Teori Pekerja Sosial Tentang Psikodinamika II [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Nurul
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Teori Pekerja Sosial Tentang Psikodinamika Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Pekerja Sosial



Dosen Pembimbing Mata Kuliah : Dosen 1 : Dr. Herry Koswara, M.Si Dosen 2 : Ade Subarkah, MPS. Sp Disusun Oleh : Ahmad Novan Fahlezi (19.04.017) Ni Wayan Hindita Dharma Patni (19.04.171) Elvina Nurfita Sari (19.04.232)



PROGRAM SARJANA D-IV PEKERJAAN SOSIAL POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG TAHUN 2020



1.1 Pendahuluan Teori Psikodinamika memandang akan pentingnya pengaruh lingkungan, terutama lingkungan yang diterima oleh individu pada awal perkembangannya. Lingkungan awal merupakan pondasi yang menjadi pijakan kuat pada tahun-tahun berikutnya. Komponen yang bersifat sosio-afektif sebagai penentu dinamika perkembangan individu. Adapun dua ahli yang termasuk dalam pengkajian Teori Psikodinamika adalah Sigmund Freud dan Erik Erikson Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Banyak pakar yang kemudian ikut memakai paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan teori kepribadiannya, seperti : Carl Gustav Jung, Alfred Adler, serta tokoh-tokoh lain seperti Anna Freud, Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry Stack Sullivan. Teori psikodinamika berkembang cepat dan luas karena masyarakat luas terbiasa memandang gangguan tingkah laku sebagai penyakit (Alwisol, 200: 3-4) Secara umum, psikodinamik adalah studi tentang keterkaitan berbagai bagian pikiran , kepribadian , atau jiwa yang berkaitan dengan kekuatan mental, emosional, atau motivasi terutama di tingkat bawah sadar. Kekuatan mental yang terlibat dalam psikodinamik sering dibagi menjadi dua bagian: (a) interaksi kekuatan emosional dan motivasi yang mempengaruhi perilaku dan keadaan mental, terutama pada tingkat bawah sadar; (b) kekuatan dalam yang mempengaruhi perilaku: studi tentang kekuatan emosional dan motivasi yang mempengaruhi perilaku dan keadaan pikiran. Sementara Freud mengusulkan bahwa energi psikologis adalah konstan (oleh karena itu, perubahan emosional hanya terdiri dari perpindahan) dan cenderung berhenti (penarik titik) melalui pelepasan (katarsis). Selain itu ada juga Teorinya yang paling terkenal lainnya adalah Erikson’s Ego Psychology (Psikologi Ego Erikson) yaitu teori perkembangan kepribadian yang mirip dengan karya Freud, namun bedanya bahwa Erikson menerapkan teori ini dalam konteks psikososial, menambah sejumlah tahapan lagi, dan menekankan faktor ego daripada Id. Erik Erikson (1902-1994) mengatakan bahwa terdapat delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan mengedepankan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi. Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka.



1.2 Pandangan-Pandangan Teori dan Praktik



 Teori Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika Freud Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 5 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Kelima fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut: 1.Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral. Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan atau agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, merokok makan, atau menggigit kuku. 2. Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian. Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang tua melakukan pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anakanak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif dan kreatif. Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa anak-anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan menghukum, mengejek atau malu seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua mengambil pendekatan yang terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa yang mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di mana individu memiliki, boros atau merusak kepribadian berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet training terlalu dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat anal berkembang di mana individu tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif. 3. Fase falis (phallic stage): kira-kira usia 3 sampai 6 tahun Pada tahap phallic, fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks Oedipus menggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah.



Namun, anak juga khawatir bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan. 4. Fase laten (latency stage): kira-kira usia 6 sampai pubertas Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri. 5. Fase genital (genital stage): terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal hanya fokus pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.  Teori Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika Erikson Teorinya yang paling terkenal adalah Erikson’s Ego Psychology (Psikologi Ego Erikson) yaitu teori perkembangan kepribadian yang mirip dengan karya Freud, namun bedanya bahwa Erikson menerapkan teori ini dalam konteks psikososial, menambah sejumlah tahapan lagi, dan menekankan faktor ego daripada Id. Erik Erikson (1902-1994) mengatakan bahwa terdapat delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan mengedepankan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi. Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka. Berikut adalah beberapa tahap krisis perkembangan menurut Erik Erikson: 1. Kepercayaan vs ketidakpercayaan (trust versus mistrust) sejak lahir hingga usia 12-18 bulan Adalah suatu tahap psikososial pertama yang dialami dalam tahun pertama kehidupan. Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekuatiran akan masa depan. Kepercayaan pada masa bayi menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan menyenangkan. 2. Autonomi vs rasa malu dan ragu (autonomy versus shame and doubt) usia 12-18 bulan hingga 3 tahun Adalah tahap perkembangan kedua yang berlangsung pada masa bayi dan baru mulai berjalan (13 tahun). Setelah memperoleh rasa percaya kepada pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah atas kehendaknya. Mereka menyadari kemauan mereka dengan rasa mandiri dan otonomi mereka. Bila bayi cenderung dibatasi maka mereka akan cenderung mengembangkan rasa malu dan keragu-raguan. 3. Inisiatif vs rasa bersalah (initiative versus guilt) usia 3-6 tahun Merupakan tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka masuk dunia sekolah mereka lebih tertantang dibanding ketika masih bayi. Anak-anak diharapkan aktif



untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas perilaku mereka, mainan mereka, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak bertanggung jawab meningkatkan prakarsa. Namun, perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat mereka sangat cemas. 4. Indistri vs inferioritas (industry versus inferiority) usia 6 tahun-pubertas Berlangsung selama tahun-tahun sekolah dasar. Tidak ada masalah lain yang lebih antusias dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif. 5. Identitas vs kekacauan identitas (identity versus identity confusion) pubertas-dewasa awal Adalah tahap kelima yang dialami individu selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini mereka dihadapkan oleh pencarian siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan ke mana mereka akan menuju masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran. Penjajakan karir merupakan hal penting. Orangtua harus mengijinkan anak remaja menjajaki banyak peran dan berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai peran dan menemukan peran positif maka ia akan mencapai identitas yang positif. Jika orangtua menolak identitas remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak dijelaskan tentang jalan masa depan yang positif maka ia akan mengalami kebingungan identitas. 6. Imitasi vs isolasi (intimacy versus isolation) dewasa awal Tahap keenam yang dialami pada masa-masa awal dewasa. Pada masa ini individu dihadapi tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain. Saat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang intim dengan orang lain, keintiman akan dicapai, kalau tidak, isolasi akan terjadi. 7. Produktivitas vs stagnasi (generality versus stagnation) dewasa tengah Tahap ketujuh perkembangan yang dialami pada masa pertengahan dewasa. Persoalan utama adalah membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna (generality). Perasaan belum melakukan sesuatu untuk menolong generasi berikutnya adalah stagnation. 8. Integritas evo vs putus asa (integrity versus despair) dewasa akhir Tahap kedelapan yang dialami pada masa dewasa akhir. Pada tahun terakhir kehidupan, kita menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan selama hidup. Jika ia telah melakukan sesuatu yang baik dalam kehidupan lalu maka integritas tercapai. Sebaliknya, jika ia menganggap selama kehidupan lalu dengan cara negatif maka akan cenderung merasa bersalah dan kecewa.



1.3 Pembahasan



Model psikodinamik didasarkan pada karya Freud (mis. Freud, 1974) dan para pengikutnya (Roazen, 1979), dan pada pengembangan-bagian dari pekerjaan mereka. Mereka disebut psikodinamik karena Teori yang mendasari mereka mengasumsikan bahwa perilaku itu berasal gerakan dan interaksi dalam pikiran orang dan juga karena itu menekankan cara di mana pikiran merangsang perilaku dan baik pikiran maupun perilaku mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosial seseorang. Memahami teori psikodinamik adalah prasyarat untuk amining teori pekerjaan sosial lainnya, karena pengaruhnya meresap, seperti yang akan kita lihat. Berbagai mazhab pemikiran dan aplikasi atau perkembangan telah tumbuh. Meski kebanyakan menggunakan psikodinamik konsep secara umum, ada, terutama di AS, minat menerapkan ideide dari ahli teori psikodinamik yang jauh dari Freud dan perkembangan utama psikoanalisis (misalnya Borensweig on Jung, 1980). Teori psikoanalitik modern telah menjauh dari gagasan drive sebagai pengaruh dasar perilaku (Lowenstein, 1985), dan lebih peduli dengan bagaimana individu berinteraksi dengan dunia sosial mereka; itu telah menjadi lebih sosial daripada biologis. Ini terjadi melalui pengaruh dari psikologi ego (E. Goldstein, 1984). Penilaian terbaru tentang peran psikoanalisis dalam pekerjaan sosial (Pearson et a /., 1988) menunjukkan bahwa ada berbagai macam perkembangan, dan di berbagai negara berbagai aliran pikir. Psikologi ego, misalnya, lebih dari itu sangat berpengaruh di AS daripada di tempat lain, sedangkan objek teori hubungan memiliki dua aliran pemikiran yang berbeda; satu orang Inggris, berdasarkan karya psikoanalis seperti Fairbairn (1954) dan Guntrip (1968), dan pendekatan yang agak berbeda di AS (E. Goldstein, 1984). Lacan (1979) telah mengembangkan garis pemikiran psikoanalitik yang memungkinkan beberapa penulis untuk membuatnya terkait dengan Marxisme (lihat Bocock, 1988, hlm. 76) karena dia menafsirkan ulang alam bawah sadar sebagai struktur simbol seperti bahasa yang ada ditunjukkan oleh perilaku sadar kita; simbol-simbol ini dipaksakan atas kita oleh masyarakat dan budaya kita (Dowrick, 1983); jika demikian, Ide-ide dari materialisme historis Marxis dapat disesuaikan beberapa interpretasi psikoanalisis. Ideologi radikal lainnya, feminisme, juga mencoba interpretasi psikoanalisis sebagai penjelasan tentang patriarki (yaitu, dominasi sosial laki-laki hubungan dan penindasan wanita). Leonard (1984) dalam karyanya mencoba untuk membangun pendekatan Marxis untuk psikologi individu meragukan kelangsungan intelektual dari upaya untuk inter-pret psikoanalisis dengan cara yang radikal. Beberapa penjelasan umum diberikan di sini tentang psikodinamik mayor ide, dan kemudian ringkasan karya Hollis dan Woods sebagai contoh bagaimana ide-ide ini diterjemahkan ke dalam pekerjaan sosial. Mereka Teori psikososial adalah rumusan modern dari tradisi panjang di pekerjaan sosial. Berbagai aplikasi teori psikodinamik lainnya Dalam pekerjaan sosial kemudian dibahas dalam bentuk yang lebih singkat sebagai variasi tema umum. Beberapa ide psikoanalitik dasar Teori psikoanalitik memiliki tiga bagian: itu adalah teori manusia perkembangan, kepribadian dan psikologi abnormal dan pengobatan. Dua ide dasar penting mendukung teori ini (Y elloly,1980; Wood, 1971): • determinisme psikis, prinsip bahwa tindakan atau perilaku muncul dari proses pemikiran orang, bukan hanya terjadi • alam bawah sadar, gagasan bahwa beberapa pemikiran dan mentalaktivitas tersembunyi dari pengetahuan kita.



Ide-ide ini diterima secara luas. Misalnya asumsi yang tergelincir dari lidah (bahasa seharihari, slip Freudian) dan lelucon mencerminkan kebingungan yang tersembunyi atau tidak diketahui dalam pro- pemikiran orang-orang cesses mencakup kedua gagasan tersebut. Arti akal sehat tidak selalu sepenuhnya mewakili kompleksitas ide psikodinamik. Yelloly (1980, hlm. 8-9) memberikan contoh arti 'tidak sadar' untuk menunjukkan seberapa lengkap ide psikodinamik. Resistensi muncul saat beberapa pikiran dan perasaan tidak sesuai dengan keyakinan lain yang kami pegang teguh. Dalam hal ini, pikiran tidak mengizinkan ide-ide yang dipertentangkan ke dalam kesadaran melalui proses yang disebut represi. Banyak pikiran yang tertekan bersifat dinamis dalam arti yang ditimbulkannya kita untuk bertindak, bahkan jika kita tidak menyadarinya. Psikodinamik alam bawah sadar terdiri dari ide-ide yang disembunyikan secara paksa ini. Mereka tidak hanya tersedia jika kita memikirkannya; dalam banyak kasus mereka sangat dalam tersembunyi. Sangat penting diberikan pada agresi, di mana orang mengubah dorongan destruktif terhadap orang lain. Dalam teori perkembangan psikoanalisis anak berada diperkirakan melalui serangkaian tahap perkembangan. Ini terjadi sebagai dorongan (aslinya diterjemahkan sebagai 'naluri') yang bersifat mental tekanan untuk meringankan kebutuhan fisik seperti lapar atau haus. Memiliki kebutuhan seperti itu menciptakan ketegangan atau libido yang memberi kita energi untuk bertindak untuk memenuhi kebutuhan. Diantaranya kebutuhan fisik, ketegangan seksual, bahkan di antara anak-anak kecil, sangat penting dalam membuat drive. Pada setiap tahap, perilaku tertentu itu penting, tetapi seperti kita maju melalui tahapan kami menggunakan perilaku yang terkait dengan tahap sebelumnya. Jadi, pada tahap awal, kepuasan didapat dari mengisap (misalnya pada payudara ibu untuk memenuhi kebutuhannya makanan). Nanti, mengisap juga bisa memuaskan (misalnya di penggunaan rokok, permen atau dalam aktivitas seksual) meskipun dewasa memiliki lebih banyak pilihan aktivitas yang memuaskan. Beberapa orang secara tidak sadar menjadi terikat pada perilaku yang terkait dengan tahapan tertentu (fiksasi) dan didorong untuk mencari itu bentuk kepuasan tertentu sampai tingkat yang tidak masuk akal sehingga mereka tidak dapat menggunakan daftar perilaku lengkap yang tersedia bagi mereka. Anak mulai dalam tahap pencarian narsisme primer saja pemenuhan kebutuhannya sendiri dan belajar melalui interaksi sosial, pada awalnya dengan orang tua, bahwa ini harus dikompromikan. Di setiap tahap fokus perhatian adalah pada kebutuhan yang berbeda; lisan (lapar), anal (ekskresi), phallic (identifikasi dengan orang tua sesama jenis), oedipal (ketertarikan pada orang tua lawan jenis), latency (drive dikelola melalui resolusi konflik oedipal) dan pubertas (pembelajaran sosial). Erikson (1965) telah memperluas tahapan pengembangan dengan menyarankan bahwa pada setiap tahap pikiran rasional berurusan dengan krisis kedewasaan yang disajikan oleh lingkungan sosial sikap hidup kita. Karyanya, yang berpengaruh dalam sosial bekerja dan terutama dalam intervensi krisis, menekankan budaya dan tekanan sosial daripada dorongan batin (Yelloly, 1980, p. 12). Terkait dengan tahapan perkembangan adalah gagasan regresi. Hal ini terjadi bila orang yang mengalami kemajuan melalui nanti tahapan kembali ke perilaku yang terkait dengan tahapan sebelumnya di bawah beberapa stres saat ini. Regresi harus dikontraskan dengan fiksasi, ketika individu terjebak dalam perilaku tahap awal. Teori



kepribadian psikoanalitik mengasumsikan bahwa manusia adalah kompleks drive yang membentuk id (secara harfiah 'itu', semacam tekanan tiated dari sumber yang tidak diketahui; Wood, 1971). Identitas mendorong kita untuk bertindak untuk menyelesaikan kebutuhan kita tetapi tindakan kita tidak selalu membawa hasil yang diinginkan. Perkembangan ego mengikuti ini. Ini adalah sekumpulan ide pragmatis tentang bagaimana lingkungan bisa dipahami dan dimanipulasi. Ego mengontrol id. Untuk Misalnya, anak-anak mengontrol ekskresi feses saat ego belajar bahwa ketidaksetujuan dan ketidaknyamanan mengikuti ekskresi yang tidak tepat. Ego mengatur hubungan dengan orang dan hal-hal di luar diri; hubungan objek. Superego mengembangkan moral umum prinsip yang memandu ego. Salah satu ciri penting dari kepribadian adalah bagaimana ego mengelola konflik, dan bagaimana kebutuhan ego dan superego untuk bekerja kontrol atas id dalam penyebab tanggung jawab sosial menciptakan lebih lanjut konflik. Kecemasan terjadi akibat konflik semacam itu. Ego berurusan dengan kecemasan dengan memainkan berbagai mekanisme pertahanan, di antaranya represi, telah disebutkan, adalah satu. Yang penting lainnya adalah: • proyeksi, di mana ide-ide yang tidak diinginkan terkait dengan sesuatu ego ingin melindungi menjadi melekat dalam pikiran kita orang atau benda lain • sublimasi, di mana energi yang diarahkan ke aktivitas yang diinginkan (seringkali seksual) diarahkan ke lebih aktivitas yang dapat diterima • rasionalisasi, di mana alasan yang dapat diterima untuk kegiatan tertentu ikatan dibuat, ketika yang asli tidak dapat diterima dan tertekan. Karya Freud kemudian berkonsentrasi pada ego dan hubungan objek. Ini diambil setelah kematiannya (dalam karya klasik oleh Anna Freud dan Hartman) dan telah berpengaruh sebagai dasar dari banyak psiko-pemikiran analitik hari ini. Dalam pekerjaan sosial, itu adalah bentuk yang paling modern teori psikoanalitik yang akan digunakan, dan sangat mempengaruhi intervensi krisis dan teori sistem. Teori psikologi ego dan relasi objek mempertimbangkan hal itu anak-anak memiliki kapasitas untuk menghadapi dunia luar (objek hubungan) sejak usia dini. Perkembangan ego adalah pertumbuhan kapasitas kami untuk belajar dari pengalaman, dan terutama menggunakan bagian rasional dari pikiran kita melalui penggunaan pemikiran rasional (gigi-nition), persepsi dan memori. Pengaruh yang meluas dan terkadang dikritik pada pekerjaan sosialtelah dicapai oleh karya ahli teori psikodinamik dan praktisi, terutama Bowlby (1951), yang pada 1940-an dan 1950-an mengarahkan minat psikoanalitik pada ibu-anak usia dini hubungan, dalam penelitian dan teori tentang deprivasi ibu. Ini adalah gagasan bahwa jika seorang anak kehilangan kontak dengan ibunya, perkembangan pribadinya terhambat. Dalam beberapa tahun terakhir, ini telah terjadi berkembang menjadi teori yang lebih luas tentang pentingnya lampiran (Bowlby, 1969, 1973, 1980), khususnya kepada ibu tetapi juga dengan cara lain, dan pentingnya efek kerugian lampiran. Ada bukti ekstensif bahwa perampasan dan kerugian memiliki efek merusak yang besar pada perkembangan anak dan kehidupan selanjutnya, tetapi dalam hubungan antara anak-anak dan orang tua, berbagai faktor, termasuk lingkungan sosial yang relevan, bukan hanya kekurangan ibu, dan memang ada banyak faktor sosial dan psikologis yang membantu melindungi efek merusak dari kekurangan (Rutter, 1981). Kehilangan secara



lebih luas merupakan gagasan penting dalam psikoanalisis; berkabung dianggap sebagai tanggapan atas segala jenis kehilangan, bukan hanya kematian seseorang yang dekat (Salzberger-Wittenberg, 1970). Parkes (1972) menafsirkan berkabung dalam sejumlah situasi sebagai aregresi untuk pengalaman masa kanak-kanak stres karena kehilangan. L. Pincus (1976) berpendapat bahwa dalam reaksi keluarga yang khas terhadap kematian, tanda-tanda perasaan tersembunyi tentang hubungan masa lalu dapat diungkapkan. Itu Intensitas perasaan saat kesedihan berlangsung sangat rentan untuk psikoanalisis, meskipun C. Smith (1982) berpendapat sebanyak itu perilaku dalam kehilangan dan kehilangan berasal dari ekspektasi sosial perilaku dalam situasi seperti itu, dan mengusulkan bahwa fenomenol-interpretasi ogical atau eksistensial berkabung lebih disetujui priate Salah satu aspek penting dari psikoPerkembangan analitik adalah bahwa mereka memberikan hubungan dengan sosiologis gagasan, khususnya gagasan bahwa orang adalah bagian dari sistem sosial dan memainkan peran sosial. Karya terbaru dalam tradisi hubungan objek khususnya oleh Kohut (1978; lihat juga Eisenhuth, 1981, Lane, 1984, Lowenstein, 1985) telah menekankan bahwa anak-anak mengembangkan persepsidari 'diri' mereka dan perbedaan mereka dari dunia sekitarnya di usia yang sangat muda. Teori pengobatan dalam psikoanalisis klasik membutuhkan terapis untuk menjadi 'layar kosong', menjadikan diri mereka seanonim mungkin bahwa pasien memproyeksikan fantasi mereka ke terapis. Trans-ference terjadi ketika pasien mentransfer perasaan tak sadarnya tentang orang tua mereka ke terapis, dan memperlakukan terapis sebagai meskipun mereka adalah orang tua itu. Ini adalah cara untuk mengungkapkan ketidak-ide sadar. Dengan merangsang pemindahan, konflik muncul dari kesulitan hubungan awal dengan orang tua dan menyebabkan sekarang kesulitan perilaku akan terungkap. Ide ini telah diadaptasi dalam pekerjaan sosial untuk merujuk pada gagasan secara lebih umum bahwa perilaku kita saat ini, terutama dalam hubungan dipengaruhi oleh sisa-sisa emosional hubungan masa lalu dan pengalaman (Irvine, 1956). Kontra-transferensi terjadi ketika analis bereaksi terhadap pasien secara tidak rasional membawa pengalaman masa lalu pengaruh hubungan. Sebuah contoh diberikan nanti di bab ini. Kebanyakan teknik psikoanalitik berkaitan dengan pengungkapan pikiran dan perasaan tersembunyi. Diasumsikan bahwa tidak diinginkan tingkah laku yang disebabkan oleh konflik-konflik yang ditekan merembes ke berbagai tempat cara yang dibutuhkan lebih dari upaya biasa untuk mengungkapkan asalusulnya. Setelah terungkap dan dipahami dengan benar, konflik tidak akan ada lagi menyebabkan kesulitan dalam perilaku. Jadi, psiko terapi analitik berkaitan dengan memberi orang wawasan tentang mereka perasaan tertekan. Ini adalah penekanan lain yang telah dilakukan diubah dalam psikologi ego, di mana sering ada konsentrasi bagaimana orang mengatur hubungan mereka dengan dunia luar melalui memperluas kendali rasional mereka atas hidup mereka. Psikoanalisis dan pekerjaan sosial Teori pekerjaan sosial sangat dipengaruhi oleh psikoanalitik teori; Pendekatannya mendasari hampir semua praktik pekerjaan sosial. [15.33, : Hartman) dan telah berpengaruh sebagai dasar dari banyak psikopemikiran analitik hari ini. Dalam pekerjaan sosial, itu adalah bentuk yang paling modern.



Daftar Pustaka https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-teori-psikodinamika/8875 http://utamitamii.blogspot.com/2012/04/teori-psikodinamika-freud-dan-erikson.html http://yrahayu077.blogspot.com/2013/11/bab-i-pendahuluan-1.html



http://pandek29.blogspot.com/2012/11/pengertian-psikodinamika-teori.html#:~:text=Teori %20psikodinamika%20adalah%20teori%20yang,dan%20aspek%2Daspek%20internal %20lainnya.&text=Teori%20psikodinamika%20ditemukan%20oleh%20Sigmund%20Freud %20(1856%2D1939). https://translate.google.com/translate? u=https://en.wikipedia.org/wiki/Psychodynamics&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=search