Studi Kelayakan Usah Contoh Kasus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STUDI KELAYAKAN USAHA CONTOH KASUS PERUSAHAAN AGRIBISNIS YANG SUKSES DAN GAGAL



Dosen Pengumpu : Lilis Imamah Ichdayati



Disusun Oleh Jannisah Dwi Rahadiski (11150920000051) Agribisnis Kelas 4B



UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis 2016/2017



PERUSAHAAN AGRIBISNIS YANG SUKSES PT. Terang Inti Seraya Sejarah dan Profil PT. Terang Inti Seraya PT. TIS merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha perkebunan kelapa sawit. PT. TIS didirikan pada tanggal 23 April 2012 dengan pemilik Ir. Zulkarnain dan mulai beroperasi pada April 2012. Kantor utama PT. TIS terletak di Kota Pekanbaru, sementara perkebunannya terletak di tiga daerah yaitu Tenayan, Ujung Batu Rokan, dan Buluh Nipis. Awalnya, usaha tersebut belum berbentuk perseroan terbatas melainkan milik perorangan atau pribadi sampai kemudian pemilik timbul inisiatif untuk menjadikan usaha tersebut menjadi sebuah PT mengingat usia perkebunan yang sudah matang dan manajemen usaha sudah cukup baik. Ketika dijadikan Perseroan Terbatas, saham PT. TIS dipegang oleh Ir. Zulkarnain dan Yoki Wira Kristantio, masing-masing memegang saham sebesar 50 persen dengan banyaknya saham 2 500 lembar saham dan nilai nominal saham adalah Rp 1 000 000. Pemilik membeli perkebunan tersebut tidak dalam bentuk lahan kosong yang harus dilakukan penanaman bibit, tetapi dalam keadaan kebun sudah ditanami pohon yang menghasilkan. Total pohon kelapa sawit yang ada pada perkebunan PT. TIS adalah 403 pohon. Jumlah pekerja yang berada pada PT. TIS adalah sebanyak 132 orang mulai dari direksi, hingga tenaga kerja buruh. PT. TIS memiliki fasilitas perusahaan beupa kendaraan untuk direksi dan karyawan, serta mess karyawan untuk karyawan sebanyak tiga unit. PT. TIS juga memiliki fasilitas bengkel, gudang, dan mushola untuk dipakai oleh karyawan. Tandan Buah Segar PT. TIS saat ini baru dijual kepada dua perusahaan saja, yaitu PT. Sawit Asahan Indah yang berada di Desa Sungai Kuning Kecamatan Rambah Sarmo Kabupaten Rokan Hulu dan PT. Bangun Tenera Riau yang terletak di Desa Pantai Raja Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar Riau yang memiliki jarak kurang lebih 25 kilometer dari kebun. Pada awalnya pihak perusahaan menghubungi pabrik tersebut dan menawarkan apakah pabrik tertarik untuk membeli hasil panen perusahaan tersebut. Harga yang ditawarkan oleh tiap pabrik akan berbeda, tetapi masih tetap mengacu pada harga yang telah ditetapkan oleh Tim Penetapan Harga pemerintah daerah setempat. Perjalanan dari kota Pekanbaru ke perkebunan di Buluh Nipis dan Ujung Batu Rokan akan memakan waktu satu hingga dua jam. Akses jalan dari kota menuju gerbang perkebunan sudah berupa aspal, tetapi pada perkebunan jalan yang digunakan adalah pasir batu. Jalan yang dibuat dari pasir batu dimaksudkan agar jalan tidak mudah rusak dan longsor karena tanah perkebunan merupakan tanah pedsolik merah kuning dan tanah liat berpasir. Aspek Non-finansial Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang memiliki prioritas utama dari suatu studi kelayakan proyek, hal ini dikarenakan banyak proyek yang mengalami kegagalan karena tidak memperhatikan pasar potensial dan pangsa pasar. Untuk memasarkan produknya, maka perusahaan harus dapat memastikan hal tersebut.



Potensi Pasar Kelapa Sawit di Riau. Kelapa Sawit merupakan produk yang dapat diolah menjadi berbagai produk turunan. Salah satu produk yang dihasilkan oleh buah kelapa sawit adalah minyak, yaitu adalah CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). PT. TIS merupakan perusahaan yang menjual tandan buah segar (TBS) saja, TBS tersebut sampai saat ini telah dijual langsung kepada dua pabrik pengolah kelapa sawit yaitu PT. Sawit Asahan Indah dan PT. Bangun Tenera Riau. Sampai dengan akhir tahun 2012, terdapat sekitar 146 pabrik kelapa sawit di Provinsi Riau. Hingga tahun 2011, kebutuhan bahan baku CPO untuk pabrik olahan masih belum terpenuhi. Produksi TBS di Riau pada tahun 2011 adalah 36 809 252 ton sedangkan 146 PKS di riau memiliki kapasitas sebanyak 6 254 perjamnya. Pabrik kelapa sawit pada umumnya mampu beroperasi 20 jam setiap harinya. Berarti, PKS di Riau mampu mengolah 45 654 200 ton TBS tiap tahunnya (Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2011). Berarti, PKS masih mampu mengolah 8 844 948 ton setiap tahunnya. Hal ini dapat menjadi peluang bagi PT. TIS untuk memenuhi permintaan pasar. Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan hal-hal teknis atau operasional. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu lokasi perkebunan, fasilitas pendukung serta teknologi yang digunakan untuk produksi, layout, dan proses produksi. 1. Lokasi Perkebunan Perkebunan PT. Terang Inti Seraya terletak di tiga tempat, yaitu Desa Buluh Nipis (181.64 hektar), Ujung Batu Rokan (123.75 hektar), dan Tenayan (114.13 hektar) dengan total luas 419.52 ha yang sebagian besar tanahnya berjenis podsolik dan tanah liat berpasir. Lokasi tersebut dipilih berdasarkan kedekatan dengan letak pasar yang dituju, supply tenaga kerja, dan infrastruktur yang mendukung fasilitas transportasi.



2. Fasilitas pendukung yang dimiliki oleh PT. TIS adalah:  Lahan Perkebunan PT. TIS memiliki lahan seluas 419.52 hektar yang terletak di tiga daerah di Pekanbaru.  Kantor PT. TIS memiliki tiga bangunan kantor.  Bengkel PT. TIS terletak pada masing-masing perkebunan.  Mess Karyawan PT. TIS memiliki tiga mess karyawan yang berada pada masing-masing area perkebunan.  Kendaraan yang dimiliki PT. TIS memiliki fungsi yang berbeda-beda.  Jalan yang berada pada daerah perkebunan.  Supply air dan listrik, sumber listrik yang diperoleh berasal dari genset.



3. Layout Layout perkebunan PT. TIS dapat dilihat pada lampiran 1. Pohon kelapa sawit yang ditanam diberi jarak tanam 7.8 m x 9 m dan 9.2 m x 9.2 m agar sinar matahari dapat masuk dengan baik dan tanaman tidak berebut nutrisi. Layout tersebut terdiri atas blok dan disertai dengan nomor blok agar memudahkan dalam pengontrolan serta pembagian tugas pemanenan dan perawatan. Layout Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen berkaitan dengan pengelolaan SDM yang dimiliki oleh perusahaan. Pelaksanaan pengelolaan tersebut perlu memperhatikan bagaimana struktur organisasi, deskripsi jabatan, dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan aspek hukum berkaitan dengan status perusahaan



dengan melihat bagaimana badan hukumnya dan bagaimana kelengkapan dokumen untuk izin usahanya. Aspek Sosial dan Lingkungan Analisis aspek sosial dan lingkungan dapat dilihat dari dampak positif yang ditimbulkan oleh kegiatan usaha PT. TIS terutama untuk lingkungan sekitar. Usaha yang didirikan pada lingkungan masyarakat ini dapat memberikan fasilitas kepada masyarakat. Awalnya, di daerah perkebunan PT. TIS belum ada sarana seperti listrik, sumber air yang memadai, serta sarana peribadatan. Pendirian PT. TIS juga dapat membuka isolasi wilayah yang awalnya akses menuju daerah tersebut sulit dikarenakan infrastruktur jalan yang masih belum baik. PT. TIS berinisiatif untuk memperbaiki dan kegiatan perdagangan kebutuhan sehari-hari seperti warung pun menjadi banyak karena mudahnya akses ke daerah tersebut. Pemerintah daerah setempat juga memperoleh dampak positif dari usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS karena PT. TIS juga membayar retribusi untuk peningkatan pendapatan pemerintah Pekanbaru. Aspek Finansial Tujuan dari analisis finansial adalah untuk menilai kelayakan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi dapat dilakukan melalui pendekatan net benefit, net B/C, IRR, serta payback periodnya. Kriteria investasi tersebut dapat diketahui dengan memproyeksikan arus kas (cashflow) dan laporan laba/rugi. Setelah itu dapat dilakukan analisis switching value. Arus kas merupakan jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu perusahaan berkaitan dengan kegiatan investasi. Pihak perusahaan perlu untuk mengetahui berapa kas bersih yang diterima dari uang yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Komponen penyusun cash flow antara lain inflow dan outflow dari kegiatan investasi, net benefit, serta inflow dan outflow dari aktifitas bisnis tambahan jika ada. Umur ekonomis dari tanaman kelapa sawit adalah 25 tahun, tetapi proyeksi arus kas dilakukan selama 21 tahun karena tahun tanam masing-masing kebun dari tiga perkebunan berbeda, dan yang paling baru tahun tanamnya adalah perkebunan di tenayan dengan tahun tanam 2008 sehingga umur tanaman ketika pembelian lahan sudah mencapai empat tahun. Selisih antara arus penerimaan dan arus pengeluaran merupakan manfaat atau biaya yang diterima dari kegiatan bisnis perkebunan kelapa sawit. Arus penerimaan pada PT. TIS berasal dari hasil penjualan produk, pinjaman, pendapatan bunga jasa giro, dan nilai sisa. Penerimaan penjualan diperoleh dari hasil penjualan TBS. Hasil penjualan TBS tergantung pada produksi yang dihasilkan tanaman kelapa sawit. Penjualan TBS pada tahun ke-1 usaha diperoleh dari data historis PT. TIS. Proyeksi mulai dilakukan pada tahun ke-2 sampai tahun ke-22 usaha. Pada tahun ke-13 (2024) dan tahun ke-16 (2027), perusahaan melakukan re-investasi atau replanting. Dasar jumlah produksi yang digunakan pada proyeksi tersebut diambil dari data proyeksi perusahaan. Harga jual yang digunakan adalah Rp 1 470 perkilogram, diperoleh dari rata-rata fluktuasi harga yang berkisar antara Rp 1 003 – Rp 1 937. Harga tersebut pada tahun-tahun selanjutnya naik sebesar 5 persen di tiap tahunnya. Selain penerimaan pokok, terdapat penerimaan berupa bunga jasa giro yang besarannya tergantung kepada jumlah kas yang disimpan di giro. Pada awal tahun usaha mulai berjalan, perusahaan juga memperoleh modal yang berasal dari bank. Bank yang memberikan modal pinjaman kepada perusahaan adalah Bank Rakyat Indonesia Syariah dengan modal pinjaman yang diberikan adalah sebesar Rp 15 000 000 000. Bunga pinjaman yang ditentukan sebesar 11 persen dengan jangka waktu pengembalian delapan tahun.



Penerimaan perusahaan yang terakhir adalah diperoleh dari nilai sisa. Nilai sisa merupakan Merupakan taksiran nilai atau potensi arus kas masuk apabila aktiva tersebut dijual pada saat penarikan/penghentian (retirement) aktiva. Nilai residu tidak selalu ada, ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya 2. Jumlah nilai sisa yang diperoleh PT. TIS pada tahun 2033 sebesar Rp 21 400 203 500. Komponen pengeluaran terdiri dari biaya investasi, biaya operasional (variabel dan tetap), biaya pembayaran pinjaman dan bunga, serta biaya pajak. Biaya investasi diperoleh dari kegiatan investasi sedangkan biaya operasional diperoleh dari kegiatan operasional. Biaya pembayaran pinjaman dan bunga diperoleh berdasarkan ketentuan pihak bank tergantung pada besar bunga pinjaman dan lama masa pengembalian. Biaya pajak pada cash flow diasumsikan sebesar 25 persen. Manfaat bersih (net benefit) diperoleh dari selisih antara komponen inflow dan outflow. 1. Biaya Investasi Biaya investasi yang dikeluarkan PT. TIS terdiri dari replanting, pembelian lahan yang didalamnya sudah termasuk tanaman kelapa sawit, bangunan kantor, sarana penunjang, perlengkapan kantor, mesin dan peralatan, dan kendaraan. Khusus biaya bibit, tidak dikeluarkan pada tahun pertama, tetapi pada tahun ke-13 dan ke-16 karena merupakan bentuk replanting atau re-investasi. Rincian biaya replanting dapat dilihat pada lampiran 7. Jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk replanting adalah Rp 4 419 936 940 dan Rp 3 100 370 625. Biaya tersebut terdiri dari pembelian bibit, penumbangan pohon, upah tanam, upah perawatan, pupuk, dan herbisida selama empat tahun. Total biaya investasi pada tahun pertama yang dikeluarkan oleh PT. TIS sebesar Rp 28 540 406 200. Biaya investasi terbesar dikeluarkan untuk membeli lahan.



Biaya Operasional Biaya operasional dibagi menjadi dua komponen yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya operasional variabel merupakan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan operasional yang bersifat dapat dikendalikan dan bergantung kepada perkembangan jumlah produksi atau jumlah penjualan dalam satu periode. Komponen biaya operasional variabel pada PT. TIS adalah biaya panen, biaya perawatan, biaya pengangkutan, dan pajak bunga jasa giro. Pajak bunga jasa giro termasuk kepada biaya variabel karena jumlahnya yang dapat berubah sesuai dengan persediaan kas. Biaya operasional tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh perkembangan jumlah produksi atau jumlah penjualan dalam satu periode. Komponen biaya operasional tetap PT. TIS adalah biaya sewa bangunan, biaya gaji, biaya listrik, air, telepon, dan benda pos, biaya pemeliharaan atau perbaikan, biaya perjalanan dinas, biaya ATK dan rumah tangga kantor, biaya perizinan dan retribusi, biaya karyawan, biaya kebersihan dan keamanan, biaya konsultan, pajak reklame, PPH 21, serta PBB. Total biaya operasional tetap pertahunnya sebesar Rp 740 905 932. Rincian biaya operasional tetap dapat dilihat pada tabel. Tabel rincian biaya operasional No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Biaya Tetap Biaya Sewa Bangunan Biaya Gaji Biaya Listrik, Air, Telephone, dan Benda Pos Biaya Pemeliharaan/perbaikan Biaya Perjalanan Dinas Biaya ATK dan Rumah Tangga Kantor Biaya Perizinan dan Retrebusi Biaya Karyawan Biaya Kebersihan dan Keamanan



Jumlah 48.000.000 402.296.335 12.910.500 2.059.800 8.194.147 7.792.000 19.034.300 1.002.950 526.400



10. Biaya Konsultan 11. Biaya Pajak Daerah Lainnya ( pajak reklame ) 12. Pajak PPH 21 13. PBB Total Biaya Tetap 740.905.



207.570.000 763.500 2.000.000 28.756.000



Biaya Pembayaran Pinjaman dan Bunga Jumlah dana pinjaman PT. TIS kepada Bank Rakyat Indonesia Syariah adalah sebesar Rp 15 000 000 000. Dana tersebut mempunyai jangka waktu pengembalian delapan tahun dengan bunga 11 persen. Pembayaran yang disepakati menggunakan capital recovery 11 persen dengan jumlah cicilan yang harus dibayarkan tiap tahunnya Rp 2 910 000 000. Pembayaran pinjaman dilakukan mulai dari tahun 2013 hingga 2020. 4. Pajak Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008 pasal 17 ayat 2a, bahwa Tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang digunakan untuk menghitung penghasilan kena pajak adalah sebesar 25 persen dari laba yang dihasilkan. Pajak yang dibayarkan oleh PT. TIS dapat dilihat pada tabel 8 berikut



No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.



Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033



Pajak 90 992 162 286 742 556 480 055 234 705 296 331 899 826 296 1 038 537 616 1 089 457 031 1 166 176 578 1 652 202 342 1 722 091 762 1 736 196 337 1 190 268 929 1 198 930 329 1 169 089 817 139 670 762 403 452 113 883 539 635 1 663 792 712 2 779 385 970 4 059 208 392 4 827 059 255 14 481 177 766



Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukan jumlah pendapatan yang diperoleh dan biayabiaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Laporan laba rugi dapat menggambarkan kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Komponen laba rugi terdiri dari penjualan (pendapatan), harga pokok penjualan, laba kotor, biaya operasional yang termasuk biaya penyusutan, laba kotor operasional, pendapatan lainnya, bunga, serta beban pajak. Komponen



dalam laba rugi yang tidak tercantum dalam arus kas adalah biaya penyusutan yang diperoleh dari kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada lampiran 3. Laba bersih yang diperoleh PT. TIS bernilai negatif pada tahun ke-1. Hal tersebut dikarenakan jumlah penjualan yang masih sedikit. Rincian laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 8 dan hasil analisis proyeksi nilai laba rugi pertahun dapat diihat pada Tabel 9. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.



Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033



Nilai Laba Rugi (Rp) (1 873 120 514) 272 976 487 860 227 667 1 440 165 701 2 115 888 992 2 699 478 888 3 115 612 848 3 268 371 093 3 498 529 733 4 956 607 026 5 166 275 285 5 208 589 011 3 570 806 786 3 596 790 986 3 507 269 450 419 012 285 1 210 356 339 2 650 618 904 4 991 378 136 8 338 157 910 12 177 625 177 14 481 177 766



Kriteria Investasi Kelayakan suatu usaha dapat dinilai dengan kriteria investasi. Kriteria investasi tersebut terdiri dari net present value (NPV), net benefit-cost ratio (Net B/C), internal rate of return (IRR), payback period (PP). Discount Factor juga digunakan untuk mencari nilai sekarang dan nilai di masa yang akan datang. Analisis-analisis tersebut menggunakan laporan arus kas yang dapat dilihat pada lampiran 9. Hasil analisis kriteria investasi PT. TIS dapat dilihat pada tabel 10. No. 1 2 3 4



Kriteria kelayakan NPV Net B/C IRR PP



Hasil penilaian pada DF 11% Rp 26 057 938 182 3.58 31 persen 7.58 tahun



Net Present Value (NPV) Net Present Value merupakan nilai manfaat bersih sekarang. Nilai tersebut didapat dari selisih antara total PV manfaat dengan PV biaya. Hasil analisis menunjukan NPV positif sebesar Rp 26 057 938 182. Suatu usaha dapat dikatakan layak jika NPV nya lebih dari nol. Usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS layak dari segi NPV karena NPV lebih besar dari nol.



Net B/C



Net B/C merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif (PV +) dengan manfaat bersih yang bernilai negatif (PV -) atau manfaat bersih yan menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Nilai B/C yang diperoleh adalah 3.58 yang berarti setiap tambahan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1 akan menghasilkan tambahan manfaat bersih bagi PT. TIS sebesar Rp 3.58. Hasil analisis menunjukkan bahwa Net B/C bernilai lebih besar dari 1. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa usaha memiliki manfaat bersih yang menguntungkan terhadap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut sehingga layak untuk dilaksanakan.



Internal Rate of Return Analisis Internal Rate of return bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Nilai IRR mencerminkan besarnya discount rate yang apabila digunakan untuk mendiskontokan seluruh kas masuk akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan jumlah kas keluar. Discount Rate yang digunakan pada analisis adalah 11 persen. Hasil analisis menunjukan nilai IRR sebesar 31 persen. Usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS layak untuk djalankan karena nilai IRR tersebut lebih besar dari discount rate yang digunakan.



Payback Period (PP) Analisis payback period bertujuan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian dari investasi yang telah dilakukan. Payback Period yang diperoleh selama 7.58 tahun atau 7 tahun 6 bulan menunjukan jangka waktu pengembalian investasi yang dilakukan lebih cepat dari umur bisnis yaitu 22 tahun. Usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS layak untuk dijalankan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih cepat dari umur proyek. Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan untuk mengukur berapa besar toleransi terhadap perubahan pada komponen penting dari usaha yang dijalankan. Perubahan pada komponen tersebut juga dapat mengukur kepekaan perusahaan terhadap perubahan tersebut. Persentase perubahan yang lebih rendah menunjukkan bahwa komponen tersebut lebih peka dibanding komponen lain yang persentase toleransi perubahannya lebih besar. Komponen penting pada usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS adalah penjualan TBS (produktivitas dan harga) dan biaya variabel (biaya perawatan). Komponen tersebut dipilih berdasarkan komponen dari inflow dan outflow yang paling berpengaruh terhadap keuntungan yang akan didapatkan perusahaan.



PERUSAHAAN AGRIBISNIS YANG GAGAL



PT Sumber Sawit Sejahtera Menyusul tunggakan pembayaran hasil panen Tandan Buah Segar (TBS) milik para petani dan Kelompok Tani yang saat ini menjadi beban hutang oleh PT Sumber Sawit Sejahtera (PT.SSS) selama dua bulan terakhir yang belum diselesaikan oleh pihak perusahaan masih terus diupayakan penyelesaiannya. Salah satunya, terkait adanya masukan dari Ketua DPRD Pelalawan Nasarudin ke Pemda Pelalawan yang menjadi mediator saat ini, disarankan agar melakukan tindakan tegas berupa 'take over' perusahaan Pabrik Kelapa Sawit PT.SSS ke Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) serta pencabutan izin kawasan HGU milik PT.SSS yang luasnya sekitar tiga ribu hektar di desa Pangkalan Panduk dan dikembalikan ke Pemda. Hal ini menyusul ketidaksanggupan PT.SSS, membayar hutangnya sebesar Rp 60 miliar ke mitranya para petani dan kelompok petani sawit yang selama ini menjadi mitranya. Melihat wacana ini, H.Sugianto selaku tokoh masyarakat kabupaten Pelalawan kepada awak media, Ahad (22/11/15) menyampaikan bahwa setelah melihat dan menilai hal ini bukan tidak bisa dilakukan pengalihan kepemilikan atau melakukan pencabutan izin HGU PT.SSS yang konon sudah ditanami dan luasnya mencapai ribuan hektar. Sebab syah-syah saja hal itu dilakukan sebab perusahaan PT.SSS tersebut berdiri dan menjalin hubungan kerjasama dengan para petani lokal tersebut setidaknya ada nota kesepahaman atau perjanjian kerja sama antara kedua belah pihak. "Jadi saran saya, upaya eksekusi jangan terlalu gegabah, sebab kalau sudah di eksekusi seperti saran Ketua DPRD maka pastinya beban hutang berpindah ke manajemen baru yang katanya sanggup mengolah yakni BUMD, selain itu dana untuk menutupi hutang perusahaan sebelumnya akan menjadi tanggungan BUMD, kalau begini jadi enaklah manajemen perusahaan yang lama," tegas Sugianto juga anggota DPRD Provinsi Riau. Sugianto mengaku sedikit mengetahui adanya tindak tanduk "mafia perusahaan", untuk itu agar tidak salah, seperti membeli kucing dalam karung, maka Pemda setidaknya jangan gegabah dalam bertindak, selain itu juga setidaknya kalau harus dilakukan eksekusi berupa 'take over' maka harus prosedural dengan melibatkan perusahaan aprisial sehingga dapat diketahui nilai total aset yang dimiliki PT SSS. "Sebab, kalau dilihat lihat dengan kondisi sekarang, nilai aset yang dimiliki PT.SSS itu bila di jumlahkan seluruhnya dalam bentuk rupian besar kemungkinan tak cukup untuk menutupi beban hutang ke petani sebanyak Rp 60 milyar, mengapa demikian, karena ada dugaan permainan dari pihak manajemen perusahaan dengan pihak Bank sehingga nilai aset mereka dijual semua pun tak cukup untuk membayarkan beban yang di tanggung perusahaan karena selain petani kemungkinan besar mereka juga terhutang di Bank tertentu," kata Sugianto sedikit mengetahui seluk beluk PT SSS ini. Sugianto juga mengatakan, bahwa sebenarnya kalau perusahaan tersebut di kelolah dengan bagus dan di pimpin oleh tenaga yang handal dibidangnya serta keterbukaan laporan arus kasnya, maka dipastikan hal seperti ini tak terjadi. "Jadi wajar kalau timbul dugaan ada upaya tindakan tak beres di unsur manajemen berupa memperkaya diri sendiri oleh para petinggi di perusahaan sehingga beban perusahaan tak tertutupi yang berujung perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau failid, yang berdampak pada masyarakat petani dan karyawan perusahaan," jelas Sugianto.



Politisi dari PKB ini juga memberikan solusi bagaimana cara atau upaya untuk melakukan penyelamatan perusahaan yang terlilit hutang tersebut maka harus dilakukan upaya pendataan aset sekaligus memeriksa laporan arus kas keuangan perusahaan dari tim eksternal yang dinilai lebih independent, dan tak hanya itu saja merka juga wajib nilai aset yang dimiliki oleh para petinggi perusahaan hal ini diperlukan agar tidak terjadi kesalapahaman antara manajemen dan petani yang menjadi korban sebab mereka juga harus tau penyebabnya kenapa perusahaan yang sebelumnya sehat tiba-tiba sekarang mengalami kesulitan keuangan. "Nanti pasti ketemu siapa saja yang terlibat di dalamnya kalau ada indikasi terjadi kecurangan disana, dan kalau disebabkan oleh faktor lain juga setidaknya masyarakat tau dan terima kalau memang benar, maka dari itu pemda harusnya bersabar untuk melakukan take over sebab bisa saja upaya take over tersebut memang yang di inginkan oleh para manajemen dengan begitu mereka akan selamat dari jeratan hukum kalau adanya dugaan mereka secara berjemaah untuk memperkaya diri sendiri dengan mengkaut uang perusahaan itu tidak dilakukan audit kepada mereka," tandasnya.