Teologi Abu Abu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pluralisme: Presupposisi Kaum Pluralis Dalam Berteologi



TEOLOGI ABU-ABU (Pluralisme Iman) Oleh: Pdt. Stevri Indra Lumintang, M.Th. Prakata: Prof. Joseph Tong, Ph.D. Prakata: Evendy Tobing, M.Div. Diterbitkan oleh: Departemen Literatur YPPII, Malang. Cetakan pertama, 2002.



BAB III PRESUPPOSISI KAUM PLURALIS DALAM BERTEOLOGI Biasanya para mahasiswa teologi berkomentar di luar kelas, usai perkuliahan yang dibimbing oleh seorang dosen. Komentar tersebut lazimnya berkenaan dengan pro dan kontra terhadap pemikiran dosen. Sayangnya komentar tersebut hanya berani disampaikan kepada teman kuliah dan lagi di luar kelas. Hal ini masih tidak mengganggu pendengaran kita. Namun hal yang tidak juga dikatakan lucu, sekaligus menyedikan apabila mahasiswa teologi yang mengklaim diri dari kelompok Injili Page 1 



Pluralisme: Presupposisi Kaum Pluralis Dalam Berteologi



terlalu cepat menilai seorang teolog liberal dan atau pluralis sebagai seorang yang Injili hanya karena mendengar ajaran mereka yang dikemas dalam istilah-istilah Injili. Kalau calon pendeta tidak sensitif dengan pengajaran kaum pluralis, bagaimana jadinya dengan nasib jemaat yang mendengar kotbah kaum pluralis? Para teolog sendiri sudah tidak sadar kalau sedang disesatkan oleh kotbah dan pengajaran kaum pluralis, apalagi dengan jemaat atau aktifis gereja yang mendengar kotbah dan pengajaran kaum pluralis ? Penulis sendiri mempunyai pengalaman yang serupa. Usai perkuliahan di salah satu seminari teologi di Jawa Timur, para mahasiswa studi lanjutan yang umumnya adalah dosen sekolah tinggi teologi di beberapa STT di Indonesia, langsung berkomentar terhadap perkuliahan yang dibimbing oleh seorang pluralis, dengan mengatakan: "ternyata dosen yang kita anggap liberal itu adalah seorang yang Injili. Hal itu nyata dari pengakuannya sendiri dan ajarannya yang alkitabiah. Dalam pengajarannya, beliau mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya penyelamat, Alkitab adalah Firman Allah, penginjilan adalah tugas utama gereja." Kira-kira demikianlah komentar mahasiswa yang mengaku dirinya sebagai mahasiswa Injili karena sedang menimba ilmu di STT Injili. Namun sayangnya, penilaian seperti itu, sesungguhnya adalah terlalu dini dan dangkal. Karena kita tidak akan menemukan pikiran pluralismenya yang dikemas apik dengan kata-kata atau slogan-slogan Injili. Namun sesungguhnya kita akan mengetahui boroknya ajaran atau kotbah mereka, bersama racun pluralismenya, apabila kita mengetahui presuposisi berpikir mereka. Pada bagian ini, penulis mengemukakan mengenai presupposisi yang mendasari pemikiran kaum pluralis dalam berteologi. Dalam hal ini, penulis membukakan atau menyingkapkan asumsi dasar yang menjadi pijakan mereka dalam membangun teologinya yang sebenarnya bukan teologi tapi sosiologi agama atau filsafat agama. Dimana, mereka membuat suatu kesimpulan berdasarkan anggapan yang telah terbentuk sebelumnya sebagai suatu kebenaran mutlak.1 Dengan kata lain presupposisi Teologi kaum pluralis dibangun berdasarkan kesimpulankesimpulan yang telah ada terlebih dahulu yang diasumsikan sudah absah kebenarannya. Hal inilah yang menjadi kaidah bagi mereka dalam penelitian teologis.



Page 2 



Pluralisme: Presupposisi Kaum Pluralis Dalam Berteologi



Ada beberapa presuposisi Kaum pluralis yang menjadi titik tolak pembangunan teologinya dan yang mempermudah perkembangan & penerapan pluralisme dalam teologi kristen, khususnya di dunia ketiga yang masyarakatnya adalah majemuk dalam keagamaan dan kebudayaan. Presuposisi ini diungkapkan secara negatif, sesuai dengan kecenderungan sikap kaum pluralis yang menolak teologi tradisional atau orthodoks. Mereka menuduh bahwa kekristenan tradisional atau orthodoks dalam manifestasi historisnya telah menjadi tradisi Barat dan telah mendemonstrasikan sikap yang agresif, superior, kolonial dan imperialistik. Mereka menolak klaim teologi tradisional mengenai Penyataan Khusus Allah di dalam dan melalui Tuhan Yesus, juga.menolak keselamatan yang berpusat pada pribadi Kristus, yang bermuara hanya kepada umat pilihan-Nya saja. Karena pikiran mereka telah dibutakan oleh ilah relativisme. Komitmen mereka terhadap relativisme membawa mereka berhadapan muka dengan ketidak-relevanan klaim finalitas atau absolut kekristenan. Karena itu orang-orang kristen yang bersikap eksklusif adalah dianggap sebagai orang kristen yang sombong dan kolot. Dalam pandangan kaum pluralis, kaum eksklusif belurn mempertimbangkan dengan teliti keabsahan agama-agama lain, bahkan belum meneliti dengan serius mengenai klaimnya sendiri tentang kefinalitasan Yesus. Menurut mereka bahwa para ahli Alkitab sendiri pun tidak mengabsolutkan Alkitab, karena itu adalah tidak benar apabila kekristenan mengabsolutkan agama dan kebenarannya. Mengapa Alkitab di mata mereka tidak lagi absolut ? Jawabannya diuraikan dalam pembahasan berikut ini.



a. Hasil Tulisan para penulis Injil adalah diskontinu dengan Peristiwa Yesus ( Penolakan terhadap Inspirasi ) Pada umumnya, kaum pluralis disebut juga kaum liberal. Karena teologi liberal yang dirintis oleh tokoh-tokoh liberal seperti Schleirmacher, Ritschl, Harnack, Strauss dan Schweitzer dengan metode Kritik Alkitab, telah membuka jalan bagi kelangsung perjalanan teologi abu-abu. Penolakan kaum pluralis terhadap finalitas Yesus, adalah bertolak dari hasil studi kritik Alkitab para teolog historis kritis, yang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya mengoreksi Alkitab, dan yang menyatakan bahwa Alkitab bukanlah Firman Allah, tulisan Injil-Injil Page 3 



Pluralisme: Presupposisi Kaum Pluralis Dalam Berteologi



bukanlah laporan tentang Yesus yang historis, melainkan Yesus yang imani. Artinya, para penulis Injil tidak menulis Yesus yang sesungguhnya, Yesus yang historis, Yesus yang benar-benar pernah ada, melainkan mereka menulis Yesus berdasarkan apa yang mereka tangkap dengan iman, dan yang dipikirkan, serta dirumuskan menjadi tulisan Injil. Mereka mempersoalkan mengenai peristiwa Yesus dengan waktu penulisan yang bagi mereka tidak mungkin dijembatani. Karena ada kurang lebih lima belas atau dua puluh tahun antara peristiwa Yesus dan waktu penulisan. Bagi mereka, adalah mustahil untuk murid-murid mengingat apa yang mereka lihat dan dengar langsung dari Yesus. Jadi antara persitiwa Yesus dan waktu penulisan ada diskontinu. Para penulis menulis Injil hanya berdasarkan berita-berita yang mereka kumpulkan dan berdasarkan iman mereka, dan sangat diragukan otentisitas dan historisitas kebenaran tersebut. Karena itu, tulisan-tulisan Injil adalah berisi mitos-mitos dari para penulis Injil. Karena itu, mereka menganjurkan dalam penafsiran Alkitab, para penafsir harus menyingkirkan mitos-mitos, khususnya berkenaan dengan hal-hal yang tidak masuk akal yang dilakukan dan yang dikatakan Yesus.



Berkenaan dengan peristiwa penulisan, kaum neo-orthodoks seperti Bultmann menolak penafsiran Alkitab gaya kaum fundamental yang menekankan penafsiran harafiah, maupun penafsiran kaum liberal yang meniadakan sama sekali mitos-mitos dalam Alkitab. Dengan asumsi dasar dari kritik bentuknya yang menyatakan bahwa Injil-Injil adalah tidak dapat diterima sebagai laporan historis tentang pengajaran dan kehidupan Yesus, melainkan sebagai hasil iman dari masyarakat kristen mula-mula, dan Injil-Injil merupakan hasil peredaksian para penulis Injil, maka itu InjilInjil bukanlah fakta sejarah, melainkan mitos para penulis Injil. Yesus yang ada dalam Injil bukanlah Yesus yang sesungguhnya. Karena fakta sejarah Yesus telah diubah menjadi cerita mitos. Mitos-mitos dalam Alkitab itu, menurut Bultmann tidak boleh dibuang seperti yang dilakukan oleh kaum liberal, tapi tidak juga menerima mitos tersebut dengan penafsiran harafiahnya fundamentalis. Mitos-mitos tersebut harus ditafsirkan ulang menurut pengertian manusia itu sendiri tentang keberadaannya sendiri (penafsiran secara eksistensial), yaitu dalam Page 4 



Pluralisme: Presupposisi Kaum Pluralis Dalam Berteologi



konteks manusia modern itu sendiri (demitologisasi). Penafsiran secara eksistensial ini adalah usaha penafsiran yang berpusatkan pada manusia itu sendiri untuk menemukan sesuatu yang berarti bagi manusia itu sendiri. Itu berarti unsur sejarah adalah tidak perlu bagi Bultmann. Bultman berusaha memahami mitos kelahiran Yesus, mitos kematian dan kebangkitan serta mitos kenaikan Yesus dalam bentuk eksistensial, bukan harafiah.



Hasil-hasil penafsiran para tokoh liberal telah memberikan angin segar bagi kebebasan kaum pluralis dalam menumbuh-kembangkan teologi abu-abu mereka. Misalnya, pluralis terkemuka seperti Hick dan Knitter, keduanya membuktikan bahwa Tuhan Yesus bukanlah Anak Allah, Mesias, karena pengakuan tersebut tidak keluar dari mulut Tuhan Yesus secara langsung. Dan mengapa orang kristen sekarang ini mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah, Kristus dan Pribadi kedua Allah Tritunggal ? Mereka menjawabnya dengan menyatakan bahwa orang kristen mula-mula termasuk para penulis Injil telah menambahkannya karena perkembangan pemikiran dan iman mereka. Jadi hal itu bukanlah Yesus yang sesungguhnya, melainkan mitos para penulis Injil.2 Karena itu dengan tegas Song menyatakan bahwa, orang kristen sekarang ini, yang menyembah Yesus sebagai Allah adalah hidup dalam penyembahan berhala. Karena Yesus sendiri tidak memahami diriNya sebagai Allah, justru Yesus memberitakan tentang Allah(Bapa), bukan diriNya.3 Begitu juga dengan kesimpulan seorang pluralis yang bernama Wilfrid Cantwell Smith, beliau menyatakan bahwa semua ajaran adalah hasil pikiran manusia. Maka itu, adalah keliru apabila pikiran manusia memutlakkan hasil karya mereka sendiri, memutlakkan gambaran mereka tentang kekristenan adalah berhala. Lebih jauh, ia menambahkan bahwa orang kristen yang berpikir bahwa Kekristenan adalah benar, final dan yang menyelamatkan, adalah suatu bentuk penyembahan berhala. Bagi orang kristen, membayangkan bahwa Allah telah mendirikan agama kristen ... lebih dari pada Dia yang telah menginspirasikan kepada kita, maka itu adalah berhala.4



Page 5 



Pluralisme: Presupposisi Kaum Pluralis Dalam Berteologi



Pada dasarnya, kaum liberal dan kaum pluralis adalah menolak sama sekali doktrin inspirasi Alkitab yang organis. Dengan demikian mereka menolak finalitas kebenaran Alkitab. Komentar penulis berkenaan dengan pikiran pluralisme di atas, disajikan pada bab akhir yang mengetengahkan pokok bahasan tentang Kerajaan Allah dan Misi Gereja masa kini.



b. Semua Sejarah adalah Penyataan Allah: Penolakan terhadap Penyataan Umum dan Khusus. Berkenaan dengan doktrin Penyataan Allah, maka ada tiga golongan yang mengemukakan pendapatnya. Pertama, pada umumnya penganut Teologi Reformed mengakui adanya dua penyataan Allah, yaitu penyataan Umum maupun penyataan Khusus. Selanjutnya, Penyataan Umum tidak dapat membuat manusia mengenal Allah dengan benar, melainkan hanya melalui penyataan khususlah manusia dapat mengenal Allah yang benar dan dengan cara yang benar.5 Kedua, yaitu golongan Neo-Orthodoks, yang hanya mengakui satu-satunya penyataan Allah, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Dengan kata lain Neo-Orthodoks tidak sesuai dengan Alkitab, karena menolak adanya penyataan umum.6 Semua kaum pluralis yang diklasifikasikan dalam tiga model pendekatan yaitu inklusivisme yang Kristosentris, inklusivisme yang partikularis dan universalis, dan pluralisme-Teosentris, menolak adanya penyataan Khusus yang dinyatakan dalam Alkitab.7 Dalam pengertian bahwa Yesus Kristus bukanlah penyataan final Allah, karena ada banyak penyataan Allah selain Yesus. Itu berarti, mereka juga menolak Alkitab sebagai penyataan Allah yang khusus atau final.



C.S. Song adalah seorang pluralis Asia yang melihat bahwa semua sejarah adalah sejarah Allah, dan sekaligus sejarah keselamatan. Dengan kata lain, semua sejarah adalah penyataan Allah. Dalam hal ini, Song tidak mengakui adanya penyataan khusus, seperti yang diakui oleh teolog Reformed yaitu penyataan di dalam dan melalui Tuhan Yesus Kristus. Page 6 



Pluralisme: Presupposisi Kaum Pluralis Dalam Berteologi



Bagi Song, semua sejarah adalah sejarah Allah, karena Allah adalah yang awal dan yang akhir, lagi pula waktu adalah milik Allah, alasannya ialah: Karena sejarah berlangsung dalam waktu... pertama dan terakhir meliputi seluruh sejarah, sejarah dari permulaan sampai kepada akhirnya, sejarah yang berisi semua bangsabangsa dan termasuk Israel. Semua sejarah adalah sejarah Allah. Sejarah Persia adalah sejarah Allah sebagaimana sejarah Israel. Sejarah Timur dari orang-orang yang menyembah berhala, tidak kurang dari pada sejarah Allah di dalam sejarah kekeristenan Barat. Tidak ada sejarah, bahkan sejarah Cina atau Vietman yang berada di luar sejarah Allah. Sejarah ada di dalam Allah. Itu datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Allah tidak menentang sejarah tetapi berada dalarn sejarah. Dan Inilah Allah yang bekerja dalam sejarah melalui nabi-nabi dan orang-orang bijak, melalui raja-raja dan para petani, melalui kita semua.8



Dari komentarnya di atas, maka jelaslah secara eksplisit maupun implisit bahwa Song tidak mengakui adanya penyataan khusus di dalam dan melalui Tuhan Yesus. Selain itu, Song penyataan umum dalam perspektif Alkitab, karena ternyata ia mengidentikkan semua sejarah yang sudah dan sedang berlangsung di dalam dunia ini dengan penyataan Allah. Tidak hanya berhenti di situ, ia juga menegaskan bahwa semua sejarah merupakan sejarah keselamatan Allah, dimana Allah bekeria menyelamatkan manusia dalam semua peristiwa sejarah di dunia ini. Penekanannya tentang sejarah keselamatan bukan hanya menyangkut keselamatan yang bersifat rohani, berkaitan dengan surga, melainkan dengan keselamatan manusia dari dehumanisasinya karena masalah sosial, politik dan ekonomi. Karena baginya bahwa sejarah bangsa-bangsa dengan segala sistem keagamaan, sosial, politik, ekonomi dan budaya adalah sejarah Allah yang identik dengan penyataan Allah. Penyataan sejarah ini diungkapkan oleh Allah melalui semua orang tanpa mengenal latar belakang. Dengan kata lain, Allah menyatakan diriNya di dalam dan melalui semua orang, semua budaya manusia, semua agama di dunia (inklusivisme). Page 7 



Pluralisme: Presupposisi Kaum Pluralis Dalam Berteologi



mengidentikan semua sejarah yang berlangsung dalam dunia dengan Penyataan Allah. Itu berarti semua sejarah agama-agama, budaya-budaya, bangsa-bangsa dengan sistem sosial, ekonomi dan politiknya adalah penyataan Allah dan kebenaran Allah. Memang harus diakui bahwa Allah ada dalam sejarah. Namun mereka melupakan dua hal yaitu Allah di atas sejarah dalam arti mengontrol sejarah dan Allah melampaui sejarah. Dalam hal ini, mereka telah mencampuradukkan semua sejarah dengan Penyataan Allah.14 Dalam hal ini, mereka tidak menyadari bahwa penyataan Allah harus dimengerti dalam konteks keselamatan manusia berdosa. Bukan dalam penyelamatan secara sosial, ekonomi dan politik. Dan kalau pun kaum pluralis tetap memaksakan untuk mengidentikkan semua sejarah dengan sejarah keselamatan (Penyataan Allah), maka itu adalah tidak lebih dari pada konsep keselamatan mereka yang humanistis-anthroposentris. Jadi bukan keselamatan menurut ajaran Alkitab. Sebenarnya konsep mereka ini adalah sama dengan pandangan teologi natural yang mengakui mengenai pengetahuan tentang Tuhan dapat diperoleh dengan mengunakan akal dan menemukannya dalam alam. Pengetahuan ini dapat membawa manusia kepada pengalaman keselamatan bersama dengan Allah yang mereka jumpai dalam pengetahuan mereka. Pandangan ini adalah kaum skolastik yang tumbuh subur pada abad pertengahan dan yang masih juga mempengaruhi pandangan gereja Roma Katolik, yang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab.15 Berkenaan dengan relasi penyataan Allah dan sejarah, Kaum pluralis berpandangan bahwa Sejarah adalah Penyataan. Erickson mengemukakan tiga pandangan yang lain, yaitu : Revelation in history (penyataan dalam sejarah), Revelation Through History (Penyataan melalui sejarah) dan Revelation as history (Penyataan sebagai sejarah). Penyataan dalam sejarah diwakili oleh Ernest G. Wright.16 Penyataan melalui Sejarah adalah pandangan dari Neo-Orthodoks (E. Brunner, K. Barth) yang hanya mengenal adanya penyataan khusus, namun menolak penyataan umum. Penolakan terhadap penyataan umum, sesungguhnya juga merupakan penolakan terhadap penyataan khusus. Karena Kristus sendiri mengakui adanya penyataan umum.17 Pannenberg menulis tentang " Revelation as History ".18 Semua pandangan di atas ini, ditolak tegas oleh Song, karena Page 9 



Pluralisme: Presupposisi Kaum Pluralis Dalam Berteologi



menurutnya, semua pandangan di atas masih menekankan mengenai makna totalitas sejarah yang berpusat pada Yesus Kristus.19 Hal ini tidaklah mengherankan karena pada dasarnya Song tidak mengakui penyataan khusus, tidak mengakui Finalitas Yesus. Sehingga, Song lebih tepat disebut anthropolog atau sosiolog dari pada teolog Kristen. Mengapa Song yang adalah seorang pendeta menolak Yesus sebagai satu-satunya penyataan Allah. Oleh karena, demi teologinya yang transposisional berjalan dengan lancar, maka ia harus menolak penyataan khusus. Penyataan khusus, baginya merupakan batu sandungan untuk terciptanya transposisi iman dari dunia timur tengah ke dunia Asia. Kaum pluralis pun menyangkal Penyataan Allah yang khusus di dalam dan melalui Tuhan Yesus, oleh karena bagi mereka hal ini sebagai penghalang besar untuk mereka membangun teologi agama-agama. Kecuali mereka harus menghancurkan kekristenan terlebih dahulu, dengan membuang jatidiri kekeristenan yang bertolak dari penyataan Allah yang khusus atau final, yakni Yesus Kristus. Itu berarti mereka bukan lagi orang Kristen, melainkan penganut agama bukan Kristen, bukan juga agama yang lain, melainkan agama abu-abu.



c. Semua Sejarah adalah Sejarah Keselamatan Allah: Penolakan Terhadap Konsep Sentrisme (Heilsgeschichte) Bertolak dari penolakan kaum pluralis terhadap penyataan khusus, yaitu penyataan final Allah di dalam dan melalui Tuhan Yesus, maka mereka meneruskan dengan penolakkan terhadap konsep Sentrisme. Dengan kata lain Penolakkan terhadap konsep Sentrisme merupakan konsekwensi logis atau implikasi logis clari penolakan mereka terhadap penyataan khusus. Konsep Sentrisme yang dimaksud ialah konsep keselarnatan dalam satu garis lurus yang dianut oleh gereja yang memegang Teologi Orthodos / Tradisional, dimana sejarah keselamatan Allah adalah bertolak atau bersumber dan bermuara pada satu pribadi yakni Kristus. Sejarah keselamatan ini dimengerti dalam satu garis lurus rencana keselamatan Allah melalui pemilihan Israel, dan gereja. Sekali lagi, kaum pluralis menolak tegas konsep keselamatan yang berpusat pada Kristus. Penolakkan ini merupakan kontinuitas dari penolakkan kaum pluralist atas doktrin penyataan khusus, dan upaya mereka dalam Page 10 



Pluralisme: Presupposisi Kaum Pluralis Dalam Berteologi



pengidentikan penyataan Allah dengan semua sejarah, ialah menolak konsep Sentrisme (Israel, Kristus dan Gereja) atau Sejarah Keselamatan dalam pengertian yang bersifat linear (Heilsgeschichte). Dengan kata lain, Konsep ini adalah penghalang bagi berdirinya teologi mereka. Hal ini dikatakan langsung oleh Song dalam upayanya membangun teologi transposisional yang dijiwai oleh pikiran pluralisme, bahwa : Satu batu sandungan yang menciptakan suatu masalah besar bagi teologi yang transposisional di Asia adalah Centrisme dari teologi tradisional yang dibiasakan untuk memandang sejarah Israel dan sejarah kekristenan. Batu sandungan centrisme ini harus disingkirkan sehingga jalan menjadi jelas untuk jalur teologis di Asia 20 Karena itu, Song menghabiskan banyak halaman dalam bukunya " The Compassionate God " untuk mengemukakan alasan-alasannya yang bersikeras meniadakan konsep Sentrisme. Sedangkan Konsep sentrisme adalah konsep yang sudah berurat akar dalam pemahaman doktrin dan iman Kristen. Konsep yang dengannya orang Kristen bangga untuk mengakui keunikan, keabsolutan clan kefinalitasan Kristus. Namun Song berupaya untuk memyingkirkannya dari teologi kristen. Karena baginya hal ini merupakan batu sandungan dalam berteologi di Asia. Apa yang dikemukakan oleh Song mengenai Sentrisme, sesungguhnya adalah konsep yang benar. Dimana, Sentrisme adalah pandangan teologi tradisional atau ortodoks/Injili yang memandang Israel, Kristus dengan gereja-Nya sebagai pusat sejarah keselamatan, yang dimulai dari penciptaan sampai penggenapan akhir.21 Pandangan ini sama dengan pandangan Oscar Cullmann dengan konsep Heilsgeschichte (Sejarah Keselamatan), yaitu sejarah keselamatan Allah dalam satu garis lurus (linear), sejarah dunia tidak mempunyai kaitan langsung dengan keselamatan Allah. Lebih lanjut Song mengemukakan pandangan Cullmann, bahwa : Ia mengidentifikasikan apa yang ia sebut "sejarah penebusan" sebagai suatu garis lurus antara ciptaan yang lama dan ciptaan yang baru, dimana Kristus berada di pusat dengan prinsip " sejarah progresif dan kemajuan progresif. Ia lebih lanjut menyebut garis lurus sejarah penebusan ini sebagai " garis Kristus ", karena Kristus adalah pengantara ciptaan-Kristus Page 11 



Pluralisme: Presupposisi Kaum Pluralis Dalam Berteologi



Tuhan, memerintah sampai kedatangan Anak Manusia sebagai yang menyempurnakan proses yang menyeluruh dan sebagai pengantara ciptaan baru.22



Dalam hal ini, Pemilihan terhadap Israel digenapi oleh Kristus. Kristus menjadi pusat keselamatan, atau Mediator satu-satunya manusia seluruh dunia. Begitu juga, gereja sebagai perwakilan bagi seluruh umat manusia. Song menyadari bahwa Israel dan Gereja dalam konsep Heilsgeschichte adalah perwakilan seluruh umat manusia, Karena itu, ia mengatakan bahwa : " These two concepts have been the two solid pillars supporting the claims of Christianity to uniqueness among other faiths and religions. The main actors on the stage of redemptive history are Israel and the Church ". ( dua konsep ini telah menjadi dua tiang yang kuat menyokong kleim kekristenan mengenai keunikan diantara agama dan orang yang beriman lain).23 Namun, Song berpendapat bahwa konsep Heilsgeschichte ini adalah tidak cocok sekalipun logis. Ia menyangkalnya dan mengatakan bahwa: Saya sungguh ragu bahwa satu garis lurus dapat mengekspresikan kerumitan yang besar sekali dari karya penyelarnatan Allah dalam dunia... Tetapi ketika itu datang ke suatu hal yang kompleks sebagaimana peduli Allah dengan manusia, kita mulai heran jika konsep garis lurus masih dapat bekerja... Allah garis lurus dari heilsgeschichte adalah Allah keras, kejam yang telah mempredestinasikan orang yang diselamatkan dan yang dihukum.24



Jadi, pemahaman kaum pluralis mengenai attribut Allah dalam konsep Heilsgeschichte adalah berbeda. Song tidak menerima attribut Allah yang adalah berdaulat. Sebaliknya bersama-sama dengan kaum pluralis, universalis yang pada umumnya juga adalah sekularis, mereka hanya menerima Attribut Allah yang adalah kasih.25 Dengan dasar inilah ia menolak konsep Heilsgeschichte. Sehingga, Song pun menolak doktrin Page 12 



Pluralisme: Presupposisi Kaum Pluralis Dalam Berteologi



predestinasi yang diajarkan oleh Alkitab dan yang dianut oleh teolog reformed pada umumnya.26 Dalam hal ini, pada dasarnya, pandangan kaum pluralis adalah sama dengan padangan kaum armenianis dan universalis. Sebenarnya implikasi logis dari penolakan atas penyataan khusus dan pengidentikan mengenai Sejarah dan penyataan, ialah Penolakan terhadap konsep Sentrisme. Bagi kaum pluralis seperti Song, konsep sentrisme adalah penghalang Teologi Transposisinya. Karena itu dengan banyak alasan, Song ingin menghancurkan konsep Sentrisme. Konsep Sentrisme adalah pandangan teologi tradisional atau orthodoks yang mengakui bahwa Israel, Kristus dan Gereja sebagai pusat sejarah keselamatan. Dengan kata lain, Israel, Yesus dan Gereja merupakan satu garis lurus sejarah keselamatan Allah. Ada dua hal yang dikritik oleh Song berkenaan dengan konsep Sentrisme, yaitu Song berpendapat bahwa sejarah dunia tidak mempunyai kaitan langsung dengan keselamatan Allah, Allah garis lurus adalah Allah yang keras. Sebaliknya Allah adalah kasih, kasih itu bundar karena itu Ia merangkul, Ia bergerak ke segala arah, ke segala suku bangsa, semua manusia. Ada dua hal yang sangat lemah pada argumen Song di atas. Kalau sejarah dunia tidak memiliki kaitan langsung dengan keselamatan Allah, dimana dan bagaimanakah, keselamatan Allah dinyatakan ? Sedangkan inkarnasi dan kematian Yesus Kristus yang menebus, adalah dalam waktu dan tempat, berarti dalam sejarah. Pada dasarnya, Song berusaha membuang bagian-bagian Alkitab yang jelas berbicara tentang kerajaan Allah dalam konteks umat Israel. Dan menolak konsep kerajaan Allah dalam hubungannya dengan Kristus sebagai central Kerajaan Allah. Begitu pula, behau menolak gereja yang adalah bagian dari kerajaan Allah dalam hubungan mistisnya dengan Kristus sebagai sentral.27 Tidak ada dasar Alkitab yang membicarakan mengenai satu bangsa tertentu yang kepadanya Allah menyatakan kehendak-Nya, rencana keselamatan-Nya selain hanya kepada bangsa Israil.28 Begitu juga, tidak ada satu pribadi tertentu yang kepadanya Allah menyatakan diri secara sempurna dan mewujudkan keselamatan-Nya, selain kepada dan melalui pribadi dan karya Kristus saja.29 Tidak ada satu umat pilihan yang kepadanya, Kristus mewujudkan keselamatan, selain kepada gereja (orang percaya).30 Page 13 



Pluralisme: Presupposisi Kaum Pluralis Dalam Berteologi



Penolakan Song akan konsep Sentrisme adalah tidak mendasar dan lebih banyak dipengaruhi oleh konsep inklusivisme dan sinkritisme. Song memiliki pemahaman yang sempit akan pribadi Allah, khususnya mengenai sifat-sifat Allah. Song hanya menekankan satu sifat Allah yaitu kasih, dan mengabaikan sifat Allah yang lain. Padahal, seluruh sifat Allah yang adalah kasih, adil, benar, kudus, dan lain-lain, adalah satu kesatuan. Dalam hal ini keyakinan dan pemahaman Song mengenai Allah adalah bukanlah Allah dalam Alkitab, melainkan allah ciptaan Song sendiri. Keselamatan manusia tidak hanya melibatkan satu sifat Allah yang menonjol itu. Karena salib tidak hanya mengekspresikan kasih Allah, tapi juga keadilan dan kebenaran serta kekudusan Allah. Berkhof sendiri melihat dua sifat Allah yang sangat menonjol dalam karya penebusan, dengan komentarnya sebagai berikut: "Tetapi adalah lebih harmonis dengan Alkitab untuk mengatakan bahwa kesukaan yang baik dari Allah adalah untuk menyelamatkan orang-orang berdosa melalui suatu karya penebusan yang menggantikan yang ditemukan dalam kasih dan keadilan Allah." 31 Dalam hal ini Berkhof melihat perpaduan yang utuh dari semua sifat Allah dalam karya penebusan Kristus, bukan hanya menekankan satu sifat Allah seperti lazimnya kaum pluralis. Jadi, berdasarkan pada sifat Allah yang adalah kasih adanya, maka kaum pluralis yang disponsori oleh kaum universalis dan sekularis, tidak mengakui Israel dan gereja yang eksklusif. Lebih dari pada itu, tidak mengakui Yesus yang eksklusif atau final sebagai pusat sejarah dunia dan pusat keselamatan. Karena itu, menurut Song tidak ada istilah umat pilihan, melainkan semua manusia adalah umat pilihan Allah; dan keselamatan tidak hanya berpusat pada Yesus Kristus, tapi pada Allah untuk semua manusia. Dalam hal ini, mereka menutup atau menyembunyikan teks-teks Alkitab yang secara explisit membicarakan tentang Israel sebagai pewujudan umat pilihan dalam era PL dan gereja sebagai umat pilihan, Israel rohani dalam era PB. Itu berarti pula, mereka mengabaikan pewujudan Keselamatan di dalam dan melalui Tuhan Yesus saja, sebaliknya mengakui adanya keselamatan di luar Tuhan Yesus. Kalau sedemikian jauh penyimpangan atau penyangkalan kaum pluralis terhadap kekeristenan, agama apakah yang mereka anut ? Tentu mereka adalah penganut agama abu-abu. Agama tersebut bukanlah agama kristen, bukan Page 14 



Pluralisme: Presupposisi Kaum Pluralis Dalam Berteologi



juga salah satu dari semua agama lain, bahkan bukan penggabungan dari semua agama yang ada. Itulah agama abu-abu yang menginspirasikan lahirnya teologi abu-abu, dan bukan sebaliknya.



1



Josh McDowell, Evidence That Demands a Verdict, ( San Bernardino: Here's Life Publisher, 1997) p. 3 2 Paul F. Knitter, No Other Name? A Critical Survey of Christian Attitudes Toward the World Religions (Maryknoll: Orbis Books, 1985). 3 C.S. Song, Jesus and the Reign of God, ( Minneapolis: Fortress Press, 1993 ), p. 16, 31. 4 Wilfrid Cantwell Smith, "Idolatry in Comparative Perspective," dalam The Myth of Christian Uniqueness, ed. John Hick and Paul F. Knitter, (Maryknoll: Orbis Books, 1987), p. 56-57. 5 Louis Berkhof, Systematic Theology, (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1941), p. 36-38. Millard J. Erickson, Christian Theology, (Grand Rapids: Baker Book House, 1985), p. 153-191; Addison H. Leitch, " The Knowledge of God: general and Special Revelation", Basic Christian Doctrines, edited by Carl F.H. Henry, (Grand Rapids: Baker Book House, 1971), p.l-5. 6 Karl Barth, telah menyangkal realitas penyataan di luar Yesus Kristus. C.H.Pinnock, " Revelation ", New Dictionary of Theology, Edited by Sinclair B. Ferguson, (Leicester: Inter-Varsity Press, 1994), p.585. 7 Lesslie Newbigin berkata bahwa : " Penyataan Allah... tidak dapat mengkomunikasian tujuan Allah untuk ciptaanNya." Injil Dalam Masyarakat Majemuk, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), h. 103. Harold Coward, Pluralisme Tantangan bagi Agama-Agama, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1994), h. 52- 83. 8 Choan-Seng. Song, The Compassionate God... p. 57 9 Seperti pada umumnya ahli moderen, Troeltsch tidak puas dengan konsep penyataan bahwa Allah turun dari surga dan berinterverensi ke dalam sejarah pada titik yang khusus. Paul F. Knitter, No Other Name? A Critical Survey of Christian Attitudes ... p. 24 Paul F. Knitter, Lesslie Newbigin, Raimundo Pannikar, Ernest Troeltsch dan James Barr. (Lihat h. 116) 10 Perkenankan saya mengusulkan satu cara memahami bagaimana kekhususan tindakan-tindakan Allah itu, yang kita rayakan dalam tradisi Page 15 



Pluralisme: Presupposisi Kaum Pluralis Dalam Berteologi



kristen dihubungkan dengan kontinuitas penyataan diri Allah melalui keseluruhan sejarah yang di dalamnya kita sekarang adalah bagiannya. Lesslie Newbigin, Injil Dalam Masyarakat Majemuk... h. 108 11 Realitas ilahi terdapat dalam setiap nama yang ada dalam masingmasing agama. Dalam Hinduisme dikenal dalam Ishavara, dalam Kekristenan dikenal dalam Yesus dari Nasaret. Namun Kristus itu lebih dari pada Yesus dan tidak hanya dikenal melalui Yesus.... Dalam berbagai agama Kristus itu hadir dan menyelamatkan menurut pandangan masingmasing agama. Victor I. Tanja, Spiritualitas, Pluralitas dan Pembangunan di Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1996), h. 123-124. 12 Djaka Soetapa, Dialog Kristen - Islam Suatu Uraian Theologis, (Yogyakarta: PPIP Duta Wacana, 1981), h. 18-19. 13 Walaupun terang alam, dan karya ciptaan dan providensi memanifestasikan kebaikan, hikmat dan kuasa Allah. Namun semua itu tidak cukup memberikan pengetahuan tentang Allah dan kehendakNya yang diperlukan untuk keselamatan. Karena itu, adalah menyenangkan Tuhan...menyatakan diri-Nya dan menyatakan kehendak-Nya kepada gereja-Nya... (Roma 2:14-15; 1 Kor.1:21; Ibr. 1:1 ; Ams 22:19-21, Luk. 1:3-4, Roma 15:4, Mat. 4:4,7,10; 2 Tim. 3:15; Ibr. 1:1-2; The Westminster Confession of faith, (Atlanta: The Committee for Christian Education & Publications, 1990), p. 3 14 Konsep Song ini adalah konsep yang kacau, tanpa dasar Alkitab. Itu berarti Song pun mencampuradukkan Allah dengan iblis, pekerjaan Allah sebagai pekerjaan Iblis, atau pekerjaan iblis sebagai pekerjaan Allah. 15 Pengetahuan tentang Allah yang bersifat kodrati ini tidak memerlukan penyataan Tuhan Allah. Sebab dengan tenang yang ada pada akal manusia, orang dapat mengenal Allah. Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), h. 52-53. 16 Millard J. Erickson, Christian Theology, (Grand Rapids : Baker Book House, 1985), p. 182. Kelemahan Wright ialah : menulis ulang konsep alkitabiah dalam kategori-kategori masa kini dengan membiarkan presuposisi abad dua puluh mengontrol penafsiran Alkitab. Ibid. 17 Neo-Orthodoks hanya mengakui Yesus Kristus sebagai Penyataan Allah, dan tidak mengakui penyataan Umum. Berarti tidak mengakui Alkitab yang secara jelas mengajarkan tentang Penyataan Umum. 18 Ibid., p. 183-185 19 Choan-Seng Song, The Compassionate God, ... p. 62. Page 16 



Pluralisme: Presupposisi Kaum Pluralis Dalam Berteologi



20



Salah satu batu sandungan yang menyebabkan suatu masalah besar bagi teologi transposisional di Asia adalah konsep Sentrismenya teologi tradisional yang biasanya memandang sejarah Israel dan sejarah kekristenan sebagai pusat. Batu sandungan dari konsep Sentrisme ini harus disingkirkan supaya jalan menjadi jelas untuk lalu lintas teologi di Asia. Ibid. P. 16. 21 Urut-urutan keselamatan yang logis ini tidak memungkinkan adanya selaan, yaitu ciptaan, kejatuhan, pemilihan Israel, Yesus Kristus, Gereja sebagai Israel yang baru dan akhirnya penggenapan akhir, yang satu mengikuti yang lain. Garis sejarah keselamatan tidak dapat dibelokkan atau putus. Ibid. p. 25. 22 Ibid. p. 24. Oscar Cullmann, Salvation in History, (London: SCM Press, 1967). 23 Ibid. p. 25 24 Ibid. p. 25 25 Kasih adalah Firman yang melaluiNya Allah datang kepada kita dan kita datang kepada Allah. "Allah adalah kasih" (1 John 4:8). Kasih bukanlah suatu konsep geometris. Kasih tersebut tidak dapat diukur oleh suatu pengukur. Kasih tidak dapat ditimbang beratnya, itu tidak dapat dibuat dalam satu garis lurus. Kasih adalah lingkaran bukan garis lurus. Ibid. 26 Efesus 1:3-8, Yohanes 17:12, Roma 8:28-30, 9:11-16, Keluaran 9:12.; Pertanyaan nomor 3, "Chapter III : Of God's Eternal Decree" The Westyminster Confession of Faith, (Atlanta: Committee fo Christian Education & Publications, 1990), p. 12-15. 27 Anak Allah yang pre-eksistensi menganggap manusia dan mengambil rupa sebagai manusia, dengan tubuh dan darah manusia, suatu mujizat yang melampaui keterbatasan pengertian kita. Itu memperlihatkan dengan jelas bahwa yang tidak terbatas masuk ke dalam dunia yang hubunganhubungan yang terbatas, yang supernatural dapat berada dalam beberapa cara masuk ke dalam kehidupan dunia yang bersifat historis ini. Louis Berkhof, Systematic Theology,... p. 333 Band. Louis Berkhof, Systematic Theology, ... p. 568-569. 28 Yohanes 4:22 : Keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Kel. 2:22 : Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung, Roma 9:4 : Israil diangkat menjadi anak. Gal. 6:16 : Israil milik Allah. 29 Matius 3:17: Inilah AnakKu yang kekasih kepada-Nyalah Aku berkenan. Kisah 4:12: Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga Page 17 



Pluralisme: Presupposisi Kaum Pluralis Dalam Berteologi



selain di dalam Dia... Filipi 2:9: Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia... Ayt 10; Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada... Yoh. 1:14:... sebagai Anak Tunggal Bapa. Yoh. 5:24: Percaya kepada Dia yang mengutus Aku... Yoh. 14:6: Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. 30 Kristus mati bagi mereka, dan mereka disebut oleh Kristus sebagai domba-domba-Nya (Yoh. 10:11,15), Gereja-Nya (Kis. 20:28, Ef. 5:25-27), UmatNya (Mat. 1:21, dan orang pilihan (Rm. 8:32-35). Yesus berdoa untuk mereka, bukan untuk dunia (Yoh. 17:9)., Louis Berkhof,... p. 395. Lukas 18:7 : Allah akan membenarkan orang-orang pilihanNya. Petrus 2:9 : kamulah bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri. Kolose 3:12 : Orang pilihan Allah yang dikuduskan, 2 Tim. 2:10 : Bagi orang pilihan Allah. 31 Ibid., p. 368.



Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan: Dikutip dari http://www.geocities.com/thisisreformed/artikel/pluralisme02.html



Page 18