Struktur Kota Medan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB III METODOLOGI PENELITIAN



III.1



Jenis Penelitian Jenis penelitian dapat digolongkan menurut sudut tinjauan tertentu. Salah



satunya adalah jenis penelitian berdasarkan tujuannya (Sangadji, 2010:18). Berdasarkan tujuan penelitian, maka tugas akhir ini termasuk dalam jenis penelitian eksploratif. Menurut F.C Dane (2000) penelitian eksploratif adalah penelitian yang berusaha menemukan sebab akibat dari suatu peristiwa atau kejadian. Penelitian eksploratif



dapat pula diartikan sebagai penelitian yang bertujuan menemukan



problematika baru. Tujuan dari tugas akhir ini adalah menganalisis struktur kota Medan dan mengetahui pengaruhnya terhadap pola pergerakan yang dapat terjadi di kota Medan itu sendiri. Untuk mencapai tujuan tugas akhir ini dilakukan tahapantahapan sebagai berikut : a. Mengidentifikasi struktur kota dengan mengidentifikasi perkembangan kota dan unsur-unsur pembentuk struktur kota b. Menganalisis struktur kota dengan menganalisis faktor kependudukan, pola guna lahan dan jaringan jalan. c. Mengidentifikasi moda pergerakan dengan mengidentifikasi moda kenderaan pribadi dan angkutan umum. d. Menganalisis pola pergerakan melalui analisis bangkitan pergerakan, distribusi pergerakan dan interaksi pergerakan. e. Menganalisis pengaruh struktur kota terhadap pola pergerakan dengan menganalisis pengaruh kependudukan, pola guna lahan dan jaringan jalan



Universitas Sumatera Utara



terhadap bangkitan pergerakan, distribusi pergerakan, interaksi pergerakan dan moda pergerakan kemudian menarik kesimpulan. Menurut karakteristik masalah yang diteliti, maka tugas akhir ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap masalahmasalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi yang meliputi kegiatan penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur (William, 2008). Sedangkan menurut Cooper, H.M (2007) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan informasi yang berkaitan dengan struktur kota dan pola pergerakan di kota yang menjadi objek penelitian, kemudian di analisis untuk menemukan hubungan sebab-akibatnya, yang kemudian akan memberikan gambaran hubungan pengaruh struktur kota terhadap pola pergerakan. III.2



Metode Pelaksanaan Penelitian Menurut Babbie. E dalam Sangadji (2010) metode penelitian pada dasarnya



merupakan cara ilmiah



untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan



tertentu. Cara ilmiah mempunyai karakteristik rasional, empiris, dan sistematis. Penelitian



dimulai



permasalahan



dengan



dengan



memunculkan



menganalisis



permasalahan,



literatur



untuk



mencari



membuat



jawaban hipotesis,



mengumpulkan data dari lapangan, menganalisis data dengan teknik relevan lalu pada akhirnya membuat suatu kesimpulan. Penelitian dapat dikatakan sebagai usaha penyelidikan yang sistematis dan terorganisasi. Alasannya adalah penelitian



Universitas Sumatera Utara



merupakan suatu proses yang dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu untuk mencapai tujuan penelitian. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian adalah : 1) Memilih dan menentukan topik permasalahan. Pemilihan masalah dengan memperhatikan faktor bermanfaat dan memungkinkan dalam pelaksanaan. 2) Merumuskan masalah dengan menentukan tujuan dan sasaran studi. 3) Merumuskan anggapan dasar sebagai dasra pijakan masalah yang diteliti, sebagai pendukung adalah kajian teori. 4) Menentukan jenis penelitian dan pendekatannya 5) Menentukan variabel dan sub variabel 6) Menentukan jenis data dan sumber data yang dibutuhkan berdasarkan variabel 7) Menentukan dan menyusun instrumen/alat bagi penelitian 8) Pengumpulan dan analisis data 9) Menarik kesimpulan Beberapa unsur pokok dalam metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : III.3



Kebutuhan Data Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk



menyusun suatu informasi. Data dapat dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidal melalui perantara). Sedangkan data sekunder merupakan data yang bukan diusahakan sendiri dalam pengumpulannya, diperoleh dari instansi atau institusi lain yang terkait dan sumber data tambahan yang berasal dari buku, majalah



Universitas Sumatera Utara



ilmiah, jurnal ataupun arsip (Sangadji, 2010:170). Dalam penulisan tugas akhir ini, sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Menurut sifatnya data yang digunakan terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berupa pendapat atau judgement sehingga tidak berupa angka, tetapi berupa kata atau kalimat. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berupa angka ataupun tabel angka. Dalam tugas akhir ini daftar kebutuhan data dapat dilihat pada tabel berikut : NO 1



Variabel Struktur Kota



Indikator Gambaran Umum



Kependudukan



Parameter Perkembangan kota Kondisi fisik Dasar Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk



Sumber Data Sekunder: BPS Bappeda Referensi/Literatur Sekunder : BPS Bappeda Referensi/Literatur



Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk yang bekerja,kepemili kan kendaraan



Guna Lahan



Sistem Jaringan



Pola Guna Lahan Sebaran Pemukiman Sebaran Perkantoran Sebaran Pendidikan Sebaran Perdagangan dan Jasa Sebaran Industri Pola Jaringan



Sekunder : BPS Dinas Tata Ruang Bappeda Referensi/Literatur



Sekunder : BPS



Universitas Sumatera Utara



Jalan



2



Pola Pergerakan



Bangkitan Pergerakan Distribusi Pergerakan



Jalan Tingkat Pelayanan Jaringan Jalan Kondisi Umum Jaringan Jalan Matrik dan Bangkitan Pergerakan Jumlah dan kondisi Kenderaan : Pribadi Angkutan Umum



Dinas Perhubungan Bappeda Referensi/Literatur



Sekunder : Dinas Perhubungan Bappeda Referensi/Literatur



Tabel III.4 Kebutuhan Data Studi III.4



Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara mendapatkan data yang



dibutuhkan sesuai dengan variabel-variabel yang diperlukan. Metode pengumpulan data dalam studi ini dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu dalam memperoleh informasi bersumber pada data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya. Data dokumentasi adalah dokumen atau catatan berupa tulisan, angka atau gambar (Sangadji, 2010:176). Cara pengumpulan data dalam studi ini dilakukan dengan melakukan survai instansional untuk mendapatkan data yang bersumber dari tulisan, sperti buku laporan, peraturan, dokumen dan sebagainya, sesuai dengan variabel-variabel yang diperlukan dapat berupa angka-angka, peta, dan kebijakan atau statement dari instansi-instansi pemerintah yang berwenang mengeluarkannya. Berbagai data tersebut didapatkan dari Bappeda, Kantor Badan Pusat Statistik, Dinas Perhubungan dan lain-lain. Adapun data sesuai yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel III.4 diatas.



Universitas Sumatera Utara



III.5



Metode Dan Alat Analisis Penelitian Analisis data adalah proses mencari data dan mengatur secara sistematis



berupa interview, transkrip, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang ditemukan di lapangan yang semuanya dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu fenomena dan membantu untuk mempresentasikan temuan penelitian kepada orang lain. Dalam Sangadji (2010) Brannen membedakan analisis data menjadi dua macam, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Perbedaan ini tergantung kepada sifat data yang telah dikumpulkan. Apabila data yang dikumpulkan hanya sedikit, bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus, maka analisisnya adalah analisis kualitatif. Lain halnya apabila data yang dikumpulkan berjumlah besar dan mudah diklasifikasikan kedalam kategori-kategori, maka analisis kuantitatif lah yang diperlukan. Tujuan dari tugas akhir ini adalah mendeskripsikan bentuk dan karakteristik struktur kota Medan dan mengetahui pengaruh dari struktur kota tersebut terhadap pola pergerakan yang terjadi di kota Medan dengan jenis metode penelitian adalah penelitian deskriptif. Menurut tujuan dan jenis metode penelitiannya, maka dalam tugas akhir ini teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif yang secara substansial terkandung muatan pengumpulan data kemudian di interpretasi melalui temuan tentang suatu peristiwa dengan melihat penyebabnya. Teknik analisis deskriptif kualitatif menekankan kekuatan analisis datanya pada sumber-sumber dokumentasi dan teori selanjutnya di interpretasikan secara luas, dalam dan tajam (Sangadji, 2010:210). Dalam teknik analisis tugas akhir ini selanjutnya akan ditemukan suatu makna dan kesimpulan dari suatu fenomena objek



Universitas Sumatera Utara



yang diteliti kemudian dijelaskan faktor penyebabnya melalui pencarian fakta dan menggunakan interpretasi yang tepat tentang hal-hal yang terjadi di wilayah studi. Dalam upaya untuk lebih memahami fenomena yang diteliti, berikut adalah diagram alur yang digunakan :



Struktur Kota Medan



Kependudukan



Guna Lahan



Jaringan Jalan



Karakteristik struktur Kota Medan



Bangkitan Pergerakan & Moda Pergerakan (Angkutan umum) dan Pribadi )



Pola Pergerakan Kota Medan



Analisis Pengaruh Struktur Kota Terhadap Pola Pergerakan



Kesimpulan dan Saran Gambar III.6 Diagram Alur Karakteristik Struktur Kota Dan Pengaruhnya Terhadap Pola Pergerakan Di Kota Medan



Universitas Sumatera Utara



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



IV.1



Struktur Kota



IV.1.1 Tinjauan Teori Struktur Kota Medan Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, kota Medan berkembang dari sebuah kampung bernama Kampung Medan Putri, yang didirikan oleh Guru Patimpus sekitar tahun 1590-an. Kondisi dan perkembangan Kota Medan sekarang, tampaknya memang seolah tanpa perencanaan. Padahal, di atas kertas, sejak 1997, pemerintah kota di masa itu sebetulnya telah menyusun rencana pengembangan kota yang cukup bagus. Konsep itu dikenal dengan istilah "Mebidang", yakni singkatan dari Medan, Binjai, dan Deli Serdang. Konsep yang barangkali diilhami oleh pola pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi) tersebut pada dasarnya mengacu pada antisipasi semakin berkurangnya daya dukung kota terhadap perkembangannya dan berkurangnya kemampuan kota menjalankan fungsinya secara maksimal. Medan akan dijadikan sebagai kota inti yang terbagi dalam lima wilayah pembangunan, sementara Kota Binjai dan beberapa kecamatan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang akan dikembangkan sebagai kota satelit. Apabila ditinjau secara bentuk fisik kotanya, Medan memiliki pola jaringan jalan yang berbentuk grid pada daerah pusat kota dan berbentuk radial pada daerah pinggiran kota (Hairulsyah, 2006). Kota dengan struktur pola ini terbentuk didukung oleh faktor topografis yang datar. Keuntungan yang dimiliki oleh pola jaringan jalan sperti ini adalah mudah untuk menempatkan kegiatan kota dan efektif dalam penggunaan lahan yang terbatas seperti halnya kota Medan. Pola grid ini akan mempengaruhi pola penggunan lahan. Struktur ini mempengaruhi penyebaran aktivitas ke segala arah sehingga memungkinkan pusat aktivitas tidak terkonsentrasi pada satu pusat



Universitas Sumatera Utara



saja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kota Medan memiliki struktur kota multiple nuclei atau struktur kota yang memiliki pusat kegiatan kota lebih dari satu titik saja. Pusatpusat aktivitas yang terbentuk berdasarkan arah perkembangan kota Medan (RTRW Kota Medan 2013) adalah sebagai berikut :



1) Pusat Kota Struktur ruang utama dengan skala pelayanan seluruh kota meliputi 7 kecamatan di pusat kota Medan, antara lain : kecamatan Medan Polonia; kecamatan Medan Maimun; kecamatan Medan Baru (Kelurahan Darat dan Petisah Hulu); kecamatan Medan Petisah (Kelurahan Petisah Tengah dan Sekip); kecamatan Medan Barat (Kelurahan Kesawan dan Silalas); kecamatan Medan Timur (Kelurahan Persiapan Perintis dan Gang Buntu); dan kecamatan Medan Kota (Kelurahan Pusat Pasar, Pasar Baru dan Kelurahan Mesjid). Pusat kota ini akan menjadi pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat perkantoran, pusat perdagangan dan jasa, pusat pelayanan umum, pusat pemukiman dan pusat pelayanan transportasi. Perkembangan pusat kota sangat pesat menjadi pusat perdagangan, pemerintahan dan pusat komersial (Central Business DistrictCBD) 2) Medan Belawan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan transportasi laut, pusat kegiatan bongkar muat dan impor – ekspor, pusat pelayanan pertahanan keamanan, pusat kegiatan industri dan pusat kegiatan perikanan, ditetapkan di Kecamatan Medan Belawan, tepatnya di stasiun kereta api Pelabuhan Belawan Lama. 3) Medan Labuhan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan jasa dan perdagangan, pusat pelayanan transportasi, dan pusat pelayanan kesehatan, ditetapkan di Kecamatan Medan Labuhan, tepatnya di persimpangan jalan Marelan Raya dan



Universitas Sumatera Utara



Jalan Yos Sudarso, diantara Kelurahan Pekan Labuhan dengan Kelurahan Martubung. 4) Medan Marelan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan kebutuhan pokok dan pusat kegiatan rekreasi serta wisata, ditetapkan di Kecamatan Medan Marelan, tepatnya dipersimpangan Jalan Marelan Raya dan Jalan Rahmad Budin di Kelurahan Terjun. 5) Medan Perjuangan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan/bisnis dan pusat pelayanan olahraga, ditetapkan di Kecamatan Medan Tembung tepatnya disekitar aksara, meliputi Kecamatan Medan Perjuangan dan Medan Tembung. 6) Medan Area yang berfungsi sebagai pusat pelayanan ekonomi dan pusat pelayanan transportasi, ditetapkan di Kecamatan Medan Amplas tepatnya di sekitar persimpangan terminal Amplas, Kelurahan Timbang Deli, meliputi seluruh kelurahan di Kecamatan Medan Area, Medan Kota kecuali Kelurahan Pusat Pasar, Pasar Baru dan Kelurahan Mesjid. 7) Medan Helvetia yang berfungsi sebagai pusat pelayanan ekonomi, pusat pelayanan transportasi wilayah bagian Barat, dan pusat kegiatan sosial-budaya, serta pusat pelayanan pertahanan keamanan, ditetapkan di Kecamatan Medan Helvetia tepatnya di Jalan Asrama, antara rel Kereta Api dan Jalan Gaperta, meliputi seluruh kelurahan di Kecamatan Medan Petisah kecuali Kelurahan Petisah Tengah dan Sekip. 8) Medan Selayang yang berfungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan/bisnis dan pusat pendidikan, ditetapkan di Kecamatan Medan Selayang tepatnya di sekitar simpang Pemda, meliputi Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan



Universitas Sumatera Utara



Baru kecuali Kelurahan Darat dan Petisah Hulu, seluruh kelurahan di Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan Johor. 9) Medan Timur yang berfungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan/bisnis, pusat pelayanan transportasi (TOD), dan pusat kegiatan sosial-budaya, serta pusat pelayanan pertahanan keamanan, ditetapkan di Kecamatan Medan Timur tepatnya disekitar jembatan layang Pulo Brayan, meliputi Kecamatan Medan Deli, seluruh kelurahan di Kecamatan Medan Timur kecuali Kelurahan Persiapan Perintis dan Gang Buntu, seluruh kelurahan di Kecamatan Medan Barat kecuali Kelurahan Kesawan dan Silalas. Konsep multiple nuclei menyatakan bahwa kota tidak selalu terbentuk dari satu pusat saja, akan tetapi dari berbagai pusat lainnya dalam satu kawasan. Konsep ini sekarang cenderung digunakan sebagai konsep perkembangan kota dibandingkan dengan konsep konsentris. Salah satu yang berpengaruh dalam menentukan penempatan pusat kegiatan adalah ketergantungan beberapa macam kegiatan kota dan kebutuhan yang dirasakan dapat menghasilkan keuntungan, seperti pusat perdagangan dekat pemukiman, industri berdekatan dengan transportasi dan sebagainya. IV.1.2 Penerapan Teori Struktur Kota Pola keruangan yang terbentuk pada kota yang sudah berkembang lama (kota modern) seperti kota Medan, menganggap bahwa struktur kota tidak selalu konsentris, tetapi juga dalam sektor ruang dengan guna lahan sejenis, dalam arti bahwa daerah perumahan dapat berkembang keluar zona konsentris mengikuti jalur transportasi, unsur topografi dan kepentingan-kepentingan lainnya. Pada akhirnya berkembanglah sub-sub pusat secara lebih formal, seperti bentuk dalam teori banyak



Universitas Sumatera Utara



pusat atau yang dikenal dengan multiple nuclei. Umumnya kota-kota yang telah cukup lama berkembang akan memiliki ketiga pola pertumbuhan diatas secara bervariasi. Haris dan Ullman dalam Yunus menyatakan bahwa pertumbuhan kota yang bermula dari satu pusat akan berkembang dan muncul pusat-pusat tambahan yang bersambungan yang masing-masing menjadi pusat pertumbuhan seperti pendidikan (kampus/universitas), industri, transportasi (pelabuhan, stasiun dan terminal). Pengelompokan-pengelompokan pusat pertumbuhan dalam suatu tata guna lahan dengan perhitungan-perhitungan ekonomis sperti industri mencari lokasi dekat sarana transportasi dan perumahan dekat dengan sarana perbelanjaan. Kebanyakan kota-kota besar seperti kota Medan tidak tumbuh dalam ekspresi keruangan yang sederhana, yang hanya ditandai oleh satu pusat kegiatan saja (unicentered theory) namun terbentuk sebagai suatu produk perkembangan dan integrasi yang berlanjut terus-menerus dari sejumlah pusat-pusat kegiatan yang terpisah satu sama lain dalam suatu sistem perkotaan (multi centered theory). Pusatpusat ini dan distrik-distrik sekitarnya didalam proses pertumbuhan selanjutnya kemudian ditandai oleh gejala spesialisasi dan diferensiasi ruang. Lokasi zona-zona keruangan yang terbentuk tidak ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor jarak dari CBD serta membentuk persebaran zona-zona ruang yang teratur, namun berasosiasi dengan sejumlah faktor dan pengaruh faktor-faktor ini akan menghasilkan pola-pola keruangan yang khas (Yunus, 2000:45). Dalam perencanaan pembangunan perkotaan sekarang, struktur tata ruang adalah wujud struktural pola pemanfaatan baik yang direncanakan atau tidak. Wujud struktural pola pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan buatan yang secara hierarkis dan



Universitas Sumatera Utara



struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata ruang. Secara konseptual, tata ruang haruslah mengintegrasikan rencana-rencana wilayah, rencana wilayah pada gilirannya mengintegrasikan rencana-rencana kota dan rencana-rencana desa dan rencana perkotaan merupakan perpaduan seluruh daerah perkotaan (Soefaat, 1999). Karena begitu luasnya unsur dari struktur kota, maka dalam penelitian analisis dilakukan pembatasan-pembatsan. Analisis struktur kota yang dilakukan adalah analisis kependudukan, guna lahan dan sistem transportasi dengan pembatasan-pembatasan variabelnya yang berkaitan dengan pola pergerakan. IV.2. Struktur Kota Medan IV.2.1 Kependudukan Penduduk adalah pelaku dari sistem aktivitas yang merupakan aspek yang sangat penting dalam struktur kota. Faktor kependudukan juga merupakan faktor utama sebagai suatu masukan dalam perencanaan sistem transportasi kota. Kependudukan merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap besarnya pergerakan yang terjadi di suatu kota. Faktor yang mempengaruhi adalah jumlah penduduk dan jumlah penduduk yang berpotensi untuk melakukan pergerakan seperti tingkat kesejahteraan, tingkat kepemilikan kenderaan, dan aktivitas penduduk (penduduk yang bekerja). IV.2.1.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Pada tahun 2011, penduduk Kota Medan mencapai 2.117.224 jiwa. Dibanding hasil Sensus Penduduk 2010, terjadi pertambahan penduduk sebesar 19.614 jiwa (0.093%). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk mencapai 7.987 jiwa/km². Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli sebesar 170.013 jiwa, disusul kecamatan Medan Marelan



Universitas Sumatera Utara



sebesar 145.788 jiwa dan Medan Helvetia sebesar 145.239 jiwa. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di kecamatan Medan Baru sebesar 39.564 jiwa, Medan Maimun sebsar 39.646 jiwa dan Medan Polonia sebesar 53.384 jiwa. Tingkat kepadatan Penduduk tertinggi ada di Kecamatan Medan Perjuangan sebesar 22.856 jiwa/km², Medan Area sebesar 17.509 jiwa/km², dan Medan Tembung sebesar 16.744 jiwa/km².



Tahun



Laju Pertumbuhan (%)



Jumlah



2007 2008 2009 2010 2011



2.083.156 2.102.105 2.121.053 2.097.610 2.117.224



0,07 0.09 0,09 -0,01 0,09



Tabel IV.5 Jumlah Penduduk Kota Medan 2007-2011



2130000 2,121,053



2,117,224



2120000 2110000



2,102,105 2,097,610



2100000 2090000



2,083,156



2080000 2070000 2060000 2007



2008



2009



2010



2011



Gambar IV.7 Jumlah Penduduk Kota Medan Sumber : Kota Medan Dalam Angka 2012 (diolah) Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa selama tahun 2007 – 2011 jumlah penduduk Kota Medan cenderung mengalami peningkatan yaitu dari 2,08 juta jiwa pada tahun 2007 menjadi 2,11 juta jiwa pada tahun 2011. Peningkatan laju



Universitas Sumatera Utara



pertumbuhan penduduk ini dipengaruhi oleh meningkatnya derajat kehidupan sosial masyarakat khususnya di bidang pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Faktor lain yang juga secara berarti mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya arus urbanisasi dan komuter serta kaum pencari kerja ke Kota Medan.



Universitas Sumatera Utara



Gambar IV.8 Peta Kepadatan Penduduk



Universitas Sumatera Utara



IV.2.1.2 Kepadatan Penduduk Konsentrasi penduduk dapat diketahui dari jumlah kepadatannya. Kepadatan penduduk menentukan permintaan prasarana dan sarana transportasi seperti penyediaan jaringan jalan dan angkutan umum. Kepadatan penduduk kota Medan sebesar 7.987 jiwa/km². Wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Medan Perjuangan dengan kepadatan penduduk mencapai 22.856 jiwa/km². Kepadatan penduduk terendah berada di kecamatan Medan Labuhan dengan kepadatan penduduk mencapai 3.063 jiwa/km². Adanya perbedaan sumber daya antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan perbedaan sebaran penduduk. Biasanya penduduk akan mengumpul pada satu wilayah yang dapat menunjang kehidupannya seperti faktor lokasi, suasana lingkungan sosial-ekonomi, biaya hidup, ketersediaan sarana dan prasarana dan fasilitas pelayanan umum. Hal ini dapat dipahami mengapa kawasan dengan pola penggunaan lahan yang masuh didominasi oleh pertanian seperti di Medan Labuhan dan Medan Tuntungan dapat dikatakan kawasan kurdang berkembang dibanding dengan kawasan lainnya karena dari segi ketersediaan saran dan prasarana masih kurang dibanding dengan wilayah lainnya yang pada akhirnya akan mengurangi daya tarik untuk bertempat tinggal, karena jaraknya yang relatif cukup jauh dari pusat-pusat kegiatan kota.



Universitas Sumatera Utara



25000



22,856



20000



17,788 17,509 15,676 13,304



15000 10000



10,326 8,605



16,744 14,015 13,298



11,036 9,066 7,805 7,313 6,775 5,925



8,158 6,130 3,063 3,644



5000 3,955 0



Kepadatan Penduduk(jiwa/km²)



Gambar IV.9 Kepadatan Penduduk Kota Medan 2011 Sumber : Kota Medan Dalam Angka 2012 (diolah) IV.2.1.3 Mata Pencaharian Menurut hasil rangkuman survei perjalanan di perkotaan, perjalanan untuk aktivitas bekerja menempati urutan pertama dari segi jumlah. Perjalanan ke tempat kerja mencakup 20% dari seluruh perjalanan perkotaan (Tamin, 2000:18). Perjalanan aktivitas bekerja merupakan salah satu pola pergerakan yang menimbulkan kemacetan karena jumlahnya yang besar dan dilakukan rutin setiap hari dengan pola waktu yang tetap. Jumlah penduduk yang bekerja dan jenis mata pencaharian penduduk terkait dengan intensitas pergerakan yang dilakukan. Kategori jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di kota Medan terbagi menjadi kategori petani, Pegawai Negeri Sipil, pegawai swasta, nelayan, pedagang, pensiunan dan ABRI. Berikut ini gambar jumlah penduduk kota Medan berdasarkan mata pencaharian.



Universitas Sumatera Utara



100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%



Column1 Lainnya Pensiunan Pedagang Nelayan



Medan Tuntungan Medan Johor Medan Amplas Medan Denai Medan Area Medan Kota Medan Maimun Medan Polonia Medan Baru Medan Selayang Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Petisah Medan Barat Medan Timur Medan Perjuangan Medan Tembung Medan Deli Medan Labuhan Medan Marelan Medan Belawan



Petani ABRI Pegawai Swasta Pegawai Negeri



Gambar IV.10 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kota Medan 2011 Sumber : Kota Medan Dalam Angka 2012 (diolah) Dari grafik di atas terlihat bahwa kawasan Medan Denai, Helvetia dan Medan Timur terlihat mempunyai jumlah penduduk paling besar yang bekerja dari semua kategori pekerjaan. Dengan jumlah terbesar berasal dari kecamatan Medan Denai dengan jumlah 89.674 penduduk dan jumlah terkecil terdapat di kecamatan Medan Marelan dengan jumlah 16.741 penduduk. Penduduk bekerja terbesar adalah pegawai swasta sebesar 334.891 jiwa atau 15,8%



jumlah penduduk keseluruhan dan



pedagang sebesar 178.598 jiwa atau 8,4% jumlah penduduk keseluruhan. Pergerakan jenis pekerjaan kategori tersebut dapat dikatakan tinggi dengan pola waktu yang sama dan rutin saat berangkat dan pulang kerja. Penduduk yang bekerja paling banyak sebagai pegawai swasta berada di kecamatan Medan Denai sebesar 56.637 jiwa. Paling sedikit bekerja dengan kategori pekerjaan yang sama terdapat di kecamatan Medan Amplas sebesar 3.716 jiwa. Penduduk kota Medan yang bekerja sebagai Pegawai Negeri dan ABRI sebesar 70.320 jiwa atau 3,32% dari keseluruhan



Universitas Sumatera Utara



penduduk, dengan jumlah yang paling banyak terdapat di kecamatan Medan Denai sebesar 9.892 jiwa dan kecamatan Medan Timur sebesar 5.805 jiwa. Kategori ini mempunyai potensi pemakaian moda angkutan kenderaan bermotor pribadi/dinas. Sifat pergerakan tinggi dengan pola waktu yang sama dan rutin saat berangkat dan pulang kerja. IV.2.2 Pola Penggunaan Lahan Penggunaan lahan berpengaruh terhadap terbentuknya struktur ruang kota karena guna lahan merupakan bentuk dasar dari struktur kota. Hutan Rawa, 1.8 Industri, 1.5



Kebun Campuran, 45.4



Pemukiman , 36.3



Perkebunan, 3.1 Perusahaan, 4.2 Sawah, 6.1



Lahan Jasa, 1.9



Sumber :Profil Kota Medan (diakses tanggal 12 September 2013) Gambar IV.11 Presentase Penggunaan Lahan di Kota Medan



Universitas Sumatera Utara



Gambar IV.12 Peta Penggunaan Lahan Kota Medan



Universitas Sumatera Utara



Berdasarkan data penggunaan lahan kota Medan diatas, perbandingan antara luas keseluruhan penggunaan lahan untuk pemukiman adalah 96,23 km² atau sebesar 36,3% dari luas keseluruhan kota Medan. Sementara bagian industri sebesar 3,97 km² atau sebesar 1,5% dari luas keseluruhan kota Medan. Sektor perkebunan mendominasi pola guna lahan yaitu sebesar 128,57 km² atau sekitar 48,5% luas kota Medan. Kemudian sektor perusahaan dan perdagangan memiliki luas 11,13 km² atau sekitar 4,2% luas keseluruhan kota Medan. Lahan kosong atau hutan rawa memiliki luas 4,77 km² atau sekitar 1,8% dari luas keseluruhan. Sementara itu sektor pelayanan/jasa memiliki luas sebesar 5,03 km² atau sebesar 1,9% dari luas keseluruhan. Bagian persawahan yang juga merupakan mata pencaharian masyarakat kota Medan memiliki luas sebesar 16,17 km² atau sebesar 6,1% dari luas keseluruhan kota Medan. Dari hasil tersebut dapat diartikan kota Medan tingkat penggunaan lahannya didominasi penggunaan lahan yang



digunakan untuk area perkebunan yang



mencapai 48,5% dari luas keseluruhan kota Medan. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa kota Medan memiliki pola penggunaan lahan yang memiliki potensi pergerakan yang kecil, seperti perkebunan, pertanian dan daerah hutan. Dari pola sebaran guna lahan yang ada di kota, beberapa fungsi guna lahan sangat mempengaruhi pola perjalanan adalah pemukiman, perkantoran, pendidikan, industri dan perdagangan/jasa. Pola pergerakan yang terjadi karena aktivitas tersebut digolongkan menjadi pola pergerakan ke rumah (home trips), perjalanan untuk keperluan bisnis (business trips), perjalanan untuk bekerja (working trips), perjalanan untuk kegiatan pendidikan (educational trips) dan perjalanan untuk berbelanja (shopping trips).



Universitas Sumatera Utara



IV.2.2.1 Perumahan Permukiman Terjadinya pertambahan jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan lahan permukiman. Lahan untuk permukiman di kota Medan hanya 36,3% dari luas keseluruhan, tetapi dalam perkembangannya penggunaan lahan untuk permukiman ini terus meningkat seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kota Medan khusunya di wilayah pinggiran. Berdasarkan Perda No.11 Tahun 2011 tentang RTRW kota Medan, pembagian kawasan perumahan dan permukiman di kota Medan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu perumahan dengan kepadatan tinggi, perumahan dengan kepadatan sedang dan perumahan dengan kepadatan rendah. Pembagian kategori perumahan tersebut antara lain :  Perumahan berkepadatan tinggi ditetapkan di Kelurahan Sei Kerah Hilir dan Sei Kerah Hulu, Kecamatan Medan Perjuangan; Kelurahan Sukaramai II, Kelurahan Tegal Sari II, Kelurahan Tegal Sari III, Kelurahan Kota Maksum I, Kelurahan Kota Matsum IV, dan Rumah susun Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Medan Area; Kelurahan Sei Renggas, Kecamatan Medan Kota; Kelurahan Hamdan dan Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimum; Kelurahan Amplas, Kecamatan Medan Amplas; Perumnas Helvetia, Kecamatan Medan Helvetia; Perumnas Denai, Kecamatan Medan Denai; Perumnas Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan; dan Perumnas Martubung, Kecamatan Medan Labuhan.  Perumahan berkepadatan sedang ditetapkan di Kelurahan Belawan Bahagia, Kecamatan Medan Belawan; Kelurahan Durian, Kecamatan Medan Timur; Kelurahan Sei Putih Barat, Kelurahan Sei Putih Tengah, dan Kelurahan Sekip, Kecamatan Medan Petisah; dan Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia.



Universitas Sumatera Utara



 Perumahan berkepadatan rendah ditetapkan di Kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan Tuntungan. Jumlah rumah di kota Medan dapat dilihat dari tabel berikut :



Kecamatan



Jumlah Rumah



Medan Tuntungan



25.492



Medan Johor



31.651



Medan Amplas



20.013



Medan Denai



24.381



Medan Area



19.904



Medan Kota



20.761



Medan Maimun



10.510



Medan Polonia



11.743



Medan Baru



9.622



Medan Selayang



25.545



Medan Sunggal



27.406



Medan Helvetia



30.987



Medan Petisah



18.829



Medan Barat



17.663



Medan Timur



24.430



Medan Perjuangan



17.336



Medan Tembung



22.559



Medan Deli



26.056



Medan Labuhan



20.769



Medan Marelan



29.379



Medan Belawan



15.997



Total



451.033



Tabel IV.6 Jumlah Rumah di Kota Medan Tahun 2011 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Jumlah total rumah yang ada di kota Medan sebanyak 451.033 rumah. Maka ratio rumah dengan jumlah penduduk adalah 1 : 4,69. Kecamatan yang mempunyai jumlah rumah terkecil berada di kecamatan Medan Baru sebesar 9.622 rumah dengan rata-rata tingkat okupansi 1:4,11 atau tingkat hunian 1 rumah ditempati 4,11



Universitas Sumatera Utara



penduduk. Kemudian kecamatan Medan Maimun sebesar 10.510 rumah dengan ratarata tingkat okupansi 1:3,77 atau tingkat hunian 1 rumah ditempati 3,77 penduduk, dan kecamatan Medan Polonia sebanyak 11.743 rumah dengan rata-rata tingkat okupansi 1:4,54 atau tingkat hunian 1 rumah ditempati 4,54 penduduk. Sementara itu kecamatan yang memiliki jumlah rumah terbanyak berada di kecamatan Medan Johor sebanyak 31.651 rumah, dengan rata-rata tingkat okupansi 1: 3,96 atau tingkat hunian 1 rumah ditempati 3,96 penduduk, kemudian kecamatan Medan Helvetia sebanyak 30.987 rumah dengan tingkat okupansi 1:4,68 dan kecamatan Medan Marelan sebanyak 29.379 rumah dengan tingkat okupansi 1:4,96. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa kecamatan Medan Johor memiliki jumlah rumah terbanyak, yaitu 31.651 rumah. Hal ini memperlihatkan bahwa kecamatan Medan Johor mempunyai potensi bangkitan yang sangat besar dibandingkan daerah-daerah lain.



Universitas Sumatera Utara



Gambar IV.13 Peta Kepadatan Perumahan Kota Medan



Universitas Sumatera Utara



IV.2.2.2 Perkantoran Karakteristik perjalanan ke kantor dilakukan rutin setiap hari dengan pola waktu yang sama. Penduduk yang bekerja di perkantoran merupakan potensi penggunaan kenderaan pribadi. Kemacetan akibat aktivitas perkantoran terjadi pada jam-jam tertentu terutama pada waktu berangkat dan pulang. Perjalanan aktivitas kekantor dilakukan rutin setiap hari dengan pola waktu yang sama ditambah dengan pola pergerakan aktivitas sekolah dengan jam yang sama sering menimbulkan permasalahan transportasi. Sebaran tempat bekerja atau perkantoran merupakan faktor penarik yang besar dalam pergerakan. Sebaran kantor pemerintah dan swasta di kota Medan sebagian besar berada di sepanjang jalan utama terutama di wilayah pusat kota. Beberapa kawasan perkantoran yang terkonsentrasi pada satu kawasan adalah Jalan A.H Nasution Kecamatan Medan Johor, Jalan Adam Malik, Jalan Balai Kota, Jalan H.M Yamin wilayah kecamatan Medan Timur, kawasan Jalan Gatot Subroto, Jalan Pemuda dan kawasan Jalan Iskandar Muda. IV.2.2.3 Aktivitas Pendidikan Perjalanan untuk aktivitas pendidikan sangant besar dari segi jumlah pergerakan. Pergerakan tujuan pendidikan menempati urutan kedua setelah pergerakan untuk aktivitas bekerja. Di kota-kota besar seperti Medan kurang lebih 85% penduduk dari kelompok umur 5-22 tahun melakukan perjalanan pendidikan. Kegiatan pendidikan merupakan salah satu penyebab permasalahan kemacetan lalu lintas karena jumlah perjalanan untuk tujuan pendidikan yang banyak, pola waktu perjalanan yang bersamaan dan penempatan lokasi sarana pendidikan yang tidak tepat. Hal ini dikaitkan dengan jumlah murid, guru, pegawai dan kenderaan penjemput yang selalu rutin melakukan pergerakan dengan pola waktu yang



Universitas Sumatera Utara



bersamaan yang menimbulkan kemacetan pada jam-jam tertentu (jam masuk dan jam pulang sekolah). Berikut ini adalah jumlah murid yang ada di kota Medan dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas : Kecamatan Medan Tuntungan Medan Johor Medan Amplas Medan Denai Medan Area Medan Kota Medan Maimun Medan Polonia Medan Baru Medan Selayang Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Petisah Medan Barat Medan Timur Medan Perjuangan Medan Tembung Medan Deli Medan Labuhan Medan Marelan Medan Belawan



SD SMP 10210 4972 18067 5669 11888 5364 20056 4251 12416 4590 11985 10801 5010 4241 5277 1239 6475 3108 7490 4358 12602 4244 18643 3655 5406 4339 10311 7495 15655 5537 12307 4522 11636 9762 20027 5319 18537 5820 19371 5924 13811 3863 Total



SMA 2681 4599 915 3474 2587 12037 1448 3779 1741 1345 4003 4638 5486 5213 4007 1225 3816 552 2219 1930 1308



SMK 2267 1187 9741 522 364 5684 260 794 87 2390 4815 4923 3267 1357 4732 3578 6167 94 1293 2769 1625



Jumlah 20130 29522 27908 28303 19957 40507 10959 11089 11411 15583 25664 31859 18498 24376 29931 21632 31381 25992 27869 29994 20607 503172



Tabel IV.7 Jumlah Murid di kota Medan Tahun 2011 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Medan Jumlah siswa sekolah dasar sampai menengah yang bersekolah di kota Medan sejumlah 503.172 murid atau setara dengan 23,76 % penduduk kota Medan. Dari jumlah tersebut dapat dikatakan bahwa penduduk yang melakukan perjalanan untuk pendidikan sangat besar di kota Medan. Jumlah siswa terbesar yang melakukan aktivitas pendidikan berada di kecamatan Medan Kota yaitu sebanyak



Universitas Sumatera Utara



40.507 orang. Kemudian di kecamatan Medan Helvetia sebanyak 31.859 orang dan kecamatan Medan Tembung sebanyak 31.381 orang. Kecamatan Medan Tuntungan Medan Johor Medan Amplas Medan Denai Medan Area Medan Kota Medan Maimun Medan Polonia Medan Baru Medan Selayang Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Petisah Medan Barat Medan Timur Medan Perjuangan Medan Tembung Medan Deli Medan Labuhan Medan Marelan Medan Belawan



SD SMP 37 15 47 21 39 16 68 23 41 16 35 22 22 10 16 7 24 12 28 16 40 17 51 26 22 14 27 13 45 19 33 14 39 24 51 22 47 16 54 16 41 12 Total



SMA 7 14 6 14 10 21 5 8 6 6 11 21 10 9 11 7 12 6 5 7 4



SMK 7 7 14 6 2 14 2 2 1 8 11 19 8 3 11 8 8 1 3 8 4



Jumlah 66 89 75 111 69 92 39 33 43 58 79 117 54 52 86 62 83 80 71 85 61 1505



Tabel IV.8 Jumlah Sekolah di Kota Medan Tahun 2011 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Medan Fasilitas pendidikan dari tingkat dasar hingga menengah menyebar di seluruh kota Medan. Data sarana pendidikan di kota Medan memperlihatkan bahwa jumlah sarana pendidikan dasar dan menengah terbanyak ada di kecamatan Medan Helvetia yaitu 117 buah dengan jumlah siswa yang melakukan pergerakan secara rutin sebanyak 31.859 orang, kemudian kecamatan Medan Denai yaitu 111 buah dengan jumlah siswa sebanyak 28.303 orang dan kecamatan Medan Kota yaitu 92 buah dengan jumlah siswa terbanyak yaitu 40.507 orang.



Universitas Sumatera Utara



Data memperlihatkan bahwa pembangunan sarana pendidikan dasar dan menengah di kota Medan cukup tinggi, hal ini menunjukkan bahwa sarana pendidikan menjadi salah satu faktor penarik bangkitan pergerakan yang paling tinggi di kota Medan, dan aktivitas pendidikan terbanyak berada di wilayah pusat kota. Hal ini berdampak pada peningkatan pergerakan menuju pusat kota Medan. IV.2.2.4 Perdagangan Jasa dan Industri Kegiatan perdagangan merupakan penarik bangkitan pergerakan yang tinggi. Jenis pergerakan yang ditimbulkannya adalah pergerakan untuk berbelanja (shopping trips) yaitu perjalanan ke pasar tradisional, pasar swalayan dan pusat pertokoan. Kemacetan yang ditimbulkan akibat adanya fasilitas perdagangan disebabkan banyaknya kenderaan yang keluar/masuk pertokoan, kebutuhan parkir kenderaan yang cukup tinggi, sementara ruang parkir yang tersedia tidak memadai sehingga badan jalan yang terdapat di sekitarnya terpaksa digunakan. Angkutan kota, becak dan taksi yang berhenti sembarangan, adanya kegiatan yang bersifat mengikut seperti pedagang kaki lima yang melebar sampai ke pinggir jalan, aktivitas jalan kaki yang menyebar dan aktivitas bongkar muat barang. Kota Medan memiliki banyak sarana perdagangan baik modern maupun tradisional. Sarana perdagangan modern yang ada meliputi mall/supermarket, pasar swalayan, maupun pusat perbelanjaan atau pertokoan. Kawasan perdagangan kota Medan dengan skala pelayanan kota dan regional terletak di pusat kota yang ditandai dengan adanya kawasan pusat perbelanjaan modern (mall dan trade centre) dan pusat-pusat komersial yang miliki daya tarik lebih dibanding dengan pertokoan biasa. Pusat perbelanjaan modern dengan mall-mall memiliki potensi pembangkit pergerakan yang tinggi. Sementara itu sarana perdagangan tradisional kebanyakan



Universitas Sumatera Utara



berupa pasar umum. Pasar merupakan penarik bangkitan pergerakan yang tinggi. Keberadaan pasar sering ,menimbulkan kemacetan di kawasan sekitarnya yang disebabkan oleh factor konsumen yang menggunakan moda pribadi maupun moda angkutan umum dan faktor produsen yang terkait dengan distribusi barang seperti yang terlihat di kawasan perdagangan Sambu yang mempunyai tingkat pelayanan regional dan kota, kawasan pasar Sukaramai dan Simpang Limun yang juga mempunyai skala pelayanan kota. Berikut ini adalah banyaknya pasar menurut sarana tempat berjualan di kota Medan : Sarana



Kecamatan



Banyak Pasar



Kios



Stan



Toko



Informal



Medan Tuntungan



1



484



238



0



15



Medan Johor



2



86



448



0



12



Medan Amplas



0



0



0



0



0



Medan Denai



1



0



0



0



86



Medan Area



4



867



664



0



427



Medan Kota



8



2612



1293



4



591



Medan Maimun



3



24



41



0



32



Medan Polonia



2



58



108



23



77



Medan Baru



2



168



86



21



20



Medan Selayang



0



0



0



0



0



Medan Sunggal



2



108



398



0



232



Medan Helvetia



2



500



728



0



93



Medan Petisah



3



1226



1000



0



152



Medan Barat



4



338



965



0



145



Medan Timur



4



395



1303



0



96



Medan Perjuangan



4



564



383



0



130



Medan Tembung



1



0



0



0



107



Medan Deli



2



384



140



0



165



Medan Labuhan



5



149



507



10



350



Medan Marelan



1



25



67



0



47



Medan Belawan



5



428



481



0



562



Total



56



8416



8850



58



3339



Tabel IV.9 Banyaknya Pasar Menurut Sarana Tempat Berjualan Sumber : Kota Medan Dalam Angka 2012(diolah)



Universitas Sumatera Utara



Dari data diatas menunjukkan bahwa jumlah pasar dan pertokoan paling banyak berada di pusat kota. Jumlah terbanyak fasilitas perdagangan tersebut berada di kecamatan Medan Kota, dan paling sedikit jumlahnya terdapat di kecamatan Medan Maimun. Di wilayah pinggiran seperti Medan Marelan dan Medan Belawan relatif sedikit. Sektor informal dan pelayanan/jasa meliputi bengkel, salon, fotokopi dan berbagai macam rental juga sebagai penarik pergerakan yang cukup signifikan. Sektor informal dan jasa tersebar di seluruh kecamatan untuk mendukung kegiatan perekonomian masyarakat, namun berdasarkan data yang ada sector tersebut lebih banyak terkonsentrasi di wilayah pusat kota. Jumlah perusahaan industri terbesar di kota Medan dilihat berdasarkan subsektor, berada pada subsektor industri kimia barang dari bahan kimia, karet dan plastik dengan jumlah perusahaan sebanyak 32 perusahaan atau 24,06% dari total perusahaan di kota Medan (133 perusahaan), kemudian subsektor industri makanan, minuman dan tembakau (29 perusahaan). Berikut adalah jumlah perusahaan Industri di kota Medan :



Kecamatan



Banyak Perusahaan



Banyak Tenaga Kerja



Medan Tuntungan



1



84



Medan Johor



22



1628



Medan Amplas



16



5296



Medan Denai



1



39



Medan Area



3



93



Medan Kota



0



0



Medan Maimun



1



23



Medan Polonia



4



212



Medan Baru



0



0



Medan Selayang



2



103



Medan Sunggal



5



463



Medan Helvetia



4



164



Universitas Sumatera Utara



Medan Petisah



6



433



Medan Barat



4



397



Medan Timur



3



116



Medan Perjuangan



4



190



Medan Tembung



2



88



Medan Deli



45



21230



Medan Labuhan



2



796



Medan Marelan



0



0



Medan Belawan



8



2142



Total



133



33497



Tabel IV.10 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja di kota Medan Sumber : Kota Medan Dalam Angka 2012(diolah) Berdasarkan data tersebut, konsentrasi industri yang paling tinggi terdapat di Kecamatan Medan Deli, kecamatan Medan Johor dan kecamatan Medan Amplas. Daerah kawasan industri tersebut mempunyai potensi pergerakan yang sangat tinggi karena aktivitas industri sangat berkaitan erat dengan pergerakan jumlah pekerjanya, faktor produksi dan distribusi. Sementara konsentrasi industri yang paling kecil terdapat di kecamatan Medan Denai dan Medan Tuntungan. Perjalanan yang banyak menarik pergerakan adalah perjalanan perkantoran, pendidikan, industri, perdagangan dan jasa. Perjalanan di luar tujuan tersebut relatif kecil dan polanya cenderung tidak tetap seperti perjalanan rekreasi dan sosial. Perjalanan untuk aktivitas sosial di kategorikan perjalanan ke rumah saudara, ke dokter, beribadah dan lain sebagainya, perjalanan ini bersifat tidak tetap. Fasilitas peribadatan dan kesehatan tersebar merata di seluruh wilayah kecamatan. Secara umum pola pergerakan untuk kesehatan dan beribadah cenderung menuju ke tempat fasilitas yang terdekat dengan tempat tinggal pelaku perjalanan.



Universitas Sumatera Utara



IV.2.3 Jaringan Jalan Unsur struktur kota selain kependudukan dan pola guna lahan ialah jaringan jalan. Pergerakan diwujudkan dalam jaringan transportasi dan aktivitas diwujudkan dalam bentuk guna lahan dengan penduduk sebagai pelaku aktivitas. Jaringan jalan sangat mempengaruhi produktivitas suatu kota. Apabila terdapat jaringan jalan yang cukup baik, maka kota tersebut dapat berkembang dengan pesat. Dalam hal ini, kota Medan pada umumnya memiliki kondisi jaringan jalan yang baik. Kondisi jaringan jalan dalam kondisi baik 3.154,3 km atau 98,8% dan kondisi rusak 20,10 km atau 0,0063% dari panjang keseluruhan jalan kota Medan. Panjang total jaringan jalan di kota Medan adalah 3.191,5 km. Tingkat pertumbuhan jaringan jalan 5 tahun terakhir adalah 0,036% per tahunnya. Secara umum jaringan jalan di Kota Medan merupakan jaringan jalan perkotaan yang membentuk pola jaringan grid dengan radial. Beberapa jaringan radial utama yang ada di Kota Medan membentuk sumbu utara – selatan dan barat – timur yang dijabarkan sebagai berikut, Jaringan utama utara – selatan yang menghubungkan daerah Medan ke Belawan dan Medan ke Deli Serdang dihubungkan oleh Jl. Brigjend. Katamso – Jl. Pemuda – Jl. Ahmad Yani – Jl. Ahmad Yani – Jl. Balai Kota – Jl. Putri Hijau dan Jl. Yos Sudarso. Beberapa jaringan jalan yang merupakan jaringan jalan utama utara- selatan antara lain Jl. Industri-Gagak Hitam-Asrama, Jl. Letjend. Jamin Ginting, Jl. Sisingamangaraja, Jl. Pertahanan, Jl. Setia Budhi, Jl. Sunggal, Jl. Arif Rahman Hakim- Negara- Aksara- Pancing. sumbu barat – timur yang menghubungkan daerah Kota Medan menuju ke Binjai dihubungkan



oleh



Jl.



Jend.



Gatot



Subroto-



Guru



Patimpus-Perintis



Kemerdekaan-Prof. HM. Yamin-Letda Sujono. Beberapa ruas jalan utama yang



Universitas Sumatera Utara



pada sumbu barat-timur ini antara lain Jl. Bunga Sedap Malam-Pintu Air-Karya Jasa-Sukosopan-Suka Elok-Asrama II-Sisingamangaraj, Ir. H. Juanda-Halat, Jl. Sei Batanghari-Gajah Mada. Jaringan jalan utama yang menghubungkan wilayah Kota Medan dengan wilayah sekitarnya (Binjai dan Deli Serdang) merupakan jalan arteri (primer dan sekunder) dengan kapasitas jalan yang cukup besar. Jalan yang menghubungkan Kota Medan dengan Kota Binjai merupakan jalan 4 lajur 2 arah dengan median, lebar kurang lebih 20 meter seperti pada Jalan Jend. Gatot Subroto. Volume pergerakan lalu lintas yang cukup besar khususnya pada pagi dan sore hari. Peningkatan kapasitas jaringan jalan yang secara langsung mempengaruhi kemudahan akses kota dapat dilakukan dengan pelebaran jalan dan jembatan, pembuatan median, pulau di persimpangan, pemarkaan jalan, dan pembangunan flyover ataupun by-pass. Pada saat ini, keberadaan jalan Tol Belmera yang menghubungkan koridor selatan – utara khususnya ke Pelabuhan Belawan sangat membantu sistem pergerakan yang ada di Kota Medan. Akses Kota Medan dari ibukota kabupaten di sekitarnya juga telah terbangun dengan baik. Seluruh arah luar kota telah dilengkapi dengan akses yang cukup baik. Posisi yang sangat strategis di Pulau Sumatera menjadikan Kota Medan dilintasi pergerakan dari utara dan selatan Pulau Sumatera. Kota Medan terlintasi oleh Lintas Timur Sumatera sehingga pergerakan dari Banda Aceh ataupun dari Pekanbaru yang menggunakan Lintas Timur Sumatera melintasi kota ini. Kota Medan dengan wilayah Deli Serdang dihubungkan oleh jaringan jalan arteri primer dan sekunder yang sebagian merupakan jalan dua lajur dua arah seperti Jalan Sisingamangaraja, Jalan Brigjen Katamso dan Jalan Pertahanan. Secara umum, kondisi jalan dalam keadaan baik.



Universitas Sumatera Utara



Kemacetan lalu lintas terjadi pada beberapa persimpangan seperti Jl. Katamso Juanda, Jl. Sisingamangaraja - Pertahanan, Jl. Katamso – Sukosopan. Sesuai dengan topografi Kota Medan yang umumnya datar, jalannya pun pada umumnya memiliki kelandaian yang sangat rendah. Kondisi jalan di Kota Medan umumnya dalam keadaan kondisi baik pada jalan arteri primer. Kolektor Primer kondisi jalan baik dan sedang. Jalan-jalan pada sistem sekunder khususnya arteri dan kolektor juga berada pada kondisi baik dan sedang, terutama pada koridor penting kota dan untuk sekunder. khusus di lingkungan perumahan, kondisi jalan relatif baik dengan tingkat kerusakan yang relatif rendah. Jenis permukaan dan kondisi jalan di Kota Medan, dijabarkan sebagai berikut : Kondisi/Jenis Permukaan Baik Sedang Rusak Rusak Berat Tidak Diperinci Jumlah



Nasional 140,70 km 140,70 km



Status Jalan Provinsi 33,40 km 33,40 km



Kab/Kota 2.980,20 km 15,80 km 20,10 km 1,30 km 3017,40 km



Jumlah 3.154,30 km 15,80 km 20,10 km 1,30 km 3.191,50 km



Tabel IV.11 Panjang Jalan Kota Medan Menurut Kondisi Jalan Sumber : Kota Medan Dalam Angka 2012 (diolah)



Baik/Good



Sedang/Moderate



Rusak/Damage



Rusak berat/Badly Damage



Tidak Diperinci/Unspecified



Gambar IV.14 Kondisi Jalan Kota Medan



Universitas Sumatera Utara



Gambar IV.15 Peta Jaringan Jalan Kota Medan



Universitas Sumatera Utara



Gambar 14.16 Peta Karakteristik Kota Medan Ditinjau Dari Struktur Kota (Diolah)



Universitas Sumatera Utara



IV.2.4 Karakteristik Struktur Kota Medan Berdasarkan data-data pembentuk struktur kota Medan yaitu data kependudukan, tata guna lahan berupa pemikiman, pendidikan, perdagangan, jasa dan industri serta jaringan jalan, maka dapat disimpulkan bahwa kota Medan memiliki struktur kota dengan tipe multiple nuclei atau struktur kota dengan pusat kegiatan yang tidak berpusat pada satu kawasan saja. Hal ini dapat dilihat pada tiga daerah kecamatan yang memiliki banyak pusat perdagangan, antara lain kecamatan Medan Kota, Medan Petisah dan Medan Area. Kawasan industri terletak di daerah Kecamatan Medan Deli, Medan Johor dan Medan Amplas. Daerah pemukiman terpusat pada kawasan kecamatan Medan Johor, Medan Helvetia dan Medan Marelan yang cenderung berada di daerah yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu Medan Helvetia dan Medan Marelan. Kemudian daerah pusat pendidikan terletak pada kawasan kecamatan Medan Helvetia, Medan Denai dan Medan Kota, dimana hal ini berbanding lurus dengan daerah yang memiliki jumlah siswa yang paling banyak, yaitu kecamatan Medan Kota dan Medan Helvetia. Ditinjau dari zona keruangannya berdasarkan zona keruangan pada struktur kota multiple nuclei, maka dapat dikelompokkan sebagai berikut : Zona 1 (Central Bussines District) Zona ini terdapat pada kawasan kecamatan Medan Kota, yang merupakan pusat kota yang menampung sebagian besar kegiatan kota Zona 2 (Wholesale Light Manufacturing) Zona ini terdapat pada kawasan kecamatan Medan Denai, dimana pada daerah ini terletak dekat dengan zona 1 dan memiliki tenaga kerja paling banyak. (Yunus, 1999:50).



Universitas Sumatera Utara



Zona 3 (Daerah Pemukiman Kelas Rendah) Zona ini terdapat pada kawasan kecamatan Medan Marelan. Dimana pada kawasan ini pada umumnya terdiri dari penduduk golongan rendah dan letaknya dekat dengan pabrik-pabrik. (Yunus, 1999:50) Zona 4 (Daerah Pemukiman Kelas Menengah) Zona ini terdapat pada kawasan kecamatan Medan Helvetia. Pada umumnya penduduk yang tinggal di kawasan ini mempunyai penghasilan yang lebih tinggi dari penduduk di zona 3. Zona 5 (Daerah Pemukiman Kelas Tinggi) Zona ini terdapat pada kawasan kecamatan Medan Baru, yang memiliki kondisi paling baik untuk pemukiman dalam artian fisik maupun penyediaan fasilitas. Kawasan ini lokasinya relatif jauh dari daerah industri berat, memiliki nilai lahan yang cukup tinggi. Oleh karena itu hanya golongan penduduk berpenghasilan tinggi yang mampu memiliki lahan dan pemukiman di kawasan ini. Zona 6 (Heavy Manufacturing) Zona ini terdapat pada kawasan kecamatan Medan Deli yang merupakan daerah pusat perindustrian yang paling banyak. Zona 7 (Pusat Business District Lainnya) Zona ini terdapat pada kawasan kecamatan Medan Petisah, yang merupakan kawasan dengan pusat perdagangan terbanyak selain kecamatan Medan Kota. Zona ini muncul untuk memnuhi kebutuhan penduduk zona 4 dan zona 5.



Universitas Sumatera Utara



Zona 8 (Zona Pemukiman Daerah Pinggiran) Zona ini terdapat pada kawasan Medan Denai. Dimana pada kawasan ini penduduknya sebagian besar bekerja di pusat kota, dan di kawasan ini merupakan daerah yang memiliki penduduk bekerja terbanyak. Zona 9 (Zona Industri Daerah Pinggiran) Zona ini terdapat pada kawasan Medan Amplas. Kawasan ini terletak di daerah pinggiran dan dijangkau jalur transportasi yang memadai.



Universitas Sumatera Utara



IV.3



Pola Pergerakan Pola pergerakan yaitu bentuk/model pergerakan yang diklasifikasikan



menurut pola interaksi pergerakan. Pola pergerakan dapat ditinjau dari besarnya bangkitan dan tarikan yang didapat dari Matriks Asal-Tujuan di tiap wilayah dalam perkotaan, yang akan menunjukkan penyebaran pergerakan yang ada dalam suatu kota. IV.3.1 Bangkitan Pergerakan Berdasarkan Matriks Asal-Tujuan dari Dinas Perhubungan Kota Medan, diperlihatkan jumlah bangkitan dan tarikan pergerakan di kota Medan, dalam hal ini kota Medan dikelompokkan dalam sistem zona. Oleh karena itu diperlukan identifikasi zona yang menjadi lokasi tujuan dilakukannya pergerakan. Identifikasi zona ini dilakukan berdasarkan sistem zona yang telah ditetapkan, Sistem zona disesuaikan dengan tujuan dari pemodelan yang akan dilakukan. Dalam skala makro (total zona), diputuskan untuk menggunakan tinjauan seluruh Kota Medan dan sekitarnya, sampai Kawasan Medan-Binjai-Deli Serdang (MEBIDANG). Hal tersebut didasarkan kepada pertimbangan eratnya keterkaitan pergerakan dalam Kota Medan dengan daerah sekitarnya. Sistem zona untuk dalam hal ini secara total terdiri dari 88 zona. Dalam hal ini pembagian, penentuan dan pengelompokkan zona didasarkan kepada kelurahan untuk kawasan internal di pusat kota (Central Business District – CBD) dan didasarkan kepada kecamatan untuk daerah eksternal disekitar kawasan pusat kota (diluar CBD). Pengelompokkan sistem zona tersebut adalah sebagai berikut:



Universitas Sumatera Utara



Zona Pusat Kota (53 zona) Meliputi daerah pusat kota (Central Bussiness District – CBD), merupakan zona-zona kecil dengan menggunakan batas kelurahan sebagai batas zona, gambar sistem zona ini dapat dilihat pada Gambar IV.16 Zona Kota Medan (16 zona) Meliputi wilayah Kota Medan diluar CBD, dan merupakan kecamatan atau gabungan dari beberapa kecamatan (lihat pada Gambar IV.17) Zona MEBIDANG (19 zona) Merupakan representasi dari kecamatan (dan gabungan kecamatan) disekitar Kota Medan, yang termasuk dalam wilayah kota Binjai dan kabupaten Deli Serdang (Gambar IV.18). Daftar sistem zona dan wilayah administratif yang diwakilinya dapat dilihat pada Tabel IV.12 dan Tabel IV.13 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19



Wilayah Administratif Kel. Sei Agul Kel. Silalas Kel. Kesawan Kel. Sekip Kel. Sei Putih Timur Kel. Sei Putih Timur II Kel. Sei Putih Tengah Kel. Sei Putih Barat Kel. Sei Sikambing Kel. Petisah Tengah Kel. Babura Kel. Petisah Hulu Kel. Darat Kel. Merdeka Kel. Anggrung Kel. Polonia Kel. Sukadamai Kel. Sei Mati Kel. Jati



Kode Zona 1001 1002 1003 1004 1005 1006 1007 1008 1009 1010 1011 1012 1013 1014 1015 1016 1017 1018 1019



No. 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46



Wilayah Administratif Kel. Sei Rengas I Kel. Pasar Baru Kel. Mesjid Kel. Kota Matsum III Kel. Pasar Merah Barat Kel. Teladan Barat Kel. Teladan Timur Kel. Pasar Merah Timur Kel. Tegal Sari II Kel. Tegal Sari III Kel. Tegal Sari I Kel. Suka Ramai II Kel. Pandau Hulu II Kel. Sei Rengas II Kel. Sei Rengas Permata Kel. Suka Ramai I Kel. Kota Matsum I Kel. Kota Matsum II Kel. Kota Matsum IV



Kode Zona 1028 1029 1030 1031 1032 1033 1034 1035 1036 1037 1038 1039 1040 1041 1042 1043 1044 1045 1046



Universitas Sumatera Utara



No. 20 21 22 23 24 25 26 27



Wilayah Administratif Kel. Aur Kel. Hamdan Kel. Durian Kel. Gaharu Kel. Sidodadi Kel. Gang Buntu Kel. Pandau Hulu Kel. Pusat Pasar



Kode Zona 1020 1021 1022 1023 1024 1025 1026 1027



No. 47 48 49 50 51 52 53



Wilayah Administratif Kel. Pandau Hilir Kel. Pahlawan Kel. Sei Kera Hulu Kel. Sei Kera Hilir II Kel. Sei Kera Hilir Kel. Sidorame Barat II Kel. Sidorame Timur



Kode Zona 1047 1048 1049 1050 1051 1052 1053



Tabel IV.12 Zona Pusat Kota Medan (Zona Internal) No.



Wilayah Administratif



1 2 3



Kec. Medan Timur Kec. Medan Tembung Kec. Medan Tembung



4



Kec. Medan Denai



5 6 7



Kec. Medan Amplas Kec. Medan Kota Kec. Medan Johor



8



Kec. Medan Polonia



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



Kec. Pancur Batu Kec. Namo Rambe Kec. Tanjung Morawa Kec. Palumbak Kec. Deli Tua Kec. Sunggal Kec. Hamparan Perak Kec. Labuhan Deli Kec. Percut Sei Tuan Kec. Batang Kuis



Kode Kode No. Wilayah Administratif Zona Zona Zona Kota Medan 1101 9 Kec. Medan Johor 1109 1102 10 Kec. Medan Baru 1110 1103 11 Kec. Medan Tuntungan + 1111 Medan Selayar 1104 12 Kec. Medan Helvetia + Medan 1112 Sunggal 1105 13 Kec. Medan Barat 1113 1106 14 Kec. Medan Deli 1114 1107 15 Kec. Medan Marelan + Medan 1115 Labuhan 1108 16 Kec. Medan Belawan 1116 Zona MEBIDANG 1201 11 Kec. Pantai Labu 1211 1202 12 Kec. Beringin 1212 1203 13 Kec. Lubuk Pakam 1213 1204 14 Kec. Pagar Merbau 1214 1205 15 Kec. Binjai Selatan 1215 1206 16 Kec. Binjai Kota 1216 1207 17 Kec. Binjai Timur 1217 1208 18 Kec. Binjai Utara 1218 1209 19 Kec. Binjai Barat 1219 1210



Tabel IV.13 Zona Kota Medan dan MEBIDANG (zona eksternal)



Universitas Sumatera Utara



Orientasi



1053



1052



1022



1001 1051 1023 1050



1002



1005 1007



1008



1049



1024 1004



1026



1006



1003



1027



1048 1047



1040



1010 1041



1009 1029



1039



1042 1028



1011



1012



1021



1019



1031



1044



1037



1043



1030 1020



1013 1014



1046



1045



1036



1015 1035 1032 1018 1016



1033 1034



1017



U



Gambar IV.17 Zona lalu lintas Kota Medan (Sumber: Peta Kota Medan, Dinas Tata Kota Kota Medan)



Universitas Sumatera Utara



1116



1115



1114



Orientasi



1101 1113



1102



U 1112 1103



1110



1106



1104



1108 1105 1111 1109 1107



Gambar IV.18 Zona lalu lintas Kota Medan (Sumber: Peta Kota Medan, Dinas Tata Kota Kota Medan)



Universitas Sumatera Utara



Orientasi



1207



1208



1218



1209



1208



1211



1219



1216



1210



1217 1215 1212 1218



1203



1205



1201



1213



1204



1202 1214



Gambar IV. 19 Zona lalu lintas Medan-Binjai-Deli Serdang (MEBIDANG) (Sumber: Peta Kota Medan, Dinas Tata Kota Kota Medan)



Universitas Sumatera Utara



Berdasarkan data matriks asal-tujuan yang dapat dilihat di lampiran, memperlihatkan bangkitan terbesar yang berasal dari pergerakan internal (dalam kota Medan) terdapat di wilayah kelurahan aur, yaitu sebesar 6.218 smp/jam, kemudian di wilayah kelurahan Pasar Merah Timur sebesar 2.146 smp/jam dan Kelurahan Teladan Timur sebesar 1.945 smp/jam. Bangkitan terkecil yang berasal dari pergerakan internal terdapat di wilayah kelurahan Darat sebesar 268 smp/jam, setelah itu di wilayah kelurahan Anggrung sebesar 276 smp/jam dan wilayah kelurahan Sei Kera Hilir II sebesar 289 smp/jam. Selain pergerakan internal kota Medan, pergerakan lalu-lintas di kota Medan juga dipengaruhi oleh bangkitan dari luar (eksternal). Bangkitan pergerakan terbesar terdapat di kecamatan Medan Baru sebesar 5.028 smp/jam, kemudian wilayah kecamatan Medan Tembung sebesar 5.018 smp/jam dan wilayah kecamatan Medan Timur sebesar 4.086 smp/jam. Sedangkan bangkitan terkecil yang berasal dari pergerakan eksternal terdapat di wilayah Namorambe sebesar 138 smp/jam, kemudian wilayah Pagar Merbau sebesar 200 smp/jam dan Pantai Labu sebesar 222 smp/jam. Besarnya pergerakan eksternal ini disebabkan karena bangkitan pergerakan penduduk dari luar wilayah kota Medan yang melakukan aktivitas di kota Medan. Secara keseluruhan jumlah bangkitan dan tarikan di kota Medan dapat dilihat pada Tabel IV.14 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.



Kecamatan Medan Tuntungan Medan Johor Medan Amplas Medan Denai Medan Kota Medan Maimun Medan Polonia Medan Baru Medan Selayang Medan Sunggal Medan Area



Bangkitan 120.634 133.559 182.384 179.482 263.056 145.925 199.421 110.774 123.406 201.619 319.581



Tarikan 159.109 165.107 112.088 224.713 377.822 134.992 154.132 191.821 102.763 141.314 307.298



Universitas Sumatera Utara



No. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.



Kecamatan Medan Perjuangan Medan Timur Medan Petisah Medan Helvetia Medan Barat Medan Tembung Medan Deli Medan Marelan Medan Labuhan Medan Belawan Total



Bangkitan 132.794 329.898 184.532 204.806 319.302 190.175 198.252 102.861 142.168 192.804 3.977.433



Tarikan 272.809 292.608 233.566 190.819 160.887 170.627 171.752 100.642 121.858 190.796 3.977.433



Tabel IV.14 Jumlah Bangkitan dan Tarikan di kota Medan Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan Data diatas menunjukkan bahwa bangkitan pergerakan terbesar di kota Medan berasal dari wilayah kecamatan Medan Timur, Medan Area dan Medan Barat karena paling dekat dengan pusat kegiatan aktivitas (CBD) kota Medan. Sedangkan bangkitan pergerakan terkecil berasal dari pergerakan eksternal yaitu wilayah pinggiran kota Medan yaitu Kecamatan Medan Marelan. Daerah yang menjadi penarik pergerakan berada di kecamatan Medan Kota dan Medan Area yang merupakan daerah yang memiliki pusat perdagangan terbesar. Dapat disimpulkan bahwa sektor perdagangan merupakan faktor utama yang menjadi penarik pergerakan di kota Medan



Universitas Sumatera Utara



IV.4



Moda Pergerakan



IV.4.1 Jumlah Kenderaan 4000000 3500000 3000000 Mobil Penumpang



2500000



Mobil Barang



2000000



Mobil Bus



1500000



Sepeda Motor



1000000 500000 0 2007



2008



2009



2010



2011



Gambar IV.20 Jumlah Kenderaan Bermotor kota Medan Sumber : Dirlantas Polda Sumut (diolah)



Tahun 2007 2008 2009 2010 2011



Mobil Penumpang 257.729 279.996 297.922 327.467 356.931



Mobil Barang 180.384 189.857 194.946 203.452 217.245



Mobil Bus 29.228 29.507 29.498 29.978 71.112



Sepeda Motor 2.429.571 2.805.368 3.091.510 3.478.230 3.924.007



Jumlah 2.896.912 3.304.728 3.613.876 4.039.127 4.569.295



Tabel IV.15 Jumlah Kenderaan Bermotor kota Medan Berdasarkan data di atas, jumlah kenderaan bermotor terbanyak yaitu sepeda motor sejumlah 3.924.007 unit dengan tingkat kepemilikan 1:1,85. Sepeda motor merupakan moda dengan jumlah terbesar di kota Medan. Sedangkan jenis kenderaan bermotor yang paling sedikit ialah mobil bus sejumlah 71.112 unit. Total pertumbuhan kenderaan bermotor di Medan dalam waktu lima tahun terakhir bila di rata-ratakan mencapai 11,75% per tahun. Penggunaan sepeda motor mendominasi tingkat kepemilikan kenderaan bermotor di kota Medan yaitu mencapai 85% dari



Universitas Sumatera Utara



jumlah kenderaan yang ada. Hal ini disebabkan oleh faktor efisiensi dan biaya yang murah dalam penggunaannya, disamping proses yang cukup mudah dalam memperoleh kenderaan bermotor tersebut. Dengan tingkat kepemilikan kenderaan yang paling tinggi di kota Medan, maka dapat disimpulkan bahwa sepeda motor adalah moda pergerakan yang paling banyak digunakan di kota Medan. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab permasalahan transportasi yang ada di kota Medan. IV.4.2 Angkutan Umum Secara umum sarana transportasi Jalan di Kota Medan terdiri dari angkutan pribadi dan angkutan umum. Angkutan umum di Kota Medan dilayani oleh jaringan trayek yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat di Kota Medan. Secara hirarki, trayek angkutan umum di perkotaan semestinya terdiri dari trayek utama dengan angkutan massal, trayek cabang dengan mobil bis, dan trayek lokal dengan mobil penumpang, serta pelayanan trayek langsung. Secara plafon di Kota Medan terdapat 240 trayek angkutan umum yang dilayani oleh 18 perusahaan, dengan jumlah armada angkutan umum secara keseluruhan 13.991 kendaraan, terdiri dari bis besar, bis sedang, bis kecil serta mobil penumpang umum. Realisasi jumlah trayek yang ada yaitu sebanyak 142 trayek dengan jumlah armada sebanyak 6.720 kendaraan. Perincian jenis angkutan umum di Kota Medan dapat dilihat dalam Tabel IV.16



Universitas Sumatera Utara



Jenis MPU Bus Kecil Bus Sedang Bus Besar Jumlah



Jumlah Trayek Plafon Realisasi 111 85 59.1% 62.5% 71 49 34.1% 32.2% 6 5 2.9% 3.3% 8 3 3.9% 1.9% 196 142



% 77.2



Plafon 6426 61.0% 3738 35.5% 160 1.5% 204 1.9% 13.991



69.0 83.3 37.5 72



Jumlah Armada Realisasi 4369 65.2% 2126 31.7% 139 2.1% 62 0.9% 6720



% 67.9 56.9 86.9 30.4 63



Tabel IV.16 Jumlah Trayek dan Armada Angkutan Umum di kota Medan Sumber : Departemen Perhubungan Kota Medan Jaringan trayek yang dilayani oleh angkutan umum ini secara lengkap dan data detail untuk masing-masing perusahaan dapat dilihat dalam Tabel IV.17



No



Nama Perusahaan



Jenis Armada



Jumlah Trayek



Jumlah Armada



1



KPUM



MPU



Plafon 80



Realisasi 60



% 75



Plafon 4493



Realisasi 2928



% 65,2



2



PT RAHAYU MC



MPU



14



13



92,9



800



610



76,3



3



CV WAMPU MINI



MPU



5



4



80



258



183



70,9



4



FA MEKAR JAYA



MPU



4



4



100



100



65



65,0



5



PU GAJAH MADA



MPU



8



5



62,5



280



176



62,9



6



PT RAHAYU MC



Bus Kecil



8



8



100



685



538



78,5



7



CV MITRA



Bus Kecil



6



5



83,3



350



215



61,4



8



PT MARS



Bus Kecil



20



8



40



935



293



31,3



9



CV MEDAN BUS



Bus Kecil



9



5



55,6



590



292



49,5



10



CV HIKMA



Bus Kecil



3



2



66,7



200



135



67,5



11



PT NASIONAL MT



Bus Kecil



9



6



77,8



415



232



55,9



12



PT POVRI



Bus Kecil



5



4



80



163



107



65,6



13



CV DESA MAJU



Bus Kecil



11



10



90,9



400



314



78,5



Bus Sedang



6



5



83,3



160



139



86,9



14



KPUM UNIT MRX



15



DAMRI



Bus Besar



5



3



60



90



62



68,9



16



SETIA



Bus Besar



1



0



0



38



0



0



17



BUDI



Bus Besar



1



0



0



38



0



0



18



PELITA



Bus Besar



1



0



0



38



0



0



196



142



72%



13.991



6.289



63%



Jumlah



Tabel IV.17 Angkutan Umum dalam Trayek Tetap dan Teratur Sumber : Departemen Perhubungan Kota Medan



Universitas Sumatera Utara



Angkutan umum lain di kota Medan adalah Taksi dan Becak. Taksi dan becak tidak mempunyai jadwal dan waktu yang tetap, jumlah yang ada di kota Medan berdasarkan data dari Dinas Perhubungan kota Medan : Becak. Jumlah becak sebanyak 23.211 unit. Menurun dari tahun sebelumnya yang berjumlah 25.426 unit. Daerah operasi melingkupi seluruh wilayah Kota Medan. Terdapat pembatasan hanya pada jalan-jalan utama. Becak bermotor. Jumlah becak bermotor di koota Medan berjumlah 26.500 unit. Meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya sebanyak 25.700 unit. Sebelumnya daerah operasi becak mesin tidak terbatas (melingkupi seluruh wilayah Kota Medan), namun saat ini telah mulai dilakukan pembatasan daerah operasi khususnya pada jalan-jalan utama. Taksi. Jumlah taksi dengan argometer yang beroperasi di Kota Medan sebanyak 2.125 kendaraan. Menurun dari tahun sebelumnya, 2425 kenderaan. Terdapat 2.361 kend. taksi tanpa argometer. Kondisi kendaraan yang beragam menjadikan tingkat pelayanan taksi belum optimal. Tujuan utama keberadaan angkutan massal kota adalah meyelenggarakan pelayanan angkutan yang baik (aman, cepat, murah dan nyaman) dan layak bagi masyarakat. Berdasarkan data angkutan umum penumpang dari Dinas Perhubungan kota Medan, pada saat ini pelayanan angkutan umum sudah hampir menjangkau seluruh wilayah kota Medan. Dari identifikasi, dapat diketahui daerah yang mempunyai bangkitan transportasi tinggi adalah pusat kota, kawasan kelurahan Aur, kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Tembung dan Medan Timur. Daerah yang mempunyai bangkitan terendah adalah kawasan Namorambe, Pagar Merbau



Universitas Sumatera Utara



dan Pantai Labu. Daerah tujuan yang menimbulkan pergerakan daerah bangkitan adalah pusat kota. 4.5



Pengaruh Struktur Kota Terhadap Pola Pergerakan



4.5.1



Pengaruh Kependudukan Kemacetan tidak dapat dipisahkan dari tingkat pertumbuhan penduduk yang



tinggi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi membuat jumlah perjalanan semakin meningkat. Selain dari jumlah penduduk, besarnya pergerakan juga ditentukan dari jumlah penduduk yang berpotensi untuk melakukan pergerakan seperti tingkat kesejahteraan, tingkat kepemilikan kenderaan, aktivitas penduduk (penduduk yang bekerja dan sekolah). Melalui data dari kependudukan maka dapat dilihat bahwa jumlah bangkitan terbesar di kota Medan terlihat dari kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk yang paling besar dan mempunyai pelaku pergerakan yang besar pula. Dari data bangkitan pergerakan menunjukkan di kota Medan yang memiliki bangkitan pergerakan yang besar berasal dari wilayah pusat kota, seperti kawasan kelurahan Aur, kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Tembung dan Medan Timur. Pergerakan sebagian besar besar berasal dari wilayah pusat kota dan daerah pinggiran, dimana penduduknya sebagian besar memiliki aktivitas di wilayah kota. Data diatas menunjukkan bahwa sebaran penduduk mempengaruhi besar bangkitan pergerakan, sebaran penduduk yang tidak merata menyebabkan bangkitan antara satu wilayah dengan lainnya terlihat perbedaan dalam jumlah yang besar yang pada akhirnya pendistribusian pergerakan antar wilayah akan terlihat tidak merata. Faktor kependudukan juga merupakan faktor utama sebagai suatu masukan dalam perencanaan sistem transportasi kota. Faktor



penduduk menentukan jumlah



bangkitan yang diikuti dengan jumlah besarnya demand akan sarana dan prasarana



Universitas Sumatera Utara



transportasi. Dilihat dari pelayanan angkutan umum menunjukkan wilayah yang mempunyai konsentrasi penduduk yang besar, maka pelayanan angkutan umum yang dibutuhkan juga besar dan sebaliknya konsentrasi penduduk yang kecil, maka pelayanan angkutan umum juga kecil. 4.5.2 Pengaruh Pola Guna Lahan Pola guna lahan di daerah perkotaan mempunyai hubungan yang erat dengan pola pergerakan penduduk. Setiap bidang tanah yang digunakan untuk kegiatan tertentu akan menunjukkan potensinya sebagai pembangkit atau penarik pergerakan. Pola guna lahan dan sistem transportasi merupakan dua hal yang saling mendukung. Pola sebaran tata guna lahan suatu kota akan sangat mempengaruhi pola perjalanan orang. Pola sebaran guna lahan yang sangat mempengaruhi pola perjalanan adalah pemukiman sebagai basis pergerakan, dan fasislitas sebagai penarik pergerakan yaitu perkantoran, pendidikan, industri dan perdagangan,dan jasa. A.Basis Bangkitan Pergerakan Pemukiman merupakan basis bangkitan pergerakan, lebih dari 90 % pergerakan perkotaan berawal dan berakhir di tempat tinggal (Tamin,2000:15). Pertambahan jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan lahan pemukiman di kota. Kota Medan seperti kota-kota besar lainnya sebagian pertumbuhan pemukiman melebar ke kawsan pinggiran. Permasalahan yang mendasari pengembangan pemukiman di wilayah pinggiran kota antara lain lahan pemukiman di kawasan pusat kota semakin berkurang dengan harga yang sangat tinggi dan kebutuhan lahan yang luas untuk fasilitas perumahan. Akibat pengaruh pemukiman yang berkembang di wilayah pinggiran menyebabkan wilayah pinggiran menjadi salah satu penyebab bangkitan terbesar di kota Medan. Kota Medan seperti



Universitas Sumatera Utara



kota-kota besar lainnya memiliki pertumbuhan pemukiman yang melebar ke kawasan pinggiran, hal ini disebabkan oleh tingginya harga lahan apabila ingin mendirikan suatu bangunan. Perkembangan pemukiman di daerah pinggiran juga disebabkan oleh



pembangunan



perumahan



terencana



oleh



developer/pengembang.



Perkembangan pemukiman pinggiran di kota Medan masih dalam administrasi wilayah kotanya. Kota Medan memiliki bangkitan terbesar di wilayah-wilayah yang banyak berkembang pemukiman terencana seperti kecamatan Medan Timur, Medan Area, dan Medan Barat. B.Sebaran Aktivitas Penarik Pergerakan Bangkitan dan tarikan tergantung pada 2 (dua) aspek yaitu jenis tata guna lahan dan jumlah aktivitas (intensitas) pada tata guna lahan. Bangkitan perjalanan bervariasi untuk setiap tata guna lahan. Semakin tinggi tingkat penggunaan lahan akan semakin tinggi tingkat pergerakan yang dihasilkan. Struktur ruang kota Medan menunjukkan pola pengaturan lokasi sebaran aktivitas pusat-pusat pelayanan dan kegiatan yang mempengaruhi tarikan untuk orang seperti fasilitas industri, komersil, perkantoran, pertokoan dan pendidikan tidak terkonsentrasi di wilayah pusat kota saja, akan tetapi tersebar di tiap kecamatan di kota Medan. Struktur tata ruang kota Medan dapat dikatakan memiliki pusat-pusat kegiatan yang menyebar mengikuti jalur transportasi dengan pola grid yang menyebarkan kegiatan ke segala arah yang menyebabkan fungsi pusat kegiatan dan aktivitas tidak hanya terbatas pada kawasan pusat kota saja, akan tetapi ke berbagai kecamatan lain seperti wilayah kecamatan Medan Maimun, Medan Polonia, kawasan kelurahan kesawan, Petisah dan Sekip. Berkembangnya lokasi-lokasi pusat kegiatan dan pusat pelayanan dengan berbagai aktivitas pemukiman, perdagangan, jasa dan perkantoran di wilayah Medan Petisah,



Universitas Sumatera Utara



Medan Medan Area dan Medan Perjuangan menguntungkan dari jarak total pergerakan penduduk yang harus ditempuh untuk memenuhi kebutuhannya dan tidak harus ke wilayah pusat kota (kelurahan pusat pasar, pasar baru dan kelurahan Mesjid). Fungsi wilayah pusat kota sendiri lebih berkembang hanya sebagai fungsi komersial dan perkantoran. Fungsi-fungsi lain banyak dikembangkan di luar wilayah pusat kota. IV.5.3 Pengaruh Jaringan Jalan Salah satu faktor penurunan tingkat pelayanan jalan dipengaruhi oleh penyediaan fasilitas dan prasarana transportasi berkembang sangat lambat dan tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk dan jumlah kenderaan. Sistem jaringan transportasi kota dapat dipengaruhi oleh letak geografis yang terletak pada jalur transportasi nasional yang menyebabkan banyak pergerakan dari dan keluar kota yang lewat ataupun menuju kota. Hal ini berpengaruh terhadap kepadatan lalu lintas yang dilaluinya. Sistem jaringan jalan berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi pergerakan lokal (dalam kota) dan pergerakan antar kota. Untuk sistem transportasi yang efektif, pergerakan lokal sebaiknya dipisahkan dengan pergerakan regional. Pergerakan regional yang melewati kota akan semakin menambah beban jaringan jalan di kota karena bercampur dengan pergerakan lokal dengan berbagai moda kenderaan yang beroperasi. Pola jaringan jalan yang terdapat dalam suatu kota sangat menetukan pola pergerakan. Pola jaringan jalan yang ada di kota Medan dapat dikatakan cenderung berkembang ke pola segi empat (grid). Pola grid ini mampu mendistribusikan pergerakan secara merata ke seluruh bagian kota, dengan demikian pergerakan tidak memusat pada beberapa fasilitas saja, namun kekurangan yang timbul adalah terlalu



Universitas Sumatera Utara



banyaknya hambatan karena banyaknya persimpangan jalan simpul dan sering melintasi rambu lalu lintas. Banyaknya simpul-simpul pertemuan merupakan lokasi strategis ditempati aktivitas-aktivitas perdagangan dan jasa yang menarik pergerakan. Berkembangnya penggunaan lahan yang mempunyai intensitas kegiatan tinggi di jalan-jalan utama wilayah pusat kota seperti perdagangan jasa, perkantoran, pendidikan dan industri merupakan faktor utama penarik bangkitan pergerakan yang mempengaruhi pelayanan jalan. Hal ini terlihat di jalan Gatot Subroto, jalan Sisingamangaraja, jalan Jamin Ginting dan jalan H.M Yamin. Pola jaringan jalan yang pendek banyak persimpangan dan sempit dapat mempengaruhi penyediaan sarana angkutan umum. Pola jaringan jalan grid kota Medan yang pendek banyak persimpangan, sempit dengan tingkat pelayanan jaringan jalan itu sendiri sudah sangat tinggi karena banyaknya volume lalu lintas dari berbagai moda kenderaan dan faktor kegiatan intensitas tinggi di jalan-jalan perkotaan maupun yang melintasi kawasan pinggiran kota Medan. Berdasarkan data-data yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa faktor utama dari struktur kota yang mempengaruhi pola pergerakan di kota Medan adalah sektor perdagangan. Karena daerah yang merupakan penarik pergerakan terbesar terdapat pada kecamatan Medan Kota dan Medan Area yang merupakan daerah dengan pusat perdagangan terbesar di kota Medan, dan daerah yang memiliki pembangkit pergerakan terbesar terdapat pada kecamatan Medan Timur yang merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan ketiga daerah yang merupakan pusat perdagangan terbesar di kota Medan, yaitu Medan Kota, Medan Area dan Medan Petisah. Dengan demikian Kota Medan memiliki pola pergerakan menyebar yang tidak terkonsentrasi pada satu daerah saja.



Universitas Sumatera Utara



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN



V.1



Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dperoleh



beberapa kesimpulan : 1. Struktur ruang kota Medan memiliki struktur kota yang cenderung membentuk model multiple nuclei. 2. Bangkitan terbesar berasal dari wilayah yang berbatasan paling dekat dengan ketiga daerah dengan pusat perdagangan terbesar di kota Medan yaitu kecamatan Medan Timur 3. Daerah penarik pergerakan terbesar di kota Medan adalah daerah yang memiliki pusat perdagangan terbesar yaitu kecamatan Medan Kota dan Medan Area 4. Sistem jaringan angkutan kota dan moda angkutan dipengaruhi tipe struktur kota. Kota Medan memiliki pusat-pusat kegiatan yang menyebar dengan pola dasarnya adalah jaringan jalan grid membentuk pelayanan lebih merata aktivitas kegiatan yang tersebar di berbagai tempat. Jarak pencapaian yang pendek dan banyak hambatan kurang cocok digunakan kenderaan moda besar (bus besar). 5. Faktor utama dari struktur kota yang mempengaruhi pola pergerakan di kota Medan adalah faktor perdagangan. 6. Realisasi faktor-faktor pembentuk struktur kota di kota Medan ternyata tidak terintegrasi dengan baik dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah yang dimiliki kota Medan



Universitas Sumatera Utara



V.2



Saran



1. Untuk mengurangi ketergantungan di pusat kota maka adanya penyebaran komponen-komponen kegiatan kota seperti komersial, perkantoran, dan fasilitas pelayanan dan sosial khususnya wilayah pinggiran yang mempunyai jumlah penduduk yang cukup tinggi seperti kawasan Medan Marelan dan Medan Deli, sehingga tidak tergantung pada pusat kota supaya mengurangi pergerakan ke daerah pusat kota sekaligus mengurangi panjang perjalanan penduduk yang harus ditempuh dan permasalahan lalu lintas. 2. Untuk mengurangi permasalahan lalu lintas dan panjang perjalanan yang harus ditempuh, dapat digunakan konsep rayonisasi sekolah, konsentrasi perkantoran yang terpadu pada satu kawasan, vertical building (rumah susun/apartemen) pada kawasan pusat kota. 3. Penyediaan angkutan umum yang bersifat massal untuk melayani daerah pinggiran di wilayah kota Medan. 4. Pembangunan bagi pengembangan pemukiman oleh pengembang harus tertuang dalam Rencana Tata Ruang Kota dan didukung oleh kebijakan seperti menyediakan fasilitas-fasilitas pelayanan bagi perumahan untuk mengurangi ketergantungan pada kawasan pusat. 5. Perlu adanya penambahan luas ruas jalan untuk memungkinkan diadakannya moda transportasi yang bersifat massal yang dapat mengurangi beban lalu-lintas di kota Medan



Universitas Sumatera Utara