The Little Prince [PDF]

  • Author / Uploaded
  • BG
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Aku ingin menceritakan masa kecilku, dimana aku tumbuh dan besar di lingkungan pedesaan. Sungai membelah ladang dan kampungku, pegunungan membentang dari ujung ke ujung desa, cuitan burung-burung menambah ketentraman desaku. Pada saat aku kecil, aku seringkali diceritakan cerita pengantar tidur oleh ayahku, aku mendengar cerita tentang keganasan ular sanca yang telah merenggut beberapa domba milik petani, beberapa tetangga juga sering mengeluhkan tentang hilangnya ayam-ayam mereka, sudah barang tentu tersangkanya adalah sang ular sanca. Ketika itu, aku mencoba menggambarkan sesuatu yang aku dapatkan dari cerita tidurku. Mengijaminasikan apa yang telah aku peroleh dari cerita ayahku tersebut. Bagaimana ganasnya sang ular sanca tersebut. Aku menggambar dalam buku gambarku seekor gajah yang telah dilahap oleh sang ular sanca. Ular sanca melahapnya tanpa dikunyah, ia langsung menelan mangsanya. Seperti gajah yang aku gambarkan berada dalam perut ular tersebut. Aku memperlihatkannya kepada orang dewasa, berharap mereka takut apa yang sudah aku gambarkan. Seekor sanca yang menelan mangsanya hidup-hidup. Saat aku menunjukkan gambarku, aku kaget dengan jawaban mereka saat aku bertanya "takutkah Anda dengan gambarku?". "Buat apa aku takut dengan topi?" Ah, orang dewasa sangat membingungkan. Akhirnya ku perjelas gambar gajah yang telah ditelan si ular sanca tersebut. Aku perlihatkan kembali ke beberapa orang dewasa, dan apa yang mereka bilang kepadaku? "Sebaiknya kau belajar aritmatika" "Kau juga harus belajar geometri" "Statistika juga" "Oh iya, astronomi" "Jangan lupa matematika" Ketika aku beranjak dewasa, aku mengikuti saran para orang dewasa, dengan mempelajari Matematika, Geometri, Aritmatika, dan Astronomi. Hingga aku berfikir bahwa desa yang aku tempati sangat kecil bagi orang sepertiku. Aku pernah membaca, ikan mas akan tumbuh 2-3 kali lipat jika dipelihara di akuarium yang lebih besar. Maka aku putuskan untuk keluar dari desa, mengembara, mengunjungi banyak desa-desa lainnya yang terdapat di dunia. Oleh karena itu, aku mulai belajar menerbangkan pesawat. Dua tahun aku mengembara, tak terhitung pengalaman yang aku dapat, tak terhitung pula rute yang aku lalui. Sudah banyak desa yang aku kunjungi. Italia, Luxemburg, China, dan desadesa lainnya. Hingga suatu ketika, pesawatku rusak saat aku memasuki daratan mesir. Aku mencoba untuk memperbaiki apa yang ada, tapi nasib sedang tidak berpihak padaku. Pesawatku jatuh di gurun sahara. Di sana, di gurun sahara, siang begitu sangat menyengat dan malam begitu sangat dingin. Aku tak tahu harus bagaimana, apakah perjalananku akan berakhir disini?.



“Ketika misteri terlalu kuat, satu yang tak bisa ditolak. Aku bertemu dengan anak kecil, dia memintaku untuk menggambarkan domba”. “Kalau boleh, gambarkan aku domba” Aku tak percaya ada seorang anak kecil berdiri di depanku dan memintaku untuk menggambarkan domba, hal yang begitu mustahil begitu aku ingat tempat ini adalah gurun sahara. Aku berkali-kali meyakinkan diri bahwa itu adalah seorang anak kecil dan bukan sebuah halusinasi. Seperti kebanyakan cerita, bahwa orang sering mengalami halusinasi ketika berada di tempat sepertiku. “Gambarkan aku domba”, begitu kalimat yang ia ulang-ulang 3 kali memecah keherananku. “Menggambar?, aku tak tahu caranya menggambar” jawabku. “Itu tidak penting”, jawab anak kecil tersebut. “Baiklah, aku akan menggambarkanmu domba” Domba pertama yang aku gambar terlalu penyakitan, hingga untuk makan rumput saja dia tak mampu. Domba kedua yang aku gambar tidak mirip sama sekali, “kau bisa lihat, ini tidak domba. Domba tidak memiliki tanduk, ini kambing jantan”, begitu kata anak kecil tersebut. Dan yang satu ini, domba ketiga yang aku gambar, dia terlalu tua. Untuk menopang badannya saja dia tidak mampu. “ah, anak kecil sungguh membingungkan” “aku mau domba yang bisa hidup lama” dia mengatakan itu sembari menyerahkan kertas gambar untuk ku gambarkan lagi domba yang sesuai hatinya. Jadi, aku gambarkan dia kubus dengan 3 lubang di sampingnya. “domba yang kau minta ada di dalam”. “Ini tepat seperti yang ku minta, apa kamu pikir domba ini akan makan banyak rumput?, karena di tempat yang aku tinggali, semuanya begitu kecil” “Aku yakin akan ada cukup rumput untuk dia makan, lagipula dia domba yang sangat kecil” Antara bingung dan heran dengan apa yang dia bicarakan, imajinasi anak kecil ini sangat membuatku terkesan. Ah, sungguh anak kecil membingungkan.



Anak kecil yang aku temui di gurun sahara tersebut adalah Pangeran, seorang pangeran kecil, begitu dia menyebut dirinya. Si pangeran kecil sangatlah menyukai matahari terbenam, bagi dia tak ada yang lebih indah dari matahari terbenam. Kadang, dia bisa melihatnya sampai 44 kali matahari terbenam, planetnya sangatlah kecil, dia hanya perlu menggeser kursinya saja untuk berpindah tempat melihat matahari terbenam lainnya. Tapi, planet yang sangat kecil pun juga mempunyai kelemahan, dia butuh domba untuk memakan kecambah Baobab. Baobab adalah pohon yang rakus. Dia setiap hari menghabiskan waktunya untuk membersihkan kecambah Baobab yang tumbuh, atau kalau saja terlambat kecambah Baobab tadi akan tumbuh menjadi pohon Baobab dan berakibat bencana. Hingga pada suatu hari, ada bibit lain yang tumbuh entah darimana, kecambah baru muncul. Si pageran kecil berkeyakinan bahwa bibit itu akan menjadi sesuatu yang luar biasa. Si pangeran kecil menjaga bibit itu supaya tetap tumbuh, “Aku tahu kau menakjubkan, jadi tetaplah tumbuh”, begitu bisik si pangeran kecil kepada bibit itu sembari menemaninya tidur, pada malam itu. Bibit itu sekarang tumbuh besar, menjadi mawar merah yang cantik. “aku tahu itu, betapa cantiknya dirimu” “maafkan aku, aku masih setengah mekar, aku masih terihat buruk”, kata mawar “kau sempurna” “benarkah?” “dan kau tidak menyadari hal tersebut” “aku lahir pada saat yang sama matahari terbit” Disana, mereka berdua melihat matahari terbit pertama dan matahari terbenam pertama mereka. “aku sangat suka matahari terbenam, tapi aku juga menyukai matahari terbit sekarang” “tempatmu tinggal sangatlah dingin”, ujar mawar “oow, aku akan menutupimu dengan tabung kaca, berlindunglah” Mawar, dengan cepat ia mulai menyiksa si pangeran kecil dengan kesombongannya. “Apa kau cukup baik untuk memikirkan diriku, kebutuhanku. Ku rasa, kau sendiri tidak punya pelindung. Sekarang, taruhlah aku dibawah tabung kaca, sekarang!. Kecantikanku, kebutuhanku, perlindunganku” Sekarang, yang sangat memalukan dari mereka adalah mereka sangat mencintai satu sama lain, tapi mereka berdua terlalu muda untuk mengetahui bagaimana sepantasanya mencintai. Penuh dengan ketidakyakinan, pangeran kecil kabur. Meninggalkan mawar sendiri dibawah tabung kaca bersama kesombongannya. “tentu aku mencintaimu, sangat. Jika kau tidak sadar akan hal itu, itu salahku. Tolong, maafkan aku”, ujar mawar.



Dan pergilah pangeran kecil tanpa berkata-kata, bukannya ia tak mau mengatakan apapun terhadap mawar, tapi ia sendiri tak tahu lagi apa yang harus ia katakan. Pangeran kecil pergi, tapi ia sendiri tak tahu harus kemana. Ia hanya berkeyakinan, bahwa kepergiannya hanyalah langkah awal untuk berpetualang dan kembali ke mawar. “aku pasti akan kembali, aku mencintaimu, tapi aku tidak tahu bagaimana mencintaimu” Si pangeran kecil memulai perjalanannya, ia pergi melewati asteroid 329, 330, 331, 334. Ia bertemu dengan Raja di asteroid 329. “apakah kau seorang Raja?”, tanya pangeran kecil. “iya, aku seorang raja, dan aku bisa memerintah semuanya”. “apa kau bisa memerintah matahari?” “apa saja bisa ku perintah” “baik, kalau begitu, aku memohon kepadamu, aku sangat suka matahari terbenam, itu akan mengingatkanku pada mawarku. Tolong, perintahkan matahari untuk terbenam” “kau akan mendapatkan matahari terbenammu, aku akan memerintahkannya. Tapi, aku harus menunggu sampai kondisinya memungkinkan”. “kapankah itu?” “kira-kira hal itu akan terjadi sore ini, sekitar 20 menit pada pukul 5 sore” “ooh” Si pangeran kecil melanjutkan perjalannya, hingga sampailah ia kepada planet 330. Bertemulah ia kepada seseorang yang pakainnya mirip dengan pakaian dekade 80-an di Inggris raya, pakaian kebangsaan. “anda memakai topi yang lucu, tuan” “apa?, sebenarnya ini topi penghormatan, untuk diangkat ketika orang-orang memujiku. Tepuk tanganmu, tepukkan saja” “baiklah” “ooh, terima kasih, terima kasih, terima kasih, terima kasih. Yah, kau sudah lihat?” “kau......... aneh” “apa kau benar-benar menyukaiku?, aku adalah orang tertampan, terhormat, terkaya, terbagus pakaiannya, terpandai di planet ini.” “tapi tuan, kau adalah satu-satunya yang menghuni planet ini” “tolong, dan, pujalah aku seperti yang lain” Dan pangeran kecil melanjutkan perjalannya ke asteroid 331. Dia bertemu dengan orang yang arogan dan keras kepala. “untuk apa anda melakukan semua ini tuan?” “apa?” “pekerjaan ini” “aku memiliki bintang, aku mengurusnya, dan aku menghitungnya. Aku hitung, dan hitung” “untuk apa, apa untungnya buat dirimu?” “itu bisa membuatku kaya, kau tahu!” “apa untungnya anda kaya?” “aku bisa membeli bintang lagi, dan aku bisa membeli apapun yang bisa kau pikirkan. Pergilah, aku sedang sibuk!”



Ini sepertinya akan menjadi perjalanan terakhir bagi pengeran kecil, dia tiba di asteroid 334. Dia berada di padang pasir yang sangat luas. Pangeran kecil bertemu dengan ular. “ada dimanakah aku?” “kau berada di planetku, bumi. Dan kau sedang berada di Afrika” “kau hewan apa?, kau tidak punya kaki. Bagaimana bisa kau berjalan?” “aku bisa membawamu pergi sejauh perahu yang bisa membawamu pergi. Aku bisa membantu kau suatu hari nanti jika kau rindu planetmu” “ku rasa, aku mengerti kamu” Si pangeran kecil terus saja berjalan hingga ia nanti bertemu dengan rubah, tapi itu terjadi setelah ia berjalan melewati padang pasir. Si rubah datang, dia keluar dari tempat persembunyiannya. Dia bersembunyi, menghindari si pangeran kecil. “hai, mainlah denganku” “aku tidak bisa bermain denganmu, aku belum dijinakkan” “apa maksudnya?” “menjinakkan artinya, membangun hubungan. Bagiku, kau hanya seorang anak kecil yang sama dari 100 ribu anak kecil lainnya. Dan bagimu, aku adalah seekor rubah yang sama dari 100 ribu rubah lainnya. Dan aku tidak butuh kau, kau juga tidak butuh aku. Tapi jika kau membangun hubungan denganku, kita akan saling membutuhkan satu sama lain”. Si pangeran kecil mencoba membangun hubungan dengan rubah, pada akhirnya dia pun berhasil. Mereka berdua bermain di padang ilalang, petak umpet. Hingga mereka benar-benar seperti orang yang saling membutuhkan. Mereka berdua saling kejar-kejaran, hingga si pangeran kecil terhenti di sebuah taman yang ditumbuhi banyak sekali bunga mawar. Dia kembali teringat dengan mawarnya. Dia berfikir, sangat keras. Mengingat kembali ucapan mawarnya. “siapa kalian?”, tanya si pangeran kecil “kami adalah mawar” “mawarku hanya mawar biasa?. Tapi dia bilang padaku bahwa ia adalah satu-satunya dari jenisnya di seluruh jagat raya”. “dia bukan mawar biasa, dia mawar milikmu. Waktu ketika kau setia padanya, itu membuat mawarmu sangat penting”, kata rubah memecah kebingungan yang dialami temannya. “dia mawarku” “kau harus kembali kepadanya” Ketika itu, sore tiba. Rubah dan si pangeran kecil menikmati matahari yang hendak terbenam. Rubah tahu, bahwa pangeran kecil akan kembali ke planetnya, dia akan menemui mawarnya. “apa kau akan menangis?”, tanya si pangeran kecil kepada rubah. “....” “aku menjinakkanmu tidak membawa hal baik sama sekali buatmu” “biar ku beri kau hadiah dari sebuah rahasia” “baiklah” “Hanya dengan hati seseorang bisa melihat dengan benar, yang paling penting justru tak terlihat oleh mata”