Struktur Bumi-Ipas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STRUKTUR BUMI



Secara umum, interior Bumi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu lapisan kerak, mantel, dan inti. Kerak Bumi bersifat kaku dan terdiri dari dua jenis, yaitu kerak benua dan kerak samudera. Kerak benua bersifat asam/felsik dengan komposisi mayoritas silika (Si), aluminium (Al), natrium (Na), dan kalium (K). Lapisan bumi secara umum bumi terdiri atas 3 komponen, yakni gas yang disebut atmosfer, komponen padatan yang disebut litosfer, dan komponen air yang disebut hidrosfer (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 86). Berdasarkan pengamatan teleskop Hubble yang dipublikasikan oleh NASA juga kita mengetahui bahwa bumi berbentuk bulat seperti bola. Lalu apakah bagian dalam lapisan bumi itu kopong layaknya bola? Tidak, sejatinya bahkan berbagai hal yang tercipta di alam terdiri dari berbagai lapisan. Contohnya telur dan bawang merah juga terdiri dari lapisan-lapisan yang berbeda. Setiap lapisan juga memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda. Hal tersebut berlaku juga bagi Bumi. Hingga kini, Bumi merupakan satu-satunya planet dalam galaksi Bima Sakti yang diketahui mampu menunjang kehidupan. Hal tersebut karena komponen-komponen pendukung kehidupan tersedia di Bumi, mulai dari air, udara, dan tanah yang merupakan tempat tumbuhnya berbagai tanaman untuk mendukung kehidupan. Bagian dalam bumi juga kaya akan berbagai mineral dan hasil tambang yang dapat dieksplorasi. Beberapa mineral seperti emas, besi, batu bara, dan beberapa mineral lain dieksplorasi dengan menggali hingga kedalaman tertentu. Beberapa bagian terdalam Bumi juga tersusun dari sebuah cairan, yakni magma. Kita biasa melihat wujudnya sebagai lava yang dimuntahkan saat terjadi letusan gunung berapi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Bumi berbentuk bola berlapis yang memiliki isi di dalamnya. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah gambar lapisan bumi.



Pada gambar di atas, bumi tersusun atas lapisan-lapisan yang terdiri atas atmosfer sebagai lapisan terluar, kemudian ada mantel Bumi, inti luar, dan inti dalam. Bentuk dari lapisan tersebut adalah selimut bola sehingga lapisan yang lebih luar menyelimuti lapisan di dalamnya. Berikut adalah penjelasan masing-masing 3 komponen utama lapisan bumi. Atmosfer Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti Bumi (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 86). Istilah Atmosfer berasal dari 2 kata yunani, yakni atmos yang berarti uap dan sphaira yang 1



berarti lapisan. Atmosfer Bumi terdiri atas campuran dari gas, serta sedikit cairan dan padatan yang menyelimuti Bumi mulai dari permukaan Bumi hingga luar angkasa. Komposisi atmosfer saat ini berbeda dengan komposisi atmosfer pada saat awal terbentuknya. Atmosfer pada awalnya terbentuk dari letusan gunung berapi yang kaya nitrogen dan karbon dioksida, akan tetapi sedikit oksigen. Komposisi Atmosfer Atmosfer sebagian besar tersusun atas gas nitrogen, yakni sebesar 78%. Oksigen menyusun 21% atas atmosfer. Karbon dioksida, argon, dan beberapa gas lain menyusun sebagian kecil dari atmosfer. Kemudian, organisme fotosintetik mengolah karbon dioksida menjadi oksigen dan melepaskan oksigen tersebut ke atmosfer sebagai hasil pengolahan makanan yang memanfaatkan cahaya Matahari. Lapisan Atmosfer Atmosfer tersusun atas lapisan-lapisan, antara lain Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer, dan Eksosfer. Berikut adalah penjelasan masing-masing lapisan atmosfer yang dikemukakan oleh Tim Kemdikbud (2017, hlm.  88-91). Troposfer Troposfer merupakan lapisan atmosfer yang berada di bagian paling bawah. Ketinggian troposfer terhitung mulai dari permukaan laut (0 km) hingga 10 km di atas permukaan laut (dpl). Sebagian besar bagian troposfer berbentuk uap air dan 75% terdiri atas gas-gas atmosfer. Troposfer merupakan tempat berlangsungnya sistem Bumi, seperti hujan, angin, salju, dan awan. Stratosfer Stratosfer adalah lapisan atmosfer yang memiliki ketinggian antara 10-50 km dpl dan sebagian besar stratosfer terdiri atas gas ozon (O3). Lapisan stratosfer memiliki sedikit awan, namun tidak ada aktivitas cuaca, sehingga tidak mengganggu penerbangan pesawat yang biasa terbang di lapisan ini. Mesosfer Saat melihat fenomena meteor jatuh, kita akan melihat meteor tersebut melintasi Bumi namun tiba-tiba hilang. Sebetulnya, meteor tersebut terbakar habis karena melewati lapisan atmosfer yang disebut mesosfer. Lapisan mesosfer adalah lapisan pelindung bumi dari benda-benda luar angkasa, kebanyakan benda asing yang masuk ke bumi tidak akan bertahan dan terbakar habis saat melewati lapisan ini. Lapisan mesosfer terletak pada ketinggian 50-85 km dpl.



2



Termosfer Dinamakan termosfer karena suhu yang sangat panas yakni pada lapisan ini mencapai 1.982 derajat selsius. Termosfer adalah lapisan atmosfer yang memiliki suhu paling tinggi. Lapisan termosfer memiliki ketinggian antara 85-500 km dpl. Selain digunakan sebagai tempat mengorbitnya teleskop Hubble dan pesawat ulang-alik, termosfer juga berfungsi sebagai pelindung Bumi dari radiasi ultraviolet. Pada mesosfer dan termosfer terdapat lapisan yang memiliki partikel ion (bermuatan) yang disebut ionosfer. Eksosfer Lapisan eksosfer terdapat pada ketinggian lebih dari 500 km dpl. Kandungan utama dari eksosfer adalah gas hidrogen. Eksofer memiliki sedikit molekul, sehingga gaya tekanan sangat rendah. Satelit-satelit buatan yang mengitari Bumi ditempatkan pada lapisan ini. Tekanan Udara Atmosfer Gas yang terdapat di atmosfer memiliki massa. Oleh karena itu, Gravitasi Bumi juga akan menghasilkan gaya tarik terhadap molekul gas dari atmosfer yang berada ratusan kilometer di atas Bumi. Molekul gas atmosfer itu mengarah langsung ke permukaan Bumi sehingga akan menekan udara di bawahnya. Akibatnya, molekul udara di dekat permukaan Bumi menjadi lebih rapat. Udara yang memiliki kerapatan tinggi ini akan menghasilkan gaya tekan yang besar pula. Gaya yang diberikan pada suatu daerah tersebut disebut tekanan udara. Besarnya tekanan udara akan berkurang seiring dengan bertambahnya ketinggian atmosfer. Itulah penyebab kita akan merasakan kesulitan bernapas seperti biasa saat sedang berada di daerah pegunungan. Karena di daerah tinggi, jumlah molekul udara oksigen semakin sedikit. Lapisan Ozon Setelah terdapat oksigen di atmosfer, terbentuklah ozon (O3). Ozon memiliki peran yang penting bagi keberlangsungan hidup organisme yang ada di Bumi. Fungsi dari Lapisan Ozon di atmosfer adalah melindungi Bumi dari radiasi Matahari yang sangat berbahaya bagi organisme di Bumi. Hanya 50% dari energi radiasi Matahari yang sampai ke permukaan Bumi. Sementara itu, jumlah radiasi ultraviolet yang sampai ke permukaan Bumi hanya 1%, karena 99% radiasi ultraviolet diserap pula oleh lapisan ozon. Lapisan ozon terdapat pada stratosfer pada ketinggian 18-54 km dpl. Ozon tersusun atas oksigen sebagai bahan dasarnya. Kandungan ozon dalam lapisan stratosfer sangat tinggi, sehingga melindungi Bumi dari radiasi Matahari yang berbahaya. Konsentrasi ozon di atmosfer berubah-ubah. Salah satu yang yang memengaruhi konsentrasi ozon adanya gas CFC yang biasa digunakan dalam produk pendingin (AC dan kulkas) juga parfum. Hasil pengamatan NASA menunjukkan bahwa lubang ozon semakin 3



membesar dari tahun 1980 hingga tahun 2010. Oleh karena itu, kita harus mengurangi penggunaan CFC dan menanggapi Pemanasan Global secara serius.



Litosfer Litosfer adalah lapisan tanah atau bebatuan yang menyelimuti Bumi. Litosfer berasal dari bahasa Yunani yakni lithos yang berarti “batuan” dan shapira yang berarti “lapisan”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa litosfer adalah lapisan batuan yang ada di Bumi. Dalam arti luas, litosfer juga diartikan sebagai seluruh bagian padat Bumi, termasuk intinya. Struktur padat Bumi terdiri atas kerak Bumi, mantel, dan inti Bumi. Masing-masing struktur padat Bumi tersebut dibedakan lagi menjadi bagiannya masing-masing. Berikut adalah penjabarannya. 1. 2. 3.



Kerak Bumi terdiri atas: kerak benua, yakni kerak bumi yang berada di daratan dan kerak samudra kerak bumi yang berada di laut. Mantel Bumi terdiri dari: mantel atas dan mantel bawah. Inti Bumi dibedakan menjadi 2, yakni inti luar yang berupa cairan pekat dan inti dalam yang bersifat pekat hampir menyerupai padatan.



Teori Tektonik Lempeng Teori ini menjelaskan bahwa salah satu bagian dari litosfer adalah lempeng yang selalu aktif bergerak. Pergerakan lempeng tersebut diakibatkan oleh adanya aliran konveksi dari inti Bumi. Lempeng dapat bergerak saling menjauhi maupun saling mendekati. Ketika lempeng bergerak saling menjauhi, maka akan timbul patahan/sesar. Jika lempeng bergerak saling mendekati dan bertumbukan, maka akan terjadi subduksi. Salah satu efek dari pergerakan lempeng adalah adanya gempa dan terbentuknya pegunungan berapi. Teori tektonik lempeng ditarik berdasarkan dua teori mengenai lempeng bumi yang sebelumnya sudah dikembangkan. Berikut adalah penjelasannya. Continental Drift Jika diperhatikan, berbagai benua yang ada di bumi tampak seperti potongan puzzle yang kalau disatukan akan menjadi kesatuan utuh. Berdasarkan alasan tersebut, seorang ahli meteorologi asal Jerman bernama Alfred Wegener mengajukan sebuah teori yang dikenal dengan teori pergerakan benua (continental drift). Wegener menjelaskan bahwa pada zaman dahulu, semua benua di Bumi menyatu membentuk sebuah daratan yang sangat luas (pangeae). Sekitar 200 juta tahun lalu, benua tersebut terpisah dan bergerak saling menjauh secara perlahan.



4



Bebatuan yang menyusun benua yang sudah terpisah juga memiliki kesamaan. Misalnya, struktur bebatuan pegunungan di Amerika Serikat memiliki kesamaan dengan batuan di Greenland dan Eropa Barat. Penemuan fosil juga mendukung teori pergerakan benua. Salah satu buktinya dengan adanya penemuan fosil Mesosaurus di Amerika Selatan dan Afrika. Padahal Mesosaurus adalah reptil yang hidup di air tawar dan tidak mungkin berenang melewati samudra. Selain fosil itu, penemuan fosil lainnya juga menudukung teori pergerakan lempeng, meliputi: 1. 2. 3.



fosil Cynognathus yang ditemukan di Amerika Selatan dan Afrika Fosil Lystrosaurus yang ditemukan di Afrika, India, dan Antartika Fosil tumbuhan Glossopteris yang ditemukan di Amerika Selatan, Afrika, India, Antartika, dan Australia.



Namun sayangnya Wegener tidak dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa perpisahan benua tersebut terjadi. Seafloor Spreading Baru pada awal tahun 1960, seorang ilmuan dari Princeton University yang bernama Harry Hess mengajukan teori yang bernama seafloor spreading atau pergerakan dasar laut. Hess menjelaskan bahwa di bawah kerak Bumi tersusun atas material yang panas dan memiliki massa jenis yang rendah. Akibatnya, material tersebut naik ke punggung kerak samudra. Kemudian material bergerak ke samping bersama dasar kerak samudra, sehingga bagian dasar kerak samudra tersebut menjauh dari punggung kerak samudra dan membentuk sebuah patahan. Karena dasar kerak samudra menjauh sehingga terbentuk patahan, maka magma akan naik ke atas dan mengisi patahan tersebut. Magma yang telah sampai ke patahan akan mendingin dan membentuk kerak yang baru. Seafloor spreading menjadi teori yang cukup kuat untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana perpisahan benua dapat terjadi. Gempa Bumi Ketika lempeng bergerak atau patah, maka terdapat energi yang dilepaskan pula. Energi tersebut mengakibatkan terjadinya getaran yang merambat melalui material Bumi lainnya yang disebut dengan gempa bumi. Gelombang yang merambat sepanjang permukaan Bumi dan gelombang gempa Bumi disebut gelombang seismik. Sementara titik pusat pada kedalaman Bumi yang menjadi pusat gempa disebut hiposentrum. Permukaan Bumi yang berada di atas hiposentrum disebut episentrum. Kekuatan gempa (magnitude) pada sebuah daerah dinyatakan dengan Skala Richter. Pengukuran kekuatan gempa didasarkan pada amplitudo atau grafik gelombang seismik di seismogram. Skala Richter menunjukkan besarnya energi gempa yang dilepaskan.



5



Berdasarkan gempa yang terjadi sampai saat ini, rentang Skala Richter antara 1,0 – 10,0. Setiap kenaikan 1,0 skala, energi gempa yang dihasilkan 32 kali lebih besar. Misalnya, sebuah gempa dengan kekuatan 6,8 Skala Richter melepaskan energi 32 kali lebih besar dibandingkan energi yang dilepaskan gempa dengan kekuatan 5,8 Skala Richter. Intinya, semakin besar skalanya, maka semakin besar pula getarannya. Dampak Gempa Bumi Sebagian besar dampak kerusakan akibat gempa Bumi diakibatkan oleh gelombang yang merambat di permukaan Bumi. Bangunan serta jalan raya dapat rusak, makhluk hidup yang berada di sana juga terancam bahaya, termasuk manusia. Selain itu, gempa bumi juga berpotensi menyebabkan bencana lain jika terjadi di dasar laut. Namun, ketika gempa terjadi di dasar laut, gerakan lempeng tersebut akan mendorong air laut ke atas, sehingga timbul gelombang yang besar dan kuat. Gelombang air laut dapat mengalir ratusan kilometer ke segala arah dari episentrum. Gelombang air laut ini disebut tsunami. Dampak yang terjadi juga dapat merusak berbagai bangunan dan membahayakan jiwa manusia. Hidrosfer Hidrosfer adalah lapisan air yang menyelimuti Bumi. Hidrosfer berasal dari kata hidros yang artinya air dan sphaira yang berarti selimut. Jadi, hidrosfer merupakan lapisan air yang menyelimuti Bumi. Jika diperhatikan dari globe atau google earth, warna yang paling dominan dari Bumi adalah biru. Bagian berwarna biru tersebut adalah air. Hampir 70% bagian bumi adalah air (hidrosfer). Hampir semua elemen kehidupan memerlukan air untuk keberlangsungan kehidupannya. Tumbuhan memerlukan air untuk berfotosintesis, sedangkan manusia memerlukan air untuk metabolisme dan memenuhi kebutuhan hidup. Jika semua makhluk di Bumi menggunakan air untuk melangsungkan kehidupannya, apakah air yang ada di Bumi akan berkurang dan habis? Atau jumlah air akan bertambah karena adanya hujan? Ataukah jumlah air di Bumi tetap? Siklus Air Air yang ada di Bumi memiliki sebuah siklus yang dinamakan siklus hidrologi atau siklus air. Siklus hidrologi merupakan sebuah proses daur ulang air secara terus menerus. Berikut adalah siklus air seperti dalam buku yang disusun oleh Tim Kemdikbud (2017, hlm. 133-). 1. 2. 3. 4. 5.



Siklus air bermula saat panas Matahari menguapkan air yang ada di laut dan di permukaan Bumi lainnya. Proses ini disebut dengan evaporasi. Uap air tersebut akan berkumpul di angkasa dan terjadi proses kondensasi (pengembunan) hingga terbentuk awan. Awan tersebut kemudian akan berjalan sesuai dengan arah embusan angin. Penguapan yang terjadi setiap hari mengakibatkan uap yang menjadi awan semakin banyak. Jika awan sudah tidak dapat menampung uap dari evaporasi, maka uap air di awan akan turun sebagai hujan. Air hujan kemudian akan mengisi wadah cadangan air yang berada di permukaan Bumi, meliputi berbagai danau, sungai, dan resapan air (mata air).



6



Siklus ini adalah siklus yang berlangsung terus menerus. Jadi, seharusnya jumlah air yang ada di bumi ain cenderung tetap sama. Namun, bisa saja terjadi sebaliknya, di sebagian belahan bumi air tidak ada karena curah hujannya kecil. Sebagian lagi justru berpotensi terkena banjir. Banjir Saat wadah cadangan air yang berada di permukaan bumi terganggu, maka hal tersebut dapat menyebabkan bencana banjir. Misalnya bagaimana tanah tidak dapat menjadi resapan air karena ditutupi oleh bangunan bertingkat, jalan beton, dan aspal. Banjir  juga bisa berasal dari luapan penyimpanan air, baik itu danau, waduk, maupun sungai yang tidak mampu menampung jumlah air yang sangat besar. Ketika penyimpanan air sudah penuh, maka air yang harusnya disalurkan ke penyimpanan akan meluap ke daratan sehingga membanjiri daerah sekitarnya. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari pencemaran lingkungan seperti membuang sampah sembarang ke sungai. Referensi 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.



7



Materi Mitigasi Bencana: Pengertian, Jenis, Strategi, Tahapan dan Contohnya Mitigasi merupakan upaya mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat bencana. Terhadap bencana sendiri ada empat penanganan yang dapat dilakukan yaitu mitigasi, kesiapan, tanggapan, dan penormalan kembali. PENGERTIAN Mitigasi BENCANA Mitigasi Bencana merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat di kawasan rawan bencana, baik itu bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat. Ada empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam mitigasi bencana, diantaranya tersedianya informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap kategori bencana, sosialisasi dalam meningkatkan pemahaman serta kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana, mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari serta cara penyelamatan diri jika bencana terjadi sewaktu-waktu dan pengaturan, penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana. Pertimbangan dalam Menyusun Program Mitigasi (khususnya di Indonesia) diantaranya:    



 



 







Mitigasi bencana harus diintegrasikan dengan proses pembangunan Fokusnya bukan hanya dalam mitigasi bencana tapi juga pendidikan, pangan, tenaga kerja, perumahan bahkan kebutuhan dasar lainnya. Sinkron terhadap kondisi sosial, budaya serta ekonomi setempat Dalam sektor informal, ditekankan bagaimana meningkatkan kapasitas masyarakat untuk membuat keputusan, menolong diri sendiri dan membangun sendiri. Menggunakan sumber daya lokal (sesuai dengan prinsip desentralisasi) Mempelajari pengembangan konstruksi rumah yang aman bagi golongan masyarakat kurang mampu, serta pilihan subsidi biaya tambahan dalam membangun rumah. Mempelajari teknik merombak (pola dan struktur) pemukiman. Mempelajari tata guna lahan untuk melindungi masyarakat yang tinggal di daerah rentan bencana dan kerugian, baik secara sosial, ekonomi, maupun implikasi politik Mudah dimengerti dan diikuti oleh masyarakat.



JENIS Mitigasi BENCANA Tujuan dari mitigasi sendiri adalah mengurangi kerugian pada saat terjadinya bahaya di masa mendatang, mengurangi risiko kematian dan cedera terhadap penduduk, mencakup pengurangan kerusakan dan kerugian-kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap infrastruktur sektor publik. Seperti pada contohnya pada buku Rumah Panggung yang membahas bagaimana rumah panggung tersebut digunakan sebagai mitigasi bencana di Pesisir Aceh. Mitigasi dibagi menjadi 2 jenis, yakni mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Apa bedanya? Berikut penjelasanya Grameds! Mitigasi STRUKTURAL Mitigasi struktural merupakan upaya dalam meminimalkan bencana dengan membangun berbagai prasarana fisik menggunakan teknologi. Misalnya dengan membuat waduk untuk mencegah banjir, membuat alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, menciptakan early warning sistem untuk memprediksi gelombang tsunami, 8



hingga membuat bangunan tahan bencana atau bangunan dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu bertahan dan tidak membahayakan para penghuninya jika bencana terjadi sewaktu-waktu. Mitigasi NON STRUKTURAL Mitigasi non struktural merupakan suatu upaya dalam mengurangi dampak bencana melalui kebijakan dan peraturan. Contohnya, UU PB atau Undang-Undang Penanggulangan Bencana, pembuatan tata ruang kota, atau aktivitas lain yang berguna bagi penguatan kapasitas warga. STRATEGI Mitigasi BENCANA Memahami bahwa bencana dapat diprediksi secara alamiah dan saling berkaitan antara yang satu dan lainnya sehingga perlu di evaluasi secara terus menerus. Upaya mitigasi bencana harus memiliki persepsi yang sama baik dari aparat pemerintahan maupun masyarakatnya. Adapun strategi yang dapat dilakukan agar upaya mitigasi bencana dapat terkoordinir dengan baik adalah sebagai berikut. PEMETAAN Pemetaan menjadi hal terpenting dalam mitigasi bencana, khususnya bagi wilayah yang rawan bencana. Hal ini dikarenakan sebagai acuan dalam membentuk keputusan antisipasi kejadian bencana. Pemetaan akan tata ruang wilayah juga diperlukan agar tidak memicu gejala bencana. Sayangnya di Indonesia pemetaan tata ruang dan rawan bencana belum terintegrasi dengan baik, sebab memang belum seluruh wilayahnya dipetakan, Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik, Peta bencana belum terintegrasi dan Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda beda sehingga menyulitkan dalam proses integrasinya. PEMANTAUAN Pemantauan hasil pemetaaan tingkat kerawanan bencana pada setiap daerah akan sangat membantu dalam pemantauan dari segi prediksi terjadinya bencana. Hal ini akan memudahkan upaya penyelamatan saat bencana terjadi. Pemantauan juga dapat dilakukan untuk pembangunan infrastruktur agar tetap memperhatikan AMDAL. PENYEBARAN INFROMASI Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara memberikan poster dan leaflet kepada Pemerintah Kabupaten atau Kota dan Provinsi seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang tata cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana. Tujuannya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di kawasan tertentu. Koordinasi pemerintah daerah sangat berperan dalam penyebaran informasi ini mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas. SOSIALISASI, PENYULUHAN, PENDIDIKAN Beberapa lapisan masyarakat mungkin ada yang tidak dapat mengakses informasi mengenai bencana. Oleh karenanya menjadi tugas aparat pemerintahan untuk melakukan sosialisasi ke masyarakat. Adapun bahan penyuluhan hampir sama dengan penyebaran informasi. Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika terjadi bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur informasi dari petugas lapangan, pejabat teknis dan masyarakat sampai ke tingkat pengungsian dan penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan ini kesiagaan tinggi menghadapi bencana akan terbentuk.



9



PERINGATAN DINI Peringatan dini untuk memberitakan hasil pengamatan kontinyu di suatu daerah yang rawan bencana, dengan tujuan agar masyarakatnya lebih siaga. Peringatan dini tersebut disosialisasikan kepada masyarakat melalui pemerintah daerah dengan tujuan memberikan kesadaran masyarakat dalam menghindarkan diri dari bencana. Peringatan dini dan hasil pemantauan daerah rawan bencana berupa saran teknis, pengalihan jalur jalan (sementara atau seterusnya), pengungsian dan saran penanganan lainnya. TAHAP PENANGANAN BENCANA Bagian paling kritis dari Pelaksanaan mitigasi adalah pemahaman penuh akan sifat bencana. Dalam setiap negara dan daerah, tipe bahaya-bahaya yang dihadapi juga akan berbeda-beda. Beberapa negara rentan terhadap banjir, yang lain memiliki sejarah-sejarah tentang kerusakan badai tropis, dan yang lain dikenal sebagai daerah gempa bumi. Berdasarkan siklus waktunya, kegiatan penanganan bencana kemudian dapat dibagi 4 kategori. Mitigasi sebagai tahap awal penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan memperkecil dampak bencana, pahami tahapan setelahnya berikut penjelasannya Grameds: Mitigasi adalah kegiatan sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain membuat peta wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman pohon bakau, penghijauan hutan, serta memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesadaran masyarakat yang tinggal di wilayah rawan tersebut.  Kesiapsiagaan, merupakan perencanaan terhadap cara merespons kejadian bencana. Perencanaan dibuat berdasarkan bencana yang pernah terjadi dan bencana lain yang mungkin akan terjadi. Tujuannya adalah meminimalkan korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana pelayanan umum juga meliputi upaya mengurangi tingkat risiko, pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, serta pelatihan warga di wilayah rawan bencana.  Respons, merupakan upaya meminimalkan bahaya yang diakibatkan bencana. Tahap ini berlangsung sesaat setelah terjadi bencana. Rencana penanggulangan bencana dilaksanakan dengan fokus pada upaya pertolongan korban bencana dan antisipasi kerusakan yang terjadi akibat bencana.  Pemulihan, merupakan upaya mengembalikan kondisi masyarakat seperti semula. Pada tahap ini, fokus diarahkan pada penyediaan tempat tinggal sementara bagi korban serta membangun kembali saran dan prasarana yang rusak. Selain itu, dilakukan evaluasi terhadap langkah penanggulangan bencana yang dilakukan. Di Indonesia sendiri sebagai daerah yang rawan terhadap bencana alam, memiliki sistem SIG atau Sistem Informasi Geografis yang merupakan sebuah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menganalisis berbagai informasi geografis. Dalam penggunaan sistem SIG tersebut dalam mitigasi bencana dapat kamu pelajari pada buku Pemodelan SIG untuk Mitigasi Bencana. 



CONTOH Mitigasi BENCANA Secara geologis Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Negara yang kita huni ini mendapat julukan ring of fire atau Lingkaran Api Pasifik. Hal ini menjadi faktor di Indonesia sering terjadi bencana. Bencana sendiri diartikan sebagai peristiwa yang dapat mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat seperti kehilangan nyawa dan harta benda. Sementara Mitigasi sebagai langkah antisipasinya, berikut dibawah ini beberapa contoh Mitigasi Grameds:



10



CONTOH Mitigasi BENCANA ALAM Bencana Alam sebagai Peristiwa akibat faktor geologis (pergerakan lempeng bumi), klimatologis (kondisi cuaca atau iklm), dan ekstra-terestrial (benda luar angkasa). Contoh Mitigasi Bencana Bencana Alam, misalnya saja pada Tanah Longsor. Adapun mitigasi bencana yang dapat dilakukan pada tanah longsor adalah sebagai berikut.        



Membangun Terasering dengan sistem drainase yang tepat Membuat Peta rawan bencana tanah longsor Melakukan pembuatan tanggul penahan runtuhan batuan Penutupan rekahan di atas lereng Melakukan Reboisasi di hutan yang gundul Tidak mendirikan bangunan di daerah tebing atau tanah yang tidak stabil Memperhatikan dan membuat sistem peringatan dini Memantau informasi gejala tanah longsor dari media elektronik, misalnya website BMKG



CONTOH Mitigasi BENCANA NON ALAM Bencana non-alam atau Peristiwa akibat dari wabah, gagal teknologi, dan epidemic. Misalnya saja pada bencana wabah penyakit, yang bisa dilakukan adalah: Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat pemerintah khususnya di jajaran kesehatan dan lintas sektor terkait untuk memahami risiko bila wabah terjadi serta bagaimana cara-cara menghadapinya bila suatu wabah terjadi melalui kegiatan sosialisasi yang berkesinambungan  Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk mendukung upaya-upaya pencegahan, respon cepat serta penanganan bila wabah terjadi.  Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanganan seperti sumberdaya manusia yang profesional, sarana pelayanan kesehatan, sarana komunikasi, transportasi, logistik serta pembiayaan operasional.  Upaya penguatan surveilans epidemiologi untuk identifikasi faktor risiko dan menentukan strategi intervensi dan penanganan maupun respon dini di semua jajaran. Bencana Sosial masuk diantaranya adalah Kerusuhan. Adapun mitigasi bencana yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 



 



  



Mendorong peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam rangka memelihara stabilitas ketentraman dan ketertiban Mendukung kelangsungan demokratisasi politik dengan keberagaman aspirasi politik, serta di tanamkan moral dan etika budaya politik berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Mengembangkan supremasi hukum dengan menegakkan hukum secara konsisten, berkeadilan dan kejujuran. Meningkatkan pemahaman dan penyadaran serta meningkatnya perlindungan penghormatan, dan penegakkan HAM Meningkatkan kinerja aparatur negara dalam rangka mewujudkan aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdayaguna, produktif, transparan, bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepositme.



Mitigasi DI BERBAGAI SEKTOR Kenali mitigasi perubahan iklim, sebagai usaha yang dilakukan dalam mengurangi resiko peningkatan emisi gas rumah kaca. Menurut data, tiga negara yang paling banyak menyumbang emisi gas rumah kaca adalah Amerika, Cina, dan Indonesia. Prediksi mengenai dampak perubahan iklim di antaranya, di Asia Tenggara pada tahun 2050 akan mengalami krisis air bersih. Di Eropa, akan terjadi gelombang 11



panas dan penyebaran penyakit yang sangat cepat. Selain itu, akibat suhu yang tinggi akan terjadi kekeringan dan gagal panen.  Di Indonesia sendiri, diprediksi sebesar 45% lahan pertanian akan mengalami kerusakan dan sebanyak 2000 pulau akan ikut terendam akibat air laut yang naik. Hal ini jgua dikarenakan Indonseia memiliki karakteristik geografis rawan bencana. Buku Mitigasi Bencana ini memuat informasi mengenai berbagai penanganan yang dapat dilakukan ketika terjadi sebuah bencana.



12