Teori Kepribadian Millon [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

• Personality Style Theory – Karakteristik individu dapat berubah di suatu situasi ke situasi yang lain. – Akan tetapi konsep personality style mengacu pada beberapa atrribute (sifat) yang cenderung stabil atau menetap di dalam diri individu yang dapat dilihat sebagai “esensi” dari individu tersebut. – Attributes ini juga disebut sebagai person’s life style atau personality style.



– Personality style merepresentasikan sekumpulan personality traits, suatu kumpulan yang dapat dilihat secara bersamaan sebagai integrated whole. Di dalam kumpulan ini biasanya terdapat: a) Asumsi dasar (basic assumption) mengenai self (diri) dan dunia yang berada di tataran conscious ataupun unconscious. b) Beberapa perasaan (feeling) mengenai self (diri) dan dunia yang biasanya selaras dengan asumsi dasar. c) Habitual behaviors yang biasanya juga selaras dengan asumsi dasar dan perasaan (basic assumption and feeling). Dimana hal ini mempengaruhi relasi interpersonal individu.



– Setiap personality style memiliki kelebihan dan kekurangan. • Sebagai contoh, asumsi bahwa kehidupan ini merupakan situasi kompetitif, dimana orang lain mencoba mengeksplotasi kita, kemungkinan paling tepat ketika kita membeli mobil bekas. (lebih baik didasarkan untrust) • Akan tetapi asumsi tersebut kurang tepat ketika berinteraksi dengan pasangan. (harus didasarkan trust) • Contoh lain: sifat teratur (orderliness)  dalam situasi kerja dan situasi hubungan interpersonal  memiliki dampak yang berbeda.



– Individu yang lebih adaptif adalah individu yang: • Memiliki definite personality style termasuk asumsi, perasaan, dan perilaku yang berada dalam normal range, dan • Fleksibel dan dapat beradaptasi dengan situasi yang berbeda. – Fleksibilitas ini termasuk  mampu menerima asumsi, memiliki feeling, dan menghasilkan perilaku yang berbeda dari kecenderungan individu tersebut. – Sebagai contoh: individu yang cenderung submisif dan dependen dapat memerankan peran lebih dominan  ketika mengajar di kelas.



– Personality style dapat menjadi sumber gangguan bila: • Asumsi, feeling, atau trait terlalu berlebihan derajatnya, atau • Individu sangat terikat dengan personality secara kaku (rigid) sehingga individu tidak dapat beradaptasi dengan situasi. • Biasanya jika derajat berlebihan dan rigid  “character disorder”.



– Personality style begitu unik  butuh keterampilan untuk menggunakan konsep personality style.



• Perbedaan antara character disorders dan personality style perlu ditegakkan:



– Semua individu memiliki asumsi mengenai dirinya dan dunianya  hal ini membentuk personality style. – Sebagian individu memiliki asumsi ataupun feeling yang ekstrim; yang mengganggu fungsi individu tersebut  yang seperti ini disebut: “Character disorder”. (gangguan kepribadian; patologi) – Personality style individu bukan merupakan pathology.



• Beberapa individu memiliki karakteristik yang sesuai sekali dengan satu tipe kepribadian. • Sebagian besar memiliki kepribadian yang merupakan kombinasi dari tipe dasar.



1) The Schizoid Style (Unemotional;A-sosial; Passive detached) • Ditandai dengan suatu keadaan yang relatif unemotional.



– Bila sesuatu hal berakhir dengan baik  tidak memperlihatkan kegembiraan yang khusus. – Bila ditimpa kemalangan  tidak begitu memperlihatkan kesedihan.



• pendiam, penyendiri, berperan sebagai pengamat yang pasif. • Terkesan tidak terlibat. • Sangat jarang mengambil posisi yang kuat. • Jarang menjadi pusat perhatian. • Dalam relasi: jumlah teman sedikit, relasi yang terbentuk tidak bersifat mendalam.



• Bukan karena takut atau menghindari orang lain  agak acuh dan hanya memiliki sedikit minat untuk berkomunikasi atau mendapatkan dukungan orang lain. • Tipe perkerjaan yang cocok untuk tipe ini: – Pekerjaan yang membutuhkan kemampuan untuk tidak terlibat atau tidak larut dalam situasi. – Dan juga pekerjaan yang membutuhkan objektivitas. – Hakim – Petugas pada saat kritis (pemadam kebakaran, tim SAR, dll) • Pandangan orang lain terhadap individu dengan tipe ini: – Menjemukan – Pendiam dan tidak menarik – Tidak mampu berteman – Sering acuh dan apatis



2) Avoidant Style (Tipe berkelit; active detached) • Mirip dengan schizoid dalam kurangnya keterlibatan emosional dalam relasinya. – Sama-sama tidak memiliki teman dekat , cenderung mempertahankan ketidakdekatan dan menyendiri. • Berbeda dengan schizoid yang unemotional, individu avoidant merasa gelisah bila berhubungan dengan orang lain. – Malu dan nervous dalam situasi sosial • Dengan keinginan yang kuat untuk disukai dan diterima oleh orang lain, mereka takut ditolak. – Membuat mereka berhati-hati – Perasaan tidak enak  Situasi sosial dan interpersonal dihayati sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan.



• Berhubungan dengan orang lain adalah tugas yang sulit, yang sering mereka hindari. • Walaupun dengan itu mereka akan kehilangan dukungan dan afeksi yang mungkin mereka dapatkan melalui tipe hubungan tersebut. • Individu dengan tipe kepribadian ini: – Sensitif – Sangat ingin menghibur orang lain dan berespon dengan emosional.



• Namun dalam hal ini, mereka:



– Sering nervous dan canggung dalam situasi sosial – Tidak percaya pada orang lain – Kesepian dan menyendiri.



3) Dependent Style (Submissive; passive dependent) • Asumsi kehidupan dari individu dependent adalah bahwa mereka tidak mampu berdiri sendiri dan harus mencari seseorang yang baik dan dapat dipercaya dan yang dapat memberikan dukungan secara emosional. • Cenderung membentuk kasih sayang yang kuat dengan orang yang memainkan peran dominan dalam pengambilan keputusan. • Menjadi pengikut daripada pemimpin. • Mengambil peran pasif dalam hubungan interpersonal. • Mereka menghindarkan diri dari situasi yang kompetitif. • Kekhawatiran akan kehilangan teman membuat mereka menutupi perasaan-perasaan mereka yang sebenarnya, khususnya bila perasaan tersebut agresif dan tidak disetujui oleh lingkungan.



• Mereka adalah individu yang tidak sombong dan berusaha menyenangkan sekitarnya. • Kadang-kadang dianggap plin-plan karena tidak pernah mengambil posisi yang pasti pada masalah yang kontroversial. • Submissive dependency  kurang penghargaan terhadap diri sendiri dan selalu mencari bantuan orang lain.



4) Histrionic Style (butuh perhatian; Gregorious; Active dependent)



• Individu yang bersemangat dan overemotional. • Orang yang mencari stimulasi, kegembiraan dan perhatian. • Sangat sigap bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya. • Seringkali menjadi sangat terlibat – tapi tidak berlangsung lama. – Pola tersebut berulang dari waktu ke waktu.



• Pandai membuat kesan pertama yang positif.



• Kemampuan untuk bereaksi terhadap situasi tak terduga, kesiagaan dan minat mereka, usaha untuk mencari perhatian, menjadikan mereka bersemangat dan menarik dalam pesta-pesta atau pertemuan sosial lainnya. • Seringkali kelihatan mencolok, exhibitionistic, dan dramatis yang berlebihan. • Dapat menunjukkan kedekatan emosional yang intens dalam persahabatan, tapi seringkali berumur pendek dan cepat berganti  mudah bosan. • Ketergantungan yang berbeda dengan ketergantungan orang (passive) dependent, individu histrionic style lebih membutuhkan PERHATIAN (atensi) orang lain daripada dukungan emosional (support). – Kelihatan sedikit submissive



5) Narcissistic Style (passive independent) • Asumsi utama: lebih cakap (kompeten) dan berbakat dibandingkan orang-orang sekitarnya. – Perasaan lebih besar/ mulia, yang selanjutnya mewarnai relasinya.



• Biasanya figur dominan dalam pergaulan – Mencari teman yang dapat mendukung kebutuhan narcissistic-nya. – Dalam berelasi akan merendahkan orang-orang lain.



• Sociable, mandiri, dan percaya pada diri mereka sendiri. • Dapat mengambil keputusan sendiri tanpa terlalu banyak dipengaruhi oleh pendapat orang lain. • Seringkali adalah anggota masyarakat yang blakblakan dan bersemangat. • Angkuh dan sombong. • Kurang memperhatikan orang lain  merasa diri sebagai orang yang penting.



6) The Antisocial Style (Aggresive; active independent)



• Memiliki kesibukan tiada henti. • Asumsi: semua orang mengejar hal yang sama (uang, popularitas, kenikmatan seksual, dan lainlain). • Satu-satunya cara untuk memperoleh bagian orang lain adalah dengan mendahului orang lain. • Percaya diri, tegas, biasanya dominan dan hostile. • Bangga akan kepercayaan pada dirinya sendiri



• Memandang diri sebagai orang realistis yang keras kepala (hard-headed realist). • Memandang dunia sebagai sesuatu yang kejam, sebuah hutan dimana yang menang adalah yang kuat. • Kehangatan, kelemahlembutan, dan kasih sayang  dianggap tanda kelemahan. Dihindari dengan cara menjadi keras, dingin, dan agresif.



• Relasi dengan orang lain seringkali superficial dan berlandaskan pada keuntungan material. • Persahabatan dapat saja diputuskan bila mereka merasa tidak memperoleh manfaat lagi.



• Pekerjaan yang cocok: – Cocok berkecimpung di dunia bisnis. Pada umumnya berpandangan realistis dan mementingkan tujuan konkret.



• Sisi positif: – Kompetitif – Orang realistis  selalu dikerjakan



• Sisi negatif: – Dingin, dominan, tidak peka. – Takut pada kehangatan perasaan mereka sendiri. – Tidak mempercayai orang lain.



7) Compulsive Style (pasif ambivalent) • Memiliki anggapan: buruk sekali bila melakukan kesalahan. • Bertingkah laku secara teratur dan merencanakan masa depannya. • Orang yang berhati-hati, penuh persiapan, menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal. • Efisien, dapat dipercaya, tekun. • Cenderung menghormati figur otoritas secara berlebihan, bersikap manis, dan dependen. • Gaya relasi ini seringkali berubah bila berhubungan dengan mereka yang lebih ‘rendah’  jadi angkuh, perfectionist, dan tidak menghargai.



• Sangat memperhatikan aturan dan berusaha melakukan pengekangan diri. – Terutama bila menyangkut emosi mereka sendiri yang selalu di bawah kendali. – Compulsive



• Terlalu formal, tepat, tidak terbuka atau spontan di depan orang lain. • Tampak perfectionist, rigid, terlalu memperhatikan halhal remeh. • Takut melakukan kesalahan dan ragu-ragu kalau belum sempat mempelajari semua aspek dari suatu masalah.



8) Passive-Aggressive or Explosive Style (Active-Ambivalent) • Punya 2 asumsi bertentangan tentang dunia. • Asumsi pertama: butuh untuk tergantung pada orang lain karena mereka tidak dapat survive tanpa bantuan atau perhatian orang lain. • Asumsi ke-2: tidak mampu untuk tergantung pada orang lain.



– Orang lain tidak cukup tertarik untuk dijadikan tempat bergantung (sehingga tidak dapat diandalkan untuk jadi tempat bergantung). – Tergantung pada orang lain tidak diterima secara sosial dan hal itu membuat mereka tampak jelek.



• Dua substyle berbeda: 1. Passive aggresive menampilkan tingkah laku kooperatif di permukaan namun terus menolak usaha/ karya orang lain. 2. Explosive  terombang ambing antara perasaan: bahwa mereka beruntung mendapatkan lebih daripada yang diharapkan vs dunia telah menganiaya dan menipu mereka.



• Tingkah laku mereka sering berubah-ubah. • Pada suatu waktu mereka memperlakukan orang lain dengan ramah dan baik; • pada kejadian lain dapat saja marah, agresif, dan bersikap memusuhi. • Pada waktu lain dapat merasa berdosa dan bersalah. • Terkadang sangat optimis dan memandang masa depan dengan cerah  terkadang dapat berubah secara berlawanan tanpa alasan.



• Dalam bekerja: – Terkadang dengan mood energik dan produktif serta memiliki target yang tinggi. – Di lain waktu: target mereka turun dan kurang produktif.



• Sangat fleksibel dan cepat berubah. • Sensitif dan responsif terhadap lingkungan. • Moody dan tidak terduga



CONTOH KASUS • Individu dengan personality style kompulsif (pasif ambivalen),  merasa tidak nyaman dengan perubahan di tempat kerjanya.  merasa terancam  memperketat kontrolnya terhadap lingkungan.  menuntut orang lain bertingkah laku sesuai dengan keinginannya  sangat memperhatikan hal-hal sepele. • Personality style yang berlebihan dapat membuat individu mengalami personality disorder.



• Seorang dengan personality style kompulsif, ketika panik dapat memunculkan gejala yang berbeda, antara lain: – Terus menerus mencuci tangan – Keluhan somatis – depresi



• Pada kasus klinis: – Paranoid schizophrenic disorders • Pada individu kompulsif, sering diwarnai rigiditas, ketepatan, atau perfectionisme  suatu ciri yang jelas dari basic personality style.



– Paranoid schizophrenic disorders • Pada individu narsistik, sering diwarnai oleh perasaan kebesaran dan kemahakuasaan.



• Teori di atas adalah salah satu CONTOH TEORI yang digunakan ketika melakukan asesmen. Dalam hal ini adalah asesmen kepribadian. • Dalam asesmen pendidikan, PIO, sosial, klinis anak, dapat menggunakan TEORI LAIN yang relevan.



Sumber pustaka • Cocha, T, Manual Praktikum Psikologi Klinis • Millon, T, 1969, Modern Psychopathology