TOR [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Rini
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kerangka Acuan Kerja Pelatihan Kegawat Daruratan Maternal Neonatal Tahun 2019



Pelatihan Penanganan Gawat Darurat Obstetri dan Neonatal (PPGDON) adalah pelatihan yang berorientasi pada pertolongan penderita pre hospital. Pelatihan ini berfokus pada kemampuan live saving skill, kognitif, afektif maupun psikomotor kegawatdaruratan obstetri neonatus bagi tenaga kesehatan khususnya Bidan, dengan harapan mereka telah memiliki skill dasar dalam penanggulangan kegawatdaruratan serta mampu mempercepat respontime kegawatdaruratan obstetri dan neonatus. Seperti kita ketahui pelayanan medis membutuhkan kecepatan, ketepatan dan kecermatan dalam pelaksanaannya untuk mencegah kematian maupun kecacatan yang dapat dialami oleh pasien. Untuk itu diperlukan tenaga medis yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam menangani kegawatdaruratan medis sehingga kematian pada ibu dan anak dapat dicegah.



Angka kematian ibu di Indonesia menempati urutan pertama di Negara kawasan Asia Tenggara yaitu 307/100.000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian bayi juga masih tinggi yaitu 35/1000 kelahiran hidup (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007). Sejalan dengan komitmen pemerintah dalam menunjang upaya pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s) no 4 dan 5 didalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah pencapaian angka kematian ibu menjadi 112/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 20/1000 kelahiran hidup. Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi, kemampuan kinerja petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal terutama kemampuan dalam mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan. Semua penyulit kehamilan atau komplikasi yang terjadi dapat dihindari apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk dapat memberikan asuhan kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar diperlukan tenaga kesehatan yang terampil dan profesional dalam menanganan kondisi kegawatdaruratan. Terkait dengan hal tersebut diatas maka kelompok kerja keperawatan dan kebidanan pro emergency menyelenggarakan suatu pelatihan penanganan kegawat daruratan maternal dan neonatal untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam menangani kasus kegawatan maternal dan neonatal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehataan republik Indonesia. Pelatihan ini diselenggarakan selama 3 hari yang wajib diikuti oleh ara perawat yang bekerja dikamar bersalin dan para bidan. Instruktur pelatihan ini merupakan instrukltur yang ahli dibidangya yang terdiri dari bidan senior, perawat speseialis maternitas, dokter umum dan dokter spesialis Obgin. Pelatihan ini juga merupakan pelatihan interaktif dengan metode kuliah, diskusi, studi kasus dan praktikum. Semoga pelatihan ini bisa memberikan sumbangsih kepada Indonesia dalam mengurangi angka kematian Ibu dan anak. selain itu juga dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam penanganan penderita gawat darurat.



Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator derajad kesehatan masyarakat, semakin rendah AKI dan AKB menunjukkan semakin baik derajad kesehatan masyarakatnya demikian pula sebaliknya. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih relatif tinggi dibanding target pencampaian MDGs tahun 2015, adapun sasaran pencapaian MDGs yaitu adanya penurunan sebesar 102 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan 23 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu sebagian besar disebabkan perdarahan (39%), keracunan kehamilan (20%), infeksi (7%) dan lain – lain (33%) dan ditunjang belum optimalnya mekanisme rujukan dalam penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Salah satu kriteria umum rumah sakit PONEK adalah adanya dokter, bidan, dan perawat yang telah mengikuti pelatihan Tim PONEK di rumah sakit.Untuk itu dalam rangka meningkatkan pelayanan PONEK, telah diselenggarakan pelatihan Tim PONEK di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Darsono Kabupaten Pacitan yang dilaksanakan pada tanggal 25 – 26 Januari 2017, yang diikuti oleh dokter, perawat dan bidan RSUD dr. Darsono dengan jumlah keseluruhan sebanyak 66 orang. Adapun materi pelatihan meliputi : Penanganan Kegawat Daruratan Umum, Kegawat Darutan Maternal dan Kegawat Daruratan Nenotal sedang sebagai narasumber adalah dokter spesialis RSUD dr. Darsono Kabupaten Pacitan, yaitu dr. Nety Nurnaningtyas, Sp.EM, dr. Agung Suherman, Sp. OG, dr. Bambang Eko Wiyono, Sp.OG dan dr. Sulaiaman Hamid, M.Sc, Sp.A. Dengan pelatihan PONEK ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan Kegawat Daruratan Maternal dan Neonatal sehingga dapat berkontribusi menurunkan AKI dan AKB khususnya di Kabupaten Pacitan



Kerangka Acuan Kerja Pelatihan Untuk Pelatih Pelayanan KB Paska Persalinan AKDR dengan Alat Forceps dan Implan 2 Batang bagi Dokter dan Bidan



I.



Pendahuluan



Berdasarkan hasil SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi dan mengalami peningkatan dari 226/100.000 Kelahiran Hidup (2007) menjadi 359/100.000 Kelahiran Hidup (2012). Hal ini menunjukkan masih rendahnya derajat kesehatan masyarakat khususnya kesehatan perempuan. Sedangkan Angka Fertilitas Total (TFR) stagnan dalam 10 tahun terakhir (20022012) di angka 2,6, sedangkan angka kesertaan KB aktif (semua metode) hanya meningkat 0,5% dari 61,4% pada tahun 2007 menjadi 61,9% pada tahun 2012. Demikian juga dengan unmet need hanya turun 1,7% dari 13,1% pada tahun 2007 menjadi 11,4% pada tahun 2012 (SDKI 2012). Penyebab masih tingginya angka ini, antara lain kualitas informasi dan pelayanan KB, serta missed opportunity pelayanan KB pada pasca persalinan. Demikian juga proporsi tingkat putus pemakaian kontrasepsi (discontinuation rate) masih cukup tinggi sebesar 20,7%, angka kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) masih sekitar 7,2%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak terjadi kehamilan yang perlu dihindari dan masih banyaknya pasangan yang belum memiliki kesadaran yang mantap untuk ber-KB. Tahun 2011, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan Program Jaminan Persalinan (Jampersal), dimana salah satu kegiatannya adalah pelayanan KB pasca persalinan. Terkait dengan kebijakan Jampersal, diperoleh suatu strategi agar semua ibu yang bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan dan segera mendapatkan pelayanan KB pasca persalinan. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa metode KB modern yang lebih banyak digunakan adalah metode jangka pendek yakni 46,3% sedangkan metode jangka panjang hanya 8,7%. Jampersal juga merupakan peluang untuk menurunkan missed opportunity dengan meningkatkan kepersertaan KB pada pasca persalinan menggunakan metode jangka panjang utamanya pada pasangan usia subur 4 terlalu (4T). Pelaksanaan pelayanan KB pasca persalinan diharapkan dapat meningkatkan peserta KB aktif. Untuk itu perlu disiapkan tenaga kesehatan yang mampu dan terampil dalam memberikan pelayanan KB pasca persalinan. Maka diperlukan kegiatan peningkatan kapasitas pelayanan KB pasca persalinan bagi petugas kesehatan pelayanan program KB dalam bentuk pelatihan. Agar pelatihan dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan pencapaian kompetensi yang diharapkan maka disusunlah kurikulum pelatihan ini sebagai acuan penyelenggaraannya.



Program Pilihanku adalah Program penguatan KB untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam mencapai Komitmen RPJMN 2015-2019 dan komitment FP 2020 di Indonesia, dan merupakan Program kerjasama dengan Bill & Melinda Gates Foundation untuk mCPR sebanyak 5% di 11 kabupaten terpilih. JHPIEGO dan beberapa organisasi yang tergabung dalam Konsorsium Pilihanku bekerja sama dengan pemegang kebijakan dan fasilitas layanan kesehatan untuk meningkatkan layanan Keluarga Berencana di Indonesia yang bertujuan meningkatkan cakupan layanan KB serta meningkatkan kesejahtraan serta kesehatan Ibu dan bayi baru lahir. Untuk melengkapi Proses Peningkatan kualitas ini JHPIEGO bekerja sama BKKBN dan Kementerian Kesehatan mengembangkan Peningkatan kualitas konseling KB dan KBPP untuk membentuk pelatih-pelatih KBPP melalui Pelatihan Untuk Pelatih Pelayanan KB Paska Persalinan AKDR dengan Long Kelly Forceps dan Implan 2 Batang serta Strategi Konseling Berimbang bagi Dokter dan Bidan. II.



Objective Tujuan Umum - Melakukan Pelatihan Untuk Pelatih Pelayanan KB Paska Persalinan AKDR dengan Alat Forceps dan Implan 2 Batang bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Kesehatan Tujuan Khusus - Menyiapkan tenaga kesehatan untuk melatih dalam Pelatihan Pelayanan KB Paska Persalinan AKDR dengan Alat Forceps dan Implan 2 Batang di Fasilitas Kesehatan masing-masing - Menyiapkan tenaga kesehatan dalam Pelayanan KB Paska Persalinan AKDR dengan Alat Forceps dan Implan 2 Batang di Fasilitas Kesehatan masing-masing - Menyiapkan tenaga kesehatan dalam melakukan Strategi Konseling Berimbang di fasilitas kesehatan masing-masing



III.



Tempat dan tanggal a. RSUP Soeradji Tirtonegoro, Klaten :  Angkatan 1 : 2 – 8 Mei 2018  Angkatan 2: 11 – 17 Mei 2018



IV.



Peserta dan Fasilitator Peserta



: Dokter & Bidan



Jumlah Peserta



: 15 orang per angkatan



Kriteria Peserta     



:



Mengetahui Metode cara belajar orang dewasa Memiliki pengetahuan tentang pelayanan KB dan jenis jenis metode KB Memiliki Pengetahuan tentang Konsep konseling. Bertugas di ruangan yang memberikan pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas Pemegang program KIA/KB



Fasilitator : Jumlah Fasilitator



: 4 – 5 orang per angkatan



Kriteria Fasilitator:  Sudah pernah mengikuti pelatihan CTS (Clinical Training Skill) atau KIP/K  Memahami alur pelayanan KB  Memahami kurikulum terutama GBPP V.



Jadwal Kegiatan Pelatihan akan diadakan selama 7 hari (Terlampir)