24 0 263 KB
TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT II kelompok 4 (Airway Management ) BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu Negara yang terletak dalam pertemuan 5 lempeng dunia dan terletak direntetan gunung berapi. Keadaan geografis yang seperti ini menjbuat resiko terjadinya bencana di Indonesia cukup tinggi. Akhir-akhir ini berbagai bencana terjadi di Indonesia seperti banjir, gunung meletus, dan gempa bumi. Untuk penanganan korban dari bencana di butuhkan suatu konsep dan ilmu dalam tindak penanganan, dalam hal ini adalah ilmu tentang kegawatdaruratan. Gawat artinya mengancam jiwa, sedangkan darurat perlu mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan ancaman nyawa korban. Kegawat daruratan adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgent dan kritis. Bila dihubungkan dengan dunia keperawatan maka kita akan mengenal pelayanan keperawatan gawat darurat. Yang dimaksud dengan pengertian pelayanan keperawatan gawat darurat adalah adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan metodologi keperawatan gawat darurat yang berbentuk pelayanan biopsiko-sosial-spiritual yang komprehensif ditujukan kepada klien / pasien yang mempunyai masalah aktual atau resiko yang disertai kondisi lingkungan yang tidak
dapat
dikendalikan.
Rangkaian
kegiatan
yang
dilaksanakan
dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi. Tahap pengkajian awal dari asuhan keperawatan gawat darurat yaitu primary survey yang meliputi sistem ABCDE (airway, breathing, circulation, disability, and eksposure).
Menurut Musliha (2010) tidak ada yang bisa memprediksi terjadinya kecelakaan. Pada umumnya kecelakaan terjadi secara mendadak dan membutuhkan pertolongan segera dengan cepat dan tepat karena sedikit saja terlambat nyawa korban tidak dapat tertolong lagi. Sebagai tenaga kesehatan, dalam hal ini perawat, musti dituntut untuk dapat menangani kasus kegawatdaruratan sesuai bidang dan wewenangnya sebagai peawat. Untuk membantu pemahaman pembaca, penulis menyajikan suatu kasus tentang penanganan pasien gawat darurat dalam manajemen airway.
BAB II PEMBAHASAN
Case 4 Seorang pasien di ICU dengan penurunan kesadaran, samnolen mengalamu muntah-muntah, suara nafas gurgling dan terdengar snoring. Pertanyaan : 1. Apa yang terjadi pada jalan nafas pasien? Mengapa bisa terjadi? Jalan nafas pasien mengalami sumbatan atau obstruksi. Hal ini terjadi akibat muntahan secara tidak sadar hasil pencernaan makanan yang berasal dari lambung. Karena pada saat tidak sadarkan diri atau terjadi penurunan kesadaran, reflek batuk tidak ada.
2. Bagaimana pengelolaan jalan nafas pada pasien tersebut? Pengelolaan jalan nafas pada pasien sesuai kasus di atas adalah dengan membersihkan saluran nafas dari timbunan muntahan agar tidak terjadi aspirasi lambung (masuknya muntahan ke saluran pernafasan). Tindakan yang dipilih adalah suction. Pemilihan tindakan ini sesuai indikasi pasien yaitu: 1) Pasien tidak sadar (somnolen), sehingga pasien tidak mampu melakukan batuk efektif. 2) Ditemukan adanya suara nafas tambahan yaitu: gurgling dan snoring.
3. Apa dan bagaimana prosedur yang dapat dilakukan untuk membersihkan jalan nafas akibat muntah? Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara mandiri menggunakan alat pengisap. Hidayat & Uliyah, 2004: 55). Suction dapat diterapkan pada oral, nasofaringeal, trakheal, serta endotrakheal atau trakheostomi tube. Bertujuan untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi spuntum, merangsang batuk, mencegah terjadinya infeksi paru.
4. Bagaimana tindakan keperawatan ? (SOP) SOP SUCTION / PENGHISAPAN LENDIR
A. PENGERTIAN Melakukan tindakan penghisapan lendir di jalan nafas
B. TUJUAN 1. Mengeluarkan secret/cairan pada jalan nafas 2. Melancarkan jalan nafas
C. INDIKASI 1. Pasien tidak sadar 2. Pasien yang tidak mampu mengeluarkan lender sendiri
D. PERALATAN 1.
Bak instrument berisi: pinset anatomi 2, kasa secukupnya
2.
NaCl atau air matang
3.
Canule suction
4.
Perlak dan pengalas
5.
Mesin suction
6.
Kertas tissue
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1.
2.
Tahap PraInteraksi a.
Mengecek program terapi
b.
Mencuci tangan
c.
Menyiapkan alat
Tahap Orientasi a.
Memberikan salam dan sapa nama pasien
b.
Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c.
Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
3.
Tahap Kerja a. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien kepala sedikit Ekstensi b.
Memberikan Oksigen 2 – 5 menit
c.
Meletakkan pengalas di bawah dagu pasien
d.
Memakai sarung tangan
e.
Menghidupkan mesin, mengecek tekanan dan botol penampung
f.
Memasukkan kanul section dengan hati-hati (hidung ± 5 cm, mulut ±10 cm)
g.
Menghisap lendir dengan menutup lubang kanul, menarik keluar perlahan sambil memutar (+ 5 detik untuk anak, + 10 detik untuk dewasa)
h.
Membilas kanul dengan NaCl, berikan kesempatan pasien bernafas
4.
i.
Mengulangi prosedur tersebut 3-5 kali suctioning
j.
Mengobservasi keadaan umum pasien dan status pernafasannya
k.
Mengobservasi secret tentang warna, baud an volumenya
Tahap Terminasi a.
Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan
b.
Merapikan pasien dan lingkungan
c.
Berpamitan dengan pasien
d.
Membereskan dan kembalikan alat ketempat semula
e.
Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Prosedur suction menurut Fundamental : Langkah
Rasional
Kaji adanya tanda dan gejala yang
Tanda
dan
gejala
fisik disebabkan
mengindikasikan adanya sekresi jalan
penurunan oksigen kejaringan juga akibat
nafas bagian atas: pernapasan cegukan,
akumulasi sekresi di jalan nafas atas
gelisah , vomitus dimulut, mengeluarkan air liur.
Jelaskan
kepada
klien
bagaimana
prosedur akan membantu membersihkan
Penjelasan prosedur meredakan ansietas klien
jalan nafas dan meredakan masalahmasalah pernafasan. Jelaskan bahwa batuk, bersin, atau menelan adalah normal
Persiapan peralatan dan bahan-bahan
yang dibutuhkan :
Memastikan prosedur dilakukan dengan cepat dan efisien
Unit pengisap dinding atau unit pengisap yang dapat dibawa dengan selang penghubung dengan konektor Y, jika dibutuhkan. Kateter steril Kateter yankauer ( orofaring) Air steril atau normal salin, baskom
Membersihkan kateter
steril Sarung tangan steril, sarung tnagan tidak steril ( yankauer saja) Kassa atau handuk
Melindungi
linen
dan
sprei
tempat tidur klien
jalan nafas oral atau nasal, jika
Memastikan akses jalan nafas
diindikasikan
Melindungi tenaga kesehatan
Masker atau penutup mata
Tutup pintu atau tarik gorden
Berikan pasien posisi yang benar : Tempatkan
klien
sadar
dengan
Menjamin privasi
Reflex muntah membantu mencegah
reflex muntah fungsional untuk
aspirasi isi saluran cerna. Memposisikan
pengisapan oral pada posisi semi-
kepala ke salah satu sisi atau hiperekstensi
fowler dengan kepala menoleh ke
leher. Meningkatkan peinsersian kateter
satu sisi. Tempatkan klien tersebut
secara perlahan ke dalam orofaring atau
untuk pengisapan nasal pada posisi
nasofaring secara berturut-turut.
semi
fowler
dengan
leher
hiperekstensi Tempatkan klien yang tidak sadar pada
posisi
berbaring
miring,
Mencegah lidah klien terobstruksi jalan nafas : meningkatkan darinase sekresi
menghadap perawat.
pulmonary, dan mencegah aspirasi isi saluran cerna
Tempatkan handuk diatas bantal atau
dibawah dagu kiien
Mencegah linen dan sprei tempat tidur menjadi kotor karena sekresi. Sekresi pada handuk dapat dibuang, sehingga mengurangi penyebaran bakteri
Pilih tekanan pengisap yang tepat untuk
Memberikan
tekanan
negative
yang
klien dan tipe unit pengisap. Untuk unit
efektif tetapi aman sesuai usia klien.
pengisap
Menurunkan
dinding,
tekanan
110-150
mmHg untuk orang dewasa, 95-110
kerusakan
mmHg untuk anak-anak, dan 50-95
hipoksemia
kemungkinan membrane
terjadinya
mukosa
dan
mmHg untuk bayi
Cuci tangan
Mengurangi penyebaran mikroorganisme
Mengurangi penyebaran mikroorganisme
Menyiapkan peralatan pengisap.
Memastikan
A. kateter Yankauer :
Kenakan sarung tangan tidak steril
Hubungkan
satu
ujung
selang
penghubung dengan mesin pengisap dan ujung lain dengan kateter pengisap yankauer. Isi mangkuk dengan air.
Periksa apakah peralatan berfungsi dengan baik dengan mengisap sejumlah
perlatan
melumasi kateter
berfungsi
dan
air dari mangkuk
Pindahkan
masker
oksigen,
jika
terpasang
Masukkan
kateter
sepanjang
garis
Geerakkan lubvang
kedalam gusi
kateter mulut
mulut
Memberikan
suksioning yang terus-
faring.
menerus. Pengisapan harus dilakukan
mengelilingi
hati-hatri supaya ujung pengisap tidak
ke
sampai
memasuki permukaan mukosa mulut.
sekresi
Jangan gunakan kateter yanauer yang
terangkat.
terjatuh dilantai.
Dorong klien untuk batuk. Angkat
Menggerakkan sekresi dari jalan napas bawah ke dalam mulut dan jalan napas
masker oksigen.
atas.
Bersihkan kateter dengan air didalam
Membersihkan kateter dan mengurangi
mangkuk atau Waskom sampai selang
kemungkinana
penghubung bersih dari secret. Matikan
mikroorganisme. Selang pengisap yang
pengisap.
bersih meningkatkan tekanan pengisapan.
Kaji kembali status pernafasan klien
penyebaran
Memberikan arahan pada perawat untuk memulai atau menghentikan intervensi
Angkat handuk, letakkan kantong kotor
Mengurangi penyebaran mikroorganisme
Memfasilitasi drainase sekresi oral
Mengurangi penyebaran mikroorganisme
untuk dicuci. Lepaskan sarung tangan dan buang diwadah
Reposisikan
klien
mendorong
drainase
digunakan
jika
:
posisi dan
klien
sim harus
mengalami
penurunan tingkat kesadaran
Buang air yang tersisa kedalam wadah
dan mempertahankan asepsis medis
yang tersedia
Tempatkan
selang
penghubung
di
daerah kering dan bersih
Cuci tangan
Mengurangi penyebaran mikroorganisme ke klien lain
B. Pengisapan nasofaring atau nasotrakea:
Nyalakan
peralatan
aturregulator
vakum
pengisap pada
Tekanan
negative
yang
berlebihan
merusak faringeal nasal dari mukosa
dan
trakeal dan dapat mengurangi hipoksia
tekanan
yang lebih parah.
negating yang sesuai.
hipoksemia
yang
Jika diindikasi, tingkatkan oksigen
disebabkan pengisapan ( literature tidak
tambahansampai 100% atau sesuai
memberikan kesimpulan apakah perlu
program dokter.
hiperoksigenasi)
Mengurangi
Sambungkan
satu
ujung
selang
Persiapan untuk menghubungkan kateter pengisap dengan peraltan pengisap.
penghubung ke mesin penghisap dan tempatkan ujung lain di lokasi yang nyaman.
Apabila
menggunakan
peralatan Mengurangi penyebaran mikroorganisme
pengisap : Buka bungkusan. Apabila terdapat kasa steri, letakkan kasa tersebut di dada klien atau gunakan handuk Buka
bungkus
Mempertahankan asepsis medis
kateterpengisap.
Jangan biarkan kateter pengisap menyentuh
permukaan
selain Saline digunakan untuk membersihkan
bagian dalam bungkusan Buka bungkusan Waskom steril dan
tempatkan
di
selang
setelah
setiap
dilakukan
pengisapan
meja
disampingtempat tidur. Hati-hati supaya tidak menyentuh bagian dalam
Waskom.
Isi
Waskom
dengan sekitar 100 ml salin normal steril
pelumas
sambil
Buka pelumas. Tekan dalam bungkusan
mempertahankan sterilitas. Pelumas larut
kateter steril yang terbuka tersebut
air
tanpa menyentuh bungkusnya
pneumonia aspirasi lipoid
Mempersiapkan
Kenakan sarung tangan steril pada
digunakan
untuk
menghindari
Mencegah percikan sekresi ke dalam mata mulut tenaga kesehatan
kedua tangan atayu kenakan sarung tangan tidak steril pada tangan yang tidak dominandan sarung tangan steril
pada tangan dominan
Angkat kateter pengisap dengan tangan
dan
dominan tanpa menyentuh permukaan
mempertahankan
yang tidak dominan dan sarung tangan
pengisap
steril pada tangan dominan
Mengurangi transmisi mikroorganisme
Angkat
kateter
pengisap
dengan
memungkinkan
perawat sterilitas
Mempertahanakan
dalam kateter
sterilitas
kateter.
Menghubungkan kateter ke pengisap.
tangtan dominan tanpa menyentuh permukaan yang tidak steril. Angkat selang penghubung dengan tangan yang tidak
dominan.
Masukkan
kateter
kedalam selang
Periksa apakah peralatan berfungsi
Memastikan
perlatan
berfungsi.
Melumasi kateter internal dan selang.
dengan baik,yakni dengan mengisap sejumlah normal saline dari Waskom
Lumasi 6-8 cm kateter distal dengan
Melumasi keteter supaya lebih mudah diinsersi
pelumas larut air.
Pemasangan tekanan pengisap sambil
Angkat peralatan pemberi-oksigen, jika
menginsersi kateter ke dalam trakea akan
tepasang dengan tangan tidak dominan.
meningkatkan resiko kerusakan mukosa,
Tanpa melakukan pengisapan, dengan
juga meningkatkan resiko hipoksia akibat
perlahan tetapi cepat, isersikan kateter
pengangkatan oksigen yang ada dijalan
dengan ibu jari dan jari telunjuk
napas. Epiglotis terbuka saat insprisi dan
dominan ke dalam hidung dengan
memfasilasi peinsersian ke dalam trakea.
gerakan sedikit miring kea rah bawah
Klien
atau
klien
melakukan reflex muntah atau menjadi
menghirup nafas. Jangan memaksakan
mual, maka kateter kemungkinan besar
selang masuk melalui hidung.
berada di esophagus
melalui
mulut
saat
Pengisapan faring : pada orang dewasa, insersikan kateter sekitar 16 cm : pada anak yang lebih besar 8-12 cm : pada bayi dan anak-anak
harus
batuk.
Apabila
klien
kecil : 4-8 cm. Aturannya ialah menginsersikan
kateter
dengan
jarak dari ujung hidung sampai
dasarlobus telinga
Mencegah cedara mukosa. Apabila
Lakukan pengisapan secara
kateter menggores mukosa. Maka
intermiten sampai selama 10 detik
angkat ibu jari untuk menghentikan
dengan meletakkan dan mengangkat
pengisapan. Pengisapan lebi dari 10
ibu jari tidak dominan dari lubang
detik
ventilasi kateter dan dengan perlahan
kardiopulmonar.
menyebabkan
bahaya
mengeluarkan kateter sambil memutarnya ke dalam dan keluar diantara ibu jari dan jari telunjuk dominan. Dorong klien untuk batuk. Tempatkan kembali peralatan oksigen, jika memungkinkan.
Mengangkat sekresi dari kateter.
Mengurangi penyebaran
Bilas kateter dan selang penghubung dengan normal saline sampai bersih.
C. Jalan nafas buatan
Cuci tangan
mikroorganisme.
Nyalakan peralatan pengisap dan atur
merusak mukosa trakea dan
regulator vakum untuk menetapkan
menyebabkan hipoksia yang lebih
tekanan negative yang sesuai (lihat
parah.
langkah 7)
Tekanan negative yang berlebihan
Hubungakan
satu
ujung
Mempersiakan peralatan pengisap.
selang
penghubung dengan mesin pengisap dan tempatkan ujung lain ditempat yang nyaman.
Apabila pengisap :
menggunakan
peralatan Mencegah kontaminasi pada pakaian.
Buka bungkus peralatan, apabila tersedia kasa steril. Letakkan Mempersiapkan kateter dan mencegah
kasa tersebut di dada klien. Buka bungkusan kateter
penyebaran mikroorganisme.
pengisap. Jangan biarkan kateter pengisap menyentuh permukaan Mempersiapkan kateter dan mencegah
yang tidak steril. Waskom steril yang terbuka atau
penyebaran mikroorganisme.
tidak terbungkus dan ditempatkan di meja di sisi tempat tidur. Isi Waskom dengan normal saline steril sekitar 100 ml
Kenakan
pelindung
wajah
dan
tenaga kesehatan.
pelindung mata
Mengurangi resiko terkena percikan
Mengurangi penyebaran
Kenakan satu sarung tangan steril
mikroorganisme dan memungkinkan
pada setiap tangan atau kenakan
perawat mempertahankan sterilitas
sarung tangan tidak steril pada tangan
kateter pengisap.
yang tidak dominan dan sarung tangan steril pada tangan dominan.
Mempertahankan sterilitas kateter.
Memastikan peralatan berfungsi,
Angakat kateter pengisap dengan tangan dominan tanpa menyentuh permukaan yang tidak steril. Angkat selang penghubung dengan tangan yang
tidak
dominan.
Masukkan
kateter ke dalam selang.
Pastikan peralatan berfungsi dengan
melumasi kateter dan selang.
baik dengan cara mengisap sejumlah
Meningkatkan kemudahan peinsersian
normal saline dari Waskom.
kateter. Apabila pelumas dibutuhkan, maka gunakan pelumas larut air untuk mencegah pneumonia aspirasi
mengandung minyak tanah. Pelumas berlebihan dapat menempel di jalan nafas buatan.
Angkat
peralatan
Terbukanya jalan nafas buatan.
Mengurangi atelektasis yang
pemberi
kelembapan atau pemberi oksigen dengan tangan yang tidak dominan.
disebabkan tekanan negative.
Hiperinflasi dan/ atau oksigen klien
Preoksigenasi mengubah proporsi
sebelum melakukan resusitasi (ambu)
besar gas paru klien sampai 100%
atau mekanisme menghela nafas pada
oksigen untuk mengganti jumlah yang
ventilator mekanik.
digunakan dalam konsumsi metabolic sementara ventilator atau oksigenasi diinterupsi dan mengganti volume yang hilang dari katete pengisap.
Tanpa melakukan pengisapan, dengan lembut tetapi cepat insersikan kateter dengan ibu jari dan jari telunjuk yang dominan ke dalam jalan nafas buatan. ( waktu menginsersi kateter yang paling baik dilakukan adalah saat isnpirasi ). Pengisapan trakea : pada orang dewasa insersi kateter 20-24 cm; pada anak-anak yang lebih besar 14-20 cm ; pada anak kecil dan bayi 8-14 cm. Pemberian posisi : pada beberapa keadaan menolehkan kepala klien ke kanan membantu
Tempatkan kateter di pohon trakeobronkial. Pemasangan tekanan penghisap saat menginsersi kateter ked lam trake akan mingingkatkan resiko kerusakan mukosa trakea, sama seperti peningkatan hipoksia yang berhubungan denga pelepasan oksigen yang ada di jalan nafas.
perawat pengisapan batang utama bronkus kanan. Apabila tahanan terasa setelah melakukan insersi kateter sampai jarak yang direkomendasi, perawat mungkin telah mengenai karina. Tarik kateter kembali 1 cm sebelum
melakukan pengisapan.
Masukkan kateter sampai tahanan
memindahkan kateter dari dinding
kembali terasa, kemudian tarik
mukosa.
kembali 1 cm.
Menstimulasi batuk dan
Lakukan
pengisapan
secara
Mencegah cedera pada lapisan mukosa trakeal. Apabila kateter
intermiten dengan menempatkan dan
menggores mukosa makan angkat ibu
mengangkat ibu jari tangan yang
jari untuk menghentikan penghisapan.
tidak dominan dari lubang ventilasi kateter dan dengan perlahan tarik kateter sambil memutarnya ke depan dan ke belakang diantara ibu jari dan jari
telunjuk
tangan
dominan.
Anjurkan klien untuk batuk.
Tempatkan
kembali
mengembangkan alveoli kembali.
peralatan
pemberi oksigen. Dorong klien untuk
Penghisapan dapat meyebabkan
melakukan nafas dalam.
hipoksemia dan atelektasis.
Mengoksigenasi kembali dan
Mengangkat sekresi kateter. Sekresi
Bilas kateter dan selang penghubung
yang tertinggal di selang akan
dengan normal saline sampai bersih.
mengurangi penghisapan dan
Lakukan pengisapan yang kontinu.
memberikan lingkungan untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Membersihkan jalan nafas dari
Ulangi langkah 9c (10-15) sesuai
sekresi berlebihan dan menignkatkan
keperluan,
oksigenasi.
sekresi.
untuk Berikan
membersihkan waktu
cukup
(minimal 1 menit penuh) antar fase pengisapan
untuk
ventilasi
dan
reoksigenasi.
Penghisapan dapat menyebabkan aritmia , hipoksia, dan bronkospasme.
Kaji status kardiopulmunar dianatara fase pengisapan.
Apabila jalan nafas buatan dan pohon
Jalan nafas bagian atas dianggap
trakeobronkial telah cukup bersih dari
bersih, sedangkan jalan nafas bagian
sekresi, lakukan pengisapan faring
bawah dianggpa steril. Oleh karena
oral dan nasal untukk membersihkan
itu, kateter yang sama dapat
jalan nafas atas dari sekresi. Setelah
digunakan, untuk menghisap dari
dilakukan penisapan ini maka kateter
daerah streril ke daerah bersih, tetapi
terkontaminasi,
bukan dari daerah bersih ke daerah
jangan
steril.
menhinsersikan kateter kembali ke dalam
selang
endotrake
atau
trakeostomi.
Mengangkat sekresi jalan nafas atas.
Lepaskan penghubung. mengelilingi
kateter
dari
Gulung jari
tangan
selang kateter yang
dominan. Lepaskan sarung tangan dengan menariknya dari dalam keluar sehingga kateter tetap didalam sarung tangan. Tarik sarung tangan yang lain dengancara yang sama. Buang ke dalam wadah yang sesuai. Matikan peralatan pengisap.
Mengurangi penyebaran mikroorganisme.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan Obstruksi jalan nafas meerupakan sumbatan yang terjadi pada jalan nafas yang diakibatkan oleh adanya penumpukan sekret akibat aspirasi dari produk muntahan yang seharusnya dapat dikeluarkan oleh pasien sadar. Pengelolaan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kejadian obstruksi jalan nafas yaitu dengan tindakan suction. Suction merupakan suatu tindakan untuk membersihkan jalan nafas dengan memasang kateter penghisap melalui nasotraceal tube (NTT), orotraceal tube (OTT), tracheostomy tube (TT) pada saluran pernafasan bagian atas. Bertujuan untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi spuntum, merangsang batuk, mencegah terjadinya infeksi paru.
Saran Kebersihan jalan nafas pada pasien tak sadarkan diri harus selalu diperhatikan. Timbunan sekret pada saluran pernafasan akan menggangu oksigenasi pasien sehingga proses kesembuhan pasien akan terhambat. Selain itu, timbunan sekret bisa jadi tempat perkembangbiakan kuman. Oleh karena itu, sebagai perawat harus memperhatikan kebersihan jalan nafas pasien agar kebutuhan oksigenasi pasien terpenuhi secara optimal.