TB Paru [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1 Pendahuluan Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu dunia paling mematikan penyakit menular. Pada tahun 2013, diperkirakan 9,0 juta orang mengembangkan TB dan 1,5 juta meninggal karena penyakit ini, 360 000 di antaranya adalah HIVpositif. TB secara perlahan menurun setiap tahun dan diperkirakan bahwa 37 juta kehidupan diselamatkan antara tahun 2000 dan 2013 melalui efektif diagnosis dan pengobatan. Namun, mengingat bahwa sebagian besar kematian dari TB dapat dicegah, angka kematian akibat penyakit ini masih sangat tinggi dan upaya untuk memerangi itu harus dipercepat jika target 2015 global, ditetapkan dalam konteks dari Millenium Development Goals (MDGs), yang harus dipenuhi1. TB hadir di semua wilayah dunia dan Global TB Report 2014 termasuk data yang dikumpulkan dari 202 negara dan wilayah. menunjukkan Laporan tahun ini total global yang lebih tinggi untuk kasus TB baru dan kematian pada tahun 2013 dari sebelumnya, mencerminkan penggunaan meningkat dan ditingkatkan data nasional1. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus tuberkulosis terjadi di Asia Tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus tuberkulosis di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk. Diperkirakan angka kematian akibat tuberkulosis adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat tuberkulosis terdapat di Asia Tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk.



1



Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus tuberkulosis yang muncul. Universitas Sumatera Utara Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus tuberkulosis setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru tuberkulosis dan sekitar 140.000 kematian akibat tuberkulosis. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia2. Menurut data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun)3.



1.2. Tujuan Penulisan tinjauan pustaka mengenai Tuberculosis ini bertujuan untuk meningkatkan



pengetahuan



penulis,



dan



pembaca



mengenai



penyakit



Tuberculosis. Bagaimana cara mendiagnosisnya sampai ke penatalaksanaannya.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Definisi Tuberkulosis paru adalah infeksi paru oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyebar ke segmen paru lain melalui bronki, atau ke organ lain melalui darah atau pembuluh getah bening3.



2.2 Etiologi Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri batang tipis lurus berukuran sekitar 0,4 x 3 µm. Mikobakterium tidak dapat diklasifikasikan menjadi grampositif atau gram-negatif. Basil tuberkulosis sejati ditandai dengan “tahan asam” yaitu, 95% etil alkohol mengandung 3% asam hidroklorat (asam-alkohol) dengan cepat menghilangkan warna semua bakteri kecuali mikobakterium. Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen digunakan untuk mengidentifikasi bakteri tahan asam. Pada sediaan apus sputum atau potongan jaringan, mikobakterium dapat ditunjukkan dengan fluoresensi kuning-oranye setelah pewarnaan dengan fluorokrom (misalnya, auramin, rodamin). Mikobakterium adalah aerob obligat dan mendapatkan energi dari oksidasi banyak komponen karbon sederhana. Waktu replikasi basilus tuberkulosis sekitar 18 jam dan berproliferasi dengan baik pada suhu ( 22-23 o C) 3. 2.3 Klasifikasi3,4 Kasus TB diklasifikasikan berdasarkan: a. Letak anatomi penyakit b. Hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi c. Riwayat pengobatan sebelumnya a. Berdasarkan letak anatomi penyakit 



Tuberkulosis paru



: TB yang mengenai parenkim paru.



3







TB ekstra paru



: TB yang mengenai organ lain selain paru



seperti pleura, kelenjar getah bening, abdomen, kulit, sendi, dan selaput otak. b. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi 1. Tuberkulosis paru BTA positif 



Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.







Spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada dan klinisi menunjukkan gambaran tuberkulosis.



2. Tuberkulosis paru BTA negatif 



Paling tidak 2 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.







Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.







Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.







Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan



c. Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu: 



Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).







Kasus



kambuh



(relaps)



Adalah



pasien



tuberkulosis



yang



sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tetapi kambuh lagi. 



Kasus setelah putus berobat (default ) Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.







Kasus setelah gagal (failure) Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.







Kasus lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, dalam kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien



4



dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan. 2.4 Faktor Resiko Faktor yang



mempengaruhi kemungkinan



seseorang menjadi pasien



tuberkulosis adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (cellular immunity) dan merupakan faktor risiko paling kuat bagi yang terinfeksi tuberkulosis untuk menjadi sakit tuberkulosis (tuberkulosis aktif). Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien tuberkulosis akan meningkat, dengan demikian penularan tuberkulosis di Universitas Sumatera Utara masyarakat akan meningkat pula. Riwayat alamiah pasien tuberkulosis yang tidak diobati juga merupakan faktor risiko (Depkes RI, 2011). Ada berbagai faktor risiko yang bisa menyebabkan penularan penyakit tuberkulosis, yaitu :3 1. Usia Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York pada panti penampungan



orang-orang



gelandangan



menunjukkan



bahwa



kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita tuberkulosis paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun. 2. Jenis kelamin Di benua Afrika pada tahun 1996 jumlah penderita tuberkulosis paru lakilaki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita tuberkulosis paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita. Tuberkulosis paru lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan



dengan



wanita



karena



laki-laki



sebagian



besar



5



mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya tuberkulosis paru. 3. Tingkat pendidikan Tingkat



pendidikan



seseorang



akan



mempengaruhi



terhadap



pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit tuberkulosis paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. 4. Kepadatan hunian kamar tidur Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Antara kelompok yang berisiko untuk Universitas Sumatera Utara menularkan penyakit tuberkulosis adalah pelajar-pelajar di asrama sekolah. 5. Kondisi rumah Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembangbiakan kuman. Lantai dan dinding yang sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium tuberculosis. 6. Keadaan sosial ekonomi Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan terkena infeksi tuberkulosis paru.



6



2.5 Patogenesis5 Tuberkulosis adalah



suatu pemyakit menular yang disebabkan oleh



kuman dari kelompok mycobacterium yaitu mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies mycobacterium, antara lain : M. Tuberculosis, M. Africanum, M. Bovis, M. Leprae, dsb yang dikenal juga sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok mycobaterium selain mycobacterium tuberculosis bisa menimbulkan



gangguan



pada



saluran



nafas



dikenal



sebagai



MOTT



(mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB. Untuk itu pemeriksaan bakteriologis yang mampu melakukan identifikasi terhadap mycobacterium tuberculosis menjadi sarana diagnosis ideal untuk TB. Secara umum sifat kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) antara lain adalah sebagai berikut : 



Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2-0,6 mikron.







Bersifat tahan asam dengan pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen.







Memerlukan biakan khusus untuk biakan, antara lain Loweinstein Jensen, Ogawa.







Kuman nampak berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah mikroskop.







Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama pada suhu antara 4ᵒC sampai minus 70ᵒC.







Kuman sangat peka terhadapa panas, sinar matahari, dan sinar ultraviolet.







Paparan langsung terhadap sinar ultraviolet, sebagian besar kuman akan mati dalam waktu beberapa menit.







Dalam dahak antara suhu antara 30-37ᵒC akan mati dalam waktu lebih kurang 1 minggu







Kuman dapat bersifat dormant (“tidur” / tidak berkembang).



7



2.6 Cara Penularan5 a. sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Namun, bukan berarti bahwa pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA negatif tidak mengandung kuman dalam dahaknya. Hal tersebut bisa saja terjadi oleh karena jumlah kuman yang terkandung dalam contoh uji ≤ dari 5.000 kuman/cc dahak sehingga sulit dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis langsung. b. Pasien TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto toraks positif adalah 17%. c. Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung percik renik dahak yang infeksius tersebut d. Pada waktu bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk dapat meghasilkan sekitar 3.000 percikan dahak. 2.7 Manifestasi Klinis6 a) Gejala sistemik/umum 



Penurunan nafsu makan dan berat badan.







Perasaan tidak enak (malaise), lemah.







Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.



b) Gejala khusus 



Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paruparu) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.







Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.



8



2.8 Pemeriksaan penunjang6 a. pemeriksaan dahak mikroskopis Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan sewaktupagisewaktu (SPS) . 1. S(sewaktu): Dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pada pagi hari kedua 2. P(pagi): Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas. 3. S(sewaktu): Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi hari. Pemeriksaan mikroskopisnya dapat dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan mikroskopis biasa di mana pewarnaannya dilakukan dengan Ziehl Nielsen dan pemeriksaan mikroskopis fluoresens di mana ` pewarnaannya dilakukan dengan auramin-rhodamin (khususnya untuk penapisan) .



3 kali positif atau dua kali positif, 1 kali negatif 1 kali positif, 2 kali negatif



BTA + Ulangi BTA 3 kali



Bila 1 kali positif, dua kali negatif



BTA +



Bila 3 kali negatif



BTA –



Tabel 2.1: Intepretasi hasil pemeriksaan Tb paru Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and lung Tuberculosis) yang merupakan rekomendasi dari WHO.



Tidak ditemukan BTA



Negatif



dalam 100 lapang pandang



9



Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang



Ditulis dalam jumlah kuman yang ditemukan



Ditemukan 10-99 BTA



+ (1+)



dalam 100 lapang pandang Ditemukan 1-10 BTA



++ (2+)



dalam 1 lapang pandang Ditemukan >10 BTA



+++ (3+)



dalam 1 lapang pandang Tabel 2.2: Interpretasi pemeriksaan mikroskopis Tb paru skalaUATLD b. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi ialah foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus dimana pada pemeriksaan sputum SPS positif, foto toraks tidak diperlukan lagi. Pada beberapa kasus dengan perlu dilakukan foto toraks bila: 



Curiga adanya komplikasi (misal : efusi pleura, pneumotoraks) o Hemoptisis berulang atau berat







Didapatkan hanya 1 spesimen BTA + hapusan positif Pemeriksaan foto toraks memberi gambaran bermacam-macam bentuk.



Gambaran radiologi yang dicurigai lesi Tb paru aktif : 



Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas dan segmen superior lobus bawah paru.







Kaviti terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan atau nodular.







Bayangan bercak milier.







Efusi Pleura



Gambaran radiologi yang dicrigai Tb paru inaktif: 



Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus atas dan atau segmen superior lobus bawah.







Penebalan pleura



10



c. Pemeriksaan darah Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukan indikator yang spe sifik untuk Tb paru. Laju Endap Darah ( LED ) jam pertama dan jam kedua dibutuhkan. Data ini dapat di pakai sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai keseimbang an penderita, sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai predeteksi tingkat penyembuhan penderi ta. Demikian pula kadar limfosit dapat menggambarkan daya tahan tubuh pende rita. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi LED yang normal juga tidak me nyingkirkan diagnosa TBC.



2.9 Diagnosis Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan melalui pemeriksaan gejala klinis, mikrobiologi, radiologi, dan patologi klinik. Pada program tuberkulosis nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama . Pemeriksaan lain seperti radiologi, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis tuberkulosis hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.



11



Gambar 2.1: Alur diagnostik 2.10 Penatalaksanaan4,6 Pengobatan



tuberkulosis



bertujuan



untuk



menyembuhkan



pasien,



mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Mikobakteri merupakan kuman tahan asam yang sifatnya berbeda dengan kuman lain karena tumbuhnya sangat lambat dan cepat sekali timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat. Umumnya antibiotika bekerja lebih aktif terhadap kuman yang cepat membelah



12



dibandingkan dengan kuman yang lambat membelah. Sifat lambat membelah yang dimiliki mikobakteri merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perkembangan penemuan obat antimikobakteri baru jauh lebih sulit dan lambat dibandingkan antibakteri lain. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: INH, Rifampisin, Streptomisin, Etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2): Kanamisin , Amikasin, Kuinolon.



Dosis yang dianjurkan Dosis obat (mg/kgBB/h ari)



Harian



Dosis (mg)/



Intermitten Dosis



Berat badan (kg)



(mg/kgBB (mg/kgBB/



Maks



/hari)



(mg)



60



kali)



R



08-12



10



10



600



300



450



600



H



4-6



5



10



300



150



300



450



Z



20-30



25



35



750



1000



1500



E



15-20



15



30



750



1000



1500



S



15-18



15



15



Sesu



750



1000



1000



ai BB Tabel 2.3: Dosis OAT Pengobatan Tb paru pada orang dewasa di bagi dalam beberapa kategori yaitu: 1. Kategori I: 2RHZE/4R3H3 Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada: 



Penderita baru TBC paru BTA positif/negatif.







Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.



2. Kategori II: 2RHZES/5R3H3E3 Diberikan kepada : 



Penderita kambuh.







Penderita gagal terapi.



13







Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.



3. Kategori III: 2RHZ/4R3H3 Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.



Kategori



I



Pengobatan



FASE INTENSIF



FASE



(AWAL)



LANJUTAN



Kasus baru BTA (-/+) dengan lesi paru maksimal



2RHZE (RH25)



4RH



4R3H3



5RHE



5R3H3E3



4RH



4R3H3



TB ekstraparu II



Kasus baru BTA (+)



2RHZES + 1RHZE



Kambuh, gagal, putus obat III



Kasus



baru



BTA



(-)



2RHZ



dengan lesi paru minimal Tabel 2.4: Kategori pengobatan 2.11 Efek Samping OAT4 Sebagian besar pasien Tb paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan.Efek samping yang terjadi dapat yaitu:



Obat Rifampisin



Efek samping Urin berwarna merah, kemerahan kulit, syok, purpura, mual, anoreksia, nyeri perut



Isoniazid



Rasa terbakar, kebas atau kesemutan pada



tangan



dan



kaki,



ikterik,



kemerahan pada kulit, mengantuk, tidak nafsu makan, mual dan nyeri perut



14



Pirazinamid



Nyeri sendi, kuning, tidak nafsu makan, mual dan nyeri perut



Etambutol



Gangguan penglihatan



Streptomisin



Gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan, penurunan jumlah urin, pusing (vertigo dan nistagmus)



Tabel 2.5: Efek samping OAT 2.12 Pengobatan Suportif/Simptomatis4 1. Pasien rawat jalan a. Pada pengobatan pasien TB perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat, pasien dapat dilakukan pengobatan rawat jalan. Selain OAT kadang perlu pengobatan tambahan atau suportif/symtomatis untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengarasi gejala/keluhan.Terdapat banyak bukti bahwa perjalanan klinis dan hasil akhir penyakit infeksi termasuk TB sangat dipengaruhi kondisi kurangnya nutrisi. Beberapa rekomendasi pemberian nutrisi untuk penderita TB: 



Pemberian makanan dalam jumlah porsi kecil diberikan 6 kali perhari







Bahan – bahan makanan rumah tangga mengandung ptotein dan kalori







Minimal 500-750 ml per hari susu atau yogurt yang dikonsumsi untuk mencukupi asupan vitamin D dan kalsium secara adekuat







Minimal 5-6 porsi buah dan sayuran dikonsumsi setiap hari







Sumber terbaik vitamin B6 adalah jamur, terigu, liver sereal, polong, kentang, pisang dan tepung haver







Alkohol harus dihindarkan karena hanya mengandung kalori tinggi, tidak memiliki vitamin juga dapat memperberat fungsi hepar







Menjaga asupan cairan yang adekuat (minum minimal 6-8 gelas per hari)



b. Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demam. c. Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi sesak nafas, gejala batuk, atau keluhan lain. 15



2. Pasien rawat inap Indikasi rawat inap,TB paru disertai keadaan atau komplikasi sebagai berikut: 



Batuk darah massif







Keadaan umum buruk







Pneumothoraks







Empiema







Efusi pleura masif atau bilateral







Sesak napas berat



TB diluar paru yang mengancam jiwa: 



TB paru milier







Meningitis TB



3. Indikasi operasi a. Indikasi mutlak 



Pasien batuk darah yang massif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif







Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif



b. indikasi relatif 



Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang







Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan







Sisa kavitas yang menetap



2.13 Evaluasi Pengobatan4 a. Evaluasi klinis 



Pasien dievaluasi secara periodic







Evaluasi terhadap respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada tidaknya komplikasi penyakit







Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan fisis



16



b. Evaluasi bakteriologi (0-2-6/8 bulan pengobatan 



Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak







Pemeriksaan dan evaluasi pemeriksaan makroskopis (sebelum pengobatan dimulai, 2 bulan setelah pengobatan/setelah fase intensif, pada akhir pengobatan







Bila ada fasilitas biakan, dilakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan



c. Evaluasi radiologi (0-2-6/8 bulan pengobatan) 



Sebelum pengobatan







Setelah dua bulan pengobatan







Pada akhir pengobatan



d. Evaluasi pasien yang telah sembuh Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh sebaiknya tetap dievaluasi minimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kekambuhan. Hal yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA dahak dan foto thoraks (sesuai indikasi atau bila ada gejala). 2.14 Mencegah Penularan7 a. Membuka jendela rumah untuk pencegahan penularan TB Paru dalam keluarga Membuka jendela rumah perlu dilakukan untuk membunuh kuman TBC. b. Menjemur kasur pasien TB Paru untuk pencegahan TB Paru dalam keluarga Menjemur kasur pasien penderita TB Paru perlu dilakukan untuk membunuh kuman TBC yang mungin tertinggal pada kasur. c. Menutup mulut saat batuk Agar saat batuk kuman TB tidak menyebar ke udara dan dapat menyebabkan penularan. d. Tempat khusus disediakan untuk pasien TB paru membuang dahak saat batuk Agar kuman TBC yang terkandung dalam dahak tidak tersebar dan mengakibatkan penularan ke anggota keluarga yang sehat. e. Imunisasi BCG Imunisasi BCG pada balita dapat mencegah penularan TB



17



BAB III KESIMPULAN



3.1 Kesimpulan Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu dunia paling mematikan penyakit menular. Tuberkulosis paru adalah infeksi paru oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyebar ke segmen paru lain melalui bronki, atau ke organ lain melalui darah atau pembuluh getah bening. sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Dengan melakukan pengobatan selama 6 bulan tanpa terputus. Untuk mencegah agar tidak terjadi penularan membuka jendela agar terjadi pertukaran udara, tutup mulut ketika batuk, menyediakan tempat membuang dahak.



18



DAFTAR PUSTAKA



1.



WHO.2014.



Global



Tuberculosis



Report.



Available



from:



http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/137094/1/9789241564809_eng.pdf 2. PDPI.2006. Tuberkulosis Pedoman dan Penatalaksanaan di Indonesia. Available from: http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html 3. Amir, Zainuddin. 2014. Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Sma Reguler AlAzhar Medan Tentang Penyakit Tuberkulosis Paru Pada Tahun 2013. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/39989 4. PDPI. 2011. Tuberkulosis Pedoman dan Penatalaksanaan di Indonesia. 5. Kemenkes RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Available from: http://spritia.or.id/dokumen/pedoman-tbnasional2014.pdf 6.



Wahyuningsih,



E.



2014.



Tuberculosis



Paru.



Available



from:



http://eprints.undip.ac.id/44615/3/2.pdf 7. Ali, Zulfikar. 2010. Upaya Keluarga dalam Pencegahan Penularan Tuberkulosis TB Paru ke Anggota Keluarga Lainnya di Wilayah Kerja Puskesmas



Sidorejo



Pagaralam.



Available



from:



http://eprints.unsri.ac.id/2889/1/JURNAL_JAJI_PSIKFK_UNSRI_journal_FKM.pdf



19