Tahan Luntur Warna Terhadap Keringat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP KERINGAT (SNI ISO 105-E04:2010) Tekstil ─ Cara Uji Tahan Luntur Warna ─ Bagian E04 ─ Tahan luntur warna terahadap keringat (ISO 105 ─ E04: 1994, IDT) I.



II.



Tujuan Pengujian ini bertujuan untuk menentukan ketahanan luntur warna dari berbagai macam dan bentuk kain berwarna terhadap keringat. Prinsip Contoh uji dilapisi dengan kain pelapis diproses dalam dua larutan berbeda yang mengandung histidin, ditiriskan dan ditempatkan diantara dua lempeng dibawah tekanan tertentu dalam alat uji. Contoh uji dan kain pelapis dikeringkan secara terpisah. Perubahan warna masing-masing contoh uji dan penodaan dari kain pelapis dinilai dengan membandingkan



III.



terhadap skala abu-abu. Peralatan dan Pereaksi III.1Peralatan  Rangka baja tahan karat dengan beban sekitar 5 kg  Landasan berukuran 60 mm × 115 mm yang dapat dikunci  Dua buah lempeng kaca berukuran 60 mm × 115 mm × 1,5    



mm Oven tanpa kipas sirkulasi udara dengan suhu 37oC ± 2oC Tekanan sebesar 12,5 kPa Kain pelapis multifiber (ISO 105-F10) Kain pelapis serat tunggal (ISO 105-F:1985) Salah satu dari kain pelapis tersebut harus terbuat dari serat yang sejenis dengan contoh uji atau jenis serat yang paling dominan untuk kain campuran. Kain pelapis kedua terbuat dari serat seperti yang tercantum dalam tabel di bawah ini: Bila kain pelapis pertama: Kapas Wol Sutera Viskosa Asetat Poliamida Poliester Akrilat



 



Gray scale ISO 105-A02 Staining scale ISO 105-A03



Maka kain pelapis kedua Wol Kapas Kapas Wol Viskosa Wol atau vikosa Wol atau kapas Wol atau kapas



III.2Pereaksi  Contoh uji berukuran 40 mm × 100 mm  Larutan keringat alkali  L-histidin monohidroklorida monohidrat  



(C6H9O2N3.HCl.H2O) 0,5 g/L NaCl 5 g/L Dinatrium hidrogen ortofosfat dodekahidrat (Na2HPO4.12H2O) 5 g/L atau Dinatrium hidrogen ortofosfat dihidrat (Na2HPO4.2H2O) 2,5 g/L. Larutan dibuat menjadi







pH 8 dengan larutan NaOH 0,1 mol/L. Larutan keringat asam  L-histidin monohidroklorida monohidrat  



(C6H9O2N3.HCl.H2O) 0,5 g/L NaCl 5 g/L Dinatrium hidrogen ortofosfat dihidrat (Na2HPO4.2H2O) 2,2 g/L. Larutan dibuat menjadi pH 5,5 dengan larutan NaOH 0,1 mol/L.



IV. 



Prosedur Merendam contoh uji dalam masing-masing larutan keringat (basa/ asam)







dengan perbandingan 50:1 selama 30 menit. Memeras contoh uji dengan menggunakan dua batang pengaduk kaca



 



untuk menghilangkan larutan yang berlebih. Meletakan contoh uji secara merata diantara dua lempeng kaca Memasang lempeng tersebut pada alat uji yang telah dipanaskan







sebelumnya pada suhu pengujian, sehingga mendapat tekanan 12,5 kPa. Menaruhnya pada oven selama 4 jam pada suhu 37± 2oC.



V. Laporan Hasil Uji 5.1. Nilai perubahan warna pada gray scale Keringat basa 3 3



Keringat asam 4 4



5.2. Nilai penodaan pada staining scale Keringat basa Kain pelapis Kain pelapis poliester 4/5 4/5 VI.



Diskusi



kapas 2/3 2



Keringat asam Kain pelapis Kain pelapis poliester 4/5 4/5



kapas 4 4



Perubahan warna contoh uji dilakukan dengan membandingkan terhadap Gray



Scale



dan



evaluasi



penodaan



warna



dilakukan



dengan



membandingkan penodaan warna pada kain putih terhadap Staining Scale. Pada pengujian dengan keringat asam nilai perubahan warna pada gray scale adalah 4 sedangkan pada pengujian dengan keringat basa nilai perubahan warna pada gray scale adalah 3 namun contoh uji terlihat lebih tua dibanding contoh uji yang belum diuji. Penodaan pada kain pelapis poliester baik dalam pengujian keringat asam maupun basa memilki ketahanan yang baik dibanding dengan penodaan pada kain pelapis kapas. Lunturan yang mengenai kain pelapis kapas pada uji keringat basa memiliki nilai 2 – 2/3 pada staining scale yaang berarti memiliki ketahanan VII.



luntur yang kurang baik. Kesimpulan Hasil pengujian menunjukan bahwa kain memiliki ketahanan luntur yang cukup baik, namun tidak layak untuk dijadikan tekstil sandang yang biasanya memilki standar perubahan warna dan penodaan oleh keringat dengan nilai 4.