Struktur Sel Darah Dan Hemolisis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN STRUKTUR SEL DARAH DAN HEMOLISIS



Nama



: Ni Nyoman Puspa Gayatri



NIM



: 2008531029



Kelompok



:2



Asdos



: Tiffany Angelita Putri Mileva



Tanggal



: 16 September 2022



PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BALI 2022



I.



Judul Struktur Sel Darah dan Hemolisis



II.



Tujuan



1. Memahami bentuk dan struktur sel darah serta membandingkan bentuk dan struktur sel darah katak dan manusia. 2. Mempelajari dan memahami bentuk dan kondisi sel darah merah katak dan manusia apabila berada dalam larutan yang hipotonis, isotonis, dan hipertonis. 3. Memahami proses terjadinya hemolisa dan krenasi pada sel darah merah. III. Dasar Teori Darah merupakan bagian dalam sistem sirkulasi tubuh dan memiliki peran penting untuk mendistribusikan berbagai senyawa penting yang dibutuhkan oleh setiap sel dan jaringan tubuh (Rousdy dan Linda, 2018). Transportasi ini mengangkut bahan-bahan antara sel dengan lingkungan eksternal ataupun diantara sel itu sendiri (Arviananta dkk., 2020). Fungsi utama darah adalah untuk mendistribusikan O2 dan sumber energi dan membuang CO 2 serta produk sisa metabolisme keluar jaringan. Dalam darah terkandung elemen-elemen yang berfungsi sebagai sistem pertahanan dan kekebalan tubuh yang juga penting untuk pengaturan suhu, distribusi hormon, dan molekul sinyal antar jaringan lainnya yang penting untuk mempertahankan homeostasis (Aaronson et al., 2020). Terdapat beberapa unsur seluler dari darah, antara lain sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit yang tersuspensi di dalam plasma darah (Ganong, W. F., 2003). Sel darah merah (eritrosit) merupakan jenis sel yang paling melimpah di dalam tubuh manusia (Bryk and Wiśniewski, 2017). Pada pria dewasa normal, jumlah eritrosit yang terkandung di dalam tubuhnya adalah 5,2 juta sel/μl sementara pada wanita dewasa terdapat sebanyak 4,7juta sel/μl (Aliviameita dan Puspitasari, 2019). Sel yang terkandung di dalam sistem kardiovaskular ini memiliki peran utama dalam transportasi oksigen pada tubuh manusia (Gunga et al., 2016). Dalam menjalankan tugasnya, sel darah merah memiliki pigmen hemoglobin yang berperan penting diantara protein darah vital lainnya (Qureshi et al., 2014).



Bentuk normal dari eritrosit bervariasi, tergantung pada spesies makhluk hidup yang diamati. Eritrosit mamalia tidak memiliki inti, sementara pada bangsa camellidae, reptil, dan aves terdapat inti. Bentuk dari sel ini adalah oval dan bikonkaf yang berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen (Aliviameita dan Puspitasari, 2019).



Meskipun demikian, eritrosit dapat berubah bentuk dari



cakram bikonkaf normal karena perubahan kondisi aliran dalam aliran darah (Kuhn et al., 2017). Penyebab utama dari deformabilitas sel tunggal eritrosit ditentukan oleh viskositas sitoplasma dan fleksibilitas sitoskeleton. Viskositas intraseluler sebagian besar ditentukan oleh dua faktor, yaitu konsentrasi hemoglobin dan kadar air yang memiliki efek bagi keseimbangan osmolaritas (Kuhn et al., 2017). Menurut Noradina dkk. (2017), konsentrasi larutan dengan tekanan osmosis tertentu akan menyebabkan terjadnya hemolisis pada eritrosit. Selain itu, terdapat peristiwa deformasi eritrosit lainnya yang disebut dengan krenasi. Hemolisis



merupakan peristiwa pecahnya membran eritrosit yang



menyebabkan hemoglobin bebas pada medium di sekelilingnya (plasma darah). Kerusakan pada membran eritrosit ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain akibat penambahan larutan hipotonis dan hipertonis dalam darah, permukaan membran eritrosit yang mengalami penurunan tekanan, terdapatnya zat/unsur kimia tertentu di dalam darah, pemanasan dan pendinginan, rapuh akibat penuaan dalam sirkulasi darah, dan lain-lain (Noradina dkk., 2017). Sementara itu, krenasi merupakan peristiwa mengkerutnya eritrosit yang disebabkan oleh suasana hipertonis di dalam darah. Hal ini menyebabkan terjadinya tekanan osmosis dari dalam sel menuju luar sel hingga sel tersebut mengalami krenasi (Warsita dkk., 2019). Maka dari itu, dilakukan praktikum Struktur Sel Darah dan Hemolisis untuk mengetahui bentuk sel darah manusia dan katak serta mengamati bentuk sel darah merah akibat pemberian konsentrasi larutan fisiologi yang berbeda-beda. IV.



Alat dan Bahan



4.1 Struktur Sel Darah Alat yang digunakan dalam praktikum Struktur Sel Darah adalah obyek glass dan kaca penutup, lancet, pipet, dan mikroskop.



Bahan yang digunakan dalam praktikum Struktur Sel Darah adalah larutan NaCl 0.6%, larutan NaCl 0.9%, alkohol 70%, kloroform, kapas, serta darah katak dan manusia. 4.2 Hemolisis Alat yang digunakan dalam praktikum Hemolisis adalah obyek glass dan kaca penutup, lancet, pipet, dan mikroskop. Bahan yang digunakan dalam praktikum Hemolisis adalah larutan NaCl 0.2%, larutan NaCl 0.6%, larutan NaCl 0.9%, larutan NaCl 2%, alkohol 70%, kloroform, kapas, serta darah katak dan manusia. V.



Cara Kerja



5.1 Struktur Sel Darah Pada praktikum Struktur Sel Darah, langkah pertama pembuatan preparat adalah disiapkannya sediaan darah dari jantung katak. Katak dibius, lalu rongga dada dibuka menggunakan perlengkapan bedah, kemudian pipet yang telah dibilas antikoagulan dimasukkan ke dalam ventrikel. Darah diisap, diteteskan pada gelas objek, dan ditambahkan beberapa tetes larutan NaCl 0,6%. Berikutnya sediaan darah manusia diperoleh dari ujung jari yang ditusuk menggunakan lancet steril, darah yang keluar diteteskan pada gelas objek dan ditambahkan beberapa tetes larutan NaCl 0,9%. Gelas objek ditutup menggunakan kaca penutup serta preparat diamati di bawah mikroskop. 5.2 Hemolisis Pada praktikum Hemolisis, langkah pertama pembuatan preparat dimulai dengan disiapkannya 4 kaca objek yang sudah diberi label 0,2%, 0,6%, 0,9%, dan 2% serta nama dan jenis kelamin probandusnya. Jari probandus dibersihkan dengan alkohol 70%, lalu jari ditusuk menggunakan blood lancet. Darah yang keluar diteteskan pada masing-masing kaca objek, lalu ditetesi oleh NaCl dengan konsentrasi yang berbeda, sesuai dengan label yang diberikan. Langkah-langkah tersebut berlaku bagi ketiga darah probandus yang digunakan dalam praktikum, yaitu darah laki-laki, perempuan, dan katak. Terakhir, kaca objek ditutup dan diamati di bawah mikroskop.



VI.



Hasil Pengamatan Tabel 1. Hasil pengamatan praktikum struktur sel darah



No



Probandu



.



s



Gambar



Foto



Keterangan



1



1. Safira



1. Eritrosit



Perbesaran 40x10 2.



Vikhi



1. Eritrosit 1



Perbesaran 40x10 3.



Katak 2 1. Eritrosit 1 Perbesaran 40x10



2. Inti eritrosit



Tabel 2. Hasil pengamatan praktikum hemolisis No



Probandu



.



s



Gambar



Foto



Keterangan



1. 1 Puspa



1. Eritrosit mengalam i hemolisis



Larutan NaCl 0,2% Perbesaran 40x10 2. 1. Eritrosit 1 mengalami hemolisis



Larutan NaCl 0,6% Perbesaran 40x10 3. 1.Eritrosit normal 1



Larutan NaCl 0,9% Perbesaran 40x10



4.



1.Eritrosit 1



mengalami krenasi



Larutan NaCl 2% Perbesaran 10x10 5.



Vikhi 1 1.Eritrosit mengalami lisis



Larutan NaCl 0,2% Perbesaran 10x10 6.



1



Larutan NaCl 0,6% Perbesaran 40x10 7.



1.Eritrosit normal 1 Larutan NaCl 0,9% Perbesaran 10x10



8.



1.Eritrosit mengalami 1 krenasi



Larutan NaCl 2% Perbesaran 10x10 9.



Katak



1. Eritrosit 1



mengalami hemolisis



Larutan Nacl 0,2% Perbesaran 40x10 10.



1



1. Eritrosit normal 2. Inti



2



eritrosit



Larutan Nacl 0,6% Perbesaran 40x10 11.



1. Eritrosit 1



mengalami krenasi



2 2. Inti Larutan Nacl 0,9% Perbesaran 40x10



eritrosit



12.



1. Eritrosit 1



mengalami krenasi



Larutan Nacl 2% Perbesaran 40x10 VII. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dalam praktikum Struktur Darah, dapat diamati bahwa eritrosit manusia memiliki struktur berbentuk cakram bikonkaf yang tidak terdapat inti di dalamnya, sesuai dengan pernyataan Glenn and Armstrong (2019). Sementara itu, eritrosit katak memiliki struktur yang berbentuk lonjong, konvek, serta memiliki inti di tengah-tengah eritrosit. Selain itu, sel darah merah katak juga memiliki ukuran yang lebih besar jika dibandingkan dengan sel darah manusia. Perbedaan struktur ini sesuai dengan penjelasan oleh Aliviameita dan Puspitasari (2019), yaitu eritrosit makhluk hidup memiliki bentuk normal yang berbeda-beda, tergantung pada spesies makhluk hidup yang diamati. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dalam praktikum Hemolisis, dapat diamati bahwa konsentrasi larutan NaCl berbeda yang diberikan pada setiap darah probandus memiliki pengaruh terhadap bentuk sel darah merah, antara lain hemolisis, normal, dan krenasi. Sel darah merah manusia isotonis dengan NaCl konsentrasi 0,9%. Hal ini menyebabkan bentuk eritrosit manusia tampak cakram bikonkaf yang normal. Sementara itu larutan NaCl konsentrasi 0,2% dan 0,6% bersifat hipotonis. Hal ini menyebabkan cairan mengalami osmosis memasuki sel darah merah. Maka dari itu, pada larutan tersebut bentuk eritrosit manusia tampak menggembung, bahkan ada yang mengalami plasmolisis. Pada konsentrasi 2%, larutan NaCl bersifat hipertonis. Maka dari itu, sel darah merah manusia tampak mengalami krenasi. Sel darah merah katak isotonis dengan NaCl konsentrasi 0,6%. Hal ini menyebabkan bentuk eritrosit manusia tampak lonjong konvek berinti yang



normal. Sementara itu larutan NaCl konsentrasi 0,2% bersifat hipotonis. Maka dari itu, bentuk eritrosit katak tampak menggembung dan ada yang mengalami plasmolisis. Pada konsentrasi 0,9% dan 2%, larutan NaCl bersifat hipertonis. Maka dari itu, sel darah merah katak tampak mengalami krenasi. Hasil ini sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Damanik dkk. (2014), yaitu eritrosit akan berada dalam kondisi yang tetap dan normal apabila konsentrasi larutan sesuai dengan tonisitas eritrosit. Jika tidak, perbedaan konsentrasi di dalam dan diluar sel akan menyebabkan pergerakan cairan secara pasif yang dapat menyebabkan sel mengalami hemolisa atau krenasi (Parwata dkk., 2019).



VIII. Kesimpulan 8.1



Sel darah katak memiliki struktur berbentuk lonjong, konvek, dan



memiliki inti sel. Sementara sel darah manusia memiliki struktur berbentuk cakram, bikonkaf, dan tidak memiliki inti sel. 8.2



Apabila berada dalam larutan yang hipotonis, sel darah katak dan manusia



akan mengalami hemolisis. Jika berada dalam larutan yang isotonis, sel darah katak dan manusia akan mengalami keseimbangan sehingga bentuk sel tampak normal. Sementara itu, apabila berada dalam larutan yang hipertonis, sel darah katak dan manusia akan mengalami krenasi. 8.3



Hemolisa dan krenasi terjadi akibat ketidakseimbangan konsentrasi antara



intraseluler dan ekstraseluler. Jika larutan ekstraseluler bersifat hipotonis, maka air akan mengalami osmosis menuju intraseluler yang dapat menyebabkan hemolisis. Sementara itu, jika larutan ekstraseluler bersifat hipertonis, maka air akan mengalami osmosis meninggalkan intraseluler sehingga menyebabkan krenasi.



DAFTAR PUSTAKA Aaronson, P.I., Ward, J.P.T., and Connolly, M.J.. 2020. The Cardiovascular System at a Glance Fifth Edition. Wiley Blackwell. England. Aliviameita, A. dan Puspitasari. 2019. Buku Ajar Hematologi. Umsida Press. Sidoarjo. Arviananta, R., Syuhada, dan Aditya. 2020. Perbedaan Jumlah Eritrosit Antara Darah Segar dan Darah Simpan di UTD RSAM Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. 9(2): 686-694. Bryk, A.H. and Wiśniewski, J.R. 2017. Quantitative analysis of Human Red Blood Cell Proteome. Journal of Proteome Research. 16(8): 2752-2761 Damanik, M.N.V., Siswanto, dan Sulabda, I N. 2014. Hemolisa Eritrosit Babi Landrace yang Dipotong di Rumah Pemotongan Hewan Pesanggaran Denpasar. Indonesia Medicus Veterinus. 3(3): 237-243 Ganong, W.F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Glenn, A. and Armstrong, C. E. 2019. Physiology of Red and White Blood Cells. Anaesthesia and Intensive Care Medicine. 20(3): 170-174. Gunga, Hanns-Christian, Weller von Ahlefeld, V., Coriolano, H.A., Werner, A., and Hoffmann, U. 2016. Cardiovascular System, Red Blood Cells, and Oxygen Transport in Microgravity. Springer. Bonn. Kuhn, V., Diederich, L., Keller, T.C.S., Kramer, C.M., Lückstädt, W., Panknin C., Suvorava, T., Isakson, B.E., Kelm, M., and Cortese-Krott, M.M.. 2017. Red Blood Cell Function and Dysfunction: Redox Regulation, Nitric Oxide Metabolism, Anemia. Antioxidants Redox Signal. 26(13): 718-742. Noradina, A. Hutagaol, dan Siregar, Y. 2017. Pemberian Vitamin E terhadap Fragilitas Eritrosit pada Mencit (Mus musculus L.) yang dipapari Tuak. Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA. 3(2): 361-369. Parwata, W.S.S., Hartawan, I N.B., Suwarba, I G.N., Suparyatha, I B., dan Wati, D.K. 2019. Perbedaan Pemberian Cairan Isotonis dan Hipotonis Terhadap Osmolalitas Plasma pada Penderita Gangguan Intrakranial Akut di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali. Intisari Sains Medis. 10(1): 82-87.



Rousdy, D.W. dan Linda, R. 2018. Hematologi Perbandingan Hewan Vertebrata: Lele (Clarias batracus), Katak (Ranasp.), Kadal (Eutropis multifasciata), Merpati (Columba livia) dan Mencit (Mus musculus). Bioma. 7(1): 1-13. Warsita, N., Z. Fikri, dan Ariami, P. 2019. Pengaruh Lama Penundaan Pengecatan Setelah Fiksasi Apusan Darah Tepi Terhadap Morfologi Eritrosit. Jurnal Analis Medika Bio Sains. 6(2): 125-129. Qureshi, S., Memon, S.A., Ghanghro, A.B., Qureshi, M.F., Mughal, M.A., and Qureshi, T. 2014. Hemoglobin Adducts in Paint Industry Workers: AN Electrophoretic Analysis. International Journal Advancements in Life Sciences. 1(4): 208-2016.



LAMPIRAN Lampiran 1. Alat, Bahan, dan Hasil Struktur Sel Darah 1



2



3



4



Keterangan:



5



1. Pipet tetes 2. Syring 3. Blood Lancet 6 7



4. Kaca penutup 5. Kapas 6. Lancet Pen 7. Kaca objek



Gambar 1. Alat dan Bahan Struktur Sel Darah



Gambar 2. Alkohol 70%



Gambar 3. Mikroskop



Gambar 4. Label



Gambar 5. Jari Probandus



Gambar 6. Katak Keterangan : 1. Sel darah merah (eritrosit) 1



Gambar 7. Struktur sel darah manusia



(perempuan) (Perbesaran 40x10) Keterangan : 1. Sel darah merah (eritrosit) 1



Gambar 7. Struktur sel darah manusia (lakilaki) (Perbesaran 40x10) Keterangan: 1



1. Inti sel darah merah 2. Sel darah merah (eritrosit)



2



Gambar 8. Struktur sel darah katak (Perbesaran 40x10) Lampiran 2. Alat, Bahan, dan Hasil Hemolisis 1



2



3



4



Keterangan : 1. Larutan NaCl 2. Kapas 3. Tutup objek 4. Wadah plastik 5. Pipet tetes 6. Kaca objek



5



6



Gambar 1. Alat dan Bahan Hemolisis



1



2



3



4



Keterangan: 1. Konsentrasi 0,2% 2. Konsentrasi 0,6% 3. Konsentrasi 0,9% 4. Konsentrasi 2%



Gambar 2. Larutan NaCl



Gambar 3. Mikroskop



Gambar 4. Probandus



Gambar 5. Katak



Gambar 6. Label Keterangan: 1. Sel



darah



merah



yang



mengalami hemolisis. 1



Gambar 7. Sel darah manusia (perempuan) pada larutan NaCl 0,2% (Perbesaran 40x10) Keterangan: 1. Sel 1



darah



merah



mengalami hemolisis.



Gambar 8. Sel darah manusia (perempuan) pada larutan NaCl 0,6% (Perbesaran 40x10) Keterangan: 1. Sel darah merah normal 1



yang



Gambar 9. Sel darah manusia (perempuan) pada larutan NaCl 0,9% (Perbesaran 40x10) Keterangan: 1. Sel darah merah mengalami krenasi 1



Gambar 10. Sel darah manusia (perempuan) pada larutan NaCl 2% (Perbesaran 40x10) Keterangan: 1. Sel darah merah yang mengalami 1



hemolisis.



Gambar 11. Sel darah manusia (laki-laki) pada larutan NaCl 0,2% (Perbesaran 40x10) Keterangan: 1. Sel darah merah yang 1



Gambar 12. Sel darah manusia (laki-laki) pada larutan NaCl 0,6% (Perbesaran 40x10)



mengalami hemolisis.



Keterangan: 1. Sel darah merah normal



1



Gambar 13. Sel darah manusia (laki-laki) pada larutan NaCl 0,9% (Perbesaran 40x10) Keterangan: 1. Sel darah merah mengalami 1



krenasi



Gambar 14. Sel darah manusia (laki-laki) pada larutan NaCl 2% (Perbesaran 40x10) Keterangan: 1. Sel 1



Gambar 15. Sel darah katak pada larutan NaCl 0,2 % (Perbesaran 40x10)



darah



merah



mengalami hemolisis.



yang



Keterangan: 1. Sel darah merah normal 1



2. Inti sel darah merah



2 Gambar 16. Sel darah katak pada larutan NaCl 0,6 % (Perbesaran 40x10) Keterangan: 1. Sel darah merah mengalami



1



krenasi 2



2. Inti sel darah merah



Gambar 17. Sel darah katak pada larutan NaCl 0,9% (Perbesaran 40x10) Keterangan: 1. Sel darah merah mengalami 1



Gambar 18. Sel darah katak pada larutan NaCl 2% (Perbesaran 40x10)



krenasi.



Lampiran 3. Laporan Sementara Struktur Sel Darah



Lampiran 4. Laporan Sementara Hemolisis