Tafsir Tarbawi Tentang Pendidikan Anak [PDF]

  • Author / Uploaded
  • vhin
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENDIDIKAN ANAK MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah



HADIST TARBAWI Dosen Pengampu



Drs. H. MAHSUNNUDIN M.Ag



Disusun Oleh Lulin rahmawati Maimanatur Rohmiatin Melfin bihar isyqi



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH SUNAN GIRI TRENGGALEK FEBRUARI 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayah serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENDIDIKAN ANAK”dengan semaksimal mungkin. Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang. Selanjutnya kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembibing dan teman-teman yang telah membantu saya menyelesaikan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam makalah ini terdapat kesalahan penulisan dan kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari dosen pembibing dan teman-teman sekalian. Demikian makalah yang kami susun semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang pendidikan islam khusunya bagi penulis sendiri maupun pembaca.



Trenggalek, 22 februari 2020



penulis



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. ii



BAB I



PENDAHULUAN A. Latar Belakang........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .................................................................. 1 C. Tujuan ..................................................................................... 1



BAB II



PEMBAHASAN A. Pendidikan Anak .................................................................... 2 B. Landasan Mendidik Anak....................................................... 3 C. Metode Mendidik Anak .......................................................... 4 D. Pedoman Mendidik Anak ....................................................... 7



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 10



DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 11



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Dalam kehidupan ini tentu banyak hal yang harus dipelajari. Untuk mempelajarinya kita membutuhkan suatu ilmu. Maka dari itu untuk mendapatkan ilmu tersebut kita harus menempuh pendidikan. Banyak hal yang diajarkan dalam berpendidikan mulai pendidikan tentang agama bahkan pendidikan untuk berperilaku. Tentu banyak sekali ilmu pendidikan yang ada di indonesia. Di makalah ini kami akan membahas salah satu pendidikan yakni pendidikan pendidikan anak yang di dalamnya membahas mengenai landasan mendidik anak cara mendidik anak dan juga pedoman mendidik anak.



B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian pendidikan anak? 2. Apa landasan mendidik anak? 3. Apa saja metode mendidik anak? 4. Apa saja pedoman untuk mendidik anak?



C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian pendidikan anak 2. Mengetahui landasan mendidik anak 3. Mengetahui metode mendidik anak 4. Mengetahui pedoman untuk mendidik anak



1



BAB II PEMBAHASAN



A. Pendidikan Anak Secara umum anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa khususnya orang tua. Pendidikan dapat diartikan perbuatan atau usaha generasi



tua



untuk



mengalihkan



(melimpahkan)



pengetahuannya,



pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk mempersiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah. Dengan adanya pendidikan mampu merubah seseorang yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, yang tidak paham menjadi lebih paham, karena itu pendidikan sangatlah penting untuk mengarahkan kehidupan manusia menjadi lebih baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan, bahwa kata Pendidikan berasal dari kata dasar didik, artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan arti dari Pendidikan adalah Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, dan perbuatan mendidik. Menurut al-Ghazali, anak adalah amanah Allah dan harus dijaga dan dididik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kedua orang tualah yang akan mengukir dan akan membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan disenangi semua orang. Keluarga khususnya orang tua adalah orang yang paling berpeluang mempengaruhi perkembangan anak. Hal ini karena keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenal oleh anak. Dalam hadist yang diriwayatkan Ath-Thabrani Rasulullah bersabda,



ََ ََّ‫َس‬ َ : َ َ ‫َل‬ ‫َغ‬ ‫ْب‬ ‫يت‬ ‫لم‬ ‫ِ و‬ ‫ْه‬ ‫لي‬ ‫هللاُ ع‬ ِ ََ ْ‫َل ل‬ ََ َْ َْ ِ‫َا‬ ‫ن‬ ‫ِ ا‬ ‫لم‬ ‫ِلع‬ ‫ِ و‬ ‫ِه‬ ‫هل‬ ‫لى ج‬ ‫ع‬ ََ ْ‫لى ع‬ )‫ِى‬ ‫َان‬ ‫ْر‬ ‫َّب‬ ‫ُه الط‬ ‫َا‬ ‫َو‬ ‫ِ (ر‬ ‫ِه‬ ‫ِلم‬ ‫ع‬



2



ََّ َ‫َا‬ ُْ ‫لى‬ ‫ل هللاِ ص‬ ‫َسُو‬ ‫ل ر‬ ‫ق‬ ْ‫ل‬ َ َْ َ ‫ن‬ ‫ُن‬ ‫يسْك‬ ‫ِ ا‬ ‫ِل‬ ‫َاه‬ ‫ِلج‬ َ َ ‫ُن‬ ‫يسْك‬



Artinya : Rasulullah SAW bersabda : “Tidak pantas bagi orang yang bodoh itu mendiamkan kebodohannya dan tidak pantas pula orang yang berilmu mendiamkan ilmunya” (H.R Ath-Thabrani). Jadi, pendidikan anak adalah usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan anak kepada tujuannya yang paling tinggi agar anak dapat hidup bahagia, serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.



B. Landasan Mendidik Anak Tema-tema pendidikan yang lebih spesifik dikemukakan yaitu tentang pendidikan anak. Namun tema ini pun masih bersifat gagasan umum. Hal ini bisa dimengerti karena kondisi sosial pada masa awal islam masih belum disadari arti pentingnya pendidikan. Berikut landasan-landasan tentang pendidikan yaitu sesuai Surat Al-isra’ ayat 23-28.



ََّ ‫َل‬ ‫أ‬



‫ٰى‬ ‫َض‬ ‫َق‬ ‫و‬ ْ ‫َب‬ َ َْ َ‫ل‬ َِّ ْ‫د‬ ِ‫َا‬ ‫دك‬ ‫ِن‬ ‫ع‬ ‫ما‬ ‫ۗ إ‬ ‫ًا‬ ‫ْسٰن‬ ‫ِح‬ ‫ينِ إ‬ ‫ِالو‬ ‫و‬ ٰ‫ْ ك‬ ْ َ ‫َََل‬ َُ ُ‫ْ َّل‬ ُ‫ِل‬ ُ‫د‬ ‫َا‬ ‫هم‬ ‫ُل‬ ‫تق‬ ‫َا ف‬ ‫هم‬ ‫َو‬ ‫َا أ‬ ‫هم‬ ‫َح‬ ‫َ أ‬ ‫َر‬ ‫ِب‬ ‫الك‬ ًْ َ ‫َََّل‬ َْ ِْ ُ‫ْ َّل‬ ُْ ٢٣ ‫ًا‬ ‫يم‬ ‫َر‬ ‫َل ك‬ ‫َو‬ ‫َا ق‬ ‫هم‬ ‫ُل‬ ‫َق‬ ‫َا و‬ ‫هم‬ ‫هر‬ ‫تن‬ ‫ُفٍّ و‬ ‫أ‬ َِّ ُ‫يا‬ ‫ه‬ ‫إ‬



َِّ ‫َل‬ ‫إ‬ ُْ َّ َ ‫َن‬ ‫لغ‬ ‫يب‬



َ ُُ ‫ْا‬ ‫دو‬ ‫ْب‬ ‫تع‬



َ‫َبك‬ ‫ر‬



Ayat 23.” Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.



ُ‫ِضْ َل‬ ِ ‫َة‬ ‫ْم‬ ‫َّح‬ ‫َ الر‬ ‫ِن‬ ‫ِ م‬ ‫َ الذل‬ ‫َاح‬ ‫َن‬ ‫َا ج‬ ‫هم‬ ‫ْف‬ ‫َاخ‬ ‫و‬ ََّ ُْ ٢٤ ۗ ‫ًا‬ ‫ْر‬ ‫ِي‬ ‫َغ‬ ‫ِيْ ص‬ ‫ٰن‬ ‫بي‬ ‫َا ر‬ ‫َم‬ ‫َا ك‬ ‫هم‬ ‫َم‬ ‫ْح‬ ‫َّبِ ار‬ ‫ْ ر‬ ‫ُل‬ ‫َق‬ ‫و‬



3



Ayat 24. “Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah,



"Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya



sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil."



ْ‫َربُّ ُكمْ ْأَعلَ ُْم ْ ِب َما ْفِيْ ْنُفُو ِس ُكمْ ْ ِإنْ ْتَ ُكونُوا ْصٰ ِل ِحينَْ ْفَإِنَّهْ ْكَانَْ ْل‬ ‫ًا‬ ‫ْر‬ ‫ُو‬ ‫َف‬ ‫َ غ‬ ‫ْن‬ ‫ِي‬ ‫َّاب‬ ‫ِْلَو‬ ٢٥ Ayat 25. ”Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang yang baik, maka sungguh, Dia Maha Pengampun kepada orang yang bertobat.”



ْ َ ْ ‫َا‬ َ ْ‫َا‬ ْٰ ‫بن‬ ‫َ و‬ ‫ْن‬ ‫ِي‬ ‫ِسْك‬ ‫الم‬ ‫ه و‬ ‫َق‬ ‫بى ح‬ ‫ُر‬ ‫الق‬ ‫ٰتِ ذ‬ ‫َا‬ ‫و‬ َّٗ َ ْ ُ ‫َََل‬ ِْ ٢٦ ‫ًا‬ ‫ير‬ ‫ْذ‬ ‫تب‬ ‫ِر‬ ‫َذ‬ ‫تب‬ ‫ِ و‬ ‫ْل‬ ‫ِي‬ ‫السَّب‬ Ayat 26. “Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”



ْ ‫ن‬ ُ َ َ‫َا‬ َِّ ِْ ۗ ‫ِين‬ ‫َاط‬ ‫ن الشَّي‬ ‫ْو‬ ‫ِخ‬ ‫ْا إ‬ ‫انو‬ ‫َ ك‬ ‫ين‬ ‫ِر‬ ‫َذ‬ ‫ُب‬ ‫الم‬ ‫إ‬ ِ َ‫َا‬ ِ ُ ٢٧ ‫ًا‬ ‫ْر‬ ‫ُو‬ ‫َف‬ ‫ٖ ك‬ ‫ِه‬ ‫َب‬ ‫لر‬ ‫ٰن‬ ‫ْط‬ ‫ن الشَّي‬ ‫َك‬ ‫و‬ Ayat 27. “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”



ْ ُ ‫ما‬ َِّ ْ‫ُ ا‬ َ‫َا‬ ُْ ‫ِن‬ ‫ٍّ م‬ ‫َة‬ ‫ْم‬ ‫َح‬ ‫ء ر‬ ‫ِغ‬ ‫بت‬ ‫هم‬ ‫َن‬ ‫َّ ع‬ ‫َن‬ ‫ِض‬ ‫ْر‬ ‫تع‬ ‫َإ‬ َ‫و‬ َ َ‫ِك‬ َْ َّ ‫ًَْل‬ ُ‫ْ َّل‬ ٢٨ ‫ًا‬ ‫ْر‬ ‫ْسُو‬ ‫مي‬ ‫َو‬ ‫ْ ق‬ ‫هم‬ ‫ُل‬ ‫َق‬ ‫ها ف‬ ‫ُو‬ ‫ْج‬ ‫تر‬ ‫َّب‬ ‫ر‬ Ayat 28.”Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah lembut.” Dan dalam hadist juga dijelaskan :



‫ذا‬



‫ما‬



‫عنه‬



‫مسؤول‬



‫فإنك‬



‫ابنك‬



‫أدب‬



‫أدبته وما ذا علمته وهو مسؤول عن برك‬ ‫وطواعيته لك‬



4



Artinya : “Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggung jawaban mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikan dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu.”(Tuhfah al Maudud hal. 123).



‫كل مولود يولد على الفطرة حى يعرب‬ ‫اوينصرانه‬



‫يهودانه‬



‫فأبه‬



‫لسانه‬



‫عنه‬



‫اويمجسان‬ Artinya : “Semua anak yang dilahirkan atas kesucian sampai lisannya dapat menerangkan maksudnya, kemudian orangtuanya yang membuatnya jadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” Riwayat Abu Ya’la, al-thabrani, dan al-Baihaqi, dari Aswad ibn Sari.



C. Metode Mendidik Anak Abu Guddah dalam bukunya berjudul Al Rasûl Al Mu'allim saw. wa asâlibuhu fi al Ta'lîm menyatakan bahwa dalam proses pengajaran Rasulullah saw. selalu menggunakan metode-metode yang beliau nilai paling baik, tepat sasaran, sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik, mudah dipahami dan dicerna oleh akal, dan yang tidak kalah penting gampang diingat. Allah swt. berfirman :



ً‫ي‬ َْ َّ َ‫َخْش‬ َ ْ َِّ ‫ة‬ ‫ُر‬ ‫ْ ذ‬ ‫ِم‬ ‫ِه‬ ‫لف‬ ‫ْ خ‬ ‫ِن‬ ‫ُوا م‬ ‫َك‬ ‫تر‬ ‫َ َلو‬ ‫ِين‬ ‫الذ‬ ‫َْلي‬ ‫و‬ ََ َْ ْ َ‫اَّلل‬ َّ ‫ُوا‬ ‫َّق‬ ‫َت‬ ‫لي‬ ‫ف‬ ‫ِم‬ ‫ْه‬ ‫لي‬ ‫ع‬ ‫ُوا‬ ‫َاف‬ ‫خ‬ ‫ًا‬ ‫َاف‬ ‫ِع‬ ‫ض‬ ُ ُ ً‫ِي‬ ‫دا‬ ‫ًَْل سَد‬ ‫َو‬ ‫ولوا ق‬ ‫َق‬ ‫َْلي‬ ‫و‬ Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa’:9) Setidaknya ada enam model pendidikan anak yang telah dicontohkan Rasulullah saw., yaitu :



5



1. Metode dialog qurani dan nabawi. Maksud dialog dalam metode ini adalah pembicaraan diantara dua orang atau lebih melalui tanya jawab yang didalamnya ada kesatuan inti pembicaraan. Sehingga dialog berperan sebagai jembatan yang menghubungkan pemikiran antar manusia. Ada beberapa bentuk dialog dalam Al-Qur’an, yaitu khitabi, ta'abuddi, deskriptif, naratif, argumentatif, dan nabawiyah. 2. Metode kisah Alquran dan nabawi. Metode kedua ini berupa cara mendidik anak melalui media cerita tentang kisah-kisah teladan yang ada di dalam Al-Qur’an maupun pada masa islam generasi pertama. Dalam Alquran Allah swt. berfirman: "Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu" (Q.S.Yusuf:3) 3. Metode keteladanan. Keteladanan adalah salah satu metode yang efektif dalam mendidik anak. Tanpa keteladanan orang tua akan sulit mendapatkan ketaatan muthlak dari anaknya. Rasul sebagainya yang dinyatakan AlQur’an adalah suri tauladan dalam setiap detik kehidupan beliau. Beliau mengajar dengan memberi contoh atau teladan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, diceritakan bahwa: "Rasulullah saw. senantiasa bangun untuk salat malam (tahajud) sehingga kedua mata dan kakinya bengkak. Lalu beliau ditanya: 'Bukanlah Allah telah mengampuni segala dosamu yang telah lalu dan yang akan dating?' Nabi menjawab: 'Apakah tidak pantas aku menjadi hamba yang bersyukur?'." 4. Metode praktek dan perbuatan. Metode ini merupakan sebuah metode pendidikan dengan cara mengajari anak langsung tanpa memberikan teori yang bertele-tele. Metode ini bisa dipakai misalnya dalam mengajarkan adab-adab sehari-hari, misalkan cara makan dan minum. Dalam sebuah riwayat dikisahkan: "Dari Ibnu 'Abbas r.a., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: 'Akrabillah anak-anak kamu dan didiklah mereka dengan adab yang baik'," (H.R. Tabrani) 5. Metode ibrah dan mau'idzah. Dengan metode ini anak diajak untuk bisa mengambil setiap pelajaran atau hikmah dari setiap peristiwa kehidupan yang dialami anak.



6



6. Metode targhib dan tarhib. Istilah lain dari metode ini adalah reward and punishment. Melalui metode ini anak akan mengetahui konsekuensi dari setiap keputusan dan perbuatan yang diambil. Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa : "Dahulu Rasulullah saw. membariskan 'Abdullah, 'Ubaidillah, dan sejumlah anak-anak pamannya, Al 'Abbas ra. dalam satu barisan, kemudian beliau bersabda: "Barang siapa yang paling dulu sampai kepadaku, maka dia akan mendapatkan anu dan anu." Mereka pun berlomba lari menuju ke tempat Nabi saw. berada. Setelah mereka sampai kepadanya, maka ada yang memeluk punggungnya dan ada pula yang memeluk dadanya dan Nabi saw. menciumi mereka semua serta menepati janjinya kepada mereka" (H.R. Ahmad) Disamping enam metode di atas, M. Thalib dalam bukunya berjudul 50 Pedoman Mendidik Anak Menjadi Shalih, menyatakan ada sedikitnya 50 pedoman yang harus dipegang oleh para orang tua dalam mendidik anaknya, beberapa dintaranya sebagai berikut: a. Memperdengarkan ucapan-ucapan yang baik b. Mengajar ucapan-ucapan Islami c. Membiasakan anak dengan adab Islam sehari-hari d. Membiasakan anak membaca doa-doa e. Mengajarkan membaca Al-Qur’an f. Menanamkan sikap dan sifat terpuji g. Menjauhkan anak dari sikap dan sifat tercela h. Mendidik anak menghormati hak-hak orang tua i. Menanamkan sikap hormat kepada yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda. Pendapat lain, Nasih Ulwan memberikan sepuluh saran berkaitan tentang pendidik anak, yaitu : a. Menanamkan kerinduan kepada Usaha yang paling mulia b. Menyalurkan bakat fitri anak c. Memberi kesempatan bermain kepada anak d. Menjalin hubungan baik antara rumah, masjid dan sekolah e. Memperkuat hubungan antara pendidikan dan anak didik



7



f. Menerapkan aturan pendidikan sepanjang siang dan malam g. Menyediakan sarana-sarana kebudayaan yang bermanfaat h. Menanamkan



kecintaan



anak



terhadap



belajar



yang



berkesinambungan i. Menanamkan tanggung jawab Islam kepada anak j. Memperdalam Ruh (semangat) jihad pada jiwa anak



D. Pedoman Mendidik Anak Nasih Ulwan mengutarakan bahwa orang tua sebagai guru pertama dan utama bagi seorang anak, dan orang tua harus mampu menanamkan hal-hal mendasar pada diri anak. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :



ََ ْ ‫ن‬ َ‫َا‬ َ‫د آ‬ َْ َِّ ْ ِ‫َّلل‬ ‫ُر‬ ‫َنِ اشْك‬ ‫ة أ‬ ‫ْم‬ ‫الحِك‬ ‫ْم‬ ‫َا ُلق‬ ‫ْن‬ ‫تي‬ ‫ََلق‬ ‫و‬ َّ‫إ‬ َ ََ َ ‫َا‬ َ ْ ََ ِ ُ ‫َر‬ ‫َف‬ ‫ْ ك‬ ‫من‬ ‫ِ و‬ ‫ِه‬ ‫ْس‬ ‫َف‬ ‫لن‬ ‫ُر‬ ‫يشْك‬ ‫نم‬ ‫ْ ف‬ ‫ُر‬ ‫يشْك‬ ‫من‬ ‫و‬ َِ َّ‫إ‬ ُ‫َا‬ َ‫َا‬ ٌ‫ِي‬ َّ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ْم‬ ‫ل ُلق‬ ‫ْ ق‬ ‫ِذ‬ ‫َإ‬ ‫) و‬١٢( ‫د‬ ‫َم‬ ‫ِيٌّ ح‬ ‫َن‬ ‫اَّللَ غ‬ ‫ف‬ َِ َِّ ُ ‫َيَّ َل‬ َ ‫ه‬ َ َ ْ‫َل‬ ُ ‫يا‬ ُُ َُ َّ ‫ْ ب‬ ‫ن‬ ‫ِاَّللِ إ‬ ‫ِك‬ ‫تشْر‬ ‫بن‬ ‫ِظ‬ ‫يع‬ ‫هو‬ ‫ِ و‬ ‫ِه‬ ‫بن‬ ُْ ْ َ‫اإلنسَا‬ ‫ن‬ ‫َا‬ ‫ْن‬ ‫َّي‬ ‫َص‬ ‫َو‬ ‫) و‬١٣( ٌ ‫ِيم‬ ‫َظ‬ ‫ٌ ع‬ ‫لم‬ ‫َ َلظ‬ ‫ْك‬ ‫ِر‬ ‫الش‬ ََ ََ َ‫ل‬ َْ َْ ْ‫د‬ ُ‫ُم‬ ُْ ِ‫َا‬ ‫لى و‬ ‫ًا ع‬ ‫هن‬ ‫ه و‬ ‫ه أ‬ ‫لت‬ ‫َم‬ ‫ِ ح‬ ‫يه‬ ‫ِو‬ ‫ب‬ ٍّ‫هن‬ َُ َ‫يك‬ َ‫ل‬ َ‫َا‬ ْ‫د‬ ُ‫ال‬ ِ‫َا‬ َِ ‫لو‬ ‫ِي و‬ ‫ْ ل‬ ‫ُر‬ ‫َنِ اشْك‬ ‫ْنِ أ‬ ‫مي‬ ‫ِي ع‬ ‫ه ف‬ ‫ِص‬ ‫َف‬ ‫و‬ ْ َّ‫َِلي‬ َْ ِْ َ‫ه‬ َ‫َا‬ ‫ن‬ ‫َلى أ‬ ‫َ ع‬ ‫داك‬ ‫ن ج‬ ‫َإ‬ ‫) و‬١٤( ُ ‫ِير‬ ‫َص‬ ‫الم‬ ‫إ‬ ْ‫ِ ع‬ ُ ‫ََل‬ ُ َ ‫ِي‬ ُْ ‫َا‬ ‫هم‬ ‫ِع‬ ‫تط‬ ‫ٌ ف‬ ‫ِلم‬ ‫ِه‬ ‫ْسَ َلكَ ب‬ ‫ما َلي‬ ‫َ ب‬ ‫ِك‬ ‫تشْر‬ ْ‫ِي الد‬ َّ َ َ ‫َا‬ ْ ُْ ‫ِع‬ ‫اتب‬ ‫ًا و‬ ‫ُوف‬ ‫ْر‬ ‫مع‬ ‫ني‬ ‫َا ف‬ ‫هم‬ ‫َاحِب‬ ‫َص‬ ‫و‬ ُ َّ‫َِلي‬ ََ َ َّ‫َِلي‬ َ َ ْ ‫ُم‬ ‫ُك‬ ‫ْجِع‬ ‫مر‬ ‫َّ إ‬ ‫ثم‬ ‫َ إ‬ ‫ناب‬ ‫ْ أ‬ ‫من‬ ‫ِيل‬ ‫سَب‬ َُ َُ َ‫لو‬ َ ْ َ )١٥( ‫ن‬ ُ ‫يا‬ ‫بن‬ ‫ْم‬ ‫تع‬ ‫ُم‬ ‫ْت‬ ‫ُن‬ ‫َا ك‬ ‫ِم‬ ‫ْ ب‬ ‫ُم‬ ‫ُك‬ ‫ِئ‬ ‫نب‬ ‫َأ‬ ‫ف‬ َّ‫َي‬ َِّ ْ ِْ َ ‫ن‬ َ‫َا‬ َْ َ‫ن‬ ‫ُن‬ ‫َك‬ ‫َت‬ ‫ٍّ ف‬ ‫دل‬ ‫َر‬ ‫ْ خ‬ ‫ِن‬ ‫ٍّ م‬ ‫َّة‬ ‫َب‬ ‫ل ح‬ ‫ْق‬ ‫ِث‬ ‫تكُ م‬ ‫ها إ‬ ‫إ‬ ‫ض‬ ‫ِي األر‬ ‫ْ ف‬ ‫َو‬ ‫َاتِ أ‬ ‫َاو‬ ‫ِي السَّم‬ ‫ْ ف‬ ‫َو‬ ‫ٍّ أ‬ ‫َة‬ ‫َخْر‬ ‫ِي ص‬ ‫ف‬ ِْ 8



َِّ َ )١٦( ٌ َِ َ َّ ‫ن‬ َّ‫ها ا‬ ‫يا‬ ‫ِير‬ ‫َب‬ ‫ٌ خ‬ ‫ِيف‬ ‫اَّللَ َلط‬ ‫َّللُ إ‬ ‫ْتِ ب‬ ‫يأ‬ ْ ‫ْ ب‬ ْ َ َ‫ََّل‬ َ‫ان‬ ُْ ُ ‫ه ع‬ ‫ُوفِ و‬ ‫ْر‬ ‫َع‬ ‫ِالم‬ ‫مر‬ ‫َأ‬ ‫ة و‬ ‫ِ الص‬ ‫ِم‬ ‫َق‬ ‫َيَّ أ‬ ‫بن‬ ِ‫َن‬ ََ ْ َِّ ْ َ‫َا‬ َ ‫لى‬ ‫ِن‬ ‫ِكَ م‬ ‫َل‬ ‫ن ذ‬ ‫بكَ إ‬ ‫َص‬ ‫ما أ‬ ‫ْ ع‬ ‫ِر‬ ‫ْب‬ ‫َاص‬ ‫ِ و‬ ‫َر‬ ‫ْك‬ ‫ُن‬ ‫الم‬ ُ ‫ََل‬ ََّ ُ‫ِ األ‬ ‫ََل‬ ‫َّاسِ و‬ ‫ِلن‬ ‫َ ل‬ ‫دك‬ ‫ْ خ‬ ‫ِر‬ ‫َع‬ ‫تص‬ ‫) و‬١٧( ِ ‫مور‬ ‫ْم‬ ‫َز‬ ‫ع‬ َِّ َ َّ َ ‫ض‬ ُ ‫اَّللَ َل‬ َّ ‫ن‬ ‫ُل‬ ‫يحِب ك‬ ‫ًا إ‬ ‫َح‬ ‫مر‬ ‫ِي األر‬ ‫ْشِ ف‬ ‫تم‬ ِْ ِْ َ ‫ِي‬ ْ‫ُض‬ ُ ‫ْض‬ ‫َاغ‬ ‫مشْيِكَ و‬ ‫د ف‬ ‫ْص‬ ‫َاق‬ ‫)و‬١٨( ٍّ ‫َخُور‬ ‫ٍّ ف‬ ‫َال‬ ‫مخْت‬ ْ ُ َْ َِّ ‫ِير‬ ‫َم‬ ‫الح‬ ‫ْت‬ ‫َو‬ ‫َاتِ َلص‬ ‫ْو‬ ‫َ األص‬ ‫َر‬ ‫نك‬ ‫ن أ‬ ‫ِكَ إ‬ ‫ْت‬ ‫َو‬ ‫ْ ص‬ ‫ِن‬ ‫م‬ ِ ١٩( Artinya : “(12) Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, "Bersyukurlah kepada Allah! Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.” (13) Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (14) Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. (15) Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (16) (Luqman berkata), "Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya balasan. Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Mahateliti.



9



(17)Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting. (18) Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh Sungguh,



Allah



tidak



menyukai



orang-orang



yang



sombong



dan



membanggakan diri. (19) Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman : 12-19)



Setidaknya ada tiga hal dasar yang harus ditanamkan orang tua ke dalam jiwa dan pribadi anak, yaitu : 1. Ikatan akidah atau pendidikan iman berupa penanaman kepercayaan terhadap Tuhan, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, qadha’ dan qadar, serta hal lainnya yang berkaitan dengan keimanan. 2. Ikatan Spiritual atau pendidikan spiritual yang salah satunya adalah mendidik anak dengan ibadah. Rasulullah saw bersabda: "Perintahlah anak-anakmu salat pada usia 7 tahun. Pukullah pada usia 10 tahun jika dia enggan melakukannya. Dan pisahkanlah tempat tidur anak laki-laki dari tempat tidur anak perempuan." (H.R. Abu Dawud). Pendidikan spiritual lainnya adalah berupa mengajarkan Al-Qur’an kepada anak, mendekatkan anak dengan tempat-tempat ibadah, mengajarkan anak dengan zikir, membiasakan anak dengan shalat dan puasa sunnat. 3. Ikatan Pemikiran berupa mengikat anak sejak dini hingga dewasa dengan aturan Islam yang tidak memisah-misahkan agama dan negara, dengan ajaran-ajaran Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, dengan ilmu-ilmu syariat sebagai metode dan hukum, dengan sejarah islam sebagai semangat dan teladan, dan dengan metode dakwah islam sebagai titik tolak.



10



4. Ikatan Sosial atau pendidikan sosial berupa menanamkan dasar-dasar kejiwaan yang mulia, memelihara hak orang lain, terikat erat oleh tatakrama umum kemasyarakatan, dan kotrol dan kritik sosial. 5. Ikatan Keolahragaan yaitu berupa pendidikan kesehatan.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Anak merupakan titipan yang diberikan allah Swt kepada orang tua, yang diamanahkan untuk menjaganya, merawat, mendidik dan memberikan kasih sayang dengan sepenuh hati. Seperti yang sudah dijelaskan dalam al quran dan hadist bahwasanya, anak harus mempunyai budi pekerti yang baik kepada siapa pun khususnya kepada orang tuanya. Namun semua itu tidak bisa terlepas dari sebuah pendidikan, yang mana pendidikan pertama anak itu diperoleh dari orang tuanya, karena orang tua adalah guru pertama bagi anak. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwasanya memberikan pendidikan kepada anak itu wajib bagi orang tua agar kelak ia mempunyai akhlak atau budi pekerti yang baik dan disenangi oleh orang lain (habblumminannas).



11



DAFTAR PUSTAKA