Tantangan Guru Generasi Z Dan Pembelajaran Abad 21 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GURU, GENERASI Z, DAN PEMBELAJARAN ABAD 21 A. KOMPETENSI GURU 1. Tantangan Guru Abad ke-21 adalah abad yang sangat berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa disegala bidang.pada abad ini, terutama bidang Information and Communication Technology (ICT) yang serba canggih (sophisticated) membuat dunia ini semakin sempit, karena kecanggihan teknologi ICT ini beragam informasi dari berbagai sudut dunia mampu diakses dengan instant dan cepat oleh siapapun dan dari manapun, komunikasi antar personal dapat dilakukan dengan mudah, murah kapan saja dan di mana saja. Perubahan-perubahan tersebut semakin terasa, termasuk didalamnya pada dunia pendidikan.



Guru saat ini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari era sebelumnya. Guru menghadapi klien yang jauh lebih beragam, materi pelajaran yang lebih kompleks dan sulit, standard proses pembelajaran dan juga tuntutan capaian kemampuan berfikir siswa yang lebih tinggi, untuk itu dibutuhkan guru yang mampu bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan bertindak (hard skills- soft skills). Menurut Susanto (2010), terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu : 1. Teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang memiliki beragam budaya dengan kompetensi multi bahasa. 2. Teaching for the construction of meaning, mengajar untuk mengkonstruksi makna (konsep). 3. Teaching for active learning, mengajar untuk pembelajaran aktif. 4. Teaching and technology, mengajar dan teknologi. 5. Teaching with new view about abilities, mengajar dengan pandangan baru mengenai kemampuan. 6. Teaching and choice, mengajar dan pilihan. 7. Teaching and accountability, mengajar dan akuntabilitas. Untuk memecahkan masalah tersebut di atas, guru dituntut mampu untuk membaca setiap tantangan yang ada pada masa kini. guru harus mampu untuk mencari sendiri pemecahan masalah yang timbul dari dampak kemajuan zaman karena tidak semua kemajuan zaman berdampak baik, dampak negatif juga harus diperhitungkan. 2. Kompetensi Guru Guru yang mampu menghadapi tantangan tersebut adalah guru yang profesional yang memiliki kualifikasi akademik dan memiliki kompetensi-kompetensi antara lain kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial yang kualifaid.



a. Kompetensi profesional Kompetensi profesioanal sekurang-kurangnya meliputi : 1. Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya 2. Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi 3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran 4. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi 5. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas b. Kompetensi pedagogik Kompetensi pedagogik sekurang-kurangnya meliputi: 1. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural, emosional, dan intelektual 2. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya 3. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik 4. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik 5. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaranYang mendidik 6. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran 7. Merancang pembelajaran yang mendidik 8. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik 9. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran c. Kompetensi kepribadian Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya meliputi: 1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa 2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat 3. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian, dan bertutur bahasa yang baik 4. Mengevaluasi kinerja sendiri 5. Mengembangkan diri secara berkelanjutan d. Kompetensi sosial Kompetensi sosial sekurang-kurangnya meliputi:



1. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat 2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat 3. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal, regional, nasional dan global 4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri 5. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian dan bertutur bahasa yang baik 3. Orientasi Guru Abad 21 Tuntutan dunia internasional terhadap tugas guru memasuki abad ke-21 tidaklah ringan. Guru diharapkan mampu dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang bertumpu dan melaksanakan empat pilar belajar yang dianjurkan oleh Komisi Internasional UNESCO untuk Pendidikan, hal ini didasari bahwa



Pendidikan merupakan komunikasi terorganisasi dan berkelanjutan yang dirancang untuk menumbuhkan kegiatan belajar pada diri peserta didik (education as organized and sustained communication designed to bring about Learning). UNESCO merekomendasikan empat pilar dalam bidang pendidikan, yaitu: 1. Learning to know (belajar untuk mengetahui) Learning to know, yaitu proses belajar untuk mengetahui, memahami, dan menghayati cara-cara pemerolehan pengetahuan dan pendidikan yang memberikan kepada peserta didik bekal-bekal ilmu pengetahuan. Proses pembelajaran ini memungkinkan peserta didik mampu mengetahui, memahami, dan menerapkan, serta mencari informasi dan/atau menemukan ilmu pengetahuan. 2. Learning to do (belajar melakukan atau mengerjakan) Learning to do, yaitu proses belajar melakukan atau mengerjakan sesuatu. Belajar berbuat dan melakukan (Learning by doing) sesuatu secara aktif ini bermakna pendidikan seharusnya memberikan bekal-bekal kemampuan atau keterampilan. Peserta didik dalam proses pembelajarannya mampu menggunakan berbagai konsep, prinsip, atau hukum untuk memecahkan masalah yang konkrit. 3. Learning to live together (belajar untuk hidup bersama) Learning to live together, yaitu pendidikan seharusnya memberikan bekal kemampuan untuk dapat hidup bersama dalam masyarakat yang majemuk sehingga tercipta kedamaian hidup dan sikap toleransi antar sesama manusia. 4. Learning to be (belajar untuk menjadi/mengembangkan diri sendiri). Learning to be, yaitu pendidikan seharusnya memberikan bekal kemampuan untuk mengembangkan diri. Proses belajar memungkinkan terciptanya peserta



didik yang mandiri, memiliki rasa percaya diri, mampu mengenal dirinya, pemahaman diri, aktualisasi diri atau pengarahan diri, memiliki kemampuan emosional dan intelektual yang konsisten, serta mencapai tingkatan kepribadian yang mantap dan mandiri



B. GENERASI Z 1. Teori Generasi Dalam teori generasi (Generation Theory) yang dikemukakan Graeme Codrington & Sue Grant-Marshall, Penguin, (2004) dibedakan 5 generasi manusia berdasarkan tahun kelahirannya, yaitu: (1) Generasi Baby Boomer, lahir 1946-1964; (2) Generasi X, lahir 1965-1980; (3) Generasi Y, lahir 1981-1994, sering disebut generasi millennial; (4) Generasi Z, lahir 1995-2010 (disebut juga iGeneration, GenerasiNet, Generasi Internet). DAN (5) Generasi Alpha, lahir 2011-2025. Kelima generasi tersebut memiliki perbedaan pertumbuhkembangan kepribadian. 1. Baby Boomer (lahir tahun 1946 – 1964) Generasi yang lahir setelah Perang Dunia II ini memiliki banyak saudara, akibat dari banyaknya pasangan yang berani untuk mempunyai banyak keturunan. Generasi yang adaptif, mudah menerima dan menyesuaikan diri. Dianggap sebagai orang lama yang mempunyai pengalaman hidup. 2. Generasi X (lahir tahun 1965-1980) Tahun-tahun ketika generasi ini lahir merupakan awal dari penggunaan PC (personal computer), video games, tv kabel, dan internet. Penyimpanan data nya pun menggunakan floopy disk atau disket. MTV dan video games sangat digemari masa ini. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Jane Deverson, sebagian dari generasi ini memiliki tingkah laku negatif seperti tidak hormat pada orang tua, mulai mengenal musik punk, dan mencoba menggunakan ganja. 3. Generasi Y (lahir tahun 1981-1994) Dikenal dengan sebutan generasi millenial atau milenium. Ungkapan generasi Y mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat pada Agustus 1993. Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, SMS, instan messaging dan media sosial seperti facebook dan twitter. Mereka juga suka main game online. 4. Generasi Z (lahir tahun 1995-2010) Disebut juga iGeneration, generasi net atau generasi internet. Mereka memiliki kesamaan dengan generasi Y, tapi mereka mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet menggunakan ponsel, browsing



dengan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset. Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka. 5. Generasi Alpha (lahir tahun 2011-2025) Generasi yang lahir sesudah generasi Z, lahir dari generasi X akhir dan Y. Generasi yang sangat terdidik karena masuk sekolah lebih awal dan banyak belajar, rata-rata memiliki orang tua yang kaya. 2. Karakteristik Generasi Z Generasi Z memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi-genarsi sebelumnya, berikut ini karakteristik Generasi Z: 1. Fasih Teknologi , tech-savvy, web-savvy, appfriendly generation. Mereka adalah “generasi digital” yang mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer. Mereka dapat mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan secara mudah dan cepat, baik untuk kepentingan pendidikan maupun kepentingan hidup kesehariannya. 2. Sosial. Mereka sangat intens berinteraksi melalui media sosial dengan semua kalangan. Mereka sangat intens berkomunikasi dan berinteraksi dengan semua kalangan, khususnya dengan teman sebaya melalui berbagai situs jejaring, seperti: FaceBook, twitter, atau melalui SMS. Melalui media ini, mereka bisa mengekspresikan apa yang dirasakan dan dipikirkannya secara spontan. 3. Ekspresif. Mereka cenderung toleran dengan perbedaan kultur dan sangat peduli dengan lingkungan 4. Multitasking. Mereka terbiasa dengan berbagai aktivitas dalam satu waktu yang bersamaan. Mereka bisa membaca, berbicara, menonton, atau mendengarkan musik dalam waktu yang bersamaan. Mereka menginginkan segala sesuatunya dapat dilakukan dan berjalan serba cepat. Mereka tidak menginginkan hal-hal yang bertele-tele dan berbelitbelit. 5. Cepat berpindah dari satu pemikiran/pekerjaan ke pemikiran/pekerjaan lain (fast switcher) 6. Senang berbagi 3. Statistik Generasi Z Hasil riset yang dilakukan oleh tirto.id yang dilakukan 16 Juni 2017 dengan jumlah responden 1.201 orang berusia antara 7 – 21 tahun, riset tentang bagaimana generasi Z dalam kehidupan sehari-hari disajikan berikut ini: 1. Gadget yang digunakan Generasi Z untuk akses internet Gadget



Persen



Handphone/Smartphone 89,10% Laptop 5,20% Tablet 3,20% PC 2,50% 2. Media yang digunakan mengakses informasi/berita:  Umur 7 – 21 tahun Media Persen Media Sosial 35,20% Browser 26,10% Televisi 14,40% Messenger 14,10% Youtube 8,20% Lain-lain 2,00%  Anak SD lebih sering mengakses informasi/berita melalui media televisi 3. Alasan memilih jenis media Alasan Persen Kemudahan akses 41,30% Tidak ada alasan 23,00% Informasi lengkap 21,50% Fitur yang menarik 8,10% Lainnya 6,10% 4. Durasi menggunakan internet 5. Waktu Persen 3 – 5 jam 34,10% < 2 jam 32,40% 6 – 8 jam 19,30%



> 12 Jam 7,30% 9 – 11 jam 6,90% 6. Situs atau aplikasi yang paling sering diakses (berdasarkan platform dari situs tersebut) Situs/Apps Instagram Line Google Youtube Lainnya Facebook BBM Whatsapp 7. Pilihan siaran televisi yang ditonton



Persen 54,20% 45,40% 42,10% 39,40% 36,70% 23,70% 14,20% 11,70%



Siaran Persen Film kartun/Animasi 34,60% Sinetron 34,10% Berita 13,50% Musik 12,50% Lainnya 5,30% Rata-rata Generasi Z menghabiskan waktunya untuk menonton televisi kurang dari dua jam per hari. Anak SMP menghabiskan 3-5 jam per hari untuk menonton televisi. Acara televisi kartun/animasi adalah acara yang paling sering ditonton. Responden dengan tingkat pendidikan SMA dan kuliah lebih memilih menonton sinetron/serial film di televisi.



C. OREIENTASI PEMBELAJARAN ABAD 21 Pada abad 21 pendidikan telah mengalami pergeseran atau perubahan paradigma pendidikan, yaitu: 1. 2. 3. 4.



dari belajar terminal ke belajar sepanjang hayat dari belajar terfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistik dari citra hubungan guru siswa yang konfrontatif ke citra hubungan kemitraan dari pengajar yang menekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke penekanan keseimbangan fokus pendidikan nilai,



5. dari kampanye melawan buta aksara ke kampanye melawan buat teknologi, budaya, dan komputer, 6. dari penampilan guru yang terisolasi ke penampilan dalam tim kerja, 7. dari konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke orientasi kerja sama. Tiga konsep pendidikan abad 21 telah diadaptasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk mengembangkan kurikulum baru untuk Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ketiga konsep tersebut adalah 21st Century Skills (Trilling dan Fadel, 2009), scientific approach (Dyer, et al., 2009) dan authentic assesment (Wiggins dan McTighe, 2011); Ormiston, 2011; Aitken dan Pungur, 1996; Costa dan Kallick, 1992). Selanjutnya, tiga konsep tersebut diadaptasi untuk mengembangkan pendidikan menuju Indonesia Kreatif tahun 2045. Adaptasi dilakukan untuk mencapai kesesuaian konsep dengan kapasitas peserta didik dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikannya. 1. Keterampilan dan Pengetahuan Abad 21 (21st Century Skills) Skema ini menyajikan pandangan menyeluruh tentang keterampilan dan pengetahuan peserta didik abad ke-21. Ada tiga subjek inti pendidikan abad 21, yaitu: 1) Life and Career Skills, 2) Learning and innovations Skills – 4Cs, 3) Information, Median and Technologi Skills. a. Life and Career Skills Life and Career skills (keterampilan hidup dan berkarir), meliputi: 1) Fleksibilitas dan adaptabilitas Peserta didik memiliki kemampuan mengadaptasi perubahan dan fleksibel dalam belajar dan berkegiatan dalam kelompok 2) Memiliki inisiatif dan dapat mengatur diri sendiri Peserta didik memiliki kemampuan mengelola tujuan dan waktu, bekerja secara independen dan menjadi peserta didik yang dapat mengatur diri sendiri. 3) Interaksi sosial dan antar-budaya Peserta didik memiliki kemampuan berinteraksi dan bekerja secara efektif dengan kelompok yang beragam. 4) Produktivitas dan akuntabilitas Peserta didik mampu mengelola projek dan menghasilkan produk. 5) Kepemimpinan dan tanggungjawab Peserta didik mampu memimpin teman-temannya dan bertanggungjawab kepada masyarakat luas.



b. Learning and Innovation Skills Learning and innovation skills (keterampilan belajar dan berinovasi) meliputi: 1) Berpikir kritis dan mengatasi masalah Peserta didik mampu mengunakan berbagai alasan (reason) seperti induktif atau deduktif untuk berbagai situasi; menggunaan cara berpikir sistem; membuat keputusan dan mengatasi masalah 2) Komunikasi dan kolaborasi Peserta didik mampu berkomunikasi dengan jelas dan melakukan kolaborasi dengan anggota kelompok lainnya. 3) Kreativitas dan inovasi Peserta didik mampu berpikir kreatif, bekerja secara kreatif c. Information Media and Technology Skills keterampilan teknologi dan media informasi (Information media and technology skills), meliputi: 1) Literasi informasi Peserta didik mampu mengakses informasi secara efektif (sumber nformasi) dan efisien (waktunya); mengevaluasi informasi yang akan digunakan secara kritis dan kompeten; mengunakan dan mengelola informasi secara akurat dan efektf untuk mengatasi masalah. 2) Literasi media Peserta didik mampu memilih dan mengembangkan media yang digunakan untuk berkomunikasi. 3) Literasi ICT Peserta didik mampu menganalisis media informasi; dan menciptakan media yang sesuai untuk melakukan komunikasi. Pengembangan pendukung pencapaian konsep pendidikan abad 21 tersebut di atas dikembangan framework seperti pada gambar 2.2. berikut ini. Unsur-unsur atau sistem yang diperlukan untuk memastikan kekeberhasilan penguasaan konsep pendidikan dan keterampilan pengetahuan abad 21, yaitu: 1) Standarisasi penilaian Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. 2) Kurikulum,



Kurikulum pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang diberikan kepada anak didik, karena kurikulum merupakan alat antuk mencapai tujuan, maka kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. 3) Pengembangan profesionalisme pendidik Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) adalah untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah/madrasah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Sedangkan secara khusus tujuan pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah sebagai berikut; a) Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku. b) Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk memfasilitasi proses pembelajaran peserta didik. c) Meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional. d) Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru. e) Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat. f) Menunjang pengembangan karir guru 4) Pembelajaran inovatif Pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru atau instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu menfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar. Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. “Learning is fun” merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan. Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan diri pada paradigma konstruktivistik. 2. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) Pendekatan saintifik diadaptasi dari konsep Inovator’s DNA (Dyer, et al., 2009). Pendekatan saintifik yang digunakan dalam pembelajaran dikemas secara berurutan,



menjadi (1) mengamati (observing), (2) menanya (questioning), (3) menalar (associating), (4) mencoba (experimenting) dan (5) membuat jejaring (networking). Tabel Pendekatan saintifik dalam sistem pembelajaran LANGKAH PEMBELAJARA N Mengamati Menanya



KEGIATAN BELAJAR Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)



KOMPETENSI YANG DIKEMBANGKAN Melatih kesungguhan, mencari informasi



ketelitian,



Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat



Mengumpulkan informasi/ eksperimen



melakukan eksperimen membaca sumber lain selain buku teks mengamati objek/ kejadian/aktivitas wawancara dengan nara sumber



Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.



Mengasosiasikan / mengolah informasi



mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan



Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir KOMPETENSI YANG DIKEMBANGKAN



LANGKAH PEMBELAJARA N



KEGIATAN BELAJAR



Mengkomunika s ikan



mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan



induktif serta menyimpulkan .



deduktif



dalam



Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya



Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.



3. Penilaian Autentik (Authentic Assesment) Salah satu konsep pada kurikulum 2013 sebagai akibat perubahan kurikulum tersebut adalah penilaian autentik (Authentic Assessment). Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah. Berikut ini jenis-jenis penilaian autentik: 1) Penilaian Kinerja Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsurunsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya



2) Penilaian Proyek Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. 3) Penilaian Portofolio Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi. 4) Penilaian Tertulis Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.