Subak Sebagai Sistem Sosial [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SUBAK SEBAGAI SISTEM SOSIAL



NAMA ANGGOTA : I GST AYU WINDI PRAMESTI



(1517351008)



I GST A BAGUS WIJAYA KUSUMA



(1517351007)



IMROATUL CHASANAH



(1517351024)



I KADEK PANDI BERI ARTANA



(1517351025)



NUR AINY



(1517351027)



PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016



SUBAK SEBAGAI SISTEM SOSIAL



Mempunyai 10 Sub Sistem, Diantaranya adalah sebagai berikut : 1.



Tujuan (Goal) Dalam setiap tindakannya manusia mempunyai tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut, yaitu suatu hasil akhir atas suatu tindakan dan perilaku seseorang yang harus dicapai melalui perubahan maupun dengan cara mempertahankan suatu keadaan yang sudah bagus. Subak sebagai sistem sosial ditinjau dari tujuannya dibagi menjadi dua diantaranya: 1. Tujuan subak sebagai sistem sosial secara eksplisit ( Tersurat) Untuk mengelola air irigasi, mendistribusikan dan mengatur dengan sedemikian



rupa



serta



menjujunjung



tinggi



keadilan



dalam



pelaksanaannya demi kesejahteraan petani. 2. Tujuan subak sebagai sistem sosial secara implisit (Tersirat) Tujuan subak secara implisit ialah untuk menjaga kearifan lokal budaya bali. Dengan konsep THK keharmonisan antara prahyangan, pawongan dan palemahan akan tetap terjaga. Sehingga nilai sosio-religius yang disandang subak khususnya dan Bali pada umumnya tetap lestari.



2. Kepercayaan (Beliefe)



Menurut Rousseau et al (1998), kepercayaan adalah wilayah psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap perilaku yang baik dari orang lain. Subak sebagai sistem sosial ditinjau dari kepercayaannya dibagi menjadi dua diantaranya: 1. Kepercayaan yang rasional (Ilmu Pengetahuan dan teknologi) Kepercayaan akan Ilmu pengetahuan dan Teknologi yang dimaksudkan di sini adalah bahwa petani di Bali dalam prakteknya menggunakan ilmu pengetahuan sebagai pedoman dalam bercocok tanam dan mengelola sawahnya. Misal: Petani memberlakuan rotasi tanam padi-palawija-padi (corp rotation), Panca Usaha Tani. Teknologi pertanian digunakan untuk membantu meringankan pekerjan petani. Teknologi dalam sistem subak ada dua,: Teknologi Keras : Traktor, hand sprayer, tresser, penyosohan beras, seeder dll Teknologi Lunak: Kelompok tani, KUD, Subak 2. Kepercayaan yang irasional ( Nilai Tradisional dan hal-hal Gaib) Kepercayaan yang irasional meliputi kepercayaan akan adanya Tuhan, adanya makhluk yang tak kasat mata (gaib) dan kepercayaan akan adanya niskala dan sekala. Misalnya : di Kawasan Subak Jati Luih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, ditemukan setidaknya ada 13 jenis upacara yang dilakukan oleh para petani di lingkungan subak, baik yang berada di kawasan Warirsan Budaya Dunia (WBD) maupun yang berada di luar kawasan WBD. Adapun ketiga belas jenis upacara tersebut antara lain : (1) upacara magpag toya; (2) nuasain (ngerastiti pangwiwit nandur); (3) ngerasakin (mecaru di carik); (4) nyepi di carik I (selama 3 hari setelah padi berumur 1 bulan); (5) nyepi di carik II (selama 2 hari setelah padi berumur 2 bulan); (6) nyepi di carik III (selama 1 hari setelah padi berumur 3 bulan); (7) upacara mohon air suci ke pekendungan; (8) upacara mohon air suci ke pura bedugul; (9) upacara ngusaba; (10)



upacara nganyarin; (11) mantenin padi di lumbung; (12) upacara nuunang tegteg; dan (13) upacara ngutang tain asep. Tujuan dari upacara itu bukan lain adalah untuk menghormati dewa-dewi dan leluhur. Untuk menjaga tanaman petani dari kerusakan dan kegagalan panen. Karna Masyarakat bali percaya adanya niskala dan sekala.Misalnya petani melewatkan salah satu upacara penting yang ada di subak maka bias saja terjadi hal-hal yang dapat merugikan petani, seperti serangan hama yang tak terkendali dan kerusakan lainnya. 3. Perasaan/Sentimen Unsur sentimen pada dasarnya merupakan keadaan kejiawaan manusia yang berkenan dengan situasi alam sekitarnya, termasuk di dalamnya perasaan/sentimen antar sesama manusia. Perasaan terbentuk melalui hubungan yang menghasilkan suatu kejiwaan tertentu yang samapai pada tingkat tertentu harus dikuasai agar tidak terjadi ketegangan jiwa yang berlebihan. Ada tiga indikator yang digunakan untuk melihat implementasi perasaan/sentimen, sebagai berikut : 1. Anggota subak merasa mempunyai kepentingan/tujuan yang sama. 2. Anggota subak merasa senasib dan sepenanggungan yang sama. 3. Anggota subak merasa mempunyai kebudayaan/falsafah yang sama. Menurut Sudarta (2005), perasaan adalah menyangkut aspek emosional dalam arti apa yang bisa menyentuh dan menyatukan perasaan anggota dan kelompok. Perasaan atau sentimen anggota subak terbentuk karena adanya ketergantungan bersama terhadap sumber air irigasi, dan keterikatan terhadap adanya pura yang harus dikelola oleh subak yang bersangkutan. Seperti contohnya suatu anggota subak mempunyai kepentingan atau tujuan yang sama, yaitu kepentingan untuk mendapatkan irigasi dari sumber atau bendungan yang sama. Mereka sama-sama mempunyai tujuan untuk membudidayakan tanaman padi, dalam upaya mendapatkan hasil tanaman padi sebagai bahan pangan utama, dan hal ini menyebabkan mereka lebih bersatu dan lebih kompak dalam melaksanakan



dan menyelesaikan pekerjaan yang menyangkut kepentingan bersama, melalui mekanisme gotong royong. Subak-subak di Bali berlandaskan Tri Hita Karana dan semua anggota subak ini menganut agama hindu, hal ini menyebabkan mereka merasa mempunyai kebudayaan yang sama dan menciptakan kerjasama dalam suasana yang harmonis, dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan. 4. Norma Norma adalah pedoman tendang prilaku yang diharapkan atau pantas menurut kelompok atau masyarakat atau biasa dosebut dengan peraturan sosial. Norma sosial merupakan patokan tingkah laku yang diwajibkan atau dibenarkan dalam situasisituasi tertentu dan merupakan unsur paling penting untuk meramalkan tindakan manusia dalam sistem sosial. Umumnya setiap kelompok mempunyai norma untuk dimanfaatkan sebagai alat pengontrol, tentang baik dan buruk. Indikator-indikator yang mengukur subsistem norma ini adalah: 1) Memiliki norma yang sebagian besar atau keseluruhannya tertulis, sehingga formal adanya. 2) Norma dipahami dan diaati oleh para anggotanya. 3) Pimpinan kelompok berkewajiban mengingatkan dan menjelaskan kepada anggota yang lupa dan belum tahu tentang norma kelompok tersebut. Pada sistem subak, norma dan etik/ moral dalam peraturan subak yang disebut dengan awig-awig (peraturan tertulis) dan juga parerem (peraturan tidak tertulis, namun telah disepakati dalam suatu konsensus dalam rapat-rapat subak). Parerem pada umumya disepakatai dalam rapat subak, kalau ada kasus-kasus tertentu yang muncul dalam pengelolaan organisasi subak, namun ternyata belum diatur secara spesifik dalam awig-awig. Awig-awig pada umumnya mengatur tentang hal-hal yang bersifat normatif. Seperti batas-batas subak, pelaksanaan upacara agama di kawasan subak, laranganlarangan di kawasan subak, iuran anggota subak,dll. Sedangkan parerem pada umumnya mengatur hal-hal yang lebih teknis, dan pada umumnya dapat berubah,



sesuai dengan kondisi pada saat itu. Misalkan tentang besarnya denda, tentang waktu tanam dll.



5. Sanksi Sanksi adalah suatu bentuk imbalan atau balasan diberikan kepada seseorang atas perilakunya. Sanksi dapat berupa sanksi positif, contohnya hadiah(reward) da nada pula berupa sanksi negative, contohnya hukuman (punishment). Sanksi diberikan atau ditetapkan oelh masyarakat untuk menjaga tingkah laku anggotanya agar sesuai dengan norma yang berlaku. Menurut Sudarta(2005) untuk mencirakan kelompok yang dinamis, maka berkaitan dengan sanksi perlu beberapa hal seperti: 1. 2. 3. 4.



kelompok harus mempunyai norma yang dibarengi dengan sanksi sanksi tersebut harus jelas dan dipahami oleh setiap anggota kelompok pemimpin atau pemimpin bertugas mengawasi, termasuk mengenakan sanksi efektivitas saksi untuk mencegah pelanggaran norma kelompok oleh anggota. Pada organisasi subak, sanksi diatur dalam awig-awig atau pararem,



berdasarkan kesepatan atau consensus. Contohnya, apabila pengurus subak mengikuti rapat atau toidak mengikuti pola tanam, dll akan dikenakan sanksi yang telah ditetapkan oleh pemimpin dan anggota subak bisa berupa uang, dan sanksi untuk melaksanakan upacara guru piduka(sanksi secara sosial). Pelaksanaan sanksi upacara keagamaan karena dianggap berbuat dosa, sehingga harus melakukan upacara, agar kawasan yang bersangkutan sudah leteh(tidak suci) 6. status dan peranan Status dan peranan merupakan dua komponen yang saling bergandengan atau tidak dipisahkan satu sama lain dalam suatu sistem sosial(kelompok atau organisasi). Setiap anggota kelompok memiliki status tertentu dan berdasarkan status itu menjalankan peranan tertentu.







Peranan merupakan aspek dinamis dari status(kedudukan). Berkaitan dengan peranan, dikenal ada role perception(peranan yang dimengerti), yakni dimana peranan dimengerti oleh seorang yang memiliki kedudukan tertentu dalam







kelompok. Status merupakan posisi atau tempat seseorang dalam suatu kelompok atau diartikan sebagai suatu pengakuan atas sifat atau peranan seseorang yang dianggap terhormat atau tidak



Pada subak, elemen yang harus diperhatikan:(a)setiap kedudukan dilengkapi dengan peranan(hak dan kewajibak, (2)anggota memahami kedudukan dan peranannya masing-masing, (3) peranan yang dijalankan oleh setiap anggota, sesuai dengan status yang dimilikinya,(4) peranan yang satu diketahui anggota lain, (5) ada koordinasi dan kerjasama secara intern dan ekstern kelompok Contohnya apabila anngota subak memiliki kedudukan sebagai ketua, sekretaris, bendahara, atau sebagai anggota melalui suatu rapat sehingga status diketahui oleh semua anggota.



Misalnya pemegang kekuasaan tertinggi dalam



oragnisasi subak adalah sedahan agung, berkedudukan di kantor bupati dan diangkat oleh bupati dengan tugas: 1. Mengatur pengairan dan persediaan air diwilayah kabupaten 2. Memecahkan persoalan yang timbul antarsubak yang tidak sanggup diselesaikan bawahannya 3. Memunggut pajak 4. Mrngkoordinasi upacara yang berhubungan



dengan subak di tingkat



kabupaten Kemudia hak untuk sedahan agung yakni digaji oleh pemerintah.



7. Kekuasaan (power) Kekuasaan didefinisikan sebagai suatu kesanggupan untuk menguasai orang atau pihak lain, seperti menggerakan, mengendalikan dan mengambil keputusan /



kebijakan). Kekuasaan mempunyai banyak komponen, tetapi ada dua komponen yang penting yaitu wewenang (authority) dan pengaruh (influence). Wewenang adalah hak yang dibenarkan (legitimate right) kepada seseorang untuk mempengaruhi orang atau pihak lain. Sedangkan pengaruh adalah kesanggupan untuk mengontrol orang atau pihak lain dengan tidak menggunakan wewenang. Implementasi kekuasaan pada subak dilihat dari empat indikator sebagai berikut: 1. kekuasaan seorang anggota subak sesuai dengan kedudukannya. 2. kemampuan pemimpin menggerakan anggota subak. 3. kemampuan pemimpin mengontrol / mengendalikan anggota subak. 4. kemampuan pemimpin mengambil keputusan atau menentukan kebijakan. Kekuasaan setiap anggota di subak anggabaya, sesuai dengan kedudukannya. Semakin tinggi kedudukannya anggota subak dalam kepengurusan subak, semakin tinggi pula kekuasaannya. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan anggota subak dalam kepengurusan subak, semakin rendah pula kekuasaannya. Seperti umumnya subak – subak di Bali, di subak Anggabaya pekaseh mempunyai kedudukan dan kekuasaan tertinggi. Namun dalam menjalankan tugas – tugas kepemimpinan tetap di bawah koridor awig – awig dan pararem subak yang berlaku. Contohnya: Pengambilan keputusan dan kebijakan yang dilakukan sendiri oleh pekaseh, umumnya menyangkut hal – hal penting yang sifatnya mendeasak dan perlu mendapat penanganan cepat. Di sini dapat dilihat bahwa kekuasaan sangat mempengaruhi segala jenis tindakan atau keinginan namun dari tindakan atau keinginan tersebut berlandaskan atau berada di bawah naungan awig – awig dan pararem. 8. Jenjang sosial (social rank) Jenjang sosial timbul karena manusia atau anggota sistem sosial membuat berbagai macam derajat (rank) di antara mereka sendiri. Jadi, derajat sosial



menghasilkan pelapisan sosial di dalam sistem sosial. Sejatinya jenjang sosial adalah suatu kedudukan yang menggabarkan kekuasaan atau prestise, yang membedakan antara anggota yang satu dengan anggota lainnya dalam sistem sosial. Gambaran mengenai implementasi elemen jenjang sosial subak Anggabaya sebagai sistem sosial yang akan dibahas berikut ini berdasarkan tiga indikator, yaitu a). di dalam subak ada sistem perpanjangan yang jelas, b). sistem penjenjangan itu dipahami oleh anggota subak, dan c)sistem penjenjangan terbut merupakan sumber motivasi bagi anggota subak untuk kemajuan. Contoh: Dalam susunan pengurus subak anggabaya seperti telah dibahas sebelumnya, dapat di pahami bahwa di subak tersebut terdapat sistem penjenjangan yang jelas, yakni mulai dari jenjang sosial terendah sampai dengan jenjang sosial tertinggi. Tingkat yang lebih tinggi atau jenjang yang lebih tinggi disebut pekaseh turut disusul dengan pangliman, penyarikan, patengan, kelianmunduk, juru arah, krama subak. 9. Fasilitas Fasilitas dapat berupa lahan pertanian, peralatan, harta, barang-barang dan kemudahan yang tersedia dan digunkan untuk mencapai tujuan sistem sosial. Bagi masyarakat pedesaan, tanah atau lahan pertanian merupakan fasilitas yang terpenting karena merupkan sumber kehidupan yang utama. Tanah atau lahan pertanian dapat berupa lahan sawah, tegalan, perkebunan, perhutanan, termasuk sungai dan danau yang ada di sekitarnya. Di sawah, tegalan, dan lahan pertanian itu terjadi interaksi sosial yang menandakan adannya sistem sosial seperti: 1.



Antara petani satu dengan petani lainya sama-sama memanen padi di satu



lahan pertanian yang sama. 2. Interaksi antara pemilik sawah dengan petani penggarap melakukan negosiasi lahan yang akan ditanami kelapa sawit diperkebunan. 3. Anggota subak melakukan gotong –royong membersihkan parit yang ada dikawasan subak mereka.



Fasilitas utama irigasi subak (palemahan) berupa pengalapan (bendungan air), jelinjing (parit), dan sebuah cakangan (satu tempat masuk air ke bidang sawah garapan anggota subak) untuk setiap petani anggota subak. Jika di suatu lokasi terdapat dua atau lebih cakangan yang berdekatan maka ketinggian cakangancakangan tersebut sama (kemudahan air mengalir masuk ke sawah masing-masing petani sama), tetapi perbedaan lebar lubang cakangan masih bisa ditoleransi sesuai dengan perbedaan luas sawah bidang garapan petani. Pembuatan, pemeliharaan, dan pengelolaan penggunaan fasilitas irigasi subak dilakukan bersama krama (anggota) subak. 10. Wilayah Wilayah merupakan ruang, tempat sistem sosial itu bertahan. Setiap desa memiliki wilayah tertentu yang membatasi antar satu desa dengan desa lainnya begitu juga subak. Masing-masing subak memiliki Pura Ulun Sui sebagai tempat memohon berkah kepada Sang Pencipta agar pertanian mereka mendapatkan hasil yang melimpah. Setiap kelompok subak memiliki wilayah teritorinya masing-masing dan terhubung antara satu subak dengan subak yang lainnya, karena terkait dengan proses pembagian air bagi setiap subak. Kepala subak disebut Pekaseh, sedangkan asistennya disebut Petajuh. Para anggota subak terdiri dari para pemilik sawah di kawasan subak dan bisa diwakilkan oleh masing-masing penggarapnya. Diwilayah subak inilah terjadi sistem sosial yang menghasilkan komunikasi. Contoh: antara 2 orang atau lebih di kalangan petani, baik membicarakan pembagian air di satu wilayah dengan wilayah lainya. Sehingga terjalin interaksi yang harmonis dan tidak tercipta konflik atas pembagian air dilahan pertanian tersebut.