Tekanan Darah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TEKANAN DARAH



DOSEN PENGAMPU Dr. Risnah S.KM.S.Kep.,Ns.,M.Kes DISUSUN OLEH KELOMPOK : I (SATU) NAMA



NIM



KELAS



1. Intan 2. Shifa Chairunnisah Balqis



70300120001



Kep. A



3. Humaerah Nurazizah Ridwan



70300120002



Kep. A



4. Adelia Dewi Anugrah K.



70300120003



Kep. A



5. Andi Rifkah Sani



70300120004



Kep. A



6. Andini Nasrul



70300120005



Kep. A



7. Nurkhalishah



70300120006



Kep. A



8. Isma



70300120029



Kep. B



9. Melani Putri Faradillah



70300120030



Kep. B



10. Nurfadila



70300120031



Kep. B



11. Arlena Dwi Suci Aprilia



70300120032



Kep. B



12. Dini Desti Senstia



70300120033



Kep. B



13. Rizkya Dwi Septiany



70300120035



Kep. B



14. Umrah



70300120036



Kep. B



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR TAHUN AJARAN 2021/2022 i



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Selawat dan salam kita junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW.. Makalah yang berjudul “Tekanan Darah” Tidal Konsep ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dasar II. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun makalah menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini kami akui masih memiliki banyak kekurangan maka penyusun memohon untuk saran dan kritiknya.



Makassar, 23 April 2021



KELOMPOK 1



ii



DAFTAR ISI



JUDUL



i



KATA PENGANTAR



ii



DAFTAR ISI



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang



1



B. Rumusan Masalah



2



C. Tujuan Penulisan



2



BAB II PEMBAHASAN A. Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah



3



B. Tujuan Pengukuran Tekanan Darah



4



C. Fakor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah



5



D. Batasan Normal Tekanan Darah



7



E. Masalah yang Perlu Dikaji Pada Tekanan Darah (Normal atau Abnormal)



8



F. Prosedur Pengukuran Tekanan Darah Cara Palpasi



10



G. Prosedur Pengukuran Tekanan Darah Cara Auskultasi



12



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan



14



B. Saran



14



DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis di dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transportasi oksigen, karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya. Di lain pihak fungsi organ-organ tubuh akan mengalami gangguan seperti gangguan pada proses pembentukan air seni di dalam ginjal ataupun pembentukan cairan cerebrospinalis dan lainnya (Ibnu, 1996 dalam Anggara, 2013). Tekanan darah bervariasi karena dipengaruhi beberapa faktor yaitu usia, aktivitas fisik, dan perubahan posisi. Tekanan darah orang dewasa, 120/80 mmHg dianggap sebagai nilai yang normal. Nilai tekanan darah anak-anak lebih rendah daripada orang dewasa. Selain itu, faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan tekanan pada pembuluh darah adalah posisi tubuh. Perubahan tekanan darah pada posisi tubuh dipengaruhi oleh faktor gravitasi (Amiruddin, 2014). Pemeriksaan tekanan darah, selain hasil, sebaiknya dicantumkan pula posisi atau keadaan saat pemeriksaan, seperti tidur, duduk, berbaring atau menangis, sebab posisi posisi tersebut mempengaruhi hasil penilaian tekanan darah yang dilakukan (Hidayat, 2008). Pengukuran tekanan darah pada kaki/betis dilakukan ketika lengan atas tidak dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah, sehingga area betis dapat digunkan sebagai lokasi alternatif. Misalnya pada pasien dengan multipel trauma, lengan yang diamputasi, luka bakar, dan dengan pemasangan jalur intra vena (IV) yang banyak (multipel) seprrti pada pasien syok, lengan tidak tersedia untuk memonitor tekanan darah (Sareen, 2012). B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana mekanisme pengaturan tekanan darah ? 2. Apa saja tujuan pengukuran tekanan darah ? 3. Apa saja fakor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah ? 4. Bagaimana batasan normal tekanan darah ? 5. Apa saja masalah yang perlu dikaji pada tekanan darah (normal atau abnormal) ? 1



6. Bagaimana prosedur pengukuran tekanan darah cara palpasi ? 7. Bagaimana prosedur pengukuran tekanan darah cara auskultasi ? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui mekanisme pengaturan tekanan darah ? 2. Untuk mengetahui tujuan pengukuran tekanan darah ? 3. Untuk mengetahui fakor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah ? 4. Untuk mengetahui batasan normal tekanan darah ? 5. Untuk mengetahui masalah yang perlu dikaji pada tekanan darah (normal atau abnormal) ? 6. Untuk mengetahui prosedur pengukuran tekanan darah cara palpasi ? 7. Untuk mengetahui prosedur pengukuran tekanan darah cara auskultasi ?



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah Secara fisiologis, siatuasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatis berespon terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan



mengaktivasi



berbagai



organ dan otot



polos



yang berada



dibawah



pengendaliannya dengan meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil serta peningkatan tekanan darah. Sistem saraf simpatis juga memberikan sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epineprin dan norepineprin ke aliran darah (Astutik & Kurlinawati, 2017).



B. Tujuan Pengukuran Tekanan Darah Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis di dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transportasi oksigen, karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya. Di lain pihak fungsi organ-organ tubuh akan mengalami gangguan seperti gangguan pada proses pembentukan air seni di dalam ginjal ataupun pembentukan cairan cerebrospinalis dan lainnya. . Tes



tekanan



darah



adalah



pemeriksaan



dengan



alat



khusus



bernama



sphygmomanometer, yang bertujuan mengukur tekanan pada pembuluh darah arteri ketika jantung berdenyut. Tes ini biasanya dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan dokter rutin guna mendeteksi adanya tekanan darah tinggi (Hipertensi). Tekanan darah penting diperiksa karena kebanyakan pasien dengan tekanan darah tinggi maupun rendah tidak mengalami gejala apapun. Hipertensi dapat meningkatkan risiko penyakit serius, seperti serangan jantung dan stroke. Sementara tekanan darah rendah dan menyebabkan pusing dan pingsan pada beberapa pasien. C. Fakor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah



3



Perubahan tekanan darah sering mengakibatkan seseorang mengalami keluhan pusing, sakit kepala, leher terasa kaku, dan mata berkunang-kunang. Jelaslah hal tersebut mengganggu aktivitas seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Perubahan tekanan darah ada dua macam, yaitu tekanan darah tinggi (hipertensi) dan tekanan darah rendah (hipotensi). Hipertensi merupakan penyakit kronis (dalam jangka waktu lama). Seperti berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Malalo tercatat sekitar 60 orang mengalami hipertensi pada bulan Januari-Februari 2013 (Sasmalinda, Lusi. 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah adalah faktor Ras (keturunan), usia, jenis kelamin, stres fisik dan psikis, kegemukan (obesitas), pola makan tidak sehat, konsumsi garam yang tinggi, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol, konsumsi kafein, penyakit lain, dan merokok (Garnadi, Yudi. 2012). Usia. Normalnya tekanan darah seseorang bervariasi sepanjang hidup. Tekanan darah meningkat selama masa kanak-kanak. Mengevaluasi tingkat tekanan darah anak atau remaja berkaitan dengan ukuran tubuh dan usia. Tekanan darah pada bayi berkisar 65 hingga 115/43 hingga 80 mm Hg. TD normal untuk anak usia 7 tahun adalah 87 hingga 117/48 hingga 64 mm Hg. Anak-anak yang lebih besar ( lebih berat dan/atau lebih tinggi) memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada anak-anak yang lebih kecil pada usia yang sama. Selama masa remaja tekanan darah terus bervariasi sesuai dengan ukuran tubuh. Pada orang dewasa tekanan darah cenderung meningkat sesuai dengan usia. Tekanan darah optimal untuk orang dewasa usia menengah yang sehat kurang dari 120/80 mm Hg. Nilai 120 hingga 139 sistolik dan 80 hingga 89 diastolik mm Hg dianggap hipertensi. Dan pada lansia tekanan darah lebih besar dari 140/90 mm Hg didefinisikan sebagai hipertensi dan meningkatnya resiko penyakit terkait hipertensi. Stres fisik dan psikis. Kecemasan, ketakutan, rasa sakit, dan stres emosional menghasilkn stimulasi simpatis, yang meningkatkan nadi, curah jantung, dan tahanan vaskular. Kecemsan meningkatkan tekanan darah sebanyak 30 mm Hg. Ras (keturunan). Insiden hipertensi ( teknan darah tinggi pada orang afrika-Amerika lebih tinggi daripada orang Amerika Eropa. Orang Afrik-Amerika cenderung mengalami hipertensi yang lebih parah pada usia dini dan memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami komplikasi seperti stroke dan serangan jantung. Faktor genetik dan lingkungan sering menjadi faktor penyebab. Kematian terkait hipertensi juga lebih tinggi di antara orang Afrika-Amerika.



4



Jenis kelamin. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara klinis dalam tingkat tekanan darah antara anak laki-laki dan perempuan. Setelah pubertas anak laki-laki cenderung lebih memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada wanita. Setelah wanita menopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dengan usia yang sama. Variasi diurinal. Tekanan darah bervariasi sepanjang hari, dengan tekanan darah rendah saat tidur antara tengah malam dan 03:00 pagi. Antara pukul 03:00 pagi hingga 06:00 pagi pada kenaikan tekanan darah yang lambat dan stabil. Ketika seorang pasien terbangun, ada kenaikan pada pagi hari. Tertinggi pada siang hari antara 10:00 pagi dan 6 sore. Tidak ada dua orang yang memiliki pola tingkat variasi yang sama Obat-obatan. Beberapa obat secara langsung atau tidak langsung memengaruhi tekanan darah. Jenis obat lain yang memengaruhi tekanan darah adalah analgesik opioid, yang juga dapat menurunkan tekanan darah. Vasokonstriktor dan pemberian volume cairan intra vena yang berlebihan meningkatkan tekanan darah. Merokok. Merokok menyebabkan vasokonstrksi, penyempitan pembuluh darah. Tekanan darah meningkat ketika seseorang merokok dan kembali ke tekanan darah sebelumnya sekitar 15 menit setelah berhenti merokok. Agar perubahan tekanan darah tidak mempengaruhi fungsi organ tubuh, apalagi mengakibatkan kelumpuhan dan kematian, perlu diteliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan tekanan darah pasien. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, resiko berlanjutnya pada gangguan fungsi organ tubuh dapat berkurang. Sehingga, secara tidak langsung hal ini, juga dapat mengurangi resiko kematian dan kelumpuhan akibat hipertansi dan hipotensi. D. Batasan Normal Tekanan Darah Tekanan darah dewasa normal didefinisikan sebagai tekanan darah 120 mmHg untuk sistolik dan tekana darah 80 mmHg untuk diastolic. Ketika tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg, tekanan darah dianggap tinggi (Smeltzer, 2013). Tekanan darah rata-rata orang dewasa muda yang sehat (sekitar 20 tahun) adalah 120/80 mmHg. Nilai pertama (120) merupakan sistolik dan nilai kedua (80) merupakan tekanan darah diastolik. Untuk mengukur tekanan darah, dapat menggunakan sfigmomanometer yang ditempatkan di atas arteri brakialis pada lengan. Tekanan darah penting karena merupakan kekuatan pendorong bagi darah agar dapat beredar ke seluruh tubuh untuk memberikan darah segar yang mengandung oksigen dan nutrisi ke organ5



organ tubuh. Tekanan darah bervariasi untuk berbagai alasan, seperti usia, aktivitas fisik, dan perubahan posisi. Untuk orang dewasa, 120/80 mmHg dianggap sebagai nilai yang normal. Nilai tekanan darah anak-anak lebih rendah daripada orang dewasa. Tekanan darah anak didasarkan pada jenis kelamin, usia, dan tinggi. Pengukuran tekanan darah sistolik pada posisi duduk menunjukkan tekanan darah terendah 100 mmHg dan tertinggi 140,6 mmHg dengan nilai rata-rata 115,861±9,3039 mmHg sedangkan pada posisi berdiri menunjukkan tekanan darah terandah 96 mmHg dan tertinggi 131,3 mmHg dengan nilai rata-rata 110,324±9,1302 mmHg. Hasil tersebut menunjukkan terdapat perbedaan nilai tekanan darah sistolik pada posisi duduk dan posisi berdiri dimana perubahan yang erjadi ialah penurunan tekanan darah sistolik dari posisi duduk ke posisi berdiri. Pengukuran tekanan darah diastolik pada posisi duduk menunjukkan tekanan darah terendah 62 mmHg dan tertinggi 100,6 mmHg dengan nilai rata-rata 76,918±7,5981 mmHg sedangkan pada posisi berdiri menunjukkan tekanan darah erendah 60,6 mmHg dan tertinggi 98 mmHg dengan nilai rata-rata 75,233±7,3319 mmHg . Hasil tersebut menunjukkan terdapat perbedaan nilai tekanan darah diastolik pada posisi duduk dan posisi berdiri dimana perubahan yang terjadi ialah penurunan tekanan darah diastolik dari posisi duduk ke posisi berdiri. E. Masalah yang Perlu Dikaji Pada Tekanan Darah (Normal atau Abnormal) Hal-hal yang perlu dikaji pada tekanan darah yaitu : 1. Pengukuran Tekanan Darah Dilakukan untuk mendeteksi tekanan darah dengan intevral yang sering dan kemudian dilanjutkan dengan interval dengan jadwal yang rutin (Smeltzer &Bare, 2013). 2. Riwayat Riwayat yang lengkap harus diperoleh untuk mengkaji gejala yang menunjukkan apakah system tubuh lainnya telah terpengaruh oleh hipertensi. Meliputi tanda seperti: a. Perdarahan hidung b. Nyeri angina c. Napas pendek d. Perubahan tajam pandang e. Vertigo f. Sakit kepala (Nokturia) (Smeltzer & Bare, 2013) 3. Pemeriksaan Fisik 6



Pemeriksaan fisik juga harus memperhatikan kecepatan, irama dan karakter denyut apikal dan perifer untuk mendeteksi efek hipertensi terhadap jantung dan pembuluh darah perifer (Smeltzer &Bare, 2013). Pemeriksaan fisik menurut (Doenges, 2007) yaitu: a. Aktivitas atau istirahat Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea. b. Sirkulasi Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi serta perspirasi. Tanda : Kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakkan diagnostik). Hipotensi postural mungkin berhubungan dengan regimen obat. Nadi : Denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakhialis, denyut (popliteal, tibialis posterior, dan pedalis) tidak teraba atau lemah. Denyut apical



: PMI kemungkinan bergeser atau sangat kuat.



Frekuensi/irama



: Takikardia, sebagai disritmia.



Bunyi jantung



: Terdengar S2 pada dasar, S3 (CHF dini), S4 (pengerasan



ventrikel kiri/hipertropi ventrikel kiri).Murmur stenosis valvular. Desiran vaskular terdengar diatas karotis, femoralis, atau epigastrium (stenosis arteri). DVJ (distensi vena jugularis dan kongesti vena). Ekstremitas



: Perubahan warna kulit. Suhu dingin (vasokontriksi periver),



pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokontriksi). c. Integritas ego Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euporia, atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral).Faktor-faktor stres meliputi (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan). Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, dan peningkatan pola bicara. d. Eliminasi 7



Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu). e. Makanan/cairan Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur), gulagula yang berwarna hitam, dan kandungan tinggi kalori. 1) Mual dan muntah. 2) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/turun). 3) Riwayat penggunaan obat diuretik. Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu), kongesti vena, DVJ, dan glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik). f. Neurosensori Gejala : Keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam). g. Nyeri/ketidaknyamanan Gejala : Angina (penyakit arteri koroner atau keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada tungkai atau klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat, seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen atau massa. h. Pernapasan Secara umum gangguan ini berhubungan dengan efek kardiopulmonal tahap lanjut dari hipertensi menetap atau berat. Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea



nocturnal



paroksismal.Batuk



dengan



atau



tanpa



pembentukan



sputum.Riwayat merokok. Tanda : Distres respirasi atau penggunaan otot aksesori pernafasan. Bunyi napas tambahan (krakles/mengi), sianosis. i. Keamanan Keluhan : Gangguan koordinasi atau cara belajar. Gejala : Episode parestesia unilateral transient. Hipotensi potural. j. Pembelajaran atau penyuluhan



8



Gejala :Faktor-faktor resiko keluarga seperti hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes mellitus, dan penyakit serebrovaskular atau ginjal. Penggunaan pil KB atau hormon lain dan penggunaan obat atau alkohol. F. Prosedur Pengukuran Tekanan Darah Cara Palpasi Tekanan sistolik ditentukan dengan cara memompa manset lengan dan kemudian membiarkan tekanan turun dan menentukan tekanan pada saat denyut radialis pertama kali teraba. Oleh karena kesulitan menentukan secara pasti kapan denyut pertama teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan diukur dengan metode auskultasi (Ganong WF, 2002). Kekurangan pada metode ini adalah tekanan diastolik yang tidak dapat diukur. Prosedurnya adalah sebagai berikut 1) Mencuci tangan 2) Menyiapkan tensimeter dan stetoskop.



https://jual-alkes.com/blog/cara-menggunakan-tensimeter-aneroid-tensi-manual 3) Posisi pasien boleh berbaring, duduk atau berdiri tergantung tujuan pemeriksaan. 4) Lengan dalam keadaan bebas dan rileks, bebas dari pakaian. 5) Pasang manometer pada lengan kanan/kiri atas, sekitar 3 cm diatas fossa cubiti (siku lengan bagian dalam). Jangan terlalu ketat atau terlalu longgar.



https://www.alodokter.com/seperti-ini-cara-membaca-hasil-pemeriksaan-tekanandarah 9



6) Carilah arteri brachialis/arteri radialis, biasanya terletak di sebelah medial tendo muskulusbiceps brachii. Untuk menentukan seberapa besar menaikkan tekanan pada cuff, perkirakan tekanan sistolik palpatoir dengan meraba arteri brachialis/arteri radialis dengan satu jari tangan sambil menaikkan tekanan pada cuff sampai nadi menjadi tak teraba, kemudian tambahkan 30 mmHg dari angka tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghindari ketidaknyamanan pasien dan untuk menghindari auscultatory gap.



http://news.unair.ac.id/2019/08/23/tekanan-darah-tinggi-pada-tikus-bunting/ 7) Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba.



https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20201013153453-255-557915/cara-dantahapan-mengukur-tekanan-darah 8) Setelah menaikkan tekanan cuff 30 mmHg tadi, longgarkan cuff sampai teraba denyutan arteri brachialis (tekanan sistolik palpatoir). Kemudian kendorkan tekanan secara komplit (deflate).



10



https://health.kompas.com/read/2016/05/17/134500323/Agar.Sehat.Rutinlah.Cek.Tek anan.Darah 9) Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba. Nilai ini menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi dan tak mungkin dengan cara ini menemukan tekanan diastolik 10) Catat hasil 11) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan G. Prosedur Pengukuran Tekanan Darah Cara Auskultasi Metode standar dalam pengukuran tekanan darah seseorang dengan metode auskultasi pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan oleh Korotkov pada tahun 1905. Metode auskultasi dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat. Adapun prosedurnya yaitu sebagai berikut : 1) Perawat meminta pasien berbaring istirahat minimal lima menit. 2) Letakkan lengan yang akan diukur tekanan darahnya di atas tempat tidur periksa/ di sisih tubuh dengan kedudukan volar (lengan kanan). 3) Pasang manset pada lengan kanan atas 3cm di atats fossa cubiti jangan terlalu ketat atau terlalu longgar



https://health.detik.com/ulasan-khas/d-2198881/periksa-tensi-darah-juga-bisadilakukan-sendiri-begini-caranya 4) Tentukan A. Brancialis secara palpasi pada fossa cubiti dan letakkan Bell Stetoscope di atas A. Brancialis tersebut.



11



http://sikkahoder.blogspot.com/2012/07/pemantauan-atau-monitoring-selama.html 5) Ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul di antara kedua kaput otot biseps.



https://glorya.co.id/cara-menggunakan-tensimeter-manual/ 6) Pompa udara ke dalam manset samapai tinggi air raksa dalm manometer 20mmHg lebih tinggi dari tekanan sistole cara palpasi.



https://www.rumahginjal.id/rumah-ginjal-bagaimana-mengukur-tekanan-darah 7) Keluarkan udara dalam manset secara perlahan-lahan dan berkesinambungan (dengan membuka kran pada pompa karet) serta catatlah tinggi air raksa pada manometer. 12



http://biologi-hayati.blogspot.com/2017/01/tekanan-darah.html 8) Pada saat pertama kali terdengar denyut arteri brancialis ( Korotkoffs sound I) ini sesuai dengan tekanan sistole. 9) Pada saat suara suara denyut arteri brancialis menghilang ( Korotkoffs sound V) ini sesuai dengan tekanan diastole.



BAB III PENUTUP 13



A. Kesimpulan Dari studi literatur yang dilakukan terhadap beberapa jurnal, diketahui bahwa pola makan dengan pemilihan makanan yang kurang tepat sangat berpengaruh terhadap penyakit hipertensi yang terjadi. Pola makan yang dapat mengakibatkan hipertensi adalah sering mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi natrium dan tinggi lemak Selain pola makan, stress juga berpengaruh terhadap hipertensi. Stress dapat mengakibatkan tekanan darah naik. Jika hal ini berlangsung terus menerus, maka dapat mengakibatkan hipertensi. B. Saran Hal yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi adalah memperbaiki pola makan menjadi lebih baik, seperti mengkonsumsi makanan seimbang, rutin mengkonsumsi buah dan sayur dan minum air putih sesuai kebutuhan dalam sehari. Selain pola makan, hal yang dapat dilakukan adalah mengendalikan pikiran agar dapat terhindar dari stress. Salah satu yang dapat dilakukan untuk mengendalikan pikiran adalah selalu berpikir positif dan rutin melakukan yoga atau meditasi untuk mengurangi tingkat stress.



DAFTAR PUSTAKA Anne Griffin Perry and Patricia A. Potter. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. (Alih bahasa: Novieastari, Kusman ibrahim, Deswani dan Sri ramdaniati). Jakarta: EGC. 14



Amiruddin Muh. A, Vennetia R. Danes., dan Fransiska Lintong (2015). Analisa Hasil Pengukuran Tekann Darah Antara Posisi Duduk Dan Posisi Berdiri Pada Mahasiswa Semester VII (Tujuh) TA. 2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik (eBm), 3, 125-129. Anggara Dwi, F H dan Prayitno N. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat. Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol 5/ No. 1 Doenges,M.E.2007.Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.ed.4.Jakarta:EGC Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya Malang. 2017. Buku Panduan Skill Lab Vital Sign FKG UB. Malang Garnadi, Yudi. 2012. Hidup Nyaman Dengan Hipertensi. Jakarta: AgroMedia Pustaka. http://repository.unimus.ac.id http://repository.unimus.ac.id/528/3/BAB%20II.pdf https://www.sehatq.com/tindakan-medis/tes-tekanan-darah Istiana, dian. Dewi, nur sukma. Fitri romadonika., dan Mita pusparini (2021). Pengaruh Terapi Sholat Dhuhah Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ilmiah Stikes YARSI Mataram (JISYM), 71, 8-14. Sasmalinda, Lusi. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tekanan Darah Pasien di Puskesmas Malalo Batipuh Selatan dengan Menggunakan Regresi Linier Berganda. Padang: UNP. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC. Suselo Heri Yuliana. 2018. Basic Physical Examination Tanda-tanda Vital. Surakarta : Fakultas Kedokteran



15



16