15 0 321 KB
LOGBOOK BLOK 12 SKENARIO 4 Margaret Magdalena/1006667365
Drug Reactions (Stomatitis Medicamentosa) Etiologi dan Patogenesis
Dapat timbul di area manapun dari tubuh, biasanya melibatkan kulit, namun dapat juga melibatkan mukosa oral.
Beberapa golongan obat memiliki kecenderungan menyebabkan reaksi alergi dibanding obat lain, serta beberapa pasien mempunyai potensi lebih untuk bereaksi terhadap obat.
Mekanisme Respon Hiperimun (Alergi) -
Mekanisme yang dipicu oleh komponen antigen pada molekul obat.
-
Potensial alergi obat ini tergantung pada immunogenisitas obat, frekuensi pemaparan, rute administrasi obat (topikal lebih sering), serta reaktivasi innate dari sistem imun pasien.
-
Mekanisme dalam alergi obat ini meliputi : 1. Reaksi IgE-mediated, dimana sel mast dilapisi oleh IgE. 2. Reaksi sitotoksik, dimana antibodi berikatan dengan sel yang telah melekat dengan obat. 3. Deposisi kompleks antigen-antibodi dalam sirkulasi.
Respon Nonimunologis (Bukan Diperantarai Antibodi)
-
Tidak menstimulasi respon imun dan bukan diperantarai antibodi.
-
Obat langsung mempengaruhi sel mast, yang akan melepaskan mediator kimia.
-
Reaksi ini dapat pula diakibatkan overdosis, toksisitas, atau efek samping obat.
Golongan Obat Penyebab
Reaksi Alergi pada Antibiotik Penisillin -
Merupakan golongan antibiotik yang paling alergenik.
-
Efek samping meliputi urticaria pada tubuh dan wajah, angioneurotik edema pada wajah, cheilitis, stomatitis difus/menyebar, dimana jaringan tampak merah terang, serta terdapat sejumlah erosi multipel berukuran kecil yang rasanya sakit atau dapat timbul ulserasi.
-
Pasien juga dapat merasakan sakit pada lidah akibat eksfoliasi papila filiformis.
-
Dapat pula timbul black hairy tongue.
-
Reaksi alergi penisillin dapat diminimalisir dengan memberikan hanya pada indikasi terapeutik yang definit serta setelah menanyakan sensitivitas/alergi yang dimiliki pasien.
-
Reaksi
alergi
ringan
dapat
diatasi
dengan obat
antihistamin, dilanjutkan
pemberhentian konsumsi penisillin. -
Pada reaksi berat (anafilaktik), dapat diberikan epinefrin.
Golongan Tetrasiklin -
Jarang menimbulkan reaksi alergi.
-
Efek samping utama ialah golongan tetrasiklin menekan flora normal pada GI tract, yang dapat menyebabkan iritasi ataupun infeksi.
-
Pada daerah oral dapat terjadi cheilitis, stomatitis menyebar dan glossitis, serta rasa sakit, gatal, terbakar, ataupun dryness pada jaringan oral.
-
Pasien juga dapat mengalami lesi yang menyerupai acute herpetic stomatitis.
-
Kecenderungan terjadinya infeksi monilial sekunder.
Streptomycin -
Administrasi streptomycin mungkin berhubungan dengan erupsi obat atau dermatitis.
-
Administrasi dalam jangka waktu lama dan kontinu dapat berakibat pada perubahan degeneratif pada saraf auditori.
-
Dapat terjadi stomatitis erosive yang parah, edema pada bibir, serta ulserasi superficial pada mukosa labial dan lidah.
Chloramphenicol -
Reaksi fatal yang mungkin terjadi, namun sangat jarang meliputi trombositopenia purpura, neutropenia malignan, agranulositopenia, dan anemia aplastik.
-
Ditemukan pula stomatitis difus, faringitis, dan glossitis.
Erythromycin -
Merupakan antibiotik yang efek toksiknya rendah.
-
Tidak ditemukan komplikasi serius pada penggunaannya.
Actinomycin D -
Pasien dapat mengalami ulserasi pada lidah, dasar mulut, dan palatum lunak antara 515 hari penggunaan. Ulserasi bertahan selama 4-17 hari.
-
Untuk mengurangi rasa sakit, dapat diberikan anesthetic troches.
-
Pemberhentian obat dapat menimbulkan penyembuhan yang drastis.
Fitur Klinis
Manifestasi pada kulit sangat bervariasi, seperti angioedema, urticaria, maculopapular rash, erythema, vesikel, ulser, dan target lesions (EM).
Angioedema, baik acquired maupun herediter, tampak sebagai pembengkakan tanpa rasa sakit dan tidak disertai perubahan warna, biasanya pada bibir, wajah, atau leher. Untuk mengatasinya dapat diberikan antihistamin atau kortikosteroid.
Manifestasi oral dapat berupa erythematous, vesikular, atau ulserasi.
Reaksi obat juga dapat menyerupai lichen planus erosive, yang dikenal dengan lichenoid drug reactions.
Histopatologi
Fitur nonspesifik seperti spongiosis, apoptotic keratinocytes, infiltrat lymphoid, eosinofil, dan ulserasi.
Diagnosis
Diagnosis memerlukan perhatian pada obat yang belakangan digunakan dan pemeriksaan rekam medis pasien secara hati-hati.
Pemberhentian obat menghasilkan penyembuhan, sedangkan pemberian kembali dapat kembali menimbulkan simptom atau bahkan memperparah keadaan pasien.
Pada stomatitis medicamentosa, patch test negatif.
Perawatan
Managemen yang paling utama ialah identifikasi dan penghentian agen penyebab drug reactions.
Pemberian antihistamin atau kortikosteroid dapat berguna dalam managemen erupsi obat pada kulit dan mukosa oral.
Cheilosis Definisi
Fissuring (pecah-pecah) dan dry scaling (pengelupasan) pada permukaan merah bibir dan sudut mulut yang merupakan karakteristik defisiensi riboflavin. (Dorland’s Medical Dictionary).
Contact Cheilitis
Pasien mengalami bibir kering dan pecah-pecah, atau pembengkakan bibir.
Disebabkan contact allergy akibat kosmetik, sabun, shampoo, atau makanan.
Dapat dilakukan patch test.
Penyembuhan simtomatik dapat dicapai dengan pemberian steroid topikal.
Sumber : Burket, Lester W. Oral Medicine Diagnosis and Treatment, 6th ed. J.B. Lippincott Company, 1971. Regezzi.Sciubba.Jordan. Oral Pathology : Clinical Pathologic Correlations, 5th ed. Saunders. St.Louis, 2008. Wray, et.al. Textbook of General and Oral Medicine. Churchill Livingstone, 2001. http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/_/dict.aspx?rd=1&word=cheilosis