Teori Dan Analisis Produksi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH EKONOMI ISLAM II TEORI DAN ANALISIS PRODUKSI



Disusun oleh : Kelompok 4 Winda Safittri Lely Suryani Purba Reza Fahmi Ovi Nadia



(1601104010035) (1601104010032) (1601104010029) (1601104010033)



Dosen Pembimbing: Ridwan Nurdin, SE., MA.



JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2017



Kata Pengantar



Syukur Alhamdulillah, senantiasa kami ucapkan kepada Allah SWT, yang karena bimbingan-Nya maka kami mampu menyelesaikan sebuah makalah Ekonomi Islam II berjudul “Teori Dan Analisis Produksi”. Tak lupa pula ucapan terima kasih kami kepada Dosen dan orang-orang yang telah berpartisipasi atas terselesaikannya makalah ini. Kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. oleh karena itu kritik dan saran sangat dibutuhkan agar makalah ini kedepannya dapat disempurnakan. Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan pengetahuan yang lebih bagi kita semua.



Darussalam, 07 November 2017 Kelompok IV



Daftar Isi 2



Kata Pengantar......................................................................................................ii BAB PEMBAHASAN............................................................................................1 Teori dan Analisis produksi..................................................................................1 A. Atribut Fisik dan Nilai dalam produk...........................................................1 B. Input Produksi dan Berkah............................................................................3 C. Kemulian Harkat Kemanusiaan sebagai Karakter Produksi.........................5 D. Eksplorasi dan Pembentukan Konsep Produksi............................................7 E. Produksi dengan Teknologi Konstan............................................................8 Kurva Isoinput..................................................................................................9 a.



Input yang sama.........................................................................................9



b.



Output yang lebih besar memerlukan input yang lebih besar.................10



c.



Kurva Isoinput yang Lebih Tinggi Menyediakan Input yang Lebih Tinggi 10



e.



Tingkat Marginal Transformasi Input......................................................11



Implikasi Konsep Produksi Islam pada Kegiatan Produksi............................12 Kombinasi Output Maksimum.......................................................................13 F. PRODUKSI DENGAN MODAL TETAP......................................................17 1.



Fungsi Produksi.......................................................................................17



2.



Produktivitas Rata-rata............................................................................18



3.



Marginal Physical Product of Input dalam Islam....................................20



BAB PENUTUP....................................................................................................24 Kesimpulan.......................................................................................................24



3



BAB PEMBAHASAN Teori dan Analisis produksi Produksi merupakan mata rantai konsumsi, yaitu menyediakan barang dan jasa yang merupakan kebutuhan konsumen. Sebagaimana produsen juga sebagaimana halnya konsumen, memiliki tujuan untuk memperoleh Maslahah maksimum melalui aktivitasnya. Jadi, produsen dalam perspektif ekonomi Islam bukanlah seorang pemburu laba maksimal melainkan memburu Maslahah. Ekspresi maslahah dalam kegiatan produksi adalah keuntungan dan juga keberkahan sehingga produsen akan menentukan kombinasi di antara keuntungan dan keberkahan yang didapat sehingga dapat menghasilkan/memberikan maslahah yang maksimal. Oleh karena itu tujuan produsen dalam perspektif islam bukan hanya mencari laba, maka pertimbangan produsen juga bukan hanya semata pada hal yang bersifat sumber daya yang memiliki hubungan teknis dengan aspek produksi semisal output (barang/jasa yang dihasilkan) namun juga mempertimbangkan kandungan berkah (non-teknis) yang ada pada sumber daya maupun output.



A. Atribut Fisik dan Nilai dalam produk Sebuah produk yang dihasilkan oleh produsen menjadi bernilai tau berharga bukan hanya karena adanya atribut fisik dari produk semata, tetapi juga karena adanya nilai (value) yang dipandang berharga oleh konsumen. Atribut fisik yang melekakat pada suatu barang misalnya bahan baku pembuatan, kualitas keawetan tersebut, bentuk atau desain barang, dan aspek lainnya yang mendukung bentuk fisik barang tersbut. Biasanya atribut fisik dari suatu barang mengambarkan esensinya (keindahannya) maupun peran funsional dari barang tersebut untuk membantu tugas manusia. Di sisi lain, suatu nilai yang terkandung di dalam suatu barang akan memberikan suatu kepuasan psikis kepada konsumen dalam 1



memanfaatkan barang tersebut nilai barang ini dapat bersumber dari citra atau merk barang tersebut, sejarah, kelangkaan, reputasi, produsen, kelangkaan, dan lain-lain. Dua barang yang memiliki atribut fisik yang sama belum tentu juga akan sama dari segi nilai barang tersebut. Dikarenakan ada hal-hal lain yang membuat nilai barang menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan barang lain yang juga memiliki atribut fisik yang sema seperti contoh raket yang pernah dipake oleh petenis profesional tentu harganya akan lebih tinggi jika dijual maupun dilelang bilamana dibandingkan dengan raket yang baru dengan atribut fisik maupun merk yang sama,. Barang tersebut menjadi lebih tinggi dikarenakan nilai-nilai yang terkandung pada raket tersebut baik dari segi sejarah maupun prestice-nya karena pernah digunakan oleh pemain yang profesional yang mencapai puncak kesuksesan pada saat dimiliki oleh pemilk sebelumnya. Atribut fisik dari suatu barang biasanya bersifat Objektif, dapat dibandingkan dengan satu sama lain, akan tetapi nilai yang melekat pada suatu barang itu bersifat subjectif. Dalam perspektif



Ekonomi Islam produk juga merupakan



kombinasi antara atribt fisik dan nilai (value). Konsep ekonomi islam tentang hal atribut fisik dan nilai ini tidaklah jauh berbeda dengan pandangan pada umumnya, akan tetapi pada konsep ekonomi islam ada konsep nilai yang harus ada dalam setiap barang adalah nilai-nilai keislaman (islamic values). Dengan adanya nilai islam tersebut pada akhirnya dapat memberikan berkah pada suatu barang tersebut. Setiap barang dan jasa yang tidak mengandung berkah tidak dapat dikatakan sebagai barang/jasa yang memberikan maslahah, sebab berkah merupakan elemen penting dalam konsep maslahah. Jadi jelaslah bahwa suatu produk harus memiliki atribut fisik sekaligus berkah agar membawa maslahah. Dengan cara pandang seperi ini maka kuantitas produk diekspresika sebagai berikut : Q m = qF + qB



.



Di mana



2



Qm adalah barang yang memiliki maslahah. qF adalah atribut fisik barang. qB adalah berkah suatu barang



B. Input Produksi dan Berkah Kegiatan produksi membutuhkan berbagai jenis sumber daya ekonomi yang lazim disebut input atau faktor produksi, yaitu segala hal yang menjadi masukan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi. Dapat dianalogikan sebuah mobil, tidak dapat dibuat hanya dengan tersedianya besi atau karet saja, atau hanya ada tenaga kerja saja, atau pengusaha mobil saja, tetapi merupakan sebuah kombinasi antara berbagai faktor produksi sebagai input produksi. Sebuah mobil tersebut dapat sampai ke tangan konsumen bila semua faktor produksi terpenuhi yaitu segala bahan yang mencukupi untuk dapat dibuatkan menjadi sebuah mobil, dan diolah olah para pekerja yang memiliki keahlian pada bidangnya (input), sehingga dapat menjadi sebuah mobil (output) yang dijual ke konsumen, demikian pula pada barang-barang yang sederhana dan bernilai rendah. Sebenarnya, tidak ada sebuah kesepakatan yang bulat tentang faktor produksi. Perbedaan klasifikasi faktor distribusi ini di latar belangkangi oleh banyak faktor, misalnya adanya ketidaksamaan definisi, kharakteristik, maupun peran dari masing-masing faktor produksi dalam menghasilkan output. Secara garis besar faktor produksi dapat di klasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu input yang berupa manusia (Human Input) dan input non-manusia (NonHuman Input). Yang termasuk kedalam input manusia dalah tenaga kerja/buruh dan kewirausahawan, sedangkan yang termasuk input nonmanusia adalah seumber daya alam (natural resources), kapital (financial capital), mesin, alat-alat, gedung dan input-input fisik lainnya. Pengkategorian input manusia dan nonmanusia setidaknya dilandasi oleh 2 alasan, yaitu: 1. Manusia adalah faktor produksi yang memiliki peran paling penting dalam keseluruhan faktor produksi. Dalam hal ini manusia dapat dikatakan sebagai



3



faktor produksi yang utama (main input), sedangkan input nonmasnusia adalah sebagai faktor pendukungnya (supporting input). Dikarenakan manusialah yang mempunyai ide, mengorganisasi, memproses, dan meminpin semua faktor produksi sehingga dapat menghsilkan suatu barang atau jasa yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Karena tanpa adanya manusia segala sumber daya yang masih berupa bahan mentah (baku) tidak akan dapat dimanfaatkan dengan semestinya, dapat dimisalkan dengan minyak bumi yang masih dalam kedaan mentah tidak akan dapat dimanfaatkan dengan semestinya,di sinilah peran manusia untuk mengolahnya menjadi barang yang bermanfaat. Karena-nya,



tidaklah



mengherankan



bahwa



ibnu



khaldun



(1263-1328)



menganggap manusia sebagai faktor yang terpenting dalam faktor produksi. 2. Manusia adalah makhluk hidup yang tentu saja memiliki berbagai kharakterisktik yang berbeda dengan faktor produksi lainnya. Manusia adalah ciptaan Allah yang diberi kedudukan yang palin mulia di antara makhluk-makhluk lain atau dengan mahkluk tidak hidup lainnya seperti sumber daya alam, uang, gedung, dan segala faktor produksi lainnya. Sebagaimana diketahui, berkah merupakan komponen penting dalam Maslahah. Oleh karena itu, bagaimanapun dan sepri apapun pengklasifikasiannya, sudah pasti berkah harus dimasukkan dalam input produksi. Berkah tersebut melekat pada setiap input yang digunakan dalam kegiatan berproduksi sehingga setiap produk yang akan dihasilkan mempunyai berkah. Dalam hal ini memasukkan berkah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pemikiran yang sangat rasional, sebab berkah mempunyai andil (share) yang sangat besar dalam membentuk output. Produk yang dihasilkan dari human capital yang rendah juga akan menghasilkan produk yang kurang baik dibanding produk yang memakai human capital yang tinggi. Begitu pula dalam hal keberkahan suatu produk,



jika suatu produk



diproduksi dengan input keberkahan yang rendah juga akan menghasilkan output yang rendah pula dibandingkan dengan yang menggunakan input berkah yang



4



tinggi. Akibatnya maslahah yang dihasilkan dari barang tersebut rendah dan akan dianggap sebagai barang yang bernilai rendah pula, begitu pula sebaliknya.



C. Kemulian Harkat Kemanusiaan sebagai Karakter Produksi Tujuan dari produksi dalam islam adalah untuk menciptakan mashlahah yang optimum bagi konsumen atau manusia secara keseluruhan. Dengan maslhahah yang optimum ini, maka akan di capai falah yang merupakan tujuan akhir dari kegiatan ekonomi sekaligus tujuan hidup manusia. Falah adalah kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat yang akan memberikan kebahagiaan yang hakiki bagi manusia. Dengan memahami alur tujuan kegiatan produksi ini, maka dapat di ambil suatu substansi bahwa karakter penting dalam perspektif ekonomi islam adalah perhatiannya terhadap kemuliaan harkat kemanusiaan harus mendapat perhatian dan utama dalam keseluruhan aktifitas produksi. Segala aktivitas yang bertentangan dengan pemuliaan harkat kemanusiaan dapat dikatakan bertentangan dengan ajaran islam. Salah satu contohnya adalah dalam memandang kedudukan manusia khususnya tenaga kerja, dengan capital (financial capital). Dalam pandangan konvensional, tenaga kerja dan capital memiliki kedudukan yang setara dimana keduanya adalah substansi sempurna. Penggunaan tenaga kerja, sebagaimana penggunaan modal, dapat sepenuhnya saling menggantikan berdasarkan pertimbangan efisiensi dan produktivitas. Seandainya menggunakan teknologi padat kerja (labor intensive), maka produsen akan memilih yang pertama. Begitupun sebaliknya, jika teknologi padat tenaga kerja lebih menguntungkan, maka produsen akan lebih memilihnya daripada teknologi padat capital. Dalam dunia nyata, implementasi konsepsi substasnsi ini telah menimbulkan berbagai permasalahan ekonomi sosial yang kompleks. Eksploitasi upah buruh, pemutusan hubungan kerja, dan berbagai bentuk dehumanisasi kegiatan produksi merupakan implikasi nyata dari konsep sustitusi ini. Substitusi antara manusia atau tenaga kerja dengan capital pada dasarnya dapat di bagi menjadi dua jenis yaitu :



5



1.Substitusi yang bersifat alamiah (natural substitution); dan 2.Substitusi yang dipaksakan (forced substitution). Dalam mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang jenis substitusi asumsikan kita kembali pada kehidupan jaman dahulu kala ketika manusia masih rendah kualitas ketenagakerjaannya. Dalam perjalanannya, ketika manusia manusia tersebut telah mampu hidup lebih baik dari hasil yang mereka peroleh dan meningkatkan kualitas ketenagakerjaan anak turunan mereka melalui pendidikan dan peningkatan keahlian, maka mereka akan bisa lebih menggunakan sumber daya ketenagakerjaan mereka dengan lebih baik. Dengan kualifikasi manusia yang sudah tinggi, maka menjadi tidak bijaksana jika manusia manusia dengan kualifikasi tinggi di gunakan untuk memprouksi barang barang yang remeh, bernilai rendah. Mereka tentu akan di harapkan untuk memproduksi barang barang yang mempunyai nilai tinggi sehingga bisa meningkatkan harkat hidup dan kemanusiaan manusia. Kalau kita melihat pada titik terakhir saja tanpa melihat proses yang terjadi di belakangnya, maka kita hanya bisa melihat bahwa telah terjadi substitusi dari capital untuk manusia (tenaga kerja). Namun, jika kita lihat dalam perspektif yang panjang sebagaimana yang di paparkan dimuka maka sebenarnya yang tampak sebagai substitusi ini hanyalah equipping. Dalam hal ini manusia di lengkapi dengan peralatan agar bisa mengatasi masalah yang di hadapi dalam rangka menciptakan nilai mashlahat yang lebih tinggi. Tanpa adanya equipping maka bisa di pastikan akan terjadi pemborosan sumber daya. Sumber daya manusia yang bernilai sangat tinggi dalam contoh terpaksa harus menjalankan produksi barang barang yang remeh (meskipun remeh tetapi tetap menjadi kebutuhan manusia sehingga tetap harus di produksi). Equipping tersebut sebagai substitusi yang natural. Islam sangat merekomendasikan terjadinya substitusi natural ini karena sifat substitusi natural ini adalah untuk mendapatkan maslahat yang lebih besar bagi manusia itu sendiri secara keseluruhan.



6



Sebaliknya Islam tidak merekomendasikan adanya substitusi yang di paksakan. Hal ini di sebabkan karena substitusi yang di paksakan akan menimbulkan kesengsaraan hidup manusia yang justru menurunkan harkat kemanusiaan manusia, yang tentu saja bertentangan dengan tujuan Islam itu sendiri. Pandangan konvensional tentang tenaga kerja adalah substitusi sempurna, merupakan contoh substitusi yang di paksakan. Ketika ketersediaan tenaga kerja masih cukup banyak, tingkat upah yang manusiawi juga masih bisa di jangkau, dan perusahaan tidak dalam kondisi darurat, maka penggunaan capital untuk mensubstitusi tenaga kerja adalah merupakan substitusi yang di paksakan. Substitusi narural prosesnya terjadi dalam jangka waktu yang sangat panjang. Oleh sebab itu, konsep produksi yang menunjukkan adanya substitusi natural antara capital dan manusia (tenaga kerja) adalah merupakan konsep dengan horizon waktu jangka sangat panjang. Paradigma berproduksi sebenarnya adalah paradigma jangka pendek atu bahkan sangat pendek. Dengan demikian, menjadi tidak tepat jika konsep produksi jangka sangat panjang di gunakan untuk menggambarkan perilaku yang sebenarnya jangka pendek.



D. Eksplorasi dan Pembentukan Konsep Produksi Konsep ini dilandasi pada nilai-nilai islam yang kemudian dirumuskan menjadi suatu konsep produksi. a. Amanah untuk mewujudkan mashlahah maksimum Amanah adalah salah satu nilai penting dalam islam, yang diturunkan dari nilai dasar khilafah, yang harus terus dijunjung tinggi. Pengertian amanah dalam konteks ini adalah penggunaan sumber daya ekonomi untuk mencapai tujuan hidup manusia (falah). Sumber daya yang ada di alam semesta ini oleh Allah diamanahkan kepada manusia.



Manusia



tidak



di



perbolehkan



untuk



mengeksplorasi



dan



memperolehnya dengan cara yang tidak benar. b. Prosesionalisme Setiap muslim dituntut untuk menjadi pelaku produksi yangprofesional, yaitu memiliki profesionalitas dan kompetensi di bidangnya. Segala sesuatu urusan



7



harus dikerjakan dengan baik, karenanya setiap urusan harus diserahkan kepada ahlinya. c. Pembelajaran sepanjang waktu untuk efisiensi Setiap tenaga kerja sudah memenuhi standar minimum dalam melaksanakan produksi, namun ia harus selalu belajar terus untuk meningkatkan kemampuannya dalam hal-hal yang terkait dengan produksi. Pembelanjaran ini merupakan amanat sepanjang hidup (long life learning) dari ajaran islam, artinya bahwa setiap agen muslim perlu terus-menerus belanjar.



E. Produksi dengan Teknologi Konstan Konsep produksi yang sesuai dengan nilai Islam adalah konsep yang menganggap bahwa teknologi berproduksi adalah sudah ‘given’ atau konstan, dalam arti bahwa teknologi yang digunakan adalah teknologi yang memanfaatkan sumber daya manusia sedemikian rupa sehingga manusia-manusia tersebut mampu meningkatkan harkat kemanusiaannya. Selain itu, sebagai implikasi dari nilai amanah, maka kegiatan produksi harus menggunakan input setempat (locality) yang melimpah. Permasalahan produksi bukanlah mencari teknologi berproduksi sdemikian rupa sehingga memberikan keuntungan maksimum, melainkan mencari jenis output apa, dari berbagai kebutuhan manusia, yang bisa diproduksi dengan teknologi yang sudah ada. Pemasalahan produksi akan memfokus pada pemilihan kombinasi output, supaya dapat memperoleh nilai mashlahah yang maksimum. Kurva Isoinput Kurva yang menggambarkan alternatif produk yang yang bisa dihasilkan (X dan Y) dengan input yang tertentu. Dimana sumbu vertikal menunjukkan jumlah barang Y, dan sumbu horizontal untuk jumlah barang X. Y



8



X Gambar 1.2 a. Input yang sama Semua titik di sepanjang kurva isoinput menunjukkan jumlah input yang digunakan untuk produksi adalah sama. Kurva isoinput bisa didefinisikan sebagai tempat kedudukan (locus) dari berbagai output yang berbeda yang bisa dihasilkan oleh jumlah input yang sama. Suatu titik kombinasi didalam kurva yang belum menggunakan semua input yang tersedia untuk berproduksi sehingga masih ada sisa input yang belum digunakan sehingga dia tidak mencapai mashlahah yang maksimum. Atau kombinasi produk yang berada diluar kurva isoinput, merupakan kombinasi yang tidak mungkin dicapai oleh produsen karena jumlah input yang tersedia untuk memproduksi tidak mencukupi.



Y



A



D C



B X



Gambar 1.3 9



b. Output yang lebih besar memerlukan input yang lebih besar Secara intuisi dikatakan bahwa jumlah input yang lebih banyak yang dimasukkan kedalam produksi akan menghasilkan jumlah output yang lebih banyak. Sebaliknya juga bisa dikatakan dangan sama benarnya jika dikehendaki jumlah output yang lebih besar, maka pasti memerlukan jumlah input yang lebih besar pula.



c. Kurva Isoinput yang Lebih Tinggi Menyediakan Input yang Lebih Tinggi Berdasarkan sifat diatas, kombinasi A’ mempunyai kandungan output yang lebih besar dari A. Kurva isoinput dimana kombinasi A berada menyediakan jumlah input sebanyak 10 (IT10), sementara kurva isoinput dimana A’ berada menyediakan input sebesar 20 (IT20). Semakin tinggi posisi kurva isoinput (IT), maka semakin besar input yag tersedia bagi produsen untuk melakukan kegiatan produksi. d. Transformasi Input Pada gambar kurva isoinput sebelumnya, dapat dilihat bahwa kurva isoinput mempunyai slope yang negative yang memberikan makna adanya substitusi antara barang X dan Y yang telihat pada pergerakan dari titik A ke titik B. Kenaikan jumlah barang X yang diproduksi adalah merupakan kompensasi atas turunnya jumlah barang Y yang diproduksi. Dengan demikian, terlihatlah bahwa adanya substitusi dari barang X, yang meningkat, untuk barang Y yang menurun. Sebagai implikasi dari adanya substitusi ini adalah input yang dipakai untuk memproduksi barang Y ditransformasikan sebagai input yang digunakan untuk memproduksi barang Y. e. Tingkat Marginal Transformasi Input Terjadi transformasi penggunaaan input dari barang X ke barang Y. Tingkat transformasi input marginal/marginal rate of input transformation (MRIT) menunjukkan besarnya jumlah input yang digunakan untuk memproduksi barang Y yang ditarik dan kemudian digunakan untuk memproduksi barang X. Kemampuan ini



10



ditunjukkan oleh besarnya slope dari kurva isoinput. Secara aljabar, slope dari kurva isoinput bisa dilihat pada penurunan dibawah ini:



Slope IT =



dY =MRIT dx



Jika mengambil derivative total dari fungsi isoinput diatas maka diperoleh:



dI =



∂I ∂I dX+ dY ∂X ∂Y



Deritative total diatas menunjukkan perubahan yang terjadi pada input sepanjang kurva isoinput. Padahal perubahan input sepanjang kurva isoinput adalah sebesar nol, karena jumlah input yang tersedia adalah sama disemua titik pada kurva tesebut. Dengan demikian, lanjutan dari penurunan tersebut menjadi:



0=dI =



∂I ∂I dX + dY ∂X ∂Y



−∂ I ∂I dY = dX ∂Y ∂X dY −∂ I /∂ X = dX ∂ I /∂ Y dY =slope IT =Input marginal X / Input marginal Y dX Peubahan slope jika jumlah produksi barang X meningkat seperti pada gambar dibawah ini: Y



11



X Gambar 1.4 Gambar anak tangga menunjukkan besarnya slope dari kurva isoinput. Pada saat posisi Y menurui anak tangga terlihat bahwa semakin lama semakin landai dan rendah, menunjukkan bahwa jumlah input yang diambil dari produksi barang Y sebesar satu unit semakin menurun. Hal ini menunjukkan adanya efek learning curve dari input



menunjukkan adanya efisiensi penggunaan input. Namun, karena keterbatasan kemampuan manusia maka efeknya pada jumlah produksi semakin menurun. Pada gambar, penurunan efisiensi mulai terjadi setelah melalui titik belok(pada titik besar). Setelah itu jumlah input yang diambil dari dari produksi barang Y menjadi semakin besar untuk memproduksi barang X sebesar satu unit. Implikasi Konsep Produksi Islam pada Kegiatan Produksi Ajaran-ajaran islam yang dipaparkan akan memberi dampak pada produksi yang dilakukan oleh agen muslim. Dampak langsungnya adalah penurunan tambahan penggunaan input (marginal input) dan efisiensi produksi. a. Penurunan Input Marginal Ketika output produksi meningkat, maka penggunaan input juga meningkat. Namun, jumlah tambahan input untuk satu unit output, yaitu marginal input, semakin lama akan semakin menurun sebagai akibat dari adanya efek learning curve. Penurunan tersebut akan berhenti dan menaik ketika efek leaening curve sudah berhenti. b. Efisiensi dan Tingkat Efisiensi Penggunaan Input Output yang sama jumlah input yang dibutuhkan semakin sedikit. Denagan kata lain, efisiensi ini adalah merupakan tingkat penurunan dari marginal input. Karena ia terjadi sebab efek learning curve. Efek learning curve tidak terjadi terus-menerus sepanjang waktu, namun ia mempunyai batas-batas. Ketika kemampuan tenaga kerja mencapai tingkat jenuh maka efek learning curve sudah menjadi nol. Yaitu tenaga kerja sudah tidak bisa meningkatkan kemampuan mereka diluar batas tersebut.



12



Efisiensi terjadi pada rentang produksi dimana tenaga kerja masih bisa meningkatkan kemampuan mereka. Tingkat efisiensi ditunjukkan oleh adanya penghematan input oleh menurunnya tingkat penggunaan input pada masingmasing unit produksi terakhir. Hal ini ditunjukkan dalam aljabar berikut: d 2 I d dI = 0 ∂ Ii ∂2 Q < ∂I2



0



(1.21) c. Hubungan antara Produktivitas Rata-rata dan Produktivitas Marginal Sekarang, marilah kita melakukan analisis mengenai tambahan tenaga kerja sebagaimana ilustrasi yang disampaikan diatas. Jika dalam kasus tersebut kita hadapkan kepentingan tenaga kerja di satu sisi, dengan kepentingan pemilik modal di sisi lain, akan terlihat bahwa marginal produk fisik dari tenaga kerja mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya jumlah tenaga kerja dalam proses produksi. Sebaliknya, di pihak lain yaitu pihak yaitu pihak pemilik modal akan mengalami peningkatan efisiensi penggunaan modal yang semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena modal yang dalam kasus di atas adalah peralatan produksi akan terpakai sepanjang waktu tunggu bagi peralatan tersebut. Gambaran ini menunjukkan bahwa penurunan jumlah produk marginal fisik dan tenaga kerja sebagai akibat dari penambahan tenaga kerja justru meningkatkan produktivitas rata-rata dari modal. Untuk melihat hal ini, marilah kita lihat lagi fungsi produksi pada persamaan (1.10) dalam perspektif jangkan pendek dan melihat dari sisi fisiknya saja sehingga: Q = f (K , L)



(1.22)



Dengan ekspresi seperti pada persamaan (1.22) di atas, maka bisa diperoleh nilai produktifitas rata-rata kapital sebagai berikut:



22



K



I I Q= f (K , L) K K



=



AP I (1.23)



Jika sekarang jumlah tenaga kerja ditambah sebanyak dL menjadi L maka output akan bertambah



sebanyak dQ menjadi Q. Padahal pertambahan Q



sebanyak dQ disa dilihat melaui cara lain yaitu: dQ



∂f ∂f dK + dL ∂K ∂L



=



(1.24) Dalam kasus ini tenaga kerja bertambah sementara jumlah kapital dikekang untuk tidak bertambah (dK =0) sehingga persamaan (1.24) akan berubah menjadi: dQ =



∂f dL ∂L



(1.25) Dengan menggunakan persamaan 1.25 kita bisa mendpatka nilai Q’ Q’ = Q + dQ Q’



=



Q



+



∂f dL ∂L



(1.26) Dari persamaan (1.26) diatas bisa diperoleh nilai produksivitas rata-rata dari kapital yang baru yaitu: I ' I ∂f Q = Q+ dL K K ∂L



(



)



I ' I I ∂f Q = Q+ dL K K K ∂L Hasil dari ekspresi (1.27) diatas bisa ditulis kembali menjadi:



23



(1.27)



AP2K =AP KI +



1 ∂f dL K ∂L



(1.28) Dari persamaan



(1.28) di atas bisa dilihat bahwa terjadi peningkatan



produktivitas kapital dari nilai yang semula (sebelum terjadinya kenaikan jumlah tenaga kerja),



K AP I .Namun, sekaligus bisa dilihat adanya kenyataan bahwa



kenaikan produktivitas kapital rata-rata ini berasal dari tambahan jumlah tenaga kerja, dL pada terma kedua di ruas kanan dalam persamaan (1.28). Di sini menunjukkan bahwa penambahan jumlah tenaga kerja yang di suatu pihak, menurunkan nilai produk marginal fisik dari tenaga kerja, tetapi pihak lain justru meningkatkan nilai produktivitas rata-rata kapital.



24



BAB PENUTUP Kesimpulan 1. Setiap produk menjadi berharga atau bernilai bukan semata karena adanya berbagai atribut fisik dari produk tersebut, tetapi juga karena adanya nilai (value) yang dipandang berharga oleh konsumen. 2. Kegiatan produksi membutuhkan berbagai jenis sumber daya ekonomi yang lazim disebut input atau faktor produksi. 3. Karakter penting produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah perhatian terhadap kemuliaan harkat kemanusiaan, yaitu mengangkat kualitas dan derajat hidup serta kualitas kemanusiaan dari manusia. 4. Konsep produksi yang sesuai dengan nilai Islam adalah konsep teknologi berproduksi kostan, dalam arti bahwa teknologi yang digunakan adalah teknologi yang memanfaatkan sumber daya manusia sedemikian rupa sehingga



manusia-manusia



tersebut



mampu



meningkatkan



harkat



kemanusiannya. 5. Optimum mashlahah condition akan tercapai pada saat slope (gradient) antara kurva iso-mashlahah dan kurva isoinput adalah sama. Secara matematis



produsen



harus



mampu



menyamakan



nilai



rasio



mashlahahmarginal barang X dan mashlahahmarginal barang Y sama dengan rasio input marginal dalam memproduksi barang X dan input marginal dalam memproduksi barang X dan input marginal dalam memproduksi barang X.



25