Teori General Semantics (Definisi, Asumsi, Konsep) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENJELASAN TOKOH



Alfred Vladislavovoch Habdank Skarbek Korzybski merupakan seorang ilmuwan sekaligus Filsuf Polandia-Amerika. Beliau lahir pada tanggal 3 Juli 1879 di Warsawa, Polandia. Korzybski adalah bagian dari keluarga bangsawan yang telah bekerja menjadi sebagai ahli matematika, ilmuwan dan insinyur. Sebagai seorang anak dari keturunan bangsawan, Korzybski menguasai empat bahasa, yaitu bahasa Polandia, bahasa Rusia, bahasa Jerman dan bahasa Perancis. Korzybski melanjutkan pendidikannya di Warsawa University of Technology dan mengambil jurusan teknik kimia. Semasa hidupnya, beliau mendapatkan banyak pengalaman dalam bidang militer. Saat pecahnya perang dunia I pada tahun 1914 dan beliau berusia 35 tahun, Korzybski menjabat sebagai Perwira Intelijen di Angkatan Darat Rusia. Pada tahun 1916, ia datang ke Canada dan Amerika Serikat untuk menjadi ahli dalam pengiriman senjata ke Rusia. Ketika itu pula Korzybski melanjutkan kuliahnya serta mempromosikan penjualan obligasi untuk perang. Dan setelah perang usai, ia memutuskan untuk tetap tinggal di Amerika Serikat dan kemudian menjadi warga naturalisasi pada tahun 1940. Ketika ia berada di Amerika Serikat, ia bertemu dengan Mira Edgerly (1954-1979), seorang pelukis potret terkemuka Amerika. Mereka menikah dua bulan kemudian, pada bulan Januari 1919 di Gedung Mahkamah Agung Amerika Serikat di Washington, DC . Pengalamannya selama perang membuat ia sering mengamati perilaku serta perbedaan antara manusia dengan hewan. Kemudian Korzybski didorong untuk mengembangkan dan mempublikasikan ide-idenya oleh teman-teman yang termasuk ahli 1



biologi Jacques Loeb (1859-1924) dan matematikawan Cassius Jackson Keyser (1862-1947). Dengan bantuan editorial yang cukup besar dari Keyser, buku pertamanya, Manhood of Humanity berhasil diterbitkan pada tahun 1921 dan cetakan pertama buku ini habis dalam waktu enam minggu. Buku tersebut menjelaskan secara rinci teori baru tentang manusia, yaitu mankind "time-binding" class of life (Manusia mengikat waktu dengan melakukan transmisi pengetahuan serta abstraksi melalui waktu yang bertambah dalam budaya). Dari tahun 1928 sampai tahun 1933, Korzybski menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menulis bukunya yang paling terkenal, Time-Binding: The General Theory dan akhirnya berubah judul menjadi Science and Sanity: An Introduction to Non-Aristotelian Systems and General Semantics. Bukunya mengeksplorasi cara mentransfer prediksi metode ilmu-matematika dengan perilaku sehari-hari orang biasa. Berdasarkan upayanya untuk menerapkan metode matematika dalam psikoanalisis, Korzybski belajar tentang psikiatri selama dua tahun di St. Elizabeth Hospital di Washington. Pekerjaannya termasuk membaca sejarah kasus, mewawancara pasien, mengikuti pertemuan dengan karyawan dan kelompok psikiater profesioanal dan kadang-kadang ia memegang diskusi dengan rekan kerjanya, Harry Stack Sullivan. Science and Sanity berpendapat bahwa manusia berkembang sebagian besar sebagai hasil dari sistem yang lebih fleksibel. Bahasa memungkinkan untuk meringkas atau menggeneralisasi pengalaman dan meneruskannya kepada orang lain, menyelamatkan orang lain dari keharusan untuk membuat kesalahan yang sama atau menemukan kembali apa yang sudah ditemukan. Korzybski mencatat bahwa kita memiliki lebih sedikit kata-kata dan ide-ide dari pengalaman, dan ini cenderung menyebabkan kebingungan. Misalnya, kata "apel" yang memiliki makna berbeda tergantung situasi. Sama seperti kita perlu pelatihan dalam cara aman mengendarai mobil, Korzybski menyarankan agar kita membutuhkan pelatihan dalam penggunaan bahasa untuk mencegah misevaluation non-verbal serta realitas verbal. Akhirnya Korzybski mengembangkan program pelatihan untuk mengajar orang bagaimana untuk meledak melalui kebiasaan bahasa mereka yang benar untuk mengevaluasi karakteristik unik dari pengalaman sehari-hari mereka. Tujuannya adalah untuk menolong orang meminimalisir implikasi dari bahasa 2



sehari-hari mereka. Korzybski merasa bahwa untuk melepaskan diri dari keterbatasan bahasa sehari-hari kita perlu cara-cara baru 'berpikir‟. Setelah penerbitan buku di Oktober, 1933, Korzybski melakukan seminar di sekolah dan universitas di seluruh negara pada teorinya General Semantic . Pada tahun 1938 ia dan beberapa pengikutnya mendirikan Institute of General Semantic dekat kampus Universitas Chicago sebagai pusat pelatihan dan untuk mempromosikan penelitiannya. Pada tahun 1946 akibat kekurangan lahan perumahan setelah Perang Dunia II terpaksa Lembaga Korzybski dipindahkan dari Chicago ke dekat Lakeville. Meskipun hampir tuli dan sering membutuhkan penggunaan kursi roda sebagai akibat dari luka perang, Korzybski terus melakukan seminar dan kuliah sampai kematiannya. Kematian Korzybski pun datang tiba-tiba. Pada tanggal 1 Maret 1950, Korzybski meninggal dunia di usia 70 tahun karena serangan jantung. Dalam pelaporan kematiannya, The American Journal of Psychiatry (Mei 1950) menyatakan, "Kematian ini apresiasi guru ... memperdalam besar kontribusi penting untuk pemahaman manusia, secara individu, secara luas sosial, atau skala internasional."



3



BAB II LATAR BELAKANG TEORI



Seperti yang telah kita ketahui, ketika kita berkomunikasi, kita menerjemahkan gagasan kita kedalam bentuk lambang verbal maupun nonverbal. Proses ini lazim disebut dengan penyandian (encoding). Dengan bahasa, yang merupakan pengumpulan kata-kata, anda dapat mengatur perilaku orang lain. Inilah kekuatan bahasa, kekuatan kata-kata, the power of words. Mungkin inilah yang membedakan manusia dengan binatang. Namun menurut pengikut general semantics, bahasa adalah alat penyandian tetapi alat yang tidak begitu baik. Disamping berbagai kelebihan yang dimilikinya sebagai sarana penyampaian makna bahasa, pesan verbal juga memiliki berbagai kelemahan dalam penyampaian maksud, yaitu : 1.



Jumlah kata yang tersedia dalam setiap bahasa sangat terbatas, sehingga tidak semua objek dalam realita dapat diwakili oleh kata-kata.



2.



Kata-kata memiliki makna yang ambigu (makna ganda) dan kontekstual, dimana katakata bersifat ambigu karena hubungan antara kata dan objek yang diwakilinya bersifat arbitrer (semena-mena). Kata yang diucapkan tidak merujuk pada objek, tetapi pada persepsi dan interpretasi orang sebagai wakil dari objek tersebut.



3.



Makna kata-kata bersifat bias karena dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaan. Esensi bahasa dalam aktivitas berpikir terungkap dengan jelas melalui kenyataan bahwa ketidakmampuan suku-suku primitif memikirkan hal-hal yang „canggih‟ bukan karena mereka tidak dapat berpikir, tapi karena bahasa mereka tidak dapat memfasilitasi mereka untuk melakukannya.



4.



Orang cenderung mencampuradukkan fakta, penafsiran, dan penilaian karena kekeliruan persepsi sewaktu menggunakan bahasa. Pandangan kita tentang dunia dibentuk oleh bahasa. Dan karena bahasa berbeda,



pandangan tentang dunia pun berbeda pula. Secara selektif, kita menyaring data sensori yang masuk seperti yang telah diprogram oleh oleh bahasa yang kita pakai. 4



Kesalahan penggunaan bahasa dapat menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman karena setiap orang mempunyai makna tertentu untuk kata-kata tertentu. Komunikasi sering dihubungkan dengan kata latin communis yang artinya “sama”. Komunikasi hanya terjadi jika kita memiliki makna yang sama. David K. Berlo (1960:84) menulis, “People can have similar meaning to the extent that they have had similar experiences, or can anticipate similar experiences”. (Orang-orang yang memiliki makna yang sama bila mereka mempunyai pengalaman yang sama atau dapat mengantisipasi pengalaman yang sama). Teori General semantics menjelaskan karakteristik bahasa yang mempersulit proses komunikasi. Ia menguraikan kesalahan penggunaan bahasa (Severin dan Tankard,1979:51). Ia menelaah bagaimana berbicara dengan cermat, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman (Capp dan Capp, 1976:257). Korzybski menggunakan kata general semantics untuk menunjukkan pendekatan baru studi tentang manusia dalam fungsi bahasanya yang khas. Ia berpendapat bahwa dengan ilmu manusia akan sampai pada keselarasan batin dan jasmani, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat seutuhnya. Korzybski menunjukkan studi tentang manusia adalah studi tentang satu proses, satu kekhas-an, satu hubungan. Yang penting bagi kita adalah pernyataannya bahwa “the only link between the objective world and the linguistic world is found in structure and alone structure alone”. Konsep inilah yang mendasari keperluan untuk menyusun runtunan kata untuk mewakili atau menyatakan segala sesuatu di dunia.



5



BAB III PEMBAHASAN TEORI



Setiap orang berusaha untuk berkomunikasi dengan sempurna dan selengkap mungkin. Setiap orang berasumsi bahwa setiap kata yang digunakan merujuk pada hal yang sama. Akan tetapi kita lupa bahwa komunikasi adalah satu



masalah peringkat dalam



pemahaman. Untuk menhindari perangkap ketidaksamaan rujukan dalam komunikasi, terdapat beberapa usul dan teori yang dikemukakan oleh para ahli, salah satunya Alfred Korzybski. Ia mengusulkan kesadaran akan abstraksi untuk menghindarkan ketidaktetapan komunikasi. Korzybski mengatakan bahwa setiap penutur harus selalu waspada akan fakta bahwa setiap kata mempunyai abstraksi sendiri. Oleh karena setiap kata memiliki abstraksi dan makna akan selalu berhubungan dengan pengalaman, maka ia berpendapat bahwa komunikasi kita hanya sampai pada tahap mendekati dan tidak pernah sempurna dan lengkap Korzybski melambangkan asumsi dasar teori general semantics : 1. Bahasa tidak lengkap mewakili kenyataan 2. Kata-kata hanya menangkap sebagian saja aspek kenyataan. Menurut Korzybski dalam bukunya yang kontroversial, Science and Sanity, penyakit jiwa disebabkan karena kerancuan menggunakan bahasa. Jika anda ingin sehat, maka gunakanlah bahasa dengan cermat. Ternyata anjuran “Pakailah bahasa Indonesia yang baik dan benar” bukan hanya berasal dari Lembaga Bahasa saja, tetapi juga dari psikiater. Teori General Semantics ini dapat dilihat dari segi perspektif Robert Craig yaitu Semiotics Tradition. Tradisi ini memfokuskan pada tanda-tanda dan simbol. Tradisi ini memperdebatkan apa yang ada dalam bahasa yang meliputi istilah seperti tanda (sign), simbol, arti, kode, dan pengertian. Kekuatan semiotic terletak pada ide tentang perlunya kesamaan bahasa. Richard adalah ahli semiotic pertama untuk menggambarkan secara sistematik bagaimana kata-kata bekerja. Menurut Richard, kata-kata merupakan symbolsimbol yang berubah-ubah, tidak memiliki arti yang melekat. Kata-kata bekerja dalam konteks dimana ia digunakan. 6



Konsep Dasar General Semantics 



Time Binding Hidup manusia terikat oleh waktu. Waktu lah yang menentukan dan mengubah realitas kita.







Extension, Not Intention Setiap individu berpikir, mengevaluasi setiap proses dalam mendapatkan sesuatu hal sebelum menetapkannya menjadi suatu kesimpulan bukan tidak mempertimbangkan bahwa secara verbal suatu kejadian diterjemahkan melalui kata-kata.. Dengan bertindak seperti ini, maka akan lebih mendekatkan individu dengan fakta dan realitas. Namun kita harus mengakui bahwa segala hal yang kita tahu merupakan bentuk fenomena yang diketahui oleh banyak orang.







Process-Oriented Universe Alam semesta merupakan proses perubahan dari segalanya. Segala yang yang terjadi di dunia ini dinamis, artinya selalu berubah secara konstan. Oleh karena itu, kita harus selalu sadar akan segala perubahan.







Conditionality and Delayed Reaction Respons kita haruslah kondisional bukan dikondisikan. Artinya respons kita harus melalui penundaan (delayed) dan modifikasi, bukan otomatis. Untuk itu, kita perlu menghindari reaksi yang baku atau stereotip terhadap kelas atau kelompok orang tertentu dan menyadari adanya perbedaan-perbedaan di antara individu anggota kelompok atau kelas dan menyesuaikan respons kita.







Identification Penaruh perhatian pada abstraksi dalam bahasa yang dapat menyebabkan kerancuan dalam pemberian makna. Ketika kita menyampaikan sesuatu tentang realitas, realitas yang kita sampaikan sebenarnya bersifat subjektif bukan objektif. Karena realitas berdasarkan pandangan kita sendiri.



7







Dating and Indexing Pemberian tanggal dan indeks sebagai penanda yang mengingatkan kita bahwa yang terjadi tidak akan pernah sama. Tidak hanya kata-kata, tempat, acara ataupun hal lainnya tidak akan memiliki makna yang sama di waktu dan tempat yang berbeda. Berdasarkan asumsi ilmu bahwa semua makhluk di dunia terus berkembang dalam satu proses dan berkembang terus secara mantap. Pemberian tanggal pada fakta dan opini memberikan kemungkinan perubahan.



Indeks memberikan dan menunjukkan perbedaan. Dengan pemberian indeks kepada kata, maka persepsi dan konsep kita tentang persamaan dan perbedaan antara kata dipertajam.  Indeks Horizontal dan Indeks Vertikal Dalam indeks horizontal makna kelas kata tetap sama. Jika di dalam sebuah kamar ada 10 anak laki-laki, maka kita akan memberikan indeks horizontal kepada 10 anak laki-laki tersebut. Misalanya anak1, anak2, anak 3, dan seterusnya. Yang dimaksud dengan indeks vertikal adalah pengabstaksian sesuai dengan tingkat atau ranking. Korzyski memberikan diagram dengan nama “diferensial struktural”. Dengan diagram struktural, ia ingin melatih para siswa/mahasiwa untuk melakukan abstraksi secara sadar. Misalnya, kita menyebutkan kata “tulang”. Kata ini mempunyai beberapa tingkat abstraksi.



Contoh: Tulang7 - ?? Tulang6 – tulang dalam perdagangan Tulang5 – tulang monopoli Tulang4 – tulang di pasar Tulang3 – tulang sebagai kata (bone) Tulang2 – tulang sebagai objek diam Tulang1 - tulang sebagai kejadian.



8



Setiap orang yang membuat abstraksi yang makin lama makin tinggi dengan langkah yang tidak teratur dan tidak tentu. Ada empat kekeliruan semantik dapat dihindarkan dengan indeks vertikal ini. 1)



Korzybski berpendapat bahwa dalam kehidupan setiap hari, manusia sering mengacaukan dua absrtraksi dalam indeks hierarki. Menurutnya, orang yang mengacaukan kata dan benda adalah apa yang dikatakannya verbalizer.



2)



Indeks vertikal pun dapat membantu kita membedakan antara fakta/interpretasi tentang fakta dan penilaian yang diberikan. Kekeliruan semantik biasanya terdapat pada dua tingkat abstraksi. Ikuti contoh dibawah ini :



Saya melihat seorang laki-laki membawa sebuah bungkusan besar sambil melihat kiri dan kanan, lari sebentar, dan kemudian memasuki lorong sempit itu.



Dari tingkat deskripsi ini, kita beranjak ke tingkat inferensi atau menarik kesimpulan. Inferensi kita mungkin seperti ini :



Orang itu takut kelihatan.



Dari inferensi yang bersifat interpretasi ini, kita beranjak ke inferensi yang bersifat penilaian ;



Saya melihat seorang pencuri keluar dari pintu itu dan lari ke dalam lorong itu.



Dalam hal ini akan tampak bahwa tingkat deskripsi lebih dapat dipercayai atau diandalkan karena 



Tingkat deskripsi pada umumnya sama antara para pelapor yang berkompeten







Berbagai inferensi dapat ditarik dari deskripsi yang sama.



Perhatikan deskripsi peristiwa dan inferensi yang ditarik. Si badu bertemu dengan saya tadi pagi di jalan dan tidak menyalami saya sama sekali.



Dekripsi ini dapat menjadi dasar beberapa inferensi sebagai berikut : 9



Si badu sibuk Si badu pemalu dan mengharapkan saya menyalami dia terlebih dahulu Si badu tetap melihat ke depan dan tidak melihat saya Si badu itu penglihatannya rabun.



3) Kekeliruan terjadi ketika kita membuat pernyataan tentang pernyataan yang lain seolah-olah kedua abstraksi itu sama. Kita mendengar dan membaca. Kita berbicara tentang apa yang kita dengar dan yang kita baca. Korzybski berpendapat bahwa dua tingkat pernyataan ini tidak sama. Baginya pernyataan yang pertama atau yang original adalah yang lebih dapat dipercayai daripada pernyataan yang kedua.



4) Kekeliruan semantik yang keempat yang dapat dihindarkan dengan indeks vertikal makna ialah perhatian penulis atau pembicara atas tingkat abstraksi yang berbeda. Misalnya kita menggunakan kata pendidikan. Pendidikan mungkin berada dalam beberapa tingkat abstraksi.



?



pendidikan8



Pendidikan seumur hidup



pendidikan7



Pendidikan lewat satu perguruan



pendidikan6



Pendidikan lewat sekolah menengah



pendidikan5



Pendidikan lewat sekolah dasar



pendidikan4



Program membaca pada kelas 5



pendidikan3



Pengajaran membaca guru tertentu



pendidikan2



?



pendidikan1



Indeks vertikal makna seperti yang dikemukakan oleh Korzybski bermanfaat bagi kita dalam tulisan ilmiah untuk mencapai satau interpretasi tunggal. Untuk itu, kita memerlukan definisi tentang kata atau istilah yang dipergunakan. Dalam pemberian definisi tentang sebuah kata, kita perlu sadar akan beberapa prinsip di bawah ini : 10







Kita tidak dapat mengidentifikasikan sebuah kata dalam keutuhannya ;







Kita tidak dapat mengidentifikasikan sebuah benda dalam keutuhannya ;







Kita tidak dapat mencirikan seseorang secara keseluruhan.



Bersama dengan Hayakawa, mereka mempopulerkan general semantics. Di dalam bagian ini, kita akan menguraikan secara singkat secara singkat pokok-pokok penting gagasan mereka. 



Berhati-hati dengan Abstraksi Bahasa menggunakan abstraksi. Abstraksi adalah proses memilih unsur-unsur realitas untuk membedakannya dari hal-hal yang lain (Taylor et al., 1977:48). Ketika kita melakukan kategorisasi, kita menempatkan realitas dalam kategori tertentu. Untuk membuat kategori, kita harus memperhatikan hanya sebagian sifat-sifat objek.



Kata-kata yang kita pergunakan berada pad atingkat abstraksi yang bermacammacam. Hayakawa menyebutnya “the ladder of abstraction”. Makin tinggi tingkat abstraksi kata, makin sukar kata itu diverifikasi dalam kenyataan dan makin ambigu makna kata itu. Abstraksi menyebabkan cara-cara penggunaan bahasa yang tidak cermat. Tiga buah diantaranya adalah:



1. Dead Level Abstracting Terjadi bila kita berhenti pada tingkat abstraksi tertentu; abstraksi tinggi atau rendah. Kata-kata yang berabstraksi tinggi seperti kemerdekaan, keadilan, kebenaran, pembangunan. Kata-kata ini mengandung makna yang terlalu luas sehingga tidak jelas apa yang dimaksudkannya. Politisi senang menggunakan kata-kata abstrak untuk menarik perhatian, memperoleh dukungan, dan menyembunyikan kenyataan.



2. Undue Identification Dengan menempatkan sekian banyak objek dalam satu kategori, kita melakukan kesalahan yang kedua, yaitu identifikasi yang tidak layak. Istilah lain untuk ini adalah overgeneralisasi. Orang berkata : “Perempuan semuanya materialistis, “Laki-laki tidak ada yang benar”. “Dasar Batak”, “Pejabat kita memang 11



begitu”,dsb. Untuk menghindarkan ini, general semantics menyarankan indexing pada setiap kata : Perempuan 1, Perempuan 2, Perempuan 3. Dengan itu kita diingatkan bahwa mereka memiliki sifat-sifat yang sama dan berbeda sekaligus.



Walaupun setiap benda dan peristiwa itu khas, tetapi mereka dapat dikelompokkan atau diklasifikasikan. Kita mengelompokkan kata-kata berdasarkan pesamaanpersamaannya. Setiap kata termasuk dalam kelas tertentu. Ini berarti ada persamaan umum kata-kata tersebut.



3. Two Valued Evaluation Penilaian dua nilai, pemikiran kalau begitu-begini (either-or thinking) ialah kecenderungan menggunakan hanya dua kata untuk melukiskan keadaan. Keadaan tidak selalu hitam-putih, baik-buruk, benar-salah, kawan-musuh, pandai-bodoh. Untuk menghindari ini, general semantics menyarankan penilaian multi-nilai. Gunakanlah kata-kata yang menunjukkan gradasi : sangat jujur, agak jujur, kurang jujur, hampir tidak jujur. 



Berhati-hati dengan Dimensi Waktu. Bahasa itu statis, sedangkan realitas dinamis. Ketika anda bereaksi pada satu kata, anda sering menganggap makna kata itu masih sama. Untuk mengatasi ini, general semantics merekomendasikan dating (penanggalan). “Dating memaksa individu untuk mengakui faktor perubahan, untuk menilai lingkungan, untuk membuat ujaran verbal yang cocok dengan fakta kehidupan yang dewasa ini” ujar William Arnold dan James McCroskey (1964).







Jangan Mengacaukan Kata dengan Rujukannya. Sebelum ini, kita telah menjelaskan bahwa hubungan antara kata dengan rujukannya (objek, gagasasan, situasi) bersifat tidak semena-mena. Kata itu bukan rujukan. Kata hanya mewakili rujukan, “kita hidup dalam dua macam dunia yang tidak boleh dikacaubalaukan,” kata Irving J. Lee (1941:16), „dunia kata dan dunia bukan-kata”. Dunia kata hanya kumpulan lambang-lambang yang mengungkapkan reaksi kita pada realitas dan bukan realitas sendiri. Kita menyalahgunakan bahasa bila 12



kita memandang seakan-akan pernyataan kita adalah lukisan objektif dari realitas, seakan-akan kata yang diucapkan adalah realitas itu sendiri.



Untuk mengatasi kesalahan ini, para pendukung general semantics menyarankan penambahan “....menurut saya” diujung kalimat. Karena kita sering mengacaukan kata dengan rujukan, kita juga cenderung menganggap orang lain mempunyai rujukan yang sama untuk kata-kata yang kita ucapkan. Kita menganggap lambang mempunyai makna, padahal kitalah yang memberi makna. 



Jangan Mengacaukan Pengamatan dengan Kesimpulan Ketika melihat fakta, kita membuat pernyataan untuk melukiskan fakta itu. Pernyataan itu kita sebut dengan pengamatan. Kita menarik kesimpulan bila menghubungkan hal-hal yang diamati dengan sesuatu yang tidak teramati. Dalam pengamatan, kita menghubungkan lambang dengan rujukan. Dalam kesimpulan kita menggunakan pemikiran. Pengamatan dapat diuji, diverifikasi; karena itu, menggunakan kata-kata berabstraksi rendah. Sebaliknya, penyimpulan tidak dapat diuji secara empiris (dengan alat indera); karena itu menggunakan kata-kata berabstraksi tinggi.



Kita sudah melakukan kesalahan ketika menganggap kesimpulan sebagai pengamatan. Tetapi kita salah besar kalau mengambil keputusan berdasarkan kesimpulan, tetapi beranggapan kita melakukannya berdasarkan pengamatan.



.



13



Gambar Proses Abstraksi dari Korzybski



Cortical complex electro-colloidical neural processes, associations, images, etc.



Verbal fuctioning linguistic and SYMBOLIC



Organismal preprogammed efferent neural reactions, striated and smooth muscle tension associated with II



Silent



Organismal preprogrammed neural and homoral reactions to II



Silent



Immediate physical-chemical electro-colloidal impacts. Sensory nerve impulse triggered.



External or internal happenings



non-verbal



overt



and



convert action MOVEMENT



non-verbal



processes



called EMOTIONS



Silent non-verbal procceses called SENSATIONS



Inferred structures and processes EVENTS



14



BAB IV STUDI KASUS



1.



Apa yang sedang anda pegang sekarang? Misalnya buku. Buku adalah kategori yang didasarkan pada kenyataan bahwa buku adalah kumpulan kertas yang dijilid. Jadi buku yang sedang dipegang ini satu kategori dengan buku catatan anak sekolah, buku induk di kantor. Anda mengabstraksikannya dengan melihat bahan materialnya. Tetapi, jika dengan melihat fungsi informasinya, anda menyebut buku ini satu kategori dengan surat kabar, majalah, buletin dan sebagainya.



2.



Ketika seorang politisi berkata, “kami berjuang membela kepentingan rakyat”, siapa yang dimaksud dengan rakyat? Penduduk desa, pejabat, atau pendukung pemerintah?.



3.



Ketika anda ditanya, “apa pekerjaan anda?”. Anda menjawab “Mahasiswa FIKOM”. Mahasiswa FIKOM menunjuk rujukan yang lebih banyak. Mahasiswa Unpad lebih abstrak lagi. Karena ada berbagai fakultas yang ada di Unpad.



4.



Tujuh belas tahun yang lalu, Ami adalah anak ingusan. Kini ia menjadi gadis yang menawan. Dua puluh tahun lagi ia menjadi wanita menjelang “menopause”. Tiga puluh tahun lagi ia menjadi nenek yang batuk-batuk. Kita tetap menyebut namanya Ami. Untuk mengatasi ini, maka dibuat dating (Penanggalan) : Ami 2000, Ami 2017, Ami 2037, Ami 2067.



5.



Kita menyebut, “makanan padang itu pedas”, “mobil ini mewah”, “rumah ini bagus”. Dengan kata-kata itu, kita mengasumsikan makanan padang itu pedas; padahal perasaaan kitalah yang menilai pedas; orang lain atau orang padangpun mungkin merasa biasa-biasa saja atau tidak pedas. Untuk mengatasi kesalah ini, maka dibuat penambahan “makanan padang itu pedas, menurut saya”.



15



BAB V PENUTUP



Komunikasi merupakan proses sosial dari orang-orang yang terlibat dalam hubungan sosial dan memiliki kesamaan makna mengenai suatu hal. Dalam kenyataannya bahwa proses komunikasi itu tidak selamanya lancar , hal ini terjadi dikarenakan kurangnya memperhatikan unsur-unsur yang mestinya ada dalam proses komunikasi. Kesalahpahaman dalam berkomunikasi sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini yang seringkali menjadi penyebab terjadinya konflik antar masyarakat. Untuk menghindari mis-komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang



tepat



dan



sesuai



dengan



karakteristik



komunikannya,



serta



melihat



dan



mempertimbangkan kemungkinan penafsiran yang berbeda terhadap kata-kata yang digunakannya.



16



DAFTAR PUSTAKA



http://books.google.co.id/books?id=sNi45QHIl7MC&pg=PA18&lpg=PA18&dq=asumsi+ten tang+general+semantic&source=bl&ots=QWZLqBoDhU&sig=ka3652kJTfA3CUhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.xenodochy.or g/gs/&prev=/search%3Fq%3Dgeneral%2Bsemantics%26hl%3Did%26prmd%3Divnsb&rurl =translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhhSgSIH0T-c4MKTQoz6yNwgEK9KDA



www.wikipedia.org



Encyclopedia of Communication Theory



Parera, J.D. Teori Semantik Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga, 2004.



Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1985.



17