4 0 1 MB
Struktur Sedimen Laminasi Laminasi adalah perlapisan dan struktur sedimen yang mempunyai ketebalan kurang dari 1 cm. Terbentuk bila pola pengendapannya disertai dengan energi yang konstan (homogen), dan biasanya terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis.
Gambar 2.9 Kenampakan struktur laminasi pada batupasir
Gambar 2.10. Struktur Sedimen Laminasi
3.Silang siur atau cross bedding Sebenarnya silang siur ini terbagi menjadi 2 jenis, antara lain cross lamination dancross bedding itu sendiri. a. Cross lamination Secara umum digunakan untuk lapisan miring dengan ketebalan kurang dari 5 cm, dengan faraset ketebalannya kurang dari 5 cm, merupakan struktur sedimentasi tunggal
yang terdiri dari urut-urutan sistematik, perlapisan dalam disebut faraset bedding yang miring terhadap permukaan umum sedimentasi. Terbentuk karena perpindahan riple atau gelombang-gelombang pori yang masing-masing urut berukuran kurang dari 5 cm. b. Silang siur atau Cross bedding Secara fisik, kenampakan cross bedding sama dengan cross lamination, perbedaannya terletak pada ketebalannyaa. Silang siur atau cross bedding memiliki ketebalan lebih dari 5 cm sedangkan cross lamination kurang dari 5 cm. Silang siur atau cross bedding dihasilkan dari migrasi riple yang cukup besar atau oleh gelombang-gelombang yang membawa pori dimana masing-masing lapisan berukuran lebih dari 5 cm. Perlapisan ini membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang di atas atau di bawahnya dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat dari intensitas arus yang berubah-ubah.
Gambar 2.11. Struktur Sedimen Perlapisan Silang Siur (Cross Bedding)
Gambar 2.12. Macam-macam bidang perlapisan
Gradasi Struktur gradasi pada sedimen terlihat apabila terjadi perubahan yang granual dari ukuran butir penyusunnya bila bagian bawah kasar dan bagian atasnya semakin halus. Gradasi ini disebut dengan normal grading. Sebaliknya, apabila dari bawah ke atas ukuran butir penyusun batuan semakin mengkasar, disebut inverse grading. Normal graded bedding terjadi karena pengendapan yang terjadi secara bertahap sesuai penenangan energi transportasi. Sedangkan inverse graded beding terjadi jika pengendapan berlangsung pada fase regresi. Gradasi dapat digunakan sebagai penunjuk batas lapisan atas dan batas lapisan bawah batuan.
Gambar 2.13.Graded Bedding
Convolute bedding and convolute lamination, struktur ini membentuk pola laminasi atau perlapisan contorted dan terbentuk akibat proses konvolusi pada sedimen berbutir halus (silt, pasir halus), hal ini terjadi karena berbagai macam mekanisme bisa likuifaksi (liquifaction) akibat goncangan dan air keluar dari dalam tubuh material sedimen yang terendapkan, overloading diferensial akibat gerusan sedimen diatas tubuh sedimen yang lebih halus dan menghasilkan konvolusi (deformasi pada sedimen lunak halus), atau deformasi plastis sesaat saat sedimen diendapkan, serta dapat juga terjadi karena breaking waves (dirusak gelombang ombak). Arah kemiringan perlipatan (konvolusi) dapat menunjukan arah arus purba. umum dijumpai pada daerah river floodplain, delta, point bar, dan intertidal-flat. umum juga dijumpai pada suksesi turbidit.
Gambar 2.14.Convolute bedding
Gambar 2.15. Struktur Sedimen Convulate Lamination
Struktur flame, membentuk suatu struktur menyerupai flame (kobaran api) menunjukan proses drag movement atau sediment loading dimana sedimen halus (lempung, silt atau pasir sangat halus) yang belum kompak membuncah (squeezing) keatas akibat adanya atau datangnya sedimen baru umumnya lebih kasar (pasir) jatuh diatasnya dan dia muncrat (squeezed) dan karena berada dalam kolom air dia terperangkap dalam tubuh sedimen yang datang (lempung yang muncrat tadi) terbentuklah struktur menyerupai kobaran api (flame structure)
Gambar 2.16. Struktur Flame
Gambar 2.17. Ilustrasi struktur flame
Ball and pillow structures, struktur membentuk bantal dan bola bola ini hadir pada bagian dasar dari lapisan batupasir, dan tidak umum pada batugamping yang menutupi shale (lempung). struktur ini menyerupai ginjal atau bola bola hemisperikal dari massa batupasir atau batugamping dan dibagian internalnya menunjukan strutkur laminasi. Bola bola ini berada dalam tubuh lempung yang berada dibawahnya diketahui terbentuk akibat proses breakup atau foundering (rubuhnya) pasir yang masih terkonsolidasi semi (semiconsolidated sand) masuk ke dalam lapisan lanau atau lempung yang lebih lunak dibawahnya akibat goncangan (shock bisa jadi karena earthquake), sementara bentuk hemisperikal dari pasir atau sedimen gampiingan terjadi akibat lithifikasi.
Gambar 2.18 Struktur Ball & Pillow
Struktur Permukaan Massive (Structureless) Bila dalam tubuh batuan sedimen tidak terlihat struktur sedimen.
Ripple Marks/Current Ripple Bentuk permukaan yang bergelombang karena adanya arus.
Gambar 2.19. Ripple Marks/Current Ripple
Mud Cracks Bentuk retakan pada lapisan lumpur biasanya berbentuk polygonal.
Gambar 2.20. Mud Cracks
Rain Marks Kenampakan pada permukaan sedimen akibat tetesan air hujan.
Gambar 2.21. Rain Marks
Load Cast Lekukan pada permukaan lapisan akibat gaya tekan dari beban di atasnya.
Gambar 2.22. Load Cast
Flute Cast Bentuk gerusan pada permukaan lapisan akibat aktifitas arus.
Gambar 2.23. Flute Cast
Groove Cast
Gambar 2.24. Groove Cast