Transformasi Struktural [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Wirastri Dyah Puspita



NIM



: 18631015059



Mata Kuliah



: Teori dan Isu Pembangunan (Tugas Individu 1)



Dosen



: Dr. A.F. Sigit Rochadi, M.Si.



Analisis Transformasi Struktural Perekonomian Di Kabupaten Banyumas I.



LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan ekonomi selalu ditandai dengan transformasi struktural dimana pada periode ini beberapa sektor tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sektor yang lain (Mecik, 2014). Pembangunan ekonomi daerah pada hakikatnya adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di suatu daerah, perluasan lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier (Aswadi dan Azhari, 2016). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna mempercepat transformasi struktural perekonomian daerah menuju perekonomian yang terus meningkat dan dinamis yang bercirikan industri yang kuat dan maju, pertanian yang tangguh serta memiliki basis pertumbuhan sektoral yang berpotensi besar. Pertumbuhan ekonomi juga diperlukan untuk menggerakkan dan memacu pembangunan di bidang lainnya sekaligus sebagai kekuatan utama pembangunan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengatasi ketimpangan sosial ekonomi. Aktifitas produksi dalam mengukur pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam tiga kelompok kegiatan yaitu primer, sekunder dan tersier. Selama periode tahun 2014-2017 dapat dijelaskan bahwa sektor primer merupakan penyumbang terkecil pada PDRB Kabupaten Banyumas, yaitu sebesar 17,53 sampai dengan 18,74 persen. Sektor ini menunjukkan cenderung terus menurun dari tahun 2014 sebesar 18,74 persen menjadi 17,53 persen pada tahun 2017. Selanjutnya sumbangan sektor sekunder terhadap PDRB kabupaten Banyumas berkisar antara 34,76 persen hingga 36 persen dan menunjukkan peningkatan selama kurun waktu tersebut. Sedangkan kegiatan sektor tersier selama periode tahun 2014-2017 dapat dijelaskan bahwa hampir separuh dari PDRB Kabupaten Banyumas berasal dari sektor tersier. Hal ini menggambarkan adanya sedikit pergeseran 1



atau transformasi struktur ekonomi di Kabupaten Banyumas. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka perlu dilakukan analisis transformasi struktural pembangunan ekonomi di Kabupaten Banyumas.



II.



KONSEP DAN TEORI A. Teori Transformasi Struktural Transformasi struktural didefinisikan sebagai perubahan struktur ekonomi dari sektor tradisional yang memiliki produktivitas rendah menuju sektor ekonomi dengan produktivitas



tinggi



(Szirmai



et



al.,



2012).



Teori



perubahan



struktural



menitikberatkan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang yang semula lebih bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern dan sangat di dominasi oleh sektor industri dan jasa (Todaro, 1999). 1.



Teori W. Arthur Lewis Transformasi struktural suatu perekonomian di rumuskan oleh seorang ekonom besar yaitu W. Arthur Lewis. Dengan teorinya model dua sektor Lewis antara lain : a.



Perekonomian Tradisional Perekonomian tradisional adalah bahwa tingkat hidup masyarakat berada pada kondisi subsisten, hal ini di akibatkan kelebihan penduduk dan di tandai dengan produktivitas marjinal tenaga kerja sama dengan nol. Ini merupakan situasi yang memungkinkan Lewis untuk mendefinisikan kondisi surplus tenaga kerja (surplus labor) sebagai suatu fakta bahwa jika sebagian tenaga kerja tersebut di tarik dari sektor pertanian, maka sektor itu tidak akan kehilangan outputnya.



b.



Perekonomian Industri Pada perekonomian ini terletak pada perkotaan modern yang berperan penting adalah sektor industri. Ciri dari perekonomian ini adalah tingkat produktivitas yang tinggi dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang di transfer sedikit demi sedikit dari sektor subsisten. Dengan demikian perekonomian perkotaan merupakan daerah tujuan bagi para pekerja yang



2



berasal dari pedesaan sehingga penambahan tenaga kerja pada sistem produksi yang ada akan meningkatkan output yang di produksi.



2.



Teori Chenery Analisis teori Pattern of Development menjelaskan perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi dari negara berkembang yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Peningkatan peran sektor industri dalam perekonomian sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita yang berhubungan sangat erat dengan akumulasi capital dan peningkatan sumber daya (Human Capital).



Teori Perubahan Struktural adalah salah satu teori yang fokus kepada mekanisme struktur ekonomi yang sedang dialami oleh negara sedang berkembang, yang pada mulanya lebih bersifat subsisten dan lebih menitikberatkan pada sektor pertanian (primera) menuju ke struktur perekonomian yag modern dan hal ini sangat didominasi oleh sektor industry (sekunder) maupun jasa (tersier) (Todaro, 1991:68 dalam Alhasni,2017:13). Menurut Sjafrizal (2014:154 dalam Alhasni,2017:13), analisis tentang struktur ekonomi daerah juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kemajuan pembangunan daerah dengan cara melihat dari kemajuan perubahan struktur ekonomi daerah yan bersangkutan. Suatu perekonomian dapat dikatakan maju apabila kontribusi sektor industry lebih besar dari pada sektor pertanian dan jasa,dan begitu pula sebaliknya. Alasannya, karena sektor industry merupakan kegiatan ekonomi yang sudah maju dan menggunakan teknologi modern sehingga tingkat produktivitas kerja menjadi lebih tinggi. B. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah 1. Teori Adam Smith Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap yang berurutan yang dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa bercocok taman, masa berdagangan, dan tahap masa industri. Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem 3



pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Adam Smith memandang pekerja sebagai salah satu input bagi proses produksi, pembagian tenaga kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori ini, dalam upaya peningkatan produktifitas kerja. 2. Whilt Whitman Rostow Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan kedalam 5 tahap yaitu: masyarakat tradisional ( the traditional society ), prasyarat untuk tinggal landas (the preconditions for take off), tinggal landas (take off), menuju kedewasaan (the drive maturity) dan masakonsumsi tinggi ( the age of high mass consumption). 3. Thomas Robert Malthus Malthus menitikberatkan perhatian pada perkembangan kesejahteraan suatu negara, yaitu pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Kesejahteraan suatu negara sebagian tergantung pada jumlah output yang dihasilkan oleh tenaga kerja, dan sebagian lagi pada nilai atas produk tersebut (Jhinghan, 1993).



C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah/propinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga yang berlaku atau atas dasar harga konstan. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunnya. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar.



III. DATA DAN ANALISIS DATA Dalam menganalisis transformasi struktural perekonomian di suatu negara dapat diketahui dengan melihat data Produk Domestik Bruto (PDB). Demikian pula dalam 4



menganalisis transformasi struktural perekonomian tiap daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga berlaku (ADHB) daerah tersebut (Khairul Aswadi dan Azhari, 2016). Namun, untuk menghilangkan pengaruh harga, digunakan PDRB atas dasar harga konstan. Oleh karena itu, untuk menganalisis transformasi struktural di kabupaten Banyumas, digunakan data PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan kabupaten Banyumas selama empat tahun terakhir yaitu periode 2014-2017. Data tersebut diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Banyumas. Berdasarkan data BPS Kabupaten Banyumas, PDRB menurut lapangan usaha mengalami perubahan klasifikasi dari 9 lapangan usaha menjadi 17 lapangan usaha. PDRB menurut lapangan usaha dirinci menurut total nilai tambah dari seluruh sektor ekonomi yang mencakup lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan;pengadaan listrik dan gas; pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang;konstruksi;perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; real estate; jasa perusahaan; administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan jasa lainnya. Untuk melihat pertumbuhan PDRB di kabupaten Banyumas dapat diamati berdasarkan Tabel 1. Berikut Ini:



5



Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Banyumas (Milyar rupiah), Tahun 2014 – 2017



SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Produk



URAIAN Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan



Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan daur ulang Konstruksi Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estat Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Domestik Regional Bruto



2014



2015



2016*



2017**



3,903,344.58



4,131,290.79



4,249,221.60



4,383,847.65



1,600,762.13 6,621,418.09 31,795.03



1,634,698.29 7,192,718.61 33,474.99



1,700,817.83 7,582,323.83 35,872.59



1,778,430.41 8,020,482.50 37,435.88



27,384.19



27,824.60



28,402.85



31,295.65



3,526,715.48



3,739,023.76



4,160,014.82



4,563,243.17



5,087,139.81



5,257,473.89



5,501,759.40



5,746,184.79



1,130,987.74 978,307.73 1,674,917.93 886,102.01 708,345.33 81,881.35



1,208,358.52 1,064,036.79 1,790,319.78 928,774.94 762,958.76 89,818.27



1,280,498.64 1,163,709.71 1,955,654.89 1,015,806.79 812,442.90 96,142.12



1,360,426.79 1,264,217.67 2,225,615.63 1,069,248.39 880,236.81 103,068.55



936,828.98



1,013,086.86



1,026,711.75



1,051,214.69



1,361,872.42 271,535.18 537,349.42 29,366,687.40



1,451,892.19 283,774.73 555,350.63 31,164,876.40



1,536,214.41 308,792.32 596,660.19 33,051,046.64



1,646,843.21 335,238.23 650,283.27 35,147,313.29



Ket: *)Angka Sementara; **)Angka Sangat Sementara



6



Pada Tabel 1. menunjukkan bahwa secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyumas terus menerus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selama 4 tahun terakhir atas dasar harga konstan, dimana angka PDRB pada tahun 2014 sebesar 29.366,68 milyar rupiah, dan terus meningkat dimana jumlah tersebut pada tahun 2017 menjadi 35.147,31 milyar rupiah.sehingga secara riil pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyumas di tahun 2017 mengalami pertumbuhan sebesar 6,34 persen dari tahun sebelumnya. Untuk melihat transformasi struktural ekonomi suatu daerah dilakukan dengan mengelompokkan aktifitas produksi daerah tersebut. Aktifitas produksi suatu daerah dapat dibedakan menjadi tiga kelompok kegiatan yaitu primer, sekunder, dan tersier. Sektor primer berkaitan dengan pengeksploitasian sumber daya alam, sektor sekunder merupakan pemanfaatan sumber daya alam untuk diolah lebih lanjut dan sektor tersier adalah sektor yang memfasilitasi pergerakan sektor primer dan sekunder (Aswadi dan Azhari, 2016). Ada pengelompokan 17 sektor kegiatan produksi menjadi 3 kelompok. Kelompok kegiatan produksi di kabupaten Banyumas dibedakan menjadi sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, serta pertambangan dan penggalian, sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan, pengadaan listrik dan gas, pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang, serta konstruksi. Sedangkan sektor tersier terdiri dari sektor perdagangan, transportasi, informasi dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Pengelompokan kegiatan dan distribusi persentase produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha di kabupaten Banyumas tahun 2014-2017 dapat dilihat dari tabel dibawah ini.



7



Tabel 2. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Banyumas (persen), Tahun 2014 – 2017



SEKTOR 1 2



3 4 5 6



7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 TOTAL



LAPANGAN USAHA



2014



2015



2016*



2017**



PRIMER Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian



18.74 13.29 5.45



18.50 13.26 5.25



18.00 12.86 5.15



17.53 12.47 5.06



SEKUNDER Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan daur ulang Konstruksi



34.76 22.55 0.11



35.27 23.08 0.11



35.72 22.94 0.11



36.00 22.82 0.11



0.09



0.09



0.09



0.09



12.01



12.00



12.59



12.98



TERSIER Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estat Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya



46.50



8



46.22



46.28



46.47



17.32



16.87



16.65



16.35



3.85 3.33 5.70 3.02 2.41 0.28



3.88 3.41 5.74 2.98 2.45 0.29



3.87 3.52 5.92 3.07 2.46 0.29



3.87 3.60 6.33 3.04 2.50 0.29



3.19



3.25



3.11



2.99



4.64 0.92 1.83 100.00



4.66 0.91 1.78 100.00



4.65 0.93 1.81 100.00



4.69 0.95 1.85 100.00



Berdasarkan Tabel 2. , dapat dijelaskan bahwa selama periode 2014-2017 sektor tersier memberikan kontribusi terbesar pada PDRB kabupaten Banyumas. Sektor primer terus mengalami penurunan dari tahun 2014 ke tahun 2017. Sektor sekunder terus mengalami peningkatan peran terhadap pembentukan PDRB kabupaten Banyumas sedangkan sektor tersier secara fluktuatif berkontribusi dalam pembentukan PDRB Kabupaten Banyumas. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi transformasi atau perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Banyumas. Sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, serta pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi paling sedikit pada pembentukan PDRB kabupaten Banyumas. Sektor primer terus mengalami penurunan dari tahun 20142017 dan hanya mampu berkontribusi sebesar 17,53% di tahun 2017. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan memberikan kontribusi lebih besar dibandingkan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder adalah sektor yang terus mengalami peningkatan peran pada periode 2014-2017. Sektor sekunder menyumbang 36% di tahun 2017, dimana industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar dalam sektor sekunder dalam pembentukan PDRB kabupaten Banyumas. Jika dilihatpresentase dari keseluruhan sektor, Industri pengolahan merupakan penyumbang terbesar pada PDRB Kabupaten Banyumas. Sektor tersier merupakan sektor yang memberikan kontribusi paling besar pada pembentukan PDRB kabupaten Banyumas selama periode 2014-2017, namun perannya mengalami perubahan yang fuktuatif meskipun tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2017 sektor tersier berkontribusi terhadap PDRB kabupaten Banyumas sebesar 46, 47%. Pada sektor tersier, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor memberikan kontribusi terbesar hingga 16,35% di tahun 2017. IV. KESIMPULAN Selama periode 2014-2017 sektor tersier memberikan kontribusi terbesar pada PDRB kabupaten Banyumas. Sektor primer terus mengalami penurunan dari tahun 2014 ke tahun 2017. Sektor sekunder terus mengalami peningkatan peran terhadap pembentukan PDRB kabupaten Banyumas sedangkan sektor tersier secara fluktuatif berkontribusi



9



dalam pembentukan PDRB Kabupaten Banyumas. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi transformasi atau perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Banyumas. Suatu wilayah sudah masuk ke daerah industrialisasi jika sektor sekunder telah mengalahkan sektor primer dan tersier. Di Kabupaten Banyumas, sektor tersier memang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB, namun dari keseluruhan presentase dari 17 sektor kegiatan produksi, sektor industri pengolahan yang termasuk dalam sektor sekunder memiiki jumlah persentase terbesar dalam kontibusinya terhadap PDRB Kabubapen Banyumas yaitu mencapai 22,82% di tahun 2017, hal tersebut menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupaten Banyumas sudah maju ditandai dengan kemajuan teknologi yang modern sehingga berdampak pada tingkat produktivitas kerja yang tinggi.



10



Daftar Pustaka BPS. (2018). PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Banyumas (Juta Rupiah). 2014-2017. BPS Kabupaten Banyumas Aswadi, Khairul dan Azhari. (2016). Analisis Transformasi Struktur Ekonomi Dalam Pembangunan Regional Di Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Volume 16, No. 1. Romly, Mohammad Saedy. et al. (2016), Transformasi Struktural: Faktor-Faktor Dan Pengaruhnya Terhadap Disparitas Pendapatan Di Madura, Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan Vol 5 No 1, hlm. 25-44 Alhasni, Syarifah Indah Permatasari. (2017). Analisis Struktur Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Karawang Tahun 2011-2015. Skripsi S-1 Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.



11