Tarian Lahat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TARI GEGERIT, LAHAT Empat orang perempuan keluar panggung, mereka mengenakan baju adat Lahat berwara merah marun. Pada bagian bahunya terdapat kain songket yang menyerupai sayap. Sementara bagian kepala dihias dengan berbagai hiasan, seperti cempako, ayun-ayun, pilis, dan teratai. Mereka akan menarikan sebuah tari tradisional Lahat yang bernama tari gegerit. Tari Gegerit merupakan tari tradisional Lahat yang menceritakan tentang perjuangan kaum perempuan dalam menghadapi penjajahan. Secara etimologi, kata Gegerit dapat diartikan dengan lelah atau capek, atau sepadan artinya dengan kata kaku. Pengertian kaku mengacu pada gerakan tari gegerit yang cenderung patah-patah dan kaku. Hal tersebut tergambar dalam gerakan setengah jongkok sambil terus memainkan sayap-sayap pada bahu. Sang koreografer tari gegerit, Indra, ketika ditemui di sela-sela perhelatan besar Festival Sriwijaya 2014 mengungkapkan, tari tradisional gegerit merupakan tarian yang sejak dulu selalu ditarikan secara turun temurun oleh masyarakat Lahat. Namun, sekarang keberadaannya sudah hampir punah karena makin jarang orang yang mementaskan tarian ini. Meski demikian, beberapa tahun belakangan masih ada orang-orang yang peduli, yang mempelajari dan menggali tarian ini untuk dipentaskan kembali. Sebagai tarian tradisional, pementasan tari gegerit diiringi oleh musik tradisional yang didominasi oleh alat musik pukul, seperti, kenong, dol, dan gendang. Irama yang dihasilkan dari perpaduan alat musik tersebut cenderung motong dan menghentak. Hal tersebut disesuaikan dengan gerak tarian yang kaku dan patah-patah. Indra menambahkan, tari gegerit mengandung amanat yang dalam tentang perjuangan para perempuan Lahat dalam melawan penjajahan. Kandungan amanat tersebut tergambar dalam gerakan para penari ketika menggenggam kudok, senjata tradisional masyarakat Sumatera Selatan.



Amanat tersebut masih relevan dengan keadaan saat ini, dimana perempuan masih terkungkung oleh filsafat maskulinisme, sehingga menjadikannya sebagai makhluk inferior di masyarakat. Namun yang terpenting, tari gegerit juga mengamanatkan generasi muda tidak bisa diam-diam saja, tetap harus berjuang walau tidak dalam keadaan berperang. Perjuangan yang dimaksud adalah perjuangan melawan angkara murka yang ada di dalam diri.



TARI SIWAR, TANJUNG SAKTI



Salah satu sekian dari kekayaan budaya Kabupaten Lahat terutama dari Kecaamatan Tanjung Sakti, yang nyaris terlupa adalah Tari Adat Siwar. Tari ini dikenal di Tanjung Sakti merupakan tarian daerah asli besemah alias Kabupaten Lahat, termasuk tarian sakral yang melambangkan menaklukan penguasa yang sakti yang zalim dan sewenang-wenang. Dari cerita Sinopsis, pada zaman dahulu Siwar pertama kali digunakan untuk membunuh penguasa perguruan ilmu kesaktian kebatinan perguruan Aji Segeti, yaitu Tuan Remalun Cili, tapaknya Balai Agung di Tanjung Sakti di kenal dengan nama Tapak Tiang Enam sebagai salah satu bukti sejarah peninggalan zaman kerajaan dahulu kala. (sekarang di sebut batu tiang enam). Yang letaknya tidak jauh dari pusat kota Tanjung Sakti atau tepatnya di desa Pajar Bulan Kecamatan Tanjung Sakti Pumi. Adapun Tuan Melayu Mude, Tuan Putih Tangan, Tuan Abang Dai dan Ki Agung adaalah orang yang sangat terkenal pada zaman itu di perguruan tersebut. Pemimpinnya Remalun Cili adalah orang yang sangat sakti mandraguna, yang waktu itu tidak bisa mati dibunuh dengan senjata apapun, dan tidak mempan dibakar api. Karena kesaktianya tersebut Remalun Cili menjadi sangat terkenal di seluruh sentra pulau Sumatera. Pada akhir cerita sejarah diketahui bahwa Remalun Cili memiliki titik kelemahan yaitu terletak di lubang hidungnya. Jadi siapapun yang ingin membinasakan Remalun Cili harus bisa



mengetahui titik kelemahan tersebut. Di ketahui pada waktu itu terdapat orang yang mampu membinasakan Remalun Cili dengan menggunakan siwar dengan cara menghunus tepat pada lubang hidungnya. Setelah binasanya Remalun Cili dilakukan acara penobatan hulubalang pada zaman itu yaitu antara lain; Lemang Batu dari Besemah (Kabupaten Lahat), Rindang Papan dari Oki, Manuk mencur yang berasal dari Jambi dan Gereguk Betung yang berasal dari Lampung. Pada acara penobatan hulubang inilah pertama kali digelar tarian siwar yang dilakukan oleh wanita-wanita cantik dan sakti, yang melambangkan kemampuan hulubalang menumbangkan kekuasaan Remalun Cili yang zalim dengan senjata siwar. Yang juga melambangkan kehebatan wanita-wanita besemah tempo dulu.