Strategi Promosi Kesehatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 LATAR BELAKANG



Dewasa ini promosi kesehatan (health promotion) telah menjadi bidang yang semakin penting dari tahun ke tahun. Dalam tiga dekade terakhir, telah terjadi perkembangan yang signifikan dalam hal perhatian dunia mengenai masalah promosi kesehatan. Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran



bahwa



promosi



kesehatan



adalah



suatu



filosofi



umum



yang



menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003). Praktisi medis termasuk perawat dapat mengajarkan kepada masyarakat mengenai gaya hidup yang sehat dan membantu mereka memantau atau menangani risiko masalah kesehatan tertentu. Para pembuat kebijakan melakukan pendekatan secara umum lewat penyediaan informasi-informasi yang diperlukan masyarakat untuk memelihara dan mengembangkan gaya hidup sehat, serta penyediaan sarana-sarana dan fasilitas yang diperlukan untuk mengubah kebiasaan buruk masyarakat. Berikutnya, perumus perundang-undangan dapat menerapkan aturan-aturan tertentu untuk menurunkan risiko kecelakaan seperti misalnya aturan penggunaan sabuk pengaman di kendaraan (Taylor, 2003). Promosi kesehatan mencakup baik kegiatan promosi (promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif), maupun rehabilitasi. Dalam hal ini, orangorang yang sehat maupun mereka yang terkena penyakit, semuanya merupakan sasaran kegiatan promosi kesehatan. Kemudian, promosi kesehatan dapat dilakukan di berbagai ruang kehidupan, dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat umum, dan tentu saja kantor-kantor pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan program promosi kesehatan diperlukan suatu tahapan yang sistematis guna pencapaian tujuan program yang ditetapkan. Tahapan promosi kesehatan meliputi tahap pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi hasil. 1



BAB 2 KONSEP TEORI 1.1



Media dan alat peraga promosi kesehatan



Promosi kesehatan masyarakat dapat diberikan kepada sasaran baik secara langsung maupun melalui media tertentu. dalam situasi di mana pendidik ( sumber) tidak dapat bertemu langsung dengan sasaran. Media pendidikan sangat diperlukan. Media promosi kesehatan adalah saluran komunikasi yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan. Media yang dapat dipergunakan adalah sebagai berikut : 1. Media Elektronik : radio, televisi, internet, telepon, telepon genggam (handphone), teleconference 2. Media Cetak : majalah, koran, selebaran ( leaflet dan flyer ), booklet, papan besar (billboard), spanduk, poster, flamnelgraph, bulletin board 3. Media Lain : surat Beberapa media promosi kesehatan dapat juga dipergunakan sebagai alat peraga jika pendidik kesehatan bertemu langsung dengan partisipan dalam proses promosi kesehatan. Media poster dapat dianggap sebagai alat peraga berupa gambar, demikian juga dengan billboard dan sebagainya. Berikut ini adalah media dan alat peraga yang dapat dipergunakan dalam promosi kesehatan. 1. Leaflet dan pamflet Merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khusus untuk sasaran yang dapat membaca. Leaflet terdiri atas 200-400 kata dan berisi gambar, berukutan 20 x 30 cm, dan biasanya disajukan dalam bentuk terlipat. 2. Booklet Media ini berbentuk buku kecil yang berisi tulisan atau gambar atau keduanya.



2



3. Flayer Selebaran berbentuk leaflet, tetapi tidak berlipat. 4. Billboard Berbentuk papan besar berukuran 2 x 2 m yang berisi tulisan dan atau gambar yang ditempatkan di pinggir jalan besar yang dapat dibaca atau dilihat oleh pemakai jalan. 5. Poster Merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar. Ukuran berkisar 50 x 60 cm. Karena ukuran yang terbatas, maka tema dalam poster tidak perlu terlalu banyak. Kata-kata dalam poster tidak lebih dari 7 kata dam hurufnya dapat di baca oleh orang yang lewat dari jarak 6 meter. 6. Flannelgraph Merupakan guntingan-guntingan gambar atau tulisan yang dibelakangnya diberi kertas amril. Keuntungan menggunakan flannelgraph adalah peserta dapat mendekat dan memilih sendiri gambar atau kata yang diinginkan untuk ditempelkan pada tempat yang ia inginkan 7. Bulletin board Berupa papan berukuran 90 x 120 cm yang biasanya dipasang didinding fasilitas umum. Pada papan ini dapat ditempelkan gambar-gambar leaflet, poster atau media lain yang mengandung informasi penting yang secara berkala diganti dengan topik-topik lain. 8. Lembar balik Merupakan alat peraga yang menyerupai kalender balik bergambar. Lembar balik mempunyai dua ukuran : ukuran besar terdiri atas lembaran-lembaran yang berukuran kurang lebih 50x75 cm, sedangkan ukuran kecil kurang lebih 38 x 50 3



cm. Lembar balik digunakan untuk pertemuan kelompok dengan jumlaj maksimal peserta 30 orang. Flip book biasa dipergunakan untuk pendidikan individu atau kelompok yang lebih kecil (kirang dari 5 orang). 9. Flashcard Merupakan sejumlah kartu bergambar berukuran 25 x 30 cm. Flashcrad dipergunakan untuk sasaran berjumlah kurang dari 30 orang. Apabila pendidik kesehatan ingin membuat sendiri media yang akan dipergunakannya, maka langkah-langkah berikut ini perli diterapkan :    1.2



Membuat konsep (draft) pesan yang berisi materi pendidikan kesehatan. Melakukan pre-test terhadap konsep pesan Memperbaiki konsep pesan. Model-model Promosi kesehatan Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik bermutu yang



mewakili sesuatu hal nyata.Teori dan konsep mencerminkan filosofi, nilai dan keyakinan tentang manusia. Banyak model yang dikembangkan dapat mempengaruhi kesehatan serta memperbaiki intervensi pencegahan dan promosi kesehatan. Pendekatan model kesehatan terapan dapat menjadi dasar untuk kegiatan-kegiatan promosi kesehatan seperti Health Belief Model (HBM),Transteoritical Model (TTM),Teori Sebab Akibat, Model Transaksional Stres dan Koping, Theory of Reasoned Action (TRA), serta Health Field Concept. a.Model keyakinan kesehatan (Healty Belif Model) Model Keyakinan Kesehatan (Health Belif Model-HBM) dikembangkan sejak 1950 olehn kelompok ahli psikologi sosial dalam pelayanan kesehatan masyarakat Amerika. Model ini digunakan untuk menjelaskan kegagalan partisipasi masyarakat secara luas dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Model ini juga sering dipertimbangkan sebagai kerangka utama perilaku kesehatan yang dimulai dari pertimbangan orang-orang tentang kesehatan. Selain itu, model keyakinan



4



kesehatan digunakan untuk mengidentifikasi prioritas beberapa faktor penting yang berdampak terhadap pengambilan keputusan secara rasional dalam situasi yang tidak menentu (Rosenstock, 1990). Pada 1974, pendidikan kesehatan mencurahkan seluruh perhatian terhadap isu keyakinan kesehatan dan perilaku kesehatan individu. Isu tersebut merupakan kesimpulan dari riset keyakinan kesehatan dalam memahami alasan individu melakukan atau tidak melakukan tindakan kesehatan, berkaitan dengan berbagai hubungan variasi yang lebih luas. Isu tersebut juga memberikan dukungan penting dari



Model Keyakinan Kesehatan dalam menjelaskan prilaku pencegahan dan



respns terhadap gejala atau diagnosis penyakit. Model keyakinan kesehatan merupakan model kognitif yang digunakan untuk meramalkan



perilaku



peningkatan kesehatan. Menurut



Model



Keyakinan



Kesehatan, tindakan pencegahan yang mungkin dilakukan seseorang dipengaruhi secara langsung dari hasil dua keyakinan atau penilaian kesehatan antara lain ancaman yang dirasakan setara penilaian terhadap keuntungan dan kerugian. 1. Aplikasi Model Keyakinan Kesehatan Model keyakinan kesehatah adalah prilaku pencegahan yang berkaitan dengan dunia medis dan mencakup berbagai perilaku seperti pemerksaan dan pencegahan dan imunisas. Contohnya, model keyakinan kesehatan dalam imunisasi memberi kesan bahwa orang yang mengikuti program imunisasi percaya terhadap hal-hal berikut:    



Kemungkinan terkena penyakit tinggi (rentan penyakit) Jika terjangkit, penyakit tersebut membawa akibat serius Imunisasi merupakan cara paling efektif untuk pencegaha penyakit Tidak ada hambatan serius untuk imunusasi, tetapi hasil beberapa penelitan model ini menunjukan kebalikannya. Model keyakinan kesehatan melingkupi kebiasaan seseorang dan sifat-sifat



yang dikaitkan dengan perkembangan, termasuk gaya hidup tertentu seperti



5



merokok, diet, olahraga, perilaku keselamatan, penggunaan alkohol, penggunaan kondom untuk pencegahan AIDS dan gosok gigi. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit telah lebih ditekankan pada kontrol resiko. Penelitian terjadinya gejala dan respons terhadap gejala menggambarkan secara lengkap bagaimana individu menginterpretasikan keadaan tubuh dan bagaimana berperilaku selektif. 1. Kelemahan Model Keyakinan Kesehatan Secara teoritis, terdapat tiga kelemahan model keyakinan kesehatan : 



Model keyakinan kesehatan lebih didasarkan pada penelitian terapan







dalam permasalahan pendidikan kesehatan darioada penelitiam akademis. Model keyakianan kesehatan didasarkan pada beberapa ansumsi yang dapat dilakukan, seperti pemikiran bahwa setiap pilhan perilaku selalu berdasarkan pertimbangan rasional. Selain rasionalnya diragukan, model keyakinan kesehatan juga tidak memberikan spesifikasi yang tepat







terhadap kondisi ketika individu membuat pertimbangan tertentu. Model keyakinan kesehatan hanya memperhatikan keyakian kesehatan. Kenyataan nya, orang dapat membuat banayak pertimbangan tentang perilaku yang tidak berhubungan dengan kesehatan, tetapi masih memengaruhi kesehatan. Sebagai contoh, seseorang dapat bergabung dengan kelompok olahraga karena kontrak sosial atau ketertarikan pada seseorang dalam kelompok tersebut. Keputusan yang diambil tidak ada kaitannya dengan kesehatan, tetapi memengaruhi kondisi kesehatannya. b. Transteoritical Model (TTM)



Model tranteortical adalah suatu model yang diterapkan untuk menilai kesiapan seorang individu untuk bertidak atas perilaku sehat yang baru dan memberikan strategi atau proses perubahan untuk memandu setiap individu melalui tahapan perubahan untuk bertindak dalam pemeliharaan kesehatan. James O.Prochasta, dkk.(1977) mengembangkan TTM berdasarkan analisis



6



teori yang berbeda dari psikoterapi. Mode ini terdiri atas 4 fariabel, yaitu prasyarat untuk terapi, proses perubahan, isi harus diubah dan hubungan terapeutik. Model ini disempurnakan oleh prochasta berdasarkan penelitan yang mereka publikasikan dalam peer review jurnal dan bukunya terdiri atas 5 konstruksi yaitu tahapan prubahan, proses-proses perubahan, keseimbangan putusan, keberhasilan diri, dan godaan atau percobaan. 1) Tahapan percobaan Model perubahan ini adalah sebuah proses yang melibatkan kemajuan melalui enam tahap: 



Prekontemplasi yaitu orang tidak berniat mengambil tidakan dimasa







mendatang (biasanya diukur selama enam bulan betikutnya). Kontemplasi yaitu orang berniat untuk berubah dalam enam bulan







mendatang Persiapan yaitu orang yang berniat mengambil tindakan dalam waktu dekat,







biasanya diukur sebagai bulan berkutnya. Aksi yaitu oang telah membuat modifikasi terbuka tertentu dalam gaya







hidup mereka dalam enam bulan terakhir. Pemeliharaan yaitu orang berupaya mencegah terkambuhan, tahap yang







diperkirakan terakhir dari enam bulan sampai sekitar lima tahun. Pemutusan yaitu individu tidak memiliki godaan dan memiliki keberhasilan diri100%, dimana mereka yakin tidak akan kembali pada kebiasaan lama yang tidak sehat mereka sebagai cara untuk mengatasi. c. Teori Sebab Akibat Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi dan dalil yang saling



berhubungan secara umum teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta. Pada teori sebab akibat, apa yang dialami manusia pasti ada penyebabnya. Pengetahuan tentang sebab akibat mampu mendorong seseorang untuk bertindak hati-hati dan fokus terhadap akibat. Teori ilmiah dari berbagai teori ilmiah dari bebagai lapangan ilmu secara umum sangat bergantung pada hukum sebab akibat (kautalitas). Kautalitas terkait erat 7



dengan prinsip-prinsip sebagai berikut. 



Prinsip pertama : perinsip kausalitas mengasiscayakan setiap kondisi (akibat)







pasti mempunyai sebab. Prinsip kedua : menjelaskan bahwa akibat tidak mungkin terpisah dari sebab,







jika ada sebab maka ada akibat dan begitu sebaliknya. Prinsip ketiga : hukum keselarasan antara sebab dan akibat yang menganiscayakan setiap himpunan secara esensial harus selaras dengan sebab dan akibat di alam. Teori sebab akibat dalam promosi kesehatan tentunya akan menjadi lelas



ketika memahami hukum sebab akibat tersebut. Aplikasi sebab akibat dalam promosi kesehatan memberi penekanan pada petugas kesehatan bahwa suatu penyakit yang terjadi pasti ada penyebabnya. d. Model Transaksional Stres dan Koping Stres adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologi. Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetap lebih mengenai kejiwaan. Banyak hal yang memicu stres, seperti : rasa khwatir, kesal, kletihan, frustasi, perasaan tertekan, kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, sindrom premenstruasi (PMS), fokus yang berlebhan pada suatu hal, perasaan bingung, berduka cita dan juga rasa takut. Model transaksional dari stres dan koping adalah suatu kerangka kerja untuk mengevaluasi proses mengatasi peristiwa stres. Pengalaman stres ditafsirkan sebagai transaksi orang dengan lingkungannya. Transaksi ini bergantung pada dampak dari stresor eksternal. Hal ini dimediasi oleh penilaian pertama orang tentang streosor dan penilaian kedua pada sumber daya sosial atau budaya sekitarnya. Ketika berhadapan dengan stresor, seseorang mengevaluas potensi ancaman atau disebut dengan penilaian primer, yaitu penilaian seseorang tentang makna dari suatu peristiwa sebagai stres, positif, terkendali, menantang, atau tidak relevan. Penilaian kedua menghadapi stresor adalah evaluasi pengendalan stresor



8



dan sumber daya yang dimiliki untuk menghadapnya. Sebagai conto, penilaian sumber daya masyarakat dalam mengatasi dan membuat sebuah pilihan seperti apa yang dapat dilakukan tentang situasi yang terjadi (cohen, 1984). Aplikasi ini beguna untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengaruh stres pada orang tidak semua sama. Stres dapat menyebabkan penyakit pengalaman negatif. Faktor penting dalam mengatasi stres adalah apakah hal itu memengaruhi dan bagaimana orang mencarinperawatan medis atau dukungan sosial pada orang profesional. Untuk mengatasi stres, strategi masalah berfokus koping, emosi yang berfokus koping, dan makna berbasis koping dapat digunakan sebab penelitian yang memfasilitasi atau menghambat praktik-praktik gaya hidup (Glanz,dkk,2002). 2.1



Langkah-langkah Promosi Kesehatan



Dalam melakukan suatu promosi kesehatan, terdapat langkah-langkah yang berupa: 1.



Tahap Pengkajian Tahapan pertama dalam perencanaan promosi kesehatan adalah pengkajian



tentang apa yang dibutuhkan klien atau komunitas untuk menjadi sehat. Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien, baik individu maupun komunitas. Fase keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data, dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan (Bandman dan Bandman, 1995). Pengkajian bertujuan untuk menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang terkait, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien. Informasi yang terkandung dalam dasar data adalah dasar untuk menetapkan proses asuhan keperawatan selanjutnya.



9



2.



Tahap Perencanaan a.



Definisi Perencanaan Promosi Kesehatan Tahap perencanaan penting untuk memastikan bahwa promosi kesehatan yang



akan dilakukan terfokus pada prioritas kerja yang sesuai dengan tujuan/goal yaitu memberikan layanan keperawatan terbaik pada klien meliputi individu, kelompok maupun masyarakat. Model perencanaan diperlukan dalam promosi kesehatan karena perencanaan menyediakan cara untuk memandu pilihan sehingga keputusan yang dibuat mewakili cara terbaik untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pendekatan rasional menunjukkan bahwa seluruh jajaran atau option harus diidentifikasi dan dipertimbangkan sebelum program komprehensif disusun. Model perencanaan rasional (Rational planning model) memberika pedoman pilihan dalam mengambil keputusan yang mewakili langkah terbaik untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Perencanaan memiliki keuntungan supaya tujuan yang akan dicapai jelas oleh karena itu dalam tahap perencanaan memerlukan: 1)



Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan



2)



Penentuan tujuan mengenai apa yang akan dicapai



3)



Penentuan target berhubungan dengan tepat hasil. Target harus SMART; Sesific, Measurable, Achieveable, Realistic, Time-limited



4)



Pemilihan metode atau strategi yang akan digunakan dalam pencapaian tujuan



5)



Evaluasi hasil



b.



Perencanaan Strategis Promosi Kesehatan Strategis menjelaskan hasil yang diinginkan dan cara dalam pencapaian tujuan



yang akan dicapai pada hasil pelaksanaan tetapi tidak selalu masuk ke detail tentang metode atau mengukur hasil. Perencanaan strategis mengacu pada perencanaan sebuah kegiatan berskala besar yang melibatkan berbagai intervensi pada patner yang berbeda dan bertahap. Pada “English white paper on Public Health” disebutkan bahwa perencanaan strategis mengacu pada kebutuhan yang telah digabungkan dan kebijakan yang terkait. Simnett (1995) menggambarkan beberapa tingkat/taraf dalam pengembangan strategi meliputi:



10



1)



Identifikasi kegemaran patner



2) Diagnose, yaitu identifikasi kemana dan bagaimana kita menginginkan sesuatu yang berbeda 3)



Visi, yaitu terkait dengan hasil yang diharapkan



4)



Pembangunan, kebutuhan untuk merubah permintaan sesuai dengan apa yang dicitakan dan apakah program yang ada sejalan dengan harapan



5)



Rencana pelaksanaan, yaitu rencana mengenai apa yang akan dilakukan selanjutnya



c.



Model Perencanaan Promosi Kesehatan Menurut Elwes dan Simnett (1999), kerangka kerja perencanaan promosi kesehatan dapat meliputi: Stage 1: Identifikasi kebutuhan dan prioritas Identifikasi kebutuhan dan prioritas memerlukan penelitian dan penyelidikan,



atau mungkin dengan menyeleksi sebagian klien dilihat dari kasus yang menjadi problem.



Identifikasi



kebutuhan



dapat



dilakukan



dengan



melakukan



penyelidikan/penelitian secara berurutan terhadap keadaan klien, bertanya langsung kepada klien tentang topik terkait informasi dan nasehat yang mereka perlukan. Selain itu, identifikasi dapat juga melihat pada catatan kasus untuk dapat mengidentifikasi topik yang bersifat umum. Contoh: tim kesehatan mungkin mengetahui bahwa banyak orangtua bermasalah dengan pola tidurnya, oleh karena itu pimpin atau beri arahkan kepada mereka untuk melakukan set up di klinik masalah tidur. Stage 2: Mementukan tujuan dan target Tujuan mengacu pada goal dengan meningkatkan kesehatan di beberapa area, contoh: mengurangi konsumsi alcohol karena berhubungan dengan terjadinya gangguan kesehatan. Objek atau sasaran membutuhkan pernyataan spesifik dan harus merupakan pernyataan yang mengaktifkan objek bekerjasama dalam pencapaina tujuan yang dicita-citakan bersama. Objek atau sasaran kemudian diarahkan untuk diberi pendidikan, menciptakan kebiasaan yang sehat, mengacu



11



pada kebijakan yang terkait, dan menganalisa proses serta hasil kelingkungan. Pendidikan objek/sasaran mungkin memutuskan beberapa kategori meliputi: 1)



Level pengetahuan klien (objek) bertambah, terkait dengan masalah yang dibahas dalam promosi kesehatan



2)



Affektif klien (objek) mengalami perubahan menuju pola hidup lebih sehat, yang dapat dilihat pada perubahan tingkah laku dan kepercayaan



3)



Kebiasaan atau ketrampilan klien bertambah/ semakin mahir pada kompetensi dan ketrampilan baru Target promosi kesehatan dapat meliputi tambahan sebagai berikut:



1) Perubahan kebiasaan, meliputi perubahan gaya hidup dan peningkatan pelayanan. Contoh: mengurangi kebiasaan merokok 2) 3)



Perubahan pada kebijakan kesehatan klien Peningkatan partisipan dalam proses pelaksanaan dan kemampuan untuk bekerjasama. Contoh: meningkatkan/menggerakkan komunitas (partisipan) dan sector dalam guna mendukung program Indonesia sehat 2010



4)



Perubahan



lingkungan



menjadi



lebih



sehat,



contoh



membudayakan



membuang sampah pada tempatnya. Stage 3: Identifikasi metode yang tepat dalam pencapaian tujuan Pemilihan metode disesuaikan dengan tujuan promosi kesehatan yang akan dicapai dan memperhatikan segi objek, artinya metode yang digunakan mampu memberi reflek pada objek/target yang dituju. Stage 4: Identifikasi sumber yang terkait Ketika objek dan metode telah diputuskan, tingkat perencanaan selanjutnya adalah mempertimbangkan mengenai sumber spesifik yang dibutuhakan dalam mengimplementasi strategi pelaksanaan. Sumber dapat berupa dana, ketrampilan dan keahlian, bahan seperti selebaran atau kotak pembelajaran, kebijakan yang menarik, rencana, fasilitas dan pelayanan. Stage 5: Menyusun metode rencana evaluasi Evaluasi harus berhubungan tujuan/sasaran yang telah disusun sebelumnya tetapi dapat diusahakan lebih dari tujuan yang telah ditapkan atau kurang dari yang



12



dicita-citakan. Evaluasi dapat kita lakukan dengan menanyakan pada partisipan mengenai pemahaman informasi pada akhir sesi atau dapat juga dalam bentuk lebih formal seperti dengan menbagikan kuisioner kepada peserta/partisipan untuk diisi sesuai apa yang dipahami atau dimengerti setelah pelaksanaan promosi kesehatan. Stage 6: Menyusun rencana pelaksanaan Penyusunan rencana pelaksanaan merupakan tindakan yang meliputi penulisan detail rencana pelaksanaan, seperti identifikasi topik/masalah, orang yang akan menyampaikan informasi terkait dengan topic, sumber yang akan digunakan, rentang waktu hingga tahap rencana evaluasi. Stage 7: Pelaksanaan atau Implementasi dari perencanaan Merupakan tahap yang penting untuk selalu diperhatikan mengenai hal yang harus dan tidak harus dilakukan, sehingga tidak terjadi mapsalah yang tidak diharapkan. Pelaksanaan atau implementasi promosi kesehatan perlu direncanakan supaya dalam kenyataannya partisipan diharapkan mampu menyerap atau menerima, mengerti, memahami dan mau serta mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga diperoleh perubahan perilaku menjadi lebih sehat. Hasil atau out-put yang ditunjukkan oleh partisipan setelah dilaksanakan promosi kesehatan menjadi bahan dalam penyusunan evaluasi. 3.



Tahap Implementasi Tahap implementasi atau pelaksanaan adalah tindakan penyelesaian yang diperlukan untuk memenuhi tujuan yakni untuk mencapai kesehatan yang optimal, implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana perawatan terhadap perilaku yang digambarkan dalam hasil individu yang diusulkan. Pemilihan intervensi keperawatan tergantung pada beberapa faktor: a. hasil yang diinginkan klien b. karakteristik dari diagnosa keperawatan c. penelitian yang berkaitan dengan intervensi d. kelayakan pelaksanaan intervensi e. penerimaan intervensi oleh individu 13



f. kemampuan perawat 4.



Tahap Evaluasi Tahap evaluasi pada promosi kesehatan pada dasarnya memiliki kesamaan dengan tahap evaluasi pada proses keperawatan secara umum. Di dalam tahapan evaluasi hal penting yang harus diperhatikan adalah standar ukuran yang digunakan untuk dijadikan suatu pedoman evaluasi. Standar ini diperoleh dari tujuan dan hasil yang diharapkan diadakannya suatu kegiatan tersebut. Kedua standar ini selalu dirumuskan ketika kegiatan ataupun tindakan keperawatan belum diberikan. Selain itu, dalam tahapan evaluasi juga dilakukan pengkajian lagi yang lebih dipusatkan pada pengkajian objektif dan subjektif klien atau objek kegiatan setelah dilakukan tindakan promosi kesehatan. 3.1



Teknik media dan alat peraga



Metode promosi kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi : 1



Berdasarkan teknik komunikasi a Metode penyuluhan langsung. Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatapan muka dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai b



desa, pertemuan di posyandu, dll. Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (medial). Umpamanya publikasi dalam bentuk



2



media cetak, melalui petujukan film, dsb. Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai a Pendekatan perorangan Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, anatara lain : kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain. b



Pendekatan kelompok



14



Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekelompok sasaran, beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam kategori ini antara lain : pertemuan, demostrasi, diskusi kelompok, pertemuan FGD, dan lain-kain. c



Pendekatan masal Petugas promosi kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banya. Beberapa metode yang masuk dalam golongan ini adalah : pertemuan umum, pertujukan kesenia, penyebaran tulisan / poster / media cetak lainnya, pemutaran film, dll.



3



Berdasarkan indera penerima a Metode melihat / memperhatikan. Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti : penempelan poster, pemasangan b



gambar / photo, pemasangan koran dinding, pemutaran film. Metode pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar, umpamanya : penyuluhan lewat radio, pidato, ceramah,



c 4



dll. Metode “kombinasi”. Dalam hal ini termasuk : demostrasi cara (dilihat,



didengar, dicium, diraba, dan dicoba). Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode a Kunjungan rumah adalah suatu hubungan langsung antara penyuluh dengan masyarakat sasaran dan keluarganya di rumah ataupun ditempat biasa mereka berkumpul. Biasanya kegiatan ini disebut anjang sono, anjang karya, dsb. Cara melakukan dengan mempertahtikan hal-hal seperti berikut :     



Ada maksud dan tujuan tertentu. Tepat waktunya dan tidak membuang-buang waktu. Rencanakan beberapa kunjungan berurutan untuk menghemat waktu. Kunjungi pula sasaran yang jauh dan terpencil. Metode ini untuk memperkuat metode-metode lainnya atau bila metode-metode lainnya tidak mungkin.



Selama berkunjung harus diingat hal-hal seperti :



15



 



Membicarakan soal-soal yang menarik perhatian. Biarkan keluarga sasaran berbicara sebanyak-banyaknya dan jangan



  



memotong pembicaraannya. Bicara bila keluarga sasaran itu ingin mendengarkannya. Bicara dalam gaya yang menarik sasaran. Pergunakan bahasa umum yang mudah, bicara pelanpelan dan suasana



  



menyenangkan. Harus sungguhsungguh dalam pernyataan. Jangan memperpanjang mempersilat lidah. Biarkan keluarga sasaran merasa sebagai pemrakarsa gagasan yang



   



baik. Harus jujur dalam mengajar maupun belajar. Meninggalkan keluarga sasaran sebagai kawan. Catat tanggal kunjungan tujuan, hasil dan janji. Membawa surat selebaran, brosur, dsb untuk diberikan kepada keluarga sasaran. Ini akan menjalin persahabtan.



Kelebihan metode ini adalah :   



Mendapat keterangan langsung perihal masalah-masalah kesehatan. Membina persahabatan. Tumbuhnya kepercayaan pada penyuluh bila anjurananjurannya



 



diterima. Menemukan tokoh-tokoh masyarakat yang lebih baik. Rintangan-rintangan antara penyuluh dengan keluarga sasaran menjadi







kurang. Mencapai juga petani yang terpencil, yang terlewat oleh metode







lainnya. Tingkat pengadopsian terhadap perilaku kesehatan yang baru lebih tinggi



Keterbatasannya adalah :  



Jumlah kunjungan yang mungkin dilakukan adalah terbatas. Kunjungan-kunjungan yang cocok bagi keluarga sasaran dan penyuluh adalah terbatas sekali.



16







Kunjungan yang terlalu sering pada satu keluarga sasaran akan menimbulkan prasangka pada keluarga lainnya.



Pertemuan umum : Pertemuan umum adalah suatu pertemuan dengan peserta campuran dimana disampaikan beberapa informasi tertentu tentang kesehatan untuk dilaksanakan oleh masyarakat sasaran. Cara melakukannya dengan perencanaan dan persiapan yang baik, seperti :  



Rundingkan dahulu dengan orang-orang yang terkait. Konsultasikan dengan tokoh-tokoh setempat dan buatlah agenda acara



 



sementara. Jaminan kedatangan para narasumber lainnya (bila diperlukan). Usahakan ikut sertanya semua golongan di tempat itu.



Hal-hal yang perlu diperhatikan : 



Rapat diselenggarakan ditempat yang letaknya strategis, dengan



   



penerangan dan udara yang segar. Waktu yang dipilih adalah waktu luang masyarakat. Pada siang hari, bila tempat-tempat tinggal orang berjauhan. Tepat memulai dan mengakhiri pertemuan. Perhatikan ditujukan kepada tujuan pertemuan dengan memberikan



 



kesempatan untuk berdiskusi. Hindari pertengkaran pendapat. Anjurkan mempergunakan alat-alat peraga. Usaha-usaha menarik perhatian, mengunggunggah hai dan mendorong



   



kegiatan. Memberikan penghargaan kepada semua golongan yang hadir. Libatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Usahakan kegiatan lanjutan (bila ada). Berikan selembaran-selembaran yang sesuai dengan materi yang didiskusikan.



Kelebihan metode ini adalah :  



Banyak orang yang dicapai. Menjadi tahap persiapan untuk metode lainnya.



17



  



Perkenalan pribadi dapat ditingkatkan. Segala macam topik/judul dapat diajukan. Adopsi suatu anjuran secara murah/sedikit biaya.



Kekurangan/keterbatasannya :   



Tempat dan sarana pertemuan tidak sellau cukup. Waktu untuk diskusi biasanya terbatas sekali. Pembahasan topik sedikit lebih karena peserta yang hadir adalah







campuran. Kejadian-kejadian di luar kekuasaan seperti cuaca buruk, dan dapat mengurangi jumlah kehadiran.



Pertemuan diskusi (kelompok diskusi terfokus) Pertemuan diskusi adalah untuk kelompok yang lebih kecil atau lebih sedikit pesertanya yaitu berkisar 12-15 orang saja. Harus ada partisipasi yang baik dari peserta yang hadir. Biasanya dipergunakan untuk menjelaskan suatu informasi yang lebih rinci dan mendetail serta pertukaran



pendapat



mengenai



perubahan



perilaku



kesehatan.



Keberhasilan pertemuan FGD banyak tergantung dari petugas penyuluh untuk :   



Memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta. Memelihara perhatian yang terus-menerus dari para peserta. Memberi kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan







pendapatnya dan menghindari dominasi beberapa orang saja. Membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaraan dan menyusun saran-







saran yang diajukan. Berikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai pada kesimpulan yang tepat.



3.2



Demonstrasi cara atau percontohan Demonstrasi adalah memperlihatkan secara singkat kepada suatu kelompok



bagaimana melakukan suatu perilaku kesehatan baru. Metode ini lebih menekankan pada bagaimana cara melakukannya suatu perilaku kesehatan. Kegiatan ini bukanlah 18



suatu percobaan atau pengujian, tetapi sebuah usaha pendidikan. Tujuannya adalah untuk meyakinkan orang-orang bahwa perilaku kesehatan tertentu yang dianjurkan itu adalah berguna dan praktis sekali bagi masyarakat. Demonstrasi ini mengajarkan suatu keterampilan yang baru. Cara melakukannya dengan segala perencanaan dan persiapan yang diperlukan, seperti : 



Datang jauh sebelum kegiatan di mulut untuk memeriksa peralatan dan







bahan yang diperlukan. Mengatur tempat sebaik mungkin, sehingga semua peserta dapat melihatnya







dan ikut dalam diskusi. Demonstrasi dilakukan tahap demi tahap sambil membangkitkan keinginan







peserta untuk bertanya-tanya. Berikan kesempatan pada wakil peserta untuk mencoba keterampilan







perilaku yang baru. Berikan selebaran yang cepat (brosur, dll) yang bersangkutan dengan demonstrasi itu.



Anjuran :   



Pilihlah topik yang bedasarkan keperluan masyarakat. Demonstrasi dilakukan tepat masanya. Pengumuman yang luas sebelum waktunya untuk menarik banyak perhatian



  



dan peserta. Pergunakan alat-alat yang mudah di dapat orang. Hilangkan keraguan-raguan, tetapi hindarikan pertengkaran mulut. Hargai cara-cara yang biasa dilakukan masyarakat.



Kelebihan / keuntungan metode ini :   



Cara mengajarkan keterampilan yang efektif. Meransang kegiatan. Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri.



Kekurangan / keterbatasannya :  



Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan keterampilan. Merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang buruk.



19



3.3



Media promosi kesehatan 1



Pengertian Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi.



2



Kegunaan Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan fhoto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :  



Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran. Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran.



Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungankeuntungan : 



Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dilihat bahwa



3







tafsir salah pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah







ditangkap. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang



 



mengesankan. Dapat menarik serta memusatkan perhatian. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang



dianjurkan. Jenis / macam media Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar : 20



1



Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati. Merupakan alat peraga yang paling baik karena muda serta dikenal, mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah dibawa kemana-mana sebagai alat bantu mengajar. Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :



2







Benda sesungguhnya, misalnya tinja dikebun, lalat diatas tinja,







sdb. Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang lebih diawetkan







seperti cacing dalam botol pengawet, dll. Sample yaitu contoh benda sesungguhnya



untuk



diperdagangkan seperti oralit, dll. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini karena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.



3



Gambar / media grafis, seperti poster, leafleat, gambar karikatur, lukisan, dll.  Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambargambar dengan sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyka dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau foto. Poster terutama



dibuat



untuk



mempengaruhi



orang



banyak,



21



memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggi lama dalam ingatan orang yang 



melihatnya serta mendorong untuk bertindak. Leaflet Leaflet adalah selembaran kertas yang berisikan tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara



berlipat.



Leaflet



digunakan



untuk



memberikan



keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi pengelola air di tingkat rumah tangga, deskrisi tentang diare dan pencegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di foto copy. 4



Gambar alat optik seperti foto, slide, film, dll a Foto Sebagai bahan untuk alat peraga, foto digunakan dalam bentuk :  Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan



suatu



cerita,



kegiatan



dan



lain-lain.



Dikumpulkan dalam sebuah album. Album ini bisa dibawa dan ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan. Misalnya album fhoto yang beisi kegiatan-kegiatan suatu desa merubah kebiasaan. BABnya menjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan 



resmi dari bupati. Dokumentasi lepasan. Yaitu fhoto-fhoto yang berdiri sendiri dan tidak di simpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu



22



poko persoalan atau titik perhatian. Fhoto ini digunakan b



biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dll. Slide Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide ini sangat efektif untuk membahas suatu topik tertentu, dan peserta dapat mencermati setiap materi dengan cara seksama,



c



karena side sifatnya dapat di ulang-ulang. Film Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghimbur namun bernuasa edikatif.



4.1



Strategi promosi kesehatan Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global terdiri dari tiga hal, yaitu : 1 Advokasi (Advocacy) Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Kegiatan advokasi ada bermacam-macam bentuk baik secara formal maupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang isu atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya berkunjung kepada para pejabat relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau dalam bentuk dana atau fasilitas lain. 2 Dukungan sosial (Social Support) Strategi dukungan sosial adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan



23



sosial melalui tokoh-tokoh formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar tokoh masyarakat sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat penerima program kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial antara lain pelatihan-pelatihan para tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat diberbagai tingkat sasaran sekunder.



3 Pemberdayaan masyarakat (Empowerment) Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat langsung. Tujuan utama



pemberdayaan adalah mewujudkan



kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan ini antara lain penyuluhan kesehatan, keorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (Notoatmodjo, 2005). 5.1



Peran Dan Fungsi Perawat Komunitas Dalam Promosi Kesehatan



Perawat di puskesmas, sebagai perawat kesehatan, minimal dapat berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan pendidik atau penyuluh kesehatan; penemu kasus; penghubung dan koordinator; pelaksana konseling keperawatan; dan model peran (role model). Dua peran perawat kesehatan komunitas, yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan serta pelaksana konseling keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat bagian dari ruang lingkup promosi kesehatan. Berdasarkan peran tersebut, perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat



24



mendukung individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mencapai tujuan perubahan perilaku untuk hidup bersih dan sehat yang merupakan visi dari promosi kesehatan. Sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan, fungsi yang dilakukan adalah sebagai berikut : 



Mengkaji kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam penyuluhan atau pendidikan kesehatan. Dari hasil pengkajian diharapkan dapat diketahui tingkat pengetahuan klien, informasi apa yang







diperlukan klien, dan apa yang ingin diketahui dari klien. Meningkatkan dan memelihara kesehatan klien melalui penyuluhan atau







pendidikan kesehatan. Melaksanakan penyuluhan atau pendidikan kesehatan untuk pemulihan kesehatan klien antara lain tentang pengobatan, higiene, perawatan, serta







gejala dan tanda-tanda bahaya. Menyusun program penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik untuk topik



 



sehat ataupun sakit seperti nutrisi, latihan, penyakit dan pengelolaan penyakit. Mengajarkan kepada klien informasi tentang tahapan perkembangan. Membantu klien untuk memilih sumber informasi kesehatan dari buku, koran, TV, teman, dan lainnya.



Sebagai pelaksana konseling keperawatan, perawat melaksanakan fungsi antara lain sebagai berikut: 



Memberikan



informasi,



mendengarkan



secara



objektif,



memberikan



dukungan, memberikan asuhan dan menjaga kepercayaan yang diberikan 



klien. Membantu klien untuk mengidetifikasi masalah serta faktor-faktor yang







memengaruhi. Memberikan petunjuk kepada klien untuk mencari pendekatan pemecahan







masalah dan memilih cara pemecahan masalah yang tepat. Membantu klien menentukan pemecahan masalah yang dapat dilakukan.



Fungsi keperawatan komunitas menurut Mubarak dalam Irnanda (2012)



25



diantaranya yaitu: 1



Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien



2



melalui asuhan keperawatan. Agar masyarakat mendapatkan



3



dengan kebutuhannya dibidang kesehatan. Memberikan asuhan keperawatan melalui



pelayanan



yang



optimal sesuai



pendekatan



pemecahan



masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta 4



masyarakat. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan



yang



cepat



dan pada akhirnya dapat mempercepat proses



penyembuhan. BAB 3 KESIMPULAN Promosi kesehatan mencakup baik kegiatan promosi (promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif), maupun rehabilitasi. Dalam hal ini, orangorang yang sehat maupun mereka yang terkena penyakit, semuanya merupakan sasaran kegiatan promosi kesehatan. Kemudian, promosi kesehatan dapat dilakukan di berbagai ruang kehidupan, dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat umum, dan tentu saja kantor-kantor pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan program promosi kesehatan diperlukan suatu tahapan yang sistematis guna pencapaian tujuan program yang ditetapkan. Tahapan promosi kesehatan meliputi tahap pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi hasil. Media promosi kesehatan adalah saluran komunikasi yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan. Media yang dapat dipergunakan adalah sebagai berikut : 1. Media Elektronik : radio, televisi, internet, telepon, telepon genggam (handphone), teleconference 2. Media Cetak : majalah, koran, selebaran ( leaflet dan flayer ), booklet, papan besar (billboard), spanduk, poster, flannelgraph, bulletin board 26



3. Media Lain : surat Sebagai perawat kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan pendidik atau penyuluh kesehatan; penemu kasus; penghubung dan koordinator; pelaksana konseling keperawatan; dan model peran (role model). Dua peran perawat kesehatan komunitas, yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan serta pelaksana konseling keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat bagian dari ruang lingkup promosi kesehatan. Berdasarkan peran tersebut, perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mendukung individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mencapai tujuan perubahan perilaku untuk hidup bersih dan sehat yang merupakan visi dari promosi kesehatan.



27



Daftar Pustaka Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Promosi Kesehatan Bagi Perawat Kesehatan Masyarakat.Jakarta : Depkes RI Departemen Kesehatan RI. 2008. Pusat promosi Kesehatan, pedoman pengelola promosi kesehatan, dalam pencapaian PHBS, Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2008. Pusat promosi kesehatan, panduan pelatihan komunikasi perubahan perilaku, untuk KIBBLA. Departemen Kesehatan RI. Pusat promosi kesehatan, pengembangan media promosi kesehatan, Jakarta. Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Irnanda, Yuvita. 2012. Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kader Posyandu di Wilayah Binaan Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor. Medan: Universitas Sumatera Utara. Maulana H. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta. Graha Ilmu. Taher. M. D.Taylor.. (2003). Medical ethics. Jakarta. Penerbit Gramedia Pustaka utama Wahit Icbal M, dkk. 2007. Promosi Kesehatan sebuah pengantar belajar mengajar dalam pendidikan. Jakarta : Graha Ilmu.



proses



28