Syndrome Nefrotik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN An.A DENGAN SINDROM NEFROTIK



DISUSUN OLEH : 1. Asnar 2. Oktavia



S1 KEPERAWATAN STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKETO JI.Raya jabon Km.06 mojoayar kabupaten PRODI mojokerto telp/fax: (0321) 390203 Email : [email protected] Website : www.stikes-ppni.ac.id



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data WHO nefrotik sindrom dapat terjadi akibat penyakit sistemik yang mempengaruhi organ lain selain ginjal, seperti diabetes, amiolidosis dan lupus eritematosus, yang terakhir peradangan pada glomelorus. Glomeronefritis merupakan penyebab dari 78% sindrom nefrotik pada dewasa dan 93% pada anak – anak. (Prodjosudjadi, 2007 dalam Yunita, 2015). Menurut Rubeinstein (2007) lebih dari 75% sindrom nefrotik pada anak – anak dan sisanya 25% terjadi pada orang dewasa. Hasil penelitian di Amerika Serikat sindrom nefrotik merupakan salah satu penyebab gagal ginjal kronik dan merupakan masalah kesehatan utama denganjumlah penderita mencapai 225 per tahun (11,86%) dari 2015 orang yang berobat kerumah sakit. Penyebab utama sindrom nefrotik biasanya digambarkan oleh histologi, yaitu sindroma nefrotik kelainan minimal (SNKM) yang merupakan penyebab paling umum dari sindrom nefrotik pada anak dengan umur rata-rata 2,5 tahun dan pada umumnya penyakit ini banyak ditemukan pada anak-anak usia 1 sampai 5 tahun dan kecenderungan penyakit ini dua kali lebih banyak menyerang anak laki-laki disbanding anak perempuan. Menurut Alatas, 2002 dalam Yunita 2015 penyakit sindroma nefrotik di Indonesia mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun dan untuk kejadian di Jawa Tengah sendiri mencapai 4 kasus terhitung mulai dari tahun 2011. Hal ini di buktikan dari penelitian yang dilakukan secara dinamik di Yogyakarta pada tahun 2011 yang menunjukan ada sebanyak 6 orang yang menderita nefrotik sindrom dalam rentang usia 8-12 tahun. B. Tujuan 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penulisan studi kasus ini adalah untuk mengetahui Asuhan keperawatan yang benar pada pasien dengan sindrom nefrotik. 2. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penulisan studi kasus ini adalah agar penulis mampu : a. Melaksanakan pengkajian pada An. A dengan sindroma nefrotik b. Mendapatkan analisa data pada pasien sindrom nefrotik c. Menegakkakan diagnosa keperawatan pada An. A dengan sindrom nefrotik



d. Merumuskan intervensi keperawatan pada pasien sindrom nefrotik e. Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien sindroma nefrotik



BAB II TINJAUAN TEORI 1. Definisi Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal ( Ngastiyah, 2005 dalam Rahma, 2012). Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan peningkatan protein urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan lipid dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma protein ke dalam urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler glomerulus. (dr.Nursalam, dkk. 2009). Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi proteinuria masif > 3,5 gr/hr, hipoalbuminemia, edema, hiperlipidemia. Manifestasi dari keempat kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus (Muttaqin, 2012). 2. Etiologi Menurut Mansjoer, 2010 Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhirakhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigenantibodi. Umumnya etiologi dibagi menjadi : a. Sindrom Nefrotik Bawaan Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya. b. Sindrom Sefrotik Sekunder Disebabkan oleh: malaria kuartana atau parasit lainnya, penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid, glumerulonefritis akut atau kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air raksa, amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif hipokomplementemik. c. Sindrom nefrotik idiopatik Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dgn



pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron. Churg dkk membagi menjadi 3 golongan yaitu kelainan terpadu, nefropati membranosa, dan glomerolunefritis. (Ngastiyah, 2005 dalam Niken, 2014)



3. Pathway Penyebab yang belum diketahui



Permeabilitas dinding glomerulus Protein plasma



Proteinemia



Hipoalbumenia



Lipoprotein Kolestrol dan Trigliserid



Osmotic plasma Lipiduria Cairan intravascular



cairan interstitial Edema



Hipovolemi Kekurangan cairan dan elektrolit



Resti Kerusakan Integritas Kulit Kelebihan Volume Cairan Tubuh



volume darah ginjal renin-angiotensin Aldosteron dan ADH Reabsorbsi air dan natrium



4. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis yang menyertai sindrom nefrotik (Ngastiyah, 2005) antara lain : a. Proteunuria b. Edema c. Penurunan jumlah urine, urine gelap dan berbusa d. Hematuria e. Anoreksia f. Diare g. Pucat 5. Komplikasi a. Penurunan volume intravascular b. Pemburukan pernafasan c. Kerusakan kulit d. Infeksi sekunder akibat kadar immunoglobulin yang rendah karena hipoalbumenia. (alimul aziz, 2009). 6. Pemeriksaan Penunjang a. Uji urine 1) Protein urin : >3,5 g/1,73 m2 luas permukaan tubuh 2) Berat jenis urin (normal : 285 mOsmol) 12 b. Uji darah 1) Albumin serum 5 detik, derajat oedema III. Odema di alami pada saat pertama kali di rujuk dari RS Sidowaras Bangsal Mojokerto. Orang tua pasien mengatakan dalam 1 tahun terakhir anaknya 6 kali mengalami demam dan 4 kali mengalami batuk/pilek. Saat perawat melakukan pengkajian ditemukan data-data sebagai berikut : 



Turgor kulit klien tidak elastic







Terdengar suara pekak pada abdomen saat dilakukan perkusi







Warna kulit terlihat pucat dan pigmentasi tidak merata







Kulit klien teraba kering







BB : 30 kg TB : 150 cm







TTV : TD : 90/60 S : 36,4 N : 90x/mnt RR : 23x/mnt



2. ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Identitas pasien a. Nama



: An. A



b. Tanggal lahir/umur



: 9 tahun



c. Jenis kelamin



: Perempuan



d. Agama



: Islam



e. Pendidikan



: Kelas 3 SD



f. Alamat



: Perumahan Griya Majapahit G-17



2. Identitas keluarga pasien Identitas Ayah a. Nama ayah



: Tn. H



b. Umur



: 34 tahun



c. Agama



: Islam



d. Pekerjaan



: PNS



e. Pendidikan



: SMA



Identitas Ibu a. Nama ibu



: Ny.H



b. Umur



: 32 tahun



c. Agama



: Islam



d. Pekerajaan



: IRT



e. Pendidikan



: SMA



3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Saat Ini 1. Alasan Masuk Rumah Sakit Pasien masuk ke RSUD Sidoarjo melalui IGD pada tanggal 23 juli 2020 dengan keluhan batuk, demam, tanda-tanda oedema dan kelemahan. Pasien merupakan pasien rujukan dari RS Sidowaras Bangsal Mojokerto 2. Keluhan Utama : Odema Pasien mengalami oedema pada wajah, abdomen, ekstremitas atas dan bawah. Turgor kulit pasien tidak elastis saat di tekan, kembali >5 detik, derajat oedema III. Odema di alami pada saat pertama kali di rujuk dari RS Sidowaras Bangsal Mojokerto b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu 1. Penyakit yang pernah di alami Orang tua pasien mengatakan dalam 1 tahun terakhir anaknya 6 kali mengalami demam dan 4 kali mengalami batuk/pilek. Selain itu anaknya tidak pernah mengalami keluhan sakit apapun, seperti kejang atau mimisan. 2. Riwayat di rumah sakit/alergi/kecelakaan. Orang tua pasien mengatakan anakanya pernah di rawat di RS Sidowaras Bangsal Mojokerto selama 10 hari, dengan keluhan penyakit yang sama yaitu pada bulan april yang lalu. Kemudian anaknya di rujuk ke RSUD Sidoarjo pada tanggal 23 Juli 2020. Orang tua pasien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat operasi dan



riwayat kecelakaan yang berat. Orang tua paien juga mengatakan anaknya memliki alergi terhadap udang. c. Riwayat Keluarga 1. Penyakit yang pernah di derita Keluarga mengatakan di dalam keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit menular ataupun penyakit keturunan jenis apapun. 4. 11 Pola Gordon 1) Pola Persepsi Kesehatan Orang tua pasien mengatakan tidak memahami tentang penyakit yang diderita anaknya. 2) Pola Nutrisi 



Sebelum sakit Orang tua pasien mengatakan anaknya makan sebanyak 3-4 kali dalam sehari. Makanan pokok yang di makan adalah nasi putih. Pasien mengatakan menyukai semua jenis makanan. Lauk pauk yang di konsumsi meliputi daging, tahu/tempe, ikan, sayur dan buah-buahan. Pasien memiliki alergi terhadap udang.







Saat sakit Saat di rawat di RS pasien makan sebanyak 3x/hari dengan porsi makan rumah sakit (10 sendok makan). Pasien selalu menghabiskan makanan yang di berikan.



3) Pola Eliminasi a. BAK 



Sebelum sakit Pasien BAK 5x/hari, warna urine kuning jernih, jumlah urine ±1200 cc/hari. Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat berkemih.







Saat Sakit Saat di RS pasien BAK 3x/hari, warna urine kuning pekat, jumlah ±300 cc/hari.



b. BAB 



Sebelum sakit Pasien BAB 2x/hari dengan konsistensi feses lembek, berwarna kuning kecoklatan, bau khas.







Saat sakit Pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, berwarna kecoklatan, bau khas.



4) Pola Aktivitas 



Sebelum sakit Akitivitas sehari-hari pasien adalah bersekolah selama 5 jam, bermain sepeda dan lain-lain.







Saat sakit Pasien saat ini hanya menghabiskan waktu di ruang rawat RS dengan berbaring.



5) Pola Istirahat dan Tidur 



Sebelum sakit Waktu tidur malam pasien 8 jam dan siang 3 jam. Tidak ada gangguan dengan tidur pada pasien.







Saat sakit Waktu tidur malam pasien 6 jam dan siang selama 2 jam. Pasien mengatakan suasana di rumah sakit membuat pasien merasa tidak nyaman saat tidur.



6) Pola Kognitif Perseptual 7) Pola Persepsi Diri Pola interaksi dengan keluarga baik, kooperatif dengan tim kesehatan. Pasien mengatakan tidak betah di rumah sakit, dan paisen terlihat murung. 8) Pola Peran-Hubungan Orang tua pasien mengatakan interaksi anaknya dengan orang tua, saudarasaudaranya baik, tidak ada masalah. 9) Pola Seksualitas-Reproduksi 10) Pola Koping



11) Pola Nilai Kepercayaan Orang tua pasien mengatakan menanamkan nilainilai religious dan hal-hal positip di dalam kehidupan sosial pada anaknya. 5. Pemeriksaan Fisik Umum a. Pengukuran pertumbuhan 



Tinggi badan : 150 cm







BB Sebelum sakit : 26 kg







BB saat sakit : 30 kg







Status gizi : 30/1,21 = 24,8



b. Perkembangan saat ini (tidak terkaji) c. Reflek primitive (tidak terkaji) d. Keadaan umum 



Kesadaran: composmentis







TTV : TD = 90/60 mmHg RR = 23x/menit S = 36,40 c N = 90x/menit



6. Pemeriksaan Fisik Khusus a. Sistem penglihatan Fungsi penglihatan baik, posisi mata simetris, keadaan kelopak mata baik, pergerakan bola mata baik, konjungtiva anemis, keaddan kornea baik/putih, keadaan pupil baik, tidak ada tandatanda peradangan. Pasien juga tidak menggunakan alat bantu penglihatan. b. Sistem pendengaran Fungsi pendengaran baik, posisi telinga simetris, keadaan daun telinga baik dan bersih. Kondisi umum telinga baik, tidak cairan, tidak mengalami tinitus, tidak ada serumen dan tidak mengalami peradangan serta tidak menggunakan alat bantu mendengar. c. Sistem pernafasan Pasien tidak mengalami pernafasan cuping hidung, jalan nafas bersih, klien mengalami batuk tidak produktif, jenis pernafasan vasikuler, bentuk dada normal, tidak ada tarikan dinding dada, irama nafas teratur, suara nafas vasikuler dan pasien tidak terpasang selang O2. RR : 23x/menit. d. Sistem kardiovaskuler 1. Sirkulasi perifer N: 90x/menit dengan irama teratur, temperature kulit hangat, warna kulit pucat CPR : < 2detik, terlihat odema, tidak ada distensi vena jogularis. 2. Sirkulasi jantung Kecepatan denyut apical 87x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung dan pasien tidak mengalami nyeri dada. e. Sistem syaraf pusat GCS : 15 (E:4, V:5, M:6). Respon pupil baik, pasien tidak mengalami peningkatan TIK dan kejang.



f. Sistem pencernaan Keadaan mulut bersih, kemampuan menelan baik, pasien tidak mual maupun muntah. Tidak ada nyeri pada perut, bising usus 8x/menit. Pasien tidak mengalami pemebesaran hati dan limfa. Pasien menglami asites, saat di lakukan perkusi terdengar suara pekak. g. Sistem endokrin Tidak ada pemebesaran kelenjar tiroid. h. Sistem urogenital Pola berkemih pasien mengalami perubahan dan pasien tidak menggunakan kateter urine. i. Sistem integument Rambut pasien mengalami kerontokan, kulit kepala bersih, kuku pendek dan bersih. Turgor kulit tidak elastis, warna kulit pucat, pigmentasi tidak merata, kulit teraba kering, pasien mengalami oedema anasraka. Derajat oedema III. j. Sistem musculoskeletal Pasien tidak mengalami keluhan. Kekuatan otot normal 5555



5555



5555



5555



k. Sistem imunologi Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. B. Analisa Data No 1.



Data DS :



Masalah Etiologi Kelebihan volume cairan Penyebab yang



DO: 



belum diketahui Terlihat odema pada wajah, perut,



Permeabilitas



ekstremitas atas dan



dinding glomerulus



bawah klien 



Turgor kulit klien tidak



Protein plasma



elastis 



Terdengar suara pekak



Proteinemia



pada abdomen saat dilakukan perkusi 



Balance cairan klien = +220cc







Hipoalbumenia



Derajat odema III



Osmotik plasma



Cairan Intravaskuler Cairan Interstitial Odema Kelebihan Volume DS :



Resiko tinggi kerusakan



Cairan Tubuh Penyebab yang



DO :



integritas kulit



belum diketahui







Turgor kulit tidak elastis







Kulit klien teraba kering



Permeabilitas







Terlihat odema pada



dinding glomerulus



wajah, perut, ekstremitas atas dan



Protein plasma



bawah klien 



Warna kulit terlihat



Proteinemia



pucat dan pigmentasi tidak merata 



Hipoalbumenia



Derajat oedema III Osmotik plasma Cairan Intravaskuler Cairan Interstitial Odema Kelebihan Volume Cairan Tubuh



C. Diagnosa Keperawatan a. Kelebihan volume cairan b.d. Retensi albumin, protein, dan air



b. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi cairan berlebih dalam tubuh D. Intervensi Keperawatan No. 1



Diagnose Kelebihan volume cairan b.d.



NOC Setelah dilakukan



Retensi albumin, protein, dan air tindakan keperawatan



NIC 1. Kaji masukan cairan yg relatif



selama 2x24 jam,



terhadap keluaran



diharapkan kelebihan



secara adekuat



volume cairan pasien



R/ Perlu unruk



dapat berkurang dengan



menentukan fungsi



kriteria hasil :



ginjal



1. Keseimbangan



2. Timbang BB



intake dan output



setiap hari



dalam 24 jam



R/ Mengkaji



stabil



retensi cairan



2. Berat badan pasien stabil



3. Kaji perubahan edema



3. Turgor kulit stabil



R/ Untuk



4. Elektrolit serum



mengkaji sisi



pasien stabil



umum edema 4. Atur masukan cairan secara cermat R/ Agar tidak mendapatkan lebih dari jumlah cairan 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian kostekosteroid R/ Untuk mempertahankan



masukan yang di 2



Resiko tinggi kerusakan



Setelah dilakukan



resepkan 1. Berikan



integritas kulit b.d Akumulasi



tindakan keperawatan



perawatan intensif



cairan berlebih dalam tubuh



selama 2x24 jam



pada kulit



diharapkan resiko



R/ Untuk



kerusakan integritas kulit



mencegah



tidak terjadi dengan



kerusakan kulit



kriteria hasil :



2. Hindari pakaian



1. Integritas kulit



ketat



yang baik dapat



R/ Dapat



dipertahankan



mengakibatkan



2. Turgor kulit elastis 3. Mampu untuk



area yg menonjol tertekan 3. Bersihkan dan



melindungi kulit



berikan lotion



dan



pada permukaan



mempertahankan



kulit



kelembaban kulit



R/ Untuk



dan perawatan



mencegah iritasi



kulit



ada kulit 4. Berikan tirah baring secara berkala R/ Dapat mencegah terjadinya ulkus 5. Pertahankan kelebaban kulit R/ Menurunkan resiko terjadinya



iritasi E. Implementasi dan Evaluasi No DX 1.



2



Hari dan Tanggal Kamis, 23 Juli



Implementasi 1. Mengkaji



Evaluasi S:-



2020



masukan yang



O:



relative terhadap



- Pengeluaran



keluaran secara



belum adekuat



adekuat



- BB Pasien 30kg



R : pasien dan



- Odema anasarka



keluarag kooperatif



A:



H : pengeluaran



Masalah



belum adekuat



Kelebihan vol.



2. Menimbang BB



Cairan belum



setiap hari



teratasi



R : pasien



P:



kooperatif



lanjutkan



H : BB pasien 30kg



intervensi



3. Mengkaji



- atur masukan



perubahan edema



cairan secara



R : pasien



cermat



kooperatif



- kolaborasi



H: tidak ada tanda –



dengan dokter



tanda penurunan



dalam pemberian



Kamis, 23 Juli



pada edema 1. Memberikan



kortikosteroid S:



2020



perwatan pada kulit



O:



pasien



- Kulit pasien



R : klien kooperatif



menjadi lembab



H : klien tampak



- Resiko



nyaman



Kerusakan kulit



2. Memberikan



berkurang



lotion pada



A:



TTD



1



permukaan kulit



masalah kerusakan



R : Pasien



kulit belum



kooperatif



teratasi



H : lotion merata



P:



3. Memberikan



Lanjutkan



tirah baring secara



intervensi



berkala



- Berikan lotion



R : pasien



pada kulit



kooperatif



- Berikan tirah



H : pasien



baring -



mengukuti



Pertahankan



Jumat, 24 Juli



1. Mengkaji



kelembapan kulit S:-



2020



masukan yang



O:



relative terhadap



- Pengeluaran



keluaran secara



sudah adekuat



adekuat



- BB Pasien 30kg



R : pasien dan



- Odema sudah



keluaraga



berkurang



kooperatif



A:



H : pengeluaran



Masalah



sudah adekuat



Kelebihan vol.



2. Menimbang BB



Cairan teratasi



setiap hari



sebagian



R : pasien



P:



kooperatif



Intervensi



H : BB pasien 30kg



dihentikan, pasien



3. Mengkaji



dipulangkan



perubahan edema R : pasien kooperatif



H: sudah ada tanda – tanda penurunan 2



Jumat, 24 Juli



pada edema 1. Memberikan



S:



2020



perwatan pada kulit



O:



pasien



- Kulit pasien



R : klien kooperatif



menjadi lembab



H : klien tampak



- Turgor kulit



nyaman



elastis



2. Memberikan



- Resiko



lotion pada



Kerusakan kulit



permukaan kulit



berkurang



R : Pasien



A:



kooperatif



masalah kerusakan



H : turgor kulit



kulit teratasi



sudah kembali



sebagian



elastis



P:



3. Memberikan



Intervensi



tirah baring secara



dihentikan, pasien



berkala



pulang



R : pasien kooperatif H : pasien mengukuti