TONSILEKTOMI [PDF]

  • Author / Uploaded
  • hsd
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN PRE TONSILEKTOMI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Mata Ajar Perioperatif Dosen Mata Ajar : Maria Putri U.M.Kep/Tim



Disusun Oleh : Gita Ayu Destiana



2620152781



Vikky Fatmawati P



2620152804



Linda Sella Puapita S



2524202448



AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA 2017



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat, dan karunia-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan Pre Tonsilektomi”. Laporan ini kami buat untuk memenuhi tugas Asuhan Keperawatan Perioperatif 2016/2107. Kami menyadari banyak hambatan yang kami alami dalam proses pngerjaannya, namun kami sanggup menyelesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu Selaku pembimbing lahan kami yang telah membimbing kami dalam mengerjakan laporan ini. 1. 2. 3. 4.



Ibu Maria Putri Sari Utami, S.Kep.,Ns, M.Kep Bapak Rudi Haryono, S.Kep., Ns, M.Kep Ibu Brigita Ayu, S.Kep., Ns, M.Kep Ibu Ni Ketut K., SKp., M.Kep., Sp. Kep.MB



Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan asuhan keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian kami berupaya menyelelesaikan Asuhan Keperawatan ini dengan sebaik mungkin dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, kritik dan saran guna penyempurnaan makalah dan Asuhan Keperawatan ini. Semoga makalah dan Asuhan Keperawatan ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Yogyakarta, 09 September 2017



Penyusun



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL



i



LEMBAR PENGESAHAN .............................................................



ii



KATA PENGANTAR



iii



DAFTAR ISI



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan



1 2



BAB 2 KONSEP DASAR A. Pengertian



3



B. Etiologi



3



C. Klasifikasi................................................................................................



4



C. Patofisiologi



4



D. Manifestasi Klinik



7



E. Pemeriksaan Penunjang



7



F. Penatalaksanaan



8



G. Pengkajian Fokus



10



H. Diagnosa Keperawatan



11



I. Fokus Intervensi



11



BAB 3 TINJAUAN KASUS 1.



Pengkajian dan analisa data



2.



Diagnosa keperawatan



3.



Perencanaan



4.



Implementasi



5.



Evaluasi



BAB 4 PEMBAHASAN BAB 5 PENUTUP DAFTAR PUSTAKA



BAB I



PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amandel adalah sekumpulan jaringan limfoid yang terletak di bagian belakang tenggorokan, merupakan bagian dari cincin waldeyer yang berhubungan dengan pengendalian infeksi pada manusia. Fungsi cincin waldeyer adalah sebagai benteng bagi saluran makanan maupun saluran napas dari serangan kuman. Tonsilitis yang merupakan radang amandel dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan penyebab infeksi maupun non infeksi lainnya. (Richard, dkk. 2014) Tonsil merupakan salah satu pertahanan tubuh terdepan. Antigen yang berasal dari inhalan maupun ingestan dengan mudah masuk ke dalam tonsil hingga terjadi perlawanan tubuh dan bisa menyebabka peradangan oleh virus yang tumbuh di membran mukosa kemudian terbentuk fokus infeksi. Keadaan ini akan semakin berat jika daya tahan tubuh penderita menurun akibat peradangan virus sebelumnya. Tonsilitis akut yang disebabkan oleh bakteri disebut peradangan lokal primer. Setelah terjadi serangan tonsilitis akut, tonsil akan sembuh atau bahkan tidak dapat kembali sehat seperti semula. Penyembuhan yang tidak sempurna akan menyebabkan peradangan ringan pada tonsil. Peradangan



dapat



menyebabkan keluhan tidak nyaman kepada penderita berupa rasa nyeri saat menelan karena sesuatu yang ditelan menyentuh daerah yang mengalami



peradangan.



Peradangan



tonsil



akan



mengakibatkan



pembesaran yang menyebabkan kesulitan menelan atau seperti ada yang mengganjal di tenggorok. Pada anak biasanya keadaan ini juga dapat mengakibatkan keluhan berupa ngorok saat tidur karena pengaruh besarnya tonsil mengganggu pernafasan bahkan keluhan sesak nafas juga dapat terjadi apabila pembesaran tonsil telah menutup jalur pernafasan. Jika peradangan telah ditanggulangi, kemungkin tonsil kembali pulih seperti semula atau bahkan tidak dapat kembali sehat seperti semula.



Apabila tidak terjadi penyembuhan yang sempurna pada tonsil, dapat terjadi infeksi berulang. Apabila keadaan ini menetap, bakteri patogen akan bersarang di dalam tonsil dan terjadi peradangan yang kronis atau yang disebut dengan tonsilitis kronis. (Elmatris, dkk. 2016) Tonsilektomi merupakan operasi yang sering dikerjakan di bagian THT, dan 75% dari operasi tersebut dilakukan pada anak yang berumur kurang dari 15 tahun. Di Amerika Serikat (AS) setiap tahunnya, operasi tonsilektomi ini dilakukan pada 530.000 orang anak berumur dibawah 15 tahun. Di Inggris, frekuensi tonsilektomi dan adenoidektomi pada rentang tahun 1987 -1993 telah dilakukan 70.000-90.000 operasi pertahunnya. Sedangkan di Indonesia, belum dilakukan pendataan nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi atau tonsiloadenoidektomi. Namun data yang didapatkan dari RSUPN Cipto Mangunkusomo Jakarta selama 5 tahun terakhir (1999-2003) menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah operasi tonsilektomi dari tahun ke tahun. Fenomena penurunan terlihat pada jumlah operasi tonsiloadenoidektomi, yang hanya mengalami puncak kenaikan pada tahun kedua (275 kasus) kemudian terus menurun sampai tahun 2003 (152 kasus). Sedangkan data dari rumah sakit (RS) Fatmawati dalam 3 tahun terakhir (2002-2004) menunjukkan kecenderungan kenaikan jumlah operasi tonsilektomi dan penurunan pada jumlah operasi tonsiloadenoidektomi. Di Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher RSUP Dr. M. Djamil Padang sendiri, mencatat pada periode April 2009 sampai Juni 2009 (3 bulan) didapatkan 46 kasus tonsilektomi dan tonsiloadenoidektomi. (Novialdi, 2015)



B. Tujuan



Tujuan umum : 1. Mampu menerapkan masalah serta hambatan yang timbul dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tonsilitis. Tujuan khusus : 1. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan tonsilitis 2. Mampu mengelompokkan data dan menganalisa data yang didapat dari pengkajian. 3. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien tonsilitis. 4. Mampu menyusun perencanaan, intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul pada klien tonsilitis 5. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien dengan tonsilitis C. Manfaat Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak baik teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis Sebagai penambah keilmuan khususnya



tentang



Keperawatan Pada Pasien Pre Oprasi Tonsilektomi” 2. Manfaat Praktis a. Bagi pasien dan keluarga pasien sebagai



”Asuhan



acuan



untuk



meningkatkan perawatan dan sebagai informasi supaya lebih memperhatikan kesehatan. b. Bagi perawat sebagai acuan



untuk



meningkatkan



mutu



pelayanan kesehatan. c. Bagi penulis sebagai acuan untuk meningkatkan kemampuan untuk melakukan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre post Tonsilektomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tonsilitis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi pada tonsila platina yang menetap. Tonsilitis adalah infeksi akut, rekuren



atau kronik pada tonsilatau Faringotonsil, yang dapat disebabkan oleh berbagai virus seperti Streptococcus Beta Hemolitikus, Streptococcus Viridans, Streptococcus Pyogene, Virus Influenza, Sitomegalovirus, Adenovirusdan oleh bakteri utama yaitu Bakteri Streptococcus Golongan ABeta Hemolitik (Widagdo, 2012). Tonsilitis adalah terdapatnya



peradangan



umum



dan



pembengkakan dari jaringan tonsildengan pengumpulan lekosit, sel-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam kripta. Tanda dan gejala tonsilitis ini adalah nyeri tenggorokan, nyeri telan dan kesulitan menelan, demam, pembesaran tonsil, mulut berbau dan kadang telinga terasa sakit (North American Nursing Diagnosis Association, 2012). Tonsillectomy merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman. Hal ini bukan berarti tonsillectomy merupakan operasi minorkarena tetap memerlukan keterampilan dan ketelitian yang tinggi dari operator dalam pelaksanaannya. Di Amerika Serikat, tonsillectomy digolongkan dengan operasi mayor karena kekhawatirannya komplikasi. Prevalensitahun 2004 di Amerika Serikat menunjukkan jumlah 287 kasus anak-anak yang telah menjalani operasi tonsillectomy (Wanri, 2007). Kesimpulan penulis berdasarakan beberapa pengertian diatas, tonsilitis merupakan suatu peradangan pada tonsil yang disebabkan karena bakteri atau virus,prosesnya bisa akut atau kronis. Tonsilektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan mengambil atau mengangkat tonsil untuk mencegah infeksi selanjutnya (Shelov, 2004). Macam-macam tonsillitis menurut (Soepardi, Effiaty Arsyad, dkk, 2007) yaitu : 1. Tonsilitis Akut a. Tonsilis viral Tonsilitis dimana gejalanya lebih menyerupai commond cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus Epstein Barr. Hemofilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut



supuratif. Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien. b. Tonsilitis bakterial Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus, β



hemolitikus



yang



dikenal



sebagai



strep



throat, pneumokokus,



Streptokokus viridan, Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris. 2. Tonsilitis Membranosa Penyakit



yang



termasuk



dalam



golongan



tonsilofaringitis



membranosa ialah (a) Tonsilitis difteri, (b) Tonsilitis septik (septic sore throat), (c) Angina Plaut Vincent, (d) Penyakit kelainan darah, seperti leukimia akut, anemia pernisiosa, neutropenia maligna serta infeksi mononukleusis, (e) proses spesifik : tuberkolosis dan lues (f) Infeksi jamur, seperti moniliasis, aktimonikosis dan blastomikosis (g) Infeksi virus seperti mobili, pertusis, dan sekarlatina a. Tonsilitis difteri Tonsilitis diferi merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman Coryne bacterium diphteriae. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-anak berusia kurang dari 10 tahunan frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun.Penyebab utama tonsilitis difteri ialah kuman difteri (coryne bacterium diphteriae) yang gram positif.



Penyakit ini ditandai dengan adanya membran semu di tonsil dan sekitarnya,serta penglepasan eksotosin, yang dapat menimbulkan gejala umum dan lokal. Gambaran klinik dibagi menjadi 3 golongan, yaitu gejala umum ,gejala lokal dan gejala akibat eksitosin. Gejala



umum,seperti



penyakit



infeksi



lainnya,



gejala



ini



menimbulkan gejala suhu sub febril,nyeri kepala,tidak napsu makan,badan lemah serta nadi lambat. Gejala lokal berupa keluhan nyeri menelan.pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak,ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu membentuk membran semu. Membran ini meluas ke palatum mole,uvula,nasofaring, dan laring,bahkan dapat juga meluas ke trakhea dan bronkus.membran semu ini melengkat erat pada dasarnya,sehingga



bila



diangkat



akan



mudah



berdarah.



Pada



perkembangan penyakit ini, bila infeksinya tidak terbendung, kelenjar limfe leher membengkak : bengkaknya kelenjar limfe di leher ini dapat sedemikian rupa, sehingga leher menyerupai leher sapi (bull neck) atau disebut juga burgemeester’s hals. Gejala akibat eksotosin pada jaringan tubuh, pada jantumg, terjadi miokarditis dan dapat mengakibatkan payah jantung b. Tonsilitis septik Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikus yang terdapat dalam susu sapi. c. Angina Plaut Vincent ( stomatitis ulsero membranosa ) Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C. d. Penyakit kelainan darah



Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Gejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. 3. Tonsilis Kronik Peradangan tonsil yang melebihi tiga bulan. Faktor penyebab dapat berupa peradangan lambat setelah tomsilitis akut dan peradangan detritus yang



terkontiminasi



mikroorganisme.



Pada



kasus



yang



disebut



terakhir,kriptus tidak lagi bermuara dalam jumlah yang memadai dan menumpuk



bakteri



di



bagian



dalamnya.



Jadi



tonsil



tersebut



berfungsisebagai fokus inflamasi (teori fokus) dan menimbulkan resiko berlebihanan



di



organ-organ



lain.



(misalnya,



glomerulonefritis,



endokarditis, psoriasis) melalui kompleks imun yang terbentuk setempat dan di dalam aliran darah. Keadaan tersebut dinamakan infeksi fokal. Proses penyakit sangat bervariasi dari tonsilitis akut dengan gejala yang kambuh hingga gambaran klinis yang sesunguhnya tidak jelas. Detritis yang menumpuk tidak jarang disertai dengan foetor ex ore dan gangguan pengecapan dimulut, dan pada sebagian kasus terdapat gangguan menelan. Pada inspeksi, tonsil tampak membentuk parut dan permukaannya sangat retak. Bila tonsila platina ditekan, detritus atau nanah akan menyembul keluar. Kelenjar limfe angulus mandibularis biasanya membengkak. Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk,pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat B. Etiologi A. Presipitasi menurut (Qimindra, 2007) 1. minuman dingin 2. makanan yang di goreng 3. makanan yang di asinkan



4. makanan yang di awetkan 5. makanan pedas B. Predisposisi 1. Tonsillitis bakterialis supuralis akut sering disebabkan oleh streptokokus



Beta



hemolitikus,



Misalnya:



Pneumococcus,



staphylococcus, Haemalphilus influenza, sterptoccoccus non 2.



hemoliticus atau streptoccus viridens. Bakteri merupakan penyebab pada lainstreptococcus



B



50%



hemoliticus



kasus.



Antara



grup



A,



streptococcus,Pneumoccoccus,Virus, Adenovirus, Virus influenza serta herpes. 3. Penyebabnya infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsilberfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang,menyebabkan tonsillitis. C. Patofisiologi Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut, amandel berperan sebagai filter atau penyaring yang menyelimuti organisme berbahaya, sel-sel darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada amandel. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi yang akan datang, akan tetapi kadangkadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus. Infeksi bakteri



dari



virus



inilah



yang



menyebabkan



tonsilitis.



Kuman



menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial dengan



mengadakan



reaksi.



Terdapat



pembendungan



radang



infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik



tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsilitis



akut



dengan



detritus



disebut



tonsilitis



falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsilitis lakunaris.Tonsilitis dimulai dengan



gejala sakit tenggorokan



ringan hingga menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga nafsu makan berkurang. Radang pada tonsil dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah bening melemah di dalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam. (Edward, 2001) Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsilitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula (Reeves, 2001).



PATHWAY TONSILITIS Streptococcus hemolitikus tipe A Virus hemolitikus influenza Antibodi dalam tubuh tidak dapat melawan antigen kuman



Virus dan bakteri menginfeksi tonsil Epitel terkisis Inflamasi tonsil



Respon Inflamasi



Resiko Intakekurang tidak Anoreksia adekuat nutrisi



Resiko Rangsang tidak efektifnya bersihan termogulasi Penumpukan Suhu Hipertermi jalansekret nafastubuh hipotalamus



Pembengkakan tonsil Terputusnya Sumbatan Terputusnya Tindakan jalan Cemas Perdrahan Nyeri ketuhan jaringan nafas pembuluh tonsilektomi dan cerna darah



Luka terbuka



Mulut bau,suara parau



Nyeri saat menelan



Fungsi Tubuh



Harga Diri



Pertahanan tubuh Resiko kekurangan volume cairan berhubungan denganperdarahan yang berlebihan



Pemajanan mikroorganisme Resiko Infeksi



D. Manifestasi klinik Tanda dan gejala tonsilitis seperti demam mendadak, nyeri tenggorokan dan kesulitan menelan (Smeltzer, 2001) Sedangkan menurut (Mansjoer, 2000) adalah suhu tubuh naik sampai 40◦C, rasa gatal atau kering di tenggorokan, lesu, nyeri sendi, odinofagia (nyeri menelan), anoreksia, dan otalgia (nyeri telinga). Bila laring terkena suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faringhiperemisis, tonsil membengkaki, hiperemisis. E. Komplikasi Komplikasi tonsilitis akut dan kronik adalah :



1. Abses peritonsil Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A (Soepardi, 2007) 2. Otitis mediaakut Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi)



dan dapat



mengakibatkan



otitis



media



yang



dapat



mengarah pada ruptur spontan gendang telinga (Soepardi, 2007) 3. Mastoiditisakut Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid (Soepardi, 2007) 4. Laringitis Merupakan proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk larynx. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus, bakter, lingkungan, maupun karena alergi (Reeves, 2001) 5. Sinusitis Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satu atau lebih dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dari dinding yang terdiri dari membran mukosa (Reeves, 2001) 6. Rhinitis Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal



dan nasopharinx. Sama halnya dengan sinusitis, rhinitis bisa



berupa penyakit kronis dan akut yang kebanyakan disebabkan oleh virus dan alergi (Reeves, 2001) F. Penatalaksanaan Penatalaksanaan tonsillitis menurut (Firman, 2006; Mansjoer, 1999) Penatalaksanaan tonsillitis secara umum:



1. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut ) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan. 2. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi ) dilakukan jika: a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih /tahun . b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun. c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun. d. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik. Penatalaksanaan tonsillitis adalah: 1. Penatalaksanaan tonsillitis akut : a. Antibiotik golongan penelitian atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klidomisin. b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik. c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3 kali negatif d. Pemberian antipiretik 2. Penatalaksanaan tonsillitis kronik a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap. b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil. Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu : 1) Perawatan Prabedah Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan, membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas. 2) Teknik pembedahan Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan,pasien diposisikan terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus



dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi/quillotine. Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil



secara



lengkap.



Perdarahan



dikendalikan



dengan



menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil. 3) Perawatan paska-bedah Berbaring kesamping sampai bangun kemudian posisi mid fowler, Memantau tanda-tanda perdarahan, menelan berulang, muntah darah segar, peningkatan denyut nada saat tidur. G. Diagnosa Keperawatan 1. Pre Operasi a. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis c. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi d. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh e. Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi 2. Post operasi a. Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret b. Resiko kekurangan volume cairan peredaran yang berlebihan c. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka terbuka. H. Fokus Intervensi 1. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan ancroksia, disfagia keperawatan kebutuhan nutrisi pasien adekuat Kriteria hasil : Kebutuhan nutrisi pasien adekuat, tidak ada tanda- tanda malnutrisi, mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan Intervensi



a. Awasi masukan dan berat badan sesuai indikasi R : Memberikan informasi sehubungan dengan kebutuhan nutrisi dan keefektifan terapi b. Auskultasi bunyi usus R : Makan hanya dimulai setelah bunyi usus membaik setelah operasi Mulai dengan makan kecil dan tingkatkan sesuai toleransi. c. Berikan diet nutrisi seimbang (makan cair atau halus) atau makanan selang yang sesuai indikasi R:2.



Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis



Tujuan : nyeri berkurang/terkontrol Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang, skala nyeri menurun Intervensi a.



Monitoring perkembangan nyeri



R : Mengetahui perkembangan tindakan dari yang dilakukan b.



Monitoring tanda-tanda vital darah dan nadi



R : Mengetahui keadaan pasien c.



Berikan tindakan nyaman dan akivitas hiburan



R : Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pada sesuatu disamping diri sendiri/ketidaknyamanan. Dapat menurunkan kebutuhan dosis analgetik d.



Selidiki perubahan karakeristik nyeri,periksa mulut,tenggorokan



R : Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi lanjutan e.



Catatan indikator non-verbal respon automatic terhadap nyeri evaluasi efek samping



R : Dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi dalam program pengobatan



3.



Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi



Tujuan: setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan suhu tubuh normal Kriteria hasil : suhu tubuh normal (36-37ºC) tubuh tidak terasa panas, pasien tidak gelisah Intervensi a.Pantau suhu pasien (derajad dan pola) perhatikan menggigil/diaphoresis R : Suhu 38,9-41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius b. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahan linen tempat tidur sesuai indikasi R : Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal c.Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alcohol R : Dapat membantu mengurangi demam d . Berikan antipiretik misalnya ASA (aspirin) asetaminofon R : Gunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus meskipun demam mungkin dapat berguna dalam mengatasi pertumbuhan organism dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi 4. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh Tujuan : tidak mengalami harga diri rendah Kriteria hasil : 1. menyatakan pemahaman akan perubahan dan penerimaan diri pada situasi yang ada 2.Mengidentifikasi persepsi diri negative Intervensi a.Diskusikan situasi atau dorong pernyataan takut atau masalah, jelaskan hubungan antara gejala dengan asal penyakit R : Pasien sangat sensitif terhadap perubahan tubuh



b.Dukung dan dorong pasien, berikan perawatan yang positif, perilaku bersahabat R : Pemberian perawatan kadang-kadang memungkinkan penilaian perasaan pasien untuk memuat upaya untuk membantu pasien merasakan nilai pribadi. c.Dorong keluarga/orang terdekat untuk menyatakan perasa, berkunjung atau berpartisipai pada perawatan R : Anggota keluarga dapat merasa bersalah tentang kondisi pasien dan takut terhadap kematian. d.Tekankan keberhasilan yang kecil sekalipun baik



mengenai



penyembuhan fungsi tubuh ataupun kemandirian pasien R : Mengkonsolidasikan keberhasilan membantu menurunkan perasaan marah dan ketidakberdayaan dan menimbulakn perasaan adanya perkembangan Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik R : Membantu peningkatan rasa harga diri dan kontorl atas salah satu bagian kehidupan 5. Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi Tujuan: Kecemasan berkurang /hilang Kriteria Hasil : Kecemasan berkurang, monitor intensitas kecemasan. Intervensi: a.Kaji sejauh mana kecemasan klien. R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien. b.Informasikan pasien /orang terdekat tentang peran advokat perawat intra operasi R : Mengembangkan rasa percaya diri. c.Identifikasikan tingkat rasa cemas. R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien. d.Validasi sumber rasa takut. R : Mengidentifikasikan rasa takut yang spesifik.



e.Beritahu pasien kemungkinan dilakukan operasi. R : Mengurangi rasa takut



BAB III PEMBAHASAN A. KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 10-13 September 2017. Pada Tn.A. klien berumur 20 tahun, Laki-laki dengan alamat Bantul, Yogyakarta. Klien bersuku bangsa Jawa dan beragama islam. Klien adalah Mahasiswa perguruan tinggi di Yogyakarta. Klien masuk ke RSUD Panembahan Senopati Bantul bangsal Melati pada tanggal 10 September. No.Register 114562 dengan diagnosa Tonsilo Faringitis kronik. Selama dirawat yang menanggung biaya perawatan klien adalah Tn.B 45 tahun,pekerjaan PNS . Tn.B adalah Ayah dari Tn.A. Klien mengatakan tenggorokan terasa nyeri terutama saat menelan, makan/minum, klien mengatakan demam sejak 3 hari yanglalu. suhu tubuh 39.5 o



C.



Karakteristik nyeri ; (pre Operasi) P : Klien mengatakan nyeri telan, muncul saat makan dan minum Q : Klien mengatakan seperti di tusuk-tusuk R : Klien mengatakan nyeri di tenggorokan S : Skala nyeri 7 ( skala 0-10 ) T : Klien mengatakan nyeri hilang timbul selama 5 menit saat makan. Klien mengatakan sebelumnya klien tahu bahwa klien menderita penyakit tonsilitis sejak masih SMA, klien mengatakan dulu tidak sakit tetapi akhir-akhir ini tenggorokanya sakit sekali untuk menelan. Setelah di periksakan ke Poli THT RSUD Bantul ternyata klien menderita penyakit Tonsilitis, dari hasil pemeriksaan dokter menyarankan untuk dilkukan tindakan operasi.



Klien mengatakan belum pernah di rawat di Rumah Sakit, dan belum pernah menderita penyakit tonsilitis sebelumnya. Klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.Klien mengatakan kalau sakit klien periksa ke dokter umum terdekat.



Klien mengatakan sebelum sakit makan sehari 3x porsi penuh dengan,komposisi nasi, lauk, sayur, buah (jeruk), saat sakit klien mengatakan makan sehari 3x dengan komposisi bubur tanpa santan sesui diit dari rumah sakit, klien hanya menghabiskan makan setengah porsi. Klien minum kurang lebih 8 gelas air putih sehari, setelah masuk rs teh dan air putih kurang lebih 4 gelas. Klien mengatakan sebelum sakit buang air besar sehari 1x setiap pagi,dengan konsistensi lembek dan warna kuning kecoklatan, dan klien mengatakan saat masuk rumah sakit klien blm pernah buang air besar. Klien mengatakan sebelum sakit buang air kecil 6-7x sehari dan setelah sakit klien buang air kecil 4-5x sehari. Klien mengatakan sebelum sakit kien sebagai Mahasiswa, saat sakit klien tidak bisa pergi ke kampus karena demam dan lemas. Klien hanya di tempat tidur. Klien mengatakan sebelum sakit istirahat sehari semalam h8 jam,dan saat sakit klien tidak bisa tidur karna cemas 5 jam sehari semalam. Klien mengatakan tidak ada gangguan penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba, dan penciuman. . Klien mengatakan hubungan dengan orang lain baik, klien biasanya mengikuti kegiatan karang taruna. Klien mengatakan tidak ada gangguan alat kelamin.klien mengatakan hal yang dipikirkan saat ini dia ingin cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit. Klien mengatakan sedih karena klien tidak cepat pulang dari rumah sakit. Klien mengatakan klien merasa takut karena akan dilakukan tindakan oprasi karna ini pertama kalinya bagi klien.Klien mengatakan bahwa klien mendapat semangat dari teman temanya dan Ayah dan Ibunya. Klien mengatakan



bahwa klien beragama islam sebelum sakit klien rajin menjalankan ibadah sholat 5 waktu, dan setelah sakit klien hanya bisa berdo’a saja untuk kesembuhan klien.



B. Pengkajian 1. Identitas diri klien Nama Usia Jenis kelamin Alamat Suku bangsa Status pernikahan Agama / keyakinan Pendidikan Pekerjaan Diagnosa medik Tanggal masuk Tanggal pengkajian



: Tn.A : 20 tahun : Laki-laki : Bantul, Yogyakarta : Jawa/ Indonesia : Belum menikah : Islam : Mahasiswa :: Tonsilitis : 10 September 2017 : 10 September 2017



2. Penanggung jawab Nama Usia Jenis kelamin Pekerjaan Hubungan dengan klien



: Tn.B : 45 tahun : Laki-laki : PNS :Ayah klien



3. Riwayat Penyakit Keluhan utama saat masuk RS : Klien mengatakan tenggorokan terasa nyeri terutama saat menelan, makan/minum, klien mengatakan demam sejak 3 hari yang lalu. P : Klien mengatakan nyeri telan, muncul saat makan dan minum Q : Klien mengatakan seperti di tusuk-tusuk R : Klien mengatakan nyeri di tenggorokan S : Skala nyeri 7 ( skala 0-10 ) T : Klien mengatakan nyeri hilang timbul selama 5 menit saat makan.



Klien mengatakan badanya demam suhu 39,5 C,



1.Riwayat penyakit sekarang: Tonsilitis 2.Riwayat Penyakit Dahulu: klien tidak mempunyai penyakit terdahulu. Diagnosa medik



pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan



tindakan yang telah di lakukan, mulai dari pasien MRS (UGD/Poli), sampai diambil kasus kelolaan . 1.Masalah atau Dx medis pada saat MRS: Tonsilitis 2.Tindakan yang telah dilakukan di Poliklinik atau UGD 4. Pengkajian Keperawatan (Bandingkan kondisi saat klien di rumah /sebelum masuk RS dan saat klien dirawat di RS) 1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Pengetahuan tentang penyakit/perawatan : klien mengatakan mengetahui tetntang penyakitnya namun pasien takut dioperasi. Pola nutrisi / metabolik Program diit RS: diit bubur lunak Intake makanan : SMRS: makan sehari 3x porsi penuh dengan,komposisi nasi, lauk, sayur, buah (jeruk), MRS : makan sehari 3x dengan komposisi bubur tanpa santan sesui diit dari rumah sakit, klien hanya menghabiskan makan setengah porsi. intake cairan : SMRS: Klien minum kurang lebih 8 gelas air putih sehari MRS : Klien minum teh dan air putih kurang lebih 4 gelas. 3. Pola Eliminasi



Buang air besar SMRS: Klien mengatakan sebelum sakit buang air besar sehari 1x setiap pagi,dengan konsistensi lembek dan warna kuning kecoklatan MRS : klien mengatakan saat masuk rumah sakit klien blm pernah buang air besar. Buang air kecil SMRS: . Klien mengatakan sebelum sakit buang air kecil 6-7x sehari MRS : setelah sakit klien buang air kecil 4-5x sehari. 4. Pola aktivitas dan latihan Kemampuan perawatan diri



0



1



Makan/minum







Mandi







2



Toileting







Berpakaian







Mobilitas di tempat tidur







Berpindah







Ambulasi/ROM







3



4



0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total Oksigenasi. Tidak terpasang nasal kanul O2. 5. Pola tidur dan istirahat (lama tidur, gangguan tidur, pengawasaan saat bangun tidur) SMRS: sebelum sakit istirahat sehari semalam 8 jam MRS : klien tidak bisa tidur kir kita 5 jam sehari 6. Pola perceptual (penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi): -Klien dapat melihat dengan jelas.



-klien dapat mendengarkan suara tenaga kesehatan dan lingkungan sekitar dengan baik -pasien dapat merasakan makanan panas dengan makanan dingin. -pasien dapat merasakan sentuhan tangan perawat. Pola persepsi diri (pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri) Klien mengatakan klien merasa takut karena akan dilakukan tindakan oprasi karna ini pertama kalinya bagi klien.Klien mengatakan bahwa klien mendapat semangat dari teman temanya dan Ayah dan Ibunya 7. Pola seksualitas dan reproduksi (fertilitas, libido, menstruasi, kontrasepsi, dll) Klien sudah akhil balik. 8. Pola peran-hubunagan (komunikasi, hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan) Klien mengatakan hubungan dengan orang lain baik, klien biasanya mengikuti kegiatan karang taruna. Klien menggunakan jaminan BPJS untuk administrasi perawatanya. 9. Pola managemen koping-stress (perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir ini, dll) .klien mengatakan hal yang dipikirkan saat ini dia ingin cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit. Klien mengatakan sedih karena klien tidak cepat pulang dari rumah sakit. 10. Sistem nilai dan keyakinan Klien mengatakan bahwa klien beragama islam sebelum sakit klien rajin menjalankan ibadah sholat 5 waktu, dan setelah sakit klien hanya bisa berdo’a saja untuk kesembuhan klien.



5.



Pemeriksaan Fisik



(Cephalocaudal) Keluhan yang dirasakan saat iniklien mengatakan demam badan lemas, klien mengatakan tidak dapat menelan makanan karna tenggorokanya sakit. Klien merasa cemas karna akan menjalani operasi. TD: 110/70



P: 22x/m



N:88x/m



BB/TB 65kg/ 170cm Kepala: simetris, rambut ikal dan bersih. Thorak/ jantung / paru I : Pergerakan dada sama P : Sonor seluruh lapang dada P : SF (Stelfermitus) Kanan dan kiri sama A : Vesikuler Abdomen I : Tidak ada luka ,bentuk simetri A : Bising usus > 30 kali/menit P : Timpani P : Nyeri tekan karena distensi perut Inguinal : tidak terpasang DC Ekstremitas (termasuk keadaan kulit, kekuatan) Kuku bersih,capillary refill time > 3 detik,terpasang infuse RL di tangankanan..



Pengelompokan Data Senjang



S:39c



Pre oprasi



No 1



Data subjektif Klien mengatakan nyeri.



Data objektif - Tampak



P : Klien mengatakan nyeri -



telan, muncul saat makan



Tonsil



menutupi tenggorokan Klien tampak meringis kesakitan



dan minum Q : Klien mengatakan



saat



menelan



-



makanan atau minuman. Pasien tampak gelisah karna



-



nyeri mengganggu tidurnya. Klien tampak mengigil suhu



seperti di tusuk-tusuk R : Klien mengatakan nyeri



membesar



39,5 C



di tenggorokan S : Skala nyeri 7 ( skala 010 ) T : Klien mengatakan nyeri hilang timbul selama 5 menit saat makan. Klien mengatakan badanya 2



mengigil Klien mengatakan kesulitan Klien tampak tidak menghabiskan



3



menelan Klien mengatakan takut



diitnya tersisa ½ porsi. Klien tampak tidak dapat tidur di



dioperasi



malam dan siang hari, 5 jam sehari.



No 1



Data DS: Klien mengatakan



Etiologi Agen cidera



nyeri.



biologis



Problem Nyeri



P : Klien mengatakan nyeri telan, muncul saat makan dan minum Q : Klien mengatakan seperti di tusuk-tusuk R : Klien mengatakan nyeri di tenggorokan S : Skala nyeri 7 ( skala 0-10 ) T : Klien mengatakan nyeri



hilang



timbul



selama 5 menit saat makan. DO: -Tampak Tonsil membesar menutupi tenggorokan -Klien tampak meringis kesakitan saat menelan makanan atau minuman. -Pasien tampak gelisah karna nyeri mengganggu tidurnya.



No 2



Data DS: Klien mengatakan kesulitan menelan DO: Klien tampak tidak menghabiskan diitnya tersisa ½ porsi.



Etiologi faktor biologis



Problem ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



3



DS: Klien mengatakan



Pre operasi



takut dioperasi DO: Klien tampak tidak



tonsilektomi



Ansietas



dapat tidur di malam dan siang hari



BAB IV PEMBAHASAN Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.A berumur 20 tahun, dengan Pre Opersi Tonsilektomi RSUD Panembahan Senopati Bantul bangsal Melati pada tanggal 10 sampai 12 September 2017 , maka pada bab 4 akan menguraikan kesenjangan atau perbedaan antara teori dan kasus yang dimulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi. Dari hasil pengkajian, yang dilakukan pada tanggal 10 September 2017 pada tahap ini penulis berusaha mengkaji secara menyeluruh, sehingga data yang didapat dari keluhan klien. Klien mengeluh nyeri pada luka pre operasi dibagian tenggorokan, kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, intensitas nyeri hilang timbul serajat skala 7 (0-10), nyeri timbul saat klien



manelan makanan, kien merasa terganggu dan nyeri berkurang jika klien beristirahat atau meminimalkan pergerakan aktivitasnya dan diberikan obat analgetik. Pada pemeriksaan fisik klien dengan pre Tonsilitis didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus. Pada teori ditemukan data lesu, tenggorakan gatal, dan suara serak, sedangkan pada kasus tidak ditemukan adanya perubahan tanda-tanda vital seperti yang disebutkan pada teori. Pada kasus, nyeri menimbulkan keluhan yang pasti seperti adanya hambatan mobilitas dan gangguan tidur. Hal ini di sebabkan karena nyeri bertambah ketika klien melakukan pergerakan dan nyeri yang muncul pada saat malam hari akan membuat pasien mudah terbangun sehingga pola istirahat klien terganggu.



A. Diagnosa Keperawatan Pada diagnosa keperawatan pada klien dengan pre tonsilektomi didalam teori terdapat 5 diagnosa keperawatan yang sering muncul. Tetapi pada kasus Tn. E dengan post op herniotomi hanya ditemukan 3 diagnosa keperawatan. Adapun urainnya sebagai berikut diagnose yang muncul pada kasus yaitu : a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis b. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat c. Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi B. Perencanaan Keperawatan



Pada tahap perencanaan ini penulis membuatnya disesuaikan dengan tujuan, kriteria hasil dan rencana tindakan. Rencana tindakan pada kasus ini didasarkan oleh teori yang ada dilaporan kasus. Disini penulis memprioritaskan



diagnose



sesuai



dengan



kebutuhan.



Diagnose



keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis menjadi diagnose prioritas karena nyeri yang dirasakan klien dapat mengganggu kenyamanan dan aktivitas klien. Selain itu nyeri merukan sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan bagi pasien berkaitan dengan cidera fisik. Sehingga nyeri dapat merupakan jaringan. Nyeri dapat merupakan factor utama yang menghambat kemampuan factor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu penyakit. Diagnose Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat menjadi diganosa kedua setelah diagnose nyeri akut berhungan dengan agen cidera injuri fisik karena jika hal ini dibiarkan maka akan terjadi gangguan yang dapat merusak system organ tubuh klien yang dapat menyebabkan semakin parahnya penyakit serta nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebuuhan tubuh. Diagnose yang ketiga yang ditegakan adalah Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi setelah diagnose Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, hal ini karena kurang pengetahuan akan prosedur operasi sehingga klien merasa cemas, kawatir dan menyebabkan ketakutan yang berebihan sehingga dapat dapat menggangu psikologis klien. Dalam perencanaan keperawatan pada teori dan kasus kesenjangan yaitu pada perumusan tujuan. Dalam teori tujuan tidak disertai waktu yang pasti tetapi pada kasus penulis menetapkan waktu yang pasti. Hal ini penulis lakukan karena dalam melakukan evaluasi diperlukan rentang waktu yang jelas.



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan Tonsil adalah sekumpulan



jaringan



limfoid



yang



terletak



di



bagian



belakang



tenggorokan, Antigen yang berasal dari inhalan maupun ingestan dengan mudah masuk ke dalam tonsil hingga terjadi perlawanan tubuh dan bisa menyebabkan peradangan oleh virus yang tumbuh di membran mukosa kemudian terbentuk fokus infeksi. Peradangan



dapat menyebabkan



keluhan tidak nyaman kepada penderita berupa rasa nyeri saat menelan karena sesuatu yang ditelan menyentuh daerah yang mengalami peradangan. Peradangan tonsil akan mengakibatkan



pembesaran yang



menyebabkan kesulitan menelan atau seperti ada yang mengganjal di tenggorok. Pembedahan yang dilakukan adalah Tonsilektomi yang dilakukan dengan tujuan untuk menyembuhkan Tonsil dengan melakukan pengangkatan Tonsil Dari data hasil pengkajian pada Tn. A dengan diagnose pre tonsilektomi, diperoleh data bahwa Klien mengeluh nyeri pada luka pre



operasi dibagian tenggorokan, kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, intensitas nyeri hilang timbul serajat skala 7 (0-10), nyeri timbul saat klien manelan makanan, kien merasa terganggu dan nyeri berkurang jika klien beristirahat atau meminimalkan pergerakan aktivitasnya dan diberikan obat analgetik. Pada pemeriksaan fisik klien dengan pre Tonsilitis didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus. Pada teori ditemukan data lesu, tenggorakan gatal, dan suara serak, sedangkan pada kasus tidak ditemukan adanya perubahan tanda-tanda vital seperti yang disebutkan pada teori.



Dalam pembahasan yang kami rangkum diagnosa yang sering muncul pada pasien post operasi herniotomi dalam teori ada 5 tetapi saat dilakukan pengkajian penulis hanya menemukan 3 diagnosa yang dapat ditegakan



yaitu



sebagai



berikut:



Gangguan



rasa



nyaman



nyeri



berhubungan dengan agen cidera biologis, Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi Pada tahap perencanaan disesuaikan dengan tujuan, kriteria hasil dan rencana tindakan. Rencana tindakan pada kasus ini didasarkan oleh teori yang dan disesuaikan dengan kasus. Disini diagnosa diprioritaskan sesuai dengan kebutuhan. B. Saran 1. Untuk klien dan keluarga Saran yang perlu disampaikan kepada klien dan keluarga dapat mentaati larangan-larangan atau patangan-patanagan agar tidak terjadi Amandel berulang. Untuk klien khususnya hendaknya menkonsumsi makanan yang banyak serat seperti sayuran dan buah-buahan serta berolahraga minimal satu minggu sekali. 2. Untuk rekan-rekan mahasiswa. Diharapkan agar lebih memahami dan mempelajari lebih dalam ilmu keperawatan perioperative khususnya tentang asuhan keperawatan pada



klien dengan pre operasi tonsilektomi dan juga untuk meningkatkan kepercayaan diri. 3. Untuk institusi rumah sakit Saran untuk institusi rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya untuk para dokter agar memberikan pelayanan yang baik dan tepat kepada semua pasien Tonsilitis baik dalam memberikan tindakan maupun memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai hernia inguinalis dan melakukan follow up kepada pasien baik untuk hernia ataupun penyakit penyerta yang bisa menyebabkan kekambuhan bila ada. DAFTAR PUSTAKA Cotran, Robbin. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit.Jakarta:EGC Ferdinand, Fictor. 2007. Praktis Belajar Biologi. Bandung: Grafinda Media Pratama. Otto, E Shirley, 2008. Buku Panduan Penatalaksanaan Medis Ilmu Kesehatan. Jakarta: EGC Soepardi, Efiaty, Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher, (edisi ke enam), Jakarta: FKUI Wanri,A., 2007. Tonsilektomi, Departemen Telinga, Hidung dan Tenggorok, palembang: FK Universitas Sriwijaya Tanto, Chris dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapus. Fakih, Ivan Maulana, Novaldi Elmatris. 2016. Karateristik Pasien Tonsilitis Kronis pada Anak di bagian THT-KL RSUP DR.M Djamil Padang Tahun 2013. Jurnal kesehatan Andalas 5(2). Lantemona, Richard A. Julied Dehop, Stewar mengko. 2014. Survei Kesehatan Tenggorokan pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan 2 Kota Manado



dan Sekolah menengah kejuruan 1 Desa Tmpaan. Jurnal e-clinic Vol 2 no 2 Juli 2014. AL-Hafiz, Novialdi 2015. Pengaruh Tonsilektomi terhadap kadar Interteran-Y dan Tumor Necrosis Faktor-a pada Pasien Tonsilitis Kronis. Jurnal Kesehatan Andalas.