Thrifting Sebagai Budaya Milenial [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

THRIFTING SEBAGAI BUDAYA MILENIAL Makalah ini Disusun Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia



WARDATUL FAIZATI AMORA XI MIPA 5 17189



KELOMPOK MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 BUKITTINGGI 2021



Kata Pengantar



Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan serta nikmat sehat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Thrifting Sebagai Budaya Milenial. “ Makalah ini ditulis sebagai salah satu tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Penulis mencoba menggali tentang mengapa remaja milenial zaman sekarang sangat kecanduan thrifting tersebut. Penulisan makalah ini didukung oleh berbagai pihak penulis ucapan terimakasih kepada ibu Nila Amita S,Pd. Selaku guru pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada orang tua yang telah memberikan dukungan, baik secara moril maupun materil. Terimakasih penulis ucapkan kepada teman teman yang telah memberikan dorongan semangat selama penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis harap kritik dan saran terhadap makalah ini demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.



Bukittinggi, 28 Februari 2021



Penulis



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern, untuk memenuhi kebutuhan fashion atau dalam KBBI adalah (fasyen), banyak cara yang dapat dilakukan untuk kegiatan tersebut. Apalagi untuk remaja yang memiliki keterbatasan dalam hal biaya (budget). Oleh karena itu, untuk menghemat biaya remaja melakukan jalan pintas dengan cara thrifting. Thrifting berarti sebuah kegiatan jual-beli barang bekas yang masih sangat bagus dengan harga yang sangat murah dari pasaran. Namun jika dilihat pengertian dari bidang usaha, maka thrifting memiliki arti upaya dalam menjual barang bekas dengan kualitas yang masih sangat bagus karena baru digunakan beberapa bulan saja.1 Hal ini dilakukan oleh para remaja demi mendapatkan fashion yang berkualitas tetapi minim dalam budget. Thrifting awalnya dianggap sebagai budaya yang negatif, karena membeli pakaian yang telah usang atau telah siap dipakai oleh orang lain. Namun seiring dengan berjalannya waktu thrifting yang tadinya dianggap negatif tersebut berubah terbalik orang orangpun lambat laun menyukai thrifting. Thrifting kemudian dianggap sangat membantu fasyen orang mendapat sebuah fasyen yang bagus dengan minim budget itulah thrifting. Dalam makalah ini akan dijabarkan bagaimana sejarah thrifting, dampak dalam kehidupan remaja, serta solusi untuk menyambut budaya thrifting yang merupakan budaya baru dalam kehidupan remaja. Untuk mengumpulkan bukti dalam penyusunan makalah ini, maka penulis menggunakan metode observasi dan wawancara kepada sebagian remaja. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya mengenai thrifting sebagai budaya milenial, maka dapat dirumuskan rumusan masalah yang akan dibahas. Yaitu, Bagaimana sejarah thrifting yang kemudian menjadi popular di kalangan milenial? Kemudian, Bagaimana dampak thrifting tersebut kepada kehidupan remaja? Lalu Bagaimana pengaruh psikologi dan perkembangan remja dalam obsesinya untuk menigkuti tren thrifting? Serta Bagaimana solusi untuk remaja dalam menghadapi budaya yang masuk di era kehidupannya. 1



Ismail, I.(2020).Apa Itu Bisnis Thrifting?.(https://accurate.id/bisnis-ukm/apa-itu-bisnis-thrifting/, diakses pada tanggal 17 Februari 2021, pukul 15.41)



C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Makalah ini bertujuan untuk menjabarkan sejarah thrifting yang kemudian popular di kalangan milenial. Dalam makalah ini juga akan dijabarkan dampak thrifting tersebut dalam kehidupan remaja. Serta makalah ini akan membahas tentang pengaruh psikologi dan perkembangan remja dalam obsesinya untuk menigkuti tren thrifting



serta memaparkan solusi untuk remaja dalam



menghadapi budaya yang masuk di era kehidupannya.



BAB II PEMBAHASAN



A. Sejarah Thrifting Thrifting saat ini dikenal sebagai salah satu istilah dalam dunia belanja fashion (fasyen). Secara bahasa thrift sendiri diambil dari kata thrive yang berarti berkembang atau maju. Sedangkan kata-kata thrifty sendiri dapat diartikan sebagai cara menggunakan uang dan barang lainnya secara baik dan efisien. Thrifting secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kegiatan membeli barang bekas yang layak pakai. Dalam kegiatan ini, peminatnya mempunyai tujuan untuk mendapatkan barang-barang bermerek mahal namun dapat dibeli dengan sangat murah. Tujuan lain dari para peminat thrifting yaitu mendapatkan model barang terutama pakaian yang tidak biasa dan model-model yang langka dipakai oleh kalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan jika membeli produk baru, maka produsen pasti memproduksi produk tersebut dalam jumlah yang banyak. Sehingga, model tersebut sangat banyak dipakai oleh berbagai kalangan. Maka dari sinilah, thrifting datang dalam dunia modern untuk memenuhi kebutuhan fashion bagi para milenial. Namun tren yang banyak diminati oleh kalangan muda sekarang, tidak lahir setahun atau dua tahun yang lalu. Tren ini bahkan sudah mengalami beberapa periodisasi dalam perkembangannya. Berikut periodisasi dai tthrifting sendiri2 : 1) Periode 1760-1840 (Revolusi Industri : Produksi massal menghasilkan konsumsi yang lebih besar.) Pada periode ini, merupakan latar belakang lahirnya budaya thrifting. Karena, pada periode ini yang merupakan dampak dari revolusi industri, dimana masyarakat menggunakan pakaian sebagai barang sekali pakai sehingga barang yang menumpuk dipakai oleh imigran. 2) Periode 1760-1840 (Salvation Army datang ke U.S.A) Pada periode kedua ini salah satu Thrift Store tertua datang membawa inovasi donasi pakaian tangan ke-dua. Sebuah shelter yang dibuatnya bernama “Salvage Bridge”, yang mana shelter ini menghimpun barang bekas dari berbagai donatur kemudian disumbangkan bagi orang yang membutuhkan 2



USS FEED.(2019).A Brief History of Thrifting.(https://www.ussfeed.com/a-brief-historyofthrifting/#:~:text=The%201920s&text=Masyarakat%20saat%20itu%20bahkan%20tidak,store %20dikategorikan%20sebagai%20department%20store, diakses pada tanggal 5 Maret 2021, pukul 20.00)



3) Periode 1920-an (Depressi ekonomi yang besar dan bangkitya Thriftshop Retail) Krisis besar Amerika yang kemudian menyebabkan kemiskinan, bahkan untuk membeli pakaian baru sangat sulit bagi masyarakat. Dilatar belakangi oleh hal ini, maka orang-orang beralih kepada toko pakaian bekas atau Thrit Shop. Toko terbesarnya yaitu Goodwill Industries yang banyak menyuplai stok pakaian dan peralatan ruma tangga. 4) Periode 1990-an (Penampilan Grunge naik daun) Pada periode ini model Grunge yang dipopulerkan Kurt Cobain yang menjadi panutan remaja saat itu memperkealkan modelnya dari gaya thrift. Model yang identik dengan ripped jeans, flanel shirt, dan layering yang cukup banyak. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja harus berbelanja ke Thrift Shop atau dengan kata lain melakukan thrifting. 5) Periode 2000-an (Gelombang baru Thrifting) Berdasarkan data IBISWorld, thrift store adaah bagian dari industri besar yang bernilai 14,4 triliun dolar. Pada saat ini kemunculan tren baru ini, menjadi racun bagi para milenial. Terlihat membludaknya thrift store online dan offline. Melihat dari sejarah thrifting di atas, sebenarnya awal dari kegiatan thrifting hanyalah sebuah bentuk kegiatan amal untuk orang-orang yang tidak mampu membeli pakaian. Namun sesuai perkembangan zamannya, thrifting kemudian menjadi sebuah tren budaya yang mengubah dunia fashion di seluruh dunia. Thrifting kemudian menjelma menjadi sebuah lahan industri penjualan barang-barang bekas namun masih sangat layak pakai. Dalam dunia fashion, thrifting kemudian menjadi sebuah tren budaya yang mana peminatnya menginginkan barang-barang bermerek dan bagus, namun dapat dibeli dengan sangat murah. Kegiatan ini kemudian menjamah kalangan milenial terlebih bagi para remaja yang dalam masa pubernya menginginkan penampilan berbeda dari kalangannya. Sehingga, kegiatan thirfting ini sangat berdampak besar bagi kalangan milenial dalam kehidupannya saat ini. B. Dampak Thrifting bagi kehidupan remaja Thrifting pada saat ini sangat mendominasi persaingan di dunia fashion bagi para remaja. Tren ini, mengubah pandangan masyarakat bahwa membeli barang yang telah menjadi barang bekas adalah buruk. Tren ini kemudian berdampak bagus bagi kehidupan remaja. Hal ini dikarenakan tren thrifting menyuguhkan barang berkulitas walaupun bekas pakai. Brand-brand besar yang dijual mahal dapat ditemukan dengan harga sangat murah.



Sehingga, melihat situasi bahwasanya remaja memiliki gengsi yang tinggi, maka dengan tren ini kehidupan boros akan dapat dicegah. Dengan harga yang sangat jauh dari harga aslinya, maka pengeluaran dari remaja yang ingn memiliki brand ternama dapat ditekan. Oleh karena itu tren ini kemudian dapat menjadi alternatif yang sangat menarik bagi kehidupan remaja. Dapat dikatakan bahwasanya tren ini sangat bagus bagi mereka yang ingin menjalani gaya hidup ramah lingkungan, membeli barang bekas adalah cara paling mudah untuk menerapkan manfaat penggunaan kembali dan daur ulang pada fesyen.3 Jadi tren budaya thrifting bagi remaja milenial sangat bagus, terutama bagi lingkungan serta kehidupan berhemat bagi mereka yang sedang dalam masa pengembangan jati dirinya. Mereka dapat memakai kembali (reuse) barang-barang bekas sehingga menyelamatkan lingkungan. Walaupun memakai barang bekas, hal ini tidak akan mengubah ataupun membuat penampilan mereka menjadi jelek. Namun seperti dua sisi mata uang, tren Thrifting kemudian juga dapat berdampak buruk bagi



kehidupan remaja itu sendiri. Hal-hal negatif seperti budaya konsumtif



contohnya. Tren ini akan mendorong budaya konsumtif yang berlebihan karena seperti prinsip ekonomi, bahwasanya jika harga murah maka permintaan akan meningkat. Selain budaya konsumtif, remaja juga kemudian akan kehilangan jati diri jika mengikuti tren yang memang bukan passion dari dirinya sendiri. Tak hanya itu, bagi remaja yang tidak mengerti tren ini, kemudian melakukannya dengan asal-asalan, maka akan berdampak buruk pada kesehatan. Hal ini dikarenakan barang-barang thrifting merupakan barang dari luar yang kemudian membawa kuman dan virus yang dapat membahayakan kesehatan. C. pengaruh psikologi dan perkembangan remja dalam obsesinya untuk menigkuti tren thrifting Dalam perkembangannya setiap manusia pasti memlalui prode berurutan dari masa anak anak remaja hingga dewasa. Dalam perjalanannya masa remaja adalah masa yang labil dalam aspek psikologis. Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi ( High curiosity ), hal ini didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertulang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya.4 Berdasarkan hal tersebut terkait dengan tren budaya thrifting, maka remaja lebih terdorong untuk mengikuti budaya yang masuk seperti thrifting ini. 3



Ruwayuri, D.(2020).Fast Fashion, Pakaian Bekas dan Dampaknya pada Lingkungan. (https://www.kompasiana.com/deanruwayari7727/5fc46ae4bb44866d826290d2/fast-fashion-pakaian-bekasdan-dampaknya-pada-lingkungan, diakses pada tanggal 5 Maret 2020, pukul 23.11) 4 Ali, M., Asrori,M.(2004).Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.Jakarta : PT Bumi Aksara



Oleh karena itu, remaja akan menjadi salah satu subjek paling terobsesi dalam hal mengikuti budaya baru selayaknya thrifting. Sebenarnya dorongan ini tidak hanya dipengaruhi oleh aspek psikologis remaja sendiri, tetapi lebih banyak factor yang dapat mendorong hal tersebut. Dorongan ini seperti lingkungan bergaul, emosi dan gengsi dari remaja. Maka dengan dorongan ini, ditambah dengan dorongan gen/psikologis remaja tersebut, obsesi dalam mengikuti jaman seperti budaya thrifting ini sangat digandrungi oleh remaja. Sebab itu, kebanyakan pelaku thrifting merupakan remaja milenial yang secara psikologis mendapatkan dorongan lebih atas obsesinya. D. Solusi bagi remaja dalam menghadapi thrifting sebagai budaya yang masuk di era kehidupannya Thrifting telah menjadi budaya baru dalam kehidupan para milenial. Namun, budaya ini kemudian tidak semata-mata membwa dampak yang baik bagi remaja. Sehingga, diperlukan solusi untuk menghadapi budaya baru ini agar dapat menyaring dampak-dampak negatif dari thrifting. Pertama, soal fashion, bahwasanya jangan terlalu mengikuti tren yang digandrungi orang banyak. Percayalah kepada diri sendiri, bahwasanya kita memiliki pesona dan potensi masig-masing. Selanjutnya kepada biaya dan budget. Untuk menghemat ini, perhitungkanlah segala biaya yang masuk dan keluar, fashion penting bagi kita remaja. Namun, memaksakan keadaan dengan konsumttif berlebihan tidak baik. Usahakan menabung, dan beli sesuai kebutuhan. Yang terakhir, terkait dengan kesehatan dalam berbelanja thrifting bagi para milenial. Hal ini dikarenakan barang-barang thrifting kebanyakan barang bekas yang di impor dari luar negeri. Sehingga kebersihannya masih dapat dipertanyakan. Solusinya, dalam menghadapi dampak yang cukup serius ini, maka milenial dapat menggunakan masker kesehatan dalam berbelanja. Terlebih lagi memasuki thrift shop yang membuka bal barunya. Selalu cuci tangan setelah berbelanja di thriftshop, hal ini penting agar virus yang terbawa dalam barang-barang yang dibeli tidak masuk ke tubuh melalui media tangan. Terakhir, selalu cuci barang-barang yang dibeli sesampainya di rumah. Dengan demikian kesehatan dalam kegiatan thrifting tidak terganggu. Thrifting memang saat ini tidak lagi dianggap memalukan, penggemarnya bisa dikatakan para hipster yang ingin terlihat dan tampil berbeda. Buat pelajar atau mahasiswa yang punya bujet terbatas tapi ingin tetap terlihat menarik dan keren. Jelas bahwasanya thrifting merupakan salah satu opsi yang sangat baik! Bahkan, sebenarnya kita juga bisa



membantu bumi dengan me-reuse pakaian dan barang-barang yang ada.



5



Dengan adanya



thrifting dalam dunia modern milenial saat ini, maka sangat mempengaruhi dunia fashion terutama bagi para milenial yang sangat menggandrungi dunia fashion. Apalagi milenial pada saat ini ingin tempil beda daripada orang lain, maka thrifting merupakan suatu tren dan budaya yang bagus



5



Gulfira, N.(2015).The Art of Thrifting, Panduan Berburu Barang Vintage dari Pasar Gedebage Sampai Camden Market, London.Yogyakarta : PT Bentang Pustaka



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Thrifting merupakan sebuah budaya yang baru dalam kehidupan remaja. Kegiatan ini merupakan bentuk reuse barang-barang bekas terutama barang fashion bagi kehidupan remaja saat ini. Thrifting hadir bukan pada akhir-akhir ini namun telah lama dan berkesinambungan sampai sekarang. Dalam budaya baru bagi remaja saat ini, thrifting memang menyuguhkan berbagai dampak positif namun dapat berdampak negatif jika tidak dihadapi dengan benar. Sebab itu langkah dan solusi yang baik harus diterapkan oleh remaja dalam budya ini agar dapat menyaring dampak yang buruk dari budaya thrifting. B. Saran Makalah ini, disusun dengan observasi yang kurang maksimal. Oleh karena itu, penulis berharap bahwasanya, dalam penelitian selanjutnya pembaca dapat memperbaiki kekurangan dan menemukan bahan observasi yang banyak. Lakukanlah observasi dengan objek utama manusia yang terlibat dalam hal thrifting,



DAFTAR RUJUKAN



Ali, M., Asrori,M.(2004).Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.Jakarta : PT Bumi Aksara Gulfira, N.(2015).The Art of Thrifting, Panduan Berburu Barang Vintage dari Pasar Gedebage Sampai Camden Market, London.Yogyakarta : PT Bentang Pustaka Ismail, I.(2020).Apa Itu Bisnis Thrifting?.(https://accurate.id/bisnis-ukm/apa-itu-bisnisthrifting/, diakses pada tanggal 17 Februari 2021, pukul 15.41) Ruwayuri, D.(2020).Fast Fashion, Pakaian Bekas dan Dampaknya pada Lingkungan. (https://www.kompasiana.com/deanruwayari7727/5fc46ae4bb44866d826290d2/fastfashion-pakaian-bekas-dan-dampaknya-pada-lingkungan, diakses pada tanggal 5 Maret 2020, pukul 23.11) USS FEED.(2019).A Brief History of Thrifting.(https://www.ussfeed.com/a-brief-history-ofthrifting/#:~:text=The%201920s&text=Masyarakat%20saat%20itu%20bahkan %20tidak,store%20dikategorikan%20sebagai%20department%20store., diakses pada tanggal 5 Maret 2021, pukul 20.00)