Testimoni Ubudiyahh [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DAFTAR ISI



SYARAH FATHAL QARIB DISKURSUS UBUDIYAH



Ulasan Buku Salam Penulis Ucapan Terimakasih Kata Pengantar Prof. Dr. Abdul Haris, M.Ag. Kata Pengantar Dr. KH. Akhmad Muzakki, M.A. Kata Pengantar KH. Marzuqi Mustamar Kata Pengantar Drs. KH. Chamzawi, M.HI. Daftar Isi



II III VII IX XI XIII XV XVI



Mukaddimah Biografi Abi Syuja’ Biografi Syekh Ibn Qasim al-Ghazi  Nama dan Nasab  Kelahiran dan Kehidupan  Guru  Karya-Karya  Kitab yang Mengomentari Fath al-Qarib Kaul Kadim, Kaul Jadid, dan Taklid Talfiq Syarat-Syarat Talfiq Istilah-Istilah dalam Mazhab Syafii



1 6 7 7 7 8 10 10 12 14 14 18



Bab tentang Hukum-Hukum Bersuci Dalil Hikmah Tasyri’



27 31 32



XVI



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



Definisi Pembagian Air  Air Suci Menyucikan Tidak Makruh Digunakan (Air Mutlak)  Air Suci Menyucikan Namun Makruh Digunakan (Air Musyammas)  Air Suci yang Tidak Menyucikan  Air Mustakmal  Air yang Mengalami Perubahan (Mutaghayyir)  Air yang terkena Najis (Mutanajjis)  Air Sedikit (Kurang dari dua kulah)  Air Lebih dari dua kulah) Perbedaan Mazhab Terkait dua Kulah Pasal yang Menjelaskan tentang Segala Sesuatu yang Najis, yang dapat Disucikan dengan Disamak dan yang Tidak Dalil Definisi Alat Menyamak Kulit Hewan yang Bisa Disucikan dengan Disamak Tata Cara Menyamak Hukum Kulit Bangkai Setelah Disamak Pendapat Ulama Mazhab tentang Kulit Definisi Bangkai, Tulang dan Bulunya Pasal tentang Bejana yang Haram dan yang Boleh Digunakan Dalil Hikmah Tasyri’ Hukum-Hukum Bejana  Hukum Penggunaan Bejana Emas dan Perak  Hukum Menggunakan Bejana yang Ditambal dengan Emas dan Perak  Penambalan dengan Emas  Penambalan dengan Perak  Hukum Penggunaan Bejana Selain Emas dan Perak  Hukum Bejana yang Disepuh  Halal  Haram  Keterangan Tambahan  Hukum Berwudu dari Bejana Emas atau Perak  Hukum Makanan pada Bejana Emas atau Perak Mengupas Teks Fathal Qarib Melalui Referensi Kitab-Kitab Mu’tabarah



33 34 34 36 37 38 39 41 41 41 46



47 49 49 49 50 51 52 53 55



58 60 60 61 61 63 63 64 65 66 66 67 67 67 67



XVII



Pasal tentang Menggunakan Siwak Dalil Definisi Hukum Bersiwak Bersiwak Setelah Tergelincirnya Matahari bagi Orang yang Puasa Alat Siwak Tata Cara Bersiwak Faedah Bersiwak



68 70 71 72 74 76 78 80



Pasal tentang Fardu-Fardu Wudu Dalil Sejarah Tasyri’ Hikmah Tasyri’ Definisi Fardu Wudu  Niat  Membasuh Wajah  Membasuh Kedua Tangan sampai Siku-Siku  Mengusap Sebagian Kepala  Membasuh Kedua Kaki sampai Mata Kaki  Tertib Perbedaan al-Ghasl (Membasuh) dan al-Mash (Mengusap)



81 84 85 86 89 90 90 94 96 98 100 102 103



Pasal tentang Sunah-Sunah Wudu Dalil Hikmah Tasyri’ Kesunahan Wudu  Membaca Basmalah  Membasuh Telapak Tangan Sebelum Berkumur  Berkumur dan Istinsyaq (Menghirup Air ke dalam Hidung)  Mengusap Seluruh Bagian Kepala  Mengusap Kedua Telinga  Menyela-Nyelai Janggut yang Tebal  Menyela-Nyelai Jari Tangan dan Kaki  Mendahulukan Anggota Wudu Bagian Kanan daripada Bagian Kiri  Dilakukan Sebanyak Tiga Kali Basuhan atau Usapan  Bersambung (Muwalah) Sunah Wudu yang Tidak Disebutkan



105 109 110 111 112 114



XVIII



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



117 120 122 124 125 127 128 130 132



Pasal tentang Istinja dan Etika Orang yang Buang Hajat Dalil Hukum Istinja Definisi Alat Istinja Tata Cara Istinja Dengan Benda Padat Etika Istinja  Etika Istinja yang Berkaitan dengan Tempat  Etika Keluar Masuk Tempat Buang Hajat  Etika yang Berkaitan dengan Arah  Haram  Makruh/Khilaf al-Aula  Etika Terkait Keadaan Orang yang Sedang Buang Hajat Keterangan Tambahan Pasal tentang Hal-Hal yang Membatalkan Wudu yang Disebut juga dengan Sebab-Sebab Hadas Dalil Hikmah Tasyri’ Definisi Hal-Hal yang Membatalkan Wudu  Keluarnya Sesuatu dari Dua Jalan  Tidur dengan Tidak Menetapkan Pantat  Hilangnya Akal  Bersentuhan Kulit dengan yang Bukan Mahram  Menyentuh Kemaluan Pasal tentang Hal yang Mewajibkan Mandi Dalil Hikmah Tasyri’ Definisi Perkara yang Mewajibkan Mandi  Bertemunya dua Alat Kelamin  Keluar Mani  Kematian  Haid  Nifas  Melahirkan (Wiladah)



Mengupas Teks Fathal Qarib Melalui Referensi Kitab-Kitab Mu’tabarah



134 137 138 140 140 143 144 144 146 147 147 147 148 150



151 154 154 155 156 156 157 159 159 163 165 167 168 168 169 169 169 171 172 172 172



XIX



Pasal tentang Kewajiban dan Kesunahan saat Mandi Dalil Fardu Mandi  Niat  Menghilangkan Najis Pada Tubuh  Meratakan Air Keseluruh Tubuh Kesunahan Mandi



174 176 177 178 180 181 183



Pasal tentang Mandi yang Sunah Dalil Hikmah Tasyri’ Niat dalam Mandi Sunah Adab Ketika Mandi Macam-Macam Mandi Sunah  Mandi Hari Jumat  Mandi Hari Raya Idulfitri dan Iduladha  Mandi Salat Istisqa’ (Meminta Hujan)  Mandi Salat Gerhana Bulan (Khusuf) dan Gerhana Matahari (Kusuf)  Mandi Pasca Memandikan Jenazah  Mandinya Orang yang Baru Masuk Islam (Mualaf)  Mandinya Orang yang Pulih dari Gila dan Epilepsi  Mandi Ketika Hendak Melaksanakan Ihram (Haji ataupun Umrah)  Mandi Ketika Hendak Memasuki Tanah Haram Makkah  Mandi Ketika Hendak Wukuf di Arafah pada Tanggal 9 Zulhijah  Mandi Ketika di Muzdalifah  Mandi Ketika Henda Melempar Jamrah  Mandi Ketika Hendak Tawaf



186 188 189 190 190 190 191 191 192



Pasal tentang Mengusap Muzah Dalil Hikmah Tasyri’ Hukum Mengusap Muzah Syarat Mengusap Muzah Masa Mengusap Muzah Tata Cara Mengusap Muzah Hal yang Dapat Membatalkan Usapan Muzah



197 201 202 203 204 206 207 208



Pasal tentang Tayamum



209



XX



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



192 192 193 193 194 194 194 194 195 195



Dalil Hikmah Tasyri’ Definisi Tayamum: Rukhsah atau Azimat? Penyebab Tayamum Syarat Tayamum  Ada Uzur Berupa Bepergian (Tidak Ada Air) atau Sakit)  Masuknya Waktu Salat  Mencari Air  Uzur untuk Menggunakan Air  Debu yang Suci Rukun Tayamum  Niat  Mengusap Wajah  Mengusap Kedua Tangan  Tertib Kesunahan Tayamum Qadla dan Tidaknya Salat dengan Tayamum Hal-Hal yang Membatalkan Tayamum  Setiap Hal yang dapat Membatalkan Wudu  Mendapati Air  Murtad Pemakai Perban Pasal tentang Macam-Macam Najis dan Menghilangkannya Dalil Hikmah Tasyri’ Definisi Kategori Batasan Najis  Macam-Macam benda Najis  Benda yang keluar dari Kubul dan Dubur  Benda Cair yang Memabukkan  Anjing dan Babi  Bangkai  Darah  Nanah  Muntah  Susu Binatang yang Haram Dimakan  Menyucikan Najis  Najis Mutawassithah  Najis ‘Ainiyah  Najis Hukmiyah



Cara



Mengupas Teks Fathal Qarib Melalui Referensi Kitab-Kitab Mu’tabarah



215 215 216 217 219 219 219 221 221 222 223 224 224 225 225 226 226 227 229 229 229 229 230



233 238 239 240 240 240 240 245 245 247 247 247 247 248 248 249 249 250



XXI



 Air Kencing Bayi Laki-Laki (Najis Mukhaffafah)  Najis Mughalladzah  Air Bekas Basuhan Najis  Hukum Khamar yang Berubah Menjadi Cuka  Najis yang Dima’fu



252 253 255 256 257



Pasal tentang Hukum-Hukum Haid, Nifas dan Istihadah Dalil Sejarah Tasyri’ Hikmah Tasyri’ Definisi Darah Haid Masa Haid  Usia Minimal Haid  Minimal Masa Haid Umumnya Masa Haid Maksimal Masa Haid Masa Suci Tanda-Tanda Berhentinya Haid Ketentuan Qada Salat bagi Wanita Haid Warna dan Sifat Darah  Darah Lemah dan Kuat Definisi Istihadhah Tata Cara Wudu Bagi Mustahadah Pembagian Mustahadah  Mubtadi’ah Mumayyizah  Mubtadi’ah Goiru Mumayyizah  Mu’tadah Mumayyizah  Mu’taddah Goriu Mumayyizah  Dzakirah li ‘Adatiha Qadran wa Waqtan  Nasyah li ‘Adatiha Qadran wa Waqtan (Mutahayyirah)  Dzakirah li ‘Adatiha Qadran, Nasiyah li ‘Adatiha Waqtan  Dzakirah li ‘Adatiha Waqtan, Nasiyah li ‘Adatiha Qadran Darah Nifas Masa Nifas Masa Suci Pemisah antara Haid dan Nifas Hukum-Hukum yang Berkaitan dengan Nifas Rumus Nifas Hal-Hal yangDiharamkan Sebab Haid, Nifas, Junub dan Hadas Kecil  Salat Fardu dan Sunah



263 268 269 270 270 272 272 273 274 274 275 275 277 279 279 281 282 285 285 286 288 289 289



XXII



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



290 292 293 294 295 296 297 298 300 301



      



Puasa Fardu dan Sunah Membaca Al-Qur’an Menyentuh Mushaf dan Membawanya Masuk Masjid (Jika Khawatir akan Mengotorinya) Tawaf Berhubungan Intim Menyentuh Bagian antara Pusar dan Lutut



301 303 305 307 308 309 311



Bab tentang Hukum-Hukum Salat Dalil Sejarah Tasyri’ Hikmah Tasyri’ Definisi Batasan Waktu Salat Fardu  Salat Zuhur  Salat Ashar  Salat Magrib  Salat Isya’  Salat Subuh Salat Qada



312 316 318 318 320 320 321 322 323 324 325 327



Pasal tentang Syarat-Syarat Wajib Salat Dalil Syarat Wajib Salat  Islam  Hukum Orang Kafir Asli  Hukum Orang Kafir Murtad  Hukum Orang yang Jauh dari Dakwah Islam  Balig  Perintah Salat Ketika Anak Berusia Tujuh Tahun  Memukul Anak Ketika Berusisa Sepuluh Tahun  Berakal Keterangan Tambahan



329 331 331 331 332 332 334 335 335 336 337 339



Pasal tentang Salat-Salat yang Disunahkan Dalil Salat Rawatib  Rawatib Muakkad (Total 10 rakaat)  Rawatib Ghairu Muakkad Keterangan Tambahan Selain Salat Rawatib



340 342 345 346 346 347 348



Mengupas Teks Fathal Qarib Melalui Referensi Kitab-Kitab Mu’tabarah



XXIII



 Salat Malam  Salat Duha  Salat Tarawih Salat Tahiyatal Masjid Salat Witir Salat Istikharah Keterangan Tambahan



348 350 351 352 353 356 357



Pasal tentang Syarat Sah Salat Sebelum Pelaksanaannya Dalil Hikmah Tasyri’ Suci dari Hadas dan Najis Menutup Aurat Menetap di Tempat yang Suci Mengetahui Masuknya Waktu Salat Menghadap Kiblat Kebolehan Salat tanpa Mengahadap Kiblat  Syiddatul Khuff (Berkecamuknya Perang Sesama)  Salat Sunah Ketika Dalam Perjalanan



360 363 365 367 369 374 375 376 379 379 379



Pasal tentang Rukun-Rukun Salat Dalil Hikmah Tasyri’ Rukun Salat Rukun Salat dapat Dipetakan Menjadi Empat Bagian  Niat  Niat Salat Fardu  Niat Salat Sunah yang Memiliki Sebab atau Waktu  Niat Salat Sunah Mutlak  Berdiri bagi yang Mampu  Takbiratulihram  Membaca Al-Fatihah  Hukum Membaca Basmalah Surah Al-Fatihah dan Surah Pendek  Hukum Membaca Fatihah bagi Makmum  Hal yang Harus Diperhatikan Ketika Membaca Surah Al-Fatihah  Yang Harus Dilakukan Ketika Tidak Mampu Membaca Surah Al-Fatihah  Rukuk dan Tuma’ninah  Berdiri untuk Iktidal dan Tuma’ninah  Sujud dan Tuma’ninah



382 389 391 392 393 393 395 398 399 400 405 410



XXIV



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



410 412 413 415 416 418 420



 Duduk di antara Dua Sujud dan Tuma’ninah  Duduk dan Membaca Tasyahud Akhir  Membaca Selawat kepada Nabi Muhammad SAW  Salam Pertama  Niat Keluar dari Salat  Tertib 18 Rukun Salat Versi Fathal Qarib Pasal tentang Sunah-Sunah Salat Dalil Sejarah Tasyri’ Hikmah Tasyri’ Kesunahan Sebelum Salat  Azan  Definsi  Hukum Azan  Bacaan Azan  Syarat Sah Azan  Kesunahan dalam Azan  Ikamah  Definisi Ikamah  Hukum Ikamah  Bacaan Ikamah  Syarat dan Kesunahan Ikamah Sunah Ab’adh dalam Salat  Tasyahud Awal  Doa Kunut  Kunut Subuh  Kunut Witir Pertengahan Akhir Ramadhan  Kunut Nazilah  Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam Membaca doa Kunut  Perbedaan Pendapat Ulama Mengenai Hukum Membaca Doa Kunut dalam Salat Subuh Sunah Hai’at dalam Salat  Mengangkat Kedua Tangan Ketika Takbir  Meletakkan Tangan Kanan di Atas Tangan Kiri  Doa iftitah  Membaca Taawuz  Mengeraskan dan Melirihkan Suara pada Tempatnya  Membaca Amin  Membcaa Surah Al-Quran Mengupas Teks Fathal Qarib Melalui Referensi Kitab-Kitab Mu’tabarah



424 426 428 430 431 432 433 434 439 441 442 443 443 443 444 445 447 450 459 459 459 460 460 462 462 463 463 463 464 464 466 469 469 471 473 474 475 476 477



XXV



   



Takbir Ketika Hendak Berpindah Gerakan Membaca Tasmik Ketika Iktidal Membaca Tasbih Ketika Rukuk dan Sujud Meletakkan Kedua Tangan di Atas Paha Ketika Duduk dan Tasyahud  Duduk Iftirasy  Duduk Tawaruk  Salam Kedua Keterangan Tambahan  Berhias dan Mempercantik Diri  Tidak Bermalas-Malasan untuk Menyegerakan Salat  Melihat Tempat Sujud  Khusyuk  Cara Mendapatkan Rasa Khusyuk  Merenungkan Bacaan  Membaca dengan Tartil  Bersemangat dan Mengosongkan Hati  Sunah dan Bertumpu pada Telapak Tangan  Memanjangkan Bacaan di Rakaat Pertama  Sunah Berpindah Tempat  Duduk Istirahat  Sunah Berzikir dan Berdia Setelah Salat  Berniat Mengucapkan Salam kepada Manusia  Niat Keluar dari Salat  Menunggu Waktu Dingin Ketika Salat Zuhur  Segera Melaksanakan Salat Hal-Hal yang Dimakruhkan Ketika Salat Pasal tentang Perbedaan Perempuan dan Laki-Laki dalam Salat Dalil Hikmah Tasyri’ Bagi Laki-Laki  Mengangkat Kedua Siku dari Lambung Ketika Rukuk  Mengangkat Perut dari kedua Paha Ketika Sujud  Mengeraskan Suara Sesuai Waktu Salat  Mengucapkan Tasbih Ketika Mengalami Sesuatu Saat Salat  Aurat Ketika Salat Bagi Perempuan  Merapatkan Tubuh Saat Rukuk  Merapatkan Tubuh Saat Sujud Agar Lebih Menutup Aurat  Melirihkan Suara



XXVI



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



479 480 481 482 483 484 484 485 485 487 487 487 488 489 490 491 491 492 492 492 493 494 494 495 496 497 502 504 505 506 506 507 507 507 509 510 510 510 510



 Menepuk Tangan Ketika Terjadi Sesuatu Saat Salat  Aurat Ketika Salat adalah Seluruh Tubuh Kecuali Wajah dan Telapak Tangan



511



Pasal tentang Hal-Hal yang Membatalkan Salat Dalil Berbicara dengan Sengaja  Hukum Membaca Ayat Al-Quran dengan Maksud Memberikan Pemahaman Kepada Orang Lain  Mengucapkan Zikir dan Doa dalam Salat Gerakan yang Banyak Berhadas Terkena Najis Tersingkapnya Aurat Mengubah Niat Berpaling dari Arah Kiblat Makan dan Minum Tertawa Murtad



514 516 516



Pasal tentang Jumlah Rakaat Salat Fardu Dalil Hikmah Tasyri’ Jumlah Rakaat Salat Fardu Keringanan Untuk Yang Tidak Mampu Berdri Dalam Salat Fardu Keterangan Tambahan  Salat Sunah dengan Duduk  Batasan Ketidakmampuan yang Diperbolehkan Duduk dalam Salat  Salat dengan Duduk di Kursi  Salatnya Musafir yang Berada di Kendaraan  Berjamaah dengan Imam yang Salat Duduk



527 529 530 533



Pasal tentang Hal-Hal yang Ditinggalkan Saat Salat Dalil Hikmah Tasyri’ Meninggalkan Rukun Salat Sunah Ab’adh  Ketika Sendirian (Munfarid)  Ketika Salat Berjamaah  Meninggalkan Tasyahud Awal



540 543 544 545 547 547 547 549



Mengupas Teks Fathal Qarib Melalui Referensi Kitab-Kitab Mu’tabarah



513



517 518 518 520 521 522 523 524 524 525 525



534 536 536 537 537 538 539



XXVII



 Meninggalkan Kunut Sunah Hai’at Sujud Sahwi Ragu-Ragu dalam Salat Pasal tentang Waktu-Waktu yang Hukumnya Makruh Melaksanakan Salat di Dalamnya Dalil Hikmah Tasyri’ Hukum Salat Waktu-Waktu Makruh Salat  Setelah Salat Subuh Hingga Terbitnya Matahari  Saat Terbitnya Matahari Hingga Sempurna dan Meninggi  Saat Istiwa Hingga Matahari Bergeser dari Tengah Langit  Setelah Salat Asar Hingga Matahari Terbenam  Saat Matahari Menguning (Hampir Terbenam) Hingga Sempurna Terbenam  Saat Khutbah Jumat Sedang Berlangsung (Keterangan Tambahan) Tempat-Tempat yang Dimakruhkan Salat



550 551 552 555



557 559 560 560 562 562 563 564 565 566 566 567



Pasal tentang Salat Jamaah Dalil Hikmah Tasyri’ Hukum Salat Berjamaah Syarat Sah Berjamaah  Mendapati Rakaat Imam  Niat Menjadi Makmum  Kriteria Imam  Posisi Makmum  Salat Berjamaah  Imam dan Makmum berada di dalam Masjid  Imam di dalam Masjid dan Makmum di Luar Masjid atau Sebaiknya  Imam dan Makmum Berada di Luar Masjid  Sesuai dengan Imam  Sesuai dalam Bentuk Salat  Sesuai dalam Runtutan Gerakan Salat



569 572 573 575 578 578 582 584 589 592 592



Pasal tentang Salat Qasar dan Jamak



602



XXVIII



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



595 598 599 599 599



Dalil Sejarah Tasyri’ Hikmah Tasyri’ Tempat Awal dan Dimulai dan Berakhirnya Safar  Kota  Desa (qaryah)  Perkemahan Masa Rukhsah Safar dan Berakhirnya  Berakhir Saat Sampainya Seseorang di Tempat Tujuannya  Maksimal Empat Hari  Delapat Belas Hari  Kembali Pulang (Ruju’) Salat Qasar Hukum Salat Qasar Salat yang Boleh Diqasar Syarat dalam Salat Qasar  Perjalanan yang Dilakukan Bukan untuk Tujuan Maksiat  Maksiat bi Safar  Maksiat fi Safar  Maksiat bi Safar sekaligus fi Safar  Menuju Tempat yang Jelas  Perjalanan yang Ditempuh Mencapai Jamak Qasar  Salat yang Dikerjakan adalah Salat Ada’  Berniat Qasar  Tidak Bermakmum pada Orang yang Mukim  Menjaga dari Hal-Hal yang Bertolak Belakang dengan Qasar Salat Jamak  Hukum Salat Jamak  Ketentuan Menjamak Salat  Jamak Taqdim  Jamak Takhir  Keterangan Tambahan  Menjamak Salat Karena Hujan  Menjamak Salat Karena Hujan  Menjamak Salat Pada Selain Kondisi Hujan Deras Pasal tentang Syarat-Syarat Wajib Salat Jumat Dalil Sejarah Tasyri’ Hikmah Tasyri’ Definisi Mengupas Teks Fathal Qarib Melalui Referensi Kitab-Kitab Mu’tabarah



606 607 607 608 608 609 609 610 610 610 610 611 613 614 615 616 616 616 616 616 617 618 620 620 620 621 621 621 622 623 623 624 624 624 624 628 632 633 635 636



XXIX



Syarat Wajib Salat Jumat Dalam Salat Jumat, Orang-Orang Terbagi Menjadi Enam Golongan Golongan yang Tidak Wajib Melaksanakan Salat Jumat Syarat Sah Salat Jumat  Dilaksanakan di Wilayah Pemukiman  Berjumlah Empat Puluh Orang  Kurang dari 40 Jamaah Ketika Khotbah  Terjadi Kekurangan diantara Khotbah dan Salat  Terjadi di Rakaat Pertama  Terjadi di Rakaat Kedua  Dilakukan Pada Waktu Dzuhur  Tidak Didahului atau Bersamaan dengan Salat Jumat Lain Fardu-Fardu Salat Jumat  Melakukan dua Khotbah  Rukun Khotbah  Membaca Hamdalah  Membaca Shalawat atas Rosulullah  Berwasiat dengan Ketwakwaan di Kedua Khotbah  Membaca ayat Al-Qur’an di Salah Satu Dua Khotbah  Berdoa untuk Kaum Mukmin  Syarat Khotbah  Memperdengarkan Khotbah Kepada 40 Orang  Suci dari Hadas Kecil dan Besar  Menutup Aurat  Berkesinambungan  Menggunakan Bahasa Arab  Khatib berdiri Ketika Khotbah  Khatib Duduk di antara Dua Khotbah  Khotbah Dilaksanakan Setelah Zawal (Tergelincirnya Matahari)  Sunah Khotbah  Salat Jumat Dilakukan Sebanyak Dua Rakaat Secara Berjamaah Sunah-Sunah Jumat  Mandi bagi Orang yang Hendak Melaksanakan Salat Jumat  Membersihkan Badan dari Bau yang Tidak Sedap seperti Bau Ketiak  Memotong Kuku  Memakai Minyak Wangi dan Pakaian Paling Bagus



XXX



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



636 638 639 640 640 641 642 642 643 643 644 644 646 646 646 646 646 647 647 648 649 649 649 650 650 650 650 651 651 651 653 653 653 654 654 655



 Berangkat Sata Jmat Lebih Awal  Berjalan Kaki dengan Tenang Hal-Hal yang Sunah Dilakukan Pada Hari Jumat  Membaca Surat Al-Kahfi  Memperbanyak Berdoa  Memperbanyak Membaca Salawat kepada Muhammad Uzur Jumat



655 656 658 658 658 Nabi



658 658



Pasal tentang Salat Idulfitri dan Iduladha Dalil Sejarah Tasyri’ Hikmah Tasyri’ Hukum Salat Id Tata Cara Pelaksanaan Salat Id Tata Cara Khotbah Salat Id Sunah-Sunah Ketika Hari Raya Takbir Mursal dan Muqayyad Hukum Ucapan Selamat Hari Raya



662 665 665 666 666 668 669 670 672 672



Pasal tentang Salat Gerhana Matahari dan Bulan Dalil Sejarah Tasyri’ Hikmah Tasyri’ Hukum Salat Gerhana Tata Cara Pelaksanaan Salat Gerhana  Prosedur Salat Gerhana Paling Minimal  Cara yang Paling Sempurna dalam Pelaksanaannya Khotbah Salat Gerhana Sunah-Sunah Salat Gerhana Waktu Salat Gerhana



674 676 677 678 679 680 680 681 682 682 683



Pasal tentang Hukum-Hukum Saat Istisqa’ Dalil Sejarah Tasyri’ Hikmah Tayri’ Definisi Hukum-Hukum Salat Istisqa’ Macam-Macam Istisqa’ Prosedur Salat Istisqa’ Tata Cara Salat Istisqa’



684 688 689 689 690 690 692 692 694



Mengupas Teks Fathal Qarib Melalui Referensi Kitab-Kitab Mu’tabarah



XXXI



Pasal tentang Cara Salat Khauf Dalil Hikmah Tasyri’ Hukum Melaksanakan Salat Khauf Tata Cara Salat Khauf  Cara Pertama  Cara Kedua  Cara Ketiga  Cara Keempat  Keterangan Tambahan



697 700 701 701 702 702 704 705 707 708



Pasal tentang Pakaian Dalil Hikmah Tasyri’ Hukum Menggunakan Kain Sutra  Bagi Laki-Laki Hukum Memakai Pakaian Tenun yang Berbahan Sutra dan Campuran Kain Lain Hukum Beralas Pada Kain Sutra Hukum Aksesori Sutra Pada Pakaian Hukum Menggunakan Sutra ketika Hajat dan Darurat  Bagi anak Kecil Hukum Emas bagi Laki-Laki



709 711 712 712 712



Pasal tentang Hal-Hal yang Berkaitan dengan Jenazah, yaitu Memandikan, Mengafani, Menyalati dan Menguburkannya Dalil Hikmah Tasyri’ Hukum Merawat Jenazah Teknis Mengurus Orang yang Menghadapi Sakaratul Maut Teknis Merawat Jenazah Pasca Meninggal Memandikan Jenazah  Ketentuan Memandikan Jenazah  Tata Cara Memandikan  Kesunahan Ketika Memandikan Jenazah Mengafani Jenazah  Ketentuan Mengafani  Tata Cara dalam Mengafani  Keterangan Tambahan Menyalati Jenazah  Ketentuan Salat jenazah  Tata Cara Menyalati Jenazah



XXXII



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



714 715 716 717 718 719



720 727 728 730 732 734 736 736 738 740 741 741 743 743 744 744 747



 Sunah-Sunah Salat Jenazah  Keterangan Tambahan Memakamkan Jenazah  Ketentuan Memakamkan Jenazah  Tata Cara Memakamkan Jenazah  Hal-Hal yang Diharamkan dan Dimakruhkan  Kesunahan dalam Memakamkan Jenazah Mentalqin Jenazah  Jenazah Bayi yang Meninggal Ketika Lahir  Orang yang Meninggal di Perahu  Memakamkan Banyak Jenazah dalam Satu Liang Lahat  Menemukan Angggota Tubuh Jenazah yang Terpisah Membongkar Kuburan Takziyah  Definisi  Hukum Takziyah  Waktu Takziyah  Sighat Takziyah  Keterangan Tambahan Menangisi Jenazah  Hukum Menangisi Jenazah Azan dalam Kubur



750 751 752 753 754 755 756 756 759 760 760 760 761 764 764 764 764 765 766 767 767 768



Bab tentang Hukum-Hukum Zakat Dalil Sejarah Tasyri’ Hikmah Tasyri’ Definisi Harta yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya  Binatang Ternak (Al-Mawasyi)  Beberapa Benda Berharga (Al-Atsman)  Beberapa Tanaman (Al-Zuru’)  Beberapa Buah-Buahan (Al-Tsimar)  Beberapa Harta Dagangan (‘Urud at-Tijarah) Piutang yang Harus Dibayar Zakatnya  Hewan Ternak dan Tumbuhan  Komoditas Dagang (Tijarah) dan Emas Perak (Uang) Antara Hutang dan Zakat



769 773 773 774 775 777 777 778 781 782 783 784 784 785 786



Pasal tentang Nisab Unta, Sapi, Kambing, Emas dan Perak Dalil Nisab Unta



787 789 790



Mengupas Teks Fathal Qarib Melalui Referensi Kitab-Kitab Mu’tabarah



XXXIII



Keterangan Tambahan Tabel Nisab Zakat Unta Pasal Nisab Sapi Dalil Nisab Sapi Keterangan Tambahan Tabel Nisab Sapi Pasal Nisab Kambing Dalil Nisab Kambing Keterangan Tambahan Tabel Nisab Kambing Pasal Nisab Zakat Emas dan Perak Dalil Zakat Emas Zakat Perak Emas dan Perak yang Tidak Wajib Dizakati Keterangan Tambahan



791 792 794 795 795 796 796 797 797 798 799 799 800 801 802 802 803 804



Pasal tentang Zakat Usaha Bersama Dalil Hikmah Tasyri’ Definisi Status Zakat Usaha Bersama Syarat Zakat Usaha Bersama



806 809 809 810 810 811



Pasal tentang Nisab Zakat Pertanian dan Buah-Buahan Dalil Jenis Hasil Pertanian dan Buah-Buahan Nisab Hasil Pertanian dan Buah-Buahan Wasak Zakat yang Harus Dikeluarkan Penggabungan Zakat Tanaman



814 816 816 818 818 818 820



Pasal tentang Perhitungan Zakat Perdagangan, Tambang dan Harta Karun Dalil Zakat Perdagangan Zakat Pertambangan Zakat Harta Karun Cara Menghitung Zakat Perdagangan Beserta Contohnya Zakat Profesi



XXXIV



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



822 824 824 825 826 827 828



Pasal tentang Zakat Fitrah Dalil Hikmah Tasyri’ Pengertian Zakat Fitrah Syarat Wajib Zakat Fitrah



831 833 833 834 835



Pasal tentang Delapan Golongan Penerima Zakat Dalil Hikmah Tasyri’ Delapan Golongan Penerima Zakat  Fakir  Miskin  Amil Zakat  Muallaf  Riqab  Gharim (Orang yang Terlilit Utang)  Sabilillah (Orang yang Berjuang di Jalan Allah)  Orang yang Sedang dalam Perjalanan (Ibnu Sabil) Penyaluran Zakat Bersifat Segera Niat Zakat Prosedur Menyegerakan Penunaian Zakat (Ta’jil) Pemindahan Zakat



843 846 849 851 851 852 855 856 857 857 859 860 863 864 865 866



Pasal tentang Lima Golongan yang Tidak Berhak Menerima Zakat Dalil Lima Golongan yang Tidak Berhak Menerima Zakat  Orang Kaya atau Mempunya Penghasilan  Budak  Keturunan Bani Hasyim dan Bani Muthalib  Orang Kafir  Orang yang Ditanggung Nafkahnya Bab tentang Hukum-Hukum Puasa Dalil Sejarah Tasyri’ Hikmah Tasyri’ Definisi Penetapan Puasa Ramadhan Syarat Wajib Puasa Mengupas Teks Fathal Qarib Melalui Referensi Kitab-Kitab Mu’tabarah



868 870 870 870 871 871 872 872 874 876 876 877 880 880 882



XXXV



Fardu-Fardu Puasa  Niat  Menahan  Mengetahui Waktu Terbitnya Fajar dan Tenggelamnya Matahari Pasal tentang Hal-Hal yang Membatalkan Bagi Orang yang Berpuasa Dalil Hal-Hal yang Membatalkan Puasa  Masuknya Sesuatu ke dalam Lubang Badan Secara Sengaja  Melalui Lubang Terbuka  Dengan Sengaja  Sadar Sedang Puasa  Tidak Dipaksa  Mengetahui Hukum  Memasukkan Obat Ke Kemaluan  Muntah Secara Sengaja  Bersenggama Secara Sengaja  Ejakulasi (Keluarnya Mani)  Haid, Nifas, Gila dan Murtad  Keterangan Tambahan Puasa Pekerja Berat Pasal yang Sunah Dilakukan oleh Orang yang Berpuasa Dalil Hal-Hal yang Disunahkan Saat Berpuasa  Menyegerakan Berbuka  Mengakhirkan Sahur  Tidak Berkata Kotor  Menahan dari Nafsu yang Tidak Membatalkan Puasa  Mandi Junub sebelum Fajar  Tidak Bekam  Tidak Mencicipi Makanan  Bersedekah Makanan atau Takjil  Memperbanyak Sedekah  Membaca Al-Quran  Iktikaf Puasa-Puasa yang Disunahkan  Puasa Senin Kamis  Puasa Tarwiyah dan Arafah



XXXVI



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



885 885 890 891



893 895 896 896 897 898 898 899 899 900 900 901 902 903 904 904 906 908 909 909 910 910 911 911 912 912 912 912 912 912 913 913 913



     



Puasa Tasu’a dan Asyura Puasa Pertengahan Bulan (Ayyam al-Bidl) Puasa yang Dimuliakan Puasa Enam Hari di Bulan Syawal Puasa Daud Puasa Akhir Bulan



Pasal tentang Hari-Hari yang Haram dan Makruh untuk Melakukan Puasa Dalil Hikmah Tasyri’ Hari yang Haram dan Makruh untuk Berpuasa  Puasa pada Dua Hari Raya  Puasa pada Hari Tasyri’ Bersetubuh pada Siang Hari Bulan Ramadan Qada Puasa Orang yang Sudah Meninggal Puasanya Orang Tua dan Lemah Puasanya Orang Hamil dan Menyusui Menunda Qada Puasa Ramadan  Tanpa Uzur  Karena Uzur  Meninggal Puasanya Orang Sakit dan Musafir Pasal tentang Hukum-Hukum Iktikaf Dalil Sejarah Tasyri’ Hikmah Tasyri’ Definisi Hukum Iktikaf Rukun iktikaf  Niat  Menetap (Berdiam Diri) di Masjid  Dilakukan di Masjid  Orang yang Melakukan Iktikaf (Mu’takif) Syarat yang Harus Dipenuhi Oleh Orang yang Iktikaf Keluarnya Orang yang Beriktikaf (Nazar) dari Masjid Hal-Hal yang Membatalkan Iktikaf  Jimak dengan Sengaja, Meskipun tidak Mengeluarkan Mani  Gila dan Hilang Kesadaran (pingsan)  Murtad dan Mabuk (yang Diharamkan)  Haid dan Nifas Mengupas Teks Fathal Qarib Melalui Referensi Kitab-Kitab Mu’tabarah



914 915 916 916 917 917



918 922 923 924 924 924 925 927 928 929 929 929 929 929 931 933 936 936 937 937 938 938 938 939 940 940 940 941 942 942 943 943 943



XXXVII



Bab tentang Hukum-Hukum Haji Dalil Sejarah Tasyri’ Hikmah Tasyri’ Definisi Syarat Wajib Haji  Islam  Balig  Berakal Sehat  Orang yang Merdeka  Adanya Bekal  Adanya Kendaraan yang Layak  Tidak ada Hambatan di jalan  Memungkinkan Melakukan Suatu Perjalanan



944 947 948 948 952 954 954 954 964 955 955 955 956 956



Pasal tentang Rukun-Rukun Haji dan Umrah Dalil Hikmah Tasyri’ Rukun-Rukun Haji  Ihram  Wukuf di Padang Arafah  Tawaf di Kakbah  Sai antara Bukit Safa dan Marwa Rukun-Rukun Umrah



958 960 961 963 963 963 964 968 969



Pasal tentang Kewajiban-Kewajiban Haji Dalil Hikmah Tasyri’ Kewajiban Haji  Ihram dari Mikatnya  Melempar Jamrah  Mencukur atau Memotong Rambut (Tahalul)  Mabit di Muzdalifah  Mabit di Mina  Menjauhi Hal-Hal yang Dilarang Saat Ihram  Tawaf Wada’ Kewajiban Umrah  Ihram dari Mikatnya  Menjauhi hal-Hal yang diharamkan Ketika Ihram



970 972 973 974 974 977 981 983 984 987 987 988 988 989



XXXVIII



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



Pasal tentang Sunah-Sunah Haji dan Umrah Sunah-Sunah dalam Haji dan Umrah  Ifrad  Talbiah  Tawaf Qudum  Mabit di Muzdalifah  Salat Sunah Tawaf  Mabit di Mina  Tawaf Wada Kesunahan Lain yang Dianjurkan bagi Jamaah Haji atau Umrah  Minum Air Zam-Zam  Berziarah ke Makam Rosulullah Saw Pakaian Orang Ihram



991 994 994 995 996 997 998 1000 1000



Perkara tentang Perkara yang Dihramkan Saat Ihram Dalil Hikmah Tasyri’ Memakai Pakaian Berjahit Menutup Kepala (Untuk Pria) danMenutup Wajah (Untuk Wanita) Menyisir Rambut Mencukur Rambut Memotong Kuku Memakai Wewangian  Keterangan Tambahan Membunuh Hewan Buruan Akad Nikah Bersenggama Bersentuhan Kulit Hukum Melakukan Hal-Hal Yang Diharamkan Karena Lupa Atau Tidak Tahu Hukumnya Hukum Tidak Mengerjakan Wukuf padahal Telah Ihram Haji Meninggalkan Rukun Haji Selain Wukuf atau Rukun Umrah Meninggalkan Wajib Haji Meninggalkan Sunah Haji atau Umrah



1003 1008 1008 1010



Pasal tentang Dam (Denda) yang Waib Saat Berihram Dalil Dam yang Wajib Dibayar Karena Meninggalkan Kewajiban Haji (Seprti Melempar Jumrah, Mabit di Muzdalifah atau Mina, dll) Dam (denda) yang wajib dibayar karena melakukan hal-hal



1022 1028



Mengupas Teks Fathal Qarib Melalui Referensi Kitab-Kitab Mu’tabarah



1001 1001 1001 1001



1011 1013 1014 1014 1015 1016 1017 1017 1018 1018 1019 1020 1021 1021 1021



1029 1031



XXXIX



yang dilarang Dam (denda) yang wajib dibayar karena terkepung oleh musuh Dam (denda) yang harus dibayarkan sebab membunuh binatang buruan Dam (denda) yang wajib dibayar karena bersenggama Istilah Jarak dalam Kitab Istilah Ukuran dalam Fiqh Daftar Prosentase Pembayaran Zakat Emas dan Perak Daftar Prosentase Zakat Biji-Bijian



XL



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



1033 1033 1034 1038 1038 1039 1040



ْ َ َ َّ ُُِ‫ح ََكم‬ َ‫الط َهار ُة‬ ‫ِكتابُُأ‬ ِ Bab Tentang Hukum-Hukum Bersuci



َ ْ َ َ َ َّ َ ُ ِ ‫ار ُة‬ ُ ‫الط ُه‬ ُ ُُِ‫ِكتابُُأحَكم‬



Bab Tentang Hukum-Hukum Bersuci



ْ َ َّ ْ َ ْ ُ‫ن ُالض ُِم‬ ُ َ ‫كتَابُ ُلغةُ ُ َمصدرُ ُبِ َمع‬ ِ ‫َوال‬ َ ْ َ ْ ْ ْ َْ َ ُ‫ن‬ َُ ‫ْلنسُ ُ ِم‬ ِ ِ ُ ُ‫ ُواص ِطَلحاُ ُاِسم‬،‫واْلم ِع‬ ْ َّ َ َ ْ َ ْ ََ َ ْ َ ُ‫ل‬ ُ ‫ُأماُاْلَابُُفاسمُُ ِِلَ ْوعُُ ِم َّماُدخ‬، ِ‫اْلحَكم‬ ْ ْ َ َ َ َْ ْ َ َ َ َّ َ َّ ُ‫ح‬ ُ‫الطا ُِء‬ ُِ ‫ارةُُ ِبفت‬ ‫ُوالطه‬،‫اْلن ِس‬ ُ ِ ‫تُذل‬ ُ ‫َت‬ ِ ُ‫ك‬ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ َ َّ ُ‫ي‬ ُ ‫اس‬ ُ ‫لغةُ ُا‬ ِ ‫ ُوأما َُشعُ ُف ِفيها ُتف‬،‫ِلظافة‬ َ ْ َ ْ َ ْ ‫َكث‬ ُ‫ ُ ِفعلُ ُ َما ُت ْستبَاحُ ُ ِب ُِه‬:‫ ُ ِمن َها ُق ْوله ُْم‬،‫ية‬ ِ َ َ َّ ََ ْ َ ْ ُّ َ ْ ْ ُُ‫ن ُوضوءُ ُوغسلُ ُوتيمم‬ ُ ‫ي ُ ِم‬ ُ ‫ ُأ‬،‫الصَلة‬ ْ َ َّ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ ُّ َ ُُ‫ ُأما ُالطهارةُ ُبِالض ُِم ُفاسم‬،‫وإِزال ُِة َُناسة‬ ْ .‫ِْلَ ِقيَّ ُِةُال َما ُِء‬ َ َ َ َ ْ َّ ‫ن ُال ْ َماءُ ُآلَةُ ُل‬ َ ‫لط َه‬ ُ‫ ُاستَ ْط َر ُد‬،ِ‫ارة‬ ُ ‫َول َّما َُك‬ ِ ْ ْ ْ َ ََ َْ ُُ‫ ُ(ال ِميَاه‬:‫ال‬ ُ ‫الم َص ُِنفُ ُ ِْلن َواعُِ ُال ِميَا ُهِ ُفق‬ َ َ َّ ْ ْ َّ ُُ‫ي ُ ِب َها ُ َسبع‬ ُ ‫ال ْط ِه‬ ُ (ُ ‫ح‬ ُُّ ‫ي ُي َ ِص‬ ُْ ‫ت َُي ْوزُ) ُأ‬ ُ ِ ‫ُال‬ َ ْ َّ ُ ُ‫ميَاهُ ُ َماء‬ َّ ُْ ‫الس َما ُِء) ُأ‬ ُ‫ازلُ ُ ِمن َها ُ َوه َُو‬ ِ ِ ‫ي ُ َاِل‬ ْ ْ ْ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ُُ‫ي ُال ِملحُ ُ(وماء‬ ُ ‫المطرُ ُ(وماءُ ُاْلح ُِر) ُأ‬ ْ َ َ ْ ْ ْ َ ْ َّ ْ ْ ْ ُ‫ي‬ ُِ ‫ئ ُ َو َماءُ ُال َع‬ ُِ ‫اْل‬ ُ ‫اِله ُِر) ُأ‬ ِ ُ ُ‫ي ُاْللوُ ُ(وماء‬ ْ ْ َ ََْ َ َ َ َ ‫ج ُ َوماءُ ُال‬ ُِ‫َب ُِد) ُوَيمعُ ُه ِذ ُه‬ ُِ ‫َو َماءُ ُاثلَّل‬ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ َّ ُ ‫ن‬ ُ‫الس َما ُِء ُأ ُْو ُنبَ َُع‬ َُ ‫ ُ َما ُن َز ُل ُ ِم‬:‫ك‬ ُ ‫السب َع ُة ُق ْول‬ َ ََ َْ ْ ْ َ ْ ْ َ َ َ ُ‫ل‬ ُِ ‫نُأص‬ ُ ‫ت ُ ِم‬ ُ ‫يُ ِصفةَُُكن‬ ُِ ‫َعُأ‬ ُ ُ‫ض‬ ُ ِ ‫نُاْل ْر‬ ُ ‫ِم‬ َْ ْ .‫اْللق ُِة‬ ِ َ ََ ْ َْ ََْ ُ)ُ‫َع ُأ ْربَ َع ُِة ُأق َسام‬ ُ (ُ ُ‫(ث َُّم ُال ِميَاهُ) ُتنق ِسم‬ َْ َْ ِّ َ َ َ َ ُ‫يُِه‬ ُ ِ ُ )ُ‫حدها ُ( َطا ِهر‬ ‫أ‬ ِ ‫ف ُنف ِس ُِه ُ(مطهرُ) ُ ِلغ‬ َْ ْ َ ْ ْ ْ ُُ‫ ُ َوه َُو ُالماء‬،ُ‫س ِتع َمال‬ ُ ِ‫ي ُ َمكر ْوهُ ُا‬ ُ ‫(غ‬ َ َ َ َْ ْ َ َ ْ ْ َْ ُُ‫َل ُيَضُ ُالقيد‬ ُ ‫ن ُقيدُ ُال ِزمُ ُف‬ ُ ‫الم ْطلقُ) ُع‬ َ َ ْ ْ َ َ ُّ َ ْ ْ .ُ‫فُك ْو ِن ُِهُم ْطلقا‬ ُ ِ ُ‫ئ‬ ُِ ‫اْل‬ ِ ُ‫ُكما ُِء‬،‫المنفك‬



28



Kitab menurut bahasa adalah bentuk kalimat mashdar yang bermakna mengumpulkan. Sedangkan menurut istilah bermakna nama sebuah pembahasan dari beberapa hukum. Adapun “Bab” merupakan bagian hukum yang masuk dalam kategori jenis (pembahasan). Tahârah dengan dibaca fatah ta’-nya berarti “bersuci”. Adapun menurut istilah (syarak) memiliki banyak versi, diantaranya yaitu suatu perbuatan seperti wudu, mandi, tayamum, dan menghilangkan najis yang menjadikan sahnya salat. Sedangkan thuhârah dengan dibaca damah ta’-nya bermakna sisa air yang digunakan bersuci. Ketika air menjadi sarana bersuci maka mushannif merasa perlu menyisipkan pembahasan macam-macam air. Air yang sah digunakan (diperbolehkan) untuk bersuci ada tujuh macam: air langit (air yang turun dari langit/air hujan), air laut (air asin), air sungai (air tawar), air sumur, air sumber (air yang bersumber dari bumi), air salju/air es, dan air embun. Ketujuh air tersebut dapat disimpulkan bahwa (air yang sah digunakan bersuci adalah) air yang turun dari langit atau bersumber dari bumi dalam bentuk sifat apapun yang sesuai dengan aslinya.



Kemudian air terbagi menjadi empat macam: pertama, air suci pada zatnya yang dapat menyucikan benda lain serta tidak makruh penggunaannya, yaitu air mutlak (tidak memiliki) batasan yang mengikat. Adapun air yang memiliki batasan tidak mengikat maka hukumnya tidak masalah seperti air yang dibatasi dengan kata “sumur” yang statusnya



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



tetap disebut air mutlak. ْ ُُ‫ان ُ( َطا ِهرُ ُم َط ُِهرُ ُ َمكر ْوه‬ ُ ِ َّ ‫( َُو) ُاثل‬ َ َ ْ ْ ْ ُ‫ب ُ( َوه َُو‬ ُ ِ ‫ف ُاثل َّ ْو‬ ُ ِ ُ ‫ال‬ ُ ُ‫ن‬ ُِ ‫ف ُاْلَد‬ ُ ِ ُ )ُ‫اس ِتع َمال‬ ْ َ ْ َّ ْ َ ْ ْ ُ‫ي‬ ُِ ‫ي ُالم َسخنُ ُبِتَأ ِث‬ ُِ ‫ال َماءُ ُالمش َّمسُ) ُأ‬ َّ ْ ْ ْ َّ ْ َ ُ ُ‫ك َره‬ ُُ‫َشعُ ُبِق ْطر‬ ‫ ُ َوإِن َما ُي‬،‫س ُ ِفي ِه‬ ُ ِ ‫الشم‬ ْ َ َّ َ َ ْ َ ُ‫ن‬ ُِ ْ ‫اء ُاِلقدي‬ َُ ‫ال ُإِن‬ ُ ِ‫ف ُإِناءُ ُمن َط ُبَعُ ُإ‬ ُ ِ ُ ُ‫حار‬ َ َ َ َ َ َ ُ‫ت‬ ُ ِ ‫ ُ َوإِذا ُبَر ُد ُ َزال‬،‫ج ْوه ِر ِه َما‬ ُ ‫ل ِ َصفا ُِء‬ َ َ ْ َ ُّ َ َّ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ‫ي ُ َعد َُم ُالك َراه ُِة‬ ُ ‫ار ُاِلو ُِو‬ ُ ‫ ُواخت‬،‫الكراهة‬ َ ْ َ َ َ ْ ُّ ْ ْ ُ‫ ُ َويك َرهُ ُأيضاُ ُش ِديدُ ُالسخون ُِة‬،‫م ْطلقا‬ َ ْ .ِ‫َوالَب ْود ُة‬ ْ َْ ُ‫ف ُنف ِس ُِه‬ ُ ِ ُ )ُ‫( َُو) ُال ِق ْسمُ ُاثلَّالِثُ ُ( َطا ِهر‬ ْ َْ َْ ُُ‫يُهِ ُ( َوه َُو ُال َماء‬ ‫ي ُم َط ُِهرُ) ُلِغ‬ ُ ‫(غ‬ ِ َ َ َ َْ َ َ ْ ْ ُُ‫حدثُ ُأ ُْو ُإِ َزال ُِة َُنَس‬ ُ ‫ف ُرف ُِع‬ ُ ِ ُ )ُ‫الم ْستَع َمل‬ َ ْ َّ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ ْ ُ‫ال‬ ُِ ِ ‫ي ُ َول ُْم ُيَ ِز ُد ُ َو ْزنهُ ُ َبع ُد ُان ِف َص‬ ُ ‫ن ُل ُم ُيتغ‬ ُ ِ‫إ‬ ْ ََّ َ َ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ُُ‫شبه‬ ُ ‫ار ُما ُيت‬ ُِ ‫ن ُبع ُد ُاعتِب‬ ُ ‫عما َُك‬ ْ َ ْ ْ َ .‫نُالما ُِء‬ ُ ‫ال َُمغس ْولُُ ِم‬ ْ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ُُ‫ن ُهذا ُال ِق ْس ُِم ُال َماء‬ ُ ‫ي ُو ِم‬ ُ ‫ي) ُأ‬ ُ ِ ‫( َوالمتَغ‬ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ُ ِّ ‫الْمتَ َغ‬ ْ َ ‫ي ُب‬ ُُ‫َشء‬ ِ ُ ‫ي ُأحدُ ُأوصافِ ُِه ُ(بِما) ُأ‬ َ َ ََ َْ َ َّ ُ ‫ن‬ ُُ‫ات) ُتغ ُّياُ ُيمنع‬ ُ ِ ‫الطا ِه َر‬ َُ ‫(خال َطهُ ُ ِم‬ ْ ْ ََ ْ َّ َ ْ َ َْ ُ‫ي‬ ُ ‫ ُفإِنهُ ُ َطا ِهرُ ُغ‬،‫ق ُاس ُِم ُال َما ُِء ُ َعلي ِه‬ ُ ‫ِإطَل‬ ََ َ ْ َ َ َ َ َّ ُ ‫ن‬ ُ‫ن‬ ُِ ‫ ُكأ‬،‫ي ُأ ُْو ُتق ِدي ْ ِريا‬ ُ ُّ ‫الغ‬ ُ ‫سياُ َُك‬ ُِ ‫َطه ْورُ ُ ِح‬ ْ َََْ َ َ ُ‫ف ُ ِصفاتِ ُِه ُك َما ُِء‬ ُ ِ ُ ُ‫ط ُبِال َما ُِء ُ َما ُي َوافِقه‬ ُ ‫اختل‬ َْ ْ ْ َْ ْ َ ْ ْ َ ْ َ َ َّ َ ُِ ‫اِئ ُِةُوالما ُِءُالمستعم‬ ‫ل‬ ِ ‫الور ُِدُالمنق ِط ُِعُالر‬



ْ ْ ََ ْ َْْ َ َْ ْ َ ْ َ َْ ُ‫ن‬ ُ ‫ق ُاس ُِم ُال َما ُِء ُ َعلي ُِه ُبِأ‬ ُ ‫ن ُل ُم ُيمن ُع ُ ِإطَل‬ ُ ‫ُف ِإ‬ َ ْ َ ََ َ َ ُّ َ َّ َ ْ ُُ‫ ُأ ُو ُبِما ُيوافِق‬،‫ن ُتغيهُ ُبِالطا ِه ُِر ُي ِسيا‬ ُ ‫َك‬ ْ ُُْ‫ ُ َول َ ُْم ُت َغيه‬،‫ف ُص َفات ُه ُ َوق ُد َُر ُُمَالفا‬ َ ُ ‫ال َم‬ ِ ِ ِ ِ ِ ُ ِ ُ ‫اء‬ ِ َْ ْ َ َُ َ‫ف‬ َ َ َ َ َّ ْ َ ُِ‫يه‬ ِ ‫ُفه ُوُمط ُِهرُُ ِلغ‬،‫َلُيسلبُُطهو ِري ُته‬



Kedua: air suci menyucikan tetapi makruh digunakan di badan, namun tidak makruh pada pakaian, yaitu air yang dipanaskan (dengan pengaruh sinar matahari). Air ini hanya dimakruhkan secara syarak apabila berada di daerah yang panas dalam wadah yang terbuat (dari logam), kecuali wadah emas dan perak karena materinya yang jernih (dari karat). Apabila air tersebut telah dingin maka hilanglah sifat kemakruhannya. Akan tetapi, Imam Nawawi memilih hukum tidak makruh secara mutlak. Dan begitu juga dimakruhkan menggunakan air yang sangat hangat atau sangat dingin. Ketiga: air suci tapi tidak menyucikan yang lain, yaitu air mustakmal (air yang sudah digunakan) untuk menghilangkan hadas dan najis, dengan catatan bila air tersebut tidak berubah dan tidak bertambah volumenya setelah terpisah dari air yang terserap oleh benda yang dibasuh.



(Termasuk pembagian air yang ketiga) dan air yang berubah salah satu sifatnya disebabkan benda suci yang mencampurinya, dengan perubahan yang dapat merusak kemutlakan nama air tersebut. Dengan demikian, air tersebut suci tapi tidak bisa menyucikan, baik perubahannya secara nyata (bisa dibuktikan dengan panca indra) atau menurut perkiraan, seperti air yang tercampur dengan benda yang sifatnya sama, contoh: air mawar yang sudah tidak harum dan air mustakmal. Apabila perubahan tersebut tidak sampai merusak kemutlakan nama air, misalkan perubahan air disebabkan bercampur dengan benda suci (dengan perubahan yang sedikit) atau bercampur dengan benda yang mempunyai sifat persis dengan air dan setelah diperkirakan air tersebut tidak sampai berubah Bab Tentang Hukum-Hukum Bersuci



29



sehingga tidak merusak status kesucian air. Dengan demikian, air tersebut hukumnya tetap suci dan menyucikan. َ َ َ ْ َ َّ ُ ‫ن‬ َ َ ‫اح‬ ُ"‫الطا ِه ُِر‬ ُِ ‫ل ُ"خال َطهُ ُ َع‬ ُِ ِ ‫َت َُز ُبِق ْو‬ ‫و‬ ْ َ َ َ َّ َ َ َ ُْ‫ ُ َوُل َ ُو‬،‫َع ُ َطه ْوريَّته‬ ُ ُ ُ‫ ُفإِنهُ ُباق‬،‫اورُ ُل‬ ِِ ِ ِ ‫المج‬ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُّ َ َّ َ َ ُُ‫ي ُبِمخا ُِلط‬ ُ ِ ‫ ُوكذا ُالمتغ‬,ُ‫ي ُك ِثيا‬ ُ ‫ن ُالغ‬ ُ ‫َك‬ ْ َْ َْ َ ْ َ ْ َ َْ َ ُُ‫ي ُوطحلب‬ ُ ‫ن ُالماءُ ُعنهُ ُك ِط‬ ُ ِ ‫ال ُيستغ‬ ُ ْ َ َ ُ‫ي ُ ِبط ْو ُِل‬ ُ ِ ‫ف ُ َمق ُِرُهِ ُ َو َم َم ُِرهُِ ُ َوالمتَغ‬ ُ ِ ُ ‫َو َما‬ َّ َ ْ ْ .ُ‫ثُفإِنهُُ َطه ْور‬ ُ ِ ‫المك‬



َ َ َ ْ ْ َّ َ ُ‫ي‬ ُْ ‫َنسُ) ُأ‬ ِ ُ ُ‫( ُو) ُال ِقسمُ ُالر ِابعُ ُ(ماء‬ َ ْ َ َ َ ‫ان ُأ‬ ُُ‫حده َما ُقلِيل‬ ُِ ‫جسُ ُ َوه َُو ُقِ ْس َم‬ ُِ ‫متَن‬ َّ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َ َ ْ ْ َّ َ ُ‫ال‬ ُ ُ ‫ي ُأ ُم‬ ُ ‫ت ُ ِفي ُِه َُناسةُ)ُتغ‬ ُ ‫اَّلي ُحل‬ ِ ُ ‫( َوه َُو‬ َّ َ ْ ْ َ َ َ ْ َّ ْ َ ْ ُ)‫ي‬ ُِ َ‫نُالقلت‬ ُ ‫يُ َواْلَالُُأنهُُ َماءُُ(دو‬ ُ ‫(وه ُو)ُأ‬ َ َّ َ ْ َ ْ ْ ْ َ َ ْ َْ ُ‫ال‬ ُ ُ‫ت‬ ُ ِ ‫ن ُهذا ُال ِقس ُِم ُالميتةُ ُ ُال‬ ُ ‫ن ُ ِم‬ ُ َ ‫َوي ْستث‬ َ َ ْ َ َ َْ َْ ُُ‫ق ُعضو‬ ُِ ‫ ُأ ُْو ُش‬،‫د َُم ُل َها ُ َسائِلُ ُ ِعن ُد ُقت ِل َها‬ ُّ َ ْ َ َ ْ ْ َ ْ َْ ْ ُُ‫يه‬ ُْ ِ ‫حُ ِفي ُِهُ َول ُْمُتغ‬ ُ ‫نُل ُمُتطر‬ ُ ِ‫ابُإ‬ ُ ِ َ ‫ِمن َهاَُكَّلب‬



َّ َ َ َّ َ َ َ َّ ُ ‫الَ ُي ْدرك َها‬ ُ،‫الط ْرف‬ ُ ِ ‫اسةُ ُال‬ ‫وكذا ُاِلج‬ ِ ُ ُ‫ت‬ َْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ‫َ ل‬ ُ‫ن‬ ُ ‫جسُ ُالمائ ِ ُع ُويستث‬ ُِ ‫ال ُين‬ ُ ُ ‫ك ُ ِمنهما‬ ُ ‫ف‬ َ ْ َ َ ْ َْ ْ ْ َ َ ُ ِ ‫فُالمبسوط‬ ‫ات‬ ُ ِ ُُ‫أيْضاُُصورُُمذكورة‬ ْ َ َ ََ َّ ُ ‫ن ُال ْ ِق ْس ُم‬ ُ‫الر ِاب ُِع‬ َُ ‫ان ُ ِم‬ ُ ِ َّ ‫ار ُلِل ِق ْس ُِم ُاثل‬ ُ ‫وأش‬ ِ ََ ْ َ َ َ ْ َ َّ ْ َ َ َ َْ ُ‫ث‬ ُ ‫ي) ُفأك‬ ُِ ‫ن) ُكثِياُ ُ(قلت‬ ُ ‫ ُ(أ ُو َُك‬:‫ل‬ ُِ ِ ‫ِبق ْو‬ َ َ ْ َ َ ْ .ُ‫ي)ُي َ ِسياُُأ ُْوُك ِثيا‬ َُ َّ ‫(فتَغ‬



Mushannif mengecualikan dari ucapan, “perubahan air sebab benda suci yang mencampurinya” yaitu perubahan air sebab benda suci yang berdampingan dengannya. Oleh karena itu, air tetap suci dan menyucikan meskipun perubahannya banyak. Begitu juga jika air berubah sebab bercampur dengan benda yang sulit terlepas dari air, seperti lumpur, ganggang dan segala sesuatu yang berada di tempat menetapnya air dan aliran air serta air yang berubah disebabkan terlalu lamanya diam di tempatnya maka (semua air itu) tetap dihukumi suci dan menyucikan. Keempat: air suci yang terkena najis. Air yang terkena najis dibagi dua: pertama: air sedikit, yaitu air yang kurang dari dua kulah dan kemasukan najis, baik berubah atau tidak. Dalam hal ini dikecualikan bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir ketika dibunuh atau dibelah anggota tubuhnya, seperti lalat, selama bangkai tersebut tidak dimasukkan ke dalam air secara sengaja dan tidak merubah air. Dikecualikan pula najis yang tidak terlihat oleh panca indra. Dalam hal ini keduanya tidak mengakibatkan najisnya benda cair. Dan dikecualikan juga beberapa contoh yang tercantum dalam kitab yang luas keterangannya. Mushannif memberi isyarat pada bagian kedua dari pembagian air yang keempat dengan ucapan, “air banyak (dua kulah) yang berubah karena kemasukan najis, baik perubahannya sedikit atau banyak”.



َّ ْ َ َ ْ َْ ُ‫ي‬ ُِ ‫ل ُ َبغدا ِد‬ ُ ‫ان َُخسُ ُ ِمائ ُِة ُ ِر ْط‬ ُِ َ‫ َوالقلت‬Adapun ukuran dua kulah menurut kaul ashah َْ ْ َ adalah air mencapai (kurang lebih) 500 rithl ْ ُُ‫الر ْطل‬ ُِ ‫ح) ُ ِفي ِه َما ُ َو‬ ُِ ‫ف ُاْل َص‬ ُ ِ ُ ُ‫( تق ِريْبا‬kati) negara Baghdad. 1 rithl Baghdad menurut Imam Nawawi adalah 128 lebih 4/7



30



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



َ َ َْ َ ْ َْ ُُ‫ي ُ ِمائةُ ُ َوث َمانِ ُيَة‬ ُِ ‫ي ُ ِعن ُد ُاِلَّ َو ِو‬ ُُّ ‫اْلغدا ِد‬ َ َ ْ َ ْ َ َ ُ،‫ن ُ ِد ْرهماُ ُ َوأ ْربَ َعةُ ُأسبَاعُِ ُ ُِد ْرهم‬ ُ ‫َو ِعش ْو‬ ْ ْ َ َََ َ ُُ‫ك ُالم َص ُِنفُ ُقِ ْسماُ ُخا ِمساُ ُ َوه َُو ُال َماء‬ ُ ‫وتر‬ ْ ْ ُْ‫اْل َ َرامُ ُ ََكلْوض ْو ُِء ُب َماءُ ُ َم ْغص ْوبُ ُأ َ ُو‬ ُ ُ‫الم َط ُِهر‬ ِ ْ ُّ ‫م َسبَّلُُل‬ ُ ِ ‫لش‬ ‫ب‬ ِ



dirham. Mushannif meninggalkan (tidak menjelaskan) pembahasan air yang kelima, yaitu air suci yang haram digunakan, seperti berwudu dengan air gasab atau air yang disediakan untuk minum.



DALIL



َ َ َْ َّ ‫ن‬ ُ )۱۱ُ:‫الس َما ُِء َماءُ ِِل َط ِه َرك ُْم ِبهُ(اْلنفال‬ َُ ‫نلُ َعليك ُْم ِم‬ ِ ‫وي‬ “Dan Allah Swt menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu.” (QS. al-Anfal: 11) َ ْ ُّ ْ َ َّ ُ )‫لُ َميتتهُُ(رواهُأبوُداود‬ ُ ‫اْل‬ ِ ُُ‫ه َُوُالطهورُُماؤه‬ “Air laut itu suci airnya dan halal bangkainya.” (HR. Abu Dawud 83) َ ْ ِّ َ‫الُيُن‬ ْ َ ُُ‫جسه‬ )‫َشءُُ(رواهُأبوُداود‬ ُ ُُ‫ال َماءُُ َطهور‬



“Air sumur tersebut suci dan tidak bisa dinajiskan oleh sesuatu.”. (HR. Abu Dawudُ 66) َ َ َْ ََ َْ ِّ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ ِّ َ‫ ُفَإ َّن َما ُبعثْت ُْم ُمي‬،‫ن ُ َماء‬ ُ‫ين‬ َُ ‫ِّس‬ ُْ ‫ ُأ ُْو ُ َسجَلُ ُ ِم‬،‫ن ُ َماء‬ ُْ ‫ل ذنوبا ُ ِم‬ ُِ ِ ‫َع ُبو‬ ُ ُ ‫دعوهُ ُوأه ِريقوا‬ ِ ِ ِ ‫ ُول ُم ُتبعثوا ُمع‬،‫ِّسين‬ ِ ُ )‫(رواهُاْلخاري‬ “Biarkanlah ia dan siramkanlah di atas air kencingnya satu timba air atau seember air, karena sungguh kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus memberikan kesulitan.” (HR. Bukhari 6025) ْ َ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َّ َ َ َ َ ْ َ َ ََ ُ‫ُيَا‬:ُ‫ ُفقلت‬،‫ ُف َعقلت‬،‫ن ُ َوضوئِ ِه‬ ُْ ‫َع ُ ِم‬ َُّ َ ُ ‫ب‬ ُ ‫ ُفتوضُأ ُوص‬،‫ال ُأع ِقل‬ ُ ُ ُ‫ ُ َوأنا ُ َم ِريض‬،‫لل ُﷺ ُيعودُ ِن‬ ُِ ‫اء ُ َرسولُ ُا‬ َُ ‫َج‬ ََ َ ْ َ َ َّ ْ ََََ ََ َ َ ُ ‫ولُا‬ َ ‫نُالم‬ )‫تُآيَةُُاللَكل ُِةُ(رواهُاْلخاري‬ ُ ‫نل‬ ‫ُف‬,ُ‫نُلَكلة‬ ُ ِ ‫ياث؟ُ ِإن َماُيَ ِرث‬ ِ ُ ‫رس‬ ِ ُِ ‫للُلِم‬ “Rasulullah Saw datang menjenguk saat aku (Jabir) sedang sakit yang mengakibatkan aku tidak sadar. Nabi Saw lalu berwudu dan menyiramkan sisa air wudunya hingga aku pun sadar. Aku lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah Saw, untuk siapakah warisan itu? Sebab aku tidak mewariskan kalalah (tidak punya anak)?’ maka turunlah ayat tentang waris”. (HR. Bukhari 191) َ ْ ْ َ َ ْ َ َّ َ ْ َ َ َ )‫ثُ(رواهُأبوُداود‬ ُ َ‫لُاْلَب‬ ُِ ‫يُل ُْمَُي ِم‬ ُِ ‫نُالماءُُقلت‬ ُ ‫إِذاَُك‬ “Apabila air itu dua kulah maka ia tidak berstatus najis”. (HR. Abu Dawud 65)



Bab Tentang Hukum-Hukum Bersuci



31



HIKMAH TASYRI’



Bersuci terbagi menjadi dua, yakni bersuci dari najis dan bersuci dari hadas. Bersuci dari najis dilakukan dengan berbagai cara tergantung dengan tingkatan najisnya: berat (mughalladhah), sedang (mutawassithah), atau ringan (mukhaffafah). Sementara bersuci dari hadas dilakukan dengan wudu (untuk hadas kecil) dan mandi (untuk hadas besar) atau tayamum sebagai ganti dari wudu dan mandi. Sebagaimana ibadah-ibadah lainnya, perintah bersuci ini mengandung beberapa hikmah. Setidaknya ada empat hikmah tentang disyariatkannya bersuci:1 1. Bersuci merupakan bentuk pengakuan Islam terhadap fitrah manusia. Manusia memiliki kecenderungan alamiah untuk hidup bersih dan menghindari sesuatu yang kotor dan jorok. Dikarenakan Islam merupakan agama fitrah yang memerhatikan tabiat manusia maka Islam pun memerintahkan hal-hal yang selaras dengannya, seperti perintah untuk bersuci dan menjaga kebersihan. 2. Menjaga kemuliaan dan wibawa umat Islam. Umat Islam mencintai kehidupan bermasyarakat yang bersih. Mereka enggan hidup dalam lingkungan yang kotor. Oleh karena itu, Islam mensyariatkan pentingnya kebersihan guna menjaga kerukunan dan kemulian antar umat. 3. Menjaga kesehatan. Kebersihan merupakan kunci agar seseorang terhindar dari penyakit. Berbagai penyakit yang tersebar umumnya disebabkan oleh lingkungan yang kotor. Anjuran untuk membersihkan badan, membasuh wajah, hidung, tangan dan kedua kaki sangat sesuai dengan aktivitas manusia, sebab anggota badan tersebut merupakan bagian tubuh yang paling sering terpapar kotoran sehingga selalu terjaga kebersihannya. 4. Menyiapkan diri dengan kondisi terbaik saat menghadap Allah Swt, sebab seorang muslim dalam salatnya tengah bermunajat kepada Yang Maha Kuasa. Oleh karena Allah Swt merupakan Zat yang menyukai hamba-Nya yang selalu bertaubat dan bersuci maka sudah semestinya dia harus dalam kondisi suci, baik lahir maupun batin.



‫)ُدارُالقلم‬28/1(‫الفقهُاملنهيجَُعُمذهبُاإلمامُالشافيع‬1 ْ َ َْ َ َ َ َ َّ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ ْ ْ َّ َ ْ َ ْ ََ َ َ َ َ َّ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ُُ‫ط ُر ُتِ ُِه ُ ُوينفر‬ ُ ‫اف ُِة ُ ُبِ ُِف‬ ُ‫ظ‬ ُ ‫اِل‬ ُ ُ‫ل‬ ُ ُِ‫سانُ ُ ُي ُِم ُيلُ ُإ‬ ُ ‫اإلُن‬ ُِ ‫ ُ ُف‬،ُِ‫ط ُرة‬ ُ ‫اع ُ ُال ُِف‬ ُ ِ ‫ن ُ ُد ُو‬ ُ ‫ار ُة ُ ُِم‬ ُ ‫ن ُالطُ ُه‬ ُ ‫ُ ُأ‬-1:‫ل‬ ُ ِ َ‫يةُ ُ ُن ُذكُرُ ُ ُِم ُن َُها ُ َُما ُ ُي‬ ُ ُِ‫كمُ ُ ُكث‬ ُ ‫ْل‬ ُِ ِ ُ‫ار ُة‬ ُ ‫الط ُه‬ ُ ُ ُ‫َلم‬ ُ ‫س‬ ُ ‫اإل‬ ُِ ُ ‫ع‬ ُ ‫َش‬ ُ ُ ‫ُل ُق ُد‬ ْ َ َ َ ََ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ َ ْ ْ َ َ َّ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ‫َع‬ ُ َ ُ ‫ظ ُة‬ ُ ‫اف‬ ُ‫ح‬ ُ ُ‫ ُالم‬-ُ 2ُ.‫اف ُِة‬ ُ‫ظ‬ ُ ‫اِل‬ ُ ُ ‫َع‬ ُ ُ ‫ظ ُِة‬ ُ ‫اف‬ ُ‫ح‬ ُ ُ‫ارةُِ ُ ُو ُالم‬ ُ ‫الط ُه‬ ُ ِ‫ن ُ ُي ُأمُ ُر ُ ُب‬ ُ ‫ط ُِب ُي ُِعياُ ُ ُأ‬ ُ ُ‫ن‬ ُ ‫َك‬ ُ ُ ُِ‫ط ُرة‬ ُ ‫ن ُ ُال ُِف‬ ُ ‫َلمُ ُ ُِد ُي‬ ُ ‫س‬ ُ ‫اإل‬ ُِ ُ ‫ن‬ ُ ‫َك‬ ُ ُ ‫ ُ ُوُل ُما‬،ِ‫ار ُة‬ ُ ‫اخ ُِة ُ ُو ُال ُق ُذ‬ ُ ‫س‬ ُ ‫ن ُ ُال ُو‬ ُ ‫ط ُب ُِع ُِه ُ ُِم‬ ُ ِ‫ُب‬ ْ َ َ َْ ََْ َ َ َْ َ ْ َ ْ ََ َ َ ْ ْ َ َْ ْ ْ َ ْ َ ََْ ْ َّ َ ْ ْ َ َ ْ ْ َ ْ َ َ َّ ُ،ُ‫َي ُت ُِقرُ ُو ُنه‬ ُ ‫ ُ ُو‬،‫خ‬ ُ ‫ن ُ ُال ُو ِس‬ ُ ‫ك ُرهُ ُو‬ ُ ‫ ُ ُو ُي‬،ُ‫س ُ ُم ُعه‬ ُ ِ ‫اْللُ ُو‬ ُ ‫ ُ ُو‬،‫ِل ُِه‬ ُ ‫ج ُِت ُماعُِ ُُِإ‬ ُ ‫اال‬ ُِ ِ‫ن ُ ُب‬ ُ ‫غبُ ُو‬ ُ ‫ ُ ُو ُي ُر‬،‫ف‬ ُ ِ ‫ظ ُي‬ ُِ ‫اِل‬ ُ ُ‫ل‬ ُ ‫ط ُب ُِع ُِه ُم ُُِإ‬ ُ ِ‫ن ُ ُب‬ ُ ‫اِلاسُ ُ ُي ُِم ُيلُ ُو‬ َُّ ‫ ُ ُف‬،‫ع ُز ُتِ ُِه‬ ُِ ‫ ُ َُو‬،‫س ُِل ُِم‬ ُ ُ‫ام ُِة ُ ُالم‬ ُ ‫ُك َُر‬ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ْ ْ َْ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ َ ْ ُ‫ي‬ ُ ‫ن ُ ُب‬ ُ ‫ِلكُ ُو‬ ُ ِ ُ ،‫اف ُِة‬ ُ‫ظ‬ ُ ‫اِل‬ ُ ِ‫ع َُّز ُتِ ُِه ُ ُأ َُم َُرهُ ُ ُب‬ ُِ ‫ن ُ َُو‬ ُِ ‫ام ُِة ُ ُالمُ ُؤ ُِم‬ َُ ‫َع ُ ُك َُر‬ َُ َ ُ ‫ح ُِر ُيْصا‬ َُ ُ ُ‫َلم‬ ُ ‫س‬ ُ ‫اإل‬ ُِ ُ ‫ن‬ ُ ‫َك‬ ُ ُ ‫ ُ َُوُل َُّما‬.‫ِلْ ُِه‬ ُ ُِ‫س ُإ‬ ُ ِ ‫اْللُ ُْو‬ ُ ِ‫ن ُ ُب‬ ُ ‫غبُ ُْو‬ ُ ‫ال ُ ُيَ ُْر‬ ُ ‫ ُ َُو‬،ُ‫ن ُ ُِم ُنه‬ ُ ‫ ُ َُو ُيَ ُن ُِفرُ ُْو‬،ُ‫َُو ُيَ ُن ُِفرُ ُْونه‬ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َّ َ ْ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َّ ْ َ ْ ِّ َ َ ْ َ َ َّ َ َّ ِّ َ َ َ َ َ َ َُ‫ث ُ ُما‬ َ َ ُ ‫اض ُ ُأ ُك‬ ُ ‫اْل ُم ُر‬ ُ ُ‫ن‬ ُ ‫ْل‬ ُ ِ ُ ،‫اض‬ ُ ِ ‫اْل ُم ُر‬ ُ ُ‫ن‬ ُ ‫ان ُ ُِم‬ ُ ‫س‬ ُ ُ‫اإلن‬ ُِ ُ ُ‫َت ُفظ‬ ُ ُ‫ت‬ ُ ِ ‫اب ُ ُال‬ ُ ِ ‫س ُب‬ ُ ‫اْل‬ ُ ُ ‫ن ُ ُأ ُه ُم‬ ُ ‫افةُ ُ ُِم‬ ُ‫ظ‬ ُ ‫اِل‬ ُ ‫ ُ ُف‬،‫ح ُِة‬ ُ ‫الص‬ ُ ُ ‫َع‬ ُ ُ ‫ظ ُة‬ ُ ‫اف‬ ُ‫ح‬ ُ ُ‫ ُالم‬-ُ 3ُ .ُ‫ع ُِز ُيْزاُ ُ ُك ُِر ُيْما‬ َُ ُ ‫خ َُوا ُنِ ُِه‬ ُ ُِ‫إ‬ َ َ َ ْ ْ ْ َ َ َ ْ َ َْ َ َ َ َْ َْ ََْ ََ َ َ َْ َّ َ َ َ َ َ ْ َ َّ ُُ‫طبُ ُ ُر ُبه‬ ُِ ‫يا‬ ُ ُ ‫َل ُتِ ُِه‬ ُ ‫ص‬ ُ ُ‫ف‬ ُ ِ ُ ‫ان‬ ُ ‫س‬ ُ ‫اإلُن‬ ُِ ُ ُ‫ْلن‬ ُ ِ ُ ،‫ظ ُيفا‬ ُِ ‫ط ُاِهراُ ُ ُن‬ ُ ُ ‫لل‬ ُِ ‫ي ُا‬ ُِ ‫ي ُ ُي ُد‬ ُ ‫ف ُ ُب‬ ُ ‫ُالوُقُ ُو‬-4.ُ-‫ –إل ُأن ُقال‬.‫ار‬ ُ ‫اْل ُق ُذ‬ ُ ‫اخ ُ ُو‬ ُِ ‫س‬ ُ ‫اْل ُو‬ ُ ُ‫ب‬ ُ ِ ‫س ُب‬ ُ ِ ‫اس ُُب‬ ُ ِ ‫اِل‬ ُ ُ‫ي‬ ُ ‫ش ُ ُب‬ ُ ِ ‫ُت ُن ُت‬ ْ ْ ِ ْ َْ َْ َ َ ْ َ َ َْ َ َ ْ َّ َّ ُّ َّ َ َّ َ ِّ َ َ ْ .‫ن‬ َُ ْ‫ط ُه ُِر ُي‬ ُ ‫َيبُُ ُالمُ ُت‬ ُِ ‫يُ َُو‬ ُ ‫اب‬ ُِ ‫ال ُو‬ ُ ُ‫ب‬ ُ ‫َي‬ ُِ ُ‫اللُتعال‬ َُ ُ‫ن‬ ُ ‫ْل‬ ُ ِ ُ،‫س ُِم‬ ُْ ‫اْل‬ ُِ ‫بُ َُو‬ ُ ِ ‫فُ ُال ُق ُل‬ ُ ‫ظ ُي‬ ُِ ‫نُ ُن‬ ُِ ‫ط‬ ُِ ‫اْلَا‬ ُ ‫الظا ُِه ُِرُ َُو‬ ُ ُ‫طا ُِه َُر‬ َُ ُ‫ن‬ ُ ‫نُ ُيَكُ ُْو‬ ُ ‫ُ ُفهُ َُوُحُ لُرُ ُأ‬،‫اج ُي ُِه‬ ُِ ‫ُويُ ُن‬



32



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



SYARAH



Definisi Bersuci (taharah) secara etimologi bermakna bersih dan jernih dari segala kotoran, baik yang terlihat -seperti najis- maupun kasat mata -seperti penyakit hati-. Adapun secara terminologi terdapat beberapa versi, di antaranya:2  Taharah ialah menghilangkan penghalang yang disebabkan oleh hadas atau najis.  Taharah ialah suatu perbuatan yang menyebabkan dibolehkannya melaksanakan salat.  Taharah ialah menghilangkan hadas atau najis; atau aktivitas yang memuat substansi keduanya –seperti tayamum dan bersucinya orang beser-; atau yang sesuai dengan cara keduanya –seperti basuhan kedua setelah hilangnya najis dan mandi sunah-.3 Taharah terbagi dalam dua macam, yaitu wajib dan sunah. Adapun taharah wajib itu seperti bersuci dari hadas, sedangkan taharah sunah itu seperti memperbarui wudu dan mandi-mandi yang disunahkan.4 Syekh Ibrahim al-Bajuri mendefinisikan istilah “air” di sini dengan ungkapan, “elemen lembut yang berwarna sesuai dengan tempatnya dimana Allah Swt menciptakan kesegaran saat meminumnya.”5 Lantas timbul sebuah pertanyaan bahwa mengapa air dijadikan sarana bersuci yang paling utama dibanding benda lainnya? as-Syirbini memberikan jawaban dari pertanyaan tersebut bahwa air memiliki struktur yang lembut dan halus yang tidak dimiliki oleh benda lainnya. Kendati demikian, Imam al-Haramain al-Juwaini memberikan pemaparan bahwa alasan digunakannya air sebagai alat bersuci adalah sebab ta’abbudî (irasional).6 ‫)ُدارُالفكر‬18/1( ‫اإلقناعُفُحلُألفاظُأيبُشجاع‬2 َ َ َ ْ ْ ْ ْ َْ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َّ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ َْ ْ ُُ‫طهُ ُرُبِالما ُِءُ ُوهُ ُمُ ُق ُوم‬ ُ ُُ‫بُيقال‬ ُ ِ ‫َك ُلعُيُ ُْو‬ ُ ُُ‫اسُأ ُْوُ َُم ُع ُن ُِوية‬ ُ ِ َ‫َن‬ ُ ‫ْل‬ ُ ‫َك‬ ُ ُ‫ت‬ ُ ‫س َُّيةَُُكن‬ ُِّ ‫ح‬ ُِ ُ‫اس‬ ُ ِ ‫ْل ُد ُن‬ ُ ‫نُُا‬ َُ ‫اِلظافةُُ َُواْلُلُ ُْوصُُ ُِم‬ ُُ‫َشعُ)ُوالطهارةُلغة‬ ُْ ‫ارةُلغةُُ َو‬ ‫(الطه‬ َ َْ َ َ ْ ْ ْ ْ َ َ ْ َّ َّ َ َ ْ َ ْ َ ْ َّ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ َ َ َ َ َ َّ ْ ُ‫دث‬ ُ ِ ‫َع ُاْل‬ ُ ُ‫ب‬ ُ ِ ‫َت ُت‬ ‫ارتِفاعُ ُال َمنع ُالم‬ ُ ‫يل ُ ِفي ُِه ُإِنه‬ ُ ‫حسنُ ُ َما ُ ُِق‬ َُ ‫يها ُ َوُأ‬ ُِ ‫ف ُتف ِس‬ ُ ِ ُ‫ف‬ ُ ‫الشعُِ ُفاختُ ُِل‬ ُ‫ف‬ ُ ِ ُ ‫أما‬ ُ ‫ب ُ َو‬ ُ ِ ‫ن ُال َعي‬ ُِ ‫ن ُ َع‬ ُ ‫نهُ ُْو‬ ُ ‫ي ُ ُيَ ُت‬ ُ ‫ن ُأ‬ ُ ‫ط ُهرُ ُو‬ ُ ‫ُي ُت‬ َّ ‫َو‬ ُ‫س‬ ُِ‫ج‬ َُ ‫اِل‬ ‫)ُدارُإحياءُالَتاثُالعريب‬63/1(ُ‫َتفةُاملحتاجُفَُشحُاملنهاج‬3 ْ ْ ْ ْ َ َ ْ َ َ ََ َ ْ ْ َ ْ َ َّ ْ َ َّ ‫َو‬ َ ‫الط َه‬ َ ُ ِ َ‫ث ُ َواْلَب‬ َّ ُ ‫يق ُ َوه َُو ُ َز َوالُ ُال َمن ُع‬ ُ‫َع‬ ُ ُ‫ب‬ ُ ِ ‫ق ُاس ُِم ُالم َسب‬ ُِ ‫ن ُإطَل‬ ُْ ‫ي ُ ِم‬ ُ‫از ل‬ ُ ِ ‫ن ُاْلَد‬ ُِ ‫ئ ُع‬ ُِ ‫اش‬ ُ‫ان ُ َح ِق ِ ل‬ ُِ ‫َشعُ ُل َها ُ َوض َع‬ ‫ ُو‬-‫إل ُأن ُقال‬-ُ ُ‫ارة‬ ِ ‫اِل‬ ِ ِ ‫ث َُوَم‬ َ َ َ ْ َ ْ ْ ْ َ ْ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ ِّ َ َ َ َْ ْ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ ُّ َ ْ َ ْ َ ْ َ َّ َّ َ ُ‫ف‬ ُ ِ ُ ‫ ُوبِهذا ُالوض ُِع ُعرفها ُالمصنفُ ُبِأنها ُرفعُ ُحدثُ ُأ ُو ُإزالةُ َُنسُ ُأ ُو ُما‬,‫ارهُِ َُكليم ُِم‬ ُ ِ ‫ك ُأ ُو ُبع‬ ُ ِ ‫إلفادةُِ ُذل‬ ُ ِ ‫السب‬ ِ ِ ُ ُ‫ب ُوه ُو ُال ِفعلُ ُالموضوع‬ ِ ‫ض ُآث‬ َ َ َ َّ ْ َ ُّ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ ْ ْ ُّ َ َ َّ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ ِ ‫الطه ُِرُال َمند‬ ‫وب‬ ‫َعُصورتِ ِهماَُكلغسل ُِةُاثلا ِني ُِةُو‬ ُ َ ُ‫سُأ ُْو‬ ُ ِ ‫معناهماَُكلي ُم ُِمُوطه ُِرُالسل‬ ‫)ُدارُالفكر‬19/1(ُ‫اإلقناعُفُحلُألفاظُأيبُشجاع‬4 ْ ْ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َْ َْْ َ َْ َ َََْ َْ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َ َّ َ ُ َ ‫سمُُإ‬ َ ُ َ ‫ار ُِةُإ‬ ُ‫سنُ ُو ُن ُِة‬ ُ ‫الم‬ ُ ُ‫ال‬ ُِ ‫س‬ ُ ‫غ‬ ُ ‫اْل‬ ُ ‫ج ُِد ُي ُِدُالوضو ُِءُ ُو‬ ُ ‫حبُُ ُك ُت‬ ُ ‫س ُت‬ ُ ُ‫ثُ ُوم‬ ُ ِ ‫نُاْل ُد‬ ُِ ‫ار ُِةُع‬ ُ ‫لط ُه‬ ُ ‫َك‬ ُ ُُ‫اجب‬ َُ َ‫س ُت‬ ُْ ُ‫اجبُُ َُوم‬ ِ ُِ ‫حبُ)ُ ُو ُت ُن ُق‬ ِ ‫(تق ِسيمُُالطه‬ ِ ‫لُو‬ ِ ‫لُو‬ ُ ‫)ُدارُالكتبُالعلمية‬47/1(ُ‫حاشيةُاْليجوريَُعَُشحُابنُالقاسمَُعُمنتُأيبُشجاع‬5 َ َ َ َ َ َّ َ َ َ ََ َ َ َ ََ َّ َ َ ََ َ َ َ َ َ َ َّ ُُ‫ونُإنَائ ُهُ َيلقُُالل‬ َ ُ‫ورُوماُيظهرُُ ِفي ُِه‬ ُِ ‫َعُالمشه‬ ُ ُ‫ل‬ ُ ُ‫ون‬ ُ ‫َلُل‬ ُ ‫ل ُف‬ ُِ ِ ‫ندُتناو‬ ُ ‫يُ ِع‬ َُّ ‫الر‬ ِ ِ ِ ُِ ‫ُ َوه ُوُجوهرُُل ِطيفُُشفافُُيتلونُُبِل‬-‫ُ(ال ِمياهُ)ُ–إلُأنُقال‬:ُ‫قول‬ َ َ ‫لونُُظرفِ ُِه‬ ‫)ُدارُالفكر‬19/1(ُ‫اإلقناعُفُحلُألفاظُأيبُشجاع‬6



Bab Tentang Hukum-Hukum Bersuci



33



Pembagian Air Sebelum memulai pembahasan tentang pembagian air, Mushannif (pengarang kitab Fathal Qarib) menyisipkan tujuh jenis air yang boleh dijadikan sarana bersuci, antara lain: 1. Air hujan, 2. Air laut, 3. Air sungai, 4. Air sumur, 5. Air sumber, 6. Air salju, 7. Dan air embun. Ketujuh air tersebut dapat disimpulkan dalam sebuah definisi bahwa air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah air yang turun dari langit atau bersumber dari bumi dalam bentuk sifat apapun yang sesuai dengan aslinya. Adapun batasan dikatakan masih sesuai dengan aslinya yakni selama kondisi air masih menetapi sifat sebenarnya, meliputi rasa –seperti tawar atau asin-, warna –seperti putih-, atau aroma –seperti bau yang enak-.7 Berikut adalah pembagian air beserta hukumnya: 1. Air suci menyucikan tidak makruh digunakan (air mutlak) Air suci menyucikan adalah air suci pada zatnya (berdasarkan kepastian dari panca indra) yang bisa menyucikan benda lain dari hadas, najis atau yang semisalnya.8 Air yang memiliki karakteristik demikian hanyalah air mutlak.9 Yang dimaksud dengan air mutlak disini adalah air yang terbebas dari batasan yang mengikat (qayyid lâzim) menurut orang yang memiliki kapasitas untuk mengetahui kondisi air tersebut, yakni ahli ‘urf dan ahli lisan. Yang dimaksud ahli ‘urf adalah para pakar fikih, sementara ahli lisan adalah para pakar gramatika Arab. Meski parameter pengukuran air tampak berdasarkan atas dua pendapat tersebut, namun pada dasarnya maksud dari ahli ‘urf dan ahli lisan adalah senada, yakni para pakar syarak. Dari sini dapat dipahami bahwa ْ َ ْ َْْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ ‫ْ َ ْ َ َ َ ُّ ل‬ َ ْ ُّ َُّ َ‫ُ ِْل‬،‫الُي َقاسُُب ُِهُ َغ ْيه‬ ُُ‫يهُُِ َمعقول‬ ُ ‫بُغ ْسلُُاْلَ ْو ُِلُبِ ُِهُ َو‬ ُ ‫فُغيهُُلماُوج‬ ُ ‫ُفل ُوُ ُك‬،‫وبُكماُمر‬ ُ ِ ‫َواْلمرُُلِلوج‬ ِ ُ‫نُالطه ُرُبِ ُِهُ ِعن ُد‬ ِ ِ ‫ُو ِعن ُدُغ‬،‫اإلمامُُِتعب ِدي‬ َ َّ َ َ َّ َ َّ ِّ َ َْ ْ ْ َ ‫الُت‬ .ُِ‫يه‬ ُ ِ ُُ‫وجد‬ ُ ُ‫ت‬ ُ ِ ‫نُالرق ُِةُواللطاف ُِةُال‬ ُ ‫نُل ِ َماُ ِفي ُِهُ ِم‬ ُ َ ‫ال َمع‬ ِ ‫فُغ‬ ُ ‫)ُدارُالكتبُالعلمية‬52/1(ُ‫حاشيةُاْليجوريَُعَُشحُابنُالقاسمَُعُمنتُايبُشجاع‬7 َ ََ َ َ ََ َ َ َ َ َ َ ََ َ ْ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ُ‫ض ُأو ُأسو ُد ُأو ُُأمح ُر ُأو‬ ُ ‫ت ُ ِمن ُ َطعمُ ُككونِ ُِه ُحلواُ ُأو ُ ِملحاُ ُأو ُلونُ ُككونِ ُِه ُأبي‬ ُ ‫يُ ِصفةُ َُكن‬ ُِ ‫َع ُأ‬ ُ ُ‫ت) ُأي ُ َحالُ ُكونِ ُِه‬ ُ ‫ي ُ ِصفةُ َُكن‬ ُِ ‫َع ُأ‬ ُ (ُ :ُ‫ُق ُْول‬ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َّ َ َ َ ْ ْ ُّ َ َ َ َ ‫ُ َو‬.‫صلُالوجو ُِد‬ ُُ‫لُبِ ُِهُ ِمنُ َمائِع‬ ُ ‫يهُُِبِ َماُات َص‬ ُ ُُ‫احَت َُزُبِ ُِهُع َّماُيَعرض‬ ُِ ‫يُ ِمنُأ‬ ُْ ‫لُاْلِلق ُِة)ُأ‬ ُِ ‫نُأص‬ ُ ‫ُ( ِم‬:ُ‫ُ َوقول‬.ُ‫اِئَةُُ َطيِبَة‬ ُ ُ‫ون‬ ُ ‫ِريحُُكأنُيَك‬ ِ ‫لُ َر‬ ِ ‫لُ ِمنُتغ‬ َ َ َ ُ ِ ‫َعُ َماُي‬ ‫أت‬ ُ َ ُُ‫أوُ َجا ِمد‬



ُ ‫)ُدارُالكتبُالعلمية‬53/1(ُ‫حاشيةُاْليجوريَُعَُشحُابنُالقاسمَُعُمنتُايبُشجاع‬8 َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ َْ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ ْ ْ ْ َ ُ،‫يُِه‬ ُِ ‫غ‬ ُ ُ‫ي‬ ُ ‫ظ ُِرُ ُأ‬ ُ ‫اِل‬ ُ ُ‫ط ُِع‬ ُ ‫فُ ُذا ُتِ ُِهُ ُبِ ُق‬ ُ ِ ُ‫ي‬ ُ ‫كذاُ ُأ‬ َ ُُ‫س ُِهُ ُِق ُي ُمتُه‬ ُِ ‫فُ ُن ُف‬ ُ ِ ُُ‫ُ ُه ُذاُ ُال ُع ُبد‬:ُ‫يُِهُ ُك ُماُ ُتقُ ُول‬ ُِ ‫غ‬ ُ ُ‫ن‬ ُ‫ع‬ ُ ُ‫ظ ُِر‬ ُ ‫اِل‬ ُ ُ‫ط ُِع‬ ُْ ‫فُ ُذا ُتِ ُِهُأيُ ُبِ ُق‬ ُ ِ ُ‫ي‬ ُ ‫س ُِه)ُُأ‬ ُِ ‫فُ ُن ُف‬ ُ ِ ُُ‫طا ُِهر‬ َُ (ُُ‫ُق ُْول‬ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ ْ ْ َ َ َّ ْ ُ.‫الم ُندُ ُْو ُبَ ُِة‬ َُ ُُِ‫ارة‬ َُ ‫لط َُه‬ َُّ ‫َك‬ ُ ُ‫ن ُِو ُِه َُما‬ ُ ُ‫خ ُبَثُُ ُأ ُْو‬ ُ ُ‫ح ُدثُُُأ ُْوُإُِ َُز ُال ُِة‬ ُ ُ‫نُ ُر ُف ُِع‬ ُ ‫يهُُِ ُِم‬ ُِ ‫ارةُُِلُِ ُغ‬ ُ ‫الط ُه‬ ُ ُُ‫صل‬ ُ ِ ُ‫يُم‬ ُْ ‫يُهِ) ُأ‬ ُِ ‫ط ُِهرُُلُِ ُغ‬ َُ ُ‫ُ(م‬:ُ‫ُق ُْول‬ ُ ‫)ُدارُالكتبُالعلمية‬15/1(ُ‫املهذبُفُفقهُاإلمامُالشافيعُللشيازي‬9 َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ َّ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ ْ َْ ْ َ ْ ُ‫ج‬ ُِ ‫اثل ُل‬ ُ ُ ُ‫ط ُِر ُ ُو ُذوب‬ ُ ‫الس ُما ُِء ُ ُماءُ ُ ُال ُم‬ ُ ُ‫ن‬ ُ ‫ ُ ُف ُما ُ ُن ُز ُل ُ ُِم‬,‫ض‬ ُ ِ ‫اْل ُر‬ ُ ُ‫ن‬ ُ ‫الس ُما ُِء ُ ُأ ُو ُ ُن ُب ُع ُ ُِم‬ ُ ُ‫ن‬ ُ ‫ق ُ ُوهُ ُو ُ ُما ُ ُن ُز ُل ُ ُِم‬ ُ ِ ‫ط ُل‬ ُ ُ‫س ُ ُبِ ُال َُما ُِء ُالم‬ ُِ‫ج‬ َُ ‫اِل‬ َُّ ُ ُ‫ث ُ َُوُِإ َُز ُالة‬ ُ ِ ‫اْل َ ُد‬ ُ ُ ُ‫َي ُوزُ ُ ُر ُفع‬ ُ ْ .‫َب ُِد‬ َُ َ ‫َُو ُال‬



34



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



parameter status ‘air mutlak’ merujuk pada kaidah yang ditetapkan oleh ahli syarak.10 Alasan status kemutlakan air berdasar adat (‘urf) pakar syarak, bukan pada ‘urf orang awam adalah agar tidak bias. Sebab air mustakmal meskipun jernih tidak berstatus mutlak dan air sungai yang berubah warna tetap berstatus air mutlak yang suci menyucikan.11 Adapun yang dimaksud dengan “batasan yang mengikat” (qayyid lâzim) dalam keterangan di atas adalah kata air yang dibatasi dengan idlafah (penyandaran pada kata yang lain) seperti air bunga mawar, dibatasi dengan sifat seperti air mustakmal, air mutanajjis atau lam ‘ahdi, seperti sabda Nabi Saw, “ya, apabila seorang perempuan melihat mani” (na’am, idzâ ra’at al-mâa). Air demikian tidak termasuk air mutlak sehingga tidak menyucikan yang lain. Sementara air yang dibatasi dengan batasan yang tidak mengikat (qayyid munfak) seperti air yang dibatasi dengan kata sumur atau air yang dibatasi dengan kata laut, tetap disebut air mutlak yang suci menyucikan, sebab batasan tersebut muncul guna menjelaskan asal muasal air yang sifatnya tidak mengikat.12 Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa air suci menyucikan adalah air mutlak yang mana status kemutlakan air sesuai dengan kaidah yang ditetapkan oleh pakar syarak. Artinya air yang dikategorikan sebagai air mutlak oleh pakar syarak, maka disebut air mutlak. Begitupun air yang dikategorikan sebagai air tidak mutlak, maka tidak bisa menyucikan. Contoh kasusnya adalah air mustakmal, meskipun jernih tidak disebut air mutlak oleh pakar syarak sehingga tidak menyucikan. Sebaliknya air sungai yang keruh disebut air mutlak oleh pakar syarak sehingga dapat menyucikan.13 Adapun perincian contoh air yang berubah namun tetap dikategorikan sebagai air mutlak akan dibahas lebih detail dalam pembahasan air mutagayyir di bawah. ‫) دارُالفكر‬79ُ/1(ُ‫ُنهايةُاملحتاجُإلَُشحُاملنهاج‬10 ْ ْ ْ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ ْ َّ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َّ َ ْ َ َْ َْ َ ْ َ ِّ ْ َّ َ ُ‫ل‬ ُِ ‫نُأنهُُيقعُُعلي ُِهُاسمُُالما ُِءُ ِعن ُدُأه‬ ُ ‫نُالمع‬ ُ ‫َلُقيدُُأ‬ ُ ِ‫قُماُيقعُُعلي ُِهُاسمُُماءُُب‬ ُ ‫سب‬ ُ ُ‫ع)ُق ُدُينا ِفيهُأنه ُمُجعلواُقوله ُمُ ِفيما‬ ُ ِ ‫فُالش‬ ُ ِ ‫ُلِلع ْر‬:ُ‫(ق ْول‬ َ َ ْ َ ِّ ْ َ َ ْ َ َ ِّ َ ِّ َ ْ ْ َ ْ ْ َّ َ َ ْ َّ َ َ ْ ْ َّ َّ َّ َ َ َ َ َ ُّ َ َ َ ْ َّ َ َ ُ‫ان‬ ُِ ‫لُ ِذكرُُاللس‬ ُ ‫ُوَيع‬،‫ادُماُذكِر‬ ُ ‫نُالمر‬ ُ ‫نُيمن ُعُأ‬ ُ ‫إالُأ‬ ُ ُ‫يلُالله ُم‬ ُ ‫َعُماُ ِق‬ ُ ُُ‫انُاللغة‬ ُِ ‫ُوبِاللس‬،‫ار ِع‬ ُُ‫فُث ُمُعرف‬ ُ ِ ‫ُوالمرادُُبِالعر‬،‫ان‬ ُ ِ ‫العر‬ ِ ‫فُواللس‬ ِ ‫الش‬ ِّ َ َ َّ َ َ َ ْ ِّ َ ْ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َّ َ َ ِّ ْ َّ ْ ‫ن ُالْ َع‬ ِّ ‫ال ْفسي‬ ْ ‫ف ُم‬ ْ ‫َب ْع َُد ُالْع‬ َّ ُ ‫ف‬ ُ،‫انُ َول ُْم ُيَذك ُْر ُالع ْرف‬ ُِ ‫َع ُالل َس‬ ُ ُ‫ن ُحجرُ ُث ُم‬ ُِ ‫ ُ َويؤيِّدُ ُهذا ُاق ِت َصارُ ُاب‬،‫ع ُك َما ُقدمناه‬ ُ ِ ‫ان ُالش‬ ُِ ‫ ُ َوي َرادُ ُبِالل َس‬،‫ي‬ ُ ‫ط‬ ُ ُ ‫ر‬ ِ ِ ِ ِ ِ َ ْ َّ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ِّ ْ َّ ُ‫انُ َم ْعنَاه َماُ َواحدُُ َوه َُو‬ َّ َ ‫َو‬ ُُّ ِ ‫الش‬ ‫ع‬ ُ ‫فُ َوالل َس‬ ُ ‫نُالع ْر‬ ُ ‫ادُأ‬ ُ ‫ُفأف‬،‫ارح‬ ُ ‫لُماُق‬ ُ ‫الُ ِمث‬ ُ ‫حُبِ ُِهُهناُحيثُُق‬ َُ ‫َص‬ ِ ِ ‫الُالش‬ ‫)ُدارُالفكر‬20/1(ُ‫حاشيتاُقليويبُوعمية‬11 ْ ََ ْ ْ ْ َ َّ َ ِّ َّ َ ْ َ ِّ َ َ ْ َ ِّ َ َ ْ ََْ َ َْ ْ ْ ْ َ َ ْ َْ َ َ ْ َ ْ َ َْ َ َ َ َ َّ َ َ ْ ُ‫س‬ ُ ‫ك‬ ُ ‫ائُ ِِل‬ ُ ِ ‫الُ ِعن ُدُالر‬ ُ ُُِ‫يُبِنح ُِوُمقره‬ ُ ‫ُويدخلُُالمتغ‬،‫ُفيخرجُُالمستعمل‬،‫فُعرفِ ِهم‬ ُ ِ ُُِ‫لُالشع‬ ُِ ‫عن ُدُأه‬ ُِ ُ‫يُماُيطلقُُعلي ُِه‬ ُ ‫(ماُيقعُُعلي ُِه)ُأ‬ ِ ‫َلُينع‬ َ َ ‫َماُذك َُر‬ ‫) دارُالفكر‬63ُ/1(ُ‫نهايةُاملحتاجُإلَُشحُاملنهاج‬12 َ َ ْ َ َ َ ْ َْ َ َ َ َ َ ْ ْ َْ ْ َ َ َ ِّ َ ُّ َ َ َ َ َ ِّ َ َ ْ َ َ َ َْ ْ ْ َ َ َ ْ ُ‫ان‬ ُِ ‫إذُأهلُُاللس‬ ُ ُُ‫اور‬ ُ ‫الُي‬ ُ ُ‫يُكثِياُبِما‬ ُ ‫لُالمتغ‬ ُ ‫َلُقيدُ)ُال ِزمُُفش ِم‬ ُ ِ‫اسمُُماءُُب‬ ُ ُ‫يُالماءُُالمطلقُُ(ماُيقعُُعلي ُِه‬ ُ ‫(وه ُو)ُأ‬ ِ ‫ضُ ْك ِطيُُوطحل ْبُُأ ُوُبِمج‬ َ َ َّ َ ْ َ ََْ َ ْ َ َّ َ َ ْ ْ ْ َ َّ َ َ َ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ ْ ْ ُُ‫سُبِم ْطلق‬ ُ َ ‫جُالم ْستَع َمل؛ُ ِْلنهُُلي‬ َُ ‫ُ َوخ َر‬،‫يُحك َمه‬ َُ ‫يُم ْط ُلقُُ َو ِإن َماُأع ِط‬ ُ ‫الُأنهُُغ‬ ُ ُُ‫قُعلي ُِهُفع ِل ُمُأنهُُمطلق‬ ُ ِ ‫نُإيقاعُُِاس ُِمُالما ُِءُالمطل‬ ُ ‫ونُ ِم‬ ُ ‫الُيمنع‬ ُ َّ ْ َ ْ ِّ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ ِّ َ‫ُ ُأَ ُْوُمتَن‬،‫ُأَ ُْوُص َفةُُ َك َماءُُ َدافقُُ َو َماءُُم ْستَ ْع َمل‬،‫إضافَةُُ َك َما ُءُ َو ْرد‬ ِّ َ‫َوالْ َقليلُُالْمتَن‬ ُُ‫جسُُأ ُْوُالمُُِعهد‬ ُ‫ن‬ ُ ‫ُ َوالمؤثرُُه َُوُالقيدُُالَل ِزمُُ ِم‬،ِ‫جسُُبِالمَلقاة‬ ِ ِ ِ ِ ْ َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ ْ َ َ ِّ َ ْ ْ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َّ َ ْ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َّ َّ َ ،‫اْلح ِر‬ ُ‫ئُأ ُو‬ ُِ ‫اْل‬ ُ ‫َلُأث ُرُلِلقي ُِدُالمنف‬ ُ ‫نُف‬ ُ ِ ‫يُالم‬ ُ ‫اء»ُأ‬ ُ ‫تُالم‬ ُ ‫ُ«نع ُمُإذاُرأ‬-ُ‫اّللُعلي ُِهُوسل ُم‬ ُ ُ‫ّل‬ ُ ‫ُص‬-ُ‫ل‬ ُِ ِ ‫فُق ْو‬ ُ ِ ُ‫َكل َما ُِء‬ ِ ُ‫كُ ُكما ُِء‬ ‫) دارُاملعرفة‬8ُ:‫الِّساجُالوهاجُ(ص‬13 َ ْ ََ ْ ْ ْ ََ َ َْ ْ ْ َْ ْ َ َ ْ َْ َ َ ْ َ َ َ ْ َْ َ َ َ َ َ ْ ْ َ ََ ْ َّ َ ْ ُْ‫ف‬ ُ ِ ُ‫فُعرفِ ِه ُمُفيخرجُُالماءُُالمستعملُُويدخلُُالمتغيُُبِما‬ ُ ِ ُُِ‫لُالشع‬ ُِ ‫َوه َُوُأيُالماءُُالمطلقُُماُيقعُُعلي ُِهُاسمُُماءُُأيُماُيطلقُُعلي ُِهُ ِعن ُدُأه‬ َ َ َ َ ْ ْ ْ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ُّ َ َّ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ِّ َ َ ِّ َ َ ُ‫ق‬ َُ ‫كُ َماُأ ْط ِل‬ ُ ‫نُف‬ ُ ِ ‫اءُأيُالم‬ َُ ‫تُال َم‬ ُ ‫ثُإِذاُرأ‬ ُ ِ ْ‫فُاْل َ ِدي‬ ُ ِ ُ‫اإلضاف ُِةُك َما ُِءُ َو ْردُُأ ُْوُبِ ِصفةُُك َماءُُدافِقُُأ ُْوُبَِلمُُِعهدُُك َما‬ ُ ‫َلُقيدُُسواءَُُك‬ ُ ِ‫مق ُرهُُِب‬ ِ ِ‫نُالقيدُُب‬ ْ ََ َْ َْ ْ َْ َ َ ْ َ ْ َ ِّ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ‫انُالواقِ ُِعُكما ُِءُاْلح ُِر‬ ُِ ‫انُ ِْلي‬ ُِ ‫ضُاْلحي‬ ُ ِ ‫فُبع‬ ُ ِ ُ‫نُقي ُد‬ ُ ِ‫لُمطلقُُ ُوإ‬ ُ ُُ‫علي ُِهَُشعُُماءُُيقال‬



Bab Tentang Hukum-Hukum Bersuci



35



2. Air suci menyucikan namun makruh digunakan (air musyammas) Air suci yang menyucikan tapi makruh digunakan adalah air musyammas yakni air yang dipanaskan di bawah terik sinar matahari dengan menggunakan wadah yang terbuat dari logam selain emas dan perak, seperti besi atau tembaga. Dalam hal ini air musyammas makruh digunakan apabila sengaja dipanaskan dan tidak makruh apabila panas dengan sendirinya (tidak sengaja dipanaskan).14 Bersuci menggunakan air musyammas meski makruh tetap dapat menghilangkan hadas. Penggunaan air musyammas dimakruhkan sebab dikhawatirkan dapat menimbulkan penyakit kusta. Karena matahari dengan intensitasnya dapat memisahkan karat dari bejana yang naik ke permukaan air, sehingga jika air tersebut mengenai badan dikhawatirkan menyebabkan penyakit kusta.15 Adapun air yang dipanaskan dengan api tidak makruh digunakan bersuci. Sebab air yang dipanaskan dengan api bisa menghilangkan karat logam dengan pengaruh kuatnya api. Perbedaan antara air yang dipanaskan dengan api dan yang dipanaskan dengan terik matahari adalah air yang dipanaskan dengan api disebut musakkhan sedangkan air yang dipanaskan dengan sinar matahari disebut musyammas.16 Imam Nawawi berpendapat bahwa air musyammas hukumnya tidak makruh secara mutlak. Beliau berargumentasi bahwa hadis nabi yang berbunyi “Rasulullah Saw bersabda kepada Aisyah yang memanaskan air dengan matahari; jangan engkau lakukan itu wahai perempuan yang merah pipinya, sebab hal itu bisa menyebabkan kusta” (HR. Tabrani 5747) yang digunakan acuan menghukumi makruh air musyammas adalah lemah (dlaîf). Kajian Imam Nawawi berkisar seputar dalil, meski yang menjadi pedoman mazhab Syafii adalah hukum makruh. 17 ُ ‫)ُدارُالكتبُالعلمية‬16/1(ُ‫املهذبُفُفقهُاإلمامُالشافيعُللشيازي‬14 َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َّ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ ْ ْ ْ َ ُ‫ال‬ ُ ُ‫ك ُرهُُ ُك ُما‬ ُ ُ‫الُي‬ ُ ُ:‫ال‬ ُ ‫نُ ُق‬ ُ ‫ح ُابِ ُناُ ُم‬ ُ ‫ص‬ ُ ‫نُُأ‬ ُ ‫ك َُرهُُ ُالوُضُ ُْوءُُ ُبِ ُِهُ ُو ُِم‬ ُ ُ‫س ُِهُ ُفإُِ ُنهُُي‬ ُِ ‫ش ُِم ُي‬ ُ ‫لُُت‬ ُ ُِ‫ص ُدُإ‬ ُ ‫الُ ُماُ ُق‬ ُ ُِ‫كُإ‬ ُ ِ ‫نُ ُذُل‬ ُ ‫ك ُرهُُ ُِم‬ ُ ُ‫الُي‬ ُ ‫نُ ُال ُِم ُيَاهُُِ َُو‬ ُ ‫ك ُرهُُ ُِم‬ ُ ُ‫ُ ُِف ُي َُماُي‬:ُ‫صل‬ ُ ‫ُف‬ َ َ َ ْ ْ ْ ْ َّ َ َ َ ْ َ َّ ْ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ ْ َ ْ َّ َ َ َ ُُ‫ضُالل‬ َُ ِ ‫ش ُةُ َُر‬ ُ ِ ‫الُلُِ َُعاُئ‬ ُ ‫س ُل َُمُ ُق‬ َُ ‫ع ُلي ُِهُ َُو‬ َُ ُُ‫ّلُالل‬ ُ ‫ص‬ ُ َ ُ‫ب‬ َُّ ِ ‫اِل‬ َُّ ُ‫ن‬ ُ ‫يُ ُأ‬ ُ ‫ع ُل ُي ُِهُ َُماُرُ ُِو‬ ُ ُُ‫ِلل‬ ُ ِ ‫ال‬ ُ ‫اْلوُلُ ُو‬ ُ ُ‫ب‬ ُ ِ ‫ارُ َُو ُال َُم ُذ ُه‬ ُِ ‫اْل ُن َُه‬ ُ ‫كُ َُو‬ ُِ ‫َب‬ َُ ِ ‫فُ ُال‬ ُ ِ ُ)‫س ُِه‬ ُِ ‫سُ( ُبِ ُن ُف‬ ُ َ ‫ش َُّم‬ ُ ‫ك َُرهُُ َُماُُت‬ ُ ُ‫ي‬ ْ َّ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ َ َ ََْ ْ َ َ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ ْ ََ َ ََْ َ َ َ ْ َُ‫ن‬ ُ ‫ح ُفظُهُ ُ ُِم‬ ُ ُ ُ‫كن‬ ُ ‫ال ُيُ ُم‬ ُ ُ‫ك‬ ُ ِ ‫ن ُ ُذُل‬ ُ ‫ْل‬ ُ ُ ‫ار‬ ُ ‫اْل ُن ُه‬ ُ ‫ك ُ ُو‬ ُِ ‫َب‬ ُ ‫يالُِفُ ُ ُماءُ ُ ُال‬ ُ ‫ ُ ُو‬.‫ص‬ ُ ‫َب‬ ُ ‫ل ُ ُه ُذا ُ ُفإُِ ُنهُ ُيُ ُو ُِرثُ ُ ُال‬ ُ ِ ‫ال ُ ُت ُف ُع‬ ُ ُ ُ‫ياء‬ ُ ‫مح‬ ُ ُ ‫س ُ ُيا‬ ُ ‫الش ُم‬ ُ ‫ت ُ ُماءُ ُ ُب‬ ُ ‫خ ُن‬ ُ ‫س‬ ُ ُ ‫نها ُ ُو ُق ُد‬ ُ ‫ع‬ ُ َ َّ َ ِ َ ْ َ ِ َ َ ْ ْ َ َّ ِ ِ ْ َ ْ َ ْ َ َ ِ َّ َ َّ َ َ َ َ َ ْ َ ِ َ ْ َ ْ ِ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ ْ ْ ْ َّ َ ْ ْ َّ َ ْ َّ ُُ‫ض ُأ ُ ُبِ َُماء‬ ُ ‫ح ُة ُ ُالوُضُ ُو ُِء ُ ُك ُما ُُل ُو ُ ُت ُو‬ ُ ‫ص‬ ُ ِ ُ ‫الض ُِر ُ ُف ُل ُم ُ ُي ُم ُن ُع‬ َُ ُ ‫وف‬ ُ ِ َ ‫ْل‬ ُ ِ ُ ُ‫ن ُ ُال َُم ُن َُع ُ ُِم ُنه‬ ُ ‫ْل‬ ُ ِ ُ ُ‫ح ُ ُالوُضُ ُوء‬ ُ‫ص‬ ُ ُ ‫ض ُأ ُ ُبِ ُِه‬ ُ ‫ف ُ َُو ُت ُو‬ ُ ‫خ ُال‬ ُ ُ‫ن‬ ُ ‫ق ُ ُبِ ُِه ُ ُال ُم ُن ُع ُ ُف ُِإ‬ ُ ‫س ُ ُف ُل ُم ُ ُي ُت ُع ُل‬ ُ ِ ‫الش ُم‬ ُ َ َ ْ َ .ِ‫ح ُِّرُِهُ ُأ ُْوُ ُبَ َُر ُِد ُه‬ ُ ُ‫ن‬ ُ ‫يافُُ ُِم‬ ُ ُ ‫)ُدارُاملنهاج‬14-13/1(ُ‫اْليانُفُمذهبُاإلمامُالشافيع‬15 َ َ ْ َ َ َ َ َ ََ ْ َ َ َ ْ َ َ ََ َ ْ َّ َ َ َ َ َ َ ََ ْ ْ ُُ‫خ ُوف‬ ُ ُ ‫اهتُِ ُِه‬ ُ ‫ف ُ ُك ُر‬ ُ ِ ُ ‫ن ُ ُال ُِعلُ ُة‬ ُ ‫ْل‬ ُ ِ ُ ‫ ُيُ ُو ُِرثُ ُ ُك ُِرُه؛‬:‫ال‬ ُ ‫ن ُ ُق‬ ُ ‫ ُ ُوُِإ‬،ُ‫اهة‬ ُ ‫الك ُر‬ ُ ُ‫ت‬ ُ ِ ‫ ُ ُز ُال‬,‫ص‬ ُ ‫الَب‬ ُ ُ ُ‫ال ُيُ ُْو ُِرث‬ ُ ُ :‫قاال‬ ُ ُ‫ن‬ ُ ُِ‫ ُ ُفإ‬-‫إل ُأن ُقال‬-)ُ‫ش َُّمس‬ ُ ُ‫الماءُ ُالم‬ َُ ُ :ُ‫س ُأ ُلة‬ ُ ‫( ُم‬ َ َ ْ َّ َ َ ْ َ ْ ْ َّ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ ْ َّ َ َ َ َََْ ُ،ِ‫ار ُة‬ َُ ‫الط َُه‬ َُّ ُ‫ح ُة‬ ُ ‫ص‬ ُ ِ ُ‫ُ ُف ُل ُمُ ُي ُم ُن ُع‬،‫ص‬ ُ ِ ‫الَب‬ َُ ُ‫ف‬ ُ ِ ‫ْل َ ُْو‬ ُ ِ ُُ‫نُ ُال َُم ُن َُعُ ُِم ُنه‬ ُ ‫ْل‬ ُ ِ ُ‫ح ُدثُه؛‬ ُ ُ‫ار ُت ُف ُع‬ ُ ُ‫س‬ ُ ِ ‫ش َُّم‬ ُ ُ‫ض ُأُ ُبِ ُال َُما ُِءُالم‬ ُ ‫نُ ُت ُو‬ ُ ‫ُ ُف ُِإ‬.‫َب ُي ُِد‬ ُِ ‫ال‬ ُ ُ‫كُ ُب ُع ُد‬ ُ ِ ‫فُ ُذُل‬ ُ ِ ُ‫ِل ُِه ُم‬ ُ ُِ‫ج ُعُإ‬ ُ ‫ُ ُف ُر‬،‫ص‬ ُ ِ ‫الَب‬ َُ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ ُ .ُ‫يافُُ ُِم ُنه‬ ُ ُُ‫حارُُُأ ُوُ ُبارد‬ ُ ُُ‫ض ُأُ ُبِ ُماء‬ ُ ‫ُك ُماُُل ُوُ ُت ُو‬ ‫)ُدارُالفكر‬22/1(ُ‫اإلقناعُفُحلُألفاظُأيبُشجاع‬ ْ َ َّ َ ْ َْ َ َْ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َْ َْ َ ْ َّ َّ َ َ ْ َ ‫الُ َح َر‬ ُ‫ن‬ ُ ‫يفُأ‬ ُ ‫نُبِسخونتِ َهاُ ِخ‬ ُ ‫تُاْلَد‬ ُ ‫ُفإِذاُالق‬،‫ِبدتِ َهاُتف ِصلُُ ِمنهُُزهومةُُتعلوُالماء‬ ُ َ ‫نُالشم‬ ُ ‫ُ ِْل‬،‫فُاْلَد ِن‬ ُ ِ ُ‫ارتِ ُِه‬ ُِ ‫فُ َح‬ ُ ِ ُ‫ل‬ ُ ‫نُي ْستَع َم‬ ُ ‫ُأ‬:ُ‫ُاثلَّالِث‬ ِ ِ ُ‫س‬ ْ ْ َ َ َّ ْ َ َْ َ َْ َ َ ‫حصلُُال‬ ُ‫َبص‬ ‫ضُ َعلي ُِهُفيَحتَ ِبسُُالمُُفي‬ ُ ِ‫تقب‬ ُ ‫)ُدارُالكتبُالعلمية‬41/1(ُ‫اْلاويُالكبي‬16 ْ َ ْ َ َ َّ ْ َ َ َّ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ ْ َّ َ َّ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َّ .ُ‫سُمكروه‬ ُ ‫يُمكروهُُوالمشم‬ ُ ‫نُغ‬ ُ ‫نُالمسخ‬ ُ ‫فُأ‬ ُ ِ ُ‫س‬ ُ ِ ‫امُبِالشم‬ ُ ِ َ ‫يُاْل‬ ُ ‫ارُوب‬ ُِ ‫نُبِاِل‬ ُِ ‫يُالم َسخ‬ ُ ‫الفرقُُب‬



)80ُ/1(ُ‫حاشيةُاْلجيمَُعُاْلطيبُ=َُتفةُاْلبيبَُعَُشحُاْلطيب‬ َ َ َْ َْ ْ َ َْ َ َ َ َ َ َْ َْ َّ ْ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ِّ ْ َ ْ ْ َّ َ ُّ ُ ‫َّل َه‬ ُ‫يها‬ ُ ‫وتُن‬ ُ ِ ‫َلُيك َرهُُلِ َعدمُُِثب‬ ُ ‫ثُن ُِوَُكبُُف‬ ُ ِ ‫نُبِن ِجسُُول ُوُبِرو‬ ُ ‫نُسخ‬ ُ ‫ارُالمعتَ ِد ُِلُو ِإ‬ ُِ ‫نُبِاِل‬ ُِ ‫فُالم َسخ‬ ُ ِ ‫ِبَل‬ ِِ‫و‬ ِ ِ ‫ُو‬،‫هُعنه‬ ِ ‫ابُالزهوم ُِةُلِقوةُُِتأ ِث‬ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ ‫وم ُة)ُ َظاهرهُُ ُأ َّن‬ َ ‫الزه‬ ْ َ‫ُق‬.‫تُبش َّدت َها‬ َّ ‫فُأ‬ ُّ ُ‫اب‬ َّ ُ‫ي‬ .‫ار‬ ُِ ‫اِل‬ ُْ ‫يها)ُأ‬ ‫ث‬ ‫أ‬ ‫ت‬ (ُ: ‫ل‬ ُ ‫و‬ ُ ‫ب‬ ‫ه‬ ‫ذ‬ ُ ُ ‫م‬ ‫ث‬ ُ ، ‫ة‬ ‫ار‬ ‫ر‬ ‫اْل‬ ُ ُ ‫ل‬ ‫و‬ ُ ُ ُ ‫ت‬ ‫د‬ ‫ج‬ ‫و‬ ُ ‫ا‬ ‫ه‬ ُ ‫ه‬ ‫َّل‬ ‫و‬ (ُ: ‫ل‬ ُ ‫ق ْو‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ 17 ‫)ُدارُالفكر‬36/1(ُ‫حاشيةُاْلملَُعَُشحُاملنهج‬



36



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



‫‪Syekh Musthafa Dieb al-Bagha menyebutkan beberapa syarat di mana air‬‬ ‫‪musyammas bisa dihukumi makruh, di antaranya:18‬‬ ‫‪ Wilayahnya beriklim sangat panas.‬‬ ‫‪ Air dipanaskan di dalam logam selain emas dan perak.‬‬ ‫‪ Air itu digunakan pada badan manusia atau binatang yang bisa terkena‬‬ ‫‪kusta, seperti kuda.‬‬ ‫‪Air yang sangat hangat atau sangat dingin makruh digunakan, karena kedua‬‬ ‫‪air tersebut dapat menghalangi penyempurnaan bersuci, namun menurut kaul‬‬ ‫‪muktamad bahwa alasannya ialah khawatir membahayakan penggunanya. 19 Air‬‬ ‫‪yang dimakruhkan digunakan bersuci bukan hanya sebatas yang disebut di atas.‬‬ ‫‪Namun terdapat 8 air yang makruh digunakan sebagaimana berikut:‬‬ ‫‪1. Air yang dipanaskan dengan terik matahari‬‬ ‫‪2. Air yang sangat hangat‬‬ ‫‪3. Air yang sangat dingin‬‬ ‫‪4. Air daerah kaum Tsamud‬‬ ‫‪5. Air daerah kaum Lut‬‬ ‫‪6. Sumur Barhut‬‬ ‫‪7. Air daerah Babilonia‬‬ ‫‪8. Sumur Dzarwan yang menjadi tempat pembuangan sihir Rasulullah Saw.20‬‬ ‫‪3. Air suci yang tidak menyucikan‬‬ ‫‪Air ini zatnya suci namun tidak bisa dipakai untuk bersuci, baik untuk‬‬ ‫‪bersuci dari hadas maupun dari najis. Air jenis ini terbagi menjadi dua kategori,‬‬ ‫‪antara lain:‬‬



‫ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َْ ْ‬ ‫ََ َ َ‬ ‫ََ ْ ْ‬ ‫َْ َ َ ْ‬ ‫الُمتَ َش ِّمسُُبمنْ َطبُ ُعُ َن ْقدُُل َص َفا ُءُ َج ْو َهرهُُ َو َ ُ َ َ ِّ‬ ‫الُاستِع َمالُُ‬ ‫اردُُأ ُْوُمعتَ ِدلُُو ُ‬ ‫اضُ َو ُ‬ ‫فُ َواْلِيَ ِ ُ‬ ‫يُمن َطبِعَُُكْل َ َز ِ ُ‬ ‫فُغ ُِ‬ ‫الُمتش ِّمسُُ ِ ُ‬ ‫وُ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫الُمتشمسُُبِقطرُُب ِ‬ ‫َْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ِّ َ َ َ َّ َ َّ َ ُّ َ َّ‬ ‫َ‬ ‫َْ َ‬ ‫اه ُةُالمتَ َش ِّم ُ ْ‬ ‫نُج َه ُةُ َّ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫الِل ُ َ َ َ‬ ‫ارُم ُْ َ َّ‬ ‫َ َ‬ ‫يُ‬ ‫ل)ُأ ُ‬ ‫ال ِِل ُِ‬ ‫يُ ُ‬ ‫الُإذاُبر ُدُكماُصححهُُاِلو ِو ُ‬ ‫يُبَدنُُ َو ُ‬ ‫فُغ ُِ‬ ‫ُ‬ ‫سُمطلقاُ│ُ(قولُُ ِم ُ ِ ِ‬ ‫لُعد ُم ُك َر ِ‬ ‫نُ ِجه ُِةُ ِ‬ ‫َعُأنهُُاخت ُ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ َّ ِّ َ َ ْ َ َ َ‬ ‫ْ َ َ َْ َ َ‬ ‫ْ َ ْ َّ َ ْ َ َ‬ ‫َْ َََ َ َ َ ْ ََ َ َ َ ْ ََ َ ْ َ‬ ‫َ ْ ََ‬ ‫نُ‬ ‫ن َُك ُ‬ ‫ن ُه ِذهُِ ُاْليثِي ُِة ُو ِإ ُ‬ ‫ال ُبِعدمُِ ُالكراه ُِة ُ ِم ُ‬ ‫إل ُضع ِف ُِه ُفق ُ‬ ‫ف ُ ِعندهُ ُفنظ ُر ُ ُ‬ ‫ن ُ ِج َه ُِة ُضع ِف ُِه ُفد ِِللُ ُالك َراه ُِة ُق ُد ُضع ُ‬ ‫ي ُ ِم ُْ‬ ‫َع ُالك َراه ُِة ُأ ُْ‬ ‫ال ُ ُ‬ ‫ال ُ‬ ‫ْ َ َ َْ َ َ‬ ‫َ َ َّ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َّ ْ‬ ‫َ َ َّ َ ْ‬ ‫َ ْ َ َ‬ ‫ََْ ْ ََ ََ ْ ْ ْ ْ َ‬ ‫بُﷺُ‬ ‫سُلِلن ُِّ‬ ‫فُالشم ُ‬ ‫تُ َماءُُ ُ‬ ‫نُ َعئِش ُةُ َسخن ُ‬ ‫يُ«أ ُ‬ ‫لُل ِ َماُرو ُ‬ ‫نُ َحيثُُال َمذهبُُاهُشيخناُ َود ِِللُُالك َراه ُِةُق ُدُذك َرهُُمُرُبِق ْو ِ ُِ‬ ‫اه ُةُ ِم ُ‬ ‫معتمدهُُالكر ُ‬ ‫َ َّ َ َ َ‬ ‫َ ِ َ ْ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ ِ ْ َ َ ِ َ َ ِ َ ََّ‬ ‫َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َّ‬ ‫ََْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫الُأنهُُ‬ ‫ال ُبِ ُِهُوق ُ‬ ‫ن ُيكرهُ ُ ِاالغ ِتس ُ‬ ‫ن ُعم ُرُأنهُ َُك ُ‬ ‫ي ُع ُ‬ ‫كنهُُيتأيدُ ُبِما ُر ِو ُ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ا‬ ‫يف‬ ‫ع‬ ‫ض‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫و‬ ‫ُ‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫»ُ‬ ‫ُ‬ ‫ص‬ ‫َب‬ ‫ال‬ ‫ُ‬ ‫ث‬ ‫ُ‬ ‫ور‬ ‫ي‬ ‫ُ‬ ‫ه‬ ‫ُ‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫ف‬ ‫ُ‬ ‫اء‬ ‫ُ‬ ‫ي‬ ‫مح‬ ‫ُ‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ُ‬ ‫ال ُتفع ِ ُ‬ ‫ل‬ ‫ال‪ُ ُ:‬‬ ‫فق ُ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫صُاه‪.‬‬ ‫ورثُُالَب ُ‬ ‫ي ِ‬ ‫‪18‬الفقهُاملنهيجَُعُمذهبُاإلمامُالشافيعُ(‪ُ)32/1‬دارُالقلم‬ ‫َّ‬ ‫ََ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬ ‫َ َ َ ْ َّ‬ ‫َ‬ ‫َ َّ‬ ‫ن ُبب ََلدُ ُ َح َّ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ ِّ َ ْ ْ‬ ‫الش ْمس‪َ ُ ،‬وي ْش َ َ‬ ‫ارةُ‪ُ)2.‬‬ ‫ن ُيَك ْو ُ‬ ‫ه‪ُ)1:‬أ ُ‬ ‫َتطُ ُلِك َرا ِهيَتِ ُِه ُثَلثةُ َُش ْوطُ ُ َو ِ َُ‬ ‫اَّلي ُسخنتهُ ُ‬ ‫الطا ِهرُ ُالمطهرُ ُالمكروهُ‪َ ُ:‬وه َُو ُالماءُ ُالمشمسُ ُ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َْ َ ْ َ َْ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ‬ ‫ْ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ‬ ‫َ ِّ َ ْ َ َ‬ ‫ْ َ ْ َ‬ ‫َْ َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫نُ‬ ‫ف ُاْلد ُِ‬ ‫ن ُاس ِتعمالُ ُ ِ ُ‬ ‫ن ُيكو ُ‬ ‫ك ُمعدنُ ُقابِلُ ُلِلطرق‪ُ)3.‬أ ُ‬ ‫اس‪ُ ،‬و ُ‬ ‫غي ُاَّله ِ ُ‬ ‫ن ُ ُموضوعُ ُبِأوانُ ُمنطبعةُ ُ ُِ‬ ‫ن ُيكو ُ‬ ‫أُ‬ ‫ب ُوال ِفض ِة‪َُ ،‬كْل ِدي ُِد ُواِلح ِ‬ ‫َ َ َ َ ْ َ ِّ َ‬ ‫ََ َ‬ ‫ْ‬ ‫َّ َ َ ْ َ ْ ْ‬ ‫َ ْ َ ْ َ َ َ َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُّ‬ ‫االغتِسالُُبِ ِه ‪ُ،‬‬ ‫عنهُ‪ُ:-‬أنهَُُك ُ‬ ‫ضُاللُُ ُ‬ ‫عنُعُ ُم ُرُ‪ُ -‬ر ِ ُ‬ ‫الُـُ ُ‬ ‫محهُُاللُُ ُت ُع ُ‬ ‫يعُـُ ُر ِ ُ‬ ‫الشافُِ ِ ُ‬ ‫لُ ُ‬ ‫ل‪ُ ُ.‬نق ُ‬ ‫مُول ُوُميتاُُأ ُوُحيوانُُيل ِحقهُُالَبصَُُكْلي ُِ‬ ‫ِْلد ِ ُ‬ ‫نُيكرهُُ ِ‬ ‫ََ َ َ‬ ‫الط ِّ‬ ‫نُج َه ُةُ ِّ‬ ‫سُإ َّ ُ ْ‬ ‫والُأَ ْك َرهُُ َ‬ ‫الم َُ َ َّ َ‬ ‫ى‪ُ:‬أنهُُي ْورثُُ َ َ‬ ‫ص‪.‬‬ ‫الَب َ ُ‬ ‫ب‪ُ،‬ث َُّمُرُ ُِو َُ‬ ‫ال‪ُ ُ:‬‬ ‫وق ُ‬ ‫الُ ِم ُ ِ ِ‬ ‫اءُالمشم ُ ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪19‬حاشيةُاْليجوريَُعُابنُقاسمُالغزيُ(‪ُ)56/1‬دارُالكتبُالعلمية ُ‬ ‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َّ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫ُّ َ‬ ‫اغُ َّ‬ ‫الط َه َ‬ ‫وفُ َّ َ‬ ‫الض ُِر‪ُ,‬‬ ‫يل‪ِْ ُ:‬ل َ ِ ُ‬ ‫ارةُِ‪َ ُ,‬و ِق ُ‬ ‫يل‪ُ:‬ل ِ َمن ِع ِه َماُ ِإسبَ ُ‬ ‫السخون ُِةُ َوالَبودةُِ‪ُ,‬ف ِق ُ‬ ‫فُ ِعل ُِةُك َراه ُِةُش ِدي ُِدُ‬ ‫فُ ِ ُ‬ ‫قولُ‪َ (ُ:‬ويك َرهُُأيْضا)ُ–إلُأنُقال‪َ ُ-‬واخت ِل ُ‬ ‫َ‬ ‫ََ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ََ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ََ ََ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َعُ‬ ‫ب ُ ِإسباغُِ ُالوضو ُِء ُ ُ‬ ‫اف ُالكراهةُ ُطل ُ‬ ‫ال ُين ِ ُ‬ ‫اثلا ِني ُِة ُالك َراهةُ ُمطلقاُ ُ َوه ُو ُالمعتمدُ‪ُ,‬و ُ‬ ‫ول ُاختِصاصُ ُالك َراه ُِة ُبِالطهار ُِة‪َ ُ,‬وق ِضيةُ ُ ُ‬ ‫َوق ِضيةُ ُاْل ُ‬ ‫َّ ُّ َ َ‬ ‫َ َ َ َّ َ َ َّ‬ ‫َ َ ََ َ‬ ‫َ َ َ‬ ‫اهةُُم َق َّي َدةُُبها‪َ.‬‬ ‫ندُعدمُُِ ِشدةُُِالسخون ُِةُأ ُِوُالَبودةُِ‪ُ,‬والكر‬ ‫نُملهُُ ِع ُ‬ ‫المَك ِرهُُِفإِ ُ‬ ‫ِ‬ ‫‪20‬حاشيةُاْلملَُعَُشحُاملنهجُ=ُفتوحاتُالوهابُبتوضيحَُشحُمنهجُالطَلبُ(‪ )35ُ/1‬دارُالفكر‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ َ َ َ َ َ َّ ْ َ َّ َ َ َ َ َ‬ ‫ْ ْ َ َ‬ ‫َْ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫وتُ َو َماءُُ‬ ‫ئُبَ َره ُ‬ ‫ارُق ْومُُِلوطُُ َو َماءُُبِ ُِ‬ ‫ئُاِلاق ُِةُوماءُُ ِدي ُِ‬ ‫إالُبِ ُ‬ ‫ودُ ُ‬ ‫ارُثم ُ‬ ‫ارةُُِ َوش ِديدُُالَبودةُُِوماءُُ ِدي ُِ‬ ‫َوال ِميَاهُُال َمكروهةُُث َما ِنيَةُ‪ُ:‬المتش ِّمسُُ َوش ِديدُُاْلر‬ ‫َ َ ْ ْ َّ‬ ‫َ َ ِّ ْ َّ ِّ َ َّ َّ َ َ ْ َ َ َّ‬ ‫َ‬ ‫َْ َ َ ََ ْ ََْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫اّللُعلي ُِهُوسل ُمُ‪ُ-‬اه‬ ‫ّلُ ُ‬ ‫بُ‪ُ-‬ص ُ‬ ‫حرُُلِلن ِ ُ‬ ‫تُو ِض ُعُ ِفيهاُالس ُ‬ ‫ئُال ِ ُ‬ ‫هُاْلِ ُ‬ ‫انُاهَُشحُُمُرُو ِ ُ‬ ‫ئُذرو ُ‬ ‫لُوماءُُبِ ُِ‬ ‫ضُبابِ ُ‬ ‫أر ِ ُ‬



‫‪37‬‬



‫‪Bab Tentang Hukum-Hukum Bersuci‬‬



 Air mustakmal Air mustakmal adalah air yang telah digunakan untuk bersuci baik untuk menghilangkan hadas seperti wudu dan mandi dalam basuhan yang pertama, ataupun untuk menghilangkan najis dengan catatan selama air tersebut tidak berubah dan tidak bertambah volumenya setelah terpisah dari air yang terserap oleh benda yang dibasuh. Air mustakmal memiliki dua sisi yakni suci namun tidak menyucikan. Dihukumi suci sebab salafus salih (sahabat dan tabiin) tidak menghindari percikan air mustakmal, bahkan Rasulullah Saw menggunakan air bekas wudunya untuk mengobati sahabat Jabir Ra. Dan dihukumi tidak menyucikan, sebab salafus salih hidup dalam kondisi air yang terbatas dimana mereka tidak mengumpulkan air mustakmal untuk digunakan lagi, bahkan untuk minum sekalipun. Mereka lebih memilih beralih menggunakan tayamum.21 Ulama berbeda pendapat menentukan alasan di balik tidak dapat digunakannya air mustakmal untuk bersuci dengan rincian sebagai berikut:  Air mustakmal tidak termasuk air mutlak sebagaimana yang disahihkan oleh Imam Nawawi  Air mustakmal masih termasuk air mutlak, namun tidak dapat menyucikan sebab faktor irasional (ta’abbudi) sebagaimana pendapat Imam Rafii. Air mustakmal adalah air bekas basuhan wajib sehingga air bekas basuhan sunah tidak termasuk darinya, seperti basuhan kedua, ketiga dan basuhan memperbarui wudu (tajdîd al-wudlu’).22 Air dapat dihukumi mustakmal setelah digunakan menyucikan badan dari hadas ketika telah memenuhi empat syarat, antara lain:23 1. Sedikitnya air (kurang dari dua kulah) 2. Digunakan untuk hal yang harus dilakukan (wajib) 3. Telah terpisah dari anggota yang dibasuh 4. Tanpa niat untuk mengambil air (ightirâf)



‫)ُدارُالفكر‬23/1( ‫اإلقناعُفُحلُألفاظُأيبُشجاع‬21 َْ َ َ َْ َْ َ َ َْ َّ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َّ َْ ْ ْ ِّ َ ْ َ َ ْ ُ‫ن ُحدثُ َُكلغسل ُِة ُاْلول؛ ُأما‬ ُ ‫ض ُالطهارةُِ ُع‬ ُ ِ ‫ف ُفر‬ ُ ِ ُ)ُ‫يهُِ ُ(وه ُو)ُالماءُ ُالقلِيلُ ُ(المستعمل‬ ُ ‫ف ُنف ِس ُِه ُ(غ‬ ُ ِ ُ)ُ‫اثل َها ُ َماءُ ُ( َطا ِهر‬ ِ ‫( َُو)ُث‬ ِ ‫ي ُم َطهرُ)ُلِغ‬ َ َ َ َ َ َّ َّ ْ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ َ َّ َّ َ َ َّ َ َ َ َ َ َُّ‫ب‬ َ َ َّ َ َ َ َ َ ُ ‫فُمر ِض ُِهُفتوض ُأُوص‬ ُ ِ ُ‫يُ«أ ُنهُُﷺُع ُدُجابِرا‬ ُِ ‫فُالص ِحيح‬ ُ ِ ‫ُو‬.ُ‫ونُعماُيتطايرُُعلي ِه ُمُ ِمنه‬ ُ ‫َتز‬ ُ ُ‫حَُكنوا‬ ُ ِ‫فُالصال‬ ُ ‫نُالسل‬ ُ ‫ك ْونهُُطا ِهراُف ِِل‬ ِ ‫الَُي‬ َْ َََْ ْ ْ َ َْ ْ َ َ َّ َ َ َّ َّ َ َ ْ َ ِّ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َْ َ َ ْ َ ُ‫ل‬ ُ ‫ال ُثا ِنيا ُب‬ ُِ ‫ل ُل ِ َِلس ِتعم‬ ُ ‫ح َُكنوا ُم ُع ُقِل ُِة ُ ِميا ِه ِه ُم ُل ُم َُيمعوا ُالمستعم‬ ُ ِ‫ف ُالصال‬ ُ ‫ن ُالسل‬ ُ ‫يهُِ ُف ِِل‬ ُ ‫ُوأما ُكونهُ ُغ‬.ُ»‫ن ُوضوئِ ُِه‬ ُ ‫علي ُِه ُ ِم‬ ِ ‫ي ُمطهرُ ُلِغ‬ َ ْ َ ْ َّ َ َ ْ ُّ ْ َ ْ َ َ ُّ َ َّ َ َ ْ .ُ‫بُ ِْلنهُُمستقذر‬ ُ ِ ‫إلُاليم ُِمُول ُمَُيمعوهُُلِلش‬ ُ ُ‫انتَقلوا‬ ُ ‫)ُدارُالفكر‬23/1( ‫اإلقناعُفُحلُألفاظُأيبُشجاع‬22 َ َ َْ َ ْ َْ َْ َ ْ َ َّ ُّ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ ْ ْ ْ َ َّ َ ‫يُم ْطلَقُُ َك َماُ َص َّح‬ َّ ُُ‫حه‬ ُُ‫يلُم ْطلق‬ ُ ‫ُ َو ِق‬،ِ‫يه‬ ‫فَُت ِقي ِق ُِهُوغ‬ ُ ِ ُ‫ي‬ ُُّ ‫اِل َو ِو‬ ُ ‫حُإنهُُغ‬ ُ ‫يلُوه ُوُاْلص‬ ُ ‫ُف ِق‬،‫الُالما ُِءُالمس ُتعم ِل‬ ُِ ‫فُ ِعل ُِةُمن ُِعُاستِعم‬ ُ ِ ُ‫ف‬ ُ ِ‫ُاختل‬:ُ‫تنبِيه‬ ِ َ َ َ َ ُّ َّ َ ُّ َ َ َ ْ ْ ْ َ ْ َ َ ْ َّ َّ َ َْ ْ ْ َ َ َ َ َ َْ ْ َْ َّ َ َ ُّ َ َ ْ َ َّ َ ُ‫ف‬ ُ ِ ُ‫ل‬ ُِ ‫ج ُبِالمستعم‬ ُ ‫ ُوخر‬،‫ثين‬ ُ ِ ُ‫ي‬ ُ ‫ال ُاِلو ِو‬ ُ ‫ُوق‬.‫يع‬ ُ ِ ِ‫ال ُتعبدا ُكما ُجز ُم ُبِ ُِه ُالراف‬ ُِ ِ ‫ن ُاستِعم‬ ُ ‫ن ُمنِ ُع ُ ِم‬ ُ‫ك‬ ِ ‫ول‬ ِ ‫ُإن ْهُ ُالص ِحيحُ ُ ِعن ُد ُ ْاْلك‬:‫ف َُشحُِ ُالنبِي ُِه‬ ْ ْ ْ ْ َ َ َ َّ ْ ََ َْ َ َ َْ َّ َ َّ َ ْ ْ ْ ُُ‫ل ُ َماءُ ُغ ْسلُ ُبَ ُد ُل ُ َم ْسح‬ ُِ ‫ن ُالم ْستَع َم‬ ُْ ‫ُ ِم‬:ُ‫ُتن ِبيه‬.‫َع ُاْل َ ِدي ُِد‬ ُ َ ُ ُ‫جد ُِد ُف ِإنهُ ُ َطهور‬ ‫ون ُ َوالوضو ُِء ُالم‬ ُِ ‫ل ُال َم ْسن‬ ُِ ‫ل ُالطهار ُِة َُكلغس‬ ُِ ‫ف ُنف‬ ُ ِ ُ ُ‫ف ْرضُ ُالم ْستَع َمل‬ ْ َ ْ َّ َ ‫لُ ِْل َ ِلي ِل َهاُالم ْس ِل ُِم‬ ُ ‫لَُكفِ َرةُُِ ِلَ ِح‬ ُِ ‫ُ َو َماءُُغ ْس‬،‫نُ َرأسُُأ ُْوُخف‬ ُْ ‫ِم‬ ‫)ُدارُالفكر‬38/1(ُ‫إعنةُالطاْليَُعُحلُألفاظُفتحُاملعي‬23 َ َ َّ ََ َ َ َ َ ََ َّ َ َ ْ َ َّ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ُ‫ف‬ ُ ِ ُ‫اف‬ ُ ِ ‫غَت‬ ُ ِ ‫ال‬ ُِ ‫ع ُدمُُنُِ ُي ُِةُا‬ ُ ‫ُ ُو‬،‫ضو‬ ُِ ُ‫نُالع‬ ُِ ‫ع‬ ُ ُ‫ل‬ ُ‫ص‬ ُ ِ ‫نف‬ ُ ‫ُ ُوُأنُ ُي‬،ُ‫الُبُ ُدُ ُِمنه‬ ُ ُ‫يما‬ ُ ‫عمالُُ ُِف‬ ُ ُِ‫الما ُِءُ ُواست‬ َُ ُُ‫ُ ُقِ ُلة‬:‫لَك ُِم ُِه‬ ُ ُ‫علمُُ ُِمن‬ ُ ُ‫ُت‬،ُ‫ربَ َُعة‬ ُ ‫الُ ُأ‬ ُِ ‫عم‬ ُ ُِ‫الست‬ ُِ ‫وطُا‬ ُ َ ُ‫نَُش‬ ُ ‫اع ُل ُْمُُأ‬ ُ ‫ُو‬ َ َ َّ َ َ َ َّ َ َ َ ََ َ ‫شئُُ ُِمنُ ُبَ ُد ُنِ ُِه‬ ُ ِ ‫الما ُِءُُل‬ ُ ُ‫اس ُِة‬ ُ ‫ندُمُ ُم‬ ُ ‫ع‬ ُِ ‫ُ ُو‬،‫عدُ ُنِ ُي ُِت ُِه‬ ُ ‫سلُ ُب‬ ُِ ‫الغ‬ ُ ُ‫ف‬ ُ ِ ُ‫م ُِل َُهاُ َُوهُ َُو‬ ُ



38



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



 Air yang mengalami perubahan (mutaghayyir) Air yang berubah (mutaghayyir) diklasifikasi ke dalam dua bentuk: a) Air yang berubah secara hissy (kasat mata) Adapun air mutaghayyir secara hissy (kasat mata) adalah air yang mengalami perubahan salah satu sifatnya disebabkan tercampur dengan barang suci lain dengan perubahan yang menghilangkan status kemutlakan nama air tersebut. Sebagai contoh air sumur yang masih asli disebut air mutlak. Ketika air ini dicampur dengan teh sehingga terjadi perubahan pada sifat-sifatnya maka air tersebut disebut sebagai teh. b) Air yang berubah secara taqdiry (perkiraan) Air berubah secara taqdiry (perkiraan) adalah air yang bercampur dengan benda yang mempunyai kesamaan sifat dengannya, baik dari segi rasa, warna, ataupun bau; seperti benda berupa air mawar dan juga seperti sari delima (berubah rasa), sari anggur (berubah warna), sari daun pandan (berubah aroma) yang kesemuanya sudah hilang ciri khususnya sehingga tampak seperti air biasa. Air demikian jika bercampur dengan air mutlak dan diperkirakan volumenya (dengan intensitas normal/wasath) bisa merubah kemutlakan air, maka hukumnya menjadi air mutaghayyir. Sama halnya dengan air mustakmal. Apabila air mustakmal bercampur dengan air mutlak lalu diperkirakan air mustakmal itu dengan intensitas normal (wasath) bisa merubah kemutlakan air, maka hukumnya menjadi air mutaghayyir (berubah) secara taqdiry (perkiraan). Misal volume air mustakmal 1 liter lalu bercampur dengan air mutlak (biasa) 1 liter, maka air tersebut menjadi air mutaghayyir (berubah) sehingga suci tidak menyucikan, mengingat jika air mustakmal dikonversikan seperti air teh dengan intensitas normal (bukan teh pekat), pastilah air itu sudah berubah bentuk. Hanya saja pengira-ngiraan air mustakmal hanya berlaku di bawah volume 2 kulah. Sedang di atas dua kulah. Pengiraan ini tidak berlaku lagi, sebab air mustakmal dengan volume 2 kulah bahkan lebih dianggap suci menyucikan.24 Pada prinsipnya air disebut berubah (mutaghayyir) jika merubah status kemutlakan air. Artinya jika air berubah sedikit namun tidak merubah status kemutlakan air maka masih dianggap menyucikan. Begitupun air yang berubah ُ )85ُ/1(ُ‫حاشيةُاْلجيمَُعُاْلطيبُ=َُتفةُاْلبيبَُعَُشحُاْلطيب‬24 َ ْ ْ ْ ْ َ ْ َ َ ْ َ َّ ْ ْ َ َ َّ (ُ ‫ان‬ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ُ ِّ ‫ل ُال ْ َماءُ ُ(الْمتَ َغ‬ ْ ‫ي ُب‬ ُُ‫كن‬ ُ ُ‫ت‬ ُ ِ ‫ات)ُال‬ ُ ِ ‫الطا ِه َر‬ ُِ َ‫ن)ُاْلعي‬ ُْ ‫َشءُ ُ(خال َطهُ ُ ِم‬ ُِ ‫( َُو)ُ ِمثلُ ُال َما ُِء ُالم ْستَع َم‬ ِ ‫ال ُ َيم‬ ِ ُ ‫ي)ُطعمهُ ُأ ُو ُلونهُ ُأ ُو ُ ِرَيهُ ُ(بِما)ُأ‬ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ ْ َ ُّ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ ُ‫نُالماءُُق ِليَلُُأ ُمُكثِيا‬ ُ ‫ُسواءَُُك‬،‫قُاس ُِمُالما ُِءُعلي ِه‬ ُ ‫لُتغياُيمنعُُإطَل‬ ُ ‫نُو ِملحُُجب‬ ُ ‫نُعنهاُك ِمسكُُوزعفرانُُو ُما ُِءُشجرُُوم‬ ُ ‫فصلهاُالمستغ‬ ْ ِ َ َ َ ْ َ َّ َ ِ ًّ ْ َ ْ َ ًّ ِّ َ َّ َ ََ َ ِّ َ َ َ ََ ُّ ‫ال َغ‬ َّ ُ ‫ات ُ َك َما ُِء ُال ْ َو ْر ُِد ُالْمنْ َقط ُع‬ َّ ُ ‫ن‬ ُ‫اِئَ ُِة ُفل ُْم‬ ُ ِ ‫الصف‬ ُ‫ف‬ ُ ِ ُ ُ‫ف ُال َُمائِ ُِع ُ َمائِعُ ُي َوافِقه‬ ُ ِ ُ ‫ّت ُل ُو ُوق ُع‬ ُ ‫يريا ُح‬ ‫د‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ُ ُ ‫م‬ ‫أ‬ ُ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫س‬ ‫ح‬ ُ ُ ‫ي‬ ُ ‫َك‬ ُ ‫اء‬ ُ ‫و‬ ‫س‬ ‫و‬ ُ ، ‫اء‬ ‫ّم ُ َم‬ ُ َّ ‫ال ُي َس‬ ُ ُ ُ‫ِْلنه‬ ِ ‫الر‬ ِ ِ ِِ ِ َ ْ ََْ َ َ َ ِّ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ َّ َ ْ َ َ َّ َ َّ َ َ ْ َّ َ َ َ َ ْ َ َ َّ ُّ ْ َ َ ُ‫ب‬ ُ َ ‫اس‬ ُ ُ ‫ات‬ ُ ِ ‫الصف‬ ُ ُِ‫َجيعُ ُه ِذه‬ ُ ‫ن ُتعر‬ ُ ‫ض ُبِأ‬ ُ ُ ِ‫يُه‬ ‫ن ُلِغ‬ ُِ ‫يح ُالَلذ‬ ُِ ‫ان ُ َو ِر‬ ُِ ‫الرم‬ ُ ‫ي ُوطع ُِم‬ ُِ ‫ن ُال َع ِص‬ ُِ ‫ ُ َول ُْو ُقد ْرناهُ ُبِمخالِفُ ُوسطُ َُكو‬،‫ي‬ ‫يتغ‬ ِ ُ ‫ض ُعلي ُِه‬ ِ ‫ال ُالمن‬ َ ْ ِ َ ْ ْ ْ ْ َ َ َ ِّ َ ْ َ َ َ َ َّ ُّ َ َ َ ُّ َ ْ ْ ْ َّ َ ِّ َّ ْ ْ ُّ ْ ْ ‫للْ َواق ُع ُفي ُه ُ َف َق‬ َ َ َ ْ َ َ َ َ ُ‫ن‬ ُ ِ‫ي ُبِ ُِه ُوإ‬ ُ ‫ض ُالغ‬ ُ ‫َل ُي‬ ُ ‫ائ ُف‬ ُ ِ ‫ ُأما ُال ِملحُ ُالم‬،‫ثُ ِل ِغل ِظ ِه‬ ُ ِ ‫فُاْلب‬ ُ ِ ‫ِبَل‬ ُ ، ‫ك‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫ال‬ ُ ُ ‫يح‬ ‫ر‬ ‫و‬ ُ ُ ‫ل‬ ‫اْل‬ ُ ُ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ط‬ ‫و‬ ُ ُ ‫َِب‬ ‫اْل‬ ُ ُ ‫ن‬ ‫و‬ ‫َك‬ ُ ُ ‫د‬ ‫ش‬ ‫اْل‬ ‫ب‬ ُ ‫ر‬ ُ ‫د‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ُ ُ ‫ال‬ ‫و‬ ُ ، ‫ط‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ َ ْ َ َ ْ ْ ْ ْ ْ ََ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ َ َ ََ َ ْ ُ‫إلُ َماءُُق ِليلُُفبَل ُغ‬ ُ ُ‫ُفل ُْوُض َُّم‬،ِ‫يُال َماء‬ ُِ ِ‫فُتكث‬ ُ ِ ُ‫ال‬ ُ ُ‫فُ ِصفاتِ ُِه‬ ُ ِ ُ‫ُ َوال َماءُُالم ْستَع َملُُك َمائِعُُُفيف َرضُُُمالِفاُ َو َسطاُلِل َما ُِء‬،ِ‫نُال َماء‬ ُ ‫ْلنهُُمن َع ِقدُُ ِم‬ ُ ِ ُ‫ث‬ ُ ‫ك‬ ْ َ َ ْ َّ َ ْ َ ْ َ َّ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َّ ََ ُ‫ل‬ ُ ‫اءُالم ْستَع َم‬ ُ ‫نُالم‬ ُ ‫ُ ِْل‬،‫يُفيقدرُُُمالِفاُ َو َسطا‬ ُ ‫ُنظراُ ِْلص ِل ُِهُوه ُوُالماءُُالمستعملُُأ‬:ُ‫ُُ َوق ْول‬.‫ض ُِهُُمالِفا‬ ُ ِ ‫فُال َما ُِءُبِف ْر‬ ُ ِ ُ‫نُأث َُر‬ ُ ِ‫ارُ َطهوراُوإ‬ َُ ‫يُ َص‬ ُِ َ‫قلت‬ ْ َ ْ َ َْ َ ْ َ َ ْ َ َّ َ َ َ َ َْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ََ ْ َ َ َْ ْ ْ َْ ُُ‫َلُيف َرض‬ ُ ‫ي ُف‬ ُِ ‫نُبَل ُغُبِ ُِهُقلت‬ ُ ‫لُبِأ‬ ُِ ‫يُال َما ُِءُبِالما ُِءُالمستعم‬ ُِ ِ‫فُ َح ُال ُِةُتكث‬ ُ ِ ُ‫ال‬ ُ ُ‫ي‬ ُ ‫يُالما ُِء)ُأ‬ ُِ ِ‫فُتكث‬ ُ ِ ُ‫ال‬ ُ (ُ:ُ‫ُق ْول‬.‫ك‬ ُ ِ ‫فُ َماءُُق ِليلُُيقذرُُكذل‬ ُ ِ ُ‫إذاُ َوق َُع‬ َّ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ َ ْ ْ َ ‫االس ِتعما ُِل‬ ُ ُ‫ي‬ ُ ‫اءُالك ِث‬ ُ ‫نُالم‬ ُ ‫ُ ِْل‬،‫ُمالِفا‬ ِ ِ‫الُيتأثرُُب‬



Bab Tentang Hukum-Hukum Bersuci



39



sebab didiamkan dalam waktu lama, berubah karena lumpur, lumut dan perubahan sebab benda yang berada di tempat menggenang atau melintasnya air, seperti belerang, tetap dianggap menyucikan walaupun berubah karena masih berstatus air mutlak. Contoh demikian adalah perubahan sebab benda mukhâlith (benda yang larut). Sementara perubahan yang disebabkan oleh benda mujâwir (benda yang bersanding) seperti kayu dan minyak yang berbau juga masih dianggap menyucikan karena masih berstatus mutlak. Demikian juga tanah yang sengaja dimasukkan ke dalam air sehingga berubah, menurut kaul adzhar hukumnya tetap menyucikan, karena tidak dianggap merusak status kemutlakan air. Jenis sesuatu yang merubah pada air dikelompokkan menjadi dua, yaitu mujâwir dan mukhâlith. Mukhâlith adalah benda yang tidak dapat dipisahkan dari air (larut dengan air). Sedangkan mujâwir adalah kebalikannya (bersanding atau tidak larut dengan air). Kendati demikian, ada benda yang selamanya mujâwir, seperti batu. Ada yang berupa mukhâlith kemudian menjadi mujâwir seperti; debu. Selain itu ada pula yang mujâwir kemudian menjadi mukhâlith semisal daun.25 Kesimpulan benda yang merubah air adalah sebagai berikut; air yang berubah adakalanya mukhâlith (larut dengan air) dan mujâwir (bersanding dengan air). Mukhâlith terbagi dua adakalanya berubah dengan benda yang tidak bisa dilepaskan oleh air seperti lumut dan ganggang, maka air tersebut masih tergolong air mutlak. Adakalanya berubah dengan benda yang bisa dilepaskan oleh air. Dalam hal ini, apabila berubahnya sedikit masih dikategorikan air mutlak. Apabila berubahnya banyak, maka sifat kemutlakan air menjadi hilang sehingga tidak bisa menyucikan seperti kopi dan susu. Kategori mukhâlith ini mengecualikan kasus perubahan air dengan daun yang lebur, garam dan tanah meskipun dimasukkan ke dalam air dengan sengaja. Perubahan dengan benda mujâwir terbagi menjadi dua. Adakalanya benda mujâwir yang dapat melebur kemudian menjadi larut seperti buah anggur dan aprikot, maka hukumnya seperti mukhâlith yang apabila berubah banyak dapat menghilangkan kemutlakan air. Adakalanya benda mujâwir yang tidak dapat melebur seperti batang pohon dan minyak. Perubahan benda demikian tidak menghilangkan kemutlakan air.26 ُ ‫)ُدارُالفكر‬21/1(ُ‫كنُالراغبيُمعُحاشيتُقليويبُوعمية‬25 ْ َ َ َّ ُّ َ َ َ ْ َ ِّ َ َ َ ِّ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ُّ َ َ َ َ َّ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ُ‫ن‬ ُِ ‫َبيتُُوزر ِنيخُُ ِلعذ ُِرُصو‬ ُ ِ ُ‫يُبِمكثُُو ِطيُُوطحلبُُوما‬ ُ ِّ ‫الُمتَغ‬ ُ ‫الُيمنعُُ ِاالس َُم)ُلِ ِقل ِت ُِهُ( َو‬ ُ ُ‫ي‬ ُ ‫فُالطهارةُُِ(تغ‬ ُ ِ ُ)‫ض‬ ُُّ َ‫الُي‬ ُ ‫( َو‬ ِ ‫فُمقرهُُِوممرُهِ)ُك‬ ِ ‫ك‬ َ َ ْ َ َ ُّ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ُّ َ َّ َ ُّ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َّ َ ْ َ َ َ َ َ َْ ُِّ‫ي‬ ُّ ُّ َّ ُ ‫ضُ(متغ‬ ُ ‫الُي‬ ُ ُ)‫ُ(وكذا‬.ُ‫يُبِمستغنُُعنه‬ ُ ِ‫يُالكث‬ ُ ‫فُالصورةُُِالغ‬ ُ ِ ُ‫يُبِ ُِه‬ ُ ‫نُأشب ُهُالغ‬ ُ ِ‫ُوإ‬،‫قُ ِاالس ُِمُعلي ِه‬ ُ ‫يُبِ ُِهُإطَل‬ ُ ‫َلُيمنعُُالغ‬ ُ ‫ُف‬،‫الما ُِءُعماُذ ِكر‬ َ َ َ َ ْ َ َّ َ َ َ َ َ ُّ َ َ َّ َ َ َْْ ْ َ َْ َ َ ‫الُ(أ َ ُْوُب‬ ُ‫ال‬ ُ ُُ‫ورة‬ ‫انُكد‬ ُ ِ َّ‫فُاثل‬ ُ ِ ‫فُاْل َّو ُِلُت َر ُّوحاُ َو‬ ُ ِ ُ‫كُلِك ْونِ ُِه‬ ُ ِ ‫نُتغيهُُبِذل‬ ُ ‫فُاْلظ َه ُِر)ُ ِْل‬ ُ ِ ُ‫حُ ِفي ُِه‬ َُ ‫َتابُُط ِر‬ ُ ُ‫يُأ ُْو‬ ُِ ‫اورُ)ُ َطا ِهرُُ(كعودُُ َودهنُ)ُمط ُيب‬ ِ ِ ‫بِمج‬ َ ْ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ ََ ْ َ َْ َ َ ْ ََْ ََ َّ ُّ َ ْ ْ َ َ ْ َ ْ ْ ْ ِّ ُْ‫ن‬ ْ ْ ْ َ َ َ ُ ‫إن ُل ُم ُيك‬ ُ ُ ‫َع ُال ِعبا ُِد‬ ُ ُ ُ‫ق ُكما ُم ُر ُأ ُو ُتس ِهيَل‬ ُ ِ ‫ن ُالمطل‬ ُ ‫ض ُإما ُلِكونِ ُِهُ ِم‬ ُ ‫ال ُ ُي‬ ُ ُ ‫ي ُبِما‬ ُِ ‫ال ُالمتغ‬ ُِ ‫ق ُ ِاالس ُِم ُعلي ُِه ُ│ُ(تنبِيهُ)ُجوازُ ُاستِعم‬ ُ ‫يمنعُ ُإطَل‬ َ َْ َ ْ ْ َْ ْ ْ َْ ْ َ ْ َ ‫ط ُالْم‬ َّ‫ ُ َواثل‬،‫ ُ َو ْاْلَ َّولُ ُأ َ ْشهر‬،‫منْهُ ُب لد‬ َ ‫ُ( َوضب‬:ُ‫ُقَ ْول‬.ُ‫ان ُأَ ْق َعد‬ ُ‫ي‬ ُِ ‫ي ُال َع‬ ُِ ‫ف ُرأ‬ ُ ِ ُ ‫ّي‬ ُ َّ ‫ور ُأ ُْو ُبِ َما ُيتَ َم‬ ُِ ‫كنُ ُفصلهُ)ُ َوه َُو ُاْل ْر َجحُ ُ ِعن ُد ُاْلمه‬ ‫اورُ ُبِ َما ُيم‬ ‫ج‬ ُ ُ ِ ِ ِ ِ ِ َ َ ُّ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ْ َ َ َّ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ُّ َ َ ْ ُّ َ َ ْ َ َ‫الَش َُءُقَ ُْدُي‬ َ ْ َّ ُ‫ن‬ ُ‫ابُأ ُْو‬ ُ ِ ‫ارُأ ُوُدواماَُكلَت‬ ُِ ‫اوراُاب ِتداءُُودواماَُكْلحج‬ ‫َم‬ ُ ‫ون‬ ُ ‫ك‬ ُ ‫أ‬ ُ ُ ‫م‬ ‫ل‬ ‫اع‬ ‫و‬ ُ. ُ ‫ر‬ ‫خ‬ ‫ْل‬ ‫ل‬ ُ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫د‬ ‫ح‬ ‫أ‬ ُ ُ ‫د‬ ‫ر‬ ُ ‫ن‬ ُ ‫ك‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫و‬ ُ ، ‫ط‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫خ‬ ‫م‬ ‫ال‬ ُ ‫ه‬ ُ ‫س‬ ‫ك‬ ‫ع‬ ‫و‬ ُ ، ‫اب‬ ‫لَت‬ ‫َك‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ َ َ ‫َك ْْلَ ْش‬ ‫جا ُِر‬ ُ ُُ‫ابْتِداء‬ ‫) دارُالفكر‬88ُ/1(ُ‫ُحاشيةُاْلجيمَُعُاْلطيبُ=َُتفةُاْلبيبَُعَُشحُاْلطيب‬26 ْ َ ْ َّ َ ْ َ َّ ْ َ ْ َ َ ْ َ َّ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َْ َ َّ ‫ ُ َو‬،‫ون ُ ََنسا‬ َ َ َْ َ َُ ُ‫ن ُيَك‬ ُ،‫اورا‬ ُ ‫ن ُيك‬ ُ ‫ي ُإما ُأ‬ ُِ ‫َع ُقِسم‬ ُ ُ ُ‫الطا ِهر‬ ُ ‫ُإما ُأ‬:‫ي‬ ُِ ‫َع ُقِسم‬ ُ ُ ‫ف ُالما ُِء‬ ُ ِ ُ ‫ن ُال َواقِ َُع‬ ُ ‫اصلُ ُأ‬ ‫و‬ ِ َ ‫اْل‬ ِ ُ َ ‫ون ُطا ِهرا ُأ ُو ُيك‬ ِ ‫ون ُُمالِطا ُأ ُو َُم‬ َ َ َ َ َ َ ْ ْ َّ ْ َ َ َّ ْ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َّ ْ َ ْ َ َ َّ ْ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َّ َ‫ن ُيَسيا ُل َ ُْم ُي‬ ُ‫ن‬ ُ ‫ُ َو ِإ‬،‫ض‬ ُ ‫ ُف ِإ‬،‫ي ُبِ ُِه ُُي َ ِسيا ُأ ُْو ُك ِثيا‬ ُ ُّ ‫الغ‬ ُ ‫ون‬ ُ ‫ن ُيَك‬ ُ ‫ال ُيلو ُإما ُأ‬ ُ ُ ُ‫ُواْلول‬،‫ن ُالماءُ ُعنهُ ُأ ُو ُال‬ ُ ِ ‫ن ُيستغ‬ ُ ‫ي ُإما ُأ‬ ُِ ‫َع ُقِسم‬ ُ ُ ُ‫واْلول‬ ِ ُ ‫ن َُك‬



40



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



Ringkasnya terdapat enam syarat perubahan air dapat berpengaruh terhadap hilangnya kemutlakan air: 1. Tidak berubah dengan sendirinya. 2. Berubah dengan benda mukhâlith. 3. Benda tersebut bisa dilepaskan dari air (mustaghna anhu). 4. Air bisa menghindari benda-benda tersebut. 5. Perubahannya banyak. 6. Benda yang campur bukan garam atau tanah.27 4. Air yang terkena najis (mutanajjis) Air mutanajjis adalah air yang terkena benda najis tampak dan volumenya air kurang dari dua kulah atau volumenya mencapai dua kulah bahkan lebih, tetapi berubah salah satu sifatnya (warna, bau, atau rasa) karena terkena najis tersebut. Ulasan lengkapnya, air mutanajjis terbagi dua: a) Air sedikit (kurang dari kulah): apabila terkena najis maka secara otomatis air tersebut menjadi mutanajjis meskipun tidak ada sifatnya (warna, bau dan rasa) yang berubah. b) Air lebih dua kulah: air ini baru dihukumi mutanajjis secara keseluruhan apabila telah berubah salah satu sifatnya secara menyeluruh meskipun sedikit. Apabila yang berubah hanya sebagian (karena saking banyaknya air), maka yang berubah itu hukumnya najis. Sedang sisanya (yang tidak berubah) apabila melebihi dua kulah, hukumnya tidak najis. Apabila kurang dari kulah, hukumnya najis. Perubahan ini baik bersifat hissi (terlihat) atau taqdiri (perkiraan) seperti air seni yang sudah hilang baunya dan jernih kemudian bercampur dengan air mutlak. Apabila air mutlak kurang dari dua kulah, maka otomatis najis. Apabila lebih dari dua kulah dan diperkirakan dapat berpengaruh merubah salah satu sifat air, maka dihukumi najis. Apabila diperkirakan tidak berpengaruh atau tidak berubah, maka tidak najis. Air mengalir yang turut membawa najis seperti bangkai, maka air mengalir sebelumnya tetap dianggap suci karena belum menyentuh bangkai. Begitupun air sesudahnya juga dianggap suci karena tidak ada fisik bangkai atau najis bersamanya (dihukumi seperti terpisah). Sementara apabila airnya mengalir dan najisnya tidak turut terbawa alias diam di tempat. Maka air sebelum dan sesudahnya dihukumi suci. Untuk air yang berada di area najis itu dihukumi suci َ ْ ْ َ ْ َ ْ َ َّ َ ْ ْ ْ ْ َ َّ َ َ ْ َ َّ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ ْ َّ ُ ‫الطاهرُ ُأ َ ُْو‬ َّ ُ ُ‫الَتاب‬ َ ُّ ‫ائُ َو‬ ُ‫ض‬ ُُّ َ‫َل ُي‬ ُ ‫نُط ِر َحا ُف‬ ُ ِ‫ُ َوإ‬،‫الطهور‬ ُُّ ِ ‫تُ َوال ِملحُ ُال َم‬ ُ ‫ت ُوغي‬ ُ ‫ت ُبِنف ِسهاُوتفتت‬ ُ ‫ن ُ ِمنهُ ُاْل ْو َراقُ ُإذاُتناثر‬ ُ ‫ ُوتستث‬،‫ن ُكثِيا ُض‬ ُ ‫َك‬ ِ َ َ ْ ْ ْ ْ َّ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َّ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ُّ ‫ال َغ‬ َ ‫ل ُمنْهُ ُأ ْج َزاءُ ُت‬ َ ‫ُ َوالم‬.‫ن ُ َهذهُ ُاثلََّلثَ ُة‬ ْ ‫ي ُب َواحدُ ُم‬ َّ ‫ش ُ َو‬ َّ ُ‫وس‬ ُ ِ ‫يب ُ َوال ِع ْرقِس‬ ُ ِ ِ‫الزب‬ ُ ِ ‫اء ُ َوُتالِطهُ َُكل ِمش ِم‬ ُ ‫ازجُ ُالم‬ ‫م‬ ُ ‫ل‬ ‫ح‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ُ ُ ‫ن‬ ‫أ‬ ُ ‫ا‬ ‫إم‬ ُ ُ ‫ي‬ ‫م‬ ‫س‬ ‫ق‬ ُ ُ ‫َع‬ ُ ‫ر‬ ُ ‫او‬ ‫ج‬ ُ ُ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ْ َ ْ َ ِْ َّ َ َ َ َ َّ ْ َ َ َ َ َ َّ َ ْ َ َ َ َ َّ َ ْ َ َّ َ ْ َ َ ْ ُّ َ َ َّ ُّ َ َ َّ َ ْ ْ ْ َ ْ ُّ ْ َ َّ ُُ‫ك َُمرد‬ ُ ِ ‫ن ُذل‬ ُ ‫ ُ ِْل‬،‫ي‬ ُِ ‫ال ُيتحللُ ُ ِمنهُ َُشءُ َُكلعو ُِد ُواله‬ ُ ُ ‫ان‬ ُ ِ ‫ُوال ِقسمُ ُاثل‬.‫ث‬ ُ ‫ي ُبِ ُِه ُإذا ُك‬ ُ ‫ض ُالغ‬ ُ ‫اْلو ُِل ُفي‬ ُ ُ ‫إل ُال ِقس ُِم‬ ُ ُ ُ‫واْلق ُِم ُفي ِجع‬ ِ ‫ن ُول ُو ُمطيب‬ َ ُ‫ت َر ُّوح‬



‫) دارُإحياءُالَتاثُالعريب‬73ُ/1(ُ‫َُتفةُاملحتاجُفَُشحُاملنهاجُوحواَشُالشوانُوالعبادي‬27 َ ْ ََ ْ َ َْ َْ َْ ْ ََ َ َْ ْ ُّ َ َ َ َ َْ َْ َ ِّ َ ْ َ ْ ََ َ َّ َ َّ َ َ َ ‫ي ْش‬ ُُ‫ق ُ ِاالح َِتاز‬ ُ ‫ال ُيش‬ ُ ُ‫ن‬ ُ ‫ن ُالماءُ ُعنهُُوأ‬ ُ ِ ‫ن ُيستغ‬ ُ ‫ُمالِطا ُوأ‬ ُ ُ‫ي‬ ُ ‫ون ُالمغ‬ ُ ‫ن ُيَك‬ ُ ‫ُ َوأ‬،‫ون ُتغ ُّيهُ ُبِنف ِس ِه‬ ُ ‫ال ُيَك‬ ُ ُ‫ن‬ ُ ‫ي ُال َما ُِء ُ ِستةَُُشوطُ ُأ‬ ُِ ‫َتطُ ُلِض ُِر ُتغ‬ َ َ ْ َ َْ َ َْ ْ َ َ ْ َْ َ َْ َ ُّ َ َّ َ ْ ََ ْ َ َ َ َ َ ُّ َ َ َ ًّ َ ْ َ َ َ ِّ َ ْ َ َ َ ُ‫ف‬ ُ ِ ُُ‫ُوهذاَُكهُُ ُكماُه ُوُظا ِهر‬،‫الُ ِملحاُما ِئيا‬ ُ ‫يُتراباُو‬ ُ ‫ونُالمغ‬ ُ ‫الُيك‬ ُ ُ‫ن‬ ُ ‫ُوأ‬،‫قُاس ُِمُالما ُِءُعلي ِه‬ ُ ‫يُكثِياُ ِِبيثُُيمنعُُإطَل‬ ُ ‫ونُالغ‬ ُ ‫نُيك‬ ُ ‫عنهُُوأ‬ ْ َ َ ْ َ ْ ِّ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َّ ْ َ َ ْ ََ َ َّ ُ‫ي‬ َّ ُ‫الطا ِه ُرُأَ َّما‬ .‫يُاه‬ ُِ َ‫ونُالقلت‬ ُ ‫نُال َماءُُد‬ ُ ‫نُل ُمُيغيهُُحيثَُُك‬ ُ ‫اِل ِجسُُفيَتن َّجسُُ َماُ َوق َُعُ ِفي ُِهُمطلقاُو ِإ‬ ُِ ِّ ‫المغ‬ ِ



Bab Tentang Hukum-Hukum Bersuci



41



apabila lebih dua kulah. Apabila kurang, dihukumi najis dan kemudian menjadi suci kembali jika memang aliran air itu berada di tempat yang secara total volumenya (panjang dan lebar) mencapai dua kulah.28 Kategori air banyak (dua kulah) tidak harus dari satu tempat, melainkan bisa juga dari dua tempat atau lebih dimana satu sama lain saling terhubung, asalkan ketika satu tempat airnya digerakkan dengan keras, maka air di tempat yang lain turut bergerak. Artinya air yang saling terhubung itu memiliki efek hukum dua kulah yang bisa menolak najis dengan syarat tidak berubah.29 Najis di atas tidak memasukkan bangkai binatang yang ketika dibelah badannya tidak mengalirkan darah seperti tawon, kalajengking, cicak, kutu, dan lalat. Artinya ketika binatang tersebut masuk ke dalam air dengan sendirinya lalu mati, maka air tersebut tidak menjadi najis dengan syarat air tersebut tidak berubah. Dari sini dapat dipahami bahwa bangkai yang mengalirkan darah ketika dibelah seperti ular, kodok dan tikus dapat menajiskan air begitupun ketika bangkai binatang yang tidak mengalir darahnya ketika dibelah seperti lalat yang dicelupkan dengan sengaja ke dalam air menyebabkan air menjadi mutanajjis (Hal ini berlaku di air yang kurang dari dua kulah. Apabila lebih hukumnya suci asalkan tidak berubah). Najis yang tidak dapat dilihat oleh mata seperti setetes air seni atau khamar atau najis yang dibawa di kaki lalat juga tergolong ditoleransi ketika masuk ke dalam air, sebab sangat sulit menghindari hal tersebut. Adapun terkait detail najis-najis yang di-ma’fu dibahas dalam bab menghilangkan najis.30



28



)143ُ/1(ُ‫املجموعَُشحُاملهذب‬ َّ َ ْ َ َ َ َ َّ َ ْ َ ْ َ َّ َ َّ ْ َ َ ِّ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ ََْ ْ َ َ ْ َُ ‫ن ُ ََك‬ َ ُ‫اَّلي‬ ُ ‫إل‬ ُ ُ‫ل‬ ُ ‫اَّلي ُقبل َها ُ َطا ِهرُ ُ ِْلنهُ ُل ُم ُي ِص‬ ُِ ُ ُ‫يةُِ ُفال َماء‬ ‫اْلري ُِة ُالمتغ‬ ‫و‬ ُ ُ ‫ة‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫َك‬ ُ ‫ة‬ ُ ‫ي‬ ‫ار‬ ‫ج‬ ُ ِ‫( َوإ‬ ِ ُ ‫اِلجاس ُِة ُفه َُو َُكلما ُِء‬ ِ ِ َ ِ ُ ُ‫اريا ُو ِفي ُِه َُناس َّة‬ ِ ‫ن ُالماءُ ُج‬ َ َ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ َُ‫ن ُفَ ْوق َها ُ َو ََتْت َها ُ َويَمينُ َها ُ َوش َمالها‬ ْ ْ ُّ ْ َ ‫ج‬ َ ‫اِل‬ َّ ُ ‫َع‬ ُ ‫َّلي ُ َبعدها ُ َطا ِهرُ ُأيضا ُ ِْلنهُ ُل ُْم ُيَ ِص‬ ُْ ‫اس ُِة ُ ِم‬ ُ َ ُ‫ب‬ ُ ‫ي َص‬ ِ ِ ِ ُ ‫ل ُإِلْ ُِه ُاِلجاسة ُوأما ُما َُييط ُبها ُ ِم‬ ِ ‫ن ُإب ِريقُ ُ َوا‬ ِ ِ ِ ْ َ َ َ َْ َ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ َْ َ َ ْ َ ِّ َ ْ َ َ َ َ ُُ‫ال ُينجسُ ُالماء‬ ُ ُ ُ‫يم ُأنه‬ ُِ ‫ف ُالق ِد‬ ُ ِ ُ‫ال‬ ُ ‫اص ُ ِفي ُِه ُقولُُآخرُ ُق‬ ُ ‫ُوقال ُابن ُالق‬:‫ن ُدونهماُفنجس َُكلراكد‬ ُ ‫ن َُك‬ ُ ‫ي ُفه ُو ُطا ِهرُُوإ‬ ُ ‫يُول ُم ُيتغ‬ ُِ ‫ن ُقلت‬ ُ ‫ن َُك‬ ُ ِ‫فإ‬ ْ َّ ْ ْ َ ُّ َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َِّ َ َ َ َ َ َ َّ َ ُّ َ َّ َْ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َّ َ ‫ج‬ َ ‫اِل‬ َّ ُ‫ت‬ َ ‫اْل‬ ُ‫اسةُُ َواقِفةُُ َوال َماءَُُي ِري‬ ُ ‫نَُكن‬ ُ ِ‫ُوإ‬:ُ‫الُبِ ُِهُاِلجاسة‬ ُِ ‫يَُكل َما ُِءُالم َز‬ ُ ‫يُتغ‬ ُِ ‫نُغ‬ ُ ‫سُ ِم‬ ُ ‫َعُاِلجاس ُِةُفل ُمُينج‬ ُ ُ‫يُ ِْلنهُُماءُُور ُد‬ ُِ ‫إالُبِالغ‬ ُ ُ‫اري‬ ِ َ ُّ َ َ َْ ْ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ َْ َ َ ْ َْ َْ ُ‫ك ُ َما َُي ِري ُ َعلي َها ُ َبعدها ُفهو‬ ُ ُ ‫ُ َوكذا‬:ُ‫َنس‬ ُِ َ‫ن ُقلت‬ ُ ‫إن َُك‬ ُ ُ ‫ُ َو َما َُي ِري ُعليها‬:ُ‫َعلي َها ُفان ُما ُقبلهاُوبعدها ُ َطا ِهر‬ ِ ُ ‫ُوان َُكن ُدونه‬:‫ي ُفهو ُطاهر‬ َ ََْ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ :‫فُمو ِضعُُويبل ُغُقلتي‬ ُ ِ ُ‫ّتُيرك ُد‬ ُ ‫كُح‬ ُ ِ ‫نُذل‬ ُ ‫ُوالُيطهرُشئُ ِم‬:‫َنس‬ ‫) دارُالفكر‬89ُ/1(ُ‫حاشيةُاْلجيمَُعُاْلطيبُ=َُتفةُاْلبيبَُعَُشحُاْلطيب‬29 َ َ ََ َّ َ َ َ َ َْ ْ ْ َ َّ ْ َ ْ َّ َ ْ ِّ َ َ ُْ َ‫( َُو)ُ َرابع َها ُ( َماءُ ُ ََنسُ)ُأ‬ َ َ‫ت ُفي ُه)ُأَ ُْو ُ َال َقتْهُ ُ( ََن‬ َ ُُ‫َلث ُِة ُأرطال‬ ُ ‫ي)ُبِث‬ ُِ ‫ون ُالقلت‬ ُ ‫ص ُ(وه ُو)ُق ِليلُ ُ(د‬ ُِ ‫اسةُ)ُتد َركُ ُبِاْل‬ ِ ُ ‫ي ُمتنجسُ ُ( َوه َُو‬ ِ ِ ُ ‫اَّلي ُحل‬ ِ ِ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َّ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ َّ ُ ‫ن‬ َ ‫ج‬ َ ‫اِل‬ َ‫ي)ُب َسب‬ َ َّ ‫ثُ( َفتَ َغ‬ َّ ُ ‫ب‬ َ َ ‫ي ُفَأ ْك‬ ُ‫ي ُي َ ِسيا ُ ِح ِّس ًّيا‬ ُ ُّ ‫الغ‬ ُ‫ن‬ ُ ‫ ُول ُو َُك‬،‫الطا ِه ِري ِة‬ ُْ ‫وج ُِه ُع‬ ‫ر‬ ‫ْل‬ ُ ُ ‫ة‬ ‫اس‬ ُ ُ ُ ُ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫ق‬ ُ ُ ‫غ‬ ‫ل‬ ‫ب‬ ُ ُ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ب‬ ُ) ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ث‬ ‫ك‬ ُ ُ ‫ن‬ ‫َك‬ ُ ُ ‫و‬ ‫أ‬ ( ُ ، ‫ال‬ ُ ُ ‫م‬ ‫أ‬ ُ ُ ‫ي‬ ‫غ‬ ‫ت‬ ُ ‫اء‬ ُ ‫و‬ ‫س‬ ُ‫ث‬ ُ ‫فأك‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ َ َ ًّ ْ َ َ َ ْ َّ َ َ ِّ َ ْ َْ ْ َ َ َ ْ َ ُّ َ ُّ ِّ ْ ُّ َ َّ َ َ َ‫ت ُفي ُه ُ ََن‬ َ ‫اسةُ ُ َمائ َعةُ ُت‬ ُ‫ض‬ ُ ‫اِئَتهُ ُ َول ُْو ُف ِر‬ ُ ‫ ُكبَ ْولُ ُانق َط َع‬،‫ات‬ ‫ف‬ ‫الص‬ ُ ُ ‫ف‬ ُ ‫ه‬ ُ ‫ق‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫و‬ ُ ‫ع‬ ‫ق‬ ‫و‬ ُ ُ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ب‬ ُ ُ ‫ي‬ ‫ير‬ ‫د‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫و‬ ُ ‫ر‬ ُ ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ظ‬ ُ ُ ‫ِّس‬ ‫اْل‬ ُ ُ ‫ي‬ ‫غ‬ ‫ال‬ ‫ف‬ ُ ‫س‬ ُ ‫َن‬ ُ ُ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ف‬ ُ ،‫ا‬ ‫ي‬ ‫ير‬ ‫تق ِد‬ ِ ‫ت ُ َر‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ ِ ِ ْ ْ َ ِ َ َْ ِّ َ َ ْ َّ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َّ َ ْ َ َ ِّ َ ْ َ َ َّ َّ َ ْ ََ ْ ْ ََْ ْ ْ َ َ ُ‫اّللُعلي ُِه‬ ُ ُ‫ّل‬ ُ ‫ُص‬-ُ‫ل‬ ُِ ِ ‫يُفطهورُُلِقو‬ ُ ‫نُل ُمُيتغ‬ ُ ِ‫ُفإِنهَُُيكمُُبِنجاستِ ُِهُفإ‬،ِ‫يه‬ ‫كُلِغ‬ ُ ِ ‫يحُال ِمس‬ ُِ ‫لُو ِر‬ ُ ‫َِبُوطع ُِمُاْل‬ ُِ ‫نُاْل‬ ُِ ‫َُكو‬،‫ات‬ ُ ِ ‫فُأغل‬ ُ ِ ُ‫ل‬ ُ ُ‫ُمالِفا‬ ِ ‫ظُالصف‬ َِ ْ ََ َ َّ َ ْ َ َ َ َْ َ َ َ َ ْ ْ ْ َ ْ َ ْ َ َّ ِّ ْ َ ِّ َ َ َّ َ َ ْ َ ََ َ َ ُ‫ال ُ ِِبَيثُ ُل ُْو‬ ُِ ‫ن ُ ِاالت َص‬ ُ ‫ال ُمتعددةُ ُ ِم‬ ُ ‫ملُ ُ َوا ِحدُ ُأ ُو ُم‬ ُ ُ‫ف‬ ُ ِ ُ‫ن‬ ُ ‫ي ُ َس َواءُ َُك‬ ُْ ‫ن ُكثِيا)ُأ‬ ُ ‫ُ(أ ُو َُك‬:ُ‫ث»ُق ْول‬ ُ ‫ل ُاْلب‬ ُ ‫ي ُل ُم َُي ِم‬ ُِ ‫ُ«إذا ُبَل ُغ ُال َماءُ ُقلت‬:-ُ ‫َو َسل َُم‬ َ ْ ْ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َ ََ َ َ ْ ْ َْ َ ِّ ‫ف ُع ُش ُ ِخَلفا ُلِل َقليو‬ ُ،‫يب‬ ُ ِ ُ ‫ط ُك َما‬ ُ ْ ‫ف ُاْل َّو ُِل ُفق‬ ُ ِ ُ ُ‫ن َُتَ ُّركُ ُاْلخ ُر ُ َعنِيفا ُفه َُو ُقيد‬ ُْ ‫ ُ َول ُْو ُل ُْم ُيَك‬،‫ك ُاْلخر‬ َُ ‫ك ُ َوا ِحدُ ُ ِمن َها َُت ِريكا ُ َعنِيفا َُتَ َّر‬ َُ ‫ح ِّر‬ ِ َ َ َ َ َ ِّ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ِ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ َ َ ْ َ ُّ َ َّ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َّ َ ُُ‫كَُكف‬ ُ ِ ‫نُذل‬ ُ ‫ُف ِإ‬،‫كُماُ ِِبانِ ِب ِه‬ ُ ‫كُأحدهاَُتر‬ ُ ‫وتُاْلخ ِلي ُِةُالكثِيةُُِإذاُحر‬ ُ ِ ‫ُو ِمنهُُ ِحياضُُبي‬،‫كُوماُي ِليه‬ ُِ ‫فُالمحر‬ ُ ِ ُ‫يف‬ ُ ِ‫كُالعن‬ ُ ‫طُالحر‬ ُ ‫َحيثُُاشَت‬ ْ َ َ‫جاس ُة‬ َ ‫اِل‬ َّ ُ‫فُدف ُع‬ ِ ِ ُِ ُ ‫)ُموقعُمكتبة مشَكةُاإلسَلمية‬17ُ:‫كفايةُاْلخيارُفُحلُاغيةُاالختصارُ(ص‬ َ َْ َ ْ َ َ َّ ْ َ َ ْ َ ْ َّ َ َّ َ َ َ ُ ‫اسة ُ ََجيع‬ َ َ‫كبي ُ ََن‬ َّ ُ ‫ف‬ ُ‫ال‬ ُ ‫ي ُفنجسُ َو ِإ‬ ُِ َ‫اقُدون ُقلت‬ ُ ِ َ‫ن ُاْل‬ ُ ‫الر ْوضة ُإِنَُك‬ ُ ‫ف ُ ِزيادة‬ ُ ِ ُ‫الماء ُ َواْل َصح‬ ُ ِ ِ‫الراف‬ ُ ِ ُُ‫الماء ُالكثي ُفاْل َصح‬ ُ ‫َولوُتغي ُبعض‬ ِ ِ ‫يع ُال‬ َ ِّ ْ َّ ُ‫ف‬ ‫الص ِغيُ َواللُأعلم‬ ُ َّ ُ‫الشح‬ ُ ِ ُ‫اع‬ ُ ِ ‫الرف‬ ُ‫فطاهرُ َورجحه‬ ‫) دارُالفكر‬92ُ/1(ُ‫ُحاشيةُاْلجيمَُعُاْلطيبُ=َُتفةُاْلبيبَُعَُشحُاْلطيب‬30



42



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



Ringkasan air menjadi mutanajjis adalah sebagai berikut; air yang kemasukan benda najis terbagi dua, adakalanya benda najis yang mencampuri memang bisa menajiskan air atau tidak (di-ma’fu). Apabila benda najis tersebut termasuk najis ma’fu seperti bangkai yang tidak mengalir darahnya ketika dibelah, najis yang tidak terlihat oleh penglihatan, uap najis yang sedikit, dan debu kotoran binatang yang sedikit, maka tidak menajiskan air asalkan tidak sampai merubah sifat air. Apabila benda najis yang mencampuri bisa menajiskan air, maka apabila mencampuri air sedikit (kurang dari dua kulah) dapat menajiskan air walaupun tidak berubah. Apabila mencampuri air banyak (lebih dari dua kulah) baru dapat menajiskan air ketika berubah salah satu sifatnya.31 Air mutanajjis ini tidak bisa digunakan untuk bersuci, karena zat air tersebut tidak suci sehingga tidak bisa dipakai untuk menyucikan. Apabila ada air atau pakaian terkena najis yang tidak diketahui bekasnya, seperti setetes khamar atau cipratan kencing yang tidak terlihat atau lalat yang telah hinggap pada benda najis. Apakah air atau pakaian tersebut dihukumi najis atau ditolerir (ma’fu)? Ada 7 riwayat dalam permasalahan ini:32 1. Ditoleransi (ma’fu) keduanya. 2. Tidak ditoleransi (dihukumi najis). Pendapat ini dikutip dari Ibn Suraij. 3. Masing-masing dari keduanya, yakni air dan baju terdapat dua pendapat. Pendapat ini dikutip dari Abu Ishaq al-Marwazi. 4. Untuk air dihukumi najis, sedangkan untuk pakaian ditoleransi (ma’fu), sebab persoalan najis di baju lebih ringan dengan bukti darah nyamuk, atau darah, nanah manusia yang sedikit yang menempel di baju dapat ditoleransi (ma’fu) tidak dengan air. 5. Untuk pakaian dihukumi najis, sedangkan untuk air hukumnya ditoleransi (ma’fu). Karena air merupakan alat yang paling kuat guna membersihkan najis daripada yang lain. َ َ َ ََْ َْ ْ َ َْ ْ ْ ِّ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َْ َ ‫اِل‬ َّ ُ ‫ن‬ ُُ‫ف ُ َحيَاتِ َها ُكزنبورُُ َوعق َربُ ُ َو َو َزغُُ َوذبَابُُ َوقمل‬ ُ ِ ُ‫ضوُ ُ ِمن َها‬ ُ ‫ق ُع‬ ُ ‫يلُدمها ُ ِعن ُدُش‬ ُ ‫ال ُي ِس‬ ُ ُ‫ن‬ ُ ‫ال ُد َُمُل َهاُ َسائِلُ ُأصالةُ ُبِأ‬ ُ ُ ُ‫س ُميتة‬ ُِ‫ج‬ ُْ ‫نُ ِم‬ ُ َ ‫َوي ْستث‬ ْ َ َ َ َ َ َ َّ َ ْ َْ َ ْ ِّ َ ُ َ‫ال ُنْ َُو ُ َح َّيةُ ُ َوض ْف َدعُ ُ َوفَأ َرةُ ُف‬ ْ ِّ ‫ال ُ َي ْط َر َح َها ُ َطارحُُ َول َ ُْم ُت َغ‬ ْ َ ‫يهُ ُبوقوع َها ُفي ُه ُب‬ َْ َ ْ َ ُ‫از ُعن َها‬ ُِ ‫يهُ ُل ِ َمشق ُِة ُا ِالح َِت‬ ُ ُ‫ن‬ ُ ‫ط ُأ‬ ُِ ‫ش‬ ُ ُ ،‫َوب ْرغوث‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫َل ُتن َجسُ ُماءُ ُأ ُو ُغ‬ ِ َ َ َ َ َْ َ َ ْ َ َ َْ َ َ َ َ ُّ َ َ َ َ ِّ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ ْ َ َّ َّ ْ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ُ‫ف‬ ُ ِ ‫يل ُ«و‬ ُ ‫ي ُوه ُو ُاليسارُ ُكما ُ ِق‬ ُ ‫ف ُأح ُِد ُجناحي ُِه ُداءُ»ُأ‬ ُ ِ ُ‫ن‬ ُ ِ‫نعهُ ُفإ‬ ُ ِ ‫ف َُش‬ ُ ِ ُ ُ‫ُ«إذا ُوق ُع ُاَّلباب‬:‫ي‬ ُ ‫ار‬ ُِ ‫و ِْل‬ ِ ‫اب ُأ َّح ِدك ُم ُفليغ ِمسهُ َُكهُ ُث ُم ُ ِِل‬ ِ ‫َب ُاْلخ‬ َ َ ْ َ َ ََْ ْ َ َ ْ َْ ُّ َ َ ْ ْ َ َّ َ َّ َ َ َ َ َ َّ ُ‫قُِبَنَاح ُهُاَّليُفي ُه‬ ُ‫ابُ َما‬ ُ ِ َ‫يسُبِاَّلب‬ ُ َ ‫ُ َو ِق‬،‫سُال َمائِعُُل َماُأ َم َُرُبِ ِه‬ ُ ‫ُفل ُوَُن‬،‫إلُموتِ ِه‬ ُ ُُ‫ضُغمسه‬ ُ ِ ‫الاءُ»ُ َوق ُدُيف‬ ُ ‫ت‬ ‫ي‬ ُ ‫ه‬ ُ ‫ن‬ ‫إ‬ ُ ‫و‬ « ُ ‫د‬ ‫او‬ ‫د‬ ُ ‫و‬ ‫ب‬ ‫أ‬ ُ ُ ‫اد‬ ‫ز‬ ُ» ‫اء‬ ُ ‫ف‬ ‫ش‬ ُ ُ ‫ر‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫اْلخ‬ ِ ْ َ ْ ْ َ ِّ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ْ ْ َ َْ َ َ ْ َْ َ‫فُفت‬ َ ‫ح‬ َ ‫ج َرحُُلل‬ ُُ‫تُ ِم َّماُي َ ِسيل‬ ُ ‫ُ َول ُْوَُكن‬،‫اوي ِه‬ ُ ُ‫ال‬ ُُّ ‫الُالغ َز‬ ُ ‫اج ُِةُق‬ ‫ِبن ِس َهاُفت‬ َُ ‫لُد ِم َهاُا ُمت ِح‬ ُِ ‫فُسي‬ ُ ِ ُ‫ُفل ُْوُشككنا‬،‫الُي َ ِسيلُُدم َها‬ ُ ُُ‫كُ َميتَة‬ ُ ُ‫ن‬ ُْ ‫فُ َمعناهُُ ِم‬ ُِ ِ ِ ِ ُ‫ن‬ َ ِ َ ْ َ ْ ِ َ ِ ِّ َّ َ َ َ َ َ َْ َ ََ َ ْ َ َ َ َ َ َ َْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ُُ‫ال ُيشاهد‬ ُ ُ ُ‫َنس‬ ُ ‫ستث‬ ُ ‫ ُوي‬،‫ب‬ ُ ِ ‫ال ُالق‬ ُ ‫ال ُي ِسيلُ ُل ِ ِصغ ِرها ُلها ُحكمُ ُما ُي ِسيلُ ُدمها ُق‬ ُ ُ ُ‫ال ُد ُم ُ ِفيها ُأ ُو ُ ِفيها ُدم‬ ُ ُ‫ن‬ ُ‫ك‬ ‫دمها ُل‬ ِ ِ ُ ‫ن ُأيضا‬ ِ ‫اض ُأبو ُالطي‬ ْ ْ ْ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َّ َ ُ‫ج‬ َ َ ْ‫ازُ َعنْهُُفَأَ ْشبَ َُهُ َد َُمُال‬ َ ‫ِّسُاال ْح‬ ُ ِ ‫َبا ِغ‬ ‫يث‬ ُِ ‫َت‬ ُِ َ َ‫بِاْل‬ ِ ِ ُِ ‫لُذبابُُلِع‬ ِ ‫ُوماُيعلقُُبِنح ُِوُ ِر‬،‫صُلِ ِقلتِ ُِهُكنقط ُِةُبولُُوَخر‬ ‫) دارُالفكر‬88ُ/1(ُ‫حاشيةُاْلجيمَُعُاْلطيبُ=َُتفةُاْلبيبَُعَُشحُاْلطيب‬31 َّ َ َّ ْ َ َ ْ َ َّ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ِّ َ َ َ َ َ ِّ ِّ َ‫يُمن‬ ْ ‫جسُُل َ ُْمُي َؤثِّ ُْرُ َماُل َ ُْمُيغ‬ َّ ‫َو‬ ُ‫اَّلي‬ ُ ِ ‫ُ َوَك َِّل ِج‬،‫الُي ِسيلُُدمها‬ ُ ُ‫ت‬ ُ ِ ‫يهَُُكل َميت ُِةُال‬ َُ ‫نُغ‬ ُ ‫نَُك‬ ُ ِ‫ُفإ‬،‫ونُمنجساُأ ُوُال‬ ُ ‫نُيَك‬ ُ ‫ُإماُأ‬:‫ي‬ ُِ ‫َعُقِسم‬ ُ ُُ‫اِل ِجس‬ ِ ُ‫س‬ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َّ َ ْ ْ َ َّ َ َ ْ َ َ َ َ ََ ْ ِّ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َّ َ َ َّ ُ‫ن‬ ُ ِ‫ُوإ‬،‫ي ُالمغل ِظ‬ ُِ ‫س ُغ‬ ُ ِ ‫ن ُالشع ُِر ُاِل ِج‬ ُ ‫ي ُ ِم‬ ُِ ‫ ُوَكلي ِس‬،‫ن ُق ِليَل‬ ُ ‫ي ُإذا َُك‬ ُِ ‫ار ُالِّس ِج‬ ُِ ‫ ُوكغب‬،‫ن ُق ِليَل‬ ُ ‫ان ُاِلجاس ُِة ُإذا َُك‬ ُِ ‫ ُوكدخ‬،‫ص ُمع ُت ِدل‬ ُ ‫ال ُيد ِركهُ ُب‬ ُ ْ َّ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َّ َ‫نُقَليَلُُ َول َ ُْوُ َجارياُ َتن‬ ِّ َ‫اِلجسُُمن‬ َ‫ارةُُي‬ َ َ‫ارةُُيَكونُُقَليَلُُ َوت‬ َ َ‫فُال ْ َما ُِءُت‬ َ ‫جساُن ِظ‬ َّ ُ‫ن‬ ُ‫ي‬ ُْ َّ ‫نُل ُْمُيتَغ‬ ُ ‫ُو ِإ‬،‫ول‬ َُ ‫ج‬ ُ ‫َك‬ ُ ُ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫ف‬ ُ ،‫ا‬ ‫ي‬ ‫ث‬ ‫ك‬ ُ ‫ون‬ ُ ‫ك‬ ُ ُ ُ ‫ر‬ ُ ‫َك‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫سُبِمجر ُِدُالوص‬ ِ ِ ِ َّ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َّ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ُ ُّ ‫إالُبتَ َغ‬ .ُ‫َي ُِهُفاحفظهُُف ِإنهُُن ِفيس‬ ُ ُ ُ ‫س‬ ‫ج‬ ‫ن‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ُ ُ ‫م‬ ‫ل‬ ُ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ث‬ ‫ك‬ ُ ُ ‫ن‬ ‫َك‬ ُ ُ ‫ن‬ ‫إ‬ ِ ‫يُطع ِم ُِهُأ ُوُلونِ ُِهُأ ُوُ ِر‬ ِ ِ ِ ِ‫و‬ ‫)ُدارُالفكر‬126/1(ُ‫املجموعَُشحُاملهذب‬32 ْ َ َ َ ُّ ْ َ َ ْ َ َ َْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ ُ ْ‫يقةُ ُاب‬ َ ْ‫ان ُ َين‬ ُ‫يه َما‬ ُ ‫ال ُالماور ِد‬ ُ ‫ان ُق‬ ُِ ‫ج َس‬ ُ ِ َّ‫ُ َواثل‬:‫يه َما‬ ُ ‫ ُأ َحدها ُيع‬:ُ‫ب ُ َسبعُ ُطرُق‬ ُ ِ ‫ف ُال َما ُِء ُ َواثلَّ ْو‬ ُ ِ ُ ‫حابنا‬ ‫ال ُأص‬ ُ ‫ُق‬ ِ ‫ن ُُسيجُ ُواثلالِثُ ُ ِف‬ ِ ‫ف ُ ِف‬ ِ ْ ‫ي ُه َ ِذهُِ ُط ِر‬ َ َ َ ْ ْ ْ َ َ ُّ َ َ ْ َّ َّ َْ َ َ َ ْ َ َ ُّ ْ َ َ َ َ َ ‫ج‬ َ ‫اِل‬ َ ْ‫الرابعُُ َين‬ َّ ‫ُ َو‬:‫ي‬ َّ ُ‫ف‬ ُ‫ف‬ ُ ‫اس ُِةُ َول ِ َهذاُيع‬ ُ ِ ُ‫فُحكما‬ ُ ‫بُأخ‬ ُ ‫نُاثلو‬ ُ ‫اثلَّ ْوبُُ ِْل‬ ُ ُ‫ال‬ ُ ُُ‫جسُُال َماء‬ ُِّ ‫اقُال َم ْر َو ِز‬ ُ ‫ح‬ ‫يبُإِس‬ ُ ِ ‫يُ َوه ِذهُُِ َط ِريقةُُأ‬ ُ ‫الُالماور ِد‬ ُ ‫ُق‬:‫ن‬ ُِ ‫ق ْوال‬ ِ َ َ ْ ْ ْ َ ْ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ ْ َ َ َّ َ ْ َّ ََ َْ َ ِّ ُ‫يلُ َسائ ُر‬ َ َ ‫نُ َدمُُِال‬ ُ‫ل‬ ُ ‫نُنفسهُأ ْو‬ ُْ ‫يهُُِف َُع‬ ُ ‫نُلِلما ُِءُقو ُةُدف ُِعُاِلجاس ُِةُع‬ ُ ‫ُ َواْلَا ِمسُُ َعكسهُُ ِْل‬:‫ونُال َما ُِء‬ ُ ‫بُد‬ ُ ِ ‫فُاثلَّ ْو‬ ُ ِ ُ‫ح‬ ُِ ‫ال َما ُِءُ َوالقي‬ ُ ِ ‫َبا ِغ‬ ُْ ‫ع‬ ِ ‫نُغ‬ ِ ِ ُِ ‫يثُوق ِل‬ َ ْ َ ْ َّ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َّ َ َْ َْ َ َ َّ َ َّ ْ َّ َ َ َ ُِ ‫بُقوال‬ ‫ن‬ ُ ِ ‫فُاثلو‬ ُ ِ ‫ُوالسابِعُُينجسُُالماءُُو‬:‫ن‬ ُِ ‫فُالما ُِءُقوال‬ ُ ِ ‫ُوالسا ِدسُُينجسُُاثلوبُُو‬:‫ب‬ ُ ِ ‫فُاثلو‬ ُ ِ ‫ِبَل‬ ِِ



Bab Tentang Hukum-Hukum Bersuci



43



6. Untuk air dihukumi najis, sedangkan untuk pakaian terdapat dua pendapat. 7. Untuk pakaian dihukumi najis, sedangkan untuk air terdapat dua pendapat. Imam Ghazali memilih keduanya dapat ditoleransi. Pendapat inilah yang dipilih oleh jumhur ulama, sedangkan menurut zahirnya pendapat Imam Syafii sebaliknya. Air mustakmal yang semula tidak bisa menyucikan dapat kembali lagi menjadi suci menyucikan apabila air-air mustakmal dikumpulkan menjadi satu sehingga menjadi dua kulah. Hal serupa juga berlaku bagi air mutanajjis. Artinya air mutanajjis akan kembali lagi suci menyucikan apabila dicampur dengan air mutlak sehingga volumenya mencapai dua kulah dan tidak mengalami perubahan (airnya menjadi jernih).33 Ulasan lengkapnya, metode menyucikan air menurut mazhab Syafii dipilah sebagai berikut: 1. Kurang dari dua kulah: Tidak ada cara lain kecuali dengan menambah volume air hingga dua kulah dan jernih. 2. Pas dua kulah: ada dua cara. Apabila perubahan karena najis itu takdiry (dikira-kirakan) maka harus menambah volume air. Apabila perubahannya tampak, maka bisa dengan menambah volume air hingga jernih atau mendiamkannya hingga bisa jernih kembali. 3. Lebih dari dua kulah: Apabila perubahan karena najis itu takdiry (dikirakirakan) maka harus menambah volume air. Apabila perubahannya tampak, maka bisa dengan menambah volume air hingga jernih, mendiamkannya hingga bisa jernih kembali atau mengambil benda najis yang menyebabkan air itu berubah.34 Pada dasarnya ulama sepakat bahwa apabila air itu berubah sebab terkena najis maka otomatis air tersebut menjadi najis. Baik sedikit atau banyak. Hanya saja apabila air tersebut terkena najis dan tidak berubah. Maka dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat ulama sebagaimana berikut:



‫)ُدارُالفكر‬6/1(ُ‫االقناعُفُحلُألفاظُأىبُشجاع‬33 َّ َّ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ُ‫ار‬ َُ ‫ص‬ ُ َ ‫ي ُ ُبِ َُما ُِء ُوردُ ُ ُبَ ُل ُغهُ َُما ُ ُبِ ُِه ُ َُو‬ ُِ َ‫ن ُقُ ُل ُت‬ ُْ ‫ع‬ ُ ُ ُ‫اِلا ُقِص‬ َُّ ُ ُ‫الطا ُِهر‬ َُّ ُ ‫ل‬ ُ ُ‫ل ُُل ُْو ُ ُكم‬ ُ َ‫ط َُه ُْر ُ ُب‬ ُْ ُ‫ن ُكُ ُْو ُثِ َُر ُُلم ُي‬ ُ ُِ‫ ُإ‬:‫ظ َُر‬ ُِ ُ‫ي ُن‬ ُِ َ‫جسُ ُإُِ ُذا ُكُو ُثِ َُر ُ ُف ُبَ ُل ُغ ُقُ ُل ُت‬ َُ ‫اِل‬ َُّ ُ ُ‫الق ُِليل‬ ُ ُ ُ‫الماء‬ َُ َ َ َ َ َ ِّ َ َ َ َ َ ْ َ َََ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ َّ َ َّ َ َ َ ْ ْ َ َ َ ُ .ُ‫َلف‬ ُ ‫خ‬ ُِ ُ‫َل‬ ُ ِ‫ط ُهراُ ُب‬ ُ ُ‫ع ُدُم‬ ُ ُُ‫َنس‬ ُ ُ‫طاهرُُأو‬ ُ ُُ‫ست ُِعمل‬ ُ ُ‫يُم‬ ُِ ‫غ‬ ُ ُُ‫نُكُ ُو ُثِ ُرُ ُبِ ُماء‬ ُ ‫ُ ُوُِإ‬-‫إلُأنُقال‬-ُ‫ي‬ ُ ‫سُ ُوُِإنُُل ُمُ ُي ُت ُغ‬ ُ ‫َن‬ ُ ُُ‫اسة‬ ُ ‫َن‬ ُ ُ‫ثمُ ُو ُق ُعُ ُِف ُي ُِه‬ ُ ُُ‫سته ُِلَك‬ ُ ُ‫م‬ ‫)ُدارُالكتبُالعلمية‬122ُ/1(ُ‫مغنُاملحتاجُإلُمعرفةُمعانُألفاظُاملنهاج‬ ْ ََ َ َْ ْ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ْ َ ْ َّ َ َ َ ِّ َ‫ُ َوال ْ َماءُ ُالْمتَن‬،‫ن ُاال ْست ْع َمال‬ ْ ُّ َ َ َ َ َ َّ َُّ َ‫ح)ُ؛ ُْل‬ ِّ َ َ ْ ُ ُُ‫ي ُ َف َطهور‬ ُ‫ّت ُبَل ُغ‬ ُ ‫َج ُع ُح‬ ُِ‫ج‬ ُِ َ‫َع ُاْل َ ِدي ُِد ُ(فبَل ُغ ُقلت‬ ُ ُ ُ‫َج ُع)ُالمستعمل‬ ُ ‫(ف ِإ‬ ِ ُ ‫س ُل ُو‬ ِ ُ‫ن‬ ِ ُ ‫ف ُاْلص‬ ِ ِ ِ ِ ُ ‫ن ُاِلجاس ُةُأش ُد َُ ِم‬ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َّ ْ ْ ْ َ ْ َ ْ ْ ُّ َ َ ْ َ َّ َ َ َ َ َّ َ ْ َ َ َ َ ُ‫ق ُبِما ُِء‬ ُ ‫ال ُفال ِح‬ ُِ ‫االستِعم‬ ُ ‫ن ُقوتهُ ُصار‬ ُ ‫ال ُيعودُ ُطهورا؛ ُ ِْل‬ ُ ُ ‫ان‬ ُ ِ ‫ ُواثل‬.‫ل‬ ُ ‫ ُفالمستعملُ ُأو‬،‫ار ُطهورا ُقطعا‬ ُ ‫ي ُبِ ُِه ُص‬ ُ ‫ال ُتغ‬ ُ ‫ي ُو‬ ُ ‫ُأ‬:‫ي‬ ُِ ‫قلت‬ ِ ِ‫ت ُمستوفاةُ ُب‬ ْ ْ َ َ َْ َ ُ‫ن‬ ُ‫ُسيْج‬ ُِ ْ‫ُ َوهذاُاختِيَارُُاب‬:ُِ‫ال َو ْر ُِدُ َون ِوه‬ 34 ‫) وزارةُاْلوقافُوالشؤونُاإلسَلميةُالكويت‬374ُ/39(ُ‫املوسوعةُالفقهيةُالكويتية‬ َ ْ َ َّ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َّ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َّ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َّ َّ َّ َ َ ْ َ ْ ُ‫ن‬ ُ ‫ن َُك‬ ُ ‫ُف ِإ‬-ُ ‫ُأ‬.ُ‫يُأ ُو ُي ِزيد‬ ُِ ‫ق ُالقلت‬ ُ ‫ن ُوف‬ ُ ‫ي ُما ُ ِإذا َُك‬ ُ ‫ي ُوب‬ ُِ ‫ون ُالقلت‬ ُ ‫ن ُالماءُ ُالمرادُ ُتط ِهيهُ ُد‬ ُ ‫ي ُما ُ ِإذا َُك‬ ُ ‫ُفق ُد ُفرقوا ُب‬:ُ‫وأما ُالشافِ ِع ُيةُُواْلنابِلة‬ ْ َ ْ َ َّ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ْ َ َّ َ ْ َ َّ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َْ َ ِّ ‫ي ُمتَ َغ‬ َ‫ن ُي‬ َ َ ُُ‫حين ِئذُ ُي ْطهر‬ ‫و‬ ُ ، ‫ة‬ ‫اس‬ ‫ج‬ ‫اِل‬ ‫ب‬ ُ ُ ‫ي‬ ُ ‫غ‬ ُ ُ ‫ون‬ ‫ك‬ ُ ‫أ‬ ُ ‫ا‬ ‫م‬ ‫إ‬ ‫ف‬ ُ: ُ ‫ي‬ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ُ ُ ‫ق‬ ‫ف‬ ‫و‬ ُ ‫اء‬ ُ ‫م‬ ‫ال‬ ُ ُ ‫ن‬ ‫َك‬ ُ ُ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫و‬ ُ ُ ‫ب‬ ُ. ُ ‫ة‬ ‫ر‬ ‫ث‬ ُ ‫َك‬ ‫م‬ ‫ُفتَ ْط ِهيهُ ُيَكونُ ُبِال‬:‫ي‬ ُِ ‫ون ُالقلت‬ ُ ‫ال َماءُ ُد‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َِ َ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َُّ َ َ َ ْ َ َ َّ ْ َْ َ ْ َ َ ِّ َ ُ ‫ن ُيَك‬ ْ ‫ ُأ ُْو ُب‬،‫الغ ُّي‬ َّ ُ ‫ُبالمَكث َرةُِ ُإُذا ُ َزال‬:‫ن‬ ُ‫ال‬ ُ ‫ُو‬.‫ّت ُيَزول ُتغيهُ ُبِطول ُمكثِ ُِه‬ ُ َّ ‫َت ِك ُِه ُ َح‬ ُ ‫ُ َوإما ُأ‬.‫ي‬ ُ ‫ال ُغ‬ ُ ُ ُِ‫بِالمَكث َرة‬ ِ ِ ِ ُِ ‫ون ُمتغيا ُبِها ُفيطهرُ ُبِأح ُِد ُأمري‬ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َّ ْ َ ََ َ ِ َ ْ َ َّ ْ َ َّ ْ َ َ َّ َ ْ َْ ْ َ َ ُّ َ َ َ ْ َ َ َ ُ:‫ُإِحداهما‬:‫ن‬ ُِ ‫يُفلهُُحاال‬ ُِ ‫نُق ُلت‬ ُ ‫نُالماءُُي ِزيدُُع‬ ُ ‫نَُك‬ ُ ‫ُو ِإ‬-ُ‫ُج‬.ُ‫يُوفِي ُِهَُناسة‬ ُِ ‫نُقلت‬ ُ ‫ْلَِنهُُينقصُُع‬ َ ُ،‫ي ْطهرُُبِأخ ُِذُبع ِض ُِهُ ِحينئِذُُول ُوُزالُبِ ُِهُالغي‬ َ َ َ َ َ ُّ َ َّ ْ َ َ َ َ َّ ََ َ َْ َ َ ْ َْ َْ ََ َ َ َ َ ْ َ ِّ ْ َّ َ َ َ َ َ ُ:ُ‫ون ُمتغيا ُبِاِلجاس ُِة ُفتط ِهيهُ ُبِأح ُِد ُأمورُ ُثَلثة‬ ُ ‫ن ُيك‬ ُ ‫ ُأ‬:‫ان‬ ُ ِ ‫ ُواثل‬.ُِ‫ي ُالمَكثرة‬ ُِ ‫يهُِ ُبِغ‬ ُ ِ‫َل ُس ِبيل ُإ‬ ُ ‫ ُف‬، ‫ي‬ ُِ ‫َنسا ُبِغ‬ ُ ‫ن ُيك‬ ُ‫أ‬ ِ ُ ‫ون‬ ِ ‫ل ُتط ِه‬ ِ ‫ي ُالغ‬ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ُّ َ َّ ْ ْ ْ َْ ْ ُّ ‫ُأ َ ُْوُب َز َوالُ َت َغ‬،‫بالْم ََكثَ َرة‬ .‫انُف َصا ِعدا‬ ُِ ‫كُقلت‬ ُ ِ ‫قُبع ُدُذل‬ ُ ‫يُويب‬ ُ ‫اْلَخ ُِذُ ِمنهُُ َماُيَزولُبِ ُِهُالغ‬ َ ِ‫ُأ ُوُب‬،‫يهُُِبِمك ِث ِه‬ ِ ِ ِ ِ



44



Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah



1. Suci mutlak. Hal demikian disampaikan oleh sebagian Syafiiah, sebagian riwayat Imam Malik, Sebagian riwayat Imam Ahmad dan ulama lain. 2. Suci apabila banyak dan tidak suci apabila sedikit. Adapun detail pendapat ini dipaparkan di tabel sebagaimana berikut: Mazhab Hanafi



Air sedikit didefinisikan dengan air yang apabila satu sisinya digerakkan maka sisi yang lain tidak bergerak yang akan menjadi najis jika terkena najis. Sedang air banyak didefinisikan dengan air yang apabila satu sisinya digerakkan lalu sisi yang lain bergerak dimana air demikian tidak menjadi najis meski terkena najis selama tidak berubah. Menggerakkan air disini satu versi dengan gerakan mandi. Sedang menurut yang lain dengan gerakan wudu. Satu pendapat dengan gerakan tangan.



Mazhab Maliki



Air sedikit (yang najis) didefinisikan dengan air yang berubah salah satu sifatnya baik warna, bau atau rasa. Sedang air masuk kategori banyak sehingga suci apabila air tersebut tidak berubah salah satu sifatnya.



Mazhab Syafii Dan Hambali



Air sedikit adalah air yang belum mencapai dua kullah dimana akan menjadi najis apabila kemasukan air walau tidak berubah. Sedang air banyak adalah air yang sudah mencapai dua kullah dan bisa menjadi najis apabila terjadi perubahan pada salah satu sifatnya35



Mushannif Fathal Qarib tidak mengupas pembagian (air) yang kelima yaitu air yang haram digunakan seperti berwudu dengan air yang disediakan untuk umum guna diminum. Berdasarkan penjelasan di atas, hukum air diklasifikasikan ke dalam 5 macam: 1. Wajib menggunakannya guna ibadah fardu. 2. Sunah menggunakannya guna ibadah sunah. 3. Haram menggunakan air yang digasab dan air yang disediakan guna dikonsumsi. 4. Makruh menggunakan air yang terpapar matahari (hingga matang). 35



‫) وزارةُاْلوقافُوالشؤونُاإلسَلميةُالكويت‬367ُ/39(ُ‫املوسوعةُالفقهيةُالكويتية‬ َ َ َ ْ َ َّ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ َ َ َ ْ َ َ َّ ْ َ َ َ َ ْ َ َْ َ َ ْ َ ََ َ َ ُ‫ف ُال َما ُِء ُإِذا‬ ُ ِ ُ ‫ ُ َواختَلفوا‬.‫ان ُال َماءُ ُق ِليَلُ ُأ ُم ُكثِيا‬ ُ ‫ ُسواءُ ُأك‬،‫َنسا‬ ُ ‫ َُك‬،‫ت ُأ َح ُد ُأ ْو َصافِ ِه‬ ُ ‫ ُوغي‬،‫اء ُإِذا ُخالطتهُ َُناسة‬ ُ ‫ن ُالم‬ ُ ‫َع ُأ‬ ُ ُ ُ‫ق ُالفقهاء‬ ُ ‫اتف‬ ِ ُ‫ن‬ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ ِّ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َْ ََْْ ََ َ َ َ ْ ِّ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َّ ُ‫ان‬ ُ ‫ ُفه َُو ُ َطا ِهرُ ُ َس َواءُ ُأك‬،‫يُأ َح ُد ُأ ْو َصافِ ِه‬ ُ ‫اء ُ ِإذا ُخالطتهُ َُناسةُ ُول ُم ُتغ‬ ُ ‫ن ُالم‬ ُ ‫ُأ‬:‫اْل ََّول‬ َ ُ ‫ُالق ْول‬:‫ي‬ ُِ ‫َع ُقول‬ ُ ُ ‫ي ُأ َح ُد ُأ ْو َصافِ ُِه‬ ُ ‫خالطتهُ َُناسةُ ُول ُم ُتغ‬ َ َ َ َْ َّ ََ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ِّ َ ْ َ َ َّ ُ‫ن‬ َ َ‫بُ ََج‬ َ ‫الص‬ َّ ‫حابَ ُِةُ َو‬ ُ.‫ي‬ َُ ‫الابِ ِع‬ َُ ‫اعةُُ ِم‬ ُ َ ‫ُ َوإِِلْ ُِهُذه‬،‫ُ َوبِ ُِهُقالُ َبعضُُالشافِ ِع َّي ِة‬،‫نُأمحَد‬ ُ ‫يُع‬ ُِ ‫ُ َوإِحدىُالروايت‬،‫نُ َمالِك‬ ُْ ‫ُ َوه ِذهُُِ ِر َوايَةُُع‬،‫كثِياُأ ُمُق ِليَل‬ ْ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َ ُ،‫ب ُاْلَن ِف َّية‬ ُ َ ‫ل ُهذا ُذه‬ ُ ِ‫ُوإ‬.ُ‫ال ُينجس‬ ُ ُ ‫ن ُكثِيا‬ ُ ‫ن َُك‬ ُ ِ‫ ُ َوإ‬،‫ن ُال َُماءُ ُقلِيَلُ ُينجس‬ ُ ‫ن َُك‬ ُ ِ‫ ُفإ‬،‫ي ُك ْونِ ُِه ُكثِيا‬ َُ َ‫ي ُك ْونِ ُِه ُق ِليَلُ ُ َوب‬ َُ َ‫ُيف ِّرقُ ُب‬:‫ان‬ ُ ِ َّ‫الق ْول ُاثل‬ َ َ َ َ ْ َ َّ َ َ َّ َ َ َ َّ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ َّ َّ َ ْ َ ْ َْ َ َ َ َ َ َ َ ْ ُ‫اب ُهذا‬ ُ ‫ن ُأصح‬ ُ‫ك‬ ُ ‫ن ُالصحاب ُِة ُوالابِ ُِع‬ ُ ‫ ُوه ُو ُرأيُ َُجاعةُ ُ ِم‬،‫ ُوالمشهورُ ُ ِعن ُد ُاْلنابِل ِة‬،‫ ُوالمذهبُ ُ ِعن ُد ُالشافِ ِعي ِة‬،‫ن ُمالِك‬ ُ ‫وه ُو ُ ِروايةُ ُع‬ ِ ‫ي ُل‬ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ِّ ْ َْ ََْ َْ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ َ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ ََ َ ََ ُُ‫نُ ِِبَال‬ ُ ‫نَُك‬ ُ ‫اءُ ِإ‬ ُ ‫نُالم‬ ُ ‫ُأ‬:‫ُ َوه َُوُ َمذهبُُاْلن ِفي ُِةُيرى‬:‫اْل ََّول‬ َ ُ ُ‫ُال َمذهب‬:‫ب‬ ُ ‫َعُثَلث ُِةُمذا ِه‬ ُ ُ‫ي‬ ُِ ِ‫يُالقلِيلُ َوالكث‬ ُ ‫اصلُب‬ ُ ِ ُ‫الق ْولُاختَلفوا‬ ِ ‫فُاْل َ ُدُالف‬ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ َْ َ َ ْ ْ ْ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َّ ِّ َّ َ َ ُُ‫كُط َرفُُ ِمنهُُيتحرك‬ ُ ‫نُ ِِبالُُل ُوُحر‬ ُ ‫نَُك‬ ُ ‫ُفإ‬،‫وصُالحريك‬ ُ ِ ‫فُاْلل‬ ُ ِ ُ‫َب‬ ُ ‫ُ َوالمعت‬.ُ‫الُيلصُُفه ُوُك ِثي‬ ُ ُ‫ن‬ ُ ‫نَُك‬ ُ ِ‫ُ َوإ‬،‫لُبعضُُفه ُوُق ِليل‬ ُ ‫يلصُُبعضهُُ ِإ‬ َ َ َ َ ِ ْ َّ ِ َ ََْ َ ْ َ َ َّ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ ْ َ َ َّ ُُ‫يب ُحنِيف ُة ُأنه‬ ُ ‫نُأ‬ ُ ‫ف ُع‬ ُ ‫ُفروىُأبو ُيوس‬:‫يك‬ ُ ِ ‫ف ُ ِجه ُِة ُالحر‬ ُ ِ ُ‫ُواختلفوا‬.ُ‫يلص‬ ُ ُ ‫ال‬ ُ ُ ‫الُيتحركُ ُفه ُو ُ ِمما‬ ُ ُ‫ن‬ ُ ‫ن َُك‬ ُ ِ‫ ُوإ‬،‫الط َرفُ ُاْلْخرُ ُفه ُوُ ِمما ُيلص‬ ْ َ َ ِ َ ْ َ َ َِ ْ َْ ْ ْ ْ َْ ْ ْ َّ َ َ ْ َّ َ ْ َ َّ َ ْ َّ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُُ‫ال ُوضوء‬ ُ ‫ي ُاغتِسالُ ُو‬ ُِ ‫ن ُغ‬ ُ ‫ف ُ ِروايةُ ُبِاِل ُِد ُ ِم‬ ُ ‫ ُو‬،ِ‫َب ُالح ِريكُ ُبِالوضوء‬ ُ ‫ ُوروى ُممدُ ُعنهُ ُأنهُ ُيعت‬،‫ي ُعنف‬ ُ ‫ن ُغ‬ ُ ‫الغتِسال ُ ِم‬ ُ ‫يعت‬ ِ ‫َب ُالح ِريكُ ُبِا‬ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ْ َّ َ َ َ َ ِ َ َ ْ َّ َ َ َ ْ َ ِ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ َ ْ ْ ُ‫ُ َوه َُو‬:ُ‫ي ُفه َُو ُكثِيُ ُال َمذهبُ ُاثلَّالِث‬ ُ ‫ن ُل ُم ُيتغ‬ ُ ‫ ُو ِإ‬،‫ي ُل ْونهُ ُأ ُْو ُ َطعمهُ ُأ ُْو ُ ِرَيهُ ُفه َُو ُق ِليل‬ ُ ‫ن ُتغ‬ ُ ِ‫ ُويرى ُأنهُ ُإ‬،‫ُ َوه َُو ُ َمذهبُ ُ َمالِك‬:‫ان‬ ُ ِ َّ‫ال َمذهبُ ُاثل‬ َ َ ْ َ َّ َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َّ َّ َ َ َّ َ َ ْ .ُ‫الُفه َُوُق ِليل‬ ُ ‫ُو ِإ‬،‫يُفه َُوُك ِثي‬ ُِ ‫اءُ ِإذاُبل ُغُقلت‬ ُ ‫نُالم‬ ُ ‫نُأ‬ ُ ‫ُويرو‬،‫َمذهبُُالشافِ ِع ُي ُِةُواْلنابِل ِة‬



Bab Tentang Hukum-Hukum Bersuci



45



‫‪5. Khilaful aula yakni seperti menggunakan air zam-zam untuk bersuci.36‬‬ ‫‪Perbedaan Mazhab Terkait Dua Kulah‬‬ ‫‪Syekh Wahbah az-Zuhaili merangkum beberapa pendapat berikut‬‬ ‫‪konversinya yang dikemas dalam tabel di bawah ini:37‬‬ ‫‪No‬‬ ‫‪Jenis‬‬ ‫‪Konversi‬‬ ‫‪1‬‬ ‫*‪Rithl Bagdad‬‬ ‫‪500 rithl‬‬ ‫‪2‬‬ ‫‪Rithl Syam‬‬ ‫‪81 rithl‬‬ ‫‪3‬‬ ‫‪Rithl Mesir‬‬ ‫‪446 rithl‬‬ ‫‪*yang dipilih oleh mayoritas mazhab Syafiiah, Hanabilah, Hanafiah‬‬ ‫)‪Ukuran sumur (bulat‬‬



‫)‪Ukuran wadah (kubus‬‬



‫‪Pendapat‬‬



‫)‪Tinggi: 2 hasta (96 cm +‬‬ ‫)‪Lebar: 1 hasta (48 cm‬‬



‫)‪Panjang: 1,25 hasta (60 cm +‬‬ ‫)‪Lebar: 1,25 hasta (60 cm +‬‬ ‫)‪Tinggi: 1,25 hasta (60 cm +‬‬



‫‪Syafiiah‬‬



‫‪Tinggi: 2,5 hasta (110 cm‬‬ ‫)‪+‬‬ ‫)‪Lebar: 1 hasta (48 cm‬‬



‫‪Hanabilah‬‬



‫‪No‬‬ ‫‪1‬‬



‫‪2‬‬



‫‪36‬‬



‫حاشيةُاْليجوريَُعُابنُقاسمُالغزيُ(‪ُ)205/1‬دارُاملنهاج‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫ََ َ َ َ‬ ‫َّ َ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ َ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ال‪ُ:‬‬ ‫يلُحيثُُق ُ‬ ‫ارحُُبِالمثِ ُِ‬ ‫يُاستِعمالُُكماُه ُوُظا ِهرُ‪ُ,‬وأش ُ‬ ‫اَّليُت َركهُُالم َصنِفُ‪َ ُ.‬وقولُ‪(ُ:‬اْلرامُ)ُأ ُِ‬ ‫قولُ‪َ (ُ:‬وه َُو)ُأ ُِ‬ ‫يُال ِقسمُُاْلا ِمسُُ ِ‬ ‫ارُإِِل ُِهُالش ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ َ َ َ َ‬ ‫مسةُ‪ُ :‬فيَجبُ ُاست َ‬ ‫َكلوضو ُِء ُالخ‪َ ُ,‬ولم ُيقل‪َُ:‬ك َ‬ ‫عَتي ُه ُاْلحَكمُ ُاْل َ َ‬ ‫لما ُِء ُالخ‪َ ُ,‬م َُع ُأنَّهُ ُمقتَ َ ُ َّ‬ ‫المثُ ُ َ‬ ‫رض‪ُ,‬‬ ‫ف ُالف ِ ُ‬ ‫عمالُ ُ ِ ُ‬ ‫ن ُالم ُ‬ ‫اصلُ‪ُ:‬أ ُ‬ ‫اء ُت ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫يل‪ُ.‬واْل َ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ضُ ِ ِ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫ََ‬ ‫َ َ‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ندبُُاست َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫فُ َّ‬ ‫فُإِزال ُِةُ‬ ‫ولُكما ُِءُزمز ُمُ ِ ُ‬ ‫خَلفُُاْل ُ‬ ‫ل‪ُ,‬ويكرهُُاستِعمالُُالمشم ِ ُ‬ ‫وبُوالمسب ُِ‬ ‫فل‪ُ,‬وَيرمُُاستِعمالُُالمغص ِ ُ‬ ‫اِل ُِ‬ ‫عمالُُ ِ ُ‬ ‫وي‬ ‫س‪ُ,‬ويكونُُ ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ َ‬ ‫َ ََ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫اِل َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫الُتركهُ‬ ‫جاس ُِة‪ُ,‬ويكونُُمباحاُوه ُوُماُلمُيطلبُاستِعمالُُو ُ‬ ‫‪37‬الفقه اإلسَلم وأدلهُ(‪ُ)234/1‬دارُالفكر‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬ ‫ام‪2(ُ:‬و‪ُ)1/2‬كغ‪ُ,‬‬ ‫الش ِ ُُّ‬ ‫الرطلُ ُ ُ‬ ‫طَل‪َُ ُ ،‬و ُِ‬ ‫ام ُ(‪ُِ ُ)81‬ر ُْ‬ ‫الش ِ ُ‬ ‫طَلُ ُ(‪َُ ُ)2‬و ُبِ ُ‬ ‫صي ُ(‪446‬و‪ُِ ُ)3/7‬ر ُْ‬ ‫قريباُ ُ(‪َُ ُ)500‬و ُبِال ُِم ُِ‬ ‫ي ُ ُت ُِ‬ ‫غدا ُِد ُِ‬ ‫طلُ ُ ُبَ ُ‬ ‫َخسُ ُ ُِم ُئَ ُِة ُ ُِر ُْ‬ ‫ان‪ُ ُ:‬‬ ‫َُوالقُ ُل ُتَ ُِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫ََ‬ ‫َفيَك ْونُ ُ ُقَ َ‬ ‫ف ُ َمَكنُُمُ ُِربعُ‪ُِ ُ:‬ذ َُراعُُِ‬ ‫اح ُِةُ ِ ُْ‬ ‫س َُ‬ ‫الم َُ‬ ‫كةُُُأو ُ(‪ُ)270‬لَُِتا‪َُ ُ ،‬و ُقدرُهُ َُما ُ ُبِ َُ‬ ‫يل‪ُ)15(ُ:‬تُن ُِ‬ ‫ص ُف ُايِح)ُ َُو ُِق ُ‬ ‫َكت ُ( ُ‬ ‫اويُ(‪ُ ُ)10‬ت ُن ُ‬ ‫س ُِ‬ ‫دره َُماُ(‪195،112‬كغ)ُ َُوتُ َُ‬ ‫َ َّ َ‬ ‫َ َ َ ََ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫عمقا‪ُ،‬‬ ‫نُ ُو ُنِصفُُ ُ‬ ‫اع ُِ‬ ‫اْل ُن ُابِ ُلةُ‪ُِ ُ:‬ذ ُر ُ‬ ‫الُ ُ‬ ‫عرضاُ‪ُ ُ.‬و ُق ُ‬ ‫نُعُمقا‪ُ ُ،‬و ُِذ ُراعُُ ُ‬ ‫اع ُِ‬ ‫ئ‪ُِ ُ:‬ذ ُر ُ‬ ‫ْل ُِ‬ ‫َك ُِ‬ ‫نُالمدو ُِرُ ُ‬ ‫َك ِ َِ‬ ‫الم ُ‬ ‫فُ ُ‬ ‫ط‪ُ ُ.‬و ِ ُ‬ ‫س ُِ‬ ‫َّل ُراعُُِالمُ ُت ُو ُِ‬ ‫عمقاُُ ُبِا ُِ‬ ‫عرضاُُ ُو ُِ‬ ‫َُو َُر ُبَعُُطُوالُُ ُو ُ‬ ‫َُو ُِذراعُطوالُ‪.‬‬



‫‪Syarah Fathal Qarib-Diskursus Ubudiyah‬‬



‫‪46‬‬