Tafsir Ibnu Katsir Al Baqarah 208 210 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Medina Fitri Maulida



NIM



: G6401211096



Kelas



: ST26



Kel. Asistensi : 10 Asisten



: Shabrina Hajar Hasim



Tafsir Ibnu Katsir Surat Ali Imran Ayat 208 – 210



“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. Tetapi jika kamu tergelincir setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepadamu, ketahuilah bahwa Allah Maha-perkasa, Mahabijaksana.” (Q.S. Al-Baqarah/2:208 – 209)







Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman kepada-Nya dan membenarkan Rasul-Nya, hendaklah mereka berpegang kepada tali Islam dan semua syariatnya serta mengamalkan semua perintahnya dan meninggalkan semua larangannya dengan segala kemampuan yang ada pada mereka.







Berikut adalah potongan dari Q.S. Al-Baqarah/2: 208.



Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Tawus, Ad-Dahhak, Ikrimah, Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Zaid sehubungan dengan firman di atas. Yang dimaksud dengan “assilmi” ialah agama Islam. Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Abul Aliyah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas sehubungan dengan firman di atas, yang dimaksud dengan “as-silmi” ialah taat. Qatadah mengatakan pula bahwa yang dimaksud dengan “as-silmi” ialah berserah diri.







Masih terkait potongan ayat di atas, lafaz “kaffah” menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Abul Aliyah, Ikrimah, Ar-Rabi' ibnu Anas, As-Saddi, dan Muqatil ibnu Hayyan, Qatadah dan Ad-Dahhak artinya “seluruhnya”. Dari kalangan mufassirin ada orang yang menjadikan firman-Nya, "kaffah," sebagai hal (keterangan keadaan) dari lafaz ad-dakhilin, yakni masuklah kalian semua ke dalam Islam. Tetapi pendapat yang benar adalah pendapat yang pertama, yaitu yang mengatakan bahwa mereka diperintahkan untuk mengamalkan semua cabang iman dan syariat Islam yang banyak sekali dengan segenap kemampuan yang mereka miliki.







Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abu Hatim, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnus Sabbah, telah menceritakan kepadaku Al-Haisam ibnu Yaman, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Zakaria, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Aun, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman Q.S. Al-Baqarah/2: 208. Dengan lafaz “kaffah” yang dibaca nasab menurut qiraah-nya, yang dimaksud dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang mukmin dari kalangan Ahli Kitab. Karena sesungguhnya sekalipun telah beriman kepada Allah, mereka masih tetap berpegang kepada sebagian perkara kitab Taurat dan syariat-syariat yang diturunkan di kalangan mereka. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: “masuklah kalian ke dalam Islam keseluruhannya.” Yakni masuklah kalian ke dalam syariat Nabi Muhammad Saw. dan janganlah kalian meninggalkan sesuatu pun yang ada padanya, dan tinggalkanlah apa yang ada di dalam kitab Taurat. Kalian hanya dituntut untuk beriman kepadanya saja, dan itu sudah cukup bagi kalian.







Lalu, potongan ayat di atas di lanjutkan sebagai berikut.



Maksudnya, kerjakanlah semua ketaatan, dan jauhilah apa yang diperintahkan oleh setan kepada kalian. Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya: “Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kalian berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui.” (Al-Baqarah: 169) dan “Karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6). Karena itulah dalam ayat ini Allah Swt. berfirman:



Mutarrif mengatakan bahwa di antara hamba-hamba Allah yang paling banyak menipu sesama hamba-Nya adalah setan. 



Berikut adalah potongan dari Q.S. Al-Baqarah/2: 209.



Yaitu bila kalian menyimpang dari jalan yang hak (benar) sesudah nyata bagi kalian buktibukti yang jelas, maka ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa dalam pembalasan-Nya, tiada seorang pun yang dapat lari dari siksa-Nya, tiada seorang pun yang dapat mengalahkan-Nya; Dia Mahabijaksana dalam keputusan, ralat, dan ketetapan-Nya. Karena itulah maka Abul Aliyah dan Qatadah serta Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa Dia Mahaperkasa dalam pembalasan-Nya lagi Mahabijaksana dalam perkara-Nya. Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Dia Mahakuasa dalam pertolongan-Nya untuk menghadapi orang yang kafir kepada-Nya, jika Dia menghendaki; lagi Dia Mahabijaksana dalam pemberian maaf dan alasan-Nya kepada hamba-hamba-Nya.



“Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.” (QS. Al-Baqarah/2: 210)







Berikut adalah potongan dari ayat di atas.



Pada potongan ayat ini, Allah mengancam orang-orang yang kafir kepada Muhammad. Yaitu pada hari kiamat untuk memutuskan ketetapan di antara seluruh umat manusia, baik yang hidup lebih awal ataupun yang hidup terakhir. Lalu setiap orang akan diberi balasan sesuai dengan amalnya. Jika baik, maka kebaikanlah yang diterimanya. Jika buruk, maka kejelekanlah yang diterimanya. Abu Ja’far ar-Razi meriwayatkan, dari Rabi’ bin Anas, dari Abul al-Aliyah ia mengatakan, “Para malaikat datang di bawah naungan awan, sedang Allah datang sesuai kehendak-Nya. Ayat ini seperti firman-Nya yang artinya: “Dan [ingatlah] hari [ketika] langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah para malaikat bergelombang-gelombang.” (QS al-Furqan: 25)







Potongan ayat di atas lalu dilanjutkan sebagai berikut.



Sebagaimana terkandung dalam firman-Nya yang lain, “Yang mereka nanti-nantikan tiada lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka [untuk mencabut nyawa mereka] atau kedatangan Rabb-mu atau kedatangan sebagian tanda-tanda [dari] Rabb-mu.”) (QS alAn’am: 158)