Telaah Kurikulum Riska (Buku) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan buku tentang perkembangan kurikulum. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Rosliana Siregar yang telah membimbing kami dalam mata kuliah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan buku ini banyak sekali kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun susunan penulisan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan untuk langkah-langkah selanjutnya. Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terkait dan membantu saya dalam menyelesaikan buku ini. Semoga segala bantuan, bimbingan dan arahan yang diberikan mendapat balasan dari Yang Mahakuasa.



Medan, 19 November 2019



1



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................................1 DAFTAR ISI.............................................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN………………..........................……………………………….......3 A. Pengertian Kurikulum…................................……………..…………………….……4 B. Konsep Dasar.................................................................................................................4 C. Jenis Kurikulum.............................................................................................................5 D. Perkembangan Kurikulum..............................................................................................7 BAB II PEMBAHASAN…….........................………………………………………….......15 A. Tujuan Pendidikan….........................………….............……………………………..15 B. Tujuan Kurikulum…….........................…………………………….…..........…..…...15 C. Tujuan Pembelajaran...................................................................…………….............16 BAB III MATERI PEMBELAJARAN……...........................…………………………….18 A. Kompetensi Inti…………………………..........................…………………..............18 B. Kompetensi Dasar dan Indikator……..........................................................................18 C. Peta Konsep..................................................................................................................21 D. Materi...........................................................................................................................22 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................



2



BAB 1 PENDAHULUAN Kurikulum di Indonesia mengalami 10 kali perubahan sesuai dengan kebijakan Menteri Pendidikan. Mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013 (10 kali perubahan). Perubahan kurikulum terjadi karena konsekuensi politik, sosial budaya, ekonomi, dan IPTEK dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu pancasila dan UUD 1945, perbedaannya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Dalam perjalanan sejarah sebelum kemerdekaan, kurikulum sering dijadikan alat politik oleh pemerintah.Misalnya, ketika Indonesia masih dibawah penjajahan Belanda, Jepang,



kurikulum



harus



disesuaikan



dengan



kepentingan



politik



kedua



Negara



tersebut.Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, kurikulum sekolah diubah dan disesuaikan dengan kepentingan politik bangsa Indonesia yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur bangsa sebagai cerminan masyarakat Indonesia. Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan adalah kurikulum pendidikannya.Karena pentingnya maka setiap kurun waktu tertentu kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan dimensi-dimensi baru.Pengembangan kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia.Ia sebagai instrument yang membantu praktisi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didikdan kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru melakukan tugasnya mengajar dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan atau perubahan kurikulum tidak pernah berhenti, ia merupakan proses yang berkelanjutan dan terus menerus sejalan dengan perkembangan dan tuntutan jaman dan perubahan yang terjadi didalam masyarakat.



3



A. Pengertian Kurikulum Secara umum, pengertian kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang terdiri dari program studi yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan, dimana di dalamnya terdapat rancangan pelajaran yang akan didapatkan oleh peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan. Pendapat lain mengatakan definisi kurikulum adalah suatu sistem rencana dan pengaturan isi dan bahan pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan kata lain, kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran yang terdapat pada suatu lembaga pendidikan untuk mengarahkan proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik dan teratur. 1. Menurut Dr.H.Nana Sudjana Tahun 2005 Kurikulum merupakan niat dan harapan yang dituangkan kedalam bentuk rencana maupun program pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah. Kurikuklum sebagai niat dan rencana,sedangkan pelaksanaannya adalah proses belajar mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu pendidik dan peserta didik. 2. Menurut Hilda Taba (1962) Kurikulum dianggap sebagai a plan of learning yang artinya bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh peserta didik 3. Menurut Saya Kurikulum merupakan ide yang dituangkan kedalam bentuk rencana yang tujuannya untuk diterapkan dan dipelajari kepada peserta didik. B. Konsep Dasar 1.



Kurikulum Sebagai Suatu Substansi Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-



murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum



4



dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.



2.



Kurikulum Sebagai Suatu Sistem Yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem



persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis. 3.



Kurikulum Sebagai Suatu Bidang Studi Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan



ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum. Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut untuk: (1) mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah teknis, (2) mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-pengetahuan baru, (3) melakukan penelitian



inferensial



dan



prediktif,



(4)



mengembangkan



subsubteori



kurikulum,



mengembangkan dan melaksanakan model-model kurikulum. Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum. Melalui pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi, sebagai sistem, maupun bidang studi kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan. C. Jenis Kurikulum 1. Terdokumentasi (Kurikulum Tertulis) Konsep kurikulum sebagai dokumen tertulis berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, serta munculnya berbagai aliran pendidikan. Perkembangan ini menimbulkan perbedaan pandangan para ahli kurikulum dalam mendefenisikan konsep kurikulum sebagai dokumen tertulis. Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Konsep kurikulum ini dikemukakan oleh Robert S.Zais (1976), yang mengatakan bahwa,“Curriculum 5



is a racecorse of subject matters to be mastered”. Meskipun anggapan ini telah ada sejak zaman kuno, namun pada keadaan tertentu pandangan ini masih dipakai sampai sekarang, sehingga masih banyak para guru jika ditanya tentang kurikulum, guru akan memberikan jawaban sekitar bidang studi. Mauritz Johnson (1977) mengatakan bahwa, kurikulum adalah a structured series of intended learning outcome. Kurikulum menurut Johnson berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa. Sedangkan menurut Beauchamp (1975),”A curriculum is a written document which may contain many ingredients,but basically it is aplan for the education of pupils during their enrollment in given school”. Beauchamp memberi penekanan bahwa kurikulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran. Pelaksanaan rencana itu sudah termasuk pengajaran. Hilda Taba (1962) mempunyai pandangan yang berbeda dari pendapat-pendapat lainnya. Perbedaan antara kurikulum dan pengajaran menurut Taba bukan terletak pada implementasinya, tetapi pada keluasaan cakupannya. Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan isi dan metoda yang lebih luas atau lebih umum, sedangkan yang lebih sempit dan lebih khusus menjadi tugas pengajaran. Sukmadinata (2001:5) menegaskan bahwa, terlepas dari pro dan kontra tentang konsep kurikulum, kurikulum itu adalah suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar. 2. Tidak Terdokumentasi (Kurikulum Tersembunyi) Zais (1976), berpandangan bahwa, kebaikan suatu kurikulum tidak dapat dinilai dari dokumen tertulisnya saja, melainkan harus dinilai dalam proses pelaksanaan fungsinya di dalam kelas. Karenanya, kurikulum bukan hanya merupakan dokumen tertulis bagi pengajaran saja, melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas, dan dapat memberikan pedoman dan mengatur lingkungan dan kegiatan belajar yang belajar di kelas. sedangkan kurikulum yang dioperasikan di kelas merupakan kurikulum fungsional (functioning, live or operative curriculum). Pandangan ini menekankan pada keharusan untuk menciptakan suasana dan kondisi belajar yang menunjukkan adanya implementasi hidden currikulum yang perlu ditampilkan guru di dalam kelas. Berbagai wujud implementasi hidden curriculum guru di dalam dan di luar kelas adalah pemberian contoh keteladanan dalam berbagai aspek, antara lain: sikap dan moral, cara berpakaian, tutur kata, pemberian pelayanan dan pengalaman, pelaksanaan ibadah, disiplin diri,tampilan diri, dan lain sebagainya. Caswel & Campbell (1935) dalam Sukmadinata (2001), mengatakan bahwa: curriculum..... to be composed of all the experience children have under the quidence of teachers. Menurut pandangan mereka, kurikulum itu berkenaan dengan pengalaman belajar. Pandangan semacam ini dipertegas oleh Ronald C. Doll (1974:22), yang mengatakan:“The commonly 6



accepted defenition of teh curriculum has changed from content of courses of study and list of subjects and courses to all experiences which are offeredto learners under the auspices or direction of the school Meskipun memiliki kemiripan, namun konsep kurikulum yang dikemukakan Doll tersebut telah mengalami perubahan penekanan. Perubahan penekanan yang terjadi tidak hanya dari segi isi ke proses saja, tetapi juga menunjukkan adanya perubahan lingkup dari yang sangat terbatas (sempit) kepada yang lebih luas. Menurut Doll kurikulum sebagai pemberian pengalaman kepada siswa, dapat diperoleh di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat bersama guru ataupun tanpa guru, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran ataupun tidak. Kurikulum tersembunyi sebagai suatu yang mengandung pendidikan dan pengajaran diwujudkan dalam bentuk pola-tindak orangorang di sekitar peserta didik yang bertujuan mempengaruhi tingkah lakunya, sehingga mereka mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya. Adanya perubahan tingkah laku yang terjadi di dalam diri peserta didik memungkinkannya untuk berfungsi secara sempurna dalam menjalani kehidupan di masyarakat. D. Perkembangan Kurikulum 1. Rencana Pelajaran 1947 Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah “leer plan”. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih besifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan Nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, dan garis-garis besar pengajaran. Rencana pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran, mengutamakan pendidikan watak, kesadaan bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. (Efendi, 2009:12)



7



2. Rencana Pelajaran Terurai 1952 Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Ciri kurikulum ini adalah setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya, cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklafikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. 3. Kurikulum 1968 Setelah tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rencana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulun ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, kaprigelan, dan jasmani. Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pambinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pembelajaran: kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.



8



4. Kurikulum 1975 Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Kurikulum ini dilatar belakangi oleh MBO (Mangement by Objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pembelajaran”, yaitu rencana pembelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, Tujuan Instuktuksionl Khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 menuai banyak kritik karena guru diminta menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. 5. Kurikulum 1984 Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaning (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta–sekarang Universitas Negeri Jakarta periode 1984-1992. Konsep CBSA yang baik secara teoritis dan terbukti hasilnya baik setelah di uji cobakan di sekolah-sekolah, tetapi mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Oleh sebab itu, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA dan melakukan penolakan. Terdapat banyak tempelan gambar dan yang terlihat guru mengajar tidak dengan menerapkan metode ceramah. Guru belum siap untuk mengembangkan pembelajaran dengan mengurangi penerapan metode ceramah dan menerapkan metode baru. 6. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999 Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Kurikulum ini mengombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara tujuan dan proses. Lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat dari muatan nasional



9



hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masingmasing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakan isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Sehingga, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Diikuti dengan rezim Soeharto pada 1998 dan kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menyempurnakan sejumlah materi. 6. Kurikulum 2004 Kurikulum 2004 dikenal dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasarkan kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Tetapi kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila terdapat target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa. Melalui uji coba di sejumlah sekolah di Pulau Jawa, kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK, hasilnya kurang memuaskan. Guru-guru belum paham apa sebenarnya kompetensi yang ingin dicapai dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. 7. KTSP 2006 Awal 2006 uji coba KBK dihentikan. Munculah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Penerapan KTSP masih tersendat, tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan Karangka Dasar (KD), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengembangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) di bawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. 8. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 merupakan hasil kajian dari kurikulum berbasis B u k u A j a r 8 kompetensi dan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pengembangan kurikulum 2013 dilakukan seiring dengan perkembangan zaman dan ada beberapa kelemahan dari KTSP 2006. Salah satu kelemahan KTSP 2006 adalah kurikulum belum mengembangkan 10



kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi dan tujuan pendidikan nasional. Adanya pola baru dalam mengembangkan kurikulum, pada kurikulum KBK 2004 dan KTSP 2006 kompetensi diturunkan dari mata pelajaran, sedangkan pada kurikulum 2013 mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Selain itu, kurikulum 2013 ini tidak jauh berbeda dengan KBK dan KTSP yaitu sama-sama berbasis kompetensi. Akan tetapi, bila kompetensi pada KBK dan KTSP terpisah antar mata pelajaran, sedangkan kompetensi pada kurikulum 2013 semua mata pelajaran diintegrasikan oleh kompetensi inti. Prinsip 1. Prinsip relevansi Dalam kasus bahasa inggris kata relevansi memiliki arti yakni, kedekatan hubungan apa yang terjadi. Relevansi dalam kurikulum diartikan sebagai kesesuaian dan keserasian antara kurikulum dengan tuntutan kehidupan masyarakat sebagai pemakai keluaran pendidikan. Prinsip ini dikategorikan menjadi relevan eksternal dan relevan internal. Relevan eksternal yaitu keluar, berarti kesesuaian kurikulum dengan dunia kerja atau jenjang pendidikan diatasnya. Relevan internal atau kedalam adalah kesesuaian antar komponenkomponen yang terstruktur dalam kurikulum itu sendiri seperti tujuan,isi,kegiatan belajar, dan evaluasi (Efendi,2009). 2. Prinsip fleksibilitas Kurikulum hendaknya dikembangkan secara lentur/tidak kaku. Kelenturan dalam bidang pendidikan dapat dibahas dari dua posisi yang berbeda, yaitu : (a)fleksibilitas sebagai suatu pemikiran kependidikan, dan (b) fleksbilitas sebagai kaidah dalam pengembang kurikulum (Hasan, 1992 dalam Efendi,2009). Keluwesan jenis pelaksanaan program (guru). Dalam



dimensi



proses,guru



harus



fleksibel



dalam



mengembangkan



program



pembelajaran,terutama pengguna strategi,pendekatan,metode,media pembelajaran,sumber belajar,dan teknisi penilaian. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang memberikan kebebasan gerak untuk bertindak sesuai dengan situasi dan kondisi suatu latar pembelajaran tanpa mengubah standar kompetensi, dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan 3. Prinsip kontinuitas (Kesinambungan) yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.



11



4. Prinsip efisiensi Efisiensi suatu kurikulum berkaitan dengan upaya peminimalan penggunaan dana, waktu, dan tenaga,tanpa mengurangi hasil atau tujuan yang dicapai (Efendi,2009). Prinsip efisien dalam pengembangan kurikulum tentu sulit digunakan bila dibandingkan dengan produk suatu perusahaan atau mesin. Kurikulum harus bisa diterapkan dalam praktik pendidikan, sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Pengembang kurikulum akan dipandu untuk memenuhi kriteria praktis. Salah satu kriteria praktis itu adalah efisien, maksudnya tidak mahal alias murah,tetapi bukan berarti murahan. Hal ini mengingat sumber daya pendidikan , seperti tenaga,dana,fasilitas,terutama di daerah yang sangat terbatas (Arifin,2014). 5. Prinsip efektivitas Walaupun kurikulum harus sederhana dan murah, tetapi keberhasilannya tetap harus diperlihatkan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitas mupun kualitas (Sukmadinata,2010). Efektivitas kurikulum berkenan dengan tingkat keterlaksanaan berbagai program kurikulum di lapangan dan tingkat ketercapaian tujuan yang diarapkan.Prinsip ini dapat ditijau dari dua dimensi yaitu proses dan produk. Dimensi proses mengacu pada keefektifan proses pembelajaran sebagai real curiculum (keefektifan guru mengajar dan keefektifan peserta didik belajar) Sedangkan dimensi produk mengacu pada hasil yang ingin dicapai (Arifin,2014)Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kurikulum 1. Perguruan Tinggi Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap kurikulum sekolah. Pertama, dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan diperguruan tinggi umum. Pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan media pendidikan.Kedua, dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK, seperti IKIP, FKIP, STKIP). Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya.Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah. Guru-guru yang mengajar pada berbagai jenjang dan jenis sekolah yang ada dewasa ni, umumnya disiapkan oleh LPTK 12



melalui berbagai program, yaitu program diploma dan sarjana. Pada Sekolah Dasar masih banyak guru berlatar belakang pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara berangsur-angsur mereka mengikuti peningkatan kompetensi dan kualifikasi pendidikan guru melalui program diploma dan sarjana. 2. Masyarakat Sekolah



merupakan



bagian



dari



masyarakat,



yang



diantaranya



bertugas



mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara bermatabat di masyarakat. Sebagai bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di tempat sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi masyarakat penggunanya serta upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan mereka.Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat yang homogen atau heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap dan melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarkat akan mempengaruhi pengembangan kurikulum. Hal ini karena sekolah tidak hanya sekedar mempersiapkan anak untuk selesai sekolah, tetapi juga untuk dapat hidup, bekerja, dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada di masyarakat berimplikasi pada kurikulum yang dikembangkan dan digunakan sekolah. 3. Sistem Nilai Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertangung jawab



dalam



pemeliharaan



dan



pewarisan



nilai-nilai



positif



yang



tumbuh



di



masyarakat.Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam kurikulum. Persoalannya bagi pengembang kurikulum ialah nilai yang ada di masyarakat itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen, terdiri dari berbagai kelompok etnis, kelompok vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, dan kelompok spritual keagamaan, yang masing-masing kelompok itu memiliki nilai khas dan tidak sama. Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politk, fisik, estetika, etika, religius, dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang berbeda. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi pebagai nilai yang tumbuh di masyarakat dalam kurikulum sekolah, diantaranya : 



Mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat







Berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral







Berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru 13







Menghargai nlai-nilai kelompok lain



14



BAB II KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN A.



Tujuan Pendidikan Tujuan adalah sesuatu yang akan dijangkau atau sasaran dari suatu aktifitas yang



sedang dilaksanakan. Sedangkan pendidikan adalah suatu proses dari serangkaian kegiatan pembelajaran yang konsisen dan berkesinambungan menuju kearah tujuan yang telah ditetapkan. Proses merupakan rangkaian perubahan yag berlangsung secara bertahap menuju kearah titik optimal dari proses tersebut. Dengan demikian, dafat didefenisikan tujuan pendidikan adalah seangkaian proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan menuju arah perubahan tingkah laku yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan kependidikan tidak sekaligus dapat direalisasikan dalam sekali,melainkan harus dicapai melalui tahap-tahap proses berjenjang atau bertingkat sejalan dengan tingkat perkembangan kemampuan psikologis dan fisiologis terdidik. Oleh sebab itu tujuan-tujuan pendidikan itu secara sadar dan sistematis perlu dirumuskan berdasarkan klarifikasi (taksonomi) dari tujuan yang paling sederhana sampai tujuan yang paling kompleks,atau dari yang paling umum (general) sampai yang paling khusus (spesifik) dan operasional. Tingkat-tingkat tujuan pendidikan itu meliputi: a. tujuan pendidikan nasional b. tujuan institusional c. tujuan kurikuler d. tujuan pembelajaran yang mencakup tujuan umum dan khusus B.



Tujuan Kurikulum Tujuan kurikulum adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu program studi,bidang



studi,dan suatu mata pelajaran,yang disusun berdasarkan tujuan institusional perumusan tujuan kurikulum berpedoman pada kategorisasi tujuan pendidikan/taksonomi tujuan, yang berkaitan dengan bidang-bidang studi bersangkutan. Selain itu perumusan tujuan kurikulum juga sangat terkait erat denga filsafat yang mendasari pengembangan suatu kurikulum. Misalnya jika suatu kurikulum yang dikembangkan menggunakan dasar filsafat klasik (perenialisme,essensialisme,eksistensialisme)



sebagai



pijakan



utamanya



maka



tujuan



kurikulum lebih banyak diarahkan pada pencapaian penguasaan materi dan cenderung menekankan pada upaya pengembangan aspek intelektual atau kognitif. Apabila kurikulum yang dikemangkan menggunakan filsafat progresivisme sebagai pijakan utamanya,maka 15



tujuan pendidikan lebih diarahkan pada proses pengembangan dan aktualisasi diri peserta didik dan lebih berorientasi pada upaya pengembangan aspek efektif. Pengembangan kurikulum dengan menggunakan filsafat rekonstruk-tivisme sebagai dasar utamanya, maka tujuan pendidikan banyak diarahkan pada upaya pemecahan masalah sosial yang krusial dan kemampuan bekerja sama. Sementara kurikum yang dikembangkan dengan menggunakan dasar filosofi teknologi pendidikan dan teori pendidikan teknologis, maka tujuan pendidikan lebih diarahkan pada pencapaian kompetensi. Untuk mengembangkan pendidikan dengan tantangan yang sangat kompleksboleh dikatakan hampir tidak mungkin untuk merumuskan tujuan-tujuan kurikulum dengan hanya berpegang pada satu filsafat,teori pendidikan atau model kurikulum tentu secara konsisten dan koefisien. C.



Tujuan Pembelajaran



Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang hendak dicapai setelah selesai diselenggarakannya suatu proses pembelajaran yang bertitik tolak pada perubahan tingkah laku siswa. Tujuan ini disusun berdasarkan tujuan kurikulum. Tujuan pembelajaran terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Kurikulum yang diberlakukan saat ini menggunakan istilah tujuan pembelajaran dengan sebutan standar kompetensi,kompetensi dasar, dan indikator. 1.



Standar Kompetensi (SK)







Penjabaran standar kompetensi lulusan (SKL)







Mengandung



struktur



perilaku



yang



masih



bersifat



(kognitif,efektif,psikomotorik) 



Mengandung materi pokok yang beragam



2.



Kompetensi Dasar (KD)







Penjabaran dari standar kompetensi







Mengandung 2 atau lebih unsur struktur perilaku







Mengandung 2 atau lebih matei pokok



INDIKATOR 



Penjabaran secara rinci KD







Mengandung habya satu unsur perilaku (spesifik)







Menggunakan kata operasional,terukur, dan dapat diamati







Mengandung komponen-komponen BCD



16



umum



dan



luas



B = Behavior yaitu perilaku spesifik yang akan dimunculkan oleh siswa setelah selesai proses belajarnya dalam pelajaran tersebut. Perilaku ini terdiri atas dua bagian penting, yaitu kata kerja dan objek. C = Condition yaitu keadaan atau dalam keadaan bagaimana siswa diharapkan mendemonstrasikan perilaku yang dikehendaki saat di tes D =



Degree tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai perilakutersebut.Tingkat



keberhasilan ditunjukkan dengan batas maksimal dari penampilan suatu perilaku yang dianggap dapat diterima



17



BAB III MATERI PEMBELAJAAN A. Kompetensi Inti  Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,konsepual,prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya ,teknologi,seni,budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,kebangsaan,kenegaraan,dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian.Serta menerapkan pengetahuan proseduralpada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.  Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkreat dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar dan indikator



Taksonomi Tujuan Pembelajaran KOMPETENSI



Kognitif



Afektif



Psikomotorik



DASAR 3.1Mendeskripsika 1. Siswa dapat



2.Memberikan



n dan menerapkan



mengingat apa itu



respon,yaitu siswa



kan spldv



konsep sistem



defenisi spldv



dapat menjawab soal



dalam



persamaan linier



2.memahami,



yang berkaitan



kehidupan



dan kuadrat dua



yaitu siswa dapat



dengan spldv



sehari-hari



variabel (SPLDV)



membedakan



dan memilih



antara persamaan



metode yang



umum spldv dan



efektif untuk



persamaan umum



menentukan



spldkv



himpunan



3.Siswa dapat



penyelesaiannya.



menerapkan



3.2 Menggunakan



bentuk umum ke



SPLDV untuk



soal spldv 18



1. Mempraktek



menyajikan



4.Siswa dapat



masalah



menganalisis atau



3.3. Membuat



menyelesaikan



model matematika



persoalan spldv melalui substitusi dan subtitusi dan grafik



19



Kompetensi Dasar



Tujuan Pembelajaran



Indikator



3.1 Mendeskripsikan dan



1.Siswa mampu



1. Membuat dan



menerapkan konsep sistem



menjelaskan Spldv



mendefenisikan bentuk



persamaan linier dua



2.Siswa mampu



dan spldv



variabel (SPLDV) dan



menyebutkan pengertian



2.Menunjukkan perbedaan



memilih metode yang



dan menentukan bentuk



persamaan linier dua



efektif untuk menentukan



umum dari spldv



variabel dengan spldv.



himpunan penyelesaiannya.



3.Siswa mampu



3. Menentukan



3.2 Menggunakan SPLDV



mengeliminasi dan



penyelesaian dari materi



untuk menyajikan masalah



mensubsitusi materi yang



spldv



3.3. Membuat model



diberikan



4.Menentukan



matematika



4.Siswa mampu



penyelesaian dari model



menentukan metode



matematikayang berupa



penyelesian spldv dan



spldv



penerapannya pada



5.Membuat model



masalah



matematika dari masalah sehari-hari dengan pemodelan sistem persamaan linear dua variabel 6. Menyelesaikan model matematika dari masalah sehari-hari dengan pemodelan spldv



20



Kompetensi Dasar



Materi Pokok



Uraian Materi



3.1 Mendeskripsikan SPLDV



Sifat Materi Prosedural



dan menerapkan konsep sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) dan memilih metode yang efektif untuk menentukan himpunan penyelesaiannya. 3.2 Menggunakan SPLDV untuk menyajikan masalah 3.3. Membuat model matematika



C. Peta Konsep



SPLDV



Bentuk



Metode



Bentuk Grafik



persamaan



Eliminasi



Penerapan SPLDV



Penyelesaian



Subtitusi



Campuran



21



Grafik



D. Materi Pengertian SPLDV SPLDV adalah suatu sistem persamaan atau bentuk relasi sama dengan dalam bentuk aljabar yang memiliki dua variabel dan berpangkat satu dan apabila digambarkan dalam sebuah grafik maka akan membentuk garis lurus. Dan karena hal ini lah maka persamaan ini di sebut dengan persamaan linier. Ciri – Ciri SPLDV 



Menggunakan relasi tanda sama dengan ( = )







Memiliki dua variabel







Kedua variabel tersebut memiliki derajat satu ( berpangkat satu )



Hal – hal Yang Berhubungan Dengan SPLDV  Suku Suku yaitu bagian dari suatu bentuk aljabar yang terdiri dari variabel, koefisien dan konstanta. Dan setiap suku di pisahkan dengan tanda baca penjumlahan ataupun pengurangan Contoh : 6x – y + 4 , maka suku – suku dari persamaan tersebut adalah 6x , -y dan 4  Variabel Variabel , yaitu peubah atau pengganti suatu bilangan yang biasanya dilambangkan dengan huruf seperti x dan y . Contoh : Mika memiliki 2 buah nanas dan 5 buah jeruk. Jika dituliskan dalam bentuk persamaan adalah 



Nanas = x







Jeruk = y







Persamannya adalah 2x + 5y



22



 Koefisien Koefisien yaitu suatu bilangan yang menyatakan banyaknya suatu jumlah variabel yang sejenis. Koefisien disebut juga dengan bilangan yang ada di depan variabel, karena penulisan sebuah persamaan koefifien berada di depan variabel Contoh : Mika memiliki 2 buah nanas dan 5 buah jeruk. Jika di tulis dalam bentuk persamaan adalah : Jawab : 



Nanas = x dan Jeruk = y







Persamannya adalah 2x + 5y







Dimana 2 dan 5 adalah koefisien. Dan 2 adalah koefisien x dan 5 adalah koefisien y



 Konstanta Konstanta yaitu bilangan yang tidak diikuti dengan variabel, maka nilainya tetap atau konstan untuk berapapun nilai perubahnya Contoh : 2x + 5y + 7 , dari persamaan tersebut konstanta adalah 7 , karena 7 nilainya tetap dan tidak terpengaruh dengan berapapun variabelnya Itulah beberapa hal yang berhubungan tentang bentuk umum spldv untuk kita pahami sebelum kita memahami tentang rumus spldv. Syarat Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dapat memiliki satu penyelesaian, yaitu : 



Ada lebih dari satu atau ada dua persamaan linier dua variabel sejenis







Persamaan linier dua variabel yang membentuk sistem persamaan linier dua variabel, bukan persamaan linier dua variabel yang sama



Jadi kedua syarat ini wajib bisa terpenuhi sebelum kita menghitung persamaan linier dua variabel.



23



Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Untuk menyelesaikan cara menghitung spldv (sistem persamaan linier dua variabel) maka dapat diselesaikan dengan 4 metode berikut ini : 1. Metode Substitusi 2. Metode Eliminasi 3. Metode Gabungan (Subsitusi dan Eliminasi) 4. Metode Grafik 1. Metode Eliminasi Pada metode eliminasi digunakan guna menentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel. Carangan yakni dengan cara menghilangkan atau mengeliminasi salah satu variabel dari sistem persamaan tersebut. Jika variabel dinyatakan dengan x dan y, untuk menentukan variabel x maka kita harus mengeliminasi variabel y terlebih dahulu, begitu juga sebaliknya. Coba perhatikan bahwa jika suatu koefisien dari salah satu variabel sama maka kita bisa mengeliminasi atau menghilangkan salah satu variabel tersebut. Untuk lebih jelasnya, kami berikan contoh permasalahan di bawah ini: 2. Metode Substitusi Metode Substitusi merupakan sebuah metode untuk menyelesaikan suatu sistem persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi. Yang mana kita akan menggunakan cara menyebutkan terlebih dahulu variabel yang satu ke dalam variabel yang lain dari suatu persamaan. Kemudian menyubstitusikan (menggantikan) variabel tersebt ke dalam persamaan yang lainnya. 3. Metode Gabungan Metode gabungan merupakan sebuah cara untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode gabungan. Di mana kita akan menggabungkan metode eliminasi dan substitusi. 4. Metode Grafik Penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode grafik dilakukan dengan cara menentukan koordinat titik potong dari kedua garis yang mewakili kedua persamaan linear.



24



Namun, sebelum menggunakan metode grafik ini, kalian perlu belajar bagaimana cara untuk menggambar garis pada persamaan linear terlebih dahulu. menggunakan metode grafik. Langkah 1: menggambar kedua grafik Menentukan titik potong pada kedua sumbu x dan y dari kedua persamaan tersebut. Contoh soal : Soal 1 : Dua tahun yang lalu seorang laki-laki umurnya 6 kali umur anaknya. 18 tahun kemudianumurnya akan menjadi dua kali umur anaknya. Carilah umut mereka sekarang! Misalkan umur ayah sekarang x tahun dan umur anaknya y yahun, maka: x - 2 = 6(y - 2) ⇔ x - 2 = 6y - 12 ⇔ x - 6y = -12 + 2 ⇔ x - 6y = -10 ..........(1)



18 tahun kemudian: x + 18 = 2(y + 18) ⇔ x + 18 = 2y + 36⇔ x - 2y = 36 - 18 ⇔ x - 2y = 18 ...........(2)



Eliminasi persamaan (1) dan (2) diperoleh: x - 6y = -10 x - 2y = 18 ⇔ -4y = -28 ⇔ y = -28/-4 ⇔y=7



Subtitusi nilai y = 7 ke persamaan (1) diperoleh: x - 2y = 18 ⇔ x - 2(7) = 18 ⇔ x - 14 = 18 ⇔ x = 18 + 14 ⇔ x = 32 25



Jadi, sekarang umur ayah 32 tahun dan anaknya berumur 7 tahun.



Soal 2 : Di dalam dompet Laras terdapat 25 lembar uang lima ribu rupiah dan 10 ribu rupiah. Jumlah uang itu adalah Rp200.000,00. Berapa jumlah uang itu masng-masing? Misalkan banyaknya uang sepuluh ribu rupiah adalah x lembar dan uang lima ribu rupiah adalah y lembar, maka : Banyak uang Laras 25 lembar x + y = 25 ..........(1)Jumlah uang Laras Rp200.000,00 10.000x + 5.000y = 200.000 2x + y = 40 .......(2)



Eliminasi persamaan (1) dan (2) diperoleh: x + y = 25 2x + y = 40 -x = -15 x = 15



Subtitusi nilai x = 15 ke persamaan (1): x + y = 25 15 + y = 25 y = 25 - 15 y = 10 Jadi: Jumlah uang sepuluh ribu rupiah = 15 x Rp10.000,00 = Rp150.000,00 Jumlah uang lima ribu rupiah = 10 x Rp5.000,00 = Rp50.000,00



26



RANGKUMAN pengertian kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang terdiri dari program studi yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan, dimana di dalamnya terdapat rancangan pelajaran yang akan didapatkan oleh peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan. Pendapat lain mengatakan definisi kurikulum adalah suatu sistem rencana dan pengaturan isi dan bahan pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan kata lain, kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran yang terdapat pada suatu lembaga pendidikan untuk mengarahkan proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik dan teratur. Kurikulum Sebagai Suatu Substansi, Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum Sebagai Suatu Sistem Yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. .Kurikulum Sebagai Suatu Bidang Studi Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan adalah sesuatu yang akan dijangkau atau sasaran dari suatu aktifitas yang sedang dilaksanakan. Sedangkan pendidikan adalah suatu proses dari serangkaian kegiatan pembelajaran yang konsisen dan berkesinambungan menuju kearah tujuan yang telah ditetapkan. Proses merupakan rangkaian perubahan yag berlangsung secara bertahap menuju kearah titik optimal dari proses tersebut. Dengan demikian, dafat didefenisikan tujuan pendidikan adalah seangkaian proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan menuju arah perubahan tingkah laku yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan kependidikan tidak sekaligus dapat direalisasikan dalam sekali,melainkan harus dicapai melalui tahap-tahap proses berjenjang atau bertingkat sejalan dengan tingkat perkembangan kemampuan psikologis dan fisiologis terdidik. Oleh sebab itu tujuan-tujuan pendidikan itu secara sadar dan sistematis perlu dirumuskan berdasarkan klarifikasi (taksonomi) dari tujuan yang paling sederhana sampai tujuan yang paling kompleks,atau dari yang paling umum (general) sampai yang paling khusus (spesifik) dan operasional. Tujuan kurikulum adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu program studi,bidang studi,dan suatu mata pelajaran,yang disusun berdasarkan tujuan institusional perumusan tujuan kurikulum berpedoman pada kategorisasi tujuan pendidikan/taksonomi tujuan, yang 27



berkaitan dengan bidang-bidang studi bersangkutan. Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang hendak dicapai setelah selesai diselenggarakannya suatu proses pembelajaran yang bertitik tolak pada perubahan tingkah laku siswa. Tujuan ini disusun berdasarkan tujuan kurikulum. Tujuan pembelajaran terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Kurikulum yang diberlakukan saat ini menggunakan istilah tujuan pembelajaran dengan sebutan standar kompetensi,kompetensi dasar, dan indikator.



28



DAFTAR PUSTAKA Sudjana, Nana. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah.Bandung:Sinar Baru Algensindo.2002 Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya.2001. Dakir, 2004, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Runeka cipta Susilo, Muhammad Joko. 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Cet. II,Yogyakarta:Pustaka Pelajar.



29