Tari Erai-Erai, Tari Tradisional Khas Kabupaten Lahat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KARYA TULIS ILMIAH TARI ERAI-ERAI, TARI TRADISIONAL DARI KABUPATEN LAHAT



Disusun Oleh



: Celine Niria Dikhaputri Dazza



Guru Pembibing



: 1. Sri Hastuti, S.Pd 2. Mutiara Kencana Dewi, S. Pd



PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DINAS PENDIDIKAN SMA UNGGUL NEGERI 4 LAHAT Akreditasi A Jl. Raya Tanjung Payang, Kec. Lahat Selatan, Telp. (Kntr/Fax) 0731-326660 Website : www.sman4lahat.sch.id Email : [email protected]



KATA PENGANTAR



Puji syukur selalu dihaturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat dan hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Tari Erai-erai, Tari Tradisional Kabupaten Lahat” dengan baik. Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ini baik dari bahasa, susunan kalimat, maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima segala kritik dan saran yang membantu agar karya ini bisa menjadi lebih baik. Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga karya ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat untuk masyarakat luas dan menjadi pengingat bagi seluruh masyarakat agar dapat terus melesarikan kebudayaan dan tradisi yang ada. Lahat, ahvuabiaondso 2019 Penulis



i



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI .......................................................................................................... i DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ii KATA PENGANTAR ............................................................................................iii BAB I



PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 3 1.3. Tujuan Penelitian............................................................................. 3 1.4. Manfaat Penelitian........................................................................... 4



BAB II



PEMBAHASAN ................................................................................... 5 2.1. Sejarah Tari Erai-erai ...................................................................... 5 2.2. Perkembangan Tari Erai-erai .......................................................... 6 2.3. Fungsi Tari Erai-erai ....................................................................... 9



BAB III PENUTUP ........................................................................................... 11 3.1. Kesimpulan ................................................................................... 11 3.2. Saran ............................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................14



ii



DAFTAR GAMBAR



Gambar 1. Tari Erai-erai Muda-mudi ..............................................................14



iii



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Manusia telah mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya, dari zaman purbakala sampai dengan zaman sekarang. Peradaban



manusia



telah



mengalami



kemajuan



sampai



sekarang.



Perkembangan manusia pun semakin barkembang pesat. Perkembangan itu membawa perubahan-perubahan besar pada kehidupan manusia. Indonesia pada saat ini, sudah mulai mengikuti perkembangan dunia. Hal ini dapat disebut bahwa Indonesia mengalami proses globalisasi. Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, bentuk interaksi, bahkan penyesuaian budaya antar negara. Globalisasi secara fisik ditandai dengan perkembangan kota-kota yang menjadi bagian dari jaringan kota dunia. Hal ini dapat dilihat dari infrastruktur telekomunikasi, jaringan transportasi, perusahaan-perusahaan berskala internasional serta cabang-cabangnya. Namun, era globalisasi dihadapkan oleh persoalan pokok yaitu persoalan budaya. Pada satu sisi kita dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman dan di sisi lain kita harus tetap melestarikan kebudayaan dan tradisi yang telah ada. Era globalisasi juga melahirkan integrasi budaya antar negara. Indonesia menjadi salah satu negara yang mendapatkan dampak dari globalisasi tersebut. Namun masuknya budaya luar ke Indonesia menjadikan



1



pemuda-pemudi Indonesia jauh dari nilai-nilai tradisi dan kebudayaan Indonesia itu sendiri. Menurut (Sulasman dan Gumilar, 2013: 19), kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pemuda-pemudi Indonesia yang menyadari adanya pergeseran budaya dari dampak globalisasi menyerap budaya luar tanpa adanya penyaringan terlebih dahulu. Hal inilah yang menyebabkan terlupakannya kebudayaan dan tradisi dari bangsa sendiri. Menurut Selo Soemardjan melalui (Soekanto, 2007: 263), perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan mempengaruhi sistem sosialnya yaitu nilai-nilai, sikap, pola prilaku kelompok, dan struktur dalam masyarakat. Pemuda-pemudi sekarang lebih mengenal tarian, lagu-lagu, dan kebudayaan dari luar negeri dibandingkan tarian, lagu-lagu, dan kebudayaan dari Indonesia. Contoh fenomena yang terkenal di kalangan remaja adalah budaya K-Pop dan budaya barat. Budaya luar yang mulai menjiwa pada remaja, menjadikan para remaja tersebut lupa bahkan merasa tidak peduli dengan nilai-nilai kebudayaan, tradisi, dan kesenian yang ada. Kesenian memiliki kaitan yang erat dengan kepercayaan masyarakat. Kesenian sebagai bentuk ekspresi budaya masyarakat yang mempunyai fungsi yang beragam sesuai dengan kepentingan dan keadaan masyarakatnya. Kesenian melahirkan sebuah karya cipta dalam berbagai kategori seperti: rupa, musik, tari, sastra, dan teater. Tari ini tumbuh dan berkembang di



2



seluruh Indonesia yang berarti tari juga termasuk sebagai warisan budaya yang seharusnya tetap lestari. Salah satu tari tradisional Indonesia adalah Tari Erai-erai yang berasal dari Kota Lahat, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Tari Erai-erai merupakan tari pergaulan yang hidup dan berkembang pada masyarakat Kota Lahat yang diterima dan diakui oleh masyarakat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. Menghadapi fakta bahwa kebudayaan, tradisi, dan kesenian di Indonesia yang mulai terlupakan serta kurangnya minat anak muda terhadap budaya daerah membuat penulis merasa bahwa perluasan dan pengenalan budaya memang sudah seharusnya dilakukan untuk mencegah hilangnya kebudayaan dan tradisi yang telah ada. Oleh karena itu, Karya Tulis Ilmiah ini dibuat dengan tujuan agar menginspirasi sekaligus mengingatkan tentang adanya “genting budaya” terhadap kebudayaan, tradisi, dan kesenian yang ada di Indonesia. Karya Tulis Ilmiah ini dibuat dengan harapan semoga masyarakat luas dapat lebih mengenal dan mempunyai minat terhadap budaya yang mulai luntur. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Bagaimana sejarah Tari Erai-erai di Kabupaten Lahat? 1.2.2. Bagaimana perkembangan Tari Erai-erai di Kabupaten Lahat? 1.2.3. Apa saja fungsi Tari Erai-erai di Kabupaten Lahat? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Untuk mengetahui sejarah Tari Erai-erai di Kabupaten Lahat.



3



1.3.2. Untuk mengetahui perkembangan Tari Erai-erai di Kabupaten Lahat. 1.3.3. Untuk mengetahui fungsi Tari Erai-erai di Kabupaten Lahat. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memperbanyak kajian atas kesenian tradisional di Indonesia khususnya di Kota Lahat, Kabupaten Lahat Sumatera Selatan serta turut andil dalam pelaksanaan peningkatan wawasan, kualitas, dan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan. Mengenalkan Tari Erai-erai dengan cakupan yang lebih luas sehingga bisa dikenal oleh masyarakat banyak.



4



BAB II PEMBAHASAN



2.1. Sejarah Tari Erai-erai Serumpun erai, sebuah istilah yang diambil dari bahasa daerah yang artinya walaupun bermacam-macam desa tetapi tetap memiliki budaya yang sama. Kata erai - erai



berasal dari bunyian air yang tersapu dedaunan



sehingga menimbulkan bunyi. Menurut folklor yang ada, di sebuah desa yang ada di pinggir Sungai Lematang, hiduplah suami istri yang memiliki dua anak yang memiliki penyakit langka. Menjelang dewasa, kedua anak tersebut meninggal sehingga menyebabkan kedua orangtuanya mengalami duka yang mendalam. Suatu malam saat bulan purnama duduklah sang ibu di pinggir Sungai Lematang. Tiba-tiba datanglah sekelompok bidadari yang turun dari langit dan menari-nari di atas pohon. Tanpa disadari sang ibu mengikuti gerakan dari sekelompok bidadari tersebut. Menurut yang dilihatnya, ia melihat ada seorang bidadari yang terlihat seperti anak gadisnya yang telah meninggal. Kejadian ini terus berulang setiap malamnya. Setiap akhir dari pertemuan mereka setiap malam, ia selalu merasa sedih dan merindu dengan anak-anaknya. Dalam kesedihannya, ia mendengar suara daun-daun yang tersapu oleh air sungai yang menghasilkan suara eraerai. Akhir dari setiap pertemuan saat malam, ia selalu merasa sedih dan kehilangan. Dalam kebingungannya ia mendengar suara daun-daun yang



5



tersapu oleh air sungai sehingga menimbulkan bunyi erai-erai. Menurut warga daerah sekitar, suara itulah yang menyebabkan tarian ini dinamakan Tari Erai-erai. 2.2. Perkembangan Tari Erai-erai Pada



awal



tahun



1926, Tari



Erai-erai



diciptakan.



Sebelum



diperkenalkan sebagai Tari Erai-erai, tari ini disebut dengan tari antan delapan. Pencipta tari ini adalah Bapak Mungkim yang saat itu berasal dari daerah Liot di Kecamatan Enim. Sebagai pencipta, Bapak Mungkim juga merangkap sebagai penari sekaligus pemain iringan musik untuk Tari Erai-erai. Pada saat itu, jumlah penari di tari ini belum dipastikan sehingga jumlah penarinya hanya disesuaikan dengan keadaan acara yang inign ditampilkan serta ukuran tempat pertunjukan. Sedangkan iringan musik dari tari ini menggunakan tanjidor dan biola. Pakaian dan riasan yang digunakan pada tari ini juga sangat sederhana. Kebaya kurung tradisional dan kain sarung menjadi pakaian yang digunakan oleh penari wanita. Riasan yang digunakan juga hanya bedak dan rambut yang dikuncir kuda kebelakang. Sedangkan penari pria menggunakan kain sarung dan baju koko tradisional dengan rambut yang disisir rapi tanpa riasan apapun. Tari ini tidak memiliki aturan yang baku untuk setiap gerakannya, hal inilah yang membuat masyarakat menaruh minat mereka terhadap tarian ini. Tempat pertunjukan tari rai-rai biasanya di panen raya, hajatan, syukuran,



6



pernikahan, dan HUT RI. Biasanya tari ini dipentaskan di tanah lapang, rumah warga, atau diatas panggung. Pada awalnya, tari ini hanya digunakan sebagai ajang pergaulan mada-mudi di desa. Namun berkembang menjadi pengikat hubungan kebersamaan antar daerah. Sayangnya pada tahun 1940, karena kesibukan masyarakat dalam bekerja, mereka tidak merasakan ketertarikan pada tarian ini. Masyakat cenderung lebih peduli untuk bekerja di sawah sebagai petani dan pberkebun pada pagi hari dan beristirahat pada malam hari. Kurangnya ketertarikan masyarakat pada tarian ini membuat Tari Erai-erai mengalami hiatus yang cukup lama. Pada tahun 1948, Kecamatan Merapi dan Kecamatan Kikim diperkenalkan Tari Erai-erai untuk pertama kali. Tarian ini disambut dengan baik oleh masyarakat setempat. Orang yang membawa tarian ini ke Kecamatan Merapi dan Kecamatan Kikim adalah murid dari Bapak Mungkim, yaitu Bapak Supardin. Tari ini dipertunjukkan secara berpasangan dengan jumlah maksimal enam atau delapan penari. 12 tahun selanjutnya, tepatnya pada tahun 1960, pemerintah mulai perhatian dengan tari ini. Pada tahun tersebut pula pemerintah memberikan pembinaan khusus untuk Tari Erai-erai. Tempat latihan, sarana, iringan musik, kostum, serta riasan juga difasilitasi oleh pemerintah. Tahun 1963, seorang penembang atau penyanyi ditambahkan dengan tugas menyanyikan syair lagu pantun. Pantun yang digunakan juga fleksibel, maksudnya pantun yang digunakan akan disesuaikan dengan acara yang



7



sedang dilaksanakan. Contohnya pantun jenaka akan digunakan di acara muda-mudi sedangkan pantun nasihat akan digunakan pada saat acara khinatan atau pernikahan. Sesudah adanya perhatian dari pemerintah, Kostum dan Riasan yang digunakan mulai memperlihatkan nilai keindahan di penampilannya. Penari wanita menggunakan kebaya yang sudah diseragamkan warnanya. Riasan penari wanita juga ditambahkan seperti anting-anting dan ronce bunga melati sedangkan rambutnya sudah tidak dikncir kuda lahi melaikan sudah disanggul dengan rapi. Kostum penari putra menggunakan baju koko, celana panjang, kain semi songket dan tanjak untuk hias kepala. Tahun 2000, tempat pementasan Tari Erai-erai juga mulai bervariasi. Tari ini mulai dipentaskan di gedung-gedung dan panggung-panggung megah. Minat yang besar dari masyarakat juga dukungan dari pemerintah membuat tarian ini menjadi tarian yang digemari di Kabupaten Lahat. Pada tahun 2000 keatas, tari era-erai menjadi tarian yang sangat diminati masyarakat. Perkembangan tari ini mengalami perkembangan yang sangat drastis. Hal yang membuktikan hal ini adalah digunakannya Tari Eraierai sebagai tolak ukur lulusnya ujian praktik pada mata pelajaran seni budaya pada tingkat sekolah di sekolah dasar di Kabupaten Lahat. Tempat pertunjukan sudah bervariasi yaitu di sesuaikan dengan acara dan tempat pementasan. Pada acara hiburan seperti pernikahan dan hajatan menggunakan panggung pertunjukan dan panggung procerium dalam atau luar gedung. Dukungan dan minat masyarakat yang besar serta dapat diterima



8



dengan baik oleh masyarakat, menjadikan Tari Erai-erai sebagai salah satu tari tradisional kerakyatan Kabupaten Lahat dan menjadi identitas seni dan budaya khususnya seni tari. Tari Erai-erai ditampilkan untuk hiburan pada acara-acara tertentu seperti pernikahan, syukuran, dan pesta-pesta rakyat. Tari ini ditarikan secara kelompok dengan gerak lembut dan mengayun. Gerak tari yang selalu dimulai dari kanan menjadi ciri khas dari tari ini. 2.3. Fungsi Tari Erai-erai Setelah mendapat perhatian dari pemerintah yang memberikan pembinaan dan fasilitas untuk Tari Erai-erai, tari ini dapat berkembang baik hingga saat ini. Selain fungsi pergaulan dan tari hiburan, tari ini juga ditampilkan sebagai penyambutan tamu istimewa juga perayaan HUT RI maupun HUT Kabupaten Lahat. Berikut fungsi Tari Erai-erai di kehidupan masyarakat Kabupaten Lahat : 2.3.1. Fungsi sebagai tari komunikasi muda-mudi Kabupaten Lahat. Para muda-mudi di desa biasanya kan berkumpul pada malam sebelum pernikahan untuk berbalas pantun bersama. Bagi kaum muda, Tari Erai-erai kerap dijadikan sarana untuk berbalas pantun serta menganal satu sama lain.



9



Sumber : (Foto. Doc. SMA Unggul Negeri 4 Lahat. 2012)



Gambar 1. Tari Erai-erai Muda-mudi 2.3.2. Fungsi sebagai hiburan masyarakat. Dahulu jika rakyat sedang panen raya, masyarakat biasanya berkumpul membuat suatu acara untuk berbagi kebahagiaan dan kebersamaan. Sekarang, ini Tari Erai-erai biasa ditampilkan pada acara hiburan seperti penyambutan tamu, pernikahan, khitanan, dan lainnya 2.3.3. Fungsi sebagai pengikat persaudaraan dan kebersamaan masyarakat. Masyarakat Kabupaten Lahat yang memang gemar menjalin persaudaraan antar daerah menggunakan Tari Erai-erai sebagai alat berbagi kebahagiaan satu sama lain. Biasanya di desa yang masih menjalankan tradisi lama akan menampilkan Tari Erai-erai di perbatasan antar daerah dengan tujuan dapat menjalin hubungan yang kuat antar penduduk desa.



10



BAB III PENUTUP



3.1. Kesimpulan Nama Erai-erai diambil dari dedaunan yang tersapu oleh air di pinggir Sungai Lematang. Menurut kepercayaan masyarakat, ada seorang ibu yang kehilangan kedua anaknya yang meninggal akibat penyakit langka. Karena kesedihannya yang mendalam, sang ibu selalu termenung di pinggir Sungai Lematang di setiap malamnya. Suatu malam, ia melihat ada sekelompok bidadari yang turun dari langit sambil menari-nari. Ia melihat ada seorang bidadari yang mirip dengan anaknya yang sudah meninggal. Kejadian ini pun berulang setiap malamnya. Pada awal terciptanya Tari Erai-erai, tari ini hanya menjadi alat komunikasi bagi para muda-mudi di daerah Desa Liot. Namun tarian ini terus berkembang hingga luar daerah sehingga masyarakat menjadikan Tari Eraierai sebagai sarana komunikasi antar daerah. Sempat vakum beberapa waktu dikarenakan kesibukan masyarakat, ternyata tari ini kembali mendapatkan perhatian masyarakat pada tahun 1948. Pada tahun tersebut, Tari Erai-erai menjadi tari yang kembali diminati oleh masyarakat. Pada tahun 1960, pemerintah mulai memusatkan perhatian tehadap Tari Erai-erai dengan memberikan fasilitas seperti tempat pelatihan, atribut dan riasan penari, alat musik iringan tari, dan seorang panembang. Hingga sekarang, tarian ini menjadi salah satu tarian yang paling diminati di Kabupaten Lahat. Gerakan, atribut dan riasan, musik, dan lirik nyayian



11



iringan tari juga mengalami perkembangan yang cukup signifikan dibandingkan dengan awal dibuatnya tarian ini. Jika pada awal terciptanya Tari Erai-erai, tarian ini hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi para muda-mudi dan penghubung solidaritas antar daerah. Sekarang, tarian ini berfungsi sebagai sarana hiburan yang kerap dipentaskan di acara-acara tertentu seperti hajatan, pernikahan, khitanan, dan lain-lain. 3.2. Saran Tari Erai-erai merupakan salah satu tari tradisi yang dimiliki oleh masyarakat di Kabupaten Lahat, agar Tari Erai-erai tetap terus berkembang dan dapat terjaga keberadaanya, maka peneliti melakukan beberapa saran sebagai berikut: 3.2.1. Pembinaan Tari Erai-erai ke muda-mudi yang terus dilaksanakan dan dilakukan dan pembinaan terhadap guru-guru seni di sekolah yang ada di Kabupaten Lahat dan luar Kabupaten Lahat. 3.2.2. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas dan sarana yang ada demi mendukung perkembangan seni dan budaya di Kabupaten Lahat. 3.2.3. Menerbitkan buku, jurnal, makalah dan brosur yang isinya membahas kesenian di Kabupaten Lahat khususnya seni tari tradisional. 3.2.4. Penyelenggaraan festival tari daerah yang kemudian dikembangkan lagi menjadi festival kebudayaan daerah.



12



Walaupun dilakukan secara bertahap dan tidak sekaligus, diharapkan upaya-upaya ini dapat membantu untuk melestarikan budaya dan kesenian yang ada. Selain itu, diharapkan pula upaya-upaya tersebut dapat membantu perkembangan pendidikan seni dan budaya.



13



DAFTAR PUSTAKA



SMA Unggul Negeri 4 Lahat. 2012. Tim Kesenian SMA Negeri 4 Lahat di Ajang Festifal Tari Erai-erai dan Kreasi Kabupaten Lahat. Dikutip 27 Juni 2019 dari



http://sman4lahat.sch.id/tim-kesenian-sma-negeri-4-lahat-di-ajang-



festival-tari-erai-erai-dan-kreasi-kabupaten-lahat/ Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sulasman dan Gumilar, Setia. 2013. Teori-teori Kebudayaan Dari Teori Hingga Aplikasi. Bandung: CV Pustaka Setia.



14