Struktur Teks Narasi Bumi Manusia - Indriani Sulistyaningrum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Indriani Sulistyaningrum Kelas : XII MIPA 4



Struktur Teks Narasi Bumi Manusia Abstrak Diawali dengan Suurhof mengajak Minke ke kedai Tuan Belanda di pagi hari, tetapi mereka tidak diperbolehkan masuk karena mereka adalah bangsa pribumi. Akhirnya Minke mengajak Suurhof pergi ke kedai Baba China. Di kedai tersebut mereka makan sambil mengobrol santai. Suurhof menceritakan tentang seorang gadis cantik yang bernama Annelis, dan menantang Minke untuk menemui gadis tersebut. Orientasi Keesokan harinya mereka berdua pergi ke tempat gadis tersebut di Wonokromo menggunakan dokar mewah yang sengaja Suurhof sewa. Sesampainya disana, Minke disambut dengan tidak hangat oleh Robert Melema yang merupakan kakak dari Annelis. Tidak lama kemudian Annelis datang dan berkenalan dengan keduanya, tetapi Annelis terlihat lebih tertarik pada Minke dan mengajaknya berkeliling rumah. Minke mencoba menarik perhatian Annelis dengan pengetahuannya dan membuat Annelis terpukau. Pada saat di taman, Minke dengan berani mencium pipi Annelis yang membuat gadis itu terkejut dan berlari meninggalkan Minke. Pada saat Minke sedang mengejar Annelis ia melihat Nyai Ontosoro yaitu ibu Annelis. Malam pun tiba, pada saat makan malam yang dijamu oleh Nyai Ontosoro, Minke dan Annelis terlihat sangat dekat sampai membuat Suurhof cemburu. Saat mereka sedang menyantap makan malam datanglah ayah Annelis dengan keaadan mabuk sehabis dari rumah bordil Baba Ah Tjong, Ia adalah Herman Melema. Herman yang melihat ada seorang pribumi yang sedang makan di rumahnya pun murka. Ia memaki Minke dengan sebutan monyet. Nyai Ontosoro yang melihat kekacauan tersebut langsung memarahi suaminya tersebut dan meminta Herman untuk masuk ke kamarnya. Setelah makan malam selesai Minke pamit untuk pulang. Minke yang sudah kembali ke penginapannya mendapat surat dari Nyai Ontosoro yang diberikan oleh Meufran Telinga. Meufran pun mengingatkan Minke agar hati -hati terhadap Nyai karena kabar buruk yang beredar tentang Nyai. Minke pun bercerita kepada temannya yang berasal dari Perancis yaitu Jean Marais. Jean adalah seorang pelukis dan mempunyai seorang anak yang bernama Mey. Minke memberitahukan isi surat dari Nyai Ontosoro yang memintanya untuk datang kembali ke Wonokromo kepada Jean, dan Jean pun memberikan Minke beberapa motivasi. Dan pada akhirnya Minke pun kembali ke Wonokromo.



Menuju Konflik Pada saat berkeliling bersama Annelis, Minke bertanya tentang sejarah Keluarga Melema, dan Annelis pun menceritakannya kepada Minke. Dulu ibunya atau Nyai Ontosoro yang bernama asli Sanikem di jual oleh ayahnya yang bernama Sastrotomo kepada seorang Belanda asli yaitu Herman Melema, dan dari situlah Sanikem menjadi istri simpanan Herman. Annelis juga berkata bahwa dulu ayahnya tidak sekacau sekarang, dimana Herman adalah sosok ayah yang baik untuk keluarga. Herman juga mengajari Sanikem berbagai ilmu yang membuat Sanikem berubah dari wanita Jawa biasa menjadi wanita pribumi dengan citra rasa Eropa. Mereka menjadi keluarga bahagia sampai pada saat datangnya Maurits Melema, anak dari istri pertama Herman yang datang dari Belanda untuk melabrak Herman karena telah meninggalkan istri pertamanya tanpa memberi nafkah sedikitpun. Maurits Melema juga akan menuntut Herman karena telah berselingkuh dengan Sanikem. Herman yang mendengar itu menjadi sangat kacau dan sering pergi ke rumah bordil Baba Ah Tjong. Mendengar cerita dari Annelis, Minke pun mengerti apa yang terjadi di rumah itu. Pada saat malam hari, Minke dijemput paksa oleh polisi Belanda yang akhirnya membuat Minke terpaksa pergi mengikuti polisi tersebut meninggalkan Nyai dan Annelis yang kebingungan. Annelis yang ditinggalkan Minke menjadi sedih, Nyai yang melihat anak gadisnya bersedih memerintahkan sang kakak Robert untuk pergi mencari Minke. Robert yang memang tidak suka dengan orang pribumi menolak perintah ibunya tersebut, dan terjadilah adu mulut antara Robert dan Nyai. Pada akhirnya Robert mengiyakan perintah sang ibu dengan setengah hati dan pergi dengan emosi. Sementara itu Minke yang dijemput paksa oleh polisi Belanda di bawa ke tempat ayahnya. Ayah Minke yang akan diangkat menjadi bupati meminta Minke untuk menjadi penerjemahnya di dalam pelantikan. Setelah acara pelantikan selesai keesokan harinya Minke kembali ke Wonokromo diantar oleh sang ayah sampai ke stasiun kereta. Di perjalanan Minke merasa seperti diikuti seseorang. Sampai pada saat Minke dijemput oleh Darsam dan Annelis pun orang itu masih mengikutinya, Darsam yang paham situasi memerintahkan Minke untuk menginap di Krakan. Di sisi lain Annelis yang sedang menjadi mandor di ladang tiba tiba saja jatuh pingsan. Dengan perawatan dari dokter Marinet, Annelis pun diberi obat untuk segera pulih. Dokter Marinet pun menceritakan penyakit Annelis kepada Minke karena dokter Marinet percaya bahwa Annelis akan sembuh jika bersama dengan Minke. Dokter Marinet juga meminta Minke untuk menikahi Annelis karena Annelis telah jatuh cinta kepada Minke. Pada malam harinya, Minke memasuki kamar Annelis secara diam diam, mereka pun bercerita dan kemudian bercinta. Setelah bercinta Minke bertanya kepada Annelis apakah ini yang pertama kalinya untuk Annelis, dan Annelis pun menjawab bahwa itu adalah yang kedua kalinya. Minke yang terkejut dan merasa kecewa pun bertanya siapa orang pertama itu, Annelis pun menjawab bahwa orang pertama itu adalah Robert kakak Annelis sendiri, ia diperkosa oleh Robert di ladang. Keesokan harinya setelah mendengar pengakuan dari Annelis Minke berniat untuk kembali ke sekolah, yang membuat Annelis kembali sedih. Di perjalanan Minke teringat



kembali dengan janjinya kepada dokter Marinet, dan memutuskan untuk kembali kepada Annelis. Annelis pun sangat senang dan mengajak Minke untuk berjalan jalan di sekitar rumah. Puncak Konflik Pada saat berjalan jalan Minke tidak sengaja melihat seseorang yang mengikutinya ada di depan pagar rumah, akhirnya Minke memanggil Darsam dan mengejar si penguntit tersebut. Penguntit yang panik pun langsung melarikan diri ke dalam rumah bordil Baba Ah Tjong. Tetapi sesampainya disana mereka tidak menemukan si penguntit tersebut, melainkan Herman yang telah mati terbunuh, Annelis dan Nyai yang menyusul mereka pun terkejut mengetahui bahwa Hermah telah mati. Keributan tersebut membuat seseorang terganggu dan ia pun keluar dari salah satu kamar, Nyai yang melihat Robert keluar dari salah satu kamar pun terkejut dan memerintahkan Darman untuk segera mengejar Robert, tetapi Robert dengan sigap melarikan diri setelah berhasil menembak Darman. Akibat dari kekacauan tersebut polisi Belanda pun datang dan membuat Nyai harus melakukan persidangan atas kematian suaminya. Saksi-saksi telah dihadirkan, termasuk Baba Ah Tjong selaku pemilik rumah bordil dan juga Minke. Tetapi pada saat hakim bertanya kepada Minke, pertanyaan yang dilontarkan menjurus ke arah pribadi, yang membuat Nyai Ontosoro pun memberikan pembelaan kepada Minke dengan berbalik menyudutkan sang hakim yang malah mempermasalahkan hubungan percintaan Minke dengan Annelis dan juga mengambil keputusan sepihak jika Nyai Ontosoro menjadi pihak yang diuntungkan dari kematian Herman Melema, dan pengadilan pun berjalan kacau. Keesokan harinya di persidangan yang ke dua, Minke menghadirkan saksi kunci yaitu Maiko. Maiko adalah perempuan yang selalu tidur dengan Herman, ia mengakui bahwa ia telah membunuh Herman atas perintah dari Baba Ah Tjong. Dan dengan kesaksian itu Nyai Ontosoro bebas dari tuduhan. Hari berganti, Minke yang telah bebas dari kasus peradilan kembali ke sekolah. Sesampainya di sekolah ia dipanggil oleh kepala sekolah, dan diberitahukan bahwa ia telah dikeluarkan dari sekolah karena hubungannya dengan Annelis dan juga perintah dari ayahnya. Minke pun meninggalkan sekolah HBS dan pergi ke kediaman Annelis, ia memutuskan untuk menikahi Annelis. Beberapa hari kemudian Juffrouw Magda Peters, guru Minke di sekolah datang menemui Minke untuk memberitahukan jika kepala sekolah meminta Minke untuk kembali ke sekolah. Minke pun kembali bersekolah dan lulus dengan nilai tertinggi. Disaat pengumuman kelulusan Minke juga memberitahukan kepada teman temannya bahwa dia dan Annelis akan segera menikah. Setelah Minke menikahi Annelis, mereka hidup dengan bahagia. Hingga pada suatu saat Maurits Melema anak dari mendiang Herman Melema menuntut seluruh harta kekayaan milik Herman dan juga hak asuh Annelis. Hal ini membuat Nyai Ontosoroh dan juga Minke menjadi orang pertama yang akan menghadapi peradilan kulit putih tanpa didampingi oleh pengacara. Minke yang mencari dukungan akhirnya mendapat simpati dari berbagai golongan



karena merasa ini bukan lagi soal menyangkut masalah pribadi Minke dan Annelis, melainkan ini soal harga diri bangsa yang sudah ditindas oleh bangsa Eropa. Akhirnya Nyai Ontosoro dan Minke kembali menghadapi peradilan. Hakim menyatakan bahwa pernikahan Sanikem dan Herman Melema tidak sah dimata hukum, sehingga Nyai Ontosoro tidak mempunyai hak atas harta kekayaan Herman dan juga hak asuh Annelis. Annelis yang masih berusia 17 tahun juga harus tinggal bersama orang tua asuhnya di Belanda. Nyai yang mendengar pernyataan itu berusaha untuk menolak keputusan hakim, Minke juga berusaha untuk memperlihatkan bukti pernikahannya dengan Annelis yang sah dimata agama. Tetapi hakim tetap pada keputusannya, yang membuat Nyai Ontosoro dan juga Minke kalah di peradilan. Penyelesaian ( Evaluasi/ Revolusi ) Hari eksekusi pun tiba, hari dimana Annelis harus pergi meninggalkan ibunya Nyai Ontosoro dan juga suaminya Minke ke Belanda. Annelis mencoba tegar saat meninggalkan mereka yang sudah melawan hukum Eropa dengan sebaik-baiknya dan dengan sehormathormatnya.