Struktur Baja [PDF]

  • Author / Uploaded
  • aulia
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STRUKTUR BAWAH PONDASI



A.1 Melaksanakan pekerjaan pengukuran dan pematokan A.1.1 Melakukan pengukuran jaringan poligon a. Jenis dan fungsi alat yang digunakan adalah; 1) Pesawat Theodolit dengan kelengkapannya 2) Pesawat waterpass atau pesawat penyipat datar (PPD) dengan kelengkapannya 3) Pita ukur panjang 30, 50, atau 100 meter 4) Roll meter panjang 3 meter atau 5 meter b. Pelaksanaan cara melakukan pengukuran jaringan poligon sesuai dengan prosedur 1) Buat sket lapangan yang jelas dan sebanding dengan skala 2) Tentukan titik ikat pengukuran Po yang diketahui koordinat dan ketinggiannya (jika tidak ada dapat ditentukan sendiri) 3) Pasang patok kerangka P1 dan gambar dalam skets lapangan 4) Pasang pesawat pada titik Po kemudian pasang kompas theodolit pada pesawat 5) Arahkan teropong ke utara magnit, kemudian kunci gerak mendatarnya 6) Stel bacaan sudut mendatarnya pada posisi 0 0’ 0”, kemudian kunci piringan bacaan sudut mendatarnya. 7) Buka pengunci gerak mendatar teropong dan arahkan teropong ke titik P1, kemudian baca dan catat sudut datarnya sebagai azimut awal di Po lalu ukur jaraknya Po ke P1 8) Pasang patok kerangka P2 dan gambar dalam sket lapangan 9) Pasang pesawat pada titik P1, lalu arahkan teropong pada titik Po kemudian baca dan catat sudut datarnya sebagai bacaan ke belakang



10) Putar teropong searah jarum jam ke titik P2 kemudian baca dan catat sudut datarnya sebagai bacaan ke muka lalu ukur jaraknya P1 ke P2 11) Pasang titik-titik detail a,b, c, yang diperlukan dan gambar dalam sket lapangan kemudian dengan cara yang sama baca dan catat sudut datarnya lalu ukur jaraknya 12) Ukur sudut datar dan jaraknya pada titik-titik kerangka poligon dan detail lainnya dengan cara yang sama seperti tersebut diatas a. Prosedure melakukan pengukuran jaringan polygon 1) Buat sket lapangan dengan cermat dan teliti 2) Tentukan titik (koordinat) awal pengukuran dengan cermat dan telti 3) Penentuan titik-titik berikutnya dilakukan dengan cermat dan teliti 4) Membaca hasil pengukuran melalui theodolit dilakukan dengan cermat dan teliti 4.2.2 Pengukuran beda tinggi Benchmark (BM) adalah titik acuan yang akan digunakan untuk mengukur ketinggian konstruksi. Titik acuan benchmark adalah titik yang harus dilindungi keberadaan sehingga biasanya dibuatkan tempat yang permanen dan terlindung. Langkah-langkah untuk menetapkan titik benchmark adalah sebagai berikut : 1) Titik BM Elevasi titik referensi yang dipastikasn untuk semua patokan poligon yang dipasang didekat dan diluar wilayah konstruksi permukaan sungai atau danau yang permukaan airnya tenang dapat dipakai sebagai titik kontrol pelengkap Pengukuran titik referensi atau titik kontrol menetapkan kedudukan titik tetap atau patok permanen yang dibuat dari beton atau besi yang beracuan vertikan dan horisontal 2) Menentukan titik benchmark dengan alat GPS



Apa itu Global Positioning System (GPS) Alat ini merupakan sistem navigasi satelit yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika dimana memungkinkan kita mengetahui posisi geografis kita seperti : Lintang – Bujur – Ketinggian Segemen GPS ada beberapa : Segmen Angkasa : terdiri dari 24 satelit yang beroperasi dalam 6 orbit periode 12 jam Satelit tersebut mengirimkan, posisi dan waktu, kepada pengguna, seluruh dunia. Segmen Kontrol : terdapat pusat pengendali utama yang terdapat di Colorodo Springs, dan 5 stasiun pemantau lainnya dan 3 antena yang tersebar di bumi ini. Segmen Pengguna : Pada sisi pengguna dibutuhkan penerima GPS (selanjutnya kita sebut perangkat GPS) yang memungkinkan kita dimanapun berada di muka bumi ini (tanah, laut, dan udara) dapat menerima sinyal dari satelit GPS dan kemudian menghitung posisi, kecepatan dan waktu Cara kerja Perangkat GPS menerima sinyal yang ditransmisikan oleh satelit GPS. Dalam menentukan posisi, kita membutuhkan paling sedikit 3 satelit untuk penentuan posisi 2 dimensi (lintang dan bujur) dan 4 satelit untuk penentuan posisi 3 dimensi (lintang, bujur, dan ketinggian). Semakin banyak satelit yang diperoleh maka akurasi posisi kita akan semakin tinggi. Tipe GPS : GPS Mapping : Yang Umum dipakai orang GPS Navigasi : Biasa dipasang di mobil-mobil, untuk navigasi laut, ditambah sonar untuk kedalaman GPS Geodetic: Digunakan untuk penentuan titik benchmark, Ketelitian hingga milimeter



a. Pelaksanaan cara melakukan pengukuran beda tinggi sesuai dengan metode kerja Pengukuran elevasi di lokasi pekerjaan. Pemasangan profil dan titik dasar serta ketinggian ataupun elevasi, diukur atau diambil dari BM setempat atau atas dsar petunjuk direksi, sedangkan pemasangan patok atuapun CP dilakukan pada tempat yang aman, agar terhindar dari gangguan lain, ini dimaksudkan untuk memudahkan apabila terjadi kesalahan dalam pelaksanaan, data ukur dan hasil ukur ini akan dituangkan pada gambar melintang dan memanjang, serta gambar lainnya agar terlihat jelas volume pekerjaan sebenarnya. Pelaksanaan pekerjaan pengukuran ini dilaksanakan oleh seorang juru ukur dibantu oleh tenaga kerja. b. Prosedur melakukan pengukuran beda tinggi sesuai dengan metode kerja Pemasangan profil dan titik dasar serta ketinggian ataupun elevasi, diukur atau diambil dari BM setempat dengan cermat dan teliti Pemasangan patok ataupun CP dilakukan dengan teliti pada tempat yang aman Data ukur dan hasil ukur ini akan dituangkan dengan cermat dan teliti pada gambar melintang dan memanjang, serta gambar lainnya agar terlihat jelas volume pekerjaan sebenarnya. 4.2.3 Pematokan a. Alat dan bahan yang digunakan: paku, papan, patok b. Pelaksanaan cara melakukan pematokan sesuai dengan hasil pengukuran dan metode kerja 1) Memasang Patok sesuai hasil pengukuran. a) Penacapan patok ke tanah, Pengukuran ketegakan patok, Penomoran dan catatan ketinggian patok b. Pada patok A diikatkan ujung tali dan yang ujung tali lainnya diikatkan pada patok P.32 panjang tali harus 1,41 meter c. Beri tanda pada tali dari patok A sepanjang 1 m d. Tarik tali yang sudah diberi tanda 1 m dari patok A, apabila tali ditarik ke arah B dan semua tali lurus tegang, maka sudutnya di A



90° dan di B 45o dan arah sumbu akan berbelok 135° sehingga dapat dipakai ben dengan sudut belokan 45o 1) Penarikan sudut dengan papan sudut Sudut arah ditetapkan dengan papan yang sudah dibuat sedemikian rupa, dan sudah merupakan sudut-sudut yang dikehendaki. Dibuat dari papan ukuran 2 cm x 10 cm atau 3 cm x 8 cm dirakit merupakan segitiga yang salah satunya bersudut 90o dan yang lainnya mempunyai sudut 45o, 22o30’ dan 11o15’ sesuai dengan standar pabrikan untuk sudut bend yang diproduksi 3) Pada salah satu sudut buatlah sudut sikutnya dengan cara : Ambil patok dan buat patok tersebut membentuk segi tiga lihat gambar di atas; Tarik benang dan ukur jarak patok tersebut dengan jarak 100 cm; Kemudian lanjutkan untuk menarik dari sudut yang sama ke sisi patok yang lain, tarik benang dengan jarak 100 cm; Sehingga jarak antara patok titik 100 cm dan patok titik yang lain 100 cm jika ditarik benang akan memiliki jarak 141 cm; Maka sudut bangunan yang dibentuk benar-benar siku (4) Buat sudut siku pada sudut yang lain dengan cara yang sama; (5) Pasang tinggi titik patok tersebut dengan sebuah papan dan diberi tanda angka ketinggian titik patok tersebut. 2) Memeriksa kembali semua patok yang telah terpasang dan elevasinya. Pemeriksaan pekerjaan terhadap patok-patok yang harus dilakukan oleh seorang pelaksana lapangan meliputi pekerjaan : a) Pemeriksaan posisi dan kondisi patok dengan ketinggian dan kemiringan tetap, (yang dilakukan oleh juru ukur), b) Pemeriksaan patok secara rutin. c) Patok yang mengalami pergeseran harus dikembalikan ke kedudukan semula, dengan melakukan pengukuran ulang.



c. Prosedur melakukan pematokan sesuai dengan hasil pengukuran dan metode kerja 1) Menyiapkan material patok dengan cermat 2) Menyiapkan cat dan kuwat dengan cermat dan teliti 3) Memasang patok dengan cermat dan teliti 4) Memeriksa stabilitas patok dengan cermat 4.3 Melaksanakan pekerjaan tanah 4.3.1 Pekerjaan pasangan bouwplank a. Syarat-syarat pasangan bouwplank Agar tidak terganggu pada waktu pekerjaan galian dan konstruksi, titik – titik pasangan bouwplank (uitset) dibuat agak jauh dari titik aslinya (sebenarnya) sehingga tidak terganggu oleh mesin-mesin atau pekerja dan lainnya. Ditetapkan titik-titik tetap yang tidak berubah sebagai acuan. Selama pekerjaan berlangsung, uitset dapat diulang berkali-kali, hal ini dapat dilakukan dengan mengukur dari titk-titik tetap b. Alat dan bahan yang digunakan untuk memasang bouwplank 1) BAHAN a) Kayu : sebagai bahan utama yang digunakan untuk bouwplank. b) Tali : sebagai batas yang di kerjakan/sipat datar. 2) ALAT a) Gerobak : alat yang digunakan untuk mengangkut bahan-bahan. b) Palu : alatmemukul paku dan kayu c) Paku : alat pengikat kayu. d) Sabit : alat menajamkan bagian bawah kayu. e) Meteran : alat yang digunakan mengukur. f) Siku : alat yang digunakan untuk menyiku bagian pojok. g) Unting-unting : alat untuk meluruskan ( vertikal ). h) Gergaji: alat untuk memotong kayu. i) Sekro : sebagai alat untuk mengambil pasir. j) Cetok : sebagai alat untuk meratakan pasir.



k) Timba : sebagai alat untuk memudahkan pengambilan pasir. c. Tahapan langkah pemasangan bouwplank 1) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan. 2) Siapkan kayu untuk pembatas. 3) Ukur bagian yang akan dikerjakan. 4) Tancapkan kayu pertama dengan menggunakan palu. 5) Pasang kayu penahan kayu utama dengan menggunakan paku. 6) Ukur ketinggian batas bouwplank menggunakan meteran. 7) Pasang kayu pada bagian pojok-pojok bidang yang akan dikerjakaan dengan menggunakan unting-unting supaya tegak. 8) Pasang tali pada batas bouwplank tadi sampai kayu berikutnya. 9) Sambungkan tali-tali tadi sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. 10) Periksa kembali ketinggian tali-tali tadi agar pas dengan batas. d. Cara mengerjakan pemasangan bouwplank sesuai dengan gambar kerja dan metode kerja 1) Bouwplank dibuat dari papan kayu mendatar ukuran 10 cm X 2 cm ( panjang sesuai gambar kerja ). Ditopang dengan tiang-tiang tegak ( ukuran 5 cm X 5 cm atau sesuai gambar kerja ) 2) Bouwplank dipasang 2 sampai 3 meter di luar batas konstruksi jika penggalian dilakukanmesin, dan 1 sampai 1,5 meter dari lokasi di luar batas konstruksi jika penggalian oleh tenaga kerja ( disesuaikan dengan metode kerja). Hal ini dimaksudkan agar bouwplank tidak rusak/terganggu. 3) Uitset yang penting diberi tanda pada papan horizontal dengan paku atau irisan gergaji 4) Bagian atas dari papan menunjukkan elevasi, elevasi terkontrol ini ditulis pada papan horizontal tersebut 5) Tanda dengan warna sering digunakan untuk menunjukkan jenis dan ukuran konstruksi pada bouwplank 6) Apabila patok uitset telah terpasang dan diperiksa, maka ditarik



benang melalui patok-patok berikutnya untuk menunjukkan garis konstruksi e. Prosedur melaksanakan pemasangan bouwplank sesuai dengan gambar kerja dan metode kerja 1) Ukur bagian yang akan dikerjakan dengan teliti. 2) Tancapkan kayu pertama dengan menggunakan palu dengan teliti. 3) Pasang kayu penahan kayu utama dengan menggunakan paku dengan teliti. 4) Ukur ketinggian batas bouwplank menggunakan meteran dengan cermat dan teliti. 5) Pasang kayu pada bagian pojok-pojok bidang yang akan dikerjakaan dengan menggunakan unting-unting supaya tegak dengan teliti. 6) Pasang tali pada batas bouwplank tadi sampai kayu berikutnya dengan cermat dan teliti. 7) Sambungkan tali-tali tadi sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan dengan teliti. 8) Periksa kembali ketinggian tali-tali tadi dengan teliti agar pas dengan batas , perbaikan atas kesalahan pengukuran mengakibatkan pembengkakan biaya yang tidak sedikit dan membutuhkan waktu yang lama untuk memperbakinya 4.3.2Pekerjaan galian tanah Pekerjaan persiapan dalam pekerjaan galian tanah adalah mempelajari situasi lapangan dan melengkapi persyaratan yang sudah ditentukan dalam bestek ; a. Pertama pemasangan plang proyek b. Memulai pengukuran pada lokasi pekerjaan, yaitu berupa situasi, potongan memanjang, potongan melintang, yang dituangkan dalam gambar, termasuk gambar konstruksi, yang disesuaikan dengan lapangan, dan disertai dengan foto dokumentasi 0%, juga gambargambar kerja (shop Drawing ). c. Pada bagian - bagian konstruksi yang kurang jelas harus diperjelas



dengan membuat gambar detailnya, serta menghitung kebutuhan material / bahan yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan tersebut. d. Bersamaan dengan ini mobilisasi dilaksanakan, dan tak kalah pentingnya adalah membuat MC 0 ( Mutual Chek Nol ) sehingga penempatan dana dapat dikontrol dengan baik dan terukur. e. Terakhir apabila pekerjaan ini sudah selesai secara keseluruhan kita lakukan demobilisasi dan yang lebih penting lagi harus dibuat gambar aktualnya dan foto dokumentasi 100% yang diikuti dengan final quantity. Pembuatan foto dokumentasi f. Ukuran dan satuan 1) Peil (0,00) ditetapkan pada waktu peninjauan dilapangan. 2) Semua ukuran dalam gambar dan bestek dinyatakan dalam M (Meter), CM (Centi Meter), MM (MiliMeter). Ukuran diatas dinyatakan dengan tanda + (Plus) dan bawah dinyatakan dengan tanda – (Min). 3) Jika dalam gambar dan bestek terdapat perbedaan ukuran tidak jelas atau kurang, dapat ditanyakan kepada pengawas. 4) Dalam pelaksanaan pekerjaan semua ukuran harus dibuat seteliti mungkin. a. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan galian ; 1) Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan kedalaman-kedalaman yang diperlukan untuk pondasi, lantai dan lain-lain yang di persyaratkan atau diperlihatkan maupun diindikasikan pada gambar-gambar dengan cara sedemikianrupa sehingga pekerjaan ini dapat selesai dengan baik sesuai dengan spesifikasi ini. 2) Penggalian tanah mencakup pemindahan tanah serta batu-batuan lain yang di jumpai dalam pekerjaan. 3) Penggalian untuk pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk pembangunan maupun memindahkan rangka/bekesting yang



diperlukan, dan juga untuk mengadakan pembersihan. 4) Kalau terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar, maka kelebihan dari pada galian harus di urug kembali dengan pasir. Biaya akibat pekerjaan tersebut ditanggung oleh Kontraktor. 5) Lapisan atau hasil galian daerah pembangunan yang dipakai kembali, ditimbun ditempat yang ditunjuk dan atas persetujuan Pengawas untuk digunakan dalam pekerjaan lanscaping. 6) Kalau dijumpai akar-akar/bahan yang bisa melapuk pada keadaan yang diperlihatkan dalam gambar-gambar maka-akar.bahan tersebut harus diangkat dan di urug kembali dengan pasir selanjutnya dilembabkan dan dipadatkan. 7) Galian pondasi dipadatkan hingga mencapai 90% dari kepadatan tanah asal. Pengetesan tanah galian dilakukan Pengawas dengan menggunakan alat yang memadah b. Tahapan langkah mengerjakan galian tanah 1) Membaca gambar kerja; 2) Menyiapkan peralatan kerja; 3) Membuat tanda batas tanah yang akan digali ; 4) Menyiapkan tenaga kerja; 5) Menyiapkan lokasi penampungan tanah galian ; 6) Melaksanakan penggalian tanah, sesuai dengan gambar kerja; 7) Memindahkan tanah galian ke tempat yang telah disiapkan c. Pelaksanaan mengerjakan pekerjaan galian tanah sesuai dengan gambar kerja dan metode kerja 1) Melaksanakan pekerjaan galian tanah sesuai gambar kerja a) Membaca gambar kerja; Untuk menyiapkan lokasi kerja pekerjaan pondasi, gambar kerja untuk pekerjaan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potongan memanjang , potongan melintang tanah yang akan digali sesuai hasil



pengukuran, bentuk , ukuran pondasi, bentuk dan ukuran total konstruksi, luas area pekerjaan b) Menyiapkan peralatan kerja; Alat peralatan kerja yang perlu disiapkan untuk pekerjaan pondasi adalah : Alat peralatan mekanik, yaitu meliputi beckhoe, dozser, dumptruck, wheelroller. Sedang untuk alatperalatan manual, yaitu meliputi, cangkul, scope, gerobak, linggis, stemper, atau roller. c) Membuat tanda batas tanah yang akan digali ; (1) Patok-patok tersebut akan digunakan sebagai acuan kerja bagi pelaksanaan pekerjaan tanah, baik untuk galian maupun timbunan. Patok-patok tersebut dibuat oleh juru ukur, dan setiap patok-patok diberi nomor Sta. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang menggunakan tenaga manusia, maka ptaok-patok ketinggian tersebut cukup untuk memulai pelaksanaan, karena pekerjaan galian dan pengurugan dapat menjaga ketinggian patok. (2) Untuk pekerjaan yang menggunakan alat berat maka patok-patok akan turut tergusur bersama-sama dengan tanah yang digali, dan hal ini yang sering menimbulkan permasalahan di lapangan antara tenaga pengukuran dan operator mekanik alat berat, dan setiap patok yang hilang harus diganti dengan patok baru, dengan melakukan pengukuran ulang. Guna menghindari perselisihan, biasanya juru ukur membuat patok-patok cadangan yang diletakan diluar jauh diluar batas konstruksi (cukup jauh dari batas penggusuran), patok-patok ini yang disebut dengan patok pengawasan (reference stake). d) Menyiapkan tenaga kerja; Tenaga kerja yang harus disiapkan oleh pelaksana lapangan pekerjaan pondasi disesuaikan dengan kebutuhan sebagaimana diuraikan dalam jadwal mobilisasi. Tenaga kerja yang harus disiapkan meliputi :



(1) Pelaksana lapangan; (2) Mandor; (3) Tukang ; (4) Pekerja terlatih (5) Pekerja tidak terlatih. e) Menyiapkan lokasi penampungan tanah galian ; (1). Lokasi galian tanah perlu disiapkan karena hasil galian tanah akan menimbulkan tanah yang menumpuk dan membutuhkan tempat sementara sebelum dimanfaatkan untuk timbunan. (2). Penyiapan lokasi ini diperlukan guna menghimpun tanah hasil penggalian, diusahakan penumpukan tanah galian tidak boleh terkonsentrasi dekat galian untuk mengurangi resiko runtuhan tanah masuk kembali ke dalam galian pondasi (3) Penyiapan lokasi penampungan tanah galian juga harus memperhatikan jalan akses dari dan ke lokasi penimbunan. (4) Penyiapan lokasi penampungan diupayakan berdekatan dengan lokasi tanah dasar yang akan dipadatkan (5) Penyiapan lokasi penampungan tanah galian tidak mengganggu sirkulasi arus pekerjaan yang lain. f) Melaksanakan penggalian tanah, sesuai dengan gambar kerja; Jenis galian yang dilakukan berbentuk galian lubang pondasi (1) Bila ukuran galian lebih dari 1 m, pelaksana harus menyediakan tangga sementara, disediakan buat pekerja sebagai akses turun naik ke dalam penggalian. (2) Type galian disesuaikan dengan kondisi tanah aktual. Untuk kondisi tanah dimana koefisien runtuhan tanah kecil dapat dilakukan sisi galian tegak, jika koefisien runtuhan tanah besar maka sisi galian miring Untuk jenis tanah berlumpur, kemungkinan terjadinya



longsoran/runtuhan tanah cukup besar. Karena itu buat galian sisi miring dan lebar galian dibuat lebih besar dari ukuran dimensi tapak. Lakukan penambahan cerucuk sebagai turap. Tujuannya supaya tekanan lumpur akan berkurang ke bekisting. Untuk galian pondasi kedalaman lebih dari 1 m dimana jenis tanah adalah tanah runtuhan, pengawas memerintahkan pelaksana segera melakukan pemasangan struktur penahan tanah (turap). Untuk galian tanah yang terdapat sumber mata air dibawahnya, harus menyiapkan mesin pompa air untuk mengeluarkan air tersebut. Begitu juga apabila galian menampung air hujan maka sebelum meneruskan pekerjaan selanjutnya maka air harus dibuang terlebih dahulu. Selama proses pengalian, harus diperhatikan keselamatan pekerja yang ada di dalam galian. Pelaksana harus memastikan tersedia orang yang membuang tumpukan tanah di pinggir galian supaya tanah tidak bertumpuk. Hal ini untuk menghindari longsoran dimana tanah galian masuk kembali ke dalam. Jika proses penggalian sudah selesai, pengawas harus melakukan pengecekan kembali ukuran dan elevasi kedalaman galian apakah sudah sesuai dengan gambar rencana. Setelah proses pengecekan selesai dan sudah memenuhi syarat, selanjutnya pekerjaan siap dilanjutkan dengan pembuatan lantai kerja. 2) Memindahkan tanah galian ke tempat yang telah disiapkan. Pengangkutan tanah hasil dari penggalian ke lokasi tempat penampungan hasil tanah galian, atau pemindahan tanah dari lokasi penampungan ke tempat pengurugan, dilakukan dengan menggunakan alat yang sederhana seperti gerobak sorong hingga ke alat berat seperti wheeldozer dan dumptruck. d. Prosedur melaksanakan pekerjaan galian tanah sesuai dengan gambar kerja dan metode kerja 1) Membaca gambar kerja, dengan cermat dan teliti 2) Melaksanakan penggalian tanah, dengan cermat dan teliti sesuai dengan



gambar kerja; 3) Memindahkan tanah galian ke tempat yang telah disiapkan dengan Cermat 4.3.3 Pekerjaan penimbunan a. Persyaratan pekerjaan timbunan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:



Jenis tanah



Pasir



Tanah biasa



Tanah liat



Keadaan sekarang



Faktor untuk menjadikannya Keadaan



Keadaan



Keadaan



alam



lepas



padat



Alam



1,00



1,11



0,95



Lepas



0,90



1,00



0,86



Padat



1,05



1,17



1,00



Alam



1,00



1,25



0,90



Lepas



0,80



1,00



0,72



Padat



1,11



1,39



1,00



Alam



1,00



1,43



0,90



Lepas



0,70



1,00



0,63



Padat



1,11



1,59



1,00



b. Tahapan langkah mengerjakan penimbunan 1) Timbunan tanah perbaikan yang akan didirikan pondasi di atasnya harus dilakukan secara lapis per lapis (layer per layer), dan timbunan digunakan bahan/ material timbunan yang telah memenuhi syarat spesifikasi teknis. Lapisan yang ditentukan untuk setiap kali dilakukan timbunan sebesar 20 cm tanah padat, dan jika timbunan padat tersebut dihasilkan dari < 60 % timbunan, maka setiap menimbun untuk tanah pada 20 cm dibutuhkan tanah timbunan setinggi 50 cm.



2) Pengujian terhadap kepadatan tanah timbunan dilakukan oleh juru laboratorium tanah dengan menggunakan alat sandcone c. Cara mengerjakan penimbunan sesuai dengan gambar kerja spesifikasi teknis dan metode kerja 1) Material urugan mulai disebarkan dengan bantuan alat bulldozer. 2) Setelah disebarkan dan diratakan maka diikuti dengan pemadatan lapis demi lapis dengan menggunakan Vibrator Roller 3) Memeriksa hasil pekerjaan timbunan tanah 4) Menghitung volume total tanah timbunan yang digunakan (terlaksana) 5) Mendokumentasikan seluruh kegiatan pekerjaan timbunan tanah Yang harus didokumentasikan pada pekerjaan timbunana adalah : a) Momen persiapan lokasi yang akan ditimbun; (1) Ambil gambar/foto patok-patok persiapan pekerjaan timbunan (2) Ambil gambar/foto pekerjaan pengukuran timbunan (3) Lampirkan surat perintah kerja timbunan (4) Lampirkan program kerja pekerjaan timbunan (5) Lampirkan blanko bukti pemeriksaan pekerjaan timbunan b) Momen penghamparan layer per layer; (1) Ambil gambar/foto material timbunan (2) Ambil gambar/ foto alat pengangkut material timbunan 3) Ambil gambar/ foto pemuatan material ke dumptruck (4) Ambil gambar/ foto pembuangan material timbunan lapis per lapis (5) Buat catatan jumlah ritasi dan volume material (6) Ambil gambar/ foto penggusuran/ hamparan (7) Ambil gambar/ foto hasil penghamparan setiap lapis c) Momen perataan dan pemadatan. (1) Ambil gambar/ foto peralatan pemadatan (2) Ambil gambar/ foto proses pemadatan dengan lintasan (3) Buat catatan jumlah lintasan pemadatan (4) Ambil gambar/ foto pengukuran ketebalan hasil pemadatan lapis per lapis c. Pelaksanaan mengerjakan penimbunan sesuai dengan gambar kerja



spesifikasi teknis dan metode kerja Perlu diingat sebelum pekerjaan galian maupun timbunan harus didahului dengan pekerjaan clearing dan grubbing, maksudnya adalah agar lokasi yang akan dilakerjakan tidak mengandung bahan organik dan benda-benda yang mengganggu proses pemadatan. Timbunan dilaksanakan lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu dan dilakukan proses pemadatan. 1) Proses penimbunan dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : a) Timbunan biasa Pada timbunan biasa ini material atau tanah yang biasa digunakan berasal dari hasil yang telah memenuhisyarat. b) Timbunan pilihan Pada pekerjaan timbunan ini tanah yang digunakan berasal dari luar yang biasa disebut borrowpitt. Tanah ini digunakan apabila nilai CBR tanah dari timbunan kurang dari 6%. 2) Pelaksanaan mengerjakan timbunan a) Mengangkut material dari quary menuju lokasi dengan menggunakan Dump Truck. b) Menumpahkan material pada lokasi tempat dimana akan dilaksanakan pekerjaan penimbunan. 3) Penghamparan dan pemadatan a) Penyiapan tempat kerja Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak diperlukan harus dibuang. b) Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya. c) Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat dapat beroperasi di



daerah lereng lama sesuai seperti timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis. 4) Penghamparan timbunan a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya. b) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan. c) Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari. 5) Pemadatan timbunan a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan. b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan



SNI 03-1742-1989. c) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji kepadatannya sebelum lapisan berikutnya dihampar. d) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu dalam sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama.. e) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. f) Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya. g) Timbunan pilihan di atas tanah rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan air dimana timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui. 6) Ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah a) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut. b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989. c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil



setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus memperbaiki. d) Untuk timbunan, paling sedikit 1 rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang dihampar. e) Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm. d. Prosedur melaksanakan pekerjaan penimbunan sesuai dengan gambar kerja spesifikasi teknis dan metode kerja 1) Metode kerja timbunan sesuai prosedur dilakukan dengan cermat 2) Memeriksa hasil pekerjaan timbunan tanah dengan cermat dan teliti 3) Menghitung volume total tanah timbunan dan kebutuhan alat yang digunakan (terlaksana) dengan cermat dan teliti 4) Mendokumentasikan seluruh kegiatan pekerjaan timbunan tanah dengan cermat 4.4 Melaksanakan pekerjaan pondasi batu kali Lingkup pekerjaan meliputi ; a. Pekerjaan persiapan permukaan dasar tanah pondasi b. Pekerjaan pasangan profil pondasi batu kali c. Pekerjaan pasangan pondasi batu kali 4.4.1 Pekerjaan persiapan permukaan dasar tanah pondasi a. Peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan persiapan tanah pondasi 1) Pacul 2) Sekop 3) Gerobak 4) Meteran, benang 5) Papan b. Pelaksanaan mengerjakan pekerjaan persiapan tanah pondasi sesuai dengan gambar kerja spesifikasi teknis, dan metode kerja Tahap-tahap pekerjaan persiapan/galian tanah pondasi



1) Penggalian tanah untuk pondasi setempat dilakukan secara hati-hati serta harus mengetahui ukuran panjang, lebar dan kedalaman pondasi. 2) Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 5:1 untuk jenis tanah yang kurang baik dan untuk jenis tanah yang stabil dapat dibuat dengan perbandingan 1:10 atau dapat juga dibuat tegak lurus permukaan tanah tempat meletakkan pondasi. 3) Dalamnya suatu galian tanah ditentukan oleh kedalamnya tanah padat/tanah keras dengan daya dukung yang cukup kuat, min 0.5 kg/cm2 , bila tanah dasar masih jelek, dengan daya dukung yang kurang dari 0.5 kg/cm2, maka galian tanah harus diteruskan, sampai mencapai kedalaman tanah yang cukup kuat, dengan daya dukung lebih dari 0.5 kg/cm2 atau kedalaman galian sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 4) Pondasi tidak boleh dipasang sebagian di tanah keras sebagian tanah lembek 5) Lebar dasar galian tanah pondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran pondasi agar tukang lebih leluasa bekerjanya 6) Semua galian tanah harus ditempatkan diluar dan agak jauh dari pekerjaan penggalian agar tidak mengganggu pekerjaan. c. Prosedur mengerjakan pekerjaan persiapan tanah pondasi sesuai dengan gambar kerja spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Gali tanah untuk pondasi dengan cermat dan teliti, sampai mencapai tanah yang cukup keras atau mempunyai daya dukung minimum 0,5 kg/cm2 sesuai dengan gambar kerja spesifikasi teknis, dan metode kerja 2) Buat perbandingan dinding tanah galian atau tegak lurus dengan cermat dan teliti sesuai dengan gambar kerja spesifikasi teknis, dan metode kerja 3) Buat tanah galian lebih lebar dari ukuran pondasi dengan cermat dan teliti sesuai dengan gambar kerja spesifikasi teknis, dan metode kerja



4.4.2 Pekerjaan pasangan profil pondasi batu kali a. Persyaratan pekerjaan pemasangan profil pondasi 1) Telah terpasang bouwplank 2) Kerangka profil tidak boleh bergeser baik arah vertical maupun horizontal 3) Terpasang tegak lurus 4) As profil harus berhimpit dengan as pondasi batu kali b. Alat dan bahan untuk pekerjaan pemasangan profil pondasi 1) Kayu kaso atau bambu 2) Paku 3) Meteran 4) Benang c. Pelaksanaan memasang profil pondasi sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Pasang patok batu untuk memasang profil (2 patok untuk tiap profil). Profil dipasang pada setiap ujung lajur pondasi. 2) Pasang bilah batu datar pada kedua patok,setinggi profil. 3) Pasang profil benar-benar tegak lurus dan bidang atas profil datar. Usahakan titik tengah profil tepat pada tengah-tengah galian yang direncanakan dan bidang atas profil sesuai peil pondasi. 4) Ikat profil tersebut pada bilah datar yang dipasang antara 2 patok dan juga dipaku agar lebih kuat. 5) Pasang patok sokong, miring pada tebing galian pondasi dan ikatkan dengan profil, sehingga menjadi kuat dan kokoh. 6) Cek ketegakan / posisi profil dan ukuran-ukurannya, perbaiki jika ada yang tidak tepat,demikian juga peilnya d. Prosedur memasang profil pondasi sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Pasang patok batu untuk memasang profil. Profil dipasang dengan cermat dan teliti pada setiap ujung lajur pondasi. 2) Pasang profil dengan cermat dan teliti 3) Ikat profil dengan cermat dan teliti



4) Pasang patok sokong demgan cermat dan teliti 4.4.3 Pekerjaan pasangan pondasi batu kali a. Alat dan bahan yang digunakan dalam pekerjaan pondasi batu kali 1) BAHAN a) Pasir : sebagai bahan utama dalam pembuatan campuran. b) Semen : sebagai bahan perekat pada pembuatan campuran. Air : sebagai bahan pengikat hindrolis semen dan pasir. c) Batu kali : sebagai bahan dasar untuk pemasangan batu kali Untuk pondasi dipakai batu kali yang berkualitas baik, keras, tidak polos dan permukaannya tajam. Batu kali yang dipakai harus dipecah-pecah sehingga diameternya antar 30 cm dan minimum 10 cm . 2) ALAT a) Gerobak : digunakan sebagai alat pengangkut bahan-bahan. b) Sekrop: digunakan sebagai alat pengambil semen dan pasir. c) Ayakan : digunakan sebagai alat untuk mengayak pasir. d) Cetok : digunakan sebagai alat untuk membantu mengayak pasir. e) Pengaduk molen : digunakan sebagai alat untuk mengaduk campur semen dan pasir. f) Bowplank : digunakan sebagai alat untuk menentukan muka tanah. g) Benang : sebagai alat untuk pelurus kadataran sederhana. h) Timba/ember : sebagai tempat adonan. i) Batu kali b. Pelaksanaan memasang batu kali sesuai dengan gambar kerja,spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Ukur tanah yang akan di pasang pondasi, kemudian pasanglah bowplank untuk menggetahui ketinggian muka tanah setelah itu pasang benang agar pondasi bisa tegak dan lurus.



2) Gali tanah yang akan di buat pondasi dengan kedalaman sesuai gambar kerja 3) Bersihkan galian pondasi yang telah dibuat dan control kedalaman dan lebar galian serta kelurusannya 4) Hamparkan pasir sebagai lapisan dasar pondasi dan dipadatkan dengan menggunakana alat stamper sehingga mempunyai permukaan yang rata dengan tebal 20 cm apabila pasirnya kering pada saat pemadatan, lakukan penyiraman dengan air secukupnya untuk mendapatkan kelembaban yang optimum 5) Setelah padat siramlah dengan air hingga jenuh 6) Pasang profil pondasi secara kuat pada ujung-ujung pondasi 7) Landasan tanah tersebut diberi anstamping ( pasangan pondasi batu kosong ) dengan ketinggian minimum 20cm, dengan posisi batu tegak sesuai gambar kerja. 8) Taburkan pasir serta siram air sampai celah-celah batu datar dapat terisi penuh 9) Rentangkan benang sisi luar rencana pondasi antara profil dengan profil setinggi 30 cm 10) Susun batu kali tersebut diatas anstamping , batu kali/gunung harus disusun sedemikian rupa sehingga dudukannya kokoh serta terikat baik satu sama lainnya dengan adukan. Ukuran kedalaman, dan lebar pondasi batu kali/gunung dibuat sesuai gambar rencana . Untuk keperluan kemudahan pemasangan pipa saluran air bersih, air hujan kabel-kabel dan lain-lain yang menembus pondasi dapat dipasang bahan lunak yang mudah dibuka. Dimensi pondasi batu kali/gunung disesuaikan dengan gambar rencana. Tidak diperkenangkan melakukan pelubangan pada sloef dan pondasi. 11) Pasir dan semen di campur dengan menggunakan perbandingan 1pc : 5psr kemudian campur dengan air secukupnya sebagai pengikat dengan menggunakan alat pengaduk molen 12) Setelah semuanya tercampur dengan baik tuangkan campuran tersebut ke dalam batu kali yang tersusun tadi sambil di padatkan



dengan menggunakan tongkat besi agar campuran tersebut memadati lobang-lobang yang berada di podasi batu kali tersebut. 13) Setelah itu tunggu pasangan batu kali tersebut hingga mengeras dan siap untuk di beri beban di atasnya. 14) Setelah pondasi batu kali selesai dibuat balok sloof, disamping menghubungkan di antara kolom, juga berfungsi untuk meratakan beban yang diterima dari reaksi tekanan lawan pada pondasi dari dasar tanah dan juga sebagai pendukung beban tembok di atasnya. Biasanya balok sloof terletak di bawah lantai 3) Prosedur memasang pondasi batu kali sesuai dengan gambar kerja,spesifikasi teknis, dan metode kerja a) Gali tanah yang akan di buat pondasi dengan cermat sesuai kedalaman sesuai gambar kerja b) Membuat anstamping ( pasangan pondasi batu kosong ) dengan cermat dalam posisi batu tegak sesuai gambar kerja. c) Susun batu kali tersebut diatas anstamping dengan teliti dan cermat d) Pasir dan semen di campur dengan cermat dengan menggunakan perbandingan 1pc : 5psr kemudian campur dengan air secukupnya. Setelah semuanya tercampur dengan baik tuangkanngan cermat dan teliti decampuran tersebut ke dalam batu kali yang tersusun sebagai pengikat e) Setelah pondasi batu kali selesai dibuat balok sloof, dengan cermat dan teliti 4.5 Melaksanakan pekerjaan pondasi pelat jalur Lingkup pekerjaan meliputi ; a. Pembuatan lantai kerja b. Pembuatan dan perakitan tulangan pondasi pelat jalur dan stek kolom c. Pembuatan dan perakitan cetakan/acuan beton pondasi d. Pekerjaan pengecoran beton pondasi pelat jalur



Pondasi pelat beton lajur atau jalur digunakan bila luas penampang yang menggunakan pondasi pelat setempat terlalu besar. Karena itu luas penampang tersebut dibagi dengan cara memanjangkan lajur agar tidak terlalu melebar Pondasi ini lebih kuat jika dibanding dua jenis pondasi dangkal lainnya. Ini disebabkan seluruhnya terbuat dari beton bertulang. Harganya lebih murah dibandingkan dengan pondasi batu kali untuk bangunan rumah bertingkat. Ukuran lebar pondasi pelat lajur sama dengan lebar bawah pondasi batu kali, yaitu 70 120 cm. Ini disebabkan fungsi pondasi pelat lajur adalah menggantikan pondasi batu belah bila batu belah sulit didapat, atau memang sudah ada rencana pengembangan rumah ke atas. 1) Kelebihan Pondasi Plat Beton Lajur a) Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya. b) Galian tanah lebih sedikit karena hanya berada di titik yang terdapa kolom strukturnya. c) Penggunaannya pada bangunan bertingkat lebih handal dibanding pondasi batu belah, baik sebagai penopang beban vertikal maupun gaya horizontal seperti gempa, angin, ledakan dan lain-lain 2) Kekurangan Pondasi Plat Beton Lajur a) Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (Persiapan lebih lama). b) Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton kering/ sesuai umur beton).



c) Tidak semua tukang bisa mengerjakannya. d) Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur. e) Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah dilakukan galian tanah. 4.5.1 Pembuatan lantai kerja Sebelum adukan beton lantai kerja dicorkan, lapisan urugan pasir setebal 10 cm di bawahnya, harus disiram air lebih dahulu sampai kenyang hingga pemadatan pasir menjadi sempurna a. Alat dan bahan yang digunakan untuk mengerjakan lantai kerja 2) Alat 1) Tabung mollen (mixer) 2) Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan juga dapat mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan 3) Wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang dibuat dari kayu atau seng/pelat 2) Bahan a) Air b) Portland camen c) Kerikil/Batu Pecah d) Pasir b. Fungsi lantai kerja pada pekerjaan pondasi pelat jalur 1) Sebagai bekisting pondasi pelat jalur 2) Sebagai penahan air tanah masuk ke dalam pengecoran beton 3) Sebagai penahan air pengecoran beton masuk ke tanah c. Pelaksanaan mengerjakan lantai kerja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Dasar tanah lantai kerja harus padat, cukup lebar dan diletakkan pada lapisan tanah keras; 2) Tidak boleh dipasang sebagian pada tanah keras dan sebagian lagi pada tanah lemek; 3) Dipasang menerus di bawah pondasi, setebal +/- 5 cm



4) Lantai kerja dibuat dari bahan (link concrete) beton tidak bertulang/ beton tumbuk/rabat beton dibuat dengan adukan 1 PC : 3 Psr : 5 Krl atau beton yang mempunyai mutu beton < mutu beton pondasi pelat 5) Seluruh panjang lantai kerja harus tetap diletakkan pada kedalaman yang sama d. Prosedur mengerjakan lantai kerja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Dasar tanah lantai kerja harus padat dan pada lapisan tanah keras 2) Dipasang menerus di bawah pondasi dengan cermat 3) Seluruh panjang lantai kerja harus tetap diletakkan dengan cernmat pada kedalaman yang sama 4.5.2 Pembuatan dan perakitan tulangan pondasi pelat jalur dan stek kolom a. Jenis dan persyaratan tulangan pelat pondasi pelat jalur dan stek kolom 1) Jenis tulangan pelat pondasi ada dua jenis yaitu Besi dengan bentuk yang polos dan Besi Ulir, pada besi polos bentuk penampangnya tidak bersirip dengan permukaan yang licin serta bundar sementara Besi ulir memiliki bentuk bersirip memanjang dengan pola tertentu sesuai dengan pilihan pada proses pembuatannya 2) Persyaratan a) Besi beton yang dipakai bermutu U-24. (SI.1). ukuran-ukurannya diameter besi beton yang terpasang harus sesuai dengan gambar kerja dan syarat-syarat (RKS), Penggatian diameter tulangan tidak diperkenankan. b) Besi beton bekas dan yang sudah berkarat tidak diperkenankan dipakai dalam konstruksi. Besi beton harus bebas dari sisik, karat dan lain-lain lapisan yang dapat mengurangi daya lekatnya pada beton c) Ikatan besi beton harus rapih dan kuat, bahan untuk pengikat adalah kawat beton dengan diameter minimum 1mm.



d) Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping adanya sertifikat dari pabrik, juga diminta harus ada sertifikat dari laboratorium. b. Pelaksanaan mengerjakan tulangan pondasi pelat jalur dan stek kolom sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1)Perakitan tulangan a) Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat diketahui dari ukuran pondasi jalur. b) Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi jalur, dengan memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada pondasi jalur tersebut. c) Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan kawat pengikat agar kokoh dan tulangan tidak terlepas d) Perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan pondasi dapat berjalan lebih cepat e) Untuk penggambaran perakitan penulangan dapat dilihat pada lampiran 2) Pemasangan Tulangan a) Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan tegak turus permukaan tanah dengan bantuan waterpass. b) Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan dasar tanah, jarak antara tulangan dengan dasar tanah 40 mm, yaitu dengan menggunakan pengganjal yang di buat dari batu kali disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah agar ada jarak antara tulangan dan permukaan dasar tanah untuk melindungi/melapisi tulangan dengan beton (selimut beton) dan tulangan tidak menjadi karat.



c) Di titik-titik keberadan kolom dipasang stek kolom sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja d) Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung melakukan pengecoran. c. Prosedur mengerjakan tulangan pondasi pelat jalur dan stek kolom sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Perakitan tulangan pondasi dengan cermat dan teliti sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 2) Pemasanangan rakitan tulangan pondasi dengan cermat dan teliti sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 3) Pemasangan stek kolom dengan cermat dan teliti sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 4.5.3 Pembuatan dan perakitan cetakan/acuan beton pondasi a. Fungsi dan persyaratan cetakan/acuan beton pondasi 1) Fungsi Suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan untuk mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau diatasnya. 2) Persyaratan a) Memenuhi suatu syarat konstruksi b) Murah dan kuat c) Tidak meresap air d) Mudah dibongkar e) Tidak bocor f) Bersih dari kotoran yang dapat mengganggu proses pembetonan b. Alat dan bahan untuk mengerjakan cetakan/acuan 1) Alat a) Palu b) Obeng c) Paku, baut dan klem besi



d) Cat meni, paselin, dan stempet agar cetakan/acuan tidak melekat 3) Bahan a) Kayu ( papan, triplex, multiplex ) b) Besi c) Fiber glass ( terutama untuk bentuk-bentuk khusus ) c. Pelaksanaan mengerjakan cetakan/acuan pondasi pelat jalur sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Cetakan/acuan pondasi pelat agar beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuatnya, jarak sumbu tumpuan harus memenuhi persyaratan tertentu, sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 2) Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di cor. 3) Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak lurus tidak miring dengan bantuan alat waterpass. 4) Papan cetakan tidak boleh bocor 5) Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit 6) Paku diantara papan dipasang secara berselang - seling dan tidak segaris agar tidak terjadi retak. d. Prosedur mengerjakan cetakan/acuan pondasi pelat jalur sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja: 1) Dibuat jarak sumbu tumpuan cetakan/acuan memenuhi persyaratan tertentu dengan cermat dan teliti sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 2) Papan cetakan disusun dan dibentuk dengan cermat dan teliti sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 3) Papan-papan disambung dengan klem/penguat/penjepit dengan cermat dan teliti sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja



4.5.4 Pekerjaan pengecoran beton pondasi pelat jalur a. Alat dan bahan untuk pengecoran beton pondasi pelat jalur 1) Alat a) Tabung mollen (mixer) b) Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan juga dapat mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan c) Wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang dibuat dari kayu atau seng/pelat 2) Bahan a) Air b) Portland camen c) Kerikil/Batu Pecah d) Besi Beton 1) Pasir b. Persyaratan dan pembuatan adukan beton untuk pondasi pelat jalur a. Persyaratan a) Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton dan perbandingannya b) Semua pekerjaan konstruksi beton pada bangunan dikerjakan dengan mutu beton ≥ K -225. Semua pekerjaan konstruksi beton harus memenuhi syarat-syarat dalam SNI 03-2834-2000 c) Adukan beton harus benar-benar rata dan matang dengan menggunakan Ready Mix . d) Untuk beton konstruksi bermutu K-175 dapat dilakukan dengan cara manual. e) Pengecoran beton dapat dilakukan setelah cara pemasangan pembesian disetujui oleh Direksi Pelaksanaan secara tertulis dan tersedian cukup bahan, perlatan serta tenaga b. Pembuatan adukan beton untuk pondasi pelat jalur a) Cara manual ( Pembuatan adukan beton di tempat ) (1) Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari



kayu dan juga dapat mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan (2) Membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang dibuat dari kayu atau seng/pelat dengan ukuran tinggi x lebar x panjang adalah 22 cm x 100 cm x 160 cm dapat juga dibuat dari pelat baja dengan ukuran tebal 3 mm x 60 cm x 100 cm. (3) Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran seperti: semen, pasir, split, serta air dan juga peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran. (4) Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer) dengan perbandingan volume 1:2:3 yaitu 1 volume semen berbanding 2 volume pasir berbanding 3 volune split serta air secukupnya. (5) Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan urutan: pertama masukan pasir, kedua semen portand, ke tiga split dan biarkan tercampur kering dahulu dan baru kemudian ditambahkan air secukupnya (6) Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih selama 4-10 menit, maka material tersebut berubah dalam bentuk pasta, setelah menjadi pasta tabung mollen (mixer) dibalikan dan tuangkan kedalam kotak spesi b) Cara pembuatan adukan beton dapat dilakukan di pabrik ( Readymix ) (1) Beton merupakan persenyawaan yang terdiri dari agregat, air, semen dan zat tambahan jika diperlukan syarat khusus maka kendali proporsi material beton harus direncanakan. (2) Menurut aturan yang berlaku di Indonesia SNI 03-2834-2000 dan secara teoritis perencanaan campuran beton bukanlah hal yang mudah, diperlukan laboratorium untuk menganalisa material yang akan digunakan dan juga diperlukan laboraturium untuk menguji hasil perencanaan campuran beton



(3) Sebelum adukan beton dibuat, terlebih dahulu membuat benda uji, dengan komposisi material beton yang direncanakan, Komposisi yang berbeda-beda di antara bahan baku beton mempengaruhi sifat beton yang dihasilkan pada akhirnya. Pembagian ini biasanya diukur dalam satuan berat. Pengukuran berdasarkan volume juga sebenarnya bisa, dan lebih banyak dilakukan pada konstruksi skala kecil, misalnya rumah tinggal. (4) Proses pembuatan beton ready mix pada dry mix batching plant adalah sebagai berikut: Penyediaan material yang diperlukan untuk membuat beton ready mix diantaranya agregat kasar, agregat halus, semen, fly ash (additive) bila diperlukan, air, dan bahan admixture. Pengambilan dan pengangkutan material untuk agregat kasar dan agregat halus dengan menggunakan wheel loader. Material yang berupa pasir dan kerikil yang berada pada tempat penumpukan material diambil dengan bucket dan diangkut dengan menggunakan wheel loader, kemudian dimasukan ke bin. Penimbangan material pada Batching Plant dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: timbangan untuk agregat, timbangan untuk semen dan fly ash bila diperlukan, dan timbangan untuk air. Jumlah masing-masing material yang ditimbang sesuai dengan jumlah kebutuhan sesuai kapasitas concrete mixer truck. Dan ditambahkan bahan admixture sesuai takaran. Mengalirkan material pada mobil ready mix, setelah semua material sudah ditimbang sesuai dengan kebutuhan, selanjutnya kerikil, pasir, semen, fly ash dan



bahan admixture dimasukan satu-persatu ke dalam concrete mixer truck. Kemudian air ditambahkan ke dalam concrete mixer truck sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Pencampuran semua material, setelah kerikil, pasir, semen, bahan admixture, dan air masuk ke dalam drum concrete mixer truck, tahap selanjutnya adalah pencampuran (mixing) yang dilakukan di dalam drum concrete mixer truck. Faktor yang menentukan untuk mendapatkan adukan beton yang baik adalah prosedur pengisian, ukuran batch, cara penambahan air, kecepatan mixer dan jumlah putaran c. Pelaksanaan cara melakukan pengecoran beton pondasi pelat jalur sesuai spesifikasi teknis, dan metode kerja Pelaksanaan pengecoran dimulai setelah dilakukan hasil uji kekentalan ( slump test ) dan pengambilan benda uji silinder untuk pengujian kuat tekan beton 1) Semua material yang digunakan seperti : semen, air, aggregat kasar, agregat halus dan besi beton dapat ditest di laboratorium untuk memeriksa kualitasnya. 2) Slump test : pengujian slump biasa dilakukan untuk mengetahui workability adukan beton yang ada, Slump adukan beton untuk pondasi pelat jalur tidak boleh terlalu rendah 12 cm ± 2 cm a) Untuk melakukan pengujian slump test ini digunakan beberapa peralatan sebagai berikut ; (1) Cetakan yang berbentuk kerucut dengan diameter atas bagian dalam 10 cm, diameter bagian dalam bawah 20 cm dan tinggi 30 cm (2) Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm dengan ujung bulat terbuat dari bahan baja tahan karat (3) Pelat besi dengan permukaan rata dan kedap air untuk alas cetakan kerucut



(4) Sendok semen dan meteran kecil b) Cara pekerjaan Slump test sebagai berikut ; (1) Ambil kerucut, besi penumbuk, pelat besi, lori, meteran kecil, dan sendok aduk dekat dengan truck mixer (2) Ambil adukan beton dari mesin pengaduk ( beton molen) dalam lori ( gerobak besi ) secukupnya (3) Aduk beton dalam lori itu terus agar tidak mengendap (4) Masukkan adukan beton pada kerucut kira-kira 1/3 bagian lalu tumbuk pelan-pelan 25 kali, sebelumnya olesi minyak didalamnya (5) Masukkan lagi beton untuk lapisan yang kedua kira-kira 2/3 bagian, sebelum memasukkan jangan lupa tetap diaduk dengan sendok dan tumbuk 25 kali 6) Setelah itu masukkan lagi beton sampai penuh dan ratakan permukaannya, buang sedikit kelebihannya agar benar-benar rata lubang kerucut (7) Diamkan selama 30 detik, setelah itu kerucut baja diangkat pelan-pelan (8) Letakkan kerucut di sebelah beton tadi dalam keadaan terbalik dan taruhlah besi penumbuk itu di muka kerucut atas hingga lewat sedikit dari beton (9) Beton akan merosot, turun permukaannya dan ukurlah jarak merosot itu dengan meteran, penurunan beton dari kerucut itulah yang disebut slump 3) Pengujian kubus : test kubus dengan compressive strength test biasanya dilakukan pada umur beton 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Hal ini dilakukan untuk mengetahui mutu beton yang dihasilkan. 4) Untuk mendapatkan uji kekuatan tekan beton Uji kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui kekuatan tekan beton karakteristik yang digunakan apakah telah sesuai dengan persyaratan. Setiap satu truck mixer dibuatkan 3 buah benda uji. Satu truck mixer bisa mengangkut 5-7 m3 beton, beton ready mix



yang akan diambil sampelnya sebagai benda uji a) Pertama-tama siapkan cetakan silinder baja yang berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Ambil adukan beton dari truck mixer yang telah sampai di lokasi proyek dan tempatkan dalam ember b) Masukkan 1/3 bagian lapisan pertama adukan beton ke dalam cetakan silinder dan ditusuk 25 kali dengan menggunakan tongkat pemadat. Hal ini dilakukan sebanyak tiga lapis hingga cetakan penuh dan massif. c) Ratakan permukaannya dan beri tanda pada beton yang akan diuji. Beton ini dibuat sebanyak 3 buah yaitu untuk 7 hari, 14 hari dan 28 hari d) Setelah beton mengeras sekurang-kurangnya 24 jam, lepaskan beton dari cetakannya, kemudian kita rawat dengan cara meredamnya dalam air selama 7 hari e) Setelah itu, benda uji diangin anginkan di tempat yang teduh hingga sesuai dengan umur pengujian. Benda uji pertama dibawa menuju pengujian laboratorium setelah berumur 7 hari untuk dilakukan pengujian dengan menggunakan compression testing machine f) Benda uji kedua dibawa menuju pengujian laboratorium setelah berumur 14 dan benda uji selanjutnya dibawa setelah berumur 28 hari untuk dilakukan pengujian dengan menggunakan compression testing machine g) Pengujian dengan menggunakan compression testing machine dilakukan hingga benda uji tersebut pecah dan mesin dimatikan , dan hasilnya kemudian dibaca pada manometer 5) pengecoran beton pondasi pelat jalur a) Setelah adukan beton sudah berubah dalam bentuk pasta, tuangkan pasta kedalam kotak spesi dan tuangkan sedikit demi sedikit kedalam galian pondasi yang sudah diletakan tulangan dan setelah pasta masuk kedalam galian pondasi pasta tersebut yang



diratakan dengan sendok spesi/cetok atau menggunakan vibrator sesuai bentuk pondasi agar tidak ada ruangan yang kosong dan kerikil/split yang berukuran kecil sampai yang besar dapat masuk kecelah-celah tulangan. b) Di atas pondasi pelat menerus harus dipasang balok sloof sebagai perangkai kaki kolom a. Prosedur melakukan pengecoran beton pondasi pelat jalur sesuai spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Setelah bahan material sudah tercampur dalam keadaan kering kemudian tambahkan air secukupnya dengan cermat dan teliti sampai merata, maka material tersebut berubah dalam bentuk pasta 2) Tuangkan pasta tersebut kedalam galian pondasi dengan cermat dan teliti, dengan cara bertahap sedikit demi sedikit dengan bantuan sendok spesi/cetok agar semua material bahan pengecoran dapat masuk ketempat pengecoran yang sudah diletakkan tulangan dan tidak ada celah yang kosong dan lebih padat. 3) Setelah itu dibuat balok sloof dengan cermat dan teliti .6.1 Menentukan titik lobang pondasi a. Maksud dan tujuan menetapkan titik lobang pondasi bored pile 1) Maksud ditetapkannya titik lobang pondasi untuk mengetahui koordinat posisi pondasi yang akan dibor 2) Tujuannya untuk menentukan letak pondasi pada posisi yang benar b. Pelaksanaan menetapkan titik lobang pondasi sesuai dengan gambar kerja dan metode kerja 1) Menetapkan titik tetap di dekat lokasi pemancangan, dibuat dari patok pipa atau patok beton 2) Milakukan pengukuran untuk menentukan koordinat titik-titik tiang pancang 3) Untuk menentukan letak pondasi bored pile pada posisi yang



benar, titik pancang ditempatkan diantara dua titik acuan, fungsinya sebagai pengontrol ada tidaknya pergeseran titik-titik pondasi, pergeseran maksimal dari tiang pancang terhadap titik acuan 10 cm 4) Titik pandasi digunakan patok-patok dengan kayu kemudian di atasnya diikat dengan tali rafia 5) Patok-patok tersebut dibenamkan ke dalam tanah yang sudah diberi tanda dan yang terlihat hanya tali rafianya saja c. Prosedur menetapkan titik lobang pondasi sesuai dengan gambar kerja dan metode kerja 1) Ditetapkan titik tetap di dekat lokasi pemancangan dengan cermat dan teliti, dibuat dari patok pipa atau patok beton 2) Dilakukan pengukuran dengan cermat dun teliti untuk menentukan koordinat titik-titik tiang pancang 3) Untuk menentukan letak tiang pancang pada posisi yang benar, titik pancang ditempatkan diantara dua titik acuan 4.6.2 Pembuatan lobang pondasi a. Peralatan untuk mengerjakan lobang pondasi bored pile: 1) Excavator 2) Crane 3) Penggerak Bor ( soilmec mekanik ) 4) Pipa Bor / Rod 5) Mata bor ( auger ) 6) Katrol / Diesel Winch b. Pelaksanaan mengerjakan lobang pondasi sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Dibuat pelat baja sebagai perletakan alat-alat berat, dimaksudkan agar alat- alat berat tidak ambles jika kekuatan tanahnya diragukan. 2) Pengeboran awal lobang bored pile dengan auger sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja



3) Setelah mencapai suatu kedalaman tertentu untuk menghindari tanah di tepi lubang berguguran perlu di pasang casing 4) Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan. 5) Setelah mencapai kedalaman tanah keras, pengeboran dihentikan sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 6) Check jenis tanah hasil pengeboran apakah sudah sama dengan jenis tanah yang diperkirakan dalam menentukan kedalaman tiang bor tersebut 7) Buang tanah dan pembersihan bucket c. Prosedur mengerjakan lobang pondasi sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Pengeboran awal lobang bored pile sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerjadilakukan dengan cermat 2) Pemasangan casing sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerjadengan teliti dan cermat 3) Buang tanah dan pembersihan bucket dengan cermat 4.6.3 Pembuatan dan perakitan tulangan pondasi a. Penjelasan fungsi dan persyaratan tulangan pondasi bored pile 1) Fungsi tulangan pondasi bored pile Menahan gaya tarik yang terjadi pada pondasi bored pile 2) Persyaratan tulangan pondasi bored pile a) Tulangan bebas karat b) Bentuk , ukuran dan mutu tulangan harus yang tercantum dalam gambar kerja dan Syarat-syarat (RKS) pekerjaan ini c) Diameter tulangan pondasi 5 - 6 cm < diameter lobang bored pile b. Pelaksanaan mengerjakan tulangan pondasi sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Ditentukan tempat untuk merakit tulangan, tidak terlalu jauh dari posisi pengerjaan bor atau masih terjangkau oleh alat- alat berat, namun jangan sampai mengganggu manuver alat- alat berat itu sendiri.



2) Membuat Portal dari kayu sebagai perletakan untuk membagi tulangan mempunyai jarak yang sama dan mengikat sementara tulangan baja 3) Memberi tulangan sengkang dalam bentuk lingkaran Roller adalah alat untuk menggulung tulangan spiral jarak / sengkang spiral. Biasanya yang digunakan untuk spiral adalah tulangan polos karena baja tulangan ini memiliki sifat elastis. Diameter roller dibuat lebih kecil dari diameter bored pile sehingga didapat selimut / penutup beton yang tebalnya sekitar 5, 7.5 cm. Untuk pemotongan dan pembengkok baja tulangan biasa digunakan mesin potong atau gunting tulangan konvensional. Untuk mengikat baja tulangan digunakan kawat beton dengan memakai alat gegep atau tang 5) Pemasangan kerangka Baja Tulangan a) Kerangka baja tulangan yang telah dirakit diangkat dengan bantuan diesel winch dalam posisi tegak lurus terhadap lubang bor dan diturunkan dengan hati-hati agar tidak terjadi banyak singgungan dengan lubang bor. b) Baja tulangan yang telah dimasukan dalam lubang bor ditahan dengan potongan tulangan melintang lubang bor. Apabila kebutuhan baja tulangan lebih dari 12 meter bisa dilakukan penyambungan dengan diikat kawat beton dengan panjang overlap 30 - 40 D atau dengan cara las. c) Setelah rangka baja tulangan terpasang, pipa tremi disambung dan dimasukkan kedalam lubang dengan panjang sesuai kedalaman lubang bor. d) Apabila pada waktu pemasangan baja tulangan terjadi singgungan dan terjadi keruntuhan di dalam lubang bor, maka diperlukan pembersihan ulang dengan memasang head kombinasi diameter 6″ ke diameter 2″. Dengan memompakan air kedalam stang bor dan pipa tremi, maka runtuhan-runtuhan dan tanah yang menempel pada besi tulangan dapat dibersihkan kembali.



c. Prosedur membuat dan merakit tulangan pondasi sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Membuat Portal dari kayu dengan cermat dan teliti yang fungsinya untuk membagi tulangan utama mempunyai jarak yang sama dan mengikat sementara tulangan baja 2) Memberi tulangan sengkang dalam bentuk lingkaran dengan cermat 3) Tulangan diikat dengan sengkang dengan baja pengikat dengan teliti dan cermat 4.6.4 Pengecoran beton pondasi a. Alat dan bahan untuk pengecoran beton pondasi bored pile 1) Alat untuk pengecoran beton pondasi bored pile a) Corong Cor Corong cor digunakan sebagai penampung adukan beton yang akan dimasukkan ke dalam pipa tremi. Corong cor ini terbuat dari plat besi tebal 3 mm dan ber diameter 60 cm. Penyambungan corong cor dengan pipa tremy memakai sistem drat. b) Pipa Tremy Pipa tremi sebagai penghantar adukan beton terbuat dari pipa galvanis berdiameter 6 ” dengan ketebalan medium SII, panjang setiap pipa 2 meter yang disambung dengan sistem drat c) Alat Bantu Alat bantu yang sering diperlukan dalam pekerjaan pengeboran antara lain : Kunci pipa dan kunci rantai Kunci pas dan kunci inggris Cangkul, linggis, ember Travo las, gerinda potong Gegep dll. 2) Bahan untuk pengecoran beton pondasi bored pile a) Beton :



Cement Portland type 1. Aggregate kasar dari batu pecah / crushed stone ukuran 1 - 2 cm dan 2 - 3 cm. Aggregate halus / pasir ukuran 0,1 - 4 mm dan bergradasi baik. Pencampurannya diaduk memakai mixer dengan perbandingan volume 1 : 2 : 3 atau disesuaikan dengan hasil trial mix dari laboratorium. Catatan : Apabila memungkinkan disarankan memakai beton readymix . b) Baja Tulangan : Untuk tulangan pokok biasanya digunakan besi ulir BJTD 30 40 Untuk spiral / sengkang biasanya digunakan besi polos BJTD 24 atau tergantung kebutuhan struktur bangunan diatasnya. c) Air : Air yang digunakan adalah air bersih sesuai ketentuan Peraturan Beton Indonesia . b. Persyaratan dan pembuatan adukan beton untuk pondasi bored pile 1) Persyaratan adukan beton a) Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton dan perbandingannya b) Pekerjaan bored pile dikerjakan dengan mutu beton ≥ K 350. Semua pekerjaan konstruksi beton harus memenuhi syarat SNI 03-2834-2000 c) Adukan beton harus benar-benar rata dan matang dengan menggunakan Ready Mix . d) Pengecoran beton dapat dilakukan setelah cara pemasangan pembesian disetujui oleh Direksi Pelaksanaan secara tertulis dan tersedian cukup bahan, perlatan serta tenaga 2) Pembuatan adukan beton untuk pondasi bored pile



Cara pembuatan adukan beton dapat dilakukan di pabrik (Readymix) (1) Beton merupakan persenyawaan yang terdiri dari agregat, air, semen dan zat tambahan jika diperlukan syarat khusus maka kendali proporsi material beton harus direncanakan. (2) Menurut aturan yang berlaku di Indonesia SNI 03-28342000 dan secara teoritis perencanaan campuran beton bukanlah hal yang mudah, diperlukan laboratorium untuk menganalisa material yang akan digunakan dan juga diperlukan laboraturium untuk menguji hasil perencanaan campuran beton (3) Sebelum adukan beton dibuat, terlebih dahulu membuat benda uji, dengan komposisi material beton yang direncanakan, Komposisi yang berbeda-beda di antara bahan baku beton mempengaruhi sifat beton yang dihasilkan pada akhirnya. Pembagian ini biasanya diukur dalam satuan berat. Pengukuran berdasarkan volume juga sebenarnya bisa, dan lebih banyak dilakukan pada konstruksi skala kecil, misalnya rumah tinggal. (4) Proses pembuatan beton ready mix pada dry mix batching plant adalah sebagai berikut: Penyediaan material yang diperlukan untuk membuat beton ready mix diantaranya agregat kasar, agregat halus, semen, fly ash (additive), air, dan bahan admixture. Pengambilan dan pengangkutan material untuk agregat kasar dan agregat halus dengan menggunakan wheel loader. Material yang berupa pasir dan kerikil yang berada pada tempat penumpukan material diambil dengan bucket dan diangkut dengan menggunakan wheel loader, kemudian dimasukan ke bin. Penimbangan material pada Batching Plant dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: timbangan untuk agregat, timbangan untuk semen dan



fly ash (bila diperlukan additive) , dan timbangan untuk air. Jumlah masing-masing material yang ditimbang sesuai dengan jumlah kebutuhan sesuai kapasitas concrete mixer truck. Dan ditambahkan bahan admixture sesuai takaran. Mengalirkan material pada mobil ready mix, setelah semua material sudah ditimbang sesuai dengan kebutuhan, selanjutnya kerikil, pasir, semen, fly ash dan bahan admixture dimasukan satu-persatu ke dalam concrete mixer truck. Kemudian air ditambahkan ke dalam concrete mixer truck sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Pencampuran semua material, setelah kerikil, pasir, semen, bahan admixture, dan air masuk ke dalam drum concrete mixer truck, tahap selanjutnya adalah pencampuran (mixing) yang dilakukan di dalam drum concrete mixer truck. Faktor yang menentukan untuk mendapatkan adukan betony an baik adalah prosedur pengisian, ukuran batch, cara penambahan air, kecepatan mixer dan jumlah putaran



c. Pelaksanaan mengerjakan pengecoran beton pondasi bored pile sesuai spesifikasi teknis, dan metode kerja Pelaksanaan pengecoran dimulai setelah dilakukan hasil uji kekentalan (slump test) dan pengambilan benda uji silinder untuk pengujian kuat tekan beton. Semua material yang digunakan seperti : semen, air, aggregat kasar, agregat halus dan besi beton dapat ditest di laboratorium untuk memeriksa kualitasnya. Slump test : pengujian slump biasa dilakukan untuk mengetahui workability adukan beton yang ada, Slump adukan beton untuk bored



pile tidak boleh terlalu rendah (minimal 16 cm). Untuk melakukan pengujian slump test ini digunakan beberapa peralatan sebagai berikut: Cetakan yang berbentuk kerucut dengan diameter atas bagian dalam 10 cm, diameter bagian dalam bawah 20 cm dan tinggi 30 cm Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm dengan ujung bulat terbuat dari bahan baja tahan karat Pelat besi dengan permukaan rata dan kedap air untuk alas cetakan kerucut Sendok semen dan meteran kecil c) Cara pekerjaan Slump test sebagai berikut ; Ambil kerucut, besi penumbuk, pelat besi, lori, meteran kecil, dan sendok aduk dekat dengan truck mixer Ambil adukan beton dari mesin pengaduk (beton molen) dalam lori (gerobak besi) secukupnya Aduk beton dalam lori itu terus agar tidak mengendap Masukkan adukan beton pada kerucut kira-kira 1/3 bagian lalu tumbuk pelanpelan 25 kali, sebelumnya olesi minyak didalamnya Masukkan lagi beton untuk lapisan yang kedua kira-kira 2/3 bagian, sebelum memasukkan jangan lupa tetap diaduk dengan sendok dan tumbuk 25 kali Setelah itu masukkan lagi beton sampai penuh dan ratakan permukaannya, buang sedikit kelebihannya agar benar-benar rata lubang kerucut Diamkan selama 30 detik, setelah itu kerucut baja diangkat pelan-pelan Letakkan kerucut di sebelah beton tadi dalam keadaan terbalik dan taruhlah besi penumbuk itu di muka kerucut atas hingga lewat sedikit dari beton Beton akan merosot, turun permukaannya dan ukurlah jarak merosot itu dengan meteran, penurunan beton dari kerucut itulah yang disebut slump Uji kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui kekuatan tekan beton karakteristik yang digunakan apakah telah sesuai dengan persyaratan. Setiap satu truck mixer dibuatkan 3 buah benda uji. Satu truck mixer bisa mengangkut 5-7 m3 beton, beton ready mix yang akan diambil sampelnya sebagai benda uji Pertama-tama siapkan cetakan silinder baja yang berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Ambil adukan beton dari truck mixer yang telah sampai di lokasi proyek dan tempatkan dalam ember



Masukkan 1/3 bagian lapisan pertama adukan beton ke dalam cetakan silinder dan ditusuk 25 kali dengan menggunakan tongkat pemadat. Hal ini dilakukan sebanyak tiga lapis hingga cetakan penuh dan massif. Ratakan permukaannya dan beri tanda pada beton yang akan diuji. Beton ini dibuat sebanyak 3 buah yaitu untuk 7 hari, 14 hari dan 28 hari Setelah beton mengeras sekurang-kurangnya 24 jam, lepaskan beton dari cetakannya, kemudian kita rawat dengan cara meredamnya dalam air selama 7 hari Setelah itu, benda uji diangin anginkan di tempat yang teduh hingga sesuai dengan umur pengujian. Benda uji pertama dibawa menuju pengujian laboratorium setelah berumur 7 hari untuk dilakukan pengujian dengan menggunakan compression testing machine Benda uji kedua dibawa menuju pengujian laboratorium setelah berumur 14 dan benda uji selanjutnya dibawa setelah berumur 28 hari untuk dilakukan pengujian dengan menggunakan compression testing machine Pengujian dengan menggunakan compression testing machine dilakukan hingga benda uji tersebut pecah dan mesin dimatikan , dan hasilnya kemudian dibaca pada manometer. ) Pelaksanaan mengerjakan pengecoran beton pondasi bored pile sesuai spesifikasi teknis, dan metode kerja a) Dipasang pipa tremi dan masukkan bola ke dalam tremi b) Untuk memisahkan adukan beton dari lumpur bor pada pengecoran awal, digunakan kantong plastik yang telah diisi adukan beton dan diikat dengan kawat beton yang digantung di bagian dalam lubang tremi. c) Setelah tenaga cor siap, beton ditampung di dalam corong cor dan ditahan oleh bola-bola beton pada kantong plastik. Setelah cukup penuh, bola kantong plastik dilepas sehingga terdorong beton yang ada di dalam lubang tremi. Selanjutnya penuangan beton dilakukan dengan cepat sehingga cukup untuk mendorong air lumpur bor yang ada di dalam lubang tremi. Slump adukan beton untuk bored pile tidak boleh terlalu rendah (minimal 16 cm)



sehingga mudah mengalir dan mendorong lumpur yang ada di dalam lubang bor. d) Pengecoran selanjutnya dilakukan secara kontinyu dan tidak terputus lebih dari 10 menit. Dengan sistem tremi ini pengecoran dimulai dari dasar lubang dengan mendorong air / lumpur dari bawah keluar lubang. e) Setelah pipa tremi penuh dan ujung pipa tremie tertanam beton biasanya beton tidak dapat mengalir karena ada tekanan dari bawah. Untuk memperlancar adukan beton didalam pipa tremi, dilakukan hentakan hentakan pada pipa tremi. Pipa tremi harus selalu terbenam dalam adukan beton, kondisi tersebut fungsinya sebagai penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi atau kecampuran dengan lumpur, dan pengisian di dalam corong harus dijaga terus menerus agar corong tidak kosong f) Pipa tremi dilepas setiap 2 meter dan dilakukan setelah pipa tremi naik ke permukaan lubang lebih dari 2 meter. g) Pengecoran dihentikan setelah adukan beton yang naik ke permukaan telah bersih dari lumpur. Bila pengecoran dihentikan di bawah permukaan tanah (karena perhitungan adanya galian tanah), maka tinggi pengecoran minimal harus 0,5 meter di atas level rencana bagian atas bored pile (sampai beton pada rencana bagian atas tidak tercampur Lumpur lagi). h) Pencabutan casing i) Pembersihan dan pemasangan kembali . Setelah pekerjaan pengecoran selesai, semua peralatan dibersihkan dari sisa beton dan lumpur dan disiapkan kembali untuk dipakai pada titik bor berikutnya. d. Prosedur melaksanakan pengecoran beton pondasi bored pile sesuai spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Pasang pipa tremi dan masukkan bola ke dalam tremi dengan cermat dan teliti



2) Dilakukan pengecoran dengan cermat dan teliti 3) Dilakukan pencabutan casing dengan cermat 4) Loading Test dan pile driving analysis 4.7 Melaksanakan pekerjaan pondasi tiang pancang Lingkup pekerjaan meliputi ; a) Persiapan tiang pancang pre cast b) Menentukan titik lobang pondasi. c) Pemasangan tiang pancang beton pre cast 4.6.1 Persiapan tiang pancang pre cast a. Penjelasan tentang bentuk dan ukuran tiang pancang beton pre cast Berbagai ukuran tiang pancang yang ada pada intinya dapat dibagi dua, yaitu : MINIPILE dan MAXIPILE. 1) Minipile (Ukuran Kecil) Tiang pancang berukuran kecil ini digunakan untuk bangunan-bangunan bertingkat rendah dan tanah relative baik. Ukuran dan kekuatan yang ditawarkan adalah: a) Berbentuk penampang segitiga dengan ukuran 28cm dan 32cm. b)Berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 20x20 dan 25x25. Tiang pancang berbentuk penampang segitiga berukuran 28 cm mampu menopang beban 25 – 30 ton Tiang pancang berbentuk penampang segitiga berukuran 32 cm mampu menopang beban 35 – 40 ton. Tiang pancang berbentuk bujur sangkar berukuran 20cmx20cm mampu menopang tekanan 30 – 35 ton Tiang pancang berbentuk bujur sangkar berukuran 25cm x 25cm mampu menopang tekanan 40 – 50 ton. b. Maxipile (Ukuran Besar) Tiang pancang ini berbentuk bulat (spun pile) atau kotak (square pile). Tiang pancang ini digunkan untuk menopang beban yang besar pada



bangunan bertingkat tinggi. Bahkan untuk ukuran 50cmx50cm dapat menopang beban sampai 50-75 ton. b. Pelaksanaan cara menyediakan tiang pancang beton pre cast sesuai dengan gambar kerja, dan metode kerja 1) Buat lokasi area stock yard penumpukan tiang pancang sesuai dengan gambar kerja, dan metode kerja 2) Dipastikan setiap tiang pancang dilengkapi dengan sepatu yang datar atau mempunyai sumbu yang sama (co-axial) 3) Menetapkan jumlah dan diameter tiang pancang yang harus dipesan sesuai gambar kerja 4) Periksa tiang pancang ( gunakan form inspeksi & tes), meliputi : tanggal pengecoran tiang pancang, panjang tiang pancang, serta cacat ( retak, pecah , kropos Buat) 5) Menetapkan nomor urut pemancangan untuk tiap-tiap titik, agar tiang yang sudah selesai dipancang tidak mengganggu proses pemancangan tiang berikutnya, sesuai dengan gambar kerja, dan metode kerja c. Prosedur cara menyiapkan tiang pancang beton pre cast sesuai dengan spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Buat lokasi area stock yard penumpukan tiang pancang dengan cermat dan teliti 2) Menetapkan jumlah dan diameter tiang pancang dengan cermat 3) Periksa tiang pancang dengan cermat dan teliti 4) Menetapkan nomor urut pemancangan untuk tiap-tiap titik dengan cermat dan teliti 4.7.2 Menentukan titik lobang pondasi. a. Maksud dan tujuan menetapkan titik lobang pondasi Maksud ditetapkannya titik lobang pondasi untuk mengetahui koordinat posisi tiang yang akan dipancang Tujuannya untuk menentukan letak tiang pancang pada posisi yang benar



b. Pelaksanaan menetapkan titik lobang pondasi sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 6) Menetapkan titik tetap di dekat lokasi pemancangan, dibuat dari patok pipa atau patok beton 7) Milakukan pengukuran untuk menentukan koordinat titik-titik tiang pancang 8) Untuk menentukan letak tiang pancang pada posisi yang benar, titik pancang ditempatkan diantara dua titik acuan, fungsinya sebagai pengontrol ada tidaknya pergeseran titik-titik tiang pancang, pergeseran maksimal dari tiang pancang terhadap titik acuan 10 cm 9) Titik pancang digunakan patok-patok dengan kayu kemudian di atasnya diikat dengan tali rafia 10) Patok-patok tersebut dibenamkan ke dalam tanah yang sudah diberi tanda dan yang terlihat hanya tali rafianya saja c. Prosedur menentukan titik lobang pondasi sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Ditetapkan titik tetap dengan cermat dan teliti di dekat lokasi pemancangan, dibuat dari patok pipa atau patok beton 2) Dilakukan pengukuran dengan cermat dan teliti untuk menentukan koordinat titik-titik tiang pancang 3) Untuk menentukan letak tiang pancang pada posisi yang benar, titik pancang ditempatkan dengan cermat dan teliti diantara dua titik acuan 4.7.3 Pemasangan tiang pancang beton pre cast a. Keuntungan pondasi tiang pancang beton pre cast ; 1) Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kwalitas sangat ketat, maka bentuk dan mutu dapat terjamin 2) Pelaksanaan pemancangan relative cepat. Walaupun lapisan antara cukup keras, lapisan tersebut masih dapat ditembus



sehingga pemancangan bisa mencapai lapisan tanah yang paling keras 3) Persediaannya cukup banyak di pabrik sehingga mudah diperoleh, kecuali jika diperlukan tiang dengan ukuran khusus. 4) Daya dukungnya dapat diperkirakan berdasar rumus tiang pancang sehingga pekerjaan konstruksinya mudah diawasi, dan daya dukung tidak hanya pada ujung tiang, tetapi juga lekatan pada sekeliling tiang. Pada penggunaan tiang kelompok atau grup (dua atau lebih tiang), mempunyai daya dukung sangat kuat 5) Cara pemukulan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung beban vertical. 6) Untuk pekerjaan pemancangan yang kecil, biayanya tetap rendah , dan relative murah bila dibanding pondasi sumuran. b. Prosedur pemasangan tiang pancang beton pre cast pada titik yang sudah ditentukan 1) Menentukan titik-titik as bangunan sebagai titik-titik pancang 2) Menyiapkan peralatan dan bahan untuk pekerjaan tiang pancang, antara lain Pile (tiang pancang), Alat Pancang (dapat berupa diesel hammer atau Hydrolic Hammer), Service Crane. 3) Menetapkan nomor urut pemancangan untuk tiap-tiap titik, agar tiang yang sudah selesai dipancang tidak mengganggu proses pemancangan tiang berikutnya. 4) Setelah Pile Terpasang dan posisi alat sudah berada pada titik pemancangan, maka pemancangan siap dilakukan 5) Untuk tiang pancang yang cukup rapat dan menyebabkan large soil displacement, untuk menghindari heaving dari tiang yang sudah dipancang, urutan pemancangan harus dari tengan ke arah luar. Tiang pancang yang menyebabkan large soil displacement adalah yang berbentuk masif atau pipa dengan ujung tertutup (close ended). 6) Setiap tiang pancang harus dibuat laporan proses pemancangannya meliputi: panjang tiang yang masuk kedalam



tanah, jumlah pukulan dan penurunannya. 7) Cara Mengangkat Tiang Beton Untuk tiang baja atau kayu tidak ada persoalan dalam pengangkatan, tetapi untuk tiang beton, walaupun telah mencapai kuat desak 28 hari, perlu diperhatikan untuk mencegah agar beton tidak retak atau patah saat pengangkatan. c. Pelaksanaan memasang tiang pancang beton pre cast pada titik yang sudah ditentukan sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Tandai posisi As bangunan dan buat potok pinjaman berjarak 1 meter dari rencana tiang 2) Periksa kondisi tiang pancang ( gunakan form inspeksi & tes ) meliputi : panjang tiang pancang, no. tiang pancang serta cacat tiang pancang ( retak, pecah, kropos) 3) Buat tanda setiap 50 cm sepanjang tiang dan memberi angka setiap satu meter lari 4) Tempatkan tiang pancang pada posisi patok yang telah tersedia dan check posisi tiang pancang terhadap patok pinjaman dengan meteran 5) Lakukan check vertikal tiang pancang dengan bantuan theodolit/unting-unting pada posisi dua arah yang saling tegak lurus 6) Pemancangan siap dimulai ; dan dicatat waktu dimulainya pemancangan dan nomor titik pemancangan 7) Bila kedalaman tanah keras lebih dari panjang tiang pancang, maka tiang pancang harus disambung 8) Bersihkan pelat baja penyambung 9) Check vertikal tiang penyambung dengan theodolit / unting-unting pada posisi dua arah yang saling tegak lurus 10) Periksa pertemuan kedua tiang dan dilanjutkan pengelasan 11) Lanjutkan pemancangan 12) Selama pemancangan menghitung jumlah pukulan hammer



13) Pada saat pemukulan, hammer terpental, dilakukan test kalendering sebelum pemancangan dihentikan 14) Tahapan pelaksanaan test kalendering; a) Kertas millimeter blok ditempelkan pada tiang pancang yang sedang dalam proses pemancangan b) Sebuah pinsil yang menempel pada kertas millimeter blok c) Sebelum tiang dipukul kembali, pinsil digeser ke samping kanan d) Pada saat dilakukan pemukulan tiang, maka pensil yang menempel pada kertas millimeter blok akan membentuk grafik naik turun e) Test kalendering dilakukan pada saat tiang mendekati tanah keras, setelah pemukulan dilakukan 10 kali f) Sekarang test kalendering sudah dilakukan dengan komputerais 15) Pemancangan dihentikan / selesai bila : a. 10 pukulan terakhir, penurunan < 5 cm atau b. Daya dukung tercatat > 80% daya dukung rencana 16) Catat waktu pemancangan 17) Catat pelaksanaan pada Pile Record Sheet yang ditetapkan 18) Menyimpan semua data pemancangan dengan baik 19) Setelah pile cap terpasang, kemudian memasang balok Tie Beam selain berfungsi menghubungkan antara pur/pile cap juga sebagai pengaku satu kesatuan konstruksi struktur bawah (substruktur). Membuat bekisting pile cap/ pur dan tie beam a) Siapkan gambar kerja untuk posisi galian pile cap b) Lakukan survey dan marking galian pile cap & tie beam sesuai gambar kerja. c) Untuk tie beam dilakukan galian secara manual, sedangkan untuk galian pile cap yang cukup besar dapat digunakan excavator. d) Dasar galian pile cap dan tie beam diratakan, lalu diberi lapisan pasir urug + 5 cm.



e) Buat lantai kerja pile cap dan tie beam dengan adukan semen dan pasir sesuai spesifikasi (mortar). f) Untuk pile cap yang cukup besar (lebar>2m) dibuat sump pit sementara (+ 40X40 cm) untuk dewatering air yang terjebak di pile cap (bila diperlukan). g) Lakukan pengecekan ulang dimensi bekisting pile cap/tie beam sebelum pekerjaan pembesian dimulai h) Untuk bekisting pile cap & tie beam, dapat menggunakan material batako atau multiplex. d. Pelaksanaan pemotongan kepala tiang pancang beton pre cast pada titik yang sudah ditentukan sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Tentukan elevasi pemotongan tiang pancang dari elevasi bottom pile cap 2) Dengan menggunakan concrete cutter /gerinda memotong sepanjang keliling dari tiang pancang dengan batas kedalaman pemotongan sampai strand/tulangan tiang pancang ( tidak sampai mengenai strnd tiang pancang) 3) Bobok bagian atas bagian yang sudah dipotong dengan menggunakan pahat hingga strand/ tulangan tiang pancang kelihatan 4) Memotong strand/ tulangan tiang pancang dengan blender potong, dalam pemotongan harus memperhitungkan arah jatuhnya tiang pancang 5) Setelah strand/tulangan terpotong, dorong bagian atas tiang kearah jatuhnya tiang yang telah direncanakan 6) Jika tiang pancang yang akan dipotong masih tinggi, maka sebelumnya tiang pancang harus dipegangi dengan tali atau seling untuk menahan sehingga dapat mengarahkan jatuhnya tiang pancang dengan aman



e. Prosedur memasang tiang pancang beton pre cast pada titik yang sudah ditentukan sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Menentukan tititk-titik dengan cermat dan teliti dimana tiang pancang akan diletakkan, dan harus sesuai dengan gambar kerja 2) Peralatan dan bahan disiapkan dengan cermat dan teliti untuk pekerjaan tiang pancang, antara lain Pile (tiang pancang), Alat Pancang (dapat berupa diesel hammer atau Hydrolic Hammer), Service Crane. 3) Alat pemancangan disiapkan dengan cermat dan teliti di area titik pancang 4) Mempersiapkan service crane dengan cermat dan teliti untuk proses pengangkatan tiang pancang dari tempat tiang pancang untuk dipasangkan kealat pemancangan. 5) Pekerjaan pemancangan tiang pancang dilakukan pada titik yang sudah ditentukan sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 6) Menyiapkan kertas grafik untuk kalendering dengan cermat dan teliti sebelum pemancangan distop 7) Melakukan pekerjaan pemotongan kepala tiang dengan cermat dan teliti



STRUKTUR BAJA 4.4.1 Fabrikasi komponen struktur baja a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil 2) Baja pelat atau baja pilah b. Melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja



1) Penandaan atau pengukuran ( marking ) material baja 2) Pemotongan material baja 3) Pembuatan lubang 4) Perakitan ( fit-up ) 5) Pengelasan 6) Pengecatan c. Pelaksanaan fabrikasi komponen struktur baja 1) Tahapan-tahapan fabrikasi tersebut juga apabila fabrikasi dilakukan di lapangan. Fabrikasi di workshop mempunyai banyak kelebihan dikarenakan fasilitas di workshop umumnya lebih lengkap bila dibandingkan dilaksanakan dilapangan 2) Penandaan atau marking material baja merupakan tahap awal fabrikasi struktur baja, pengukuran dan penandaan dilaksanakan sesuai dengan shopdrawingyang sudah disetujui oleh pihak yang berwenang. Penandaan bukan hanya untuk menandai ukuran potongan baja, tetapi meliputi juga pemberian kode dari potongan untuk menghindari kesalahan dalam indentifikasi untuk perakitan ataupun untuk ereksi nantinya 3) Proses pemotongan merupakan tahap berikutnya, Banyak cara dalam proses pemotongan diantaranya dengan menggunakan api (flame cutting) yaitu pemotongan dengan menggunakan oxygen yang dicampur dengan gas metan (LPG). Pemotongan dengan metode ini paling banyak digunakan mengingat cepatnya proses pemotongan dan dapat dilakukan untuk berbagai ukuran, ketebalan dan bentuk potongan, sehingga lebih fleksibel dalam pelaksanaannya 4) Pembuatan lubang untuk baut merupakan tahap berkelanjutan. Lubang untuk baut pada struktur baja umumnya dilakukan dengan menggunakan mesin punching, membuat lubang dengan metode ini sangat terbatas ketebalannya, AISC sendiri mensyaratkan tebal material yang dilubangi adalah diameter lubang ditambah 1/8 inc. Metode lain ialah menggunakan mesin bor, proses pembuatan lubang dengan metode ini akan lebih lama dibandingkan dengan mesin punching, Untuk menjaga keakuratan jarak antar lubang banyak workshop yang sudah menggunakan mesin CNC (Computer numerically controlled ) 5) Material yang sudah dipotong dan dilubangi tersebut kemudian dilakukan perakitan dengan cara dilas cantum (tack weld) atau dikenal dengan proses fit-up atau assembly. Proses perakitan harus dilaksanakan lebih hati-hati harus sesuai dengan shopdrawing baik itu dimensi, orientasi ataupun jenis potongan itu sendiri, dikarenakan apabila terjadi kesalahan pada tahap ini dan material telah selesai dilas maka proses perbaikannya akan lebih sulit lagi



6) Proses pengelasan merupakan tahapan berikutnya, setelah perakitan. Proses pengelasan terdiri dari berbagai proses, umumnya proses pengelasan untuk struktur baja dengan proses SMAW (Shielded Metal Arch Welding), tetapi banyak juga yang menggunakan proses GMAW (Gas Weld Arch Welding), FCAW (Flux Cored Arch Welding ) ataupun SAW ( Sub merged Arch Welding). Proses pengelasan SMAW yang paling banyak digunakan merupakan proses pengelasan manual dengan menggunakan elektroda, busur elektroda terbentuk di antara ujung-ujung elektroda logam berlapis dan komponen baja yang akan dilas 7) Proses terakhir dari fabrikasi adalah pengecatan, hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengecatan ialah material cat yang dipakai dalam proses pengecatan itu sendiri. Tujuan dari pengecatan adalah untuk melindungi baja dari bahaya kropos disamping juga estetika d. Prosedur melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja 1) Memahaman gambar kerja dengan cermat dan teliti 2) Melaksanaan pekerjaan pengukuran dan penandaan dengan cermat dan teliti pada material baja 3) Melaksanakan pekerjaan pemotongan dengan teliti 4) Melaksanakan pembuatan lubang dengan cermat dan teliti untuk kebutuhan perakitan 5) Melaksanakan perakitan dengan cermat dan teliti sesuai nomor urut yang telah ditentukan 6) Melaksanaan pekerjaan pengelasan dengan cermat dan teliti



4.4.2 Perakitan komponen struktur baja (1) Pemotongan komponen struktur baja Pemotongan hanya boleh dilaksanakan dengan brander atau gergaji besi. Pemotongan dengan mesin las sekali-kali tidak diperkenankan. Semua bekas pemotongan komponen baja harus rapih dan rata. (2) Klasifikasi sambungan komponen struktur baja 1) Sistem sambungan dan bentuk rangka baja terdiri dari : a) Tipe penyambungan antara kolom dan beam b) Tipe pengikat (bracket), las di tempat, dengan plat gusset c) Tipe sambungan antar kolom



d) Tipe splice, pengelasan & dasar kolom 2) Metode penyambungan: a) Sambungan paku keling dan baut b) Sambungan baut tegangan tinggi dan c) Sambungan las. a) Sambungan dengan Paku keling dan baut mur (1) Garis tengah lubang dari pelat yang akan dikeling selalu dibuat 1mm lebih lebar dari pada diameter paku (2) Batang paku mempunyai kepala pada ujung yang satu, dan pada ujung yang lain lurus (3) Setelah batang paku dibakar hingga berwarna merah membara, kemudian paku dimasukkan ke dalam lobang pelat yang akan dikeling (4) Pada kepala paku ditahan dengan penahan yang berbentuk seperti kepala pakunya, dan ujung yang lain dipukul dengan alat pistol yang digerakkan oleh kompresor (5) Terakhir bagian yang dipukul dibentuk kepala dengan ujung pistol hingga batang paku mempunyai kepala kembar, hingga sambungan yang dikeling terikat rapat (6) Sedapat mungkin dihindari pengelingan di tempat pekerjaan yang telah didirikan di lapangan ( karena pelaksanaannya sulit), kondisi tersebut penyelesaiannya dari bagian-bagiannya menggunakan baut mur b) Sambungan dengan las (1) Kawat las yang biasa dipakai ada 3 jenis : Diameter 2,6 mm untuk Pelat baja tipis, diameter 3,2 mm, dan 4,0 mm untuk plat baja yang lebih tebal Selain itu type Kawat RD 460 dan RD 260, yang biasa dipakai



adalah type RD 460. (2) Energi /daya yang digunakan untuk pengelasan yang sempurna : Untuk kawat diameter 2,6 mm -----> 3.000 Watt - 8.000 Watt Untuk kawat diamater 3,2 dan 4,0 mm ----------> 5.000 Watt 12000 Watt (3) Dihindarkan adanya pengelasan pokok setelah kap baja terpasang terhadap bahaya keruntuhan. Yang sangat penting hasil dari cara melas adalah keserbasamaan (keseragaman) dan rupa las, serta kematangan pengelasan. (4) Setelah pengelasan biasanya akan timbul kerak-kerak las ini harus dibersihkan dengan cara diketok-ketok dengan palu (hammer) (3) Pembentukan komponen struktur baja 1) Menghilangkan lapisan karat pada pelat atau profil 2) Merubah bentuk dalam keadaan dingin atau dalam keadaan panas, seperti mendatarkan pelat-pelat, melempangkan, melengkungkan, dan menekuk batang-batang dengan menekannya diantara rol-rol atau memukulnya keras-keras 3) Menggunting atau memotong menurut ukuran 4) Mengetam dan mempres 5) Membentuk profil 6) Menggerek atau meluaskan lubang-lubang untuk paku-paku atau baut-baut dengan sebuah mesin bor 7) Mengeling paku-paku keeling 8) Mengelas otogin dan mengelas listrik



4.4.3 Pemasangan komponen struktur baja 1) Tahapan langkah pemasangan komponen struktur baja



a) Periksa peralatan bantu ereksi (tower crane/ mobile crane/ tripod, katrol/ chain block/ takel, dan kunci momen yang sudah dikalibrasi) dan gambar kerja yang telah disetujui. b) Pengangkutan material ke tempat ereksi tidak boleh menyebabkan material cacat. c) Material (baja profil, baut, mur, angkur dan kawat las) dan jumlahnya yang akan dirakit harus diperiksa. d) Periksa sambungan las baja profil. e) Periksa angkur kolom pada struktur beton harus sudah terpasang dengan tepat f) Ereksi dimulai dari pemasangan kolom-kolom yang mana angkur kolomnya sudah terpasang dengan tepat g) Kolom-kolom yang telah terpasang diikat segera dengan tie beam/ gelagar/ ring balok. h) Rafter yang telah dipasangkan harus segera diikat dengan gording/ purlin secukupnya, semua baut harus segera dipasangkan. i) Pemasangan struktur baja tambahan lain dilakukan setelah pemasangan kolom dan rafter selesai. j) Pelaksanaan lot rangka baja dilakukan sebelum pekerjaan grouting. Bila terdapat ketidakcocokan lot dan posisi as, sebainya perakitan ditunda sampai posisi as dan lot sesuai, supaya tidak terjadi puntiran material baja yang telah terpasang. k) Pengencangan angkur dan baut dilakukan setelah pengelotan.



2) Pekerjaan pemasangan rangka atap baja ringan . Pemasangan kuda-kuda baja ringan di atas struktur pendukungnya (kolom atau ringbalk) harus dilaksanakan secara benar dan cermat, agar rangka atap baja ringan terpasang sesuai dengan persyaratannya. Persyaratan teknis rangka atap baja ringan di antaranya adalah: a) Kuda-kuda terpasang kuat dan stabil, dilengkapi dengan angkur (dynabolt) b) pada kedua tumpuannya. c) Semua kuda-kuda tegak-lurus terhadap ring balk. d) Ketinggian apex untuk pemasangan nok di atas setiap kuda-kuda rata. b. Pelaksanaan pemasangan komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja



1) Erection kuda-kuda konstruksi baja ( span/rafter) a) Tiang Kolom menggunakan WF 300.150.6,5.9. b) Span / Rafter memakai bahan Baja WF ukuran 250.125.6.9 dilengkapi monitor pada bagian atas memakai bahan Baja WF 100.50.5.7, dibantu alat berat Crane. 2) Erection kuda-kuda rangka atap baja ringan



1) Erection kuda-kuda konstruksi baja ( span/rafter) (1) Ereksi kolom baja adalah elemen pertama dan paling penting dari proses ereksi. Kolom pelat dasar yang terhubung ke dasar menggunakan baut jangkar ditempatkan di beton sesuai gambar ereksi. Lokasi baut jangkar untuk kolom tunggal harus sesuai dengan pola lubang baut di base plate.