Cuci tangan paska operasi Perawatan Paska Bedah: 1. Periksa tekanan darah, frekuensi nadi pernafasan, ukur jumlah urin yang tertampung dikantong urin. Perika / ukur jumlah perdarahan selama operasi 2. Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada lembar laporan. Catat lama operasi, jenis kelamin, nilai APGAR dan kondisi bayi saat lahir, lembar operasi ditandatangani oleh operator 3. Buat instruksi perawatan yang meliputi: a. Jadwal pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi dan nafas b. Jadwal pengukuran jumlah urin c. Berikan instruksi dengan jelas, singkat dan terinci, bila dijumpai adanya penyimpangan ad.1 dan 2 d. Perdarahan pada kala IV 4. Tuliskan instruksi pengobatan dengan jelas dan singkat, terinci yang mencakup nama obat, dosis, cara pemberian dan waktu/jam pemberian Unit terkait



Laboratorium, Instalasi Pelayanan 



Daftar Pustaka



 



National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health. Caesarean section.2011 Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. NHS. CLINICAL GUIDELINE FOR EMERGENCY CAESAREAN SECTION. 2012 NHS Royal Cornwall Hospital. WOMEN AND NEWBORN HEALTH SERVICE. CAESAREAN BIRTH: MATERNAL ASSISTED. 2014 King Edward Memorial Hospital.