Studi Literatur Penurunan Kinerja Heat Exchanger Pada Air Conditioning System Pesawat Airbus A320-200 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Transportasi udara memegang peranan yang sangat penting dalam



kebutuhan masyarakat dalam aktifitas sehari hari. Hal tersebut ditinjau dari berbagai segi, diantaranya adalah dengan menggunakan transportasi udara,



akses



jangkauan



yang



lebih



luas



dibandingkan



dengan



menggunakan transportasi darat ataupun laut. Transportasi udara berorientasi pada keselamatan penerbangan. Oleh karena itu, pesawat baik yang berjenis sayap putar ataupun sayap tetap faktor keamanannya harus diutamakan dari faktor-faktor lainnya. Begitu pula peralatan dan perlengkapan yang mendukung keselamatan pesawat terbang tersebut, perawatannya pun harus dilakukan secara teratur dan berkala sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan oleh produsen dari pesawat terbang tersebut. Namun di zaman modern kini, terdapat faktor lain yang juga perlu diperhatikan oleh sebuah maskapai penerbangan disamping keselamatan itu sendiri, faktor tersebut adalah kenyaman penumpang. Penumpang pesawat terbang kini menuntut kenyamanan dalam setiap penerbangan mereka, oleh karena itu pihak maskapai penerbangan senantiasa memenuhi tuntutan pelanggan mereka. Salah satu penunjang kenyaman penumpang pesawat terbang adalah system pengkondisian udara (Air Conditioning System). Fungsi air conditioning system adalah untuk mengatur temperatur udara dan kelembapan di dalam kabin pesawat terbang. Pada pesawat Airbus A320-200 memiliki air conditioning system yang didalamnya terdapat dua buah Pressurization and Air Conditioning Kit (PACK). Setiap PACK sendiri terdiri atas dua buah heat exchanger, sebuah air cycle machine, reheater, condenser, dan water extractor. Sebuah sistem tentunya tidak akan terlepas dari kegagalan ataupun kerusakan, termasuk air conditioning system tersebut. Sebagai



1



contoh ketika terdapat kotoran yang mengendap pada heat exchanger. Apabila permasalahan seperti contoh tersebut tidak ditangani dengan baik, maka akan menyebabkan menurunya kinerja dari heat exchanger itu sendiri ataupun kinerja dari air conditioning system yang pada akhirnya akan mengurangi kenyaman penumpang pesawat terbang. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membahas tentang salah satu penyebab berkurangnya kinerja dari heat exchanger di air conditioning system pada pesawat Airbus A320-200. Untuk itu dalam penyusunan tugas akhir ini penulis mengambil judul Studi Literatur Penurunan Kinerja Heat Exchanger Pada Air Conditioning System Pesawat Airbus A320-200 1.2



Rumusan Masalah Sumber udara air conditioning system pada pesawat Airbus A320-



200 berasal dari bleed air yang dihasilkan Engine ataupun APU (ketika berada di Ground). Terjadinya penurunan kinerja heat exchanger di air conditioning system akan mengurangi kenyamanan para penumpang bahkan dalam kasus secara luas dapat membahayakan keselamatan penerbangan. Maka rumusan masalah dalam pembahasan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Apa faktor penyebab terjadi berkurangnya kinerja



heat



exchanger di air conditioning system pada pesawat Airbus A320-200 ? 2. Apa akibat yang terjadi dari berkurangnya kinerja heat exchanger di air conditioning system tersebut ? 3. Bagaimana upaya penanggulangan untuk mengatasi terjadinya berkurangnya kinerja heat exchanger di air conditioning system pada pesawat Airbus A320-200 ?



2



1.3



Batasan Masalah Dalam penyusunan penulis hanya membatasi permasalahan berkurangnya kinerja heat exchanger di air conditioning system pada pesawat airbus A320-200



1.4



Tujuan Penelitian Tujuannya adalah : 1.



Terjadi kerusakan pada ram air inlet Terjadi kerusakan pada trim air valve



2.



Kotoran berupa debu maupun pasir yang ikut terhisap melalui ram air inlet dapat menempel pada main heat exchanger dan menghalangi aliran ram air yang menjadi cooling agent bagi heat exchanger tersebut. Akibatnya, proses



pendinginan



di



heat



exchanger



tidak



dapat



berlangsung secara maksimal, sehingga temperatur udara yang keluar dari outlet main heat exchanger akan lebih tinggi dari seharusnya. 3.



Permasalahan yang dialami oleh air conditioning system tersebut



dapat ditanggulangi dengan



cara melakukan



pembersihan pada bagian main heat exchanger dengan menggunakan air bertekanan 1.5



Metode Penelitian Metode penulisan dalam tugas akhir ini adalah deskriptif analisis,



yaitu



dengan



menguraikan



permasalahan



yang



dibahas



dan



mengamatinya. Kemudian penulis mengkaji berdasarkan teori-teori secara umum dan ketentuan yang telah ditetapkan pada referensi buku pedoman dalam maintenance pesawat terbang berdasarkan AMM dan teori yang dipublikasikan dan selanjutnya menghasilkan suatu kesimpulan dan saran.



3



1.6



Sistematika Penulisan Adapun naskah dibagi dalam empat bab dengan sistematika



penulisan sebagai berikut : BAB I



PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah,



tujuan



dan



maksud



penulisan,



metode



penulisan, ruang lingkup dan sistematika penulisan. BAB II



LANDASAN TEORI Bab



ini



terdiri



dari yang



menggambarkan



tentang



berkurangnya kinerja heat exchanger di air conditioning system pada pesawat Airbus A320-200 dengan teori-teori yang berhubugan dengan masalah serta asumsi-asumsi yang mendukung untuk menyelesaikan masalah. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini Berisikan tentang mengenai langkah penelitian, alat dan bahan yang akan digunakan dan jadwal penelitian. BAB IV PEMBAHASAN MASALAH Bab ini terdiri tentang pembahasan berkuranganya kinerja heat exchanger di air conditioning system pada pesawat Airbus



A320-200,



sebab,



akibat,



dan



cara



penanggulangnya. BAB V PENUTUP Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pembahasan masalah, dan saran yang mungkin bermanfaat.



4



BAB II TEORI DASAR



2.1



Deskripsi Air Conditioning Pesawat terbang Airbus A320-200 memiliki dua buah air



conditioning system yang disebut dengan Pressurization and Air Conditioning Kit (PACK) yang terletak di bagian bawah belly fairing badan pesawat terbang, seperti yang terlihat pada (gambar 2.3). Setiap PACK bekerja masing-masing dan independen. Sebuah PACK terdiri atas beberapa komponen, seperti; primary heat exchanger, air cycle machine, main heat exchanger, reheater, condenser, dan water extractor. Sumber udara bertekanan untuk air conditioning disuplai dari bleed air yang berasal dari kompresor bertekanan tinggi pada mesin pesawat terbang maupun dari APU (ketika pesawat terbang masih berada di darat).



Gambar 2.1 Letak PACK pada pesawat A320-200



5



Saat melaksanakan di PT. Indonesia AirAsia, pesawat A320-200 yang memiliki nomor registrasi PK-AXM mengalami poor cooling atau berkurangnya kinerja air conditioning pada pesawat terbang tersebut, sehingga temperatur yang dihasilkan tidak sesuai dengan temperatur yang diinginkan. Kejadian tersebut dapat diketahui melalui indikasi dari electronic centralized aircraft monitoring (ECAM) pada monitor air conditioning page. Pada layar tersebut dapat diketahui berapa besarnya temperatur udara pada tiga zona pesawat terbang A320-200, yaitu pada cockpit zone, forward/cabin zone dan after zone. Temperatur di forward zone/cabin atau di ruang kabin depan pesawat terbang dapat diatur melalui zone temperature selector yang memiliki tujuh buah posisi temperatur antara 18oC-30OC, dan setiap perpindahan satu posisi selector tersebut menaikkan atau menurunkan temperatur sebesar 2 oC, seperti yang ditunjukkan pada (gambar 2.4).



Gambar 2.2 Air Conditioning Panel A320-200



6



2.2



Basic Aircraft Air Conditioning Systems Pada pesawat Airbus A320-200 Air Conditioning System yang



digunakan adalah tipe air cycle air conditioning. Tipe air cycle air conditioning digunakan pada kebanyakan pesawat bermesin turbin. Udara bertekanan bersumber dari Engine, APU dan GTC/AC CART untuk proses pendinginanya. Air Cycle Air Conditioning menggunakan engine bleed air untuk memberikan temperatur pada kabin pesawat terbang. Temperatur dan kuantitas udara harus diatur untuk memberikan kenyamanan pada kabin ketika pesawat dalam posisi terbang maupun ketika pesawat terbang berada pada posisi di ground. Air cycle system sering kali disebut PACK. PACK tersebut terletak di bagian bawah badan pesawat terbang. a.



Cara Kerja Bleed air masuk ke dalam air cycle system



melalui



sebuah



heat



dan mengalir



exchanger dimana terdapat ram air



yang



mendinginkan bleed air. Bleed air yang telah didinginkan tersebut kemudian menuju sebuah air cycle machine. Di sana, bleed air dimampatkan sebelum dialirkan menuju secondary heat exchanger yang mendinginkan udara kembali dengan menggunakan ram air.



7



Gambar 2.3 Air Cycle Air System



Bleed air kemudian mengalir kembali menuju air cycle machine yang kemudian didinginkan pada temperatur yang jauh lebih rendah lagi oleh sebuah expansion turbine. Udara tersebut kemudian dialirkan menuju kabin melalui sistem pendistribusian udara.



8



b.



Suplai Sistem Pneumatik Air cycle air machine disuplai oleh udara bertekanan dari sistem



pneumatik pesawat terbang. Sistem pneumatik pesawat terbang berasal dari bleed air yang dihasilkan pada setiap engine compressor section atau dari suplai pneumatik APU dan GTC. ketika pesawat terbang masih berada di ground. Dalam kondisi penerbangan normal, pneumatic manifold disuplai oleh engine bleed air melalui valves, regulators, dan ducting. c.



Cara Kerja Komponen



1).



Pack Valve Pack valve, merupakan sebuah katup yang mengatur bleed air dari



pneumatic manifold menuju air cycle machine Katup ini diatur oleh sebuah switch dari panel air conditioning yang terdapat di kokpit. Banyak pack valve yang diatur secara elektrik dan dioperasikan secara pneumatik. Ketika terjadi overhat yang mengharuskan dimatikannya air conditioning PACK, maka sebuah sinyal dikirimkan menuju pack valve untuk menutup.



Gambar 2.4 Pack Valve



9



2).



Bleed Air Bypass Udara panas yang di-bypass harus dicampurkan dengan udara



dingin yang dihasilkan oleh air cycle system, sehingga udara yang didistribusikan penumpang.



ke



kabin



Pencampuran



memiliki udara



temperatur tersebut



yang



dilakukan



nyaman oleh



bagi mixing



valve.Udara tersebut secara bersamaan mengatur aliran udara yang dibypass dan udara yang didinginkan sesuai dengan kebutuhan dari pengatur temperature otomatis. Aliran udara tersebut juga dapat diatur secara manual dengan cabin temperature selector pada mode manual. Sistem siklus udara lainnya juga dapat berupa katup



yang



dapat



mengatur udara yang di-bypass di sekeliling air cycle cooling system sebagai katup pengatur temperatur, trim air pressure regulating valve, atau sejenisnya. 3).



Primary Heat Exchanger Secara umum, udara panas yang melalui air cycle system akan



masuk melalui primary heat exchanger. Perangkat ini bekerja serupa dengan cara kerja radiator pada mobil. Ram air yang telah diatur alirannya mengalir melewati exchanger yang mengurangi temperatur udara di dalam sistem.Sebuah kipas menghisap udara melalui ram air duct ketika pesawat berada di ground, oleh karena itu proses heat exchanger memungkinkan terjadi ketika pesawat masih berada di darat. Ketika terbang, pintu ram air diatur untuk menambah atau mengurangi aliran ram air menuju exchanger berdasarkan posisi flap sayap pesawat. Ketika terbang dalam kecepatan rendah dan flap diturunkan, pintu ram air terbuka. Ketika pesawat terbang dalam kecepatan yang lebih tinggi dan flap dinaikkan, pintu ram air bergerak ke arah posisi menutup dan mengurangi jumlah ram air yang masuk ke dalam exchanger.



10



Gambar 2.5 Heat Exchanger 4).



Air Cycle Machine dan Secondary Heat Exchanger Bagian utama dari sistem air cycle air conditioning adalah



refrigeration turbine unit yang juga dikenal dengan air cycle machine (ACM). Air cycle machine meliputi sebuah kompresor yang digerakkan oleh sebuah turbin pada sebuah shaft. Udara mengalir dari primary heat exchange menuju bagian kompresor ACM. Pada kompresor, udara ditekan dan mengakibatkan penaikan temperatur, kemudian udara dialirkan menuju secondary heat exchanger, sama dengan primary heat exchanger yang terletak di ram air duct. Penaikan temperatur udara yang telah dimampatkan di ACM memudahkan untuk terjadinya perubahan energi panas pada ram air. Udara yang keluar dari



secondary heat



exchanger kemudian mengalir ke arah bagian turbin ACM. Sudut pitch turbin ACM yang tajam menyerap makin banyak energi dari udara ketika udara tersebut mengalir melewati turbin. Setelah melalui turbin, udara mengalami ekspansi pada bagian ACM outlet dan menjadi jauh lebih dingin. Proses tersebut menghasilkan udara dengan temperatur yang mendekati titik beku.



11



5).



Water Separator Sebuah water separator digunakan untuk menghilangkan atau



memisahkan air dari udara sebelum didistribusikan menuju kabin pesawat terbang. Udara yang berkabut dari ACM masuk melewati fiberglass sock yang membuat kabut menjadi embun dan menjadi tetesan air yang lebih



besar.



Bagian



interior



dari



struktur



separator



yang



berliku membuat udara berputar dan membuat air dan udara menjadi terpisah. Air berkumpul pada bagian sisi separator dan akhirnya menetes keluar, sementara udara tetap mengalir. Sebuah bypass valve dipasang untuk mengantisipasi apabila terjadi penyumbatan. 6).



Bypass Valve Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, udara yang keluar dari



turbin ACM mengalami ekspansi dan menjadi dingin. Sensor temperatur pada separator dipasang untuk mengatur bypass valve yang menjaga aliran udara mengalir di atas titik beku. Katup ini terkadang dijumpai dengan nama lain, seperti temperature control valve, anti-ice valve dan sebagainya. Apabila dibuka, katup ini dapat mengalirkan udara panas mengatur temperatur udara keluar dari ACM. 7).



Airbus A320-200 Air Conditioning Systems Fungsi utama sistem pengkondisi udara (air conditioning system)



adalah untuk menjaga udara di dalam kabin bertekanan agar tetap pada tekanan dan suhu yang sesuai.Secara lebih detail, sistem pengkondisi udara memiliki fungsi sebagai berikut: a). Pengontrol temperatur kabin b). Pengontrol tekanan c). Avionics ventilation, dan d). Cargo compartment ventilation



12



2.3



Teori, Funsi dasar dan Prinsip Kerja Heat Exchanger



1.



Teori heat exchanger



a.



Primary heat exchanger Primari heat exchanger terpasang dalam Air inlet system antara fan



plenums dan main heat exchanger. Ram air mengalir langsung ke heat exchanger dan menurunkan temperature hot bleed air dari pneumatic system. b.



Main heat exchanger Main heat exchanger terpasang didalam ram air system di atas



primary heat exchanger. Ram air mengalir langsung dan mendinginkan temperature hot air dari compressor air cycle machine. 2.



Fungsi dasar dan prinsip kerja dari heat exchanger Yaitu ada dua air conditioning paks yang menurunkan temperature



dan membuang air dalam hot bleed air dari pneumatic system, Heat exchanger berfungsi untuk menurunkan temperatur udara. Sebuah air cycle machine pertama memampatkan udara kemudian medorong udara tersebut, sebuah condenser berfungsi untuk membuat udara tidak mengembun dan water extractor mengambil air dari udara.



13



BAB III METODE PENELITIAN 3.1



Langkah Penelitian



Mulai



Spesifikasi Pesawat Airbus A320-200



Inspeksi Main Exchanger



Tidak



Main Exchanger Keadaan kotor Ya



Upaya Penanggulangannya



Selesai



Gambar 3.1 Diagram alir langkah penelitian



14



3.2



Metode Penelitian Dalam pelaksanaan dan penyelesaian penelitian ini, menggunakan



beberapa metode yaitu : a. Metode studi lapangan, adalah metode awal yang di lakukan guna mendapatkan data objektif sebagai awal di dalam perhitungan. b. Metode wawancara, adalah metode selanjutnya yang penulis lakukan untuk mendapatkan masukan-masukan dengan cara wawancara dengan orang yang berkompeten. c. Metode studi pustaka, adalah merupakan metoda yang lakukan guna mendapatkan teori dasar penelitian. Metode studi pustaka ini dilakukan



di



perpustakaan



Universitas



Dirgantara



Marsekal



Suryadarma (Jakarta) serta alamat website-website terkait. 3.3



Alat dan Bahan



a. Alat–alat 1. Ratchet



Gambar 3.2 Ratchet Ratchet berfungsi sebagai drive socket untuk melepas dan memasang nut atau bolt dengan lebih cepat.



15



2. Torque Wrench



Gambar 3.3 Torque Wrench Torque wrench berfungsi untuk menerapkan torsi tertetu seperti mur dan baut. 3. Twister



Gambar 3.4 Twister Twister berfungsi sebagai Pengunci positif untuk mengencangkan atau melonggarkan kawat.



16



4. Deep socket drive



Gambar 3.5 Deep socket drive Deep socket drive berfungsi untuk memasang dan melepas nut atau bolt atau hex head screw secara cepat. 5. Extention Wrench



Gambar 3.6 Extention Wrench Extention wrench adalah perangkat yang memungkinkan kunci pas socket menjangkau tempat-tempat yang sulit.



17



6. Combination wrench



Gambar 3.7 Combination Wrench Combination wrench digunakan di semua area jika socket dan ratchet tidak bisa di gunakan. 7. Screw driver



Gambar 3.8 Screw driver Screw driver adalah alat manual untuk memasang dan membuka skrup.



18



B. Bahan-bahan 1. Amm Airbus A320 Heat exchanger primary removal installation



Gambar 3.9 Amm Airbus A320 Heat exchanger primary removal installation 1. Main Exchanger



Gambar 3.10 Main Exchanger 19



3.4



Jadwal Penelitian Bulan Ke-1



No



Bulan Ke-2



Bulan Ke-3



Bulan Ke-4



Keterangan 1



1



Pengajuan Judul Tugas Akhir



2



Pembuatan Proposal Bab I - Bab III



3



Evaluasi



4



Penulisan Bab IV - Bab V



5



Persiapan Seminaar (Pembuatan Slide Presentasi Seminar)



2



3



4



1



2



3



4



1



2



Tabel 3.11 Tabel Jadwal Penelitian



20



3



4



1



2



3



4



BAB IV PEMBAHASAN MASALAH



4.1



Faktor Penyebab Berdasarkan data-data yang telah penulis sampaikan pada bab



sebelumnya, maka dapat diperoleh beberapa kemungkinan yang dapat menjadi penyebab berkurangnya kinerja air conditioning system pada pesawat Airbus A320-200. Beberapa kemungkinan tersebut antara lain : 1.



Kondisi main heat exchanger dalam keadaan kotor. Ketika operator memilih zone temperature selector pada posisi jam



12 atau posisi paling atas, seharusnya temperatur yang dihasilkan adalah sebesar 24oC, namun ketika dilihat melalui ECAM pada air conditioning page, didapati temperatur udara kabin tersebut sebesar 27oC (lihat gambar 4.1.b). yang berarti adanya indikasi terjadinya poor cooling atau berkurangnya kinerja air conditioning system pada pesawat tersebut.



Gambar 4.1 Air Conditioning Page pada ECAM



21



2.



Terjadi kerusakan pada ram air inlet.



Gambar 4.2 Ram air inlet Ram air inlet berfungsi untuk mengatur banyaknya ram air yang masuk ke dalam ram air system dan mengalir melewati heat exchanger (lihat gambar 4.1.a). Apabila ram air inlet tidak dapat membuka penuh, maka ram air yang masuk tidak akan optimal, sehingga proses pendinginan pada heat exchanger menjadi tidak maksimal. Apabila proses pendinginan di tahap awal sudah tidak maksimal, maka hal tersebut akan berlanjut di tahap-tahap selanjutnya, sehingga temperatur udara yang siap didistribusikan ke setiap zona kabin pada akhir proses juga tidak akan maksimal 3.



Terjadi kerusakan pada trim air valve. Trim air valve merupakan sebuah katup yang berfungsi untuk



mencampurkan udara panas (trim air) dengan udara dingin dari mixer unit sebelum didistribusikan menuju kabin. Trim air valve akan membuka apabila temperatur udara terlalu dingin dan mengalirkan trim air, sehingga udara akan lebih hangat. Salah satu kerusakan pada trim air valve adalah ketika trim air valve tersebut



tidak



dapat menutup



dengan sempurna, sehingga udara panas (trim air) dapat melewati trim air valve kemudian bercampur dengan udara dingin yang berasal



22



dari mixer unit yang berakibat temperatur udara yang akan didistribusikan ke kabin akan lebih panas daripada seharusnya.



23



Gambar 4.3 Cara kerja Heat Exchanger Udara lingkungan (ambient air) yang cenderung lebih dingin masuk melalui ram air inlet scope kemudian exchanger



yang di dalamnya mengalir



melewati



main



heat



udara panas (bleed air) dari



kompresor, sehingga temperatur udara yang keluar dari main heat exchanger menjadi lebih dingin. Oleh karena media pendingin (coolant) yang digunakan adalah udara sekitar (ram air), ketika pesawat masih berada di darat maka tidak



jarang kotoran-kotoran seperti pasir atau debu ikut terhisap ke



dalam ram air inlet. Kotoran-kotoran yang terhisap tersebut dapat menempel pada plat main heat exchanger. Apabila hal tersebut terjadi secara berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang lama, maka akan menyumbat main heat exchanger, sehingga ram air tidak dapat melalui main heat exchanger dengan baik. Akibatnya, proses pendinginan



24



udara di main heat



exchanger



tidak



dapat



berlangsung



secara



maksimal. Dari



berbagai



kemungkinan



yang



dapat



menyebabkan



berkurangnya kinerja air conditioning system di atas tidak terjadi masalah, masalah hanya terjadi pada kondisi yaitu main heat exchanger yang kotor



25



Gambar 4.4 Skematik heat exchanger



Pada ketika pack control valve posisi open, hot bleed air masuk kedalam primary heat exchanger lalu dilanjutkan masuk kedalam compressor ACM (Air Cycle Machine), air bleed yang masuk kedalam kompressor akan memutar baling - baling air cycle compressor, pada saat baling - baling air cycle compressor memutar dan akan memutar fan, turbin, karna posisi shaft menyambung dengan kompressor dan turbin ACM. Dengan berputarnya fan, udara dari luar terhisap oleh ram air inlet yang berfungsi untuk mendinginkan main heat exchanger dan primary heat exchanger udara yang keluar dari ram air outlet menjadi udara panas. Pada saat fan berputar terjadi perubahan energi panas menjadi kinetik dan pada saat menjadi kinetik suhu menjadi lebih rendah, lalu udara masuk kedalam main heat exchanger, setelah dari exchanger lalu masuk kedalam reheater dan di reheater udara panaskan kembali, suhu 26



yang dipanaskan di reheater sebesar 30 sampai 40 derajat celcius. Setelah dari reheater masuk kedalam condenser yang berfungsi untuk menghilangkan pengembunan dan lalu masuk kedalam water extractor yang berfungsi sebagai memisahkan air dan udara, dan kembali masuk kedalam reheater dan lalu mengalir ke turbine. 4.2



Akibat Kotoran berupa debu maupun pasir yang ikut terhisap melalui



ram



air



inlet dapat menempel pada main heat exchanger dan



menghalangi aliran ram air yang menjadi cooling agent bagi heat exchanger tersebut. Akibatnya, proses pendinginan di heat exchanger tidak dapat berlangsung secara maksimal, sehingga temperatur udara yang keluar dari outlet main heat exchanger akan lebih tinggi dari seharusnya. Hal tersebut akan berpengaruh pada proses pendinginan di tahap yang lain, bahkan hingga pada saat udara didistribusikan ke kabin. Berkurangnya kinerja Heat Exchanger di Air Conditioning System pada



sebuah



pesawat



juga



akan



mempengaruhi



kenyamanan



penumpang pesawat terbang. 4.3



Upaya Penanggulangan Permasalahan yang dialami oleh air conditioning system tersebut



dapat ditanggulangi dengan cara melakukan pembersihan pada bagian main heat exchanger dengan menggunakan air bertekanan. Adapun tahapan-tahapan pelaksanaannya : 4.3.1 Mematikan system Air Conditioning Petunjuk Keselamatan Memastikan : a.



APU BLEED pushbutton dalam keadaan OFF



b.



ENG 1 BLEED dan ENG 2 BLEED pushbutton dalam keadaan OFF.



c.



Memberikan catatan peringatan agar tidak ada orang yang mengoperasikan pushbutton tersebut.



d.



Memberikan catatan peringatan pada HP ground connector agar tidak ada orang yang menyuplai ground air.



27



4.3.2 Melepas Heat Exchanger Unit a.



Melepas clamp (5) dan melepas bellows (6).



b.



Melepas clamp (12) dan melepas sleeve (13)



c.



Melepas clamp (14) menggerakkan duct (15) dan sleeve (16) ke heat exchanger unit (7).



d.



Melepas clamp (2) dan menggerakkan sleeve (3) menjauhi heat exchanger unit.



e.



Melepas



mur



(33), washer



(32),



dan



sekrup



(31)



kemudian lepas bonding straps (34) dan (41). f.



Melepas mur (74) dan washer (73) dari retaining cables (75), (90), dan (96).



CATATAN : Pegang bagian heksagon pada retaining cable (75), (90), dan (96) untuk mencegah kabel terlilit ketika melepas mur. g.



Melepas retaining cable (75), (90),dan (96) dari flange (4), (10),dan (17).



h.



Melepas sleeve (88), Melepas seals (87).



j.



Memindahkan sleeve (72) dan (79) dari heat exchanger unit.



k.



Melepas heat exchanger unit.



PERINGATAN



: Tahan unit atau assembly agar tidak jatuh dan melukai personil.



l.



Menahan heat exchanger unit (7) dan melepaskan mur (54), washer (55), baut (56).



m.



Melepaskan mur (35), washer (36), baut (40), bush (38) di mana terpasang washer (39).



n.



Melepas support rods (83), (82), dan (80) kemudian secara hati-hati lepaskan heat exchanger unit.



CATATAN : Berat Heat Exchanger Unit sekitar 40kg.



28



Gambar 4.5 Heat Exchanger Unit – Component Location



29



Gambar 4.6 Heat Exchanger Unit – Attachment Components



30



4.3.3 Membersihkan Heat Exchanger Pembersihan heat exchanger dilakukan dengan cara menyemprot kisi-kisi heat exchanger dengan menggunakan semprotan air yang bertekanan sehingga kotoran-kotoran yang menempel pada heat exchanger dapat hilang. Setelah heat exchanger bersih dari kotoran, kemudian keringkan dan siap untuk dipasang kembali. 4.3.4 Memasang Heat Exchanger PERINGATAN : Pastikan tidak ada udara yang mengalir ke air conditioning system dari engine, APU, maupun ground source. Udara panas bertekanan dapat melukai personil. a.



Memastikan: 1)



APU BLEED pushbutton dalam keadaan OFF



2)



ENG 1 BLEED dan ENG 2 BLEED pushbutton dalam keadaan OFF



3)



Memberikancatatan peringatan agar tidak ada orang yang mengoperasikan pushbutton tersebut.



4)



Memberikan catatan peringatan pada HP ground connector agar tidak ada orang yang menyuplai ground air.



b.



Persiapan Pemasangan: 1)



Memastikan



bagian-bagian



yang



akan



dipasang



dalam keadaan bersih. 2)



Memastikan lip seal (11) dipasang dengan benar dan dalam kondisi yang baik. Apabila dibutuhkan, lakukan penggantian plenum chamber.



3)



Melepas protective cover dari cooling element pada heat exchanger unit.



4)



Memasang inlet plenum.



5)



Memasang screw (48), washer (49), dan nuts (50).



6)



Meletakkan bonding strap (41) pada posisinya dan pasang screw (42), washer (44), dan mur (45).



31



7)



Memasang clamp (9) dan sleeve (8) pada heat exchanger unit.



8) c.



Kencangkan clamp (9).



Memasang Heat Exchanger Unit 1)



Memasang heat exchanger unit (7) pada posisinya secara hati- hati pada pesawat.



CATATAN : Berat heat exchanger unit sekitar 40 kg. 2)



Memasang bushing (38), washer (39), baut(40), washer (36), dan mur (35).



3)



Memasang support rod (80), (82), dan (83) di posisi heat exchanger unit.



4)



Memasang bushing (58), baut (56), washer (55), dan mur (54).



5)



Memastikan fan plenum outlet dipasang secara benar dengan cara menyentuh dengan jari di sekeliling lip seal (11).



6)



Meletakkan duct (15) pada posisinya dan pasang clamp (14).



7)



Menorsi clamp (14) antara 35.40 sampai dengan 44.25 lbf.in.



8)



Menggerakkan sleeve (16) agar dimensi “Z” nya menjadi sama.



9)



Menggerakkan sleeve (3) di posisi pada heat exchanger unit.



10)



Meletakkan clamp (2) di posisinya dan gerakkan hingga mendapatkan 4mm. ref. dimension.



11)



Mengencangkan clamp (2)



12)



Meletakkan sleeve (13) pada posisi heat exchanger unit (7) dan pasang clamp (12).



13)



Menorsi clamp (12) antara 7.08 hingga 10.62 lbf.in.



14)



Meletakkan bonding strap (41) pada posisinya dan pasang washer (32), screw (31), dan mur (33).



32



15)



Memasang bellows (6) pada posisinya dan pasang clamp (5). p) Menggerakkan sleeve (72) pada flange (17).



16)



Memastikan retaining cable (75) searah dengan lubang di flange(17).



17)



Memasang retaining cable (75) pada posisinya di flange (17), kemudian pasang washer baru (73) dan mur baru (74).



18)



Memastikan retaining cable (90) searah dengan lubang pada flange (10).



19)



Meletakkan retaining cable (90) pada posisi di flange (10) kemudian pasang washer baru (73) dan mur baru (74). u) Menorsi mur (74) antara 75.22 dan 88.5 lbf.in.



20)



Membersihkan sisa-sisa common grease dari retaining cable (75), (90), dan (92).



21)



Memasang pipe assembly (Ref. Task 21-52-23-400001-A)



22)



Memasang ram air outlet (Ref. Task 21-61-52-400-003A)



23)



Memastikan area kerja bersih dan aman dari tool dan peralatan lainya.



d.



Tes 1)



Melakukan



pre-conditioning



menggunakan



HP



ground connector (Ref. TASK 12-33-21-618-001-A-01) atau dengan menggunakan APU (Ref. TASK 12-3321-618-001-A-02). 2)



Melakukan tes kebocoran pada sambungan



heat



exchanger unit. 3)



Setelah kira-kira 15 menit, hentikan pelaksanaan pre- conditioning.



4)



Melakukan tes operasional pada kokpit dan cabin temperature control.



33



e.



Close-up 1)



Memastikan area kerja bersih dan bebas dari tools dan peralatan lainnya.



2)



Memasang access panel.



3)



Melepas catatan peringatan.



34



BAB V PENUTUP



5.1



Kesimpulan



Dari pembahasan di atas terdapat kesimpulan yang bisa diambil adalah : 1. Faktor Udara lingkungan sangat berpengaruh dengan heat exchanger, karna media pendingin yang digunakan untuk main heat exchanger ini adalah udara lingkungan. 2. Pada saat kotoran seperti debu yang terhisap oleh ram air lalu menempel pada main heat exchanger dan menghalangi aliran ram air yang akan mengakibatkan proses pendinginan tidak berlangsung secara maksimal. 3. Permasalahan main heat exchanger di atas dapat di tanggulangin dengan cara melakukan pembersihan pada bagian main heat exchanger dengan menggunakan air yang bertekanan. 5.2



Saran Adapun saran yang harus diperhatikan oleh penulis yaitu : 1. Hal yang harus diperhatikan sebelum memulai perawatan yaitu melihat AMM,karna semua isi tentang perawatan pesawat terdapat di dalam AMM tersebut sehingga pada saat melakukan perawatan dapat berjalan dengan lancar dan aman. 2. Pada saat setelah pembersihan pada heat exchanger, sebaiknya membersihkan area dari kotoran seperti debu supaya pada saat pengetesan tidak ada yang terhisap dan pendinginan berlangsung secara maksimal.



35



DAFTAR PUSTAKA



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



AIRBUS, Aircraft Maintenance Manual (AMM) Airbus A320 ATA 21 Air conditioning. AIRBUS, Aircraft Maintenance Manual (AMM) Ref : Task 21-52-00 Air Coolig System. Aircraft Maintenance Manual (AMM) Ref : Task 21-52-24 Heat Exchanger Unit. Aircaft Maintenance Manual (AMM) Ref : Task 21-52-24-000-001-A Removal of the Heat Exchanger Unit. Aircraft Maintenance Manual (AMM) Ref :Task 21-52-24-400-001A Installation of the Heat Exchanger. Aircraft Maintenance Manual (AMM) Ref : Task 21-61-52-000-003A Removal Of the Ram Air Outlet. https://en.wikipedia.org/wiki/Heat_exchanger



Trainning T1-T2 (CFM 56 / ME) (Level 2 and 3) 21- Air Conditioning.



36



LAMPIRAN-LAMPIRAN



37



38