Swamedikasi Sakit Telinga [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH STUDI KASUS FARMASI PRAKTIS “SWAMEDIKASI SAKIT TELINGA”



Dosen pengampu : apt. Ghani Nurfiana Fadma Sari, M. Farm



Disusun Oleh : Kelompok C3 (1) Sendhyla Yoma Amaliana Sutoyo



(2120414668)



PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER XLI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “tetes telinga” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada apt. Ghani Nurfiana Fadma Sari, M.Farm dosen mata kuliah Farmasi Praktis Universitas Setia Budi yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai swamedikasi tetes telinga. Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam percobaan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata, semoga percobaan ini bermanfaat bagi semua pihak.



Karanganyar, 11 Maret 2021



Penyusun



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1 A. Latar Belakang......................................................................................................................1 B. Perumusan Masalah..............................................................................................................2 C. Tujuan...................................................................................................................................2 BAB II ISI........................................................................................................................................3 A. Anatomi telinga....................................................................................................................3 B. Patofisiologi Telinga.............................................................................................................5 C. Penyakit Pada Telinga dan Penatalaksanaan Terapi Farmakologi.......................................5 D. Pencegahan nyeri pada telinga..............................................................................................9 E. Cara Penggunaan Obat Telinga..........................................................................................10 BAB III SWAMEDIKASI KASUS...............................................................................................11 A. PERCAKAPAN..................................................................................................................11 B. DOKUMENTASI SWAMEDIKASI..................................................................................15 C. OBAT TETES TELINGA..................................................................................................16 D. OBAT SAKIT KEPALA....................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat dikonsumsi tanpa pengawasan dari dokter. Menurut World Health Organization (WHO) peran pengobatan sendiri adalah untuk mengatasi dan menanggulangi secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban biaya dan meningkatkan keterjangkauan masayarakat terhadap pelayanan medis (Supardi dan Notosiswoyo 2005). Obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan sendiri atau swamedikasi biasa disebut dengan obat tanpa resep / obat bebas / obat OTC (over the counter). Biasanya obat-obat bebas tersebut dapat diperoleh di toko obat, apotek, supermarket hingga di warungwarung dekat rumah, sedangkan obat-obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter biasa disebut dengan obat resep. Menurut World Self-Medication Industry pengobatan sendiri atau swamedikasi yang 8bertanggung jawab (Responsible Self-Medication) biasa digunakan untuk menegaskan penggunaan obat bebas yang tepat oleh pasien atau konsumen, dengan bantuan tenaga kesehatan bila diperlukan. Sebaliknya, untuk peresepan sendiri (Self-Prescription), mengacu pada penggunaan yang tidak tepat dari obat resep oleh pasien atau konsumen karena tanpa pengawasan dari dokter. Sayangnya hingga saat ini peresepan sendiri masih banyak terjadi di banyak negara, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Dengan semakin banyak masyarakat yang melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi, maka informasi mengenai obat yang tepat & sesuai dengan kebutuhan mereka juga semakin diperlukan. Dalam hal itulah maka apoteker mempunyai peranan penting untuk memberikan informasi yang tepat tentang obat kepada pasien atau konsumen, salah satu contoh tentang penggunaan obat tetes telinga. Banyaknya pasien tidak mengerti cara penggunaan obat telinga yang benar seperti dipegang beberapa menit untuk menghangatkan obat tersebut kemudian baru diteteskan pada posisi kepala miring, menunggu 2-3 menit hingga obat bener bener masuk kedelam telinga dan lain lain. Oleh karena itu makalah ini dibuat untuk menjadi bekal seorang Apoteker dalam memberi swamedikasi mengenai penggunaan obat tetes telinga yang tepat & sesuai dengan kebutuhan pasien atau konsumen. 1



B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dalam swamedikasi obat tetes telinga diperlukan pengetahuan mengenai pemilihan obat yang rasional sesuai sakit telinga yang dialami oleh pasien sebagai bekal menjadi seorang seorang Apoteker. C. Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahuan tambahan kepada Apoteker dalam pemilihan obat pada swamedikasi obat tetes telinga di masyarakat



2



BAB II ISI A. Anatomi telinga Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks, pendengaran dan keseimbangan anatominya juga sangat rumit. Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.



Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membran timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir 3



pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit. Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal. Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membran sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubungkan telinga ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer. Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral terletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ akhir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang. Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ 4



Corti. Di dalam labirin, namun tidak sempurna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam, banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merangsang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vestibular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang selsel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus membawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak. B. Patofisiologi Telinga Telinga merupakan pendengar manusia. Getaran dan suara masuk ke telinga melalui udara langsung ke cochlea. Getaran suara ditangkap daun telinga dan diteruskan ke membran timpani. Didalam telinga terjadi aliran listrik karena adanya perbedaan ion K dan Na sehingga otak pada saraf sensorik dapat menerima pendengaran di lobus temporalis. Pada telinga terdapat cairan serumen yang merupakan hasil dari produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa yang terdapat di bagian kartilago liang telinga. Dalam keadaan normal serumen terdapat disepertiga luar liang telinga dan keluar dengan sendirinya akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membran timpani. C. Penyakit Pada Telinga dan Penatalaksanaan Terapi Farmakologi 1. Impaksi Serumen Secara normal serumen dapat tertimbun dalam eksternus dan dalam jumlah dan warna yang bervariasi. Meskipun biasanya tidak perlu dikeluarkan, kadangkadang dapat mengalami infeksi, menyebabkan rasa penuh dalam telinga atau kehilangan perdengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna populasi geriatrik 5



sebagai penyebab defisit pendengar. Usaha membersihkan kanalis auditorius dengan bata korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena trauma terhadap kulit dapat mengakibatkan infeksi atau kerusakan gendang telinga. Penatalaksanaan. Serumen dapat diambil dengan irigasi, pengisapan, atau instrumentasi. Kecuali bila riwayat perforasi membran timpani atau terdapat inflamasi telinga luar (otitis eksterna), irigasi merupakan prosedur yang dapat diterima untuk mengambil serumen. Teknik ini efektif bila serumen tidak terlalu melekat dalam kanalis auditorius eksterni. Pengambilan serumen yang berhasil dengan irigasi hanya bisa dicapai bila aliran air dapat mencapai belakang serumen yang menyumbat agar dapat mendorongnya lateral dan ke luar dari kanalis. Meskipun irrigator pic air biasanya aman, namun instrumen ini berhubungan dengan perforasi membrana timpani dan bahkan cedera otologik yang lebih serius. Maka harus digunakan tekanan serendah mungkin yang digunakan untuk mencegah trail mekanik. Bila sebelumnya sudah terdapat perforasi membran timpani di belakang impaksi serumen, air dapat memasuki ruang telinga tengah. Masuknya air dingin ke dalam telinga tengah dapat mengakibatkan vertigo akut dengan cara menginduksi arus konveksi termal dalam kanalis semi sirkularis. Memasukkan air ke dalam rongga telinga tengah dapat juga meningkatkan resiko infeksi. Irigasi kanalis juga terbukti mengakibatkan otitis eksterna (osteomielitis tulang temporal) pada manula penderita diabetes. Bila harus melakukan irigasi aural pada penderita diabetes, harus digunakan larutan steril. Bila irigasi tidak berhasil sempurna atau bila impaksi serumen tidak sempurna, maka dapat dilakukan pengangkatan secara mekanis, dengan pandangan langsung pada pasien yang kooperatif oleh tenaga profesional yang terlatih. Serumen juga dapat dilunakkan dengan meneteskan beberapa tetes bahan aktif hidrogen peroksida (H2O2 3%) atau natrium dokusat atau fenolgliserin. Obat-obat ini dapat dibeli di apotek dengan beberapa pilihan merek dagang. 



Hidrogen peroksida (H2O2 3%) atau yang disebut juga cairan perhidrol, merupakan cairan hidrogen peroksida 3% yang dapat digunakan untuk melembutkan atau membantu mengeluarkan serumen telinga. Penggunaan larutan ini secara berlebihan dapat menimbulkan infeksi di telinga, karena kemungkinan ada cairan yang tertinggal di dalam saluran telinga yang dapat menjadi media pertumbuhan bakteri. Cara penggunaan cairan perhidrol adalah dengan mencampur larutan air hangat dan hidrogen peroksida 3% dengan perbandingan 1:1. Setelah itu, masukkan cotton budke dalam campuran larutan tersebut kemudian gunakan untuk membersihkan serumen. Selain itu dapat pula 6



dilakukan dengan cara meneteskan terlebih dahulu campuran larutan air hangat dan cairan perhidrol ke dalam lubang telinga, tunggu beberapa saat, kemudian bersihkan dengan alat pembersih telinga yang ujungnya tidak tajam, seperti cotton bud. Cairan perhidrol disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat kering, terlindung cahaya dan suhu tidak lebih dari 150C. 



Natrium dokusat merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk melunakkan serumen telinga. Obat ini kadang-kadang dapat menyebabkan kemerahan pada permukaan kulit telinga.







Fenol gliserin juga dapat digunakan. Fenol gliserin berperan sebagai pelembab dan zat yang melunakkan. Sediaan ini aman dan tidak menimbulkan iritasi ketika digunakan pada  kulit yang terkelupas atau untuk melunakkan serumen di dalam telinga. Cara penggunaan fenol gliserin ataupun natrium dokusat sama seperti penggunaan



cairan perhidrol yaitu dengan mencampur larutan fenol gliserin ataupun natrium dokusat dengan air hangat lalu menggunakan cotton bud yang telah dimasukkan kedalam campuran larutan tersebut untuk membersihkan serumen di dalam saluran telinga. Namun, senyawa ini dapat menyebabkan reaksi alergi dalam bentuk dermatitis. Pemakaian larutan ini dua sampai tiga kali sehari selama beberapa hari biasanya sudah mencukupi untuk memudahkan pengangkatan impaksi. Bila impaksi serumen tak dapat dilepaskan dengan cara ini, dapat diangkat oleh petugas perawatan kesehatan dengan instrumen khusus seperti kuret serumen dan pengisap aural yang menggunakan mikroskop binokuler untuk pembesaran. 2. Otalgia dan Otitis media akut Inervasi tersedia oleh auriculotemporal cabang dari nervus cranial ke 5 (CN V), nervus cervical 1 dan 2, cabang Jacobson dari glossopharyngeal nerve, cabang arnold dari vagus nerve, dan cabang Ramsey Hunt dari nervus facialis. Sensasi otalgia dihantarkan oleh nervus cranial yang ke 5. Dan yang berkaitan dengan cabang itu menuju telinga menghasilkan otalgia. Otalgia adalah nyeri pada bagian telinga. Nyeri ini bisa dari bagian luar dan dalam, kalau di luar bisa seperti lesi, tumor, keratosis bagian saluran telinga dan sebagainya. Intrinsik, bisa tejadi karena otitis media, spasme otot pada bagian dalam, dan masih banyak penyakit lain.Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga) maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif. Otalgia adalah gejala yang dapat timbul dari iritasi lokal karena banyak kondisi dan 7



dapat juga disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan faring. Banyak keluhan nyeri telinga sebenarnya akibat nyeri di dekat sendi temporomandibularis. Penatalaksanaan Penatalaksanaan Otitis Media Akut sangat bergantung pada stadiumnya, pada stadium oklusi pengobatan bertujuan untuk melebarkan kembali saluran eustachius, dengan pemberian obat tetes hidung berupa dekongestan, selain itu sumber infeksi harus segera diobati. Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, anti peradangan, dan anti nyeri. Pemilihan antibiotik lebih ditargetkan pada kuman-kuman yang sering menjadi penyebab. Pada stadium supurasi disamping pemberian antibiotik dapat dilakukan miringotomi yakni tindakan perobekan pada sebagian kecil membran timpani sehingga cairan yang kental dapat keluar sedikit-sedikit dan tidak menimbulkan lubang yang besar, sehingga membrane timpani tidak dapat menyembuh. Pada stadium perforasi dapat diberikan obat cuci telinga, dan antibiotik yang adekuat. 3. Otitis Eksterna Infeksi, utamanya bakteri atau jamur, merupakan masalah yang paling sering pada telinga. Kebanyakan penyebab otitis eksterna (infeksi telinga luar) termasuk air dalam kanalis auditorius eksternus (telinga perenang), trauma kulit kanalis memungkinkan masuknya organisme ke jaringan dan kondisi sistemik seperti defisiensi vitamin dan kelainan endokrin. Kanalis telinga normal steril pada beberapa orang, sedang lainnya mengandung Staphylococcus albus dan atau organisme lain seperti difteroid. Patogen otitis eksterna yang paling sering adalah Staphylococcus aureus dan spesies Pseudomonas. Jamur yang paling sering dapat terisolasi dari telinga normal maupun yang terinfeksi adalah Aspergillus. Otitis eksterna sering disebabkan oleh dermatosis seperti psoriasis, ekzema, atau dermatitis sebore. Bahkan reaksi alergi terhadap semprot rambut, cat rambut, dan losion pengeriting rambut permanen dapat mengakibatkan dermatitis, yang akan hilang bila bahan penyebabnya dihilangkan. Penatalaksanaan: Pemberian terapi medikamentosa ini tergantung pada stadium penyakitnya. 



Stadium oklusi Pada stadium ini pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba



Eustachius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCl efedrin 0,5% dalam laruitan fisiologis (anak 12 tahun) atau HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa. 8



Disamping itu sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab infeksi adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi. 



Stadium Presupurasi Pada stadium ini antibiotika, obat tetes hidunng dan analgetika perlu diberikan.



Bilamembran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotika yang dianjurkan adalah dari golongan penisilin atau ampisilin. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin. Pada anak ampisilin diberikan dengan dosis 50 – 100 mg/BB/hari, dibagi dalam 4 dosis, atau eritromisin 40 mg/BB/hari. 



Stadium Supurasi Diamping diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila



membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala – gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari. Pada stadium ini bila terjadi perforasi sering terlihat adanya sekret berupa purulen dan kadang terlihat keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 selam 3 – 5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 – 10 hari. 



Stadium Resolusi Pada stadium ini jika terjadi resolusi maka membran timpani berangsur normal



kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Tetapi bila tidak terjadi resolusi akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkina telah terjadi mastoiditis. Bila berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu,maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Bila perforasi menetap dan sekret masih tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronik (OMSK). 4. Infeksi telinga Penyakit infeksi telinga adalah infeksi pada telinga bagian tengah dan dalam yang disebabkan serangan bakteri atau virus. Bagian yang terinfeksi adalah ruangan di belakang gendang telinga tempat ketiga tulang pendengaran berada. Infeksi telinga atau otitis media biasanya sangat menyakitkan, hal tersebut dikarenakan adanya peradangan dan penumpukan cairan pada bagian telinga tengah. Penyakit ini umumnya terjadi pada anak-anak. Infeksi 9



telinga sendiri sebenarnya banyak macamnya. Salah satunya adalah swimmer’s ear, infeksi telinga bagian luar karena masuknya air. Beberapa jenis bakteri yang menjadi penyebab infeksi telinga diantaranya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus. D. Pencegahan nyeri pada telinga 1. Bagi Anda yang memiliki gangguan sinus, hindari merokok atau terpapar asap rokok. 2. Jika alergi adalah pemicu telinga sakit, ketahui apa pemicu alergi Anda dan jauhi sebisa mungkin. 3. Hindari menyetel musik keras-keras, terutama saat anda menggunakan earphone atau headphone 4. Bagi Anda yang bekerja di lingkungan berisik, pertimbangkan untuk memakai sumbat telinga (earplug) atau headphone peredam suara. 5. Jika jumlah serumen sangat banyak dan memicu penyumbatan dan ingin membersihkan telinga, pergilah ke dokter THT. Jangan membersih menggunakan cuttun bad atau alat lain 6. Bila Anda ingin berenang, jangan lupa untuk menggunakan ear plug atau topi renang yang menutup hingga ke telinga. 7. Segera keringkan telinga Anda setelah berenang, mandi, atau berendam. Anda bisa melakukannya dengan cara menggoyang cuping telinga sambil memiringkan kepala ke bawah ke arah bahu. E. Cara Penggunaan Obat Telinga 1. Cuci tangan dengan sabun dan air 2. Bersihkan perlahan telinga anda dengan kain basah dan kemudian keringkan 3. Hangatkan obat tetes telinga dengan tangan selama beberapa menit. Kocok botol obat tetes 4. Jika obat tetes berawan, kocok botol dengan baik selama 10 detik 5. Periksa ujung penates, pastikan tidak retak (rusak) 6. Miringkan kepala sehingga telinga yang akan diberikan obat menghadap ke atas a. Untuk dewasa : Tarik daun telinga kea ta dank e belakang untuk meluruskan saluran telinganya b. Untuk anak