Terapi Aktivitas Kelompok Ana [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Topik



: Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi:Pesan Berantai



Pelaksanaan Hari/tanggal



: 08 April 2019



Jam



: 10.00 WIB



Tempat



: Ruang TAK



kriteria klien : 1. Klien yang tenang dan koperatif. 2. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang 3. Klien dapat membaca instruksi perawat. 4. Klien yang tidak mengalami gangguan pendengaran. 1.



TUJUAN a. Tujuan Umum 1) Klien mampu melatih konsentrasi terhadap stimulus dan meningkatkan 2) interaksi serta kerja sama melaui permainan pesan berantai b. Tujuan Khusus 1) Klien dapat menjalin interaksi dengan pasien lain. 2) Klien dapat menyampaikan isi pesan sesuai instruksi perawat. 3) Klien mampu berkonsentrasi terhadap rangsangan yang diberikan oleh terapis 4) Klien mampu menyampaikan pesan berantai ke klien yang lain dengan 5) Klien mampu menghafal pesan berantai yang disampaikan.



2.



TINJAUAN TEORI TAK a. Pengertian Halusinasi dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar (Yosep, 2011).



Menurut Direja, (2011) halusinasi



merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Sedangkan halusinasi menurut Keliat dan Akemat, (2010) adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa penglihatan, pengecapan, perabaan penghiduan, atau pendengaran.



b. Jenis-Jenis Halusinasi Ada beberapa jenis halusinasi, Yosep (2007), membagi halusinasi menjadi 8 jenis yaitu :  1) Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik) Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendering atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan kepada penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar atau berdebat dengan suara-suara tersebut. 2) Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)  Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan 3) Halusinasi Pengciuman (Olfaktorik) Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai kombinasi moral 4) Halusinasi Pengecapan (Gustatorik) Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman. Penderita merasa mengecap sesuatu. 5) Halusinasi Perabaan (Taktil) Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak di bawah kulit. 6) Halusinasi Seksual, ini termasuk halusinasi raba Penderita merasa diraba dan diperkosa sering pada skizofrenia dengan waham kebesaran terutama mengenai organ-organ. 7) Halusinasi kinesthetik Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau anggota badannya bergerak-gerak. Misalna “phantom phenomenom” atau tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb). 8) Halusinasi visceral Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya a) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.



b) Direalisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala sesuatu yang dialaminya seperti impian. 3. Fase-fase Halusinasi Menurut Stuart dan Laraia, membagi fase Halusinasi dalam 4 fase yaitu : a. Fase I = Comforting (Ansietas Sedang) atau Halusinasi menyenangkan. Karakteristik : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut, dan mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapt ditangani.(non psikoti) Tanda dan Gejala : Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik, diam dan asyik menyendiri. b. Fase II = Condemning (Ansietas berat) atau halusinasi menjijikkan. Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan atau klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. (Psikotik ringan) Tanda dan gejala : Meningkatkan tanda-tanda sistem syaraf otonom dan tekanan darah, rentang peningkatan denyut jantung. Pernafasan dan tekanan darah, rentang perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita. c. Fase III = Controlling (Ansietas berat) atau pengalaman sensori menjadi berkuasa Karakteristik : Klien menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerahkan pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami pengalaman kesepian Jika sensori halusinasi berhenti (psikotik)



Tanda dan Gejala : Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti kesukaan berhubungan dengan orang lain. Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit, adanya tanda-tanda fisik ansietas mampu mematuhi perintah. d. Fase IV = Conquering (Panic) atau umumnya menjadi melebur dalam halusinasinya Karakteristik : pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasinya berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik (psikotik berat ) Tanda dan Gejala perilaku terror akibat panik. Potensi buat solude atau nomiede aktifitas perilaku kekerasan. Agitasi menarik diri atau katatonia, tidak mampu berespon terhadap perintah kompleks, tidak mampu berespon lebih dari satu orang. 4. Hubungan Schizoprenia dengan Halusinasi Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara–suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa kata–kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti: bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati. Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari gangguan schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa mania depresif dan syndroma otak organik. Gangguan persepsi yang utama pada skizoprenia adalah halusinasi, sehingga halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh kecemasan, halusinasi menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan harga diri, kritis diri, atau mengingkari rangsangan terhadap kenyataan. Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizoprenia, suara – suara biasanya berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif. Halusinasi ini menghasilkan tindakan/perilaku pada klien seperti yang telah diuraikan tersebut di atas (tingkat halusinasi, karakteristik dan perilaku yang dapat diamati).



III. PENGORGANISASIAN Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap Sesi yang telah disepakati. Sebagai berikut: a.       Leader       



: Ana Fitriyanti



b.      Co. Leader 



:



c.       Fasilitator 1



:



d.      Fasilitator 2



:



h.      Observer



 :



Keterangan : a. Leader : Leader merupakan pimpinan dalam suatu tim dimana jalannya kegiatan dipimpin oleh seorang leader. Adapun tugas-tugas leader dalam TAK ini meliputi :  Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok sebelum kegiatan dimulai  Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan dirinya  Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib  Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok  Menjelaskan permainan b. Co leader : Merupakan seseorang yang membantu leader saat jalannya TAK,apabila leader mengalami blocing ataupun hal lain yang bersangkutan terhadap leader. Adapaun tugas co leader dalam TAK ini meliputi :  Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien  Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang c.



 



Fasilitator :



Merupakan seseorang yang dapat memberikan motivasi kepada peserta dalam kegiatan untuk kesuksesan jalannya kegiatan tersebut. Adapun tugas-tugas fasilitator dalam kegiatan TAK ini meliputi  Memfasilitasi klien yang kurang aktif  Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan



d. Observasi : Merupakan seseorang yang mengobservasi kepada peserta dalam kegiatan TAK IV. Setting Tempat setting tempat untuk TAK ruang TAK, dengan penjelasan sebagai berikut : F



4



3



2



1



L 8



7



6



5



O F



Keterangan : L : Leader F : Fasilitator O : Observer 1-8 : Pasien V. METODE TAK Diskusi IV. MEDIA YANG DIGUNAKAN 1. Kertas berinstruksi 2.



Pulpen



VI. TAHAP PELAKSANAAN 1. Persiapan dan Orientasi Persiapan a. Memilih klien sesuai indikasi, yaitu yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain. b. Membuat kontrak dengan klien c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan



2. Orientas a. Memberikan salam terapeutik b. Menanyakan perasaan klien saat ini Kontrak : 1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu memperkenalkan diri 2) Menjelaskan aturan main sebagai berikut:  Jika ada klien yang akan meninggalkan tempat harus meminta ijin pada terapis  Lama kegiatan 15 menit  Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai dengan selesai 3. Kerja Menjelaskan cara bermain sesuai jenis permainan Permainan Pesan Berantai a. Peserta diatur sejajar menyamping, dibagi dalam 2 kelompok b. Terapis memberi salam dan menjelaskan tujuan dari TAK c. Pasien berbanjar menghadap leader, peserta nomor 1 dari masing- masing kelompok menerima pesan instruksi, sedangkan anggota lainnya menghadap ke arah yang berlawanan dengan leader d.



Leader memberikan kalimat pendek kepada peserta nomor 1 dan diminta menyampaikan ke peserta nomor 2, peserta nomor 2 ke 3, peserta nomor 3 ke 4, dan peserta nomor 4 ke pesta nomor 5.



e. Peserta nomer 5 diminta menuliskan apa yang didengar, hasilnya dikumpulkan ke leader yang nanti akan dihitung setelah semua peserta mendapatkan giliran f. Permainan diulang sama seperti semula tetapi dimulai dari peserta nomer 5 yang menyampaikan pesan dan diakhiri peserta nomer 4 yang akan menyampaikan pesan terakhir yang didengarnya. g. Permainan diulang sampai peserta terakhir nomer 1, hasil dikumpulkan dan dihitung berapa banyak kata yang hilang dari masing-masing kelompok. Jumlah kata benar yang paling banyakt akan menjadi pemenangnya. h. Akhir permainan peserta diminta mengungkapkan perasannnya i. Terapis memberikan reinforcement positif 3. Terminasi a.



Evaluasi  Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK



 Memberi pujian atas keberhasilan peserta b. Rencana tindak lanjut  Menganjurkan setiap peserta untuk selalu bersosialisasi dengan temantemannya 



Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian klien



 Kontrak yang akan datang  Menyepakati kegiatan berikutnya



PROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PESAN BERANTAI DI RUANG FLAMBOYAN RSJD dr. RM SOEDARWAJI PROVINSI JAWA TENGAH



Disusun untuk memenuhi Persyaratan Praktek Klinik Keperawatan Jiwa



Oleh Ana Fitriyanti , S.Kep NIM. PB1801008



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN 2019



TIME A 1. KAKI KIRI KAKAKKU LUKA 2. KUCING KUNING BIKIN PENING 3. LILI BELI LILIN SAMBIL LARI KELILING 4. ULAR BESAR MENJALAR DI PAGAR 5. PAK UMAR MAKAN ROTI TAWAR TIME B 1. KAKI KIRIKU KENA PAKU 2. LALA MENYANYI DI MENARA 3. KAKEKKU TERTAWA TERPINGKAL – PINGKAL 4. SI SUBUR MAKAN BUBUR DI DAPUR 5.



BROWNIS MANIS SI KUMIS