Tertusuk Jarum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

POLRI DAERAH JAWA TIMUR BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA LUMAJANG



LAPORAN HASIL MONITORING TERTUSUK JARUM BULAN JANUARI - MARET RS. BHAYANGKARA LUMAJANG



LUMAJANG,



MARET 2016



LAPORAN HASIL SURVAILANS DI RS.BHAYANGKARA LUMAJANG BULAN JANUARI-MARET 2016



1. LATAR BELAKANG Infeksi nosokomial masih banyak di jumpai dirumah sakit dan biasaanya merupakan indicator bagi pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi nosokomial. Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh nightingale, simmelweis, lister dan Holmes melalui praktek-praktek hygine dan penggunaan atiseptik. Tantangan dalam pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks dan sering disebut disiplin epidemiologi rumah sakit. Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah yang besar, khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan antibiotic dan obatobat lain serta peralatan medis dan kerugiaan tak langsung yaitu produktif berkurang, kebijakan penggunaan antibiotic , kebijakan penggunaan desinfektan serta sentralisasi perlu di patuhi dengan ketat. Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan pergeseran resiko ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan upaya yang sistemik



dalam



penggunaan



infeksi



nosokomial,



dengan



adanya



Komite



Pengendalian Infeksi dan profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan program pengumpulan data , pendidikan



konsultasi dan langkah-langkah pengendalian



infeksi yang terpadu. Keberhasilan program pengendalian infeksi nosokomial dipengaruhi oleh efektivitas



proses komunikasi untuk menyampaikan tujuan dan



kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh karyawan rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis , para penderita yang dirawat maupun berobat jalan serta para pengunjung rs.bhayangkara lumajang. Di RS.Bhayangkara lumajang kejadian infeksi sementara hanya kejadian flebitis. 2. TUJUAN 1) Menurunkan resiko terjadinya infeksi nosokomial



2) Memperoleh data dasar, yaitu tingkat endemisitas infeksi nosokomial di rumah 3) 4) 5) 6)



sakit Bhayangkara lumajang Sebagai system kewaspadaan dini dalam mengidentifikasi kejadian luar biasa Mengukur dan menilai keberhasilan program pengendalian infeksi nosokomial Menilai standart mutu asuhan keperawatan dan pelayanaan medis Memenuhi standart pelayanan rumah sakit sebagai salah satu tolak ukur



penilaian akreditasi 7) Mengatasi tuntutan mal praktek 8) Meyakinkan para klinisi tentang



adanya



masalah



yang



memerlukan



penanggulanga 3. SASARAN seluruh perawat yang melaksanakan surveilans. 4. RUANG LINGKUP Seluruh ruangan rawat inap 5. WAKTU PELAKSANAAN Setiap hari dan di rekap serta dilaporkan tiap bulan kepada tim ppi 6. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN 1) Menganalisa pasien yang terjadi infeksi selama menjalankan perawatan 2) Mengisi tabel infeksi (survailan) yang ada di komputer ruangan setiap terjadi kejadian infeksi 3) Merekap kejadian infeksi selama 1 bulan dan dilaporkan kepada tim ppi 4) Ruangan menerima hasil dari tim ppi dan rekomendasi tentang apa yang harus dilakukan untuk meminimalkan kejadian infeksi diruangan 7. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN TABEL 1. HASIL SURVAILANS BULAN JANUARI - MARET 2016 NO BULAN



KEJADIAN



1. 2. 3.



SURVAILANS PLEBITIS PLEBITIS PLEBITIS



JANUARI FEBRUARI MARET



INFEKSI HASIL SURVAILANS 7,2‰ 5,2‰ 7,06‰



KET



GAMBAR 1. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN JANUARI-MARET



TABEL 2. HASIL SURVAILANS BULAN JANUARI-MARET 2016 NO BULAN 1. 2. 3.



JANUARI FEBRUARI MARET



KEJADIAN SURVAILANS HAP HAP HAP



INFEKSI HASIL SURVAILANS 0‰ 0‰ 0‰



KET



GAMBAR 2. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN JANUARI-MARET



TABEL 3. HASIL SURVAILANS BULAN JANUARI-MARET 2016 NO



BULAN



1. 2. 3.



JANUARI FEBRUARI MARET



KEJADIAN SURVAILANS VAP VAP VAP



INFEKSI HASIL SURVAILANS 0‰ 0‰ 0‰



GAMBAR 3. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN JANUARI-MARET



KET



TABEL 4. HASIL SURVAILANS BULAN JANUARI-MARET 2016 NO



BULAN



1. 2. 3.



JANUARI FEBRUARI MARET



KEJADIAN SURVAILANS ISK ISK ISK



INFEKSI HASIL SURVAILANS 0‰ 0‰ 0‰



KET



GAMBAR 4. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN JANUARI-MARET



TABEL 5. HASIL SURVAILANS BULAN JANUARI-MARET 2016 NO



BULAN



1. 2. 3.



JANUARI FEBRUARI MARET



KEJADIAN SURVAILANS DEKUBITUS DEKUBITUS DEKUBITUS



INFEKSI HASIL SURVAILANS 0‰ 0‰ 0‰



KET



GAMBAR 5. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN JANUARI-MARET



TABEL 6. HASIL SURVAILANS BULAN JANUARI-MARET 2016 NO



BULAN



1.



JANUARI



KEJADIAN SURVAILANS IADP



INFEKSI HASIL SURVAILANS 0‰



KET



2. 3.



FEBRUARI MARET



IADP IADP



0‰ 0‰



GAMBAR 6. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN JANUARI-MARET



TABEL 7. HASIL SURVAILANS BULAN JANUARI-MARET 2016 NO



BULAN



1. 2. 3.



JANUARI FEBRUARI MARET



KEJADIAN SURVAILANS ILO ILO ILO



INFEKSI HASIL SURVAILANS 0‰ 0‰ 0‰



KET



GAMBAR 7. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN JANUARI-MARET



Data yang dikumpulkan dan dianalisa untuk mengetahui angka kejadian infeksi rumah sakit di RS Bhayangklara Lumajang meliputi: 1. Dekubitus pada pasien tirah baring



Hasil analisis pada pasien dekubitus pada triwulan I adalah nihil, dikarenakan tidak ada pasien di RS Bhayangkara Lumajang yang tirah baring totalnya lama dan dikarenakan RS Bhayangkara memiliki kasur dekubitus 2. Phlebitis pada pasien dengan pemasangan infus Angka plebitis masih diatas target yang diharapkan setiap bulannya karena masih kurangnya sosialisasi dan kurangnya kesadaran perawat tentang pentingnya hand hygine dan tekhnik aseptik saat pemasangan infus. Pada bulan januari angka flebitis 7,2‰ dan turun pada bulan februari 5,2‰ dikarenakan perawat mengerti dan mulai melakukan tindakan yang aseptik saat melakukan tindakan memasang infus, dan sudah mulai menerapkan hand hygiene pada perawat , adanya perawatan infus secara berkala, pada bulan maret angka plebitis meningkat menjadi 7,06‰ dikarenakan tingkat pendidikan pasien dan keluarga yang lebih rendah di bulan maret daripada bulan februari, sehingga tingkat kepatuhan cuci tangan menjadi rendah 3. Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) Tidak bisa memantau pasien karena pemasangan Double lumen one day care. Sedangkan untuk tindakan lainya yang mengakibatkan IADP tidak dilakukan di RS.Bhayangkara Lumajang sehingga tidak di dapatkan data mengenai angka kejadian IADP. 4. Infeksi Luka Operasi(ILO) Tidak didapatkan angka kejadian ILO dikarenakan tidak semua pasien kontrol di bhayangkara selama 40 hari. Sebagian besar pasien control di tempat praktek pribadi dokter 5. Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien dengan kateterisasi urethra Hasil analisis pada pasien isk pada triwulan I ini belum ada dikarenakan masih belum ada kultur untuk isk sehingga perawat kesulitan untuk mengidentifikasi apakah pasien itu isk atau tidak. 6. Ventilator Associated Pneumonia (VAP)



Tidak di dapatkan angka VAP dikarenakan tidak terpakainya ventilator dalam jangka panjang di ruangan ICU dan Kamar Operasi. 7. Hospital Acquired Pneumonia(HAP) Tidak di dapatkan angka HAP karena tidak ada pasien di RS Bhayangkara yang tirah baring lama



D.Rencana & Tindak Lanjut Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dalam hal surveilans maka komitmen bersama dalam pelacakan dan penegakan IRS perlu ditingkatkan. Rekomendasi khusus diberikan sebagai berikut: 1)



Dekubitus pada pasien tirah baring (1) Di sempurnakannya form survailan untuk dekubitus (2) Sosialisasi form secara rutin ke semua surveyor untuk kriteria pasien dekubitus (3) Dilakukan mobilisasi secara teratur untuk pasien dengan tirah baring lama dan diberikan kasur dekubitus. (4) Pendampingan di program teknologi informasi untuk feedback data IRS. (5) Pengajuan ke rs untuk di lakukan kultur dekubitus pada pasien dengan tirah baring lama dan tanda dekubitus



2)



Phlebitis pada pasien dengan pemasangan infus (1) Sosialisasi form yang lebih detail dan secara rutin ke semua surveyor untuk kriteria pasien plebitis (2) Penemuan, pencatatan dan pelaporan kasus plebitis perlu terus ditingkatkan untuk proses perbaikan praktik. (3) Pendampingan di program teknologi informasi untuk feedback data IRS. (4) Penggunaan teknik aseptik dan sesuai SPO saat pemasangan infus. (5) Penggantian infus secara berkala dan perawatan infus (6) Hand hygiene pada pasien dan keluarga



3)



ILO ( Infeksi Luka Operasi ) (1)



Sosialisasi form yang lebih detail dan secara rutin ke semua surveyor untuk kriteria pasien ILO



(2)



Penemuan, pencatatan dan pelaporan kasus ILO perlu terus ditingkatkan



(3) (4) (5)



untuk proses perbaikan praktik. Pendampingan di program teknologi informasi untuk feedback data IRS. Penggunaan teknik aseptik dan sesuai SPO saat oprasi. KIE Hand hygiene,nutrisi pada pasien dan keluarga terutama saat



(6)



dirumah post oprasi. Adanya kerjasama dengan bidan atau perawat desa dan klinik dokter yang melakukan tindakan operasi mengenai pemantauan luka operasi



(7) 4)



selama 40 hari atau lebih. Dilakukan pensterilan di CSSD



Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) Perbaikan SOP, Kebijakan dan Panduan mengenai surveilans IADP, sehingga apabila ditemukan kasus IADP surveiyor mampu menganalisa dengan tepat dan cepat



5)



Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien dengan kateterisasi urethra (1)



Dilakukan sosialisasi form yang lebih detail dan secara rutin ke semua surveyor untuk kriteria pasien ISK



(2)



Penemuan, pencatatan dan pelaporan kasus ISK yang baru perlu terus



(3) (4) (5) (6)



ditingkatkan untuk proses perbaikan praktik. Pendampingan di program teknologi informasi untuk feedback data IRS. Penggunaan teknik aseptik dan sesuai SPO saat pemasangan kateter. Hand hygiene pada pasien dan keluarga Pengajuan ke rs untuk di lakukan kultur pada pasien dengan tanda ISK



6) Ventilator Associated Pneumonia (VAP) Pemasangan Ventilator sesuai dengan SOP dan mempertahankan teknik aseptic saat pemasangan sehingga dapat mencegah terjadinya VAP 7) Hospital Acquired Pneumonia(HAP) (1) Dilakukan sosialisasi form yang lebih detail dan secara rutin ke semua surveyor untuk kriteria pasien HAP



(2) Penemuan, pencatatan dan pelaporan kasus HAP perlu terus ditingkatkan untuk proses perbaikan praktik. (3) Pendampingan di program teknologi informasi untuk feedback data IRS. (4) Hand hygiene pada pasien dan keluarga 8. PENUTUP Infeksi rumah sakit menjadi masalah yang tidak dapat dihindari sehingga dibutuhkan data dasar infeksi unuk menurunkan angka yang ada. Untuk itu perlunya melakukan survailans dengan metode yang aktif, terus menerus dapat tepat sasaran. Pelaksanaan survailans dilakukan setiap hari dan dilakukan pelaporan tiap bulan kepada tim ppi. Dan diperlukan tindak lanjut untuk untuk membandingkan hasil kejadian infeksi dari hasil tiap bulannya.



Lumajang, Maret 2016 IPCO



(dr. Sri Harsono )



POLRI DAERAH JAWA TIMUR BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA LUMAJANG



LAPORAN HASIL SURVAILANS KOMITE PPI BULAN APRIL - JUNI RS. BHAYANGKARA LUMAJANG



LUMAJANG,



JUNI 2016



LAPORAN HASIL SURVAILANS DI RS.BHAYANGKARA LUMAJANG BULAN APRIL-JUNI 2016



1. LATAR BELAKANG Infeksi nosokomial masih banyak di jumpai dirumah sakit dan biasaanya merupakan indicator bagi pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi nosokomial. Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh nightingale, simmelweis, lister dan Holmes melalui praktek-praktek hygine dan penggunaan atiseptik. Tantangan dalam pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks ndan sering disebut disiplin epidemiologi rumah sakit. Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah yang besar, khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan antibiotic dan obatobat lain serta peralatan medis dan kerugiaan tak langsung yaitu produktif berkurang, kebijakan penggunaan antibiotic , kebijakan penggunaan desinfektan serta sentralisasi perlu di patuhi dengan ketat. Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan pergeseran resiko ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan upaya yang sistemik



dalam



penggunaan



infeksi



nosokomial,



dengan



adanya



Komite



Pengendalian Infeksi dan profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan program pengumpulan data , pendidikan



konsultasi dan langkah-langkah pengendalian



infeksi yang terpadu. Keberhasilan program pengendalian infeksi nosokomial



dipengaruhi oleh efektivitas



proses komunikasi untuk menyampaikan tujuan dan



kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh karyawan rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis , para penderita yang dirawat maupun berobat jalan serta para pengu7njung rs.bhayangkara lumajang. Di RS.Bhayangkara lumajang kejadian infeksi sementara hanya kejadian flebitis. 2. TUJUAN 1) Menurunkan resiko terjadinya infeksi nosokomial 2) Memperoleh data dasar, yaitu tingkat endemisitas infeksi nosokomial di 3) 4) 5) 6)



RS.Bhayangkara lumajang Sebagai system kewaspadaan dini dalam mengidentifikasi kejadian luar biasa Mengukur dan menilai keberhasilan program pengendalian infeksi nosokomial Menilai standart mutu asuhan keperawatan dan pelayanaan medis Memenuhi standart pelayanan rumah sakit sebagai salah satu tolak ukur



penilaian akreditasi 7) Mengatasi tuntutan mal praktek 8) Meyakinkan para klinisi tentang



adanya



masalah



yang



memerlukan



penanggulangan 3. SASARAN seluruh petugas yang ada di ruang rawat inap 4. RUANG LINGKUP Seluruh ruangan rawat inap 5. WAKTU PELAKSANAAN Setiap hari dan di rekap serta dilaporkan tiap bulan kepada tim ppi 6. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN 1) Menganalisa pasien yang terjadi infeksi selama menjalankan perawatan 2) Mengisi tabel infeksi (survailan) yang ada di komputer ruangan setiap terjadi kejadian infeksi 3) Merekap kejadian infeksi selama 1 bulan dan dilaporkan kepada tim ppi 4) Ruangan menerima hasil dari tim ppi dan rekomendasi tentang apa yang harus dilakukan untuk meminimalkan kejadian infeksi diruangan 7. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN TABEL 1. HASIL SURVAILANS BULAN APRIL-JUNI 2016 NO BULAN



KEJADIAN



1. 2. 3.



SURVAILANS PLEBITIS PLEBITIS PLEBITIS



APRIL MEI JUNI



INFEKSI HASIL SURVAILANS 8,9‰ 5,5‰ 6,01‰



KET



GAMBAR 1. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN APRIL - JUNI



TABEL 2. HASIL SURVAILANS BULAN APRIL-JUNI 2016 NO BULAN 1. 2. 3.



APRIL MEI JUNI



KEJADIAN SURVAILANS HAP HAP HAP



INFEKSI HASIL SURVAILANS 0‰ 0‰ 0‰



KET



GAMBAR 2. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN APRIL-JUNI



TABEL 3. HASIL SURVAILANS BULAN APRIL-JUNI 2016 NO



BULAN



1. 2. 3.



APRIL MEI JUNI



KEJADIAN SURVAILANS VAP VAP VAP



INFEKSI HASIL SURVAILANS 0‰ 0‰ 0‰



KET



GAMBAR 3. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN APRIL-JUNI 2016



TABEL 4. HASIL SURVAILANS BULAN APRIL-JUNI 2016 NO



BULAN



1. 2. 3.



APRIL MEI JUNI



KEJADIAN SURVAILANS ISK ISK ISK



INFEKSI HASIL SURVAILANS 0‰ 0‰ 0‰



KET



GAMBAR 4. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN APRIL-JUNI 2016



TABEL 5. HASIL SURVAILANS BULAN APRIL-JUNI 2016 NO



BULAN



1. 2. 3.



APRIL MEI JUNI



KEJADIAN SURVAILANS DEKUBITUS DEKUBITUS DEKUBITUS



INFEKSI HASIL SURVAILANS 0‰ 0‰ 0‰



GAMBAR 5. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN APRIL-JUNI 2016



KET



TABEL 6. HASIL SURVAILANS BULAN APRIL-JUNI 2016 NO



BULAN



1. 2. 3.



APRIL MEI JUNI



KEJADIAN SURVAILANS IADP IADP IADP



INFEKSI HASIL SURVAILANS 0‰ 0‰ 0‰



KET



GAMBAR 6. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN APRIL-JUNI 2016



TABEL 7. HASIL SURVAILANS BULAN APRIL-JUNI 2016 NO



BULAN



1. 2. 3.



APRIL MEI JUNI



KEJADIAN SURVAILANS ILO ILO ILO



INFEKSI HASIL SURVAILANS 0‰ 0‰ 0‰



KET



GAMBAR 7. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN APRIL-JUNI 2016



Data yang dikumpulkan dan dianalisa untuk mengetahui angka kejadian infeksi rumah sakit di RS Bhayangklara Lumajang meliputi:



1. Dekubitus pada pasien tirah baring Hasil analisis pada pasien dekubitus pada triwulan I adalah nihil, dikarenakan tidak ada pasien di rumah sakit Bhayangkara yang tirah baring totalnya lama dan apabila adapun RS bhayangkara memiliki kasur dekubitus 2. Phlebitis pada pasien dengan pemasangan infus Angka plebitis masih diatas target yang diharapkan , factor kurangnya kesadaran perawat tentang pentingnya hand hygine dan tekhnik aseptik saat pemasangan infuse turut mempengaruhi angka kejadian Plebitis. Pada bulan April angka flebitis 8, 9‰ dan turun pada bulan Mei 5,5‰ , dikarenakan adanya monitoring kepatuhan penggunaan APD dan cuci tangan, dan monitoring tindakan pemasangan infuse yang sesuai dengan SOP 3. Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) Tidak



ada



tindakan



bedah



yang



beresiko



mengakibatkan



IADP



di



RS.Bhayangkara Lumajang sehingga tidak di dapatkan data mengenai angka kejadian IADP. 4. Infeksi Luka Operasi(ILO) Tidak didapatkan pasien post operasi yang control secara rutin selama 40 hari di poli RS bhayangkara . 5. Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien dengan kateterisasi urethra Belum adanya ketersediaan kultur urin di RS Bhayangkara 6. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) TIdak ada pasien di RS Bhayangkara yang menggunakan ventilator dalam jangka panjang di ICU maupun di kamar operasi 7. Hospital Acquired Pneumonia(HAP) Tidak di dapatkan angka HAP karena tidak ada pasien di RS Bhayangkara yang tirah baring lama



D.Rencana & Tindak Lanjut Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dalam hal surveilans maka komitmen bersama dalam pelacakan dan penegakan IRS perlu ditingkatkan. Rekomendasi khusus diberikan sebagai berikut: 1) Dekubitus pada pasien tirah baring (1) Di sempurnakannya form survailan untuk dekubitus (2) Sosialisasi form secara rutin ke semua surveyor untuk kriteria pasien dekubitus (3) Dilakukan mobilisasi secara teratur untuk pasien dengan tirah baring lama dan diberikan kasur dekubitus. (4) Pendampingan di program teknologi informasi untuk feedback data IRS. (5) Pengajuan ke rs untuk di lakukan kultur dekubitus pada pasien dengan tirah baring lama dan tanda dekubitus 2)



Phlebitis pada pasien dengan pemasangan infus (1) Sosialisasi form yang lebih detail dan secara rutin ke semua surveyor untuk kriteria pasien plebitis (2) Penemuan,



pencatatan



dan



pelaporan



kasus



plebitis



perlu



terus



ditingkatkan untuk proses perbaikan praktik. (3) Pendampingan di program teknologi informasi untuk feedback data IRS. (4) Penggunaan teknik aseptik dan sesuai SPO saat pemasangan infus. (5) Penggantian infus secara berkala dan perawatan infus (6) Hand hygiene pada pasien dan keluarga 3)



ILO ( Infeksi Luka Operasi ) (1) Sosialisasi form yang lebih detail dan secara rutin ke semua surveyor untuk kriteria pasien ILO (2) Penemuan, pencatatan dan pelaporan kasus ILO perlu terus ditingkatkan untuk proses perbaikan praktik. (3) Pendampingan di program teknologi informasi untuk feedback data IRS. (4) Penggunaan teknik aseptik dan sesuai SPO saat oprasi. (5) KIE Hand hygiene,nutrisi pada pasien dan keluarga terutama saat dirumah post oprasi.



(6) Adanya kerjasama dengan bidan atau perawat desa dan klinik dokter yang melakukan tindakan operasi mengenai pemantauan luka operasi selama 40 hari atau lebih. (7) Dilakukan pensterilan di CSSD



4)



Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) Perbaikan SOP, Kebijakan dan Panduan mengenai surveilans IADP, sehingga apabila ditemukan kasus IADP surveiyor mampu menganalisa dengan tepat dan cepat



5)



Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien dengan kateterisasi urethra (1) Dilakukan sosialisasi form yang lebih detail dan secara rutin ke semua surveyor untuk kriteria pasien ISK (2) Penemuan, pencatatan dan pelaporan kasus ISK yang baru perlu terus (3) (4) (5) (6)



ditingkatkan untuk proses perbaikan praktik. Pendampingan di program teknologi informasi untuk feedback data IRS. Penggunaan teknik aseptik dan sesuai SPO saat pemasangan kateter. Hand hygiene pada pasien dan keluarga Pengajuan ke rs untuk di lakukan kultur pada pasien dengan tanda ISK



6) Ventilator Associated Pneumonia (VAP) Pemasangan Ventilator sesuai dengan SOP dan mempertahankan teknik aseptic saat pemasangan sehingga dapat mencegah terjadinya VAP 7) Hospital Acquired Pneumonia(HAP) (5) Dilakukan sosialisasi form yang lebih detail dan secara rutin ke semua surveyor untuk kriteria pasien HAP (6) Penemuan, pencatatan dan pelaporan kasus HAP perlu terus ditingkatkan untuk proses perbaikan praktik. (7) Pendampingan di program teknologi informasi untuk feedback data IRS. (8) Hand hygiene pada pasien dan keluarga 9. PENUTUP Infeksi rumah sakit menjadi masalah yang tidak dapat dihindari sehingga dibutuhkan data dasar infeksi unuk menurunkan angka yang ada. Untuk itu perlunya melakukan survailans dengan metode yang aktif, terus menerus dapat tepat sasaran. Pelaksanaan survailans dilakukan setiap hari dan dilakukan



pelaporan tiap bulan kepada tim ppi. Dan diperlukan tindak lanjut untuk untuk membandingkan hasil kejadian infeksi dari hasil tiap bulannya.



Lumajang, Juni 2016 IPCO



(dr. Sri Harsono )



POLRI DAERAH JAWA TIMUR BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA LUMAJANG



LAPORAN HASIL SURVAILAN KOMITE PPI BULAN JULI-SEPTEMBER 2016



LUMAJANG, SEPTEMBER 2016



LAPORAN HASIL SURVAILANS DI RS.BHAYANGKARA LUMAJANG BULAN JULI- SEPTEMBER 2016 1.



LATAR BELAKANG Infeksi nosokomial masih banyak di jumpai dirumah sakit dan biasaanya



merupakan indicator bagi pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi nosokomial. Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh nightingale, simmelweis, lister dan Holmes melalui praktek-praktek hygine dan penggunaan atiseptik. Tantangan dalam pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks ndan sering disebut disiplin epidemiologi rumah sakit. Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah yang besar, khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan antibiotic dan obatobat lain serta peralatan medis dan kerugiaan tak langsung yaitu produktif berkurang, kebijakan penggunaan antibiotic , kebijakan penggunaan desinfektan serta sentralisasi perlu di patuhi dengan ketat. Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan pergeseran resiko ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan upaya yang sistemik



dalam



penggunaan



infeksi



nosokomial,



dengan



adanya



Komite



Pengendalian Infeksi dan profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan program pengumpulan data , pendidikan



konsultasi dan langkah-langkah pengendalian



infeksi yang terpadu. Keberhasilan program pengendalian infeksi nosokomial dipengaruhi oleh efektivitas



proses komunikasi untuk menyampaikan tujuan dan



kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh karyawan rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis , para penderita yang dirawat maupun berobat jalan serta para pengu7njung rs.bhayangkara lumajang. Di RS.Bhayangkara lumajang kejadian infeksi sementara hanya kejadian flebitis. 2.



TUJUAN 1) Menurunkan resiko terjadinya infeksi nosokomial 2) Memperoleh data dasar, yaitu tingkat endemisitas infeksi nosokomial di 3) 4) 5) 6)



RS.Bhayangkara lumajang Sebagai system kewaspadaan dini dalam mengidentifikasi kejadian luar biasa Mengukur dan menilai keberhasilan program pengendalian infeksi nosokomial Menilai standart mutu asuhan keperawatan dan pelayanaan medis Memenuhi standart pelayanan rumah sakit sebagai salah satu tolak ukur penilaian akreditasi



7) Mengatasi tuntutan mal praktek 8) Meyakinkan para klinisi tentang



adanya



masalah



yang



memerlukan



penanggulanga 3. SASARAN seluruh petugas yang ada di ruang rawat inap 4. RUANG LINGKUP Seluruh ruangan rawat inap 5.



WAKTU PELAKSANAAN Setiap hari dan di rekap serta dilaporkan tiap bulan kepada tim ppi



6.



CARA PELAKSANAAN KEGIATAN 1) Menganalisa pasien yang terjadi infeksi selama menjalankan perawatan 2) Mengisi tabel infeksi (survailans) yang ada di komputer ruangan setiap terjadi kejadian infeksi 3) Merekap kejadian infeksi selama 1 bulan dan dilaporkan kepada tim ppi 4) Ruangan menerima hasil dari tim ppi dan rekomendasi tentang apa yang



harus dilakukan untuk meminimalkan kejadian infeksi diruangan 7. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN TABEL 1. HASIL SURVAILANS BULAN JULI-SEPTEMBER 2016 NO BULAN



KEJADIAN



INFEKSI HASIL



KET



SURVAILANS SURVAILANS 1. JULI PLEBITIS 5,9‰ 2. AGUSTUS PLEBITIS 6,4‰ 3. SEPTEMBER PLEBITIS 5,6‰ GAMBAR 1. PROSENTASE HASIL SURVAILANS JULI- SEPTEMBER 2016



TABEL 2. HASIL SURVAILANS BULAN JULI- SEPTEMBER 2016 NO BULAN



KEJADIAN



1. 2. 3.



SURVAILANS HAP HAP HAP



JULI AGUSTUS SEPTEMBER



INFEKSI HASIL SURVAILANS 0‰ 0‰ 0‰



KET



GAMBAR 2. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN JULI- SEPTEMBER 2016



TABEL 3. HASIL SURVAILANS BULAN JULI- SEPTEMBER 2016 NO BULAN



KEJADIAN



1. 2. 3.



SURVAILANS VAP VAP VAP



JULI AGUSTUS SEPTEMBER



INFEKSI HASIL



KET



SURVAILANS 0‰ 0‰ 0‰



GAMBAR 3. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN JULI- SEPTEMBER 2016



TABEL 4. HASIL SURVAILANS BULAN JULI- SEPTEMBER 2016 NO BULAN



KEJADIAN



1. 2. 3.



SURVAILANS ISK ISK ISK



JULI AGUSTUS SEPTEMBER



INFEKSI HASIL



KET



SURVAILANS 0‰ 0‰ 0‰



GAMBAR 4. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN JULI- SEPTEMBER 2016



TABEL 5. HASIL SURVAILANS BULAN JULI- SEPTEMBER 2016 NO BULAN



KEJADIAN



1. 2. 3.



SURVAILANS DEKUBITUS DEKUBITUS DEKUBITUS



JULI AGUSTUS SEPTEMBER



INFEKSI HASIL



KET



SURVAILANS 0‰ 0‰ 0‰



GAMBAR 5. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN JULI-AGUSTUS 2016



TABEL 6. HASIL SURVAILANS BULAN JULI- SEPTEMBER 2016 NO BULAN



KEJADIAN



INFEKSI HASIL



KET



SURVAILANS SURVAILANS 1. JULI IADP 0‰ 2. AGUSTUS IADP 0‰ 3. SEPTEMBER IADP 0‰ GAMBAR 6. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN JULI- SEPTEMBER 2016



TABEL 7. HASIL SURVAILANS BULAN JULI- SEPTEMBER 2016 NO BULAN



KEJADIAN



1. 2. 3.



SURVAILANS ILO ILO ILO



JULI AGUSTUS SEPTEMBER



INFEKSI HASIL



KET



SURVAILANS 0‰ 0‰ 0‰



GAMBAR 7. PROSENTASE HASIL SURVAILANS BULAN JULI-AGUSTUS 2016



Data yang dikumpulkan dan dianalisa untuk mengetahui angka kejadian infeksi rumah sakit di RS Bhayangklara Lumajang meliputi: 1) Dekubitus pada pasien tirah baring Hasil analisis pada pasien dekubitus pada triwulan I ini belum ada dikarenakan di belum sempurnanya form survailan untuk dekubitus,kurangnya sosialisasi form untuk kriteria pasien dekubitus dan masi belum ada kultur untuk dekubitus sehingga perawat kesulitan untuk mengidentifikasi apakah pasien itu dekubitus atau tidak. 2) Phlebitis pada pasien dengan pemasangan infus Angka plebitis masih diatas target yang diharapkan setiap bulannya karena ada beberapa tenaga medis kurang pedulinya tentang pentingnya tekhnik steril dan hand haigyn serta adanya pembangunan yang mengakibatkan ruangan sedikit kotor dan berdebu. Bulan juli angka flebitis turun menjadi 5,9‰ dikarenakan banyak sosilisasi yang di lakukan rs untuk seluruh karyawan bhayangkara, perawat dan seluruh NAKES mulai benar-benar menerapkan haind haygin sebelum dan sesudah tindakan, dan tindakan menggunakan tekhnik steril dan naik pada bulan agustus 6,4‰ dikarenakan jumlah pasien menurun sedangkan jumlah pasien flebitis tetap sehingga prosentase flebitis meningkat dan adanya pembangunan di sekitar ruang



perawatan sehingga ada debu meskipun area pembangunan sudah ditutup,bulan september angka kejadian flebitis menurun menjadi 5,6 dikarenakan sudah bnyaknya pelatihan yang di ikuti oleh karyawan RS.Bhayangkara, dan nakes sudah melakukan tindakan aseptik sebelum dan sesudah tindakan, sudah paham dalam pengisian SIR survailans, keluarga pasien pun sudah mengerti dan semakin taat dalam penggunaan hand scrab, jam kunjung sudah di terapkan sehingga transmisi virus dan kuman bisa dikurangi, pembangunan pun sudah benar-benar di tutup sesuai standart sehingga tidak masuk ke lingkungan prawatan debu dan lainnya. 3) Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) Tidak bisa memantau pasien karena pemasangan dobulement one day care. Sedangkan untuk tindakan lainya yang mengakibatkan IADP tidak dilakukan di RS.Bhayangkara Lumajang sehingga tidak di dapatkan data mengenai angka kejadian IADP.



4) Infeksi Luka Operasi(ILO) Tidak didapatkan angka kejadian ILO dikarenakan tidak semua pasien kontrol di bhayangkara, tidak adanya kerjasama dengan bidan atau perawat desa dan klinik dokter yang melakukan tindakan operasi



mengenai pemantauan luka operasi



selama 40 hari atau lebih. 5) Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien dengan kateterisasi urethra Hasil analisis pada pasien isk pada triwulan I ini belum ada dikarenakan masi belum ada kultur untuk penetapan isk sehingga perawat kesulitan untuk mengidentifikasi apakah pasien itu isk atau tidak. 6) Ventilator Associated Pneumonia (VAP) Tidak di dapatkan angka VAP dikarenakan tidak terpakainya ventilator di ruangan termasuk ICU dan Kamar Operasi. 7) Hospital Acquired Pneumonia(HAP) Tidak di dapatkan angka HAP dikarenakan tidak ada pasien yang tirah baring lama di RS Bhayangkara .Rencana & Tindak Lanjut Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dalam hal surveilans maka komitmen bersama dalam pelacakan dan penegakan IRS perlu ditingkatkan. Rekomendasi khusus diberikan sebagai berikut:



1) Dekubitus pada pasien tirah baring (1) Di sempurnakannya form survailan untuk dekubitus supaya dapat teridentifikasi pasien



yang dekubitus



(2) Dilakukan sosialisasi form yang lebih detail dan secara rutin ke semua surveyor untuk kriteria pasien dekubitus (3) Dilakukan mobilisasi secara teratur untuk pasien dengan tirah baring lama dan diberikan kasur dekubitus. (4) Pendampingan di program teknologi informasi untuk feedback data IRS. (5) Pengajuan ke rs untuk di lakukan kultur dekubitus pada pasien dengan tirah baring lama dan tanda dekubitus 2)



Phlebitis pada pasien dengan pemasangan infus (1) Area pembangunan benar-benar di perlakukan sesuai SPO pembangunan dan cleaning service harus selalu membersihkan daerah yang resiko banyak debu, sehingga debu tidak terbang atau terbawa ke daerah pasien. (2) Penemuan,



pencatatan



dan



pelaporan



kasus



plebitis



perlu



terus



ditingkatkan untuk proses perbaikan praktik. (3) Pendampingan di program teknologi informasi untuk feedback data IRS. (4) Penggunaan teknik aseptik dan sesuai SPO saat pemasangan infus. (5) Penggantian infus secara berkala dan perawatan infuse (6) Hand hygiene pada pasien dan keluarga 3)



ILO(Infeksi Luka Oprasi) (1) Dilakukan sosialisasi form yang lebih detail dan secara rutin ke semua surveyor untuk kriteria pasien ILO (2) Penemuan, pencatatan dan pelaporan kasus ILO perlu terus ditingkatkan untuk proses perbaikan praktik. (3) Pendampingan di program teknologi informasi untuk feedback data IRS. (4) Penggunaan teknik aseptik dan sesuai SPO saat oprasi. (5) KIE Hand hygiene,nutrisi pada pasien dan keluarga terutama saat dirumah post oprasi. (6) Adanya kerjasama dengan bidan atau perawat desa dan klinik dokter yang melakukan tindakan operasi mengenai pemantauan luka operasi selama 40 hari atau lebih. (7) Diadakan CSSD



4)



Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)



Tidak ada tindak lanjut untuk IADP karena tidak bisa memantau pasien yang dikarenakan pemasangan dobulement one day care. Sedangkan untuk tindakan lainya yang mengakibatkan IADP tidak dilakukan di RS.Bhayangkara Lumajang sehingga tidak di dapatkan data mengenai angka kejadian IADP dan tidak ada tindak lanjut yang bisa dilakukan. 5)



Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien dengan kateterisasi urethra (1) Dilakukan sosialisasi form yang lebih detail dan secara rutin ke semua surveyor untuk kriteria pasien plebitis (2) Penemuan,



pencatatan



dan



pelaporan



kasus



plebitis



perlu



terus



ditingkatkan untuk proses perbaikan praktik. (3) Pendampingan di program teknologi informasi untuk feedback data IRS. (4) Penggunaan teknik aseptik dan sesuai SPO saat pemasangan kateter (5) Hand hygiene pada pasien dan keluarga (6) Pengajuan ke rs untuk di lakukan kultur pada pasien dengan tanda ISK (7) Ventilator Associated Pneumonia (VAP) (8) Tidak ada tindak lanjut VAP dikarenakan tidak terpakainya ventilator di ruangan termasuk ICU dan Kamar Operasi. 6)



Hospital Acquired Pneumonia(HAP) (1) Dilakukan sosialisasi form yang lebih detail dan secara rutin ke semua surveyor untuk kriteria pasien HAP (2) Penemuan, pencatatan dan pelaporan kasus HAP perlu terus ditingkatkan untuk proses perbaikan praktik. (3) Pendampingan di program teknologi informasi untuk feedback data IRS. (4) Hand hygiene pada pasien dan keluarga



8.



PENUTUP Infeksi rumah sakit menjadi masalah yang tidak dapat dihindari sehingga



dibutuhkan data dasar infeksi unuk menurunkan angka yang ada. Untuk itu perlunya melakukan survailans dengan metode yang aktif, terus menerus dapat tepat sasaran. Pelaksanaan survailans dilakukan setiap hari dan dilakukan pelaporan tiap bulan kepada tim ppi. Dan diperlukan tindak lanjut untuk untuk membandingkan hasil kejadian infeksi dari hasil tiap bulannya.



Lumajang, September 2016 IPCN



(Ns. Aris Nugroho, SKep )