9 0 3 MB
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Air merupakan kebutuhan primer mahluk hidup dalam mempertahankan
kelangsungan hidup. Kebutuhan air tidak hanya menyangkut kuantitas akan tetapi kualitas dan kontinyuitas (Widiasanti dkk, 2012). Indonesia merupakan negara yang menyandang status negara kepulauan dan memiliki cadangan air yang bersih yang cukup besar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2009 menyebutkan bahwa Indonesia masih memiliki cadangan air yang cukup besar yaitu sebanyak 2.530 km3 dan menduduki peringkat kelima di dunia (Qodriyatun, 2015). Tingginya cadangan air bersih di Indonesia seharusnya mampu memenuhi kebutuahan air masyarakat. Satu dari sepuluh rumah tangga mengalami kekurangan persediaan air bersih, khususnya pada musim kemarau (Unicef, 2012). Permasalahan penyediaan air bersih yang terus berlangsung di Indonesia adalah masih rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk masyarakat (Said dan Yudo, 2010). Indonesia diprediksikan sebagai salah satu negara yang akan mengalami krisis air pada tahun 2025. Penyebabnya adalah kelemahan dalam pengelolaan air,pemakaian air yang tidak efisien, laju kebutuhan akan sumberdaya air dan potensi ketersediaannya sangat pincang dan semakin menekan kemampuan alam dalam menyuplai air (Qodriyatun, 2015).Kebutuhan air bersih akanterus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan daerah perkotaan maupun pedesaan (Pradana dkk., 2017). Permasalahan penyediaan air di Indonesia harus segera diatasi sehingga semua masayarakat dapat menikmati air bersih. Salah satu daerah di Indonesia yang belum memiliki akses air bersih adalah Kabupaten Gresik. Kabupaten Gresik terletak di jawa timur daerah pesisir pantai utara. Untuk mengatasi minimnya air bersih di Kabupaten Gresik maka diperlukan adanya perencanaan bangunan pengolahan air minum yang memenuhi baku mutu dari Permenkes nomer 907 tahun 2010.
1
1.2
Identifikasi Masalah Identifikasi permasalahan dalam perencanaan bangunan pengolahan air
minum adalah kurang maksimalnya penyediaan air bersih di Kabupaten Gresik sehingga diperlukan adanya pembangunan instalasi pengolahan air minum.
1.3
Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam perencanaan bangunan pengolahan air minum
di Desa Sembayat adalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana rancang desain bangunan pengolahan air minum yang cocok untuk Kabupaten Gresik?
1.4
Tujuan Tujuan dari perencanaan bangunan pengolahan air minum di Desa
Sembyat adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui rancang desain bangunan pengolahan air minum yang cocok untuk Kabupaten Gresik
1.5
Ruang Lingkup Ruang lingkup perencanaan bangunan pengolahan air minum ini meliputi
lingkup wilayah, sasaran, dan masalah: 1. Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi perencanaan bangunan pengolahan air minum adalah perencanaan bangunan pengolahan air minum di Kabupaten Gresik yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh penduduk Kabupaten Gresik. 2. Ruang Lingkup Waktu Waktu yang digunakan dalam perencanaan bangunan pengolahan air minum ini dimulai tanggal l6 April 2018 sampai dengan 6 Mei 2018.
2
3. Ruang Lingkup Lokasi Ruang lingkup lokasi perencanaan bangunan pengolahan air minum ini adalah di Kabupaten Gresik. 1.6
Manfaat Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Manfaat kegiatan perencanaan bangunan pengolahan air minum ini
adalah sebagai berikut: 1.
Akademisi a. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang perencanaan bangunan pengolahan air minum b. Merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan dan keahlian yang telah dipelajari.
2. Instansi Menjadi masukan bagi bagi instansi terkait dalam pengembangan perencanaan bangunan pengolahan air minum.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebutuhan Air Kebutuhan manusia akan air bersih mencakup kebutuhan domestik (memasak, mencuci, mandi dan lainnya) dan kebutuhan non domestik seperti kebutuhan air untuk sosial, perkantoran, sekolah, pasar, industri, pelabuhan, masjid, rumah sakit dan sarana umum lainnya. Kebutuhan air yang dikonsumsi oleh masing-masing pemakai pun berbeda-beda. Faktor yang mendorong adanya perbedaan tingkat pemakaian air tersebut yaitu iklim, jumlah penduduk,pembangunan, ekonomi, kualitas air baku dan konservasi air (Metcalf dan Eddy, 1991). 2.2 Sumber Air Baku Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 pada pasal 6 (ayat 3) berisikan Air baku wajib memenuhi baku mutu air dengan klasifikasi dan kriteria mutu air baku untuk penyediaan air minum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kriteria pemilihaan sumber air baku yang dipergunakan dalam suatu perencanaan sistem penyediaan air bersih ialah harus mencari alternatif sumber air baku yang paling dekat dengan daerah pelayanannya, serta kualitas yang diberikan kepada konsumen harus memenuhi standar kualitas menurut Departemen Republik Indonesia dan kapasitas / debit air yang tersedia sepanjang musim kontinyu / tetap (Maryanto.2013). Dalam standar persyaratan fisis air minum tampak adanya lima unsur persyaratan yaitu meliputi ; 1. Suhu 2. Warna 3. Bau dan Rasa 4. Kekeruhan
4
Sumber air yang dapat digunakan sebagai sumber air baku meliputi, mata air, air tanah, air permukaan dan air hujan. Alternatif sumber air baku terpilih harus
dipertimbangkan
terhadap
aspek
ekonomi
dan
kehandalan
sumber.Pemilihan alternatif sumber air didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: 1. Air sungai, pada umumnya memerlukan pengolahan untuk menghasilkan air minum, sehingga sumber air sungai baru dapat diperbandingkan dengan mata air, hanya apabila lokasi bangunan penyadap (intake) terletak dekat dengan daerah pelayanan. 2. Danau atau rawa, pengisiannya (inflow) umumnya berasal dari satu atau beberapa sungai. Alternatif sumber danau dapat diperbandingan dengan air permukaan sungai apabila volume air danau jauh lebih besar dari aliran sungai-sungai yang bermuara ke dalamnya, sehingga waktu tinggal yang lama dari aliran sungai ke danau menghasilkan suatu proses pejernihan alami. 3. Mata air, mata air sering dijumpai mengandung CO2 yang tinggi yang walaupun tidak banyak berpengaruh pada kesehatan tetapi cukup berpengaruh pada bahan pipa karena akan menyebabkan korosi. 4. Air tanah, air tanah digunakan sebagai alternatif sumber air apabila air permukaan telah terkontaminasi berat, dan pertimbangan lain bahwa kualitas air tanah secara bakteriologis lebih aman daripada air permukaan.
2.3 Persyaratan Air Baku Air Minum Dalam menentukan sumber air baku untuk diolah, harus dipenuhi persyaratan yang ada agar sistem penyediaan yang direncanakan selalu mendapat pasokan air baku yang stabil dan sesuai baku mutu. Terdapat tiga persyaratan utama dalam penetuan air baku, yaitu persyaratan segi kualitas dan segi kontinuitas. Penjelasan kedua aspek penting tersebut dijabarkan sebagai berikut:
5
1. Kualitas Kualitas sumber air baku air minum memenuhi persyaratan fisik, kimia dan biologi berdasarkan baku mutu yang berlaku sesuai dengan daerah masing-masing. Di Indonesia, baku mutu air baku air minum mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas I dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. 2. Kuantitas Sungai sebagai sumber air baku harus memenuhi persyaratan dari segi kuantitas yaitu kapasitas minimum dari sungai harus lebih besar dari jumlah kebutuhan maksimum air minum di wilayah perencanaan. Bila air baku tidak ditampung terlebih dahulu maka kapasitas sumber harus mencukupi seluruh musim per tahun dan memiliki debit terendah sebesar 2,5 kali rata-rata pemakaian satu hari. Untuk menjaga kehidupan akuatik didalam sumber air maka terdapat persyaratan pengambilan debit maksimum yang diijinkan yaitu sekitar 20-40% dari kapasitas sumber. Lokasi intake air baku seharusnya memiliki tutupan lahan Daerah Aliran Sungai yang relatif terjamin dari kegiatan budidaya tanaman musiman, memiliki daerah tangkapan air yang relatif luas, idealnya sebagai kawasan hutan lindung. 3. Kontinuitas Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari atau setiap saat diperlukan kebutuhan air tersedia.
6
2.4 Kualitas Air Minum Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum menyebutkan bahwa air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Adapun jenis air minum meliputi : 1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga 2. Air yang didistribusikan melalui tangki air 3. Air kemasan 4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada masyarakat Keempat jenis air minum tersebut harus memenuhi syarat kualitas air minum yang meliputi persyaratan fisik, kimiawi, bakteriologis dan radioaktif. Tabel 2.1 berikut ini merupakan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002, yang merupakan persyaratan kualitas air minum yang mengacu pada nilai panduan WHO.
7
Tabel 2.1 Standar Air Minum
8
Tabel 2.1 Standar Air Minum (lanjutan)
Sumber: Kepmenkes RI No. 491/Menkes/SK/IV/2002, WHO (2006); USEPA (2003) Keterangan: 1. Bq = Bequerel 2. Logam berat merupakan logam terlarut 3. Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum 4. Arti (-) diatas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak diisyaratkan
9
2.5 Syarat - Syarat Sistem Penyediaan Air Minum Syarat-syarat sebuah sarana dan prasarana dalam hal penyediaan air minum publik haruslah memenuhi beberapa kriteria yaitu: syarat kuantitatif, kualitatif dan kontinuitas yang terjaga. Berikut dapat dilihat pada Tabel 2.2 penjabaran tentang ketiga persyaratan tersebut: Tabel 2.2 Syarat-Syarat Sistem Penyediaan Air Minum
Sumber: Bahan Ajar PB PAM (2005)
2.6 Parameter Kualitas Air Minum Kehilangan air pada umumnya disebabkan karena adanya kebocoran air pada pipa transmisi dan distribusi serta kesalahan dalam pembacaan meter. kebocoran air merupakan salah satu kriteria dasar desain penyediaan air minum. Berdasarkan Ditjen Cipta Karya (1997) besarnya kebocoran/ kehilangan air untuk kebutuhan domestik diasumsikan sebesar 20 % dari debit air buangan rumah tangga.
10
Tabel 2.3 Parameter Fisik, Kimia dan Biologi Air Beserta Pengaruhnya
11
Tabel 2.3 Parameter Fisik, Kimia dan Biologi Air Beserta Pengaruhnya (lanjutan)
Tabel 2.3 Parameter Fisik, Kimia dan Biologi Air Beserta Pengaruhnya (lanjutan)
Sumber: 1. Montgomery (1985); 2. Linsley (1996); 3. Totok (2004); 4. Eckenfelder (2000)
12
2.7 Proses Produksi Air Minum Menurut Peavy (1985) proses produksi air pada hakekatnya dilaksanakan berdasarkan sifat-sifat perubahan kualitas yang berlangsung secara alamiah. Oleh karena itu, mekanisme proses itu bisa berlangsung secara fisik, kimia dan biologi. Tabel 2.4 Proses Air dan Penjabarannya
Sumber: Peavy (1985) dalam Bahan Ajar PB PAM (2005)
13
Tabel 2.5 Alternatif Pengolahan Air Beberapa Parameter
Sumber: 1. MONTGOMERY (1985); 2. Tambo (1974) dalam Bahan Ajar PB PAM (2005)
14
Gambar 2.1 Diagram Proses Produksi Air Minum Secara Konvensional Sumber: Kawamura (1991)
15
2.7.1
Intake
Intake adalah bangunan penyadap yang berfungsi untuk menangkap airr baku dari sumber sebelum masuk ke instalasi pengolahan. Sebelum air baku masuk ke instalasi pengolahan, maka partikel-partikel yang ukurannya sangat besar seperti daun, kertas, plastik, potongan kayu dan benda-benda kasar lain yang berada dalam air harus disaring terlebih dahulu menggunakan saringan kasar (bar screen). Penyaringan benda kasar bertujuan untuk menghindari rusaknya atau tersumbatnya peralatan seperti pompa, katup-katup, pipa penyalur, alat pengaduk yang digunakan dalam pengolahan air bersih. Menurut Metcalf dan Eddy (1991) saringan kasar dapat berupa kisiโkisi baja, anyaman kawat, kasa baja/plat yang berlubang-lubang dengan dipasang vertikal/miring dengan sudut antara 30o-80o. Analisis penting dalam perencanaan saringan kasar adalah menentukan kehilangan tinggi (head loss) selama air melewati kisi saringan. Secara garis besar kehilangan tinggi dipengaruhi oleh bentuk kisi dan tinggi kecepatan aliran yang melewati kisi, seperti dirumuskan oleh Krischoer sebagai berikut. Beberapa rumus yang digunakan untuk perhitungan intake dan screen: a. Tinggi kecepatan aliran air meewati kisi screen (meter) โโ =
๐2 2. ๐
b. Kehilangan tekanan air setelah melewati kisi screen (meter) 4
๐ค 3 ๐ป๐ฟ = ๐ฝ. ( ) โโ ๐๐๐ ๐ ๐ Keterangan: v
= kecepatan aliran yang melewati kisi (m/det)
g
= konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/det2)
ฮฒ = faktor bentuk kisi w = lebar kisi (m) ฮธ
=sudut kemiringan kisi ( ยฐ )
b
= jarak antar kisi (m)
Berikut ini adalah besar masing-masing faktor bentuk kisi:
16
Tabel 2.6 Faktor Bentuk Kisi
Sumber: Fair (1966)
Tabel 2.7 Kriteria Desain Intake
Sumber: 1. Kawamura (1991); 2. Droste (1997); 3. Layla (1978); 4. Reynolds (1982) dalam Bahan Ajar PB PAM 2005
2.7.2
Pintu Air Dan Saluran Pembawa Serta Bak Pengumpul
a. Pintu Air Pintu air digunakan untuk mengatur aliran air dari sumber air baku ke saluran intake sehingga diperoleh debit pengaliran yang diinginkan. Debit aliran air saat melewati pintu air (m3/detik): ๐ = ๐ถ๐ท๐๐๐ ๐ฅ ๐ ๐ฅ ๐ป ๐ฅ โ2. ๐. โโ b. Saluran Pembawa Saluran pembawa berfungsi untuk menyalurkan air dari intake ke bak pengumpul. Berdasarkan kriteria desain dari Japan Water Works Association (1978): Kecepatan minimum aliran air pada saluran: 0,3 m/detik Kecepatan maksimum aliran air, jika: a. Konstruksi dari beton
: 3 m/detik
b. Konstruksi dari besi, baja, PVC
: 6 m/detik 17
1. Headloss aliran air saat melewati saluran pembawa (meter) ๐ 1,85 ๐ฟ โโ = 6,82 . ( ) ๐ถ ๐ท1,167 2. Kecepatan aliran air saat melewati saluran pembawa (meter) ๐ฃ=
1 2 1 . ๐
3 . ๐ 2 ๐
3. Jari-jari hidrolis saluran pembawa jika saluran berbentuk segiempat (meter) ๐
=
๐ ๐ฅ โ๐๐๐ ๐ + 2. โ๐๐๐
c. Bak Pengumpul Bak pengumpul berfungsi untuk menampung air baku dari intake untuk dolah oleh unit pengolahan berikutnya. Bak pengumpul dilengkapi dengan pompa intake dan pengukur debit (Bahan Ajar PB PAM, 2005). Kriteria desain dalam Japan Water Works Association, 1978: a. Kedalaman (H)
: 3-5 meter
b. Waktu detensi
: โฅ 1,5 menit
Beberapa persamaan yang digunakan untuk perhitungan desain bak pengumpul: 1. Volume air di bak penampung (meter) ๐ = ๐ ๐ฅ ๐ฟ ๐ฅ โ๐ด๐๐ 2. Waktu tinggal air di bak penampung (meter) ๐๐๐ด๐๐ =
๐ ๐
Keterangan: ฮh
= headloss saluran pembawa
CDrag
= koefisien pengaliran, (nilainya 0,6)
C
= koefisien kekasaran Hazen-Williams (C = 60-140)
g
= konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
L
= panjang saluran pembawa (meter)
b
= lebar saluran pembawa (meter)
18
S
= kemiringan saluran (meter/meter)
R
= jari-jari hidrolis (meter)
n
= koefisien manning, jika terbuat dari beton (nilainya 0,03)
Q
= debit air baku yang masuk ke bak pengumpul (m3/detik)
V
= volume air yang dapat ditampung oleh bak penampung (m3)
P
= panjang bak penampung (meter)
L
= lebar bak penampung (meter)
hair
= ketinggian air maksimum yang dapat ditampung (meter)
2.7.3
Pompa Dan Sistem Transmisi
Pompa tidak termasuk dalam unit proses pengolahan air, tetapi pompa merupakan peralatan pendukung utama. Menurut (Peavy, 1985) peforma pompa diukur berdasarkan kapasitas pompa terhadap head dan efisiennya. Efisiensi pompa biasanya pada range 60-85%. Menurut Hazen-Williams, aliran air dalam pipa dengan diameter (D > 2 inch, 5 cm), dengan kecepatan moderate (10 kaki/det, 3 m/det). Nilai koefisien kekasaran C berkisar antara 140 untuk pipa halus (pipa yang masih baru), pipa lurus dari 90 sampai 80 untuk pipa lama, pipa bergaris tuberculated. Berikut ini tabel koefisien gesekan berbagai jenis bahan pipa:
19
Tabel 2.8 Koefisien Kekasaran Pipa Menurut Hazen-Williams
Sumber: Peery (1967), Hwang (1981) and Benefield et al (1984) dalam Lin (2007)
Beberapa rumus yang digunakan dalam pompa dan sistem transmisi yaitu: a. Kehilangan tinggi tekanan akibat bergesekan dengan dinding pipa transmisi dengan menggunakan persamaan Hazen-Williams (meter) ๐ป๐ฟ๐๐๐ฆ๐๐
151 ๐ฅ ๐ 1,85 ๐ฟ = ( ) ๐ฅ ( ) 2,63 ๐ถ๐ฅ๐ท 1000
b. Kehilangan tinggi tekanan akibat konstraksi (minor losses) berupa aksesoris di sepanjang pipa transmisi (meter) ๐ฃ2 โโ = ๐ 2. ๐ c. Daya hidrolik pompa untuk memindahkan air (Kilowatt atau KN.m./det) ๐๐๐ข๐๐ =
๐พ. ๐. ๐ป๐๐ข๐๐ ๐๐๐ข๐๐
20
d. Daya motor penggerak pompa menggerakkan poros pompa (Kilowatt) ๐๐๐๐ก๐๐ =
๐๐๐ข๐๐ . (1 + ๐ด) ๐๐๐ข๐๐ . ๐๐๐๐๐๐
Keterangan: Q
= debit pemompaan (m3/detik)
D
= diameter pipa bagian dalam (m)
L
= panjang pipa transmisi (m)
v
= kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
k
= konstanta gesekan akibat aksesoris pipa
g
= konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
ฮณ
= berat spesifik cairan, kN (9,774 KN pada temperatur 270C)
C
= konstanta friksi bahan pipa
ฮฎpump = efisiensi pompa (%) ฮฎmotor =efisiensi motor (%) ฮฎporos = efisiensi hubungan poros, 1 jika poros dikopel langsung A
= faktor yang bergantung pada jenis motor = 0,1 sampai 0,2 untuk motor listrik
Menurut (Degremont, 1991), nilai koefisien k bergantung pada bentuk kerugian gesekan yang disebabkan oleh kondisi aliran dalam pipa tersebut. Berikut ini akan dijelaskan beberapa tipe kerugian gesek aliran dalam pipa akibat suatu bentuk pipa seperti belokan (bend), aliran gabung (inlet connection), gate valves dan open valves and fittings. a. Kerugian gesek akibat belokan (bend) r = radius belokan pipa d = diameter pipa
Gambar 2.2 Belokan Pipa Sumber: Degremont, 1991
21
Tabel 2.9 Konstanta k
Sumber: Degremont (1991)
b. Kerugian gesek akibat aliran gabung (inlet connection) Q = total aliran air dalam m3/det Qa = aliran air yang bergabung ke pipa m3/detik
Gambar 2.3 Aliran Dalam Pipa Sumber: Degremont, 1991 Tabel 2.10 Konstanta k Untuk Berbagai Sambungan Tee
Sumber: Degremont (1991)
c. Kerugian gesek akibat gate valves
Gambar 2.4 Gate Valves Sumber: Degremont, 1991
22
Tabel 2.11 Konstanta k Untuk Berbagai Nilai Gate Valve
Sumber: Degremont (1991)
d. Kerugian gesek akibat open valves and fittings
Gambar 2.5 CheckValves/No Return Valves Sumber: Degremont, 1991
Tabel 2.12 Konstanta k Untuk Berbagai Nilai Open Valves and Fittings
Sumber: Degremont (1991)
23
e. Rumus total head pompa dinamis berdasarkan persamaan Bernoulli (meter) ๐ฃ๐ผ๐ ๐๐ 2 ๐1 ๐ฃ๐๐ข๐ก 2 ๐2 ( ) + ( ) + ๐1 + ๐ป๐๐ข๐๐ = ( ) + ( ) + ๐2 + ๐ป๐ฟ 2. ๐ ๐พ 2. ๐ ๐พ
Keterangan: P1 = tidak diketahui (pada umumnya negatif) diasumsikan = 0 P2 = 0 tekanan keluaran ke atmosfer Z1 = elevasi eksisting pipa masukan di Instalasi Pengolahan Air Z2 = elevasi eksisting pipa keluaran di Instalasi Pengolahan Air (Lin, 2007) Jika, head pompa dalam perhitungan tersebut dapat dinyatakan sebagau head pompa minimal yang tersedia, maka nilainya harus lebih kecil dari head maksimum yang dapat diberikan pompa kepada air yang akan ditransmisikan. Jika, nilainya berkebalikan (head pompa maksimum โค head minimal yang harus tersedia), maka dapat diambil kesimpulan pompa tidak memenuhi spesifikasi untuk dijalankan di instalasi pengolahan air karena air tidak mungkin mengalir pada bangunan yang akan dituju setelah pompa.
2.7.4
Aerasi
Aerasi adalah pemberian kontak udara terhadap permukaan badan air, termasuk tujuan terpenting aerasi adalah oksigenasi (meningkatkan DODissolved Oxygen didalam air). Teknik-teknik aerasi secara umum adalah:
24
Tabel 2.13 Teknik-Teknik Aerasi Secara Umum
Sumber: Hidayat (2007)
Aerasi digunakan untuk menyisihkan kandungan persenyawaan organik yang mudah menguap (VOCs) didalam air pada air permukaan atau air tanah. Reaksi-reaksi oksigen lainnya akibat aerasi dapat dipakai untuk memenuhi dua tujuan, yaitu transfer oksigen ke dalam air dan menyisihkan gas yang mudah menguap.
Secara teori, 1 mg/Liter dari oksigen mengoksidasi 7 mg/Liter ion divalen besi dan 3,4 mg/Liter ion divalen mangan. Besi bound secara organik tidak dapat dioksidasi dengan aerasi. Beberapa rumus yang digunakan dalam aerasi berupa terjunan, yaitu: a. Faktor koreksi penyerapan oksigen terhadap elevasi IPA diatas permukaan laut
b. Oksigen terlarut yang dapat masuk setelah dikalikan dengan faktor koreksi
25
c. Persamaan faktor koreksi akibat terjunan terhadap kelarutan oksigen
d. Oksigen yang ditambahkan setelah terjadi aerasi terjunan
Keterangan: A
= temperatur rata-rata air baku dalam (0C)
E
= elevasi terjunan diatas permukaan laut (+...meter)
Dosat
= konsentrasi oksigen yang masih dapat ditampung (mg/L)
ฮh
= tinggi jatuhan air di instalasi aerasi (meter)
q
= faktor koreksi kualitas air (nilainya 0,9)
b
= faktor koreksi jenis terjunan (1,3 untuk terjunan bebas)
Ca
= kadar oksigen rata-rata air baku (mg/L)
Cs
= kadar oksigen jenuh yang dapat ditampung (mg/L)
r
= faktor koreksi akibat terjunan non dimensional
Cb
= oksigen terlarut setelah terjunan akibat re-aerasi (mg/L)
(Lin, 2007)
26
Tabel 2.14 Kelarutan Oksigen Jenuh per mg/L Air
Sumber: American Society of Civil Engineering Comitee on Sanitary Engineering Research (1960) dalam Buku Lin (2007)
2.7.5
Koagulasi
Koagulasi adalah penambahan dan pengadukan cepat (flash mixing) dengan koagulan yang bertujuan untuk mendestabilisasi partikel-partikel koloid dan suspended solid (Reynolds, 1982). Sedangkan menurut (Kawamura, 2001) koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan koloid dan padatan tersuspensi termasuk bakteri dan virus dengan suatu koagulan.
27
Pengadukan dengan terjunan adalah pengadukan yang umum dipakai pada instalasi pengolahan air dengan kapasistas > 50 Liter/detik. Pembubuhan dilakukan sesaat sebelum air diterjunkan sehingga air yang terjun sudah mengandung koagulan yang siap diaduk. Pengadukan dilakukan setelah air terjun dengan energi (daya) pengadukan sama dengan tinggi terjunan. Tinggi terjunan untuk suatu pengadukan adalah tipikal untuk semua debit, sehingga debit tidak perlu dimasukkan dalam perhitungan. Gradient kecepatan 3501700/dt/detik. Hubungan antara ketinggian terjun untuk masing-masing tingkat gradien pengadukan dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Gambar 2.6 Grafik Hubungan Antara Ketinggian Gradien Pengadukan Sumber: Darmasetaiwan, 2001
28
Tabel 2.15 Kriteria Desain Untuk Koagulasi
Sumber: 1. Kawamura (1991); 2. Al-Layla (1980); 3. Reynolds (1982); 4. Darmasetiawan (2001); 5. Peavy (1985); 6. Mongomery (1985) dalam Bahan Ajar PB PAM 2005
Penentuan jenis koagulan sangat penting terutama untuk mendesain sistem pencampuran cepat dan untuk flokulasi dan sedimentasi agar berjalan secara efektif. (Kawamura, 1991) menyebutkan mengenai jenis koagulan yang sering digunakan adalah koagulan garam metal, seperti aluminium sulfat, ferri klorida, ferri sulfat serta Synthetic polymers seperti polydiallyl dimethyl ammonium (PDADMA) dan natural cation polymers seperti chitosan. Selain koagulan biasanya dalam pengolahan air bersih ada penambahan bahan kimia lebih dari dua atau tiga bahan kimia yang dibubuhkan dalam pencampuran cepat. Bahan kimia tersebut antara lain alum, cationic polymers, pottasium permanganate, klorine, Poly Aluminium Kloride (PAC), ammonia, lime atau caustic soda dan anionic dan nonionic polymers. Reaksi-reaksi kimia yang terjadi saat koagulasi dengan contoh penggunaan PAC (Poly Aluminium Kloride), dapat dijabarkan sebagai berikut: PAC akan membentuk ion-ion aluminium hidroksida setelah bereaksi dengan ion-ion bikarbonat dan karbonat dalam air baku. Reaksi didalam air dengan ion
(Lin, 2007) Setelah melakukan prosedur jar test hal lain yang perlu dilakukan adalah melakukan pengesetan stroke (bukaan keran) pada instalasi pompa pembubuh koagulan. Pengesetan stroke ini dimaksudkan untuk memberikan dosis pembubuhan koagulan yang tepat sesuai hasil jar test ke instalasi pengolahan air.
29
Adapun rumus yang digunakan untuk pengesetan stroke pompa dosing pembubuh koagulan yaitu:
Keterangan: Stroke
= bukaan keran dalam %
D
= dosis rata-rata hasil jar test (mg/Liter)
Qolah
= debit instalasi pengolahan air (Liter/detik)
Qpump
= debit pompa pembubuh koagulan (Liter/jam)
C
= Konsentrasi larutan PAC (biasanya 10-11% kg per 1 Liter
air)
2.7.6
Flokulasi
Menurut (Kawamura, 1991), flokulasi merupakan pengadukan lambat yang mengiringi dispersi koagulan secara cepat melalui pengadukan cepat. Tujuannya adalah mempercepat tumbukan yang menyebabkan terjadinya gumpalan partikel koloid yang tidak stabil sehingga dapat diendapkan. Istilah koagulasi-flokulasi terkadang digunakan secara bergantian dalam beberapa literatur. Namun, penggumpalan partikel ini pada prinsipnya terjadi dalam dua tahap proses. Pemilihan proses flokulasi seharusnya berdasarkan kriteria dibawah ini: 1. Tipe proses pengolahan, misalnya konvensional, filtrasi langsung, softening atau sludge conditioning. 2. Kualitas air baku, misalnya kekeruhan, warna TSS dan temperatur. 3. Tipe koagulan yang digunakan. 4. Kondisi lokal, seperti ketersediaan petugas lapangan (Montgomery, 1985) Flokulator adalah alat yang digunakan untuk flokulasi. Saat ini banyak dijumpai berbagai macam flokulator, tetapi berdasarkan cara kerjanya flokulator dibedakan menjadi 3 macam, yaitu pneumatic, mekanik dan baffle.
30
Tabel 2.16 Prinsip Kerja Berbagai Jenis Flokulator
Sumber: Reynolds (1982) dalam Bahan Ajar PB PAM 2005
Tabel 2.17 Kriteria Desain Flokulator Umum
Sumber: 1. Kawamura (1991); 2. Al-Layla (1980); 3. Reynolds (1982); 4. Darmasetiawan (2001); 5. Peavy (1985); 6. Mongomery (1985) dalam Bahan Ajar PB PAM 2005
Menurut (Kawamura, 1991), nilai gradien kecepatan pengadukan Instalasi Pengolahan Air dengan menggunakan Baffle Chanel :
Keterangan: v
= viskositas kinematis fluida = 0,864 x 10-6 m2/detik pada 270C
tdair
= waktu tinggal rata-rata air didalam instalasi flokulasi (detik)
g
= konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
ฮh
= kehilangan tekanan saat melintasi instlasi flokulasi (m)
31
Gambar 2.7 Denah Flokulator Baffle Chanel Sumber: Darmasetaiwan, 2001
2.7.7
Flokulasi-Sedimentasi (Pulsator)
Pulsator
adalah
unit
flokulasi-sedimentasi
yang
pada
prosesnya
memanfaatkan sludge contact (kontak lumpur) dalam meningkatkan proses sedimentasi dan penjernihan air baku yang diolah. Clarifier sebagai unit penjernih melalui pengedapan berupa sebuah tangki yang memiliki dasar rata, dilengkapi dengan perpipaan yang berpori pada dasarnya yang mana air baku dialirkan untuk mencapai seluruh bagian secara merata. Pada permukaan tangki juga dilengkapi dengan beberapa perpipaan yang berfungsi untuk mengalirkan air yang telah jernih menuju proses berikutnya. Ada bermacam cara untuk memasukkan air kedalam tangki tetapi yang paling ekonomis adalah dengn menggunakan chamber yang mna udara dihisap melalui pompa vakum dengan aliran udara yang hampir sama dengan setengah aliran masuk maksimum air yang akan diolah. Cahamber ini dihubungkan dengan sistem distribusi yang ada pada bagian dasar tangki.
32
Pulsator merupakan salah satu proses sedimentasi yang paling banyak digunakan dalam penglahan air bersih. Unit ini mampu mengolah lebih dari satu m3/jam. Pada umumnya, kecepatan ke atas pada klarifikasi adalah antara 2-4 m/jam atau lebih tinggi pada beberapa kasus tergantung kepada koefisien kohesi lumpur. Dengan memanfaatkan gerakan aliran air yang turbulen ke arah atas, unit ini tidak memerlukan perlengkapan mekanis dalam mencapai kondisi flokulasi (Memorandum Desain Palyja, 2001 dalam KP Miftah, 2008). Tabel 2.18 Kriteria Desain Pulsatorยฎ Degremont
Sumber: Degremont (1991)
Proses pulsasi di pulsator dapa dijabarkan sebagai berikut: 1. Lumpur terbentuk selama flokulasi terjadi diatas dari sebuah ekspansi massa yng dinamakan โselimut lumpurโ 2. Air, yang telah diberi koagulan sebelumnya, mengalir dari bawah dari sebuah alat pulsasi dan naik melalui selimut lumpur dan menjadi terlihat jernih di bagian paling atas dari bak pengendap 3. Selimut lumpur terjaga daam ekspansi massa dengan bantuan dari operasi pulsasi 4. Penvakuman. Ruang udara ditekan dengan ara mempompa keluar udara yang mana udara itu perlahan-lahan naik pada suatu ketinggian tertentu hingga setinggi 0,6-1,0 meter sebelum batas ketinggian air paling atas tercapai. Selama fase ini selimut lumpur mengendap karena gravitasi 5. Flushing โ penghilangan tekanan udara. Ketika tingkat tinggi tercapai pada ruang udara, katup penghilang tekanan membuka; air kemudian mengalir dengan deras melewati manifold menciptakan sebuah efek flushing. Selimut lumpur kehilangan tekanan. Kelebihan lumpur
33
(kekeruhan air dan koagulan) mengalir ke dalam pengumpul lumpr yang man lumpur dibuang pada interval tertentu (Degremont, 2006).
Gambar 2.8 Potongan Flokulasi-Sedimentasi (Pulsator) Sumber: Degremont, 1991 Beberapa rumus yang digunakan alam pulsator yaitu: a. Kecepatan pengendapan partikel d sludge blanket area pulsator (m/jam) ๐ฃ๐๐๐ = [
๐๐๐๐โ 1๐3 3.600 ๐๐๐ก๐๐ ] .[ ] .[ ] ๐ด๐๐ต๐ด 1.000 ๐ฟ๐๐ก๐๐ 1 ๐๐๐
b. Kecepatan pulsator sebagai penjernih air (m/jam) ๐ฃ๐ถ๐๐ = [
๐๐๐๐โ 1๐3 3.600 ๐๐๐ก๐๐ ] .[ ] .[ ] ๐ด๐ถ๐๐ 1.000 ๐ฟ๐๐ก๐๐ 1 ๐๐๐
c. Kecepatan aliran air di pulsator (m/jam) ๐ฃ๐ = [
๐๐๐๐โ 1๐3 3.600 ๐๐๐ก๐๐ ] .[ ] .[ ] 4 [(๐๐๐ข๐๐ ) . (๐ป๐ด๐๐ )] 1.000 ๐ฟ๐๐ก๐๐ 1 ๐๐๐
d. Kecepatan aliran air masuk ke pulsator (m/jam) ๐๐๐๐โ 1๐3 3.600 ๐๐๐ก๐๐ ๐ฃ๐๐ = [ ] .[ ] .[ ] 1.000 ๐ฟ๐๐ก๐๐ 1 ๐๐๐ 2 (๐ด๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ก ) e. Surfce Loading Rate atau disebut beban permuaan (m3/m2.jam) ๐๐ฟ๐
= [
๐๐๐๐โ 3.600 ๐๐๐ก๐๐ ] .[ ] ๐ด๐๐ข๐๐ 1 ๐๐๐
34
f. Waktu tinggal air di pulsator (jam) ๐๐๐๐๐ = [
๐๐๐๐๐ข๐๐ ] ๐๐๐๐โ
g. Volume ruang pembuangan lumpur di pulsator (m3) ๐ถ = 4 . [๐ ๐ฅ ๐ฟ ๐ฅ ๐]๐
.๐ฟ๐ข๐๐๐ข๐ h. Nilai perbandingan kecepatan klarifikasi dengan sedimentasi (non dimensional) ๐น๐ = [
๐ฃ๐ถ๐๐ 1/3 ] ๐ฃ๐๐๐
i. Waktu gradien pengadukan di pulsator (G/detik) 1/2 ๐ ๐ถ ๐บ = ๐น๐ ๐ฅ ([ ] . [๐๐ โ 1] . [1 โ ๐น๐] . [โโ] [ ]) โ ๐๐๐๐โ
j. Headloss Perpipaan (meter) 1,85
๐ป๐ฟ๐๐๐๐
151 ๐ฅ ๐ = ๐ .( ) ๐ถ ๐ฅ ๐ท2,63
๐ฟ ๐ฅ ( ) 1.000
k. Headloss Gutter (meter) ๐ฟ ๐ฃ2 ๐ป๐ = ๐ ( ) ( ) ๐ท 2. ๐ l. Power Vacuum Pump (watt) ๐๐๐ข๐๐ =
โ๐ . ๐ . ๐ด . โโ ๐๐๐ข๐๐
Keterangan: Qolah
= debit pengolahan air di pulsator (m3/jam)
Avakum = luas area ruang vakum (m2) ฮP
= perbedaan tekanan sebelum dan sesudah di pulsasi (KN/m2)
N
= jumlah pipa manifold pulsator (buah)
f
= faktor friksi dari Moody Diagram
35
L
= panjang gutter (m)
D
= diameter gutter (m)
g
= konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
Gambar 2.9Moody Diagram Sumber: Tchobanoglous et al, 20014 dalamLin, 2007
2.7.8
Sedimentasi
Menurut (Reynolds, 1982), sedimentasi adalah pemisahan zat padat-cair yang memanfaatkan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan padatan tersuspensi. Reynolds juga mengklarifikasikan tipe pengendapan menjadi empat tipe yaitu: 1. Tipe
pengendapan
bebas
(free
setting);
sering
disebut
sebagai
pengendapan partikel diskrit 2. Tpe pengendapan partikel flok, yaitu pengendapan flok dalam suspensi cair. Selama pengendapan partikel flok semakin besar ukurannya dengan kecepatan yang semakin cepat
36
3. Tipe zone hinderred settling, yaitu pengendapan partikel pada konsentrasi sedang, dimana energi partikel yang berdekatan saling memecah sehingga menghalangi pengendapan partikel flok, partikel yang tertinggal pada posisi relatif tetap dan mengendap pada kecepatan konstan 4. Tipe compression setling; partikel bersentuhan pada konsentrasi tinggi dan pengendapan dapat terjadi hanya karena pemadatan massa Menurut (Kawamura, 1991), pertimbangan-pertimbangan penting yang secara lansung mempengaruhi desain proses sedimentasi adalah: 1. Proses pengolahan seca keseluruhan 2. Materi tersuspensi dalam air baku 3. Kecepatan pengendapan partikel tersuspensi yang disisihkan 4. Kondisi iklim lokal, misalnya temperatur 5. Karakteristik air baku 6. Karakteristik geologi tempat instalasi 7. Variasi debit pengolahan 8. Aliran putaran pendek dalam bak sedimentasi 9. Metode penyisihan lumpur 10. Biaya dan bentuk bak sedimentasi
Proses sedimentasi didasarkan pada pengedapan partikel secara gravitasi sehingga harus diketahui kecepatan pengendapan masing-masng partikel yang disisihkan. Kecepatan pengendapan flok bervariasi begantung pada beberapa parameter yaitu tipe koagulan yang digunakan, kondisi pengadukan selama proses flokulasi dan materi koloid yang terkandung didalam air baku. Karakteristik aliran bak sedimentasi dapat diperkirakan dengan bilangan Reynolds (Re) dan bilangan Froude (Fr) (Kawamura, 1991). Beberapa rumus yang digunakan dalam sedimentasi yaitu: a. Bilangan Reynolds sebagai nilai lamineritas aliran (non dimensional)
37
b. Bilangan Froude sebagai nilai uniformitas aliran (non dimensional)
c. Radius Hidrolis (meter)
d. Waktu tinggal air (detik)
Keterangan: V
= kecepatan aliran (m/detik)
Q
= debit pengolahan (m3/detik)
A
= luas area yang dilewai (m2)
P
= keliling basah (meter)
ฯ
= viskositas kinematis fluida = 0,864 x 10-6m2/detik pada suhu
270C g
= konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
Pada dasarnya bak pengendapan yang panjang adalah yang paling baik tetapi tanpa didukung oleh faktor hidrolis lainnya seperti lamineritas dan uniformitas dari aliran dan beban permukaan yang sesuai, pengendapan dapat gagal (Darmasetiawan, 2001). Menurut (Peavy,1985), unit sedimentasi terbagi menjadi 2 bagian, perbedaan dari keduanya antara lain:
38
Tabel 2.19 Kelebihan dan Kekurangan Bak Sedimentasi Dari Segi Bentuk
Sumber: 1. Peavy (1985); 2. Montgomery (1985) dalam Bahan Ajar PB PAM 2005
Beberapa rumus yang digunakan dalam pengoperasian sedimentasi rectangular: a. Kecepatan horizontal (m/detik)
b. Waktu tinggal air (detik)
c. Kecepatan pengendapan (m/detik)
d. Beban permukaan (m3/m2.jam)
Keterangan: l = lebar bak sedimentasi (meter) b
= lebar penampang dasar bak sedimentasi (meter)
h
= ketinggian muka air bak sedimentasi (meter)
Q
= debit pengolahan (m3/detik)
39
Tabel 2.20 Kriteria Desain Bak Sedimentasi Rectangular
Sumber: 1. Kawamura (1991); 2. Droste (1997); 3. Rich (1961); 4. Martin (20024); 5. JWWA (1978); 6. Layla (1978); 7. Reynolds (1982); 8. Fair & Geyer (1986) dalam Bahan Ajar PB PAM 2005
Bak empat persegi panjang secara umum digunakan dalam instalasi pengolahan yang mengolah aliran besar. Tipe bak ini secara hidrolis lebih stabil. Biasanya desainnya, terdiri dari bak-bak yang penjangnya 2-4 kali lebarnya dan 10-20 kali kedalamannya. Untuk memungkinkan pengeluaran lumpur endapan maka dasar bak dibuat.
40
Gambar 2.10 Sedimentasi Rectangular Sumber: Reynolds, 1982 dalam Bahan Ajar PB PAM 2005
Beberapa rumus yang digunakan dalam pengoperasian sedimentasi circular: a. Panjang weir (meter)
b. Kecepatan weir loading (m/detik)
c. Jumlah V-notch (buah)
d. Debit per V-notch (m3/detik)
41
e. Tinggi diatas V-notch (meter)
f. Lebar V-notch pada bagian atas (meter)
Keterangan: r
= jari-jari sedimentasi (meter)
rc/c
= jarak antar pusat V-notch center to center (meter)
Cdrag
= koefisien pengaliran (0,62)
ฮธ
= besarnya sudut yang dibentuk V-notch (o)
Tabel 2.21Kriteria Desain Bak Sedimentasi Circular
Sumber: 1. Kawamura (1991); 2. Al-Layla (1980); 3. Reynolds (1982); 4. Darmasetiawan (2001); 5. Peavy (1985); 6. Montgomery (1985) dalam Bahan Ajar PB PAM 2005
Bak pengendap lingkaran mempunyai zona dengan fungsi yang sama dengan bak empat persegi panjang, tetapi arah alirannya sangat berbeda.
42
Gambar 2.11 Sedimentasi Circular Sumber: Droste, 1997 dalam Bahan Ajar PB PAM 2005
Pada perencanaan bak pengendap dengan aliran kontinyu terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
Gambar 2.12 Bak Pengendap Sumber: Darmasetiawan, 2001
43
A. Zona Inlet Air yang masuk diasumsikan langsung merata pada potongn melintang didalam bak pengendap dengan tingkat kandungan SS (suspended solid) yang homogen ketidakmeratan pada zona inlet dapat menghasilkan turbulensi sehinga dapat meruntuhkan bentukan flok yang telah terbentuk di flokulator. Untuk menghindari ini secara umum aliran air harus mempunyai kecepatan aliran tidak boleh melebihi 0,3 m/dt secara digiring dengan stream line masuk kedalam bidang pengendapan. Zona inlet juga dapat berupa pipa lateral yang berlubang dan mengarah ke bawah, sehinga air yang keluar dapat dibagi merata sepanjang bidang pengendapan, hal ini banyak dilakukan paa pengendapan dengan plat miring. Beberapa rumus yang digunakan dalam bak pengendap dengan aliran kontinyu: a. Headloss bak pengendap (meter) ๐ฃ๐ 2 ๐ป๐ = 2. ๐ b. Diameter lubang pipa manifold (meter) ๐ท= [
4 .๐ ] ๐. ๐(2. ๐๐ป๐ )0,5
Keterangan: vo
= kecepatan aliran air secara horizontal (m/detik)
N
= jumlah lubang di pipa manifold (buah)
Q
= debit pengolahan (m3/detik)
g
= konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
B. Zona Pengendapan Pada zona bidang pengendapan flok yang sudah terbentuk diharapkan dapat mengendap. Secara ideal bidang pengendap harus memenuhi asumsi bahwa aliran harus merata (mempunyai kecepatan yang sama) diseluruh potongan melintang dan kecepatan sepanjang bidang pengendap harus sama. Jenis bidang pengendap meliputi:
44
1) Bak pengendap dengan aliran horizontal 2) Bak dengan plat setler aliran miring 3) Bak pengendap dengan aliran keatas
Secara umum asumsi yang diambil dalam teori adalah sebagai berikut: a. Partikel yang mengendap tidak dipengaruhi oleh kecepatan aliran b. Kecepatan pengendapan flok merata di seluruh bidang pengendapan c. Secara ideal harus diasumsikan bahwa partikel flok yang sudah mengendap todak terangkat lagi
Unformitas dan turbulensi aliran pada bidang pengendap sangat berpengaruh. Oleh sebab itu bilangan fraude yang menggambarkan tingkat unformitas aliran dan turbulensi alirang yang digambarkan oleh bilangan Reynolds harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Apabila tingkat lamineritas dan unformitas tidak terpenuhi, maka flok-flok yang terbentuk akan terangkat keluar dari sedimentasi. Hal ini akan berpengaruh pada unit selanjutnya misal unit filtrasi yang dapat menyebabkan clogging. Bak pengendap dapat ditambahkan plate settler agar terjadi aliran laminar (tidak turbulen) dan uniformity (seragam). Beberapa rumus yang digunakan dalam bak pengendap dengan aliran kontinyu: a. Jari-jari lingkaran plate settler (meter) ๐
=
๐ต. ๐ค 2 . (๐ต + ๐ค)
b. Bilangan Reynold (non dimensional) ๐
๐ =
๐๐ . ๐
๐๐๐๐ผ. ๐ฃ
c. Bilangan Froude (non dimensional) ๐
๐ =
๐๐ . ๐
๐๐๐๐ผ. ๐ฃ
Keterangan: Re
= bilangan Reynold Re < 500 (laminar)
Fr
= bilangan Froude Fr > 10-5 (seragam)
45
vo
= kecepatan horizontal (m/detik)
R
= jari-jari hidrolis (meter)
ฯ
= viskositas kinematik 0,864 x 10-6 m2/detik pada 270C
ฮฑ
= sudut kemiringan plate settler (o)
g
= konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
C. Zona Outlet Beberapa rumus untuk perhitungan zona outlet termasuk di dalamnya gutter: a. Lebar saluran gutter (meter) ๐ฟ๐บ๐ข๐ก = 1,5 ๐ป๐ด๐๐ b. Jumlah pelimpah (buah) ๐ < 5. ๐ป. ๐๐ ๐. ๐ฟ c. Debit tiap gutter (cfs) ๐ 35,3088 ๐๐๐ ๐๐บ๐ข๐ก = [ ] [ ] ๐ 1๐3 /๐๐๐ก๐๐ d. Tinggi air di saluran gutter (meter) ๐๐บ๐ข๐ก = 2,49 . (1,5 ๐ป๐ด๐๐ ) ๐ฅ ๐ป๐ด๐๐ 3/2 e. Tinggi saluran gutter (meter) ๐ป๐บ๐ข๐ก = ๐ป๐ด๐๐ + (0,2. ๐ป๐ด๐๐ ) + โโ + ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ f. Panjang saluran gutter (meter) ๐๐บ๐ข๐ก = ๐๐๐๐ g. Debit tiap V-Notch (m3/detik) ๐๐โ๐๐๐ก๐โ = 1,36 ๐ฅ ๐ป๐ด๐๐ 5/2 h. Jumlah V-Notch (buah) ๐๐โ๐๐๐ก๐โ = [
๐๐บ๐ข๐ก\ ] 2. ๐๐ด๐๐\
i. Dimensi V-Notch (meter) ๐น๐๐๐๐โ๐๐๐ก๐โ =
1 ๐ป 2 ๐ด๐๐\
๐ฟ๐โ๐๐๐ก๐โ = 2. ๐ป๐ด๐๐ . ๐๐๐ 45๐
46
๐ฟ๐๐๐๐ก๐ข = 2. (๐ป๐ด๐๐ ) . (๐น๐๐๐๐โ๐๐๐ก๐โ ) . ๐๐๐ 45๐ j. Jarak antar V-Notch (meter) ๐๐บ๐ข๐ก = (๐โฒ ๐ฅ ๐ฟ๐๐๐๐ก๐ข ). (๐โฒ + ๐) k. Jarak V-Notch ke tepian (meter) ๐ค ๐โฒ = 2 l. Jarak saluran gutter ke tepian (meter) ๐ฟ๐๐ข๐ก = 2. ๐ฟ๐บ๐ข๐ก + 2๐ + 2๐ m. Jarak antar saluran gutter ke tepian (meter) ๐ โฒ = 2. ๐ n. Luas saluran pengumpul air dari gutter (m2) ๐ด๐๐๐ =
๐ ๐๐
o. Tinggi air di saluran pengumpul air dari gutter (meter) ๐ป=
๐ด๐๐๐ ๐ฟ๐๐๐
p. Tinggi saluran pengumpul air dari gutter (meter) ๐ป๐๐๐ = ๐ป๐ด๐๐ + ๐น๐๐๐๐๐๐๐๐ q. Headloss pada V-Notch (meter) ๐ 8 ๐ = . ๐ถ๐ . โ2๐ . ๐๐๐ . โโ5/2 ๐ โ ๐๐๐ก๐โ 15 2 D. Zona Penampungan Lumpur Beberapa rumus untuk perhitungan zona penampungan lumpur: a. Konsentrasi effluent dan lumpur (mg/L) ๐ถ๐๐๐ข๐๐๐ = (80% ๐ฅ ๐๐๐ก๐๐ ๐๐ข๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐) + (๐
๐๐ ๐๐๐ข ๐พ๐๐๐๐ข๐๐๐) b. Berat lumpur per hari (kg/hari) ๐๐๐๐ข๐๐๐ = ๐๐๐๐โ . ๐ถ๐๐๐ข๐๐๐ .
86.400 ๐๐๐ก๐๐ 1 โ๐๐๐
.
c. Debit lumpur per hari (m3/hari) ๐๐๐๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐ข๐๐๐ = [ ] 3 1000 ๐๐/๐ ๐ฅ ๐๐๐๐ข๐๐๐ ๐ฅ %๐๐๐ข๐๐๐
47
d. Volume bak lumpur (m3) ๐๐๐ = ๐๐๐๐ข๐๐๐ ๐ฅ ๐๐๐๐๐ข๐๐๐ e. Dimensi ruang lumpur (m3) ๐๐๐ = ๐๐๐๐ข๐๐๐ ๐ฅ ๐ฟ๐๐๐ข๐๐๐ ๐ฅ
1 ๐ป 3 ๐๐๐ข๐๐๐
Keterangan : P
= panjang bangunan (meter)
L
= lebar bangunan (meter)
H
= ketinggian bangunan atau tinggi air (meter)
n
= jumlah bangunan (buah)
๐
= sudut kemiringan V-Notch (o)
โโ
= kehilangan tinggi tekan (meter)
G
= konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
2.7.9
Filtrasi
Menurut Reynolds (1982) filtrasi adalah pemisahan zat padat-cair yang mana zat cair dilewatkan melalui media berpori atau material berpori lainnya untuk menyisihkan padatan tersuspensi yang halus. Proses ini digunakan untuk menyaring secara kimia air yang sudah terkoagulasi dan terendapkan
agar menghasilkan air minum dengan kualitas yang
tinggi. Filter yang digunakan harus sesuai dengan kandungan kimia air yang digunakan. Pada prosesnya air merembes dan melewati media filter sehingga akan terakumulasi
pada permukaan
filter
dan terkumpul sepanjang
kedalaman media yang dilewatinya.
48
Menurut Peavy (1985), dalam penjernihan air bersih dikenal dua macam saringan
yaitu saringan pasir lambat (Slow Sand Filter) dan
saringan pasir cepat (Rapid Sand Filter). Saringan pasir lambat didesain dengan kecepatan penyaring lambat namun dapat menyaring zat pengotor dengan diameter yang lebih kecil disbanding saringan lainya Sedangkan yang dimaksud dengan saringan pasir cepat atau Rapid Sand Filter (RSF) adalah filter yang menggunakan dasar pasir silika dengan kedalaman 0,6 โ 0,75 m. Ukuran pasirnya 0,35 โ 1,0 mm atau lebih dengan ukuran efektif 0,45โ 0,55 mm. a. Media Filter Media filter yang umum dupakai di Indonesia adalah pasir. Pasir yang dipergunakan dalam filter harus bebas dari lumpur, kapur dan unsur-unsur organik. Pasir harus keras. Jika dimasukkan ke dalam asam klorida selama 24 jam tidak akan kehilangan berat lebih dari 5%. Pasir yang sangat halus akan lebih cepat clogging tetapi jika terlalu besar maka suspensi/partikel halus akan lolos. Sehingga ukuran butir pasir harus diseleksi dahulu. Pasir yang biasa dipakai adalah pasir kwarsa. Untuk menjamin ketahanan pasirkwarsa maka pasir kwarsa harus memenuhi kriteria kadar silika (SiO2) 96%.
b. Hidrolika Filtrasi Beberapa rumus untuk perhitungan hidrolika filtrasi sebagai berikut : a. Kecepatan aliran filtrasi (m/jam) ๐๐ =
๐๐๐๐โ 3600 ๐๐๐ก๐๐ ๐ฅ ๐๐ฅ๐ฟ 1 ๐๐๐
b. Bilangan Reynold untuk aliran media filter (non dimensional) ๐๐
๐ =
ฮฆ. ๐. ๐๐ ๐ฃ
c. Koefisien Drag atau koefisien pengaliran (non dimensional) ๐ถ๐ท๐๐๐ =
24 ; jika nilai๐๐
๐ โค 2 ๐๐
๐
๐ถ๐ท๐๐๐ =
24 3 + ; jika nilai๐๐
๐ ๐๐
๐ โ๐๐
๐
49
d. Headloss media filter (meter) ๐ป๐ฟ =
1,067 ๐ถ๐ท๐๐๐ ๐๐ 2 1 ๐ฅ ๐ฅ ๐ป๐๐๐๐๐ ๐ฅ 4 ๐ฅ ฮฆ ๐ ๐ ๐ท๐๐๐๐๐
Keterangan : ฮฆ
= tingkat kebulatan ukuran pasir (sphericity)
๐
= fraksi kosong diantara pasir yang dapat dilewati air (porositas)
g
= konstanta percepatan gravitasi
๐ป๐๐๐๐๐ = tinggi media pasir di filter (meter) ๐ท๐๐๐๐๐ = diameter pasir rata-rata terpilih (meter) c. Sistem Underdrain Menurut Darmasetiawan (2001), headloss atau kehilangan tekanan pada undredrain sangat bergantung pada jenis underdrain yang dipakai. Underdrain dapat berupa: 1. Plat dengan nozzle 2. Teepee dengan lubang disamping 3. Pipa lateral pada manifold Pada semua jenis underdrain tersebut, diasumsikan headloss yang berlaku pada lubang mengikuti persamaan: ๐ฅโ = ๐ ๐ฅ
๐2 2. ๐
k adalah koefisien headloss yang bergantung pada jenis underdrain. Untuk nozzle, k = 1-3 sedangkan untuk lubang pipa lateral k = 1-2. Kecepatan filtrasi melewati lubang adalah 0,2 m/detik.
d. Pencucian Balik (Backwash) Beberapa rumus yang digunakan untuk perhitungan pencucian balik : a. Kebutuhan udara untuk pencucian balik (m/jam) ๐๐๐๐ข๐๐๐๐ = ๐ฃ๐ข๐๐๐๐ ๐ฅ ๐ด๐๐๐๐ก๐๐ b. Kecepatan aliran pencucian balik (m/jam) ๐ฃ๐๐๐๐ = 6๐ฃ๐
50
c. Porositas sebelum pasir filter terekspansi (terlontar dari filter) (meter)
d. Porositas sesaat pasir filter terekspansi (terlontar dari filter) (meter)
e. Persentase ekspansi pasir (persentase tinggi lontaran pasir) (%) % ๐๐๐ ๐ =
๐๐ โ ๐๐ ๐ฅ 100% 1 โ ๐๐
f. Tinggi ekspansi pasir (tinggi lontaran pasir) (meter) ๐๐๐ ๐ =
๐ฟ๐ โ ๐ฟ๐ ๐ฅ 100 ๐ฟ๐
g. Debit penggunaan air untuk pencucian balik filter (m3) ๐=
๐๐๐๐๐ ๐ฅ ๐๐๐๐๐ ๐ฅ ๐ ๐๐๐๐ก๐๐ ๐น๐๐๐ก๐๐
Keterangan: vudara
= kecepatan pencucian dengan udara (min.30 m3/m2.jam)
ฯ
= viskositas kinematik = 0,864 x 10-6m2/detik pada 27oC
ฯw
= massa jenis air (kg/m3)
ฯs
= massa jenis partikel media filter (kg/m3), misalnya pasir
Dpasir
= diameter butiran (meter)
Lp
= ketebalan medai filter (meter)
Le
= tinggi lontaran media filter (meter)
51
2.7.10 Desinfeksi a. Umum Desinfeksi merupakan proses akhir dari pengolahan air bersih, dimana pada proses ini akan ditambahkan zat desinfektan untuk membunuh mikroorganisme Desinfeksi
pathogen
dapat
yang
juga
masih
terkandung
didefinisikan
dalam
dengan
air.
metode
membunuh/menonaktifkan mikroorganisme yang tidak dikehendak berada dalam air, seperti bakteri, virus,
dan
protozoa
patogen
sebagai
penyebab berbagai penyakitPenggunaan desinfektan bertujuan untuk memenuhi
parameter
biologi dalam baku mutu air bersih. Apabila
pemberian desinfektan tidak dilakukan dengan baik, maka kadar bakteri patohen akan membahayakan bagi kesehatan manusia. b. Klorinasi Salah satu desinfektan yang digunakan dalam pengolahan air adalah klorin. Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai Oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada
pengolahan air
bersih. Untuk mengoksidasi Fe(II) dan Mn(II) yang banyak terkandung dalam air tanah menjadi Fe(III) dan Mn(III). Yang dimaksud dengan klorin tidak hanya Cl2 saja akan tetapi termasuk pula asam hipoklorit (HOCl) dan ion hipoklorit (OCL-), monokloramin
(NH2Cl)
dan
dikloramin (NHCl2). Klorin dapat diperoleh dari gas Cl2 atau dari garam-garam
NaOCl
dan
Ca(OCl)2. Kloramin
terbentuk
karena
adanya reaksi antara amoniak (NH3) baik anorganik maupun organik aminoak di dalam air dengan klorin. Oleh karena itu desinfektan dapat menggurangi kadar mikroorganisme pathogen
yang dapat menganggu
kesehatan manusia.
52
2.7.11 Reservoir Reservoir merupakan bangunan penampung air minum sebelum dilakukan penyaluran air kepada masyarakat. reservoir dapat diletakan diatas permukaan tanah maupun dibawah permukaan tanah. Bangunan reservoir umumnya diletakan didekat jaringan distribusi pada ketinggian yang cukup untuk
mengalirkan
air
secara
baik
dan
merata
kepada
seluruh
konsumen.Fungsi reservoir adalah untuk menyalurkan air kepada konseumen adalah sebagai berikut: a. Penampungan terakhir air yang telah diolah b. Keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan air c. Meningkatkan kemudahan operasi d. Menggurangai pemakaian pompa e. Cadangan air saat darurat f. Menyiapkan kebutuhan air untuk pemadam kebakaran g. Sebagai pengaman untuk gelombang tekanan balik Perkiraan kapasitas untuk menyeimbangkan fluktuasi pasokan air dan pemakaian sekitar 15-25% dari kebutuhan harian rata-rata. Tangki penampung air dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu: tipe pelayanan, konfigurasi dan tipe material konstruksi. Sedangkan reservoir berdasarkan posisi penempatanya dapat dibagi menjadi 2, yaitu: a. Ground Reservoir Ground Reservoir merupakan reservoar yang penempatanya pada permukaan tanah. Berikut merupakan contoh bangunan Ground Reservoir b. Elevated Reservoir Elevated Reservoir merupakan reservoar yang penempatanya dilakukan diatas menara. Berikut merupakan contoh bangunan Elevated Reservoir. Kriteria desain reservoir menurut Tambo (1974) dan Darmasetiawan (2001) dalam Taruna (20) adalah sebagai berikut:
53
Tabel 2.22 Kriteria Desain Reservoir Umum
Sumber: 1. Tambo (1974); 2. Darmasetiawan (2001)
Untuk mengetahui volume reservoir terlebih dahulu harus dihitung besar debit air masuk dan keluar dari reservoir. Debit yang masuk pada reservoir biasanya konstan atau tetap, sedangkan debit keluar bergantung pada pemakaian air minimum dalam kota. Contoh perhitungan reservoir disajikan pada gambar tabel berikut:
Tabel 2.23 Persentase Volume Reservoir
Sumber: Trijoko (2010)
a. Persentase volume reservoir adalah : ๐๐๐๐ ๐๐ (%) = [
๐๐๐ข๐๐๐๐ข๐ + ๐๐ท๐๐๐๐ ๐๐ก ] 2
b. Volume reservoir real dlam harian (m3) ๐๐๐๐
= ๐๐๐๐ ๐๐ (%) ๐ฅ ๐๐ผ๐๐ด ๐ฅ
86.400 ๐๐๐ก๐๐ 1 โ๐๐๐
54
Berapa rumus lainnya dalam penentuan dimensi dan perpipaan reservoir : a. Dimensi reservoir jika dibuat sekat-sekat kompartemen (m3) ๐๐๐ =
๐๐๐๐
= ๐๐
๐ฅ ๐ฟ๐
๐ฅ ๐๐
๐๐๐๐๐๐๐ก๐๐๐๐
b. Pipa inlet (meter) ๐ท๐๐๐๐๐ก = โ
4 ๐ฅ ๐๐๐๐๐๐ก ๐ ๐ฅ ๐๐๐๐๐๐ก
c. Pipa outlet (meter) ๐ท๐๐ข๐ก๐๐๐ก = โ
4 ๐ฅ ๐๐๐๐๐๐ก ๐ฅ ๐น๐๐๐๐ ๐ ๐ฅ ๐๐๐ข๐ก๐๐๐ก
d. Pipa penguras (meter) ๐๐๐๐๐ข๐๐๐ = ๐๐๐ข๐๐๐ ๐ฅ ๐ฟ๐๐ข๐๐๐ ๐ฅ ๐ป๐๐ข๐๐๐ ๐๐๐ข๐๐๐ =
๐๐๐๐๐ข๐๐๐ ๐ก๐๐ข๐๐๐
๐ท๐๐ข๐๐๐ = โ
4 ๐ฅ ๐๐๐ข๐๐๐ ๐ ๐ฅ ๐๐๐ข๐๐๐
e. Pipa overflow dan ventilasi (meter) ๐ท๐๐ฃ๐๐ = ๐ท๐๐๐๐๐ก ๐๐ข๐๐๐๐ =
๐๐๐ข๐ก๐๐๐ก โ ๐๐๐๐๐๐ก ๐๐๐๐๐๐๐ก๐๐๐๐
๐ท๐ฃ๐๐๐ก = โ
4 ๐ฅ ๐๐ข๐๐๐๐ ๐ ๐ฅ ๐๐ข๐๐๐๐
55
BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Diketahui :
1. Lebar bentang sungai = 55 m 2. Tinggi loncatan air di bendungan = 40-60 cm 3. Karakteristik air : a. Kekeruhan = 10-50 NTU b. Warna = 25 PtCO c. TSS = 50-150 mg/L d. TDS (Fe + Mn) = 0.8 mg/L 4. Debit = 350 L/detik
56
3.1
Pemilihan Alternatif Pengolahan Tabel 3.1 Alternatif 1 Pengolahan No
1 2 3 4
Parameter
Kekeruhan Warna Fe Mn
Influent
KFS
Saringan pasir cepat
Reservoir
Kualitas
Satuan
% Removal
Outlet
% Removal
Outlet
% Removal
Outlet
10-50 25 0,4 0,4
NTU PtCo Mg/L Mg/L
92% 50% 50% 50%
4 12,5 0,24 0,24
4% 2% 2% 2%
3,92 12,25 0,232 0,232
4% 2% 2% 2%
3,8 12,005 0,23 0,23
Keterangan
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
57
Tabel 3.2 Alternatif 2 Pengolahan No
1 2 3 4
Parameter
Kekeruhan Warna Fe Mn
Influent
KFS
Saringan Karbon aktif
Reservoir
Keterangan
Kualitas
Satuan
% Removal
Outlet
% Removal
Outlet
% Removal
Outlet
10-50 25 0,4 0,4
NTU PtCo Mg/L Mg/L
92% 50% 50% 50%
4 12,5 0,24 0,24
10% 10% 5% 5%
3,6 11,25 0,23 0,23
4% 4% 2% 2%
3,46 10,8 0,2254 0,2254
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
Tabel 3.3 Alternatif 3 Pengolahan No
Parameter
Influent
KFS
Saringan pasir lambat
Reservoir
Keterangan
Kualitas
Satuan
% Removal
Outlet
% Removal
Outlet
% Removal
Outlet
1 2
Kekeruhan Warna
10-50 25
NTU PtCo
92% 50%
4 12,5
10% 5%
3,6 11,875
4% 2%
3,46 11,64
Memenuhi Memenuhi
3
Fe
0,4
Mg/L
50%
0,24
5%
0,23
2%
0,2254
Memenuhi
4
Mn
0,4
Mg/L
50%
0,24
5%
0,23
2%
0,2254
Memenuhi
58
Alternative pengolahan yang dipilih adalah alternative pertama, yaitu Koagulasi-Flokulasi-Sedimentasi, Saringan Pasir Cepat dan Reservoir, dengan pertimbangan sebagai berikut : a. Ekonomis b. Memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan dalam Peraturan Meneteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 32 Tahun 2017, dimana : kadar maksimum untuk kekeruhan adalah 25 NTU, Warna 50 TCU dan TDS 1000 mg/L.
3.2
Efisiensi Parameter Fisik Tabel 3.4 Perhitungan Efisiensi Parameter Fisik
No.
Parameter
1.
Kekeruhan (NTU)
KSF 92 KFS = 50 x 100 = 46
2.
Warna (PtCo)
KFS = 25 x 100 = 12,5
3.
4.
3.3
TDS (mg/L) (Fe) TDS (mg/L) (Mn)
50
KFS = 0,4 x 50 100
= 0,2 KFS = 0,4 x 50 100
= 0,2
Filtrasi
Reservoir 2
Filtrasi = 46 x 100 = 0,92 Filtrasi = 12,5 x 2 100
= 0,25 PtCo 2
Filtrasi = 0,2 x 100 = 0,004 2
Filtrasi = 0,2 x 100 = 0,004
2
Reservoir = 0,92 x 100 = 0,018 2
Reservoir = 0,25 x 100 = 0,005 2
Reservoir = 0,004 x 100 = 0,000008 2
Reservoir = 0,0004 x 100 = 0,000008
Bendungan (Trapesium) 2
8
Qmin = Cdrag x โ2๐ (3 ๐โ3/2 + 15 x h3/5 ) 2
8
= 0,6 x โ2 x 9,8 m3/s x ((3 55 ๐ ๐ฅ (0,4 m)3/2 + (15 x 0,43/5 ) = 25,458 m3/s = = 25.458 l/s 2
8
Qmax = Cdrag x โ2๐ (3 ๐โ3/2 + 15 x h3/5 ) 2
8
= 0,6 x โ2 x 9,8 m3/s x ((3 55 ๐ ๐ฅ (0,6 m)3/2 + (15 x 0,63/5 ) = 46,309 m3/s = 46.309 l/s
59
3.4
Intake A. Pintu Air Criteria Desain : ๏ท Debit pengolahan = 350 l/s = 0,35 m3/s ๏ท Tinggi maksimum muka air = 60 cm = 0,6 m ๏ท Kecepatan aliran air = 0,3-0,6 m/s Perencanaaan ๏ผ Kecepatan aliran = 0.4 m/s Perhitungan 1. Luas Penampang Saluran ๐
Asal = ๐
0,35 ๐3/๐
=
0,4 ๐/๐
= 0,875 m2 2. Lebar saluran A
=dxl
0,875 m2
= 2d2 0,875
d2
=โ
d (y)
= 0,6 m
2
maka, Lsal = 2 x d = 2 x 0,6 = 1,2 m
B. Bar screen Kriteria Desain : ๏ท
Debit pengolahan = 350 l/s = 0,35 m3/s
๏ท
Lebar saluran = 1,15 m
๏ท
Kecepatan aliran (v) = 0,5 m/s
๏ท
Kisi berbentuk bulat lingkaran (ฮฒ) = 1,79
๏ท
Diameter yang direncanakan (w) = 15 mm = 0,015 m
๏ท
Jarak bukaan antar batang (b) = 50 mm = 0,05 m
๏ท
Kemiringan kisi (ฮฑ) = 60
60
๏ท
Grafitasi = 9,81
๏ท
Slope (s) = 0,00008
Perhitungan 1. Kedalaman sebelum screen (Y1) ๐๐ฅ๐ S1/2
Y5/3
=
(2๐+1)5/3
0,35 ๐3/๐ ๐ฅ 0,013 (0,00008)1/2
0,51
= =
Y5/3 (2๐+1)5/3 Y5/3 (2๐+1)5/3
Y1 = 1,02 m 2. Kecepatan sebelum screen ๐
V1 = L xY1 ๐3 ๐
0,35
= 1,15m x 1,02 m = 00,298 m/s 3. Lebar bukaan (s) s=n+1 = 17 + 1 = 18 bukaan 4. Jumlah batang (n) L = n x w + [(n + 1 x b)] 1,15m = n x 0,015m + [(n + 1) x 0,05m)] 1,15 n
= 0,065 n = 17 batang
5. Lebar bukaan total Lt = b x s = 50 mm x 18 bukaan = 899,77 mm = 0,899 m
61
6. Kedalaman batang (bar terendam atau Yb) ๐1
Yb = sin ๐ผ 1,02
= sin 60 = 1,17 m 7. Kecepatan dari screen ๐
Vb = ๐ฟ๐ก ๐ฅ ๐1 ๐3 ๐
0,35
= 0,899 ๐ ๐ฅ 1,02 = 0,38 m/s 8. Kehilangan tekanan melalui screen Hv = =
๐๐^2 2๐ 0,382 ๐/๐ ๐ ๐ 2
2 ๐ฅ 9,81
= 0,007m = 0,07 cm 9. Headlos Bar Persamaan Kirschmer /4 ๐ค 3
HL = ฮฒ x( ๐ )
x hv x sin ฮฑ
/4 0,015 3
= 1,79 x ( 0,05 )
x 0,01 x sin 60
= 0,0017m = 0,17 cm 10. Ketinggian air setelah Bar Y2 = Y1 โ HL = 1,02m-0,0017m =1,0183 m
11. Kecepatan setelah melewati screen ๐
V2= (๐ฟ ๐ฅ ๐2) 0,35 ๐/๐
= (1,5๐ ๐ฅ 1,0183 ๐) = 0,298 m/s = 0,3 m/s
62
C. Saluran Pembawa Perencanaan : ๏ท
Saluran pembawa terbuat dari beton
๏ท
Koefisien maning (n) = 0,013
๏ท
Kecepatan sadap (Vsadap) = 0,4 m/s
๏ท
Debit pengolahan (Qsal) = 350 l/s = 0,35 m3/s
๏ท
Tinggi muka air rata-rata (AWL) = 1 meter
Perhitungan 1. Perhitungan kontinuitas Qsal = A x V =( =(
๐๐ ๐๐ ๐
)
0,35 ๐3/๐ 0,4 ๐/๐
)
= 0,875 m2 Lebar saluran = 2 x tinggi muka air =2xh =b A=bxh A=2xhxh A = 2h2 H=โ
0,875 ๐ ^2 2
= 0,66 m b = 2h b = 2 x 0,66 m b = 1,32 m
2. Jari-jari hidrolis ๐๐ฅโ
R = (๐+2โ) 1,32 ๐ ๐ฅ 0,66 ๐
= ( 1,32+(2 ๐ฅ 0,66) ) = 0,33 m
63
3. Kemiringan slope ๐๐ ๐๐ ๐ฅ ๐ 2 /3 ) ๐
2
S=(
0,4 ๐/๐ ๐ฅ 0,013 2 ) /3 0,332
=(
= 0,0001 4. Headlos pada saluran pembawa Hl = S x Psal =0,0001 x 4 = 0,0004 5. Dimensi saluran ๏ท
Panjang saluran (Lsal) = 1,32 m
๏ท
Panjang saluran (Psal) = 4 m
๏ท
Kedalaman saluran = 0,66 + fb (20%) = 0,66 + 0,132 = 0,792 m = 0,8 m
3.5 Pompa dan Sistem Transmisi Tabel 3.5 Spesifikasi Teknis Pompa dan Sistem Transmisi No. Detail Spesifikasi 1. Ukuran masing-masing pipa: a. Pipa isap 5 buah โ
dan panjang b. Pipa tekan 5 buah โ
dan panjang c. Pipa trans 1 buah โ
dan panjang 2. Aksesoris pipa isap a. Gate valve b. Check valve c. Bend 900 3. Aksesoris pipa tekan a. Gate valve b. Check valve c. Bend 900 4. Aksesoris pipa transmisi a. Gate valve b. Check valve c. Bend 900 5. Head maksimum pompa 6. Debit pemompaan rata-rata di lap.
Unit
Dimensi
Inchi dan meter
12 (0,30 m) dan 5
Inchi dan meter
10 dan 5
Inchi dan meter
24 dan 600
buah buah buah
1 1 3
buah buah buah
1 1 3
buah buah buah meter
1 1 5
64
No.
7.
8.
Detail Spesifikasi a. Pompa utama 4 buah b. Pompa cadangan 1 buah Tenaga Operasional a. Tenaga keluaran 4 pompa utama b. Tenaga keluaran 1 pompa cadangan Spesifikasi lainnya a. Rotasi per menit b. Voltase dan faktor cos ๐ c. Panel pressure indicator d. Jenis pipa yang diinstalaasikan e. Perusahaan asal fabrikan f. Umur pakai
Unit L/detik L/detik
Dimensi 87,5 100
Kilowatt
75
Kilowatt
90
rpm n/a buah
1500 380 volt:โ3 1 buah per 1 pompa
n/a
Baja black steel
n/a tahun
Ebara Corporation 10
A. Headloss Pipa Isap 1. Laju Alir pada Pipa Isap ๐
= ๐๐ผ๐ ๐๐ ร ๐ด๐ผ๐ ๐๐
(๐(0,30 ๐)2 0,0875 ๐3 /๐๐๐ก๐๐ = (๐๐ผ๐ ๐๐ ๐/๐๐๐ก๐๐) ร [ ] 4 ๐๐ผ๐ ๐๐
0,0875๐3 /๐๐๐ก๐๐ = 0,07๐2
๐๐ผ๐ ๐๐ = 1,25 ๐/๐๐๐ก๐๐ 2. Perhitungan nilai k dengan masing โ masing aksesoris pipa isap a. Nilai k untuk bend 900 dengan berbanding radius belokan pipa dengan diameter r/d = 2, nilai k = 0,27 sebanyak 3 buah b. Nilai k untuk gate valve dengan bukaan gate valve 100% (bukaan penuh), nilai k = 0,12 sebanyak 1 buah c. Nilai ๐๐ก๐๐ก๐๐ = [(3 ร bend 900 ) + (gate valve)] ๐๐ก๐๐ก๐๐ = [(3 ร 0,27) + 0,12] ๐๐ก๐๐ก๐๐ = 0,81 + 0,12 ๐๐ก๐๐ก๐๐ = 0,93 65
3. Headloss Mayor masing โ masing pipa isap dengan C = 130 adalah โโ๐๐๐ฆ๐๐
151 ร ๐ 1,85 ๐ฟ =( ) ร( ) 2,63 ๐ถ ร ๐ท 1000
โโ๐๐๐ฆ๐๐
151 ร 0,0875 ๐3 /๐๐๐ก๐๐ =( ) 130 ๐ฅ 0,302,63
1,85
ร(
5 ) 1000
โโ๐๐๐ฆ๐๐ = 0,02547 ๐
4. Headloss Minor total masing โ masing pipa isap โโ๐๐๐๐๐
๐๐ผ๐ ๐๐ 2 = ๐๐ก๐๐ก๐๐ ร ( ) 2๐ฅ๐
โโ๐๐๐๐๐
1,25 ๐/๐๐๐ก๐๐ 2 = 0,93 ร [( ) ] 2๐ฅ9,81๐/๐๐๐ก๐๐ 2
โโ๐๐๐๐๐ = 0,93 ร 0,0796 ๐ โโ๐๐๐๐๐ = 0,074 ๐ 5. Headloss total pada pipa isap โโ๐๐๐ก๐๐ = โโ๐๐๐ฆ๐๐ + โโ๐๐๐๐๐ โโ๐๐๐ก๐๐ = 0,02547 ๐ + 0,074 ๐ โโ๐๐๐ก๐๐ = 0,09947 ๐ B. Headloss Pipa Tekan 1. Laju alir air pada pipa tekan ๐
= ๐๐ผ๐ ๐๐ ร ๐ด๐๐๐๐๐
(๐(0,25 ๐)2 0,0875 ๐3 /๐๐๐ก๐๐ = (๐๐๐๐๐๐ ๐/๐๐๐ก๐๐) ร [ ] 4 ๐๐๐๐๐๐
0,0875๐3 /๐๐๐ก๐๐ = 0,049๐2
๐๐๐๐๐๐ = 1,785 ๐/๐๐๐ก๐๐
66
2. Perhitungan nilai k dengan masing โ masing aksesoris pipa tekan a. Nilai k untuk bend 900 dengan berbanding radius belokan pipa dengan diameter r/d = 2, nilai k = 0,27 sebanyak 3 buah b. Nilai k untuk gate valve dengan bukaan gate valve 100% (bukaan penuh), nilai k = 0,12 sebanyak 1 buah c. Nilai k untuk no return valve I check valve dengan jenis swing check valve nilai k = 2,0 โ 2,5 diasumsikan nilai k = 2,2 sebanyak 1 buah d. Nilai ๐๐ก๐๐ก๐๐ = [(3 ร bend 900 ) + (gate valve) + (check valve)] ๐๐ก๐๐ก๐๐ = [(3 ร 0,27) + 0,12 + 2,2] ๐๐ก๐๐ก๐๐ = 0,81 + 0,12+2,2 ๐๐ก๐๐ก๐๐ = 3,13 3. Headloss Mayor masing โ masing pipa tekan dengan C = 130 adalah โโ๐๐๐ฆ๐๐ = (
151 ร ๐ 1,85 ๐ฟ ) ร ( ) ๐ถ ร ๐ท2,63 1000 1,85
โโ๐๐๐ฆ๐๐
151 ร 0,0875 ๐3 /๐๐๐ก๐๐ =( ) 130 ๐ฅ 0,252,63
ร(
4๐ ) 1000
โโ๐๐๐ฆ๐๐ = 0,049 ๐
4. Headloss Minor total masing โ masing pipa tekan โโ๐๐๐๐๐ = ๐๐ก๐๐ก๐๐ ร (
โโ๐๐๐๐๐
๐tekan 2 ) 2ร๐
1,785 ๐/๐๐๐ก๐๐ 2 = 3,13 [( ) ] 2 ร 9,81๐/๐๐๐ก๐๐ 2
โโ๐๐๐๐๐ = 0,5 ๐
67
5. Headloss total pada pipa tekan โโ๐๐๐ก๐๐ = โโ๐๐๐ฆ๐๐ + โโ๐๐๐๐๐ โโ๐๐๐ก๐๐ = 0,049 ๐ + 0,5 ๐ โโ๐๐๐ก๐๐ = 0,549 ๐ C. Headloss Pipa Transmisi 1. Laju alir air pada pipa transmisi ๐
= ๐๐๐๐๐๐ ร ๐ด๐๐๐๐๐
(๐(0,600 ๐)2 0,350๐ /๐๐๐ก๐๐ = (๐๐๐๐๐๐ ๐/๐๐๐ก๐๐) ร [ ] 4 3
๐๐๐๐๐๐ = 1,2378 ๐/๐๐๐ก๐๐ 2. Perhitungan nilai k dengan masing โ masing aksesoris pipa transmisi a. Nilai k untuk inlet connection/interkoneksi antar pipa tekan dan pipa transmisi memiliki variasi k sebagai berikut: ๏ท
Interkoneksi pipa tekan pada pompa 2 tidak menghasilkan headloss minor karena pompa satu stand by tidak beroperasi
๏ท
Interkoneksi pipa tekan dan pipa transmisi pada pompa 3 akan menghasilkan headloss minor dengan nilai k sebagai berikut: (
(
๐๐ 0,0875๐3 /๐๐๐ก๐๐ )=( ) ๐ 0,0875๐3 /๐๐๐ก๐๐
๐๐ ) = 0,1 ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐ก๐๐๐๐ = 1,20 ๐๐๐ ๐๐ก๐๐๐๐ = 0,55 ๐
๏ท
Interkoneksi pipa tekan dan pipa transmisi pada pompa 4 akan menghasilkan headloss minor dengan nilai k sebagai berikut: ๐๐ 0,0875๐3 /๐๐๐ก๐๐ ( )=( ) ๐ 0,175๐3 /๐๐๐ก๐๐ (
๐๐ ) = 0,5 ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐ก๐๐๐๐ = 0,46 ๐๐๐ ๐๐ก๐๐๐๐ = 0,53 ๐
68
๏ท
Interkoneksi pipa tekan dan pipa transmisi pada pompa 5 akan menghasilkan headloss minor dengan nilai k sebagai berikut: ๐๐ 0,0875๐3 /๐๐๐ก๐๐ ( )=( ) ๐ 0,2625๐3 /๐๐๐ก๐๐ ๐๐ ( ) = 0,33 ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐ก๐๐๐๐ = 0,07 ๐๐๐ ๐๐ก๐๐๐๐ = 0,38 ๐
๏ท
Headloss total interkoneksi antar pipa tekan: ๐tekan 2 โโ๐๐๐๐๐ = ๐๐๐๐๐๐ ร ( ) 2๐ฅ๐
โโ๐๐๐๐๐
(1,785๐/๐๐๐ก๐๐) 2 = [1,20 + 0,46 + (โ0,07)] ร ( ) 2 ร 9,81๐/๐๐๐ก๐๐ 2
โโ๐๐๐๐๐ = 0,258 ๐ ๏ท
Headloss total interkoneksi antar pipa trans: ๐๐๐๐๐๐ 2 โโ๐๐๐๐๐ = ๐๐๐๐๐๐ ร ( ) 2๐ฅ๐
โโ๐๐๐๐๐
(1,2378๐/๐๐๐ก๐๐) 2 = [0,55 + 0,53 + (โ0,38)] ร ( ) 2 ร 9,81๐/๐๐๐ก๐๐ 2
โโ๐๐๐๐๐ = 0,114 ๐ ๏ท
Headloss total interkoneksi pada sistem pipa transmisi: โโ๐ผ๐๐ก๐๐ = โโ๐๐๐๐๐ + โโ๐๐๐๐๐ โโ๐๐๐๐๐ = [0,258 + 0,114] ๐ โโ๐๐๐๐๐ = 0,372 ๐
b. Nilai k untuk bend 900 dengan berbanding radius belokan pipa dengan diameter r/d = 1, nilai k = 0,33 sebanyak 5 buah
69
d. Nilai k untuk no return valve/ check valve dengan jenis swing check valve nilai k = 2,0 โ 2,5 diasumsikan nilai k = 2,5 sebanyak 1 buah e. Nilai ๐๐ก๐๐ก๐๐ = [(5 ร bend 900 ) + (check valve)] ๐๐ก๐๐ก๐๐ = [(5 ร 0,33) + 2,5] ๐๐ก๐๐ก๐๐ = 1,65 +2,5 ๐๐ก๐๐ก๐๐ = 4,15 f. Headloss Mayor masing โ masing pipa tekan dengan C = 130 adalah โโ๐๐๐ฆ๐๐
151 ร ๐ 1,85 ๐ฟ =( ) ร( ) 2,63 ๐ถ ร ๐ท 1000
โโ๐๐๐ฆ๐๐
151 ร 0,350 ๐3 /๐๐๐ก๐๐ =( ) 130 ๐ฅ 0,6002,63
1,85
600๐ ร( ) 1000
โโ๐๐๐ฆ๐๐ = 1,3626 ๐
g. Headloss Minor total masing โ masing pipa tekan โโ๐๐๐๐๐ = ๐๐ก๐๐ก๐๐ ร (
โโ๐๐๐๐๐
๐trans 2 ) 2ร๐
1,2378 ๐/๐๐๐ก๐๐ 2 = 4,15 [( ) ] 2 ร 9,81๐/๐๐๐ก๐๐ 2
โโ๐๐๐๐๐ = 0,3240 ๐ h. Headloss total pada pipa tekan โโ๐๐๐ก๐๐ = โโ๐ผ๐๐ก๐๐ + โโ๐๐๐ฆ๐๐ + โโ๐๐๐๐๐ โโ๐๐๐ก๐๐ = 0,372 ๐ + 1,3626 ๐ + 0,3240 ๐ โโ๐๐๐ก๐๐ = 2,0586 ๐
70
D. Headloss Pompa dan Sistem Transmisi โโ๐๐๐ ๐ก๐๐= โโ๐ผ๐ ๐๐ + โโ๐๐๐๐๐ + โโ๐๐๐๐๐ โโ๐๐๐ ๐ก๐๐ = 0,09947 ๐ + 0,549 ๐ + 2,0586 ๐ โโ๐๐๐ ๐ก๐๐ = 2,707 ๐ E. Head dan Efisiensi Pompa Transmisi Tabel 3.6 Spesifikasi Sistem Hidrolis Pompa dan Transmisi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Detail Spesifikasi Laju alir isap Laju alir keluar Elevasi air masuk di pipa isap Elevasi air keluar di pipa transmisi Debit pemompaan total rata-rata Berat jenis air pada temperatur 270C Headloss sistem
Unit m/detik m/detik M M m3/detik Kilo. Newton
Dimensi 1,2500 1,2378 +56,30 +81,05 0,350 9,774
M
2,707
1. Rumusan total head pompa dinamis ๐โ๐๐ ๐๐ 2 ๐1 ๐๐๐๐๐ข๐๐ 2 ๐1 [ ] + [ ] + ๐1 + ๐ป๐๐๐๐๐ = [ ] + [ ] + ๐2 + ๐ป๐ฟ + ๐ป๐ด๐๐๐๐ ๐ 2ร๐ ๐พ 2ร๐ ๐พ
Catatan: P1 = Tekanan pada panel pompa biasanya negatif dan dapat diasumsikan = 0 P2 = Tekanan pada panel pipa keluaran ke atmosfer juga dapat diasumsikan = 0 Z1 = Elevasi eksisting air masuk di pipa isap (+56,30 meter) Z2 = Elevasi eksisting keluaraan di pipa transmisi (+81,05 meter)
Oleh karena penulis tidak melihat adanya panel di pipa keluran, maka tekanan pada panel pompa juga tidak diperhitungkan dan diaumsikan = 0 Oleh karena penulis tidak merencanakan untuk membangun unit aerasi , maka ๐ป๐ด๐๐๐๐ ๐ juga tidak diperhitungkan dan diaumsikan = 0
71
๐โ๐๐ ๐๐ 2 ๐1 ๐๐๐๐๐ข๐๐ 2 ๐1 [ ] + [ ] + ๐1 + ๐ป๐๐๐๐๐ = [ ] + [ ] + ๐2 + ๐ป๐ฟ + ๐ป๐ด๐๐๐๐ ๐ 2ร๐ ๐พ 2ร๐ ๐พ [
(1,25๐/๐๐๐ก๐๐)2 ] + 0 + 56,30m + ๐ป๐๐๐๐๐ 2 ร 9,81๐/๐๐๐ก๐๐ 2 (1,2378๐/๐๐๐ก๐๐)2 =[ ] + 0 + 81,05 m + 2,707๐ + 0 2 ร 9,81๐/๐๐๐ก๐๐ 2
๐ป๐๐๐๐๐ = [0,078 + 81,05 m + 2,707๐ + 0]๐ โ [0,0796 + 0 + 56,30]๐ ๐ป๐๐๐๐๐ = [83,835 โ 56,3796]๐ ๐ป๐๐๐๐๐ = 27,4554 ๐
2. Daya Hidraulik Pompa ๐๐๐ข๐๐ = ๐๐๐ข๐๐
๐พ ร ๐ ร ๐ป๐๐ข๐๐ ๐๐๐ข๐๐
9,774 ๐. ๐ ร 0,350 ๐3 /๐๐๐ก๐๐ ร 27,4554๐ = 80% ๐๐๐ข๐๐ = 117,4045 ๐๐๐๐๐ค๐๐ก๐ก
Catatan : Menurut Peavy (1985) performa pompa diukur berdasarkan kapasitas pompa terhadap head dan efisiensinya. Efisiensi pompa biasanya pada range 60-85%. Penulis mengasumsikan efisiensi pompa sebesar 80%. ๐พ = ๐ต๐๐๐๐ก ๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐, ๐. ๐(9,774 ๐. ๐ ๐๐๐๐ ๐ก๐๐๐๐๐๐๐ก๐ข๐ 27ยฐ๐ถ)
3. Daya Motor Penggerak pompa ๐๐๐๐ก๐๐ = ๐๐๐๐ก๐๐ =
๐๐๐ข๐๐ (1 + ๐ด) (๐๐๐ข๐๐ร ๐๐๐๐๐๐ )
117,4045 ๐๐๐๐๐ค๐๐ก๐ก(1 + 0,1) (80% ร 1)
๐๐๐๐ก๐๐ = 161,4284 ๐๐๐๐๐ค๐๐ก๐ก Catatan : A
= Faktor yang bergantung pada jenis motor (0,1 sampai 0,2 untuk motor listrik)
๐๐๐๐๐๐ = ๐ธ๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐ โ๐ข๐๐ข๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ , 1 ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐ข๐๐ 72
3.6
Koagulasi Tabel 3.7 Spesifikasi Teknis Koagulasi Hidrolik
No. Detail Spesifikasi 1. Dimensi ruang pengaduk: a. Panjang b. Lebar c. Tinggi 2. Sistem pengadukan: a. Gradien pengadukan b. Waktu tinggal c. Gradien x waktu tinggal 3.
pH koagulan optimum
Unit
Dimensi
cm cm cm
250 100 150
detik-1 detik non dimensi
500-1000 20-60 20.000-30.000
non dimensi
4,5-8,0
A. Perhitungan desain unit koagulasi Tinggi= 150 cm= gradien 500= td 60 detik (Darmasetiawan, 2001) G x Td air=
500 x 60 detik=30.000 detik
B. Perhitungan dosis pembubuh koagulan melalui jar test Tabel 3.8 Spesifikasi Teknis Larutan Koagulan Dan Dosis Pembubuhan No. Detail Spesifikasi Unit Dimensi 1. Larutan PAC 5% gram/liter 50 2. 1 gelas air baku liter 1 3. Debit pompa pembubuh koagulan liter/jam 500 4. Kapasitas pengolahan IPA max liter/detik 350 5. Konsentrasi larutan PAC pada bak kg/liter 0,1 pembubuh koagulan sebesar 10% atau atau mg/liter 105 Perhitungan dosis pembubuhan PAC di Instalasi: PAC 5% dalam 1 liter air 5
PAC=
100
x 1000 gr
1 liter 50 gr 1000 mg 1 liter PAC= x x 1 liter 1 gr 1000 ml PAC=
50 mg =50 ppm 1 ml
Dosis=
50
mg ml
x 0,4 ml
1 liter
Dosis= 20 mg/liter
73
Perhitungan stroke: F x D x 3600 detik/jam Stroke (%)= [ ] x100% Qpump x C L
Stroke (%)= [
350 det x 20 mg/L x 3600 detik/jam L
500 jam x 105 mg/L
] x100%
Stroke (%)= 50,4 % C. Estimasi masa lumpur per hari dari koagulan [Al2O3] = 20 x 0,3 = 6 mg/L Slumpur=Dosis[Al2 O3 ] x Q x [ Slumpur=6
(2x78) 102
gr mol gr mol
Al(OH)3 Al2 O3
]x
1 kg 106 mg
mg L 156 1 kg 86.400 detik x 350 x [ ]x 6 x L det 102 10 mg 1 hari
Slumpur=2100 x 1,53 x 10-6 x 86.400 Slumpur=277,6 kg/hari kg
Qlumpur=
Slumpur ( hari ) kg
1000 m3 xฯlumpur x % lumpur kg
Qlumpur=
277,6 ( hari ) kg
1000 m3 x 1,2 x 0,04
Qlumpur= 5,78m3 /hari
D. Perhitungan Head Pompa pembubuh koagulan
Tabel 3.9 Spesifikasi Teknis Head Pompa Pembubuh Koagulan No. 1.
2.
Detail Spesifikasi Pompa pembubuh koagulan: a. Debit pemompaan b. Jumlah pompa Panel kontrol: a. Sistem starting b. Pompa kimia diafragma c. Tegangan catu; arus listrik d. Sistem pembubuhan
Unit
Dimensi
L/jam buah
500 2
n/a buah volt; ampere %
Direct on Line 2 buah 220; 5 Bukaan keran (%)
74
No. 3.
4.
5.
Detail Spesifikasi Aksesoris system pompa: a. Gate valve b. Bend 90โ c. Check valve Spesifikasi lainnya: a. Rotasi per menit b. Head maks pompa c. Tenaga operasional d. Jenis pipa yang diinstalasikan Ukuran dan jarak: a. Jarak rumah pembubuh ke IPA b. Perbedaan elevasi c. Dimensi bakP xLxT
Unit
Dimensi
buah buah buah
1 3 1
rpm meter kilowatt n/a
n/a n/a perhitungan sistem PVC
meter meter meter
20-25 2 5x4x3
a. Volume PAC yang diperlukan selama pencampuran Vol PAC=Qpump x Tc L
Vol PAC=
500 jam x 4 jam x 1m3
Vol PAC= 2m
1000 L 3
b. Volume larutan PAC yang diperlukan selama pencampuran 100 x Vol PAC 10 100 Vol larutan= x 2 m3 10 Vol larutan=
Vol larutan= 20m3
c. Dimensi bak pembubuh koagulan jika Hbak = 3m dengan ruang bebas minimum (freeboard) 40 cm dari permukaan larutan P= 2,8 m L= 2,8 m H= 3 m
d. Perhitungannilai k dari masing-masing aksesoris pipa pembuluh 1. Nilai k untuk bend 90o dengan perbandingan radius belokan pipa dengan diameter r/d= 1, nilai k= 0,33 sebanyak 3 buah 2. Nilai k untuk gate valve dengan bukaan gate valve 50,4% tertutup49,6%, nilai k= 2,06 sebanyak 1 buah
75
3. 4.
Nilai k untuk check valve dengan tipe swing, nilai k= 2, sebanyak 1 buah Nilai k total= [(3 x bend 90o )+ (gate valve)+ (check valve)] Nilai k total= [(3 x 0,33)+ (2,06)+ (2)] Nilai k total= 5,05
5. Headloss mayor pipa pembubuh koagulan dengan C= 140 Debit pompa dikonversi dari 500 L/jam menjadi 0,00014 m3/detik Q
1
=0,2785 x C xD2,63 xS2
0,00014=0,2785 x 140 xD2,63 x D
8 28
=0,000126=3,5 mm
(tidak ada di pasaran, sehingga memakai D= 25 mm) โh mayor= (
151 x Q
1,85
) C x D2,63
โh mayor= (
L x ( ) 1000
151 x 0,00014
1,85
140 x 0,025 โh mayor= 0,149 m
2,63 )
20 x ( ) 1000
6. Laju alir dalam pipa PVC ukuran 25 mm Qkoagulan =Vkoagulan xAtekan ฯ x(0,025 m)2 0,00014 =Vkoagulan x [ ] 4 Vkoagulan =
0,00014 0,0005
Vkoagulan = 0,28 m/detik
7.
Headloss minor pada sistem pipa pembubuh koagulan Vkoagulan โh minor=ktotal x ( ) 2xg 0,282 โh minor=5,05 x ( ) 2 x 9,81 โh minor=0,0202 m
76
8.
Besaran head total pompa minimum pada sistem pembubuh koagulan H pump= โEl + โh mayor + โh minor H pump= 8 + 0,149 + 0,0202m H pump= 8,1692 m
9. Pemilihan pompa yang digunakan Pompa 2,6 bar = 26 m, Grundfos Digital Dosing DME 0,005 to 12,68 gph Cabinet size 2
Tabel 3.10 Kesesuaian Spesifikasi Teknis Dengan Kriteria Desain No.
Keterangan
Unit
Kawamura
AlLayla
Reynolds
Darmasetiawan
Peavy
Spek
2070 3060
7001000 20-60
700-1000
6001000 1060
500
0,5-1
20.00030,000
1.
G
dtk-1
300
2.
Td
dtk
10-30
3.
G x Td
4.
pH alum optimum
3.7
Flokulasi
3001600 4
20-40
4,5-8,0
60 30.000
5,07,5
5,0
Tabel 3.11 Spesifikasi Teknis Flokulasi No. 1.
2.
3.
Detail Spesifikasi Dimensiruang pengadukan: a. Panjang b. Lebar c. Tinggi d. Tinggi air Gradien pengadukan: a. Tahap I b. Tahap II c. Tahap III d. Tahap IV e. Tahap V f. Tahap VI Total G x Td air
Unit
Dimensi
cm cm cm cm
400 400 350 300
Gradien dan Td (L/mnt dan detik)
70-20 dan 120 detik tiap tahap
non dimensi
2x105 - 3x105
A. Perhitungan dimensi
77
350 L/detik x 120 detik = 42000 L Tinggi air= 3 m
Lebar= 3,8 m
Panjang= 3,8 m
Tinggi= 3,5 m
B. Perhitungan headloss (โh) GxฮฝxHxA Q
โh=
1. Proses flokulasi tahap I (G = 70) โh=
70 x 8,64 x 10-7 x 3 x (3,8 x 3,8) =0,0075 m โ1 cm 0,35
2. Proses flokulasi tahap II (G = 60) โh=
60 x 8,64 x 10-7 x 0,0075 x (14,44) =0,000016 m โ1 cm 0,35
3. Proses flokulasi tahap III (G = 50) โh=
50 x 8,64 x 10-7 x 0,000016 x (14,44) =2,8 x 10โ8 m โ1 cm 0,35
4. Proses flokulasi tahap IV (G = 40) 40 x 8,64 x 10-7 x 2,8 x 10โ8 x (14,44) โh= =4 x 10โ11 m โ1 cm 0,35 5. Proses flokulasi tahap V (G = 30) 30 x 8,64 x 10-7 x 4 x 10โ11 x 14,44) โh= =4,8 x 10โ14 m โ1 cm 0,35
6. Proses flokulasi tahap VI (G = 20) 20 x 8,64 x 10-7 x 4,8 x 10โ14 x (14,44) โh= =3,4 x 10โ17 m โ1 cm 0,35
7. Langkah 3: Perhitungan total gradien FI = G x Tdair = 70 x 120 detik = 8400 FII
= G x Tdair = 60 x 120 detik = 7200
FIII = G x Tdair = 50 x 120 detik = 6000 FIV = G x Tdair = 40 x 120 detik = 4800 FV
= G x Tdair = 30 x 120 detik = 3600
78
FVI = G x Tdair = 20 x 120 detik = 2400 Total = 32.400 โ3,24 x 104 Tabel 3.12 Kesesuaian Spesifikasi Teknis Dengan Kriteria Desain No.
Keterangan
Unit
Kawamura
Al-Layla
Reynolds
Darmasetiawan
dtk-1 meni t
60-10 30-40
75-10 10-90
80-20
70-20 10-20
1. 2.
G Td
3.
G x Td
3.8
Sedimentasi
104 105
104 - 105
Peavy
1030 104 105
Spek
70-20 12 3,24 x 104
Tabel 3.13 Spesifikasi Teknis Sedimentasi No. 1.
2.
3.
4.
5.
Detail Spesifikasi Dimensi unit Sedimantasi: a. Panjang b. Lebar c. Tinggi d. Tinggi air Detail unit: a. Debit rancangan b. Diameter tube settler c. Sudutinstalasi tube settler d. Tinggiinstalasi tube settler e. Ketebalan plat f. Dimensi modul tube settler Dimensi saluran air inlet a. Jumlah dan dimensi pipa inlet b. Jumlah dan dimensi orifice Dimensi saluran air outlet a. Jumlah saluran gutter dan panjang b. Jarak antar gutter dan lebar gutter c. Tinggi air di permukaan gutter d. Kemiringan gutter e. Sudut V-Notch f. Jumlah V-Notch g. Jumlah pelimpah h. Saluran pengumpul Dimensi penampung lumpur: a. Panjang b. Lebar c. Kedalaman ruang hoppe r d. Jumlah ruang penampung lumpur
Unit
Dimensi
m m m m
44,8 11,2 5,5 5
m3/detik m m mm m
0,35 0,05 60 1 5 36(0,95 x 0,95)
Buah dan mm Buah dan mm
1 dan 400 10 dan250
Buah dan m cm dan cm cm mm/m buah buah cm x cm
3 dan 44,8 5 dan 5 3 2/100 45 2 x 118 3 10 x 5
m m m buah
20 10 1,5 2
o
o
A. Perhitungan dimensi Td
= 2 jam (Kawamura)
79
= 350 L/det x 7200 det = 2520000 L= 2520 m3
Kapasitas
Ketinggian air = 5 m 2520m3
= 504 m2
Luas
=
Luas
= 4L x L = 4L2
504 m2
= 4L2
126 m2
= L2
11,2 m
= Lebar
Panjang
= 4L = 4 x 11,2 m = 44,8 m
5m
B. Perhitungan system hidrolika sedimentasi 1.
Kecepatan horizontal partikel: Q LxH 0,35 Vhori= 11,2 x 5 Vhori=
Vhori= 0,0063 m/det
2.
Jari-jari hidrolis: LxH L+ H 11,2 x 5 R= 11,2+ 5 R=
R= 3,46 m 3.
Bilangan Reynolds: NRe = NRe =
Vhori x R ฯ
0,0063 x 3,46 0,864 x 10-6
NRe = 25229>500 (tidak sesuai!, seharusnya< 500)
4.
Bilangan Froude:
80
NFr =
Vhori2 gxR
NFr =
0,00632 9,81 x 2,45
NFr = 1,65 x 10-6 10-5 ) 5.
Laju alir rmemasuki tube settler dengan arah aliran vertikal: ๐๐ฃ๐๐ =
๐ (๐ ๐ฅ ๐ป) sin ๐ผ
๐๐ฃ๐๐ =
0,35 ๐3 /๐๐๐ก (44,8 ๐ฅ 5) sin 60
๐๐ฃ๐๐ = 0,0018 ๐/๐๐๐ก 6.
Bilangan Reynolds: NRe = NRe =
Vver x R ฯ
0,0018 x 0,05 0,864 x 10-6
NRe = 104,17 10-5 (sesuai!)
8.
Td air: Tdair =
L x B xHair 1 jam x Qolah 3600 detik
Tdair =
44,8 x 11,2 x 5 1 jam x 0,35 3600 detik
Tdair = 1,99 jam โ120 menit
9.
Surface loading rate:
81
SLR=
Qolah 3600 detik x LxB 1 jam
SLR=
0,35 m3 /det 3600 detik x 2 (44,8 x 11,2)m 1 jam
m3 .jam m2 10. Kecepatan pengendapan pada bak sedimentasi: SLR=2,5112
Qolah LxB
Vsed =
0,35 m3 /det Vsed = (44,8 x 11,2)m2 Vsed = 0,000698 m/det
C. Perhitungan sistem inlet dan zona lumpur 1.
Cek laju alir dari pipa inlet Vinlet = Vinlet =
4 xQolah 2 x ฯ xDin 2 4 x 0,35 2 x 3,14 x0,42
Vinlet = 1,39 m/det 2.
Cek laju alir di lubang orifice Vori = Vori =
4 x Qolah Nori x ฯ x Dori 2 4 x 0,35 10 x 3,14 x 0,252
Vori = 0,71 m/det 3.
Headloss aliran di lubang orifice Vori 2 โhori = [k x ] x Nori 2xg โhori = [1,7 x
0,712 ] x 10 2 x 9,81
โhori = 0,44 m
82
4.
Konversi nilai kekeruhan menjadi total padatan tersuspensi TSS air baku = 50 NTU TSS pada unit KFS = 50 x 92% = 46 Csolid =Cair baku -CKFS =50 โ 46 = 4 NTU Srem = 46 (pada grafik didapat hasil 200 mg/L)
5.
Massa lumpur yang terbentuk dari penyisihan kekeruhan air baku Spart =Srem x Debit IPA Spart = 200
mg L 1 kg 86.400 detik x 350 x 6 x L detik 10 mg 1 hari
Spart = 6048 kg/hari 6.
Total penyisihan partikel di tambah lumpur koagulan secara maksimum Slumpur= Spart + Skoag Slumpur= 6048 kg/hari + 277,6 kg/hari Slumpur= 6325,6 kg/hari
7.
Debit lumpur maksimum di sedimentasi jika diketahui data sebagai berikut Qlumpur = [
Qlumpur = [
Slumpur kg
1000 m3 x ฯlumpur x %lumpur 6325,6 kg/hari kg
1000 m3 x 1,2 x 0,04
]
]
m3 Qlumpur = 131,78 hari 8.
Jika lumpur di drain setiap 30 menit, maka dimensi zona lumpur Vollumpur =
Qlumpur 2 jam
jam
x 24 hari m3
Vollumpur =
131,78 hari 2 jam
jam
x 24 hari
Vollumpur =2,75 m3
83
Oleh karena jumlah ruang penampung lumpu rada 2 kompartemen, maka volume masing-masing kompartemen harus lebih besar atau sama dengan 1,4 m3. 9.
Dimensi zona penampung lumpur Vollumpur 2,75 m3 Dimensi= = =1,83 m2 Tinggi 1,5 m (PxLxT) 3 (2,5x2,5x1,5) Volzona = =3,13 m3 3 Volzona =
D. Perhitungan zona outlet dan saluran pembawa 1.
Panjang area tube settler Ptube= (Psed - Ltube x cos 60) m Ptube= (44,8 โ 0,95 x cos 60) m Ptube= 44,33 m
2.
Jumlah sisi tube settler z w Ptube =N x +(N-1) x sin ฮฑ sin ฮฑ 0,005 0,05 44,33=N x +(N-1) x sin 60 sin 60 N
3.
=674,16 buahโ 675 buah
Debit setiap gutter Qgut =
Qolah jumlahpelimpah m3
Qgut =
0,35 detik 3
Qgut = 0,12
m3 detik
84
4.
Debit setiap V-Notch Qv-notch = Qv-notch =
Qgut 2 x nv-notch 0,12
m3 detik
2 x 3 x 675
Qv-notch = 0,0000296 m/detik 5.
Headloss pada V-Notch 5 8 x 0,6 x โ2 x 9,81 x tan 45 x โh2 15 5 m 0,0000296 = 1,42 x โh2 detik 5 m 0,0000296 = 1,42 x โh2 detik
Qv-notch =
โh= 0,0135 m 6.
Jari-jari hidrolis air di saluran pembawa (R) R=
b x hair b+2hair
(0,1 x 0,05)m2 R= (0,1+2(0,05)) m R= 0,0250 m 7.
Lajualir air saat melewati saluran pembawa V=
2 1 1 x R3 x S 2 n 1
2 1 0,002 2 V= x 0,02503 x ( ) 0,03 1
V= 0,1275 m/det 8.
Headloss aliran air saat melewati saluran pembawa V 1.85 L โhpemb =6,82 ( ) x 1,167 C R 0,1275 m/det 1.85 11,2 โhpemb =6,82 ( ) x 140 0,02501,167 โhpemb =0,013 m
85
9.
Headloss bersih sedimentasi โhsed =โhori + โhv-notch +โhpemb โhsed =0,44 m+ 0,0135 m+0,013 m โhsed =0,4665 m
10. Tinggi air di saluran pengumpul Hsed =Hflo - โhsed Hsed = 2,94 m- 0,4665 m Hsed = 2,4735 m Tabel 3.14 Kesesuaian Spesifikasi Teknis Dengan Kriteria Desain No.
Keterangan
Unit
Kawamura
Droste
Rich
1.
M/ jam M Jam
0,83-2,5
2070 2,5-5
2,4-3
5.
Beban permukaan Tinggi air Td Kemiringan tube Panjang
6. 7.
Lebar P:L
8. 9. 10. 11.
L:H Freeboard Re Fr
2. 3. 4.
o
3-5 1,5-3 60-90
m
Layla
Reynolds
Spek
3-4
2-5
1,8
60
30
5 2 60
>75
44,8
1,5-6 2:1
11,2 4:1
0,3-0,7
0,6 104,17 66x10-5
7075
m
6:1-4:1
m
2,4-3 0,5-1
JWWA
3:1-6:1 0,6 reaksi bergeser ke arah kanan pH < 1 -> reaksi bergeser ke arah kiri Kemudian senyawa HOCl dapat terdisosiasi berdasarkan persamaan kimia berikut: HOCl (g) ๏ณ H+ + OClPada pH < 6 -> HOCl sangat seikit terdisosiasi Pada pH โฅ 6 -> HOCl terdisosiasi Oleh karena pH air hasil pengolahan berada pada kisaran 6,0 โ 8,0 ; maka senyawa yang akan terbentuk adalah H+ dan OCl2. Sebelum HOCl terdisosiasi menjadi H+ dan OCl- semuanya, sejumlah HOCl bereaksi dulu dengan NH3 terlarut dalam air sebagai berikut Pembentukan monochloramine NH3
(aq)
+
Awal 0,0038 Reaksi 0,0013
0,0013
HOCl (aq) ๏ณ NH2Cl (aq) + 0
0
0,0013
0,0013
H2O
97
Sisa
0,0025
0,0013
0,0013
Pembentukan dichloramine NH2Cl
(aq)
+ HOCl (aq) ๏ณ NHCl (aq) +
Awal 0,0013 Reaksi 0,0013 Sisa
0,0013
0
H2O
0
0
0,0013
0,0013
0,0013
0,0013
Oleh karena pH air hasil pengolahan berada pada kisaran 6,0 โ 8,0, maka senyawa-senyawa yang terbentuk cenderung pada senyawa monochloramine dan dichloramine. Rinciannya sebagai berikut (Tchobanoglous, 2004) pH lebih besar 8,5 akan cenderung membentuk monochloramine; pH antara 5,5 - 8,5 akan membentuk monochloramine dan dichloramine; pH antara 4,5 - 5,5 akan membentuk dichloramine; pH kurang dari 4,4 akan cenderung membentuk trichloramine.
3. Nitrit dalam air akan teroksidasi menjadi nitrate oleh asam hipoklorus Pembentukan nitrate NO2
(aq)
+
HOCl (l) ๏ณ NO3 (aq) +
Awal 0,0040 Reaksi 0,0002 Sisa
0,0002
0,0038
0
0
0,0002
0,0002
0,0002
0,0002
HCl (aq)
Pembentukan nitrogen oksida 6 Cl+
(aq)
+
2NO3- (aq)
+ 8H+ - (aq) ๏ณ 3Cl2 (aq)
+ 2NO
4H2O
98
Awal 35,500
0,0421
0
0
0
0,0177
0,0708
0,0266
0,0177
0,0244
0
0,0266
0,0177
0 Reaksi 0,0532 0,0708 Sisa
35,447 0,0708
HOCl (milimol) = 0,0013 + 0,0013 + 0,0002 = 0,0028 mmol Catatan: Semua perhitungan reaksi kimia dalam satuan mol, yaitu massa masing masing senyawa dibagi dengan massa molekul atau massa atom relatifnya.
B. Reaksi Kimia Logam-Logam Terlarut Dengan Desinfektan Reaksi logam besi dengan gas Cl2 2Fe2
3Cl (aq) ๏ณ
+
(aq)
Awal 0,0003
0
Reaksi 0,0001 Sisa
2FeCl3 (aq)
0,0001
0,0001
0,0002
0,0001
Reaksi logam mangan dengan gas Cl2 Mn
(aq)
+
Cl2
(aq)
Awal 0,0009
MnCl2 0
Reaksi 0,0003 Sisa
๏ณ
0,0003
0,0006
0,0003 0,0003
Reaksi logam alumunium dengan gas Cl2 2Al
(aq)
Awal 0,0093
+
3Cl2
(aq)
๏ณ 2AlCl3 0
99
Reaksi 0,0070 Sisa
0,00105
0,0003
0,0023
0,0003
Cl2 (milimol) = 0,0001 + 0,0003 + 0,0105 = 0,0109 mmol
C. Kebutuhan Minimum Gas Cl2 Untuk Desinfeksi Berdasarkan perhitungan HOCl dan Cl2; maka jumlah Cl2 yang ditambahkan ke dalam air hasil olahan untuk mengoksidasi senyawa-senyawa kimiawi ๐ถ๐2 = (0,0028 + 0,0109)๐๐๐๐ ๐ถ๐2 = 0,0137๐๐๐๐ ร ๐ถ๐2 = 0,9727 โ 1,0
71 ๐๐ ๐๐๐๐
๐๐ โ๐๐๐ก๐๐
Berdasarkan hasil pengujian di lapangan, untuk menghasilkan air yang bersih tanpa adanya mikroorganisme patogen dalam air diperlukan tambahan 1 mg/Liter gas Cl2 untuk memperoleh sisa klor yang tersedia dalam air sebesar 0,5 mg/Liter, maka perhitungannya menjadi sebagai berikut. ๐ถ๐2 = (1 + 1) ๐ถ๐2 = 2 ๐ถ๐2 =
๐๐ โ๐๐๐ก๐๐
๐๐ โ๐๐๐ก๐๐
100 ๐๐ ร2 โ๐๐๐ก๐๐ 99,5
๐ถ๐2 = 2,01
๐๐ โ๐๐๐ก๐๐
Tabel 3.18 Perhitungan Ion Strength (u) Setelah Desinfeksi No
Ion
Konsentrasi (mg/Liter)
Berat Molekul
Ci (Mol/Liter)
0,5 * Ci *Zi2
100
1 2 3 4 5 6 7
Ca2+ HCO3Mg2+ SO42Na+ ClNO3u
100,06 103,5 0 38 0 0,9985 1,5
40,1 61 24,3 96,1 23 35,5 62
2,50 x 10-3 1,70 x 10-3 0 0,39 x 10-3 0 0,03 x 10-3 0,0242 x 10-3
9,98 x 10-3 1,70 x 10-3 0 1,58 x 10-3 0 0,0281 x 10-3 0,0242 x 10-3 13,30 x 10-3
D. pH air Hasil Desinfeksi pH hasil desinfeksi di reservoir adalah โฒ
๐๐พ = 6,91 โ ๐๐๐
โ13,30 ร 10โ3 1 + 1,4โ13,30 ร 10โ3
๐๐พ โฒ = 6,91 โ (โ0,10) ๐๐พ โฒ = 7,01 ๐๐พ โฒ = ๐๐๐ก๐ log(7,01) ๐๐พ โฒ = 9,77 ร 10โ8 Maka, pH baru jika CO2 yang terukur di reservoir sebesar 39,18 mg/liter ๐๐ป๐๐๐ค = โ๐๐๐ [๐พโฒ ร
[CO2 ] ] [HCO3 ]
๐๐ป๐๐๐ค = โ๐๐๐ [9,77 ร 10โ8 ร
[39,18] ] [103,50]
๐๐ป๐๐๐ค = 7,43 (๐๐๐ ๐โ ๐๐๐๐๐๐ขโ๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐ 6,5 โ 8,5)
E. Perhitungan Kebutuhan Gas Klor Untuk Pembubuhan Banyak gas klor yang dibutuhkan untuk proses desinfeksi: 1. Berat desinfektan
101
๐=
๐พ๐๐๐๐ ๐๐ก๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐โ๐๐ 1.000 ๐๐๐ก๐๐ 2,01 ๐๐ 1 ๐๐ ร ร ร โ๐๐๐ 1๐3 ๐๐๐ก๐๐ 106 ๐๐ ๐=
30.240 ๐3 1.000 ๐๐๐ก๐๐ 2,01 ๐๐ 1 ๐๐ ร ร ร 6 3 โ๐๐๐ 1๐ ๐๐๐ก๐๐ 10 ๐๐ ๐ = 60,7824 โ 60,8
๐๐โ โ๐๐๐
2. Periode penggantian tabung gas klor ukuran 150 kg ๐๐ก๐๐๐ข๐๐ โ๐๐๐ 150 ๐๐ = ๐๐ 60,8 โโ๐๐๐
๐๐๐๐๐ = ๐๐๐๐๐
๐๐๐๐๐ = 2,47 โ๐๐๐ โ 59,28 ๐๐๐ Jadi, periode penggantian tabung gas klor ukuran 150 kg untuk desinfektan dilakukan setiap 59,28 jam.
3. Debit pembubuhan desinfektan ๐๐๐๐๐ =
๐๐๐๐๐
๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ก๐๐
๐๐ 60,8 โโ๐๐๐ 103 ๐๐๐๐ 1 โ๐๐๐ = ร ร ๐๐๐๐ 1 ๐๐ 1.440 ๐๐๐ 3,214 โ๐๐๐ก๐๐ ๐๐๐๐๐ = 13,1 โ 13 ๐๐๐ก๐๐โ๐๐๐
๐๐ก๐๐๐๐ =
๐๐ก๐๐๐๐ =
๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐
13 ๐๐๐ก๐๐โ๐๐๐ 200 ๐๐๐ก๐๐โ๐๐๐
ร 100%
102
๐๐ก๐๐๐๐ = 6,5% Bukaan keran yang diperlukan untuk kebutuhan desinfeksi di instalasi adalah sebesar 6,5% dari kapasitas pompa pembubuh desinfektan yang dimiliki IPA sebesar 200 liter/jam.
F. Perhitungan Headloss dan Head Pompa Sistem Pembubuh 1. Laju alir desinfektan dalam pipa pembubuh dengan diameter pipa 50 mm ๐๐๐๐๐ = ๐๐๐๐๐ =
4๐๐๐๐๐ ๐ ร ๐ท2
4(13 ๐๐๐ก๐๐)/๐๐๐ 1๐3 1 ๐๐๐ ร ร 2 3,14 ร (0,0254) 1.000 ๐๐๐ก๐๐ 3600 ๐๐๐ก๐๐ ๐๐๐๐๐ = 0,00018 ๐โ๐๐๐ก๐๐
2. Headloss mayor pipa pembubuh desinfektan dengan C = 150 adalah: 151 ร ๐ 1,85 ๐ฟ โ๐ป๐๐๐ฆ๐๐ = ( ) ร( ) 2,63 ๐ถร๐ท 1.000 1,85
โ๐ป๐๐๐ฆ๐๐
151 ร 10โ6 =( ) 150 ร 0,02542,63
โ๐ป๐๐๐ฆ๐๐ = 9,282 ร 10โ6 ๐๐๐ก๐๐
(sangat
20 ร( ) 1.000
kecil
sehingga
dapat
diabaikan)
3. Perhitungan nilai k dari masing-masing aksesoris pipa pembubuh a. Nilai k untuk bend 90ยฐ dengan perbandingan radius belokan dengan diameter pipa r/d = 1, nilai k = 0,33 sebanyak 7 buah.
103
b. Nilai k untuk gate valve dengan bukaan gate valve 6,5% (tertutup 7/8), nilai k = 98 sebanyak 1 buah. c. Nilai k untuk no return valve / check valve dengan jenis swing check valve, nilai k = 2,0 โ 2,5, diasumsikan nilai k = 2,5 sebanyak 1 buah. ๐พ๐ก๐๐ก๐๐ = [(7 ร ๐๐๐๐ 90ยฐ) + (๐๐๐ก๐ ๐ฃ๐๐๐ฃ๐) +
d. Nilai (๐โ๐๐๐ ๐ฃ๐๐๐ฃ๐)]
๐พ๐ก๐๐ก๐๐ = [(7 ร 0,33) + (98) + (2,5)] ๐พ๐ก๐๐ก๐๐ = 102,81
โ๐ป๐๐๐๐๐ = ๐พ๐ก๐๐ก๐๐ ร (
๐๐๐๐๐ 2 ) 2๐ 2
โ๐ป๐๐๐๐๐
(0,00018 ๐โ๐๐๐ก๐๐ ) = 102,81 ร ( 2 ) 2 ร 9,81 ๐โ๐๐๐ก๐๐
โ๐ป๐๐๐๐๐ = 1,698 ร 10โ7 ๐๐๐ก๐๐
(sangat
kecil
sehingga
dapat
diabaikan)
4. Besar head pompa desinfektan dengan beda elevasi antara rumah pembubuh dengan gallery sebesar 2,5 meter adalah: ๐ป๐๐ข๐๐ = โ๐ธ๐ + โ๐ป๐๐๐ฆ๐๐ + โ๐ป๐๐๐๐๐ ๐ป๐๐ข๐๐ = 2,5 + 0 + 0 ๐ป๐๐ข๐๐ = 2,5 ๐๐๐ก๐๐
5. Besar head pompa desinfektan jika gas klor cair mempunyai tekanan minimal 6,66 bar, maka konversi Hpump dari 2,5 meter tekanan kolom air ke satuan bar adalah: ๐ป๐๐ข๐๐ = 2,5 ๐๐๐ก๐๐ +
0,098 ๐๐๐ ๐๐๐ก๐๐
๐ป๐๐ข๐๐ + ๐ป๐๐๐ ๐๐๐๐ = 0,245 ๐๐๐ + 6,66 ๐๐๐ ๐ป๐๐ข๐๐ = 6,905 ๐๐๐
104
Berdasarkan hasil perhitungan tekanan pompa, maka besar head dapat disetel pada tingkat 7 bar agar dapat mendorong gas klor cair menuju ruangan gallery di kedua instalasi. Jenis pompa pembubuh desinfektan di IPA Ayung III Belusung dan IPA Paket 50 Liter/detik hampir sama dengan pompa pembubuh koagulan yaitu diapraghma dosing pump dengan tingkat head antara 4 โ 10 bar.
3.11 Reservoir Data reservoir yang dapat diperoleh hanya volume air yang dapat ditampung, level ketinggian air maksimum, kedalaman reservoir. Data berupa desain teknis reservoir tidak ada sehingga yang dapat di analisis hanya volume reservoir. Berikut data yang diperoleh yaitu: Tabel 3.19 Spesifikasi Teknis Reservoir No 1 2
3
4
Detai Spesifikasi Volume Reservoir Kapasitas Produksi IPA Maksimum Kedalaman dan Freeboard a. Kedalaman Reservoir b. Tinggi Air Maksimum c. Freeboard Sistem Vent dan Perpipaan a. Lubang-lubang persegi ukuran 10 cm b. Pipa Reservoir
Unit m3 m3/hari
Dimensi 10.000 30.240
m m m
5,5 4,9 0,6
buah mm
. 100 600
Sebelum menghitung volume reservoir yang terisi oleh air hasil proses produksi di kedua IPA, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah menghitung besaran jumlah air yang disadap dikurangi lumpur di sedimentasi dan backwashing filter sebagai berikut:
A. Perhitungan Jumlah Air Yang Diproduksi Oleh IPA
105
Contoh perhitungan mass balance air pada tanggal 1 oktober 2008, Kekeruhan = 3,92 NTU Dosis koagulan = 20 mg/Liter Debit pengolahan = 350 L/detik (30.240 m3/hari) Penyelesaian Kekeruhan sebesar 3,92 NTU dikonversi ke sejumlah TSS terlarut dengan grafik akan diperoleh 1,31 mg/Liter, dengan menggunakan perhitungan pada bagian koagulasi โ flokulasi โ sedimentasi akan diperoleh sebagai berikut: Volume lumpur residu koagulan [Al2O3] = 20 ร 0,3 = 6 mg/L ๐๐๐ข๐๐๐ข๐ = Dosis [Al2 O3 ] ร Q ร [ ๐๐๐ข๐๐๐ข๐ = 6
(2x78) 102
gr mol gr mol
Al(OH)3 Al2 O3
]ร
1 kg 106 mg
mg L 156 1 kg 86.400 detik ร 350 ร[ ]ร 6 ร L det 102 1 hari 10 mg
๐๐๐ข๐๐๐ข๐ = 2100 ร 1,53 ร 10-6 ร 86.400 ๐๐๐ข๐๐๐ข๐ = 277,6 kg/hari
Massa jenis lumpur1,01-1,2 terhadap massa jenis air (diambil 1,2) Presentase padatan lumpur terhadap air = 4% kg
๐๐๐ข๐๐๐ข๐ =
๐๐๐ข๐๐๐ข๐ ( hari ) kg
1000 m3 ร ฯlumpur ร % lumpur kg
๐๐๐ข๐๐๐ข๐ =
277,6 ( hari ) kg
1000 m3 ร 1,2 x 0,04
๐๐๐ข๐๐๐ข๐ = 5,78 m3 /hari
Volume lumpur dari TSS yang tersisihkan 106
๐๐๐๐ = (๐๐๐๐ ) ร (๐ท๐๐๐๐ก ๐ผ๐๐ด) ๐๐๐๐ = 1,31
mg L 1 kg 86.400 detik ร 350 ร 6 ร L det 1 hari 10 mg ๐๐๐๐ = 39,614
๐๐โ โ๐๐๐
Massa jenis lumpur1,01-1,2 terhadap massa jenis air (diambil 1,2) Presentase padatan lumpur terhadap air = 4% kg
๐๐๐๐ =
๐๐๐๐ =
๐๐๐๐ ( hari ) kg
1000 m3 ร ฯ ร % lumpur ๐๐โ โ๐๐๐ ร 1,2 x 0,04
39,614 kg
1000 m3
๐๐๐๐ = 0,825 m3 /hari
Backwash filter sebanyak 2 kali sehari ๐๐๐ค =
๐๐๐ค =
๐๐ ร ๐ ร ๐ฟ ร 2 ร 10 ๐๐๐๐๐ก 1 ๐๐๐
20๐2 ร 19 ร 7,5 ร 2 ร 10 ๐๐๐๐๐ก ร 3 ๐๐๐๐ก๐๐ 1 m2 ๐๐๐ ร 60 ๐๐๐๐๐ก/๐๐๐ ๐๐๐ค = 2.850 ๐3 /โ๐๐๐
Kapasitas produksi bersih di instalasi setelah dikurangi penggunaan air untuk kegiatan pegawai instalasi dan penyiraman diasumsikan 1.000 liter
Kapasitas produksi air bersih IPA
107
๐๐๐ = (๐๐๐๐โ โ (๐๐๐ข๐๐๐ข๐ + ๐๐๐๐๐๐ค๐๐ โ + ๐๐๐๐๐โ๐๐๐๐ )) ๐๐๐ = (30.240 โ (5,78 + 2.850 + 1)) ๐๐๐ = 27.383,22 ๐3 /โ๐๐๐ Volume air yang terbuang dari proses produksi IPA
๐๐๐๐ ๐ = ๐๐๐๐โ โ ๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐ = 30.240 โ 27.383,22 ๐๐๐๐ ๐ = 2.856 ๐3 /โ๐๐๐
Presentase efisiensi operasional IPA ๐๐๐
๐ธ๐๐๐ = ๐
๐๐๐โ
๐ธ๐๐๐ =
27.383,22 30.240
ร 100%
๐ธ๐๐๐ = 90,553 % Berdasarkan perhitungan di atas, volume air bersih yang masuk ke reservoir sebesar 27.383,22 m3 berasal dari operasional IPA Ayung III Belusung dengan persentase efisiensi proses produksi air sebesar 90,553 %. B. Perhitungan Volume dan Dimensi Reservoir a. Presentase volume reservoir ๐๐ ๐ข๐๐๐๐ข๐ + ๐๐๐๐๐๐๐๐ก ] 2 27,7 + 27,62 ๐๐๐๐ ๐๐ (%) = [ ] 2
๐๐๐๐ ๐๐ (%) = [
๐๐๐๐ ๐๐ (%) = 27,66
b. Volume reservoir read dalam harian (m3)
108
86.400 ๐๐๐ก๐๐ 1 โ๐๐๐ 27,66 86.400 ๐๐๐ก๐๐ ๐๐๐ = ร 350 ร 100 1 โ๐๐๐
๐๐๐ = ๐๐๐๐ ๐๐ (%) ร ๐๐ผ๐๐ด ร
๐๐๐ = 8.364.384 ๐ฟ โ 8.364,384 ๐3 c. Dimensi 8.364,384 ๐3 ๐ท๐๐๐๐๐ ๐ = = 1.672,8768 ๐ 5 ๐: ๐ฟ = 2 โถ 1 1.672,8768 ๐ = 2๐ฟ + ๐ฟ 1.672,8768 ๐ = 2๐ฟ2 836,4384 ๐ = ๐ฟ2 ๐ฟ = โ836,4384 ๐ ๐ฟ = 28,92 ๐ ๐ = 28,92 ๐ ร 2 ๐ = 57,84 ๐
C. Perhitungan Perpipaan Reservoir dan Ventilasi 1. waktu tinggal air ๐๐ท = [ ๐๐ท = [
๐๐๐๐
] ๐๐๐
10.000 ๐3 24 ๐๐๐ ]ร 3 โ๐๐๐ 27.383,22 ๐ โโ๐๐๐
๐๐ท = 8,76 ๐๐๐ (๐๐๐๐๐๐ขโ๐ ๐ค๐๐๐ก๐ข ๐ก๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ 4 ๐๐๐)
2. Kecepatan inlet air bersih yang masuk ke reservoir dengan pipa 600 mm
109
๐๐๐๐๐๐ก = ๐๐๐๐๐๐ก =
4 ร ๐๐๐๐๐๐ก ๐ ร (๐ท๐๐๐๐๐ก )2
4 ร 27.383,22 ๐3 1 ร 2 3,14 ร (0,6 ๐) 86.400 ๐๐๐ก๐๐ ๐๐๐๐๐๐ก = 1,12 ๐โ๐๐๐ก
3. Kecepatan outlet air bersih yang keluar dari reservoir ke distribusi
๐๐๐ข๐ก๐๐๐ก = ๐๐๐ข๐ก๐๐๐ก
4 ร (๐๐๐๐๐๐ก ร ๐น๐๐๐๐ ) ๐ ร (๐ท๐๐๐๐๐ก )2
4 ร (27.383,22 ๐3 ร 1,5) 1 = ร 3,14 ร (0,6 ๐)2 86.400 ๐๐๐ก๐๐ ๐๐๐ข๐ก๐๐๐ก = 1,68 ๐โ๐๐๐ก
4. Volume udara yang tersirkulasi dalam reservoir jika diasumsikan laju alir udara sebesar 0,5 m/detik, maka jumlah lubang ventilasi di reservoir ๐๐ข๐๐๐๐ = ๐๐ข๐๐๐๐
๐๐๐๐๐๐ก ร (๐น๐๐๐๐ โ 1) 1 ร 86.400 ๐๐๐ก๐๐
27.383,22 ๐3 ร (1,5 โ 1) = 1 ร 86.400 ๐๐๐ก๐๐ 3
๐๐ข๐๐๐๐ = 0,158 ๐ โ๐๐๐ก = 158 ๐๐๐ก๐๐โ๐๐๐ก๐๐ 0,316 ๐โ๐๐๐ก 2 ๐ ร (0,1 ๐) = 0,5 ๐โ๐๐๐ก 0,316 ๐โ๐๐๐ก 2 ๐ ร (0,1 ๐) = 0,5 ๐โ๐๐๐ก ๐ = 63 ๐๐ข๐๐๐๐ ๐ฃ๐๐๐ก๐๐๐๐ ๐ (๐๐๐๐๐๐๐ ๐ฆ๐๐๐ โ๐๐๐ข๐ ๐ก๐๐๐ ๐๐๐๐)
Air hasil pengolahan IPA dikumpulkan menjadi satu di bangunan reservoir. Resevoir memiliki volume sebesar 10.000 m3 berbentuk rectangular. Ketinggian air rata rata dalam reservoir adalah sebesar 490cm dengan ketinggian 110
total 550 cm dari dasar reservoir. Reservoir berjenis ground reservoir. Reservoir ini
ditempatkan
setelah
unit
filtrasi
dan
tertutup
untuk
menghindari
terkontaminasinya zat-zat lain dari luar. Menurut Tambo (1974), tinggi efektif air di dalam reservoir sekitar 3 โ 6 m dengan jarak freeboard ยฑ 30 cm. Waktu tinggal air di reservoir adalah sebesar 8,76 jam. Waktu tinggal ini telah memenuhi kriteria desain yang ada yaitu sekitar Tdair > 4 jam (Darmasetiawan, 2001). Dengan waktu tinggal tersebut, proses desinfeksi akan lebih baik untuk mematikan mikroorganisme patogen yang belum mati saat didesinfeksi di gallery karena sisa klor terlarut sebanyak 0,5 mg/Liter melebihi standar minimum 0,2 mg/Liter.
111
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan Rancang desain bangunan pengolahan air minum yang cocok untuk Kabupaten Gresik ialah sebagai berikut: 1. Alternative pengolahan yang dipilih adalah alternative pertama, yaitu Koagulasi -Flokulasi-Sedimentasi, Saringan Pasir Cepat dan Reservoir, dengan pertimbangan sebagai berikut ekonomis dan
Memenuhi baku
mutu yang telah ditetapkan dalam Peraturan Meneteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 32 Tahun 2017, dimana : kadar maksimum untuk kekeruhan adalah 25 NTU, Warna 50 TCU dan TDS 1000 mg/L. 2. Efisiensi Parameter Fisik adalah sebagai berikut a. Kekeruhan ๏ท
KSF = 46 NTU
๏ท
Filtrasi = 0,92 NTU
๏ท
Reservoir = 0,018 NTU
b. Warna ๏ท
KSF = 12,5 PtCo
๏ท
Filtrasi = 0,25 PtCo
๏ท
Reservoir = 0,005 PtCo
c. TDS Fe ๏ท
KSF = 0,2 (mg/L)
๏ท
Filtrasi = 0,004(mg/L)
๏ท
Reservoir = 0,000008(mg/L)
d. TDS Mn ๏ท
KSF = 0,2 (mg/L)
๏ท
Filtrasi = 0,004(mg/L)
๏ท
Reservoir = 0,000008(mg/L)
112
3. Qmin bendungan sebesar 25.458 l/s dan Qmax bendungan sebesar 46.309 l/s 4. Intake a. Pintu Air ๏ท
Luas Penampang Saluran = 0,875 m2
๏ท
Lebar saluran = 1,2 m
b. Bar Screen ๏ท
Kedalaman sebelum screen (Y1) = 1,02 m
๏ท
Kecepatan sebelum screen = 00,298 m/s
๏ท
Lebar bukaan (s) = 18 bukaan
๏ท
Jumlah batang (n) = 17 batang
๏ท
Lebar bukaan total = 0,899 m
๏ท
Kedalaman batang (bar terendam atau Yb) = 1,17 m
๏ท
Kecepatan dari screen = 0,38 m/s
๏ท
Kehilangan tekanan melalui screen = 0,07 cm
๏ท
Headlos Bar = 0,17 cm
๏ท
Ketinggian air setelah Bar =1,0183 m
๏ท
Kecepatan setelah melewati screen = 0,3 m/s
c. Saluran Pembawa ๏ท
Kontinuitas = 0,875 m2
๏ท
Lebar saluran = 1,32 m
๏ท
Jari-jari hidrolis = 0,33 m
๏ท
Kemiringan slope = 0,0001
๏ท
Headlos pada saluran pembawa = 0,0004
๏ท
Dimensi saluran = 0,8 m
5. Pompa dan Sistem Transmisi a. Headloss Pipa Isap ๏ท
Laju Alir pada Pipa Isap = 1,25 ๐/๐๐๐ก๐๐
๏ท
Nilai K total = 0,93
๏ท
Headloss Mayor = 0,02547 ๐
๏ท
Headloss Minor = 0,074 ๐
113
๏ท
Headloss total = 0,09947 ๐
b. Headloss Pipa Tekan ๏ท
Laju alir pada pipa tekan = 1,785 ๐/๐๐๐ก๐๐
๏ท
๐๐ก๐๐ก๐๐ = 3,13
๏ท
Headloss Mayor = 0,049 ๐
๏ท
Headloss Minor = 0,5 ๐
๏ท
Headloss total = 0,549 ๐
c. Headloss Pipa Transmisi ๏ท
Laju alir air pada pipa transmisi = 1,2378 ๐/๐๐๐ก๐๐
๏ท
๐๐ก๐๐ก๐๐ = 4,15
๏ท
Headloss Mayor = 1,3626 m
๏ท
Headloss Minor = 0,3240 ๐
๏ท
Headloss total pada pipa tekan = 2,0586 ๐
d. Headloss Pompa dan Sistem Transmisi = 2,707 ๐ ๏ท
total head pompa dinamis = 27,4554 ๐
๏ท
Daya Hidraulik Pompa = 117,4045 ๐๐๐๐๐ค๐๐ก๐ก
๏ท
Daya Motor Penggerak pompa = 161,4284 ๐๐๐๐๐ค๐๐ก๐ก
6. Koagulasi a. desain unit koagulasi = 30000 b. n dosis pembubuh koagulan melalui jar test
c.
๏ท
dosis pembubuhan PAC di Instalasi = 20 mg/liter
๏ท
stroke = 50,4 %
Estimasi masa lumpur per hari dari koagulan = 5,78m3 /hari
d. Head Pompa pembubuh koagulan ๏ท
Volume PAC = 2m3
๏ท
Vol larutan= 20m3
๏ท
Dimensi bak pembubuh koagulan : P= 2,8 m, L= 2,8 m, H= 3 m
๏ท
Nilai k total= 5,05
e. Headloss mayor pipa pembubuh koagulan = 0,149 m f. Laju alir dalam pipa PVC = 0,28 m/detik
114
g. Headloss minor =0,0202 m h. head total pompa minimum pada system pembubuh koagulan = 8,1692 m i. Pemilihan pompa yang digunakan Pompa 2,6 bar = 26 m, Grundfos Digital Dosing DME 0,005 to 12,68 gph Cabinet size 2 7. Flokulasi a. Perhitungan dimensi ๏ท
Tinggi air= 3 m
๏ท
Panjang= 3,8 m
๏ท
Lebar= 3,8 m
๏ท
Tinggi= 3,5 m
b. headloss (โh) ๏ท Proses flokulasi tahap I (G = 70) = 0,0075 m โ1 cm ๏ท Proses flokulasi tahap II (G = 60) = 0,000016 m โ1 cm ๏ท Proses flokulasi tahap III (G = 50) = 2,8 x 10โ8 m โ1 cm ๏ท Proses flokulasi tahap IV (G = 40) = 4 x 10โ11 m โ1 cm ๏ท Proses flokulasi tahap V (G = 30) = 4,8 x 10โ14 m โ1 cm ๏ท Proses flokulasi tahap VI (G = 20) = 3,4 x 10โ17 m โ1 cm ๏ท Perhitungan total gradien = 32.400 โ3,24 x 104 8. Sedimentasi a. Dimensi ๏ท
Td
= 2 jam (Kawamura)
๏ท
Kapasitas
= 350 L/det x 7200 det = 2520000 L= 2520
m3 ๏ท
Ketinggian air = 5 m
๏ท
Luas
=
๏ท
Luas
= 4L x L = 4L2
๏ท
504 m2
= 4L2
๏ท
126 m2
= L2
๏ท
11,2 m
= Lebar
๏ท
Panjang
= 4L = 4 x 11,2 m = 44,8 m
2520m3 5m
= 504 m2
115
b. system hidrolika sedimentasi ๏ท
Kecepatan horizontal partikel = 0,0063 m/det
๏ท
Jari-jari hidrolis = 3,46 m
๏ท
Bilangan Reynolds = 25229>500 (tidak sesuai!, seharusnya< 500)
๏ท
Bilangan Froude = 1,65 10-5 )
๏ท
Laju alir rmemasuki tube settler dengan arah aliran vertikal = 0,0018 ๐/๐๐๐ก
๏ท
Bilangan Reynolds = 104,17 10-5 (sesuai!)
๏ท
Td air =1,99 jam โ120 menit
๏ท
Surface loading rate = 2,5112 m2 .jam
๏ท
Kecepatan pengendapan pada bak sedimentasi
m3
= 0,000698 m/det c. sistem inlet dan zona lumpur ๏ท
Cek laju alir dari pipa inlet = 1,39 m/det
๏ท
Cek laju alir di lubang orifice = 0,71 m/det
๏ท
Headloss aliran di lubang orifice = 0,44 m
๏ท
Konversi nilai kekeruhan menjadi total padatan tersuspensi = 46 (pada grafik didapat hasil 200 mg/L)
๏ท
Massa lumpur yang terbentuk dari penyisihan kekeruhan air baku = 6048 kg/hari
๏ท
Slumpur= 6325,6 kg/hari
๏ท
Qlumpur = 131,78 hari
๏ท
Vollumpur =2,75 m3
๏ท
Volzona =
m3
(2,5x2,5x1,5) 3
=3,13 m3
d. zona outlet dan saluran pembawa ๏ท
Ptube= 44,33 m
๏ท
N
=674,16 buahโ 675 buah
116
m3
๏ท
Qgut = 0,12 detik
๏ท
Qv-notch = 0,0000296 m/detik
๏ท
โh= 0,0135 m
๏ท
R= 0,0250 m
๏ท
V= 0,1275 m/det
๏ท
โhpemb =0,013 m
๏ท
โhsed =0,4665 m
๏ท
Hsed = 2,4735 m
9. Rapid Sand Filter Sistem Hidrolika a. antraasit ๏ท
๐๐ = 8,84 ๐/๐๐๐
๏ท
๐๐
๐ = 1,79 โค 2
๏ท
๐ถ๐๐๐๐ = 13,41
๏ท
โ๐ป๐๐ = 0,078 ๐๐๐ก๐๐
b. silika ๏ท
๐๐ = 8,84 ๐/๐๐๐
๏ท
๐๐
๐ = 3,1 โฅ 2
๏ท
๐ถ๐๐๐๐ = 9,786
๏ท
โ๐ป๐ ๐๐ = 0,0774 ๐๐๐ก๐๐
c. gravel ๏ท
๐๐ = 8,84 ๐/๐๐๐
๏ท
๐๐
๐ = 13,36 โฅ 2
๏ท
๐ถ๐๐๐๐ = 2,96
๏ท
โ๐ป๐๐๐ = 1,7854 ร 10โ3 ๐๐๐ก๐๐
d. โ๐ป๐ก๐๐ก = 0,1568 ๐ Sistem Underdrain dan Headloss Nozzle di Plat a.
๐๐ = 8,84 ๐/๐๐๐
b.
๐ด๐๐๐ง = 1,9625 ร 10โ3
c.
๐๐๐๐ง = 6,14 ร 10โ4 ๐ โ๐
2
117
d.
๐๐๐๐ง = 0,313 ๐/๐
e.
โ๐ป๐๐๐ง = 8,55 ๐๐๐ง๐ง๐๐
Sistem Backwash Filter dan Ekspansi Media Filter a. ๐๐ ๐ = 1.543๐3 (kebutuhan udara untuk pencucian filter per 1 hari operasi) b. ๐๐๐ค = 950๐3 (kebutuhan air untuk pencucian filter per 1 hari operasi) c. ๐๐๐๐ = 30.240๐3 (debit aliran air di unit per 1 hari operasi) d. ๐
๐ธ = 29.290๐3 e. ๐ธ๐๐ค = 0,9686 % f. ๐๐ = 0,412 g. ๐๐ = 0,5411 h. ๐น๐๐๐ = 0,281 โ 0,28 i. ๐ฟ๐๐๐ = 1,024 ๐๐๐ก๐๐ 10. Desinfeksi IPA a. Reaksi Kimia Dalam Air Yang Didesinfeksi ๏ท
pH air hasil pengolahan berada pada kisaran 6,0 โ 8,0 ; maka senyawa yang akan terbentuk adalah H+ dan OCl-
๏ท
pH air hasil pengolahan berada pada kisaran 6,0 โ 8,0, maka senyawa-senyawa yang terbentuk cenderung pada senyawa monochloramine dan dichloramine.
๏ท
HOCl (milimol) = 0,0028 mmol
b. Kebutuhan Minimum Gas Cl2 Untuk Desinfeksi = 2,01
๐๐ โ๐๐๐ก๐๐
c. pH air Hasil Desinfeksi ๏ท
๐๐พ โฒ = 9,77 ร 10โ8
๏ท
๐๐ป๐๐๐ค = 7,43 (๐๐๐ ๐โ ๐๐๐๐๐๐ขโ๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐ 6,5 โ 8,5)
d. Kebutuhan Gas Klor Untuk Pembubuhan ๐๐โ โ๐๐๐
๏ท
๐ = 60,7824 โ 60,8
๏ท
๐๐๐๐๐ = 2,47 โ๐๐๐ โ 59,28 ๐๐๐
๏ท
๐๐๐๐๐ = 13,1 โ 13 ๐๐๐ก๐๐โ๐๐๐
๏ท
๐๐ก๐๐๐๐ = 6,5% 118
e. Headloss dan Head Pompa Sistem Pembubuh ๏ท ๐๐๐๐๐ = 0,00018 ๐โ๐๐๐ก๐๐ ๏ท
โ๐ป๐๐๐ฆ๐๐ = 9,282 ร 10โ6 ๐๐๐ก๐๐ (sangat kecil sehingga dapat diabaikan)
๏ท
๐พ๐ก๐๐ก๐๐ = 102,81
๏ท
โ๐ป๐๐๐๐๐ = 1,698 ร 10โ7 ๐๐๐ก๐๐ (sangat kecil sehingga dapat diabaikan)
๏ท
๐ป๐๐ข๐๐ = 2,5 ๐๐๐ก๐๐
๏ท
๐ป๐๐ข๐๐ = 6,905 ๐๐๐
11. Reservoir a. Jumlah Air Yang Diproduksi Oleh IPA ๏ท
๐๐๐ข๐๐๐ข๐ = 277,6 kg/hari
๏ท
๐๐๐ข๐๐๐ข๐ = 5,78 m3 /hari
๏ท
๐๐๐๐ = 39,614
๏ท
0,825 m3 /hari
๏ท
๐๐๐ค = 2.850 ๐3 /โ๐๐๐
๏ท
๐๐๐ = 27.383,22 ๐3 /โ๐๐๐
๏ท
๐๐๐๐ ๐ = 2.856 ๐3 /โ๐๐๐
๏ท
๐ธ๐๐๐ = 90,553 %
๐๐โ โ๐๐๐
b. Volume dan Dimensi Reservoir ๏ท
๐๐๐๐ ๐๐ (%) = 27,66
๏ท
๐๐๐ = 8.364.384 ๐ฟ โ 8.364,384 ๐3
๏ท
๐ = 57,84 ๐
c. Perpipaan Reservoir dan Ventilasi ๏ท
๐๐ท =
๏ท ๏ท
8,76 ๐๐๐ (๐๐๐๐๐๐ขโ๐ ๐ค๐๐๐ก๐ข ๐ก๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ 4 ๐๐๐) ๐๐๐๐๐๐ก = 1,12 ๐โ๐๐๐ก ๐๐๐ข๐ก๐๐๐ก = 1,68 ๐โ๐๐๐ก
๏ท
๐ = 63 ๐๐ข๐๐๐๐ ๐ฃ๐๐๐ก๐๐๐๐ ๐ (๐๐๐ ๐ฆ๐๐๐ โ๐๐๐ข๐ ๐ก๐๐๐ ๐๐๐๐)
119
4.2
Saran Setelah perhitungan rancang desain bangunan pengolahan air minum
yang sesuai didapatkan untuk Desa Sembayat Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, kami sebagai penyusun berharap rancang desain bangunan pengolahan air minum ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan di Kabupaten Gresik.
120
DAFTAR PUSTAKA Alaerts, G dan Sri Sumestri. 1984.
Metode Penelitian Air. Usaha
Nasional.Surabaya Al-Layla et. Al. 1980. Water Supply Engineering Design. Ann Arbor SciencePublisher, Inc. New York American Water Works Association, 1990. Water Distribution SystemsHandbook. Mc Graw Hill Company. New York Badan Standardisasi Nasional Pusat. 2002. SNI 19-6775-2002 tentang Tata CaraPengoperasian dan Pemeliharaan Unit Paket Instalasi Penjernihan AirKapasitas 5 Liter/detik ke Atas. BSNP : Jakarta Burton. F. Stensel. D. Tchobanoglous. G. 2004. Wastewater Engineering; Treatment and Reuse (Fourth Edition). Singapore : Mc Graw Hill Darmasetiawan, Martin. 2001. Teori dan Perencanaan Instalasi Pengolahan Air. Yayasan Suryono. Bandung Degremont. 1991. Water Treatment Handbook Vol 1. Lavoisier Publishing. Paris Degremont. 1991. Water Treatment Handbook Vol 2. Lavoisier Publishing. Paris Degremont Suez Consultant. 2009. Pulsatorยฎ Drinking water - Clarification Sludge blanket clarifier. Lavoisier Publishing. Paris Departemen
Kesehatan
Republik
PengawasanKualitas
Indonesia.
Air
2002.
Minum.
Syarat-Syarat (SK
dan
Nomor
901/MENKES/SK/VII/2002).Kementrian Kesehatan RI : Jakarta Droste, Ronald L. 1997. Theory and Practice of Water and WastewaterTreatment. John Wiley & Sons, Inc : Canada Ebara
Fluid
Handling
Division.
2003.
EBARA
Stainless
Steel
Two-
StageCentrifugal Pumps. EBARA International Corporation : South Carolina Government of Alberta Ministry of Transportation. 2007. ConversionRelationship between Nephelometric Turbidity Units(NTU) into mg/l forAlberta Transportationsโ Turbidity specification. Government of Alberta: Kanada Grundfos Corporation. 2009. GrundfosDenmark ยฎ Digital Dosing. Grundfos Holding A/S :
121
Hidayat, Muhammad. 2007. Cara Menaikkan atau menurunkan pH dan GH. UI :Jakarta Ingersoll Rand Air Solutions France. 2007. Bareshaft Blowers SN Series Ingersoll Rand Company : Wasquehal Joko, Tri. 2004. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum Edisi Pertama. Graha Ilmu : Yogyakarta Kawamura, Susumu. 1991. Integrated Design of Water Treatment Facilities. JohnWiley & Sons. New York Lin, Shundar. 2001. Water and Wastewater Calculations Manual. Mc Graw HillBook Company : USA Maharani dan Zaidan. 2003. Laporan Kerja Praktik: Sistem Pengolahan AirMinum Di PDAM Kota Denpasar-Bali. Institut Teknologi Adhi Tama.Surabaya Montgomery,
James
M.,
Consulting
Engineers,
Inc.
1985.
Water
TreatmentPrinciples and Design. John Wiley & Sons, Inc : Canada Mufti. A. 2009. Evaluasi Teknis Operasional dan Pemeliharaan SistemInstalasi Pengolahan Air PDAM Tirta Patriot Bekasi. UniversitasDiponegoro : Semarang Oktiawan, W. dkk. 1997. Detail Engineering Design Instalasi Pengolahan AirAyung III Belusung โ PDAM Kabupaten Badung. ITB : Bandung PDAM Kota Denpasar. 2009. Standard Operational Procedure IPA Ayung IIIBelusung. PT Tirta Wiwitaning Kahuripan : Denpasar Peavy,
H.S.,
D.R.
Rowe,
G.
Tchobanoglous.
1985.
Environmental
Engineering.Mc Graw-Hill, Inc : Singapore Pradana, Ridho. 2017. Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.Jom F TEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 Qodriyatun, Sri Nurhayati dkk. 2015. Penyediaan Air Bersih Di Indonesia : Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta Dan Masyarakat.Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI). Jakarta Reynolds, T.D. 1982. Unit Operations In Enviromental Engineering. Texas A &M Univercity; B/C Engineering Division Boston, Massacusetts
122
Septiawan,
H.
2008.
Operasional
dan
Pemeliharaan
Sistem
Instalasi
PengolahanAir PTTirta Sarana Ungaran. Universitas Diponegoro : Semarang Totok, S. dan Suciastuti, E. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. PT Rineka Cipta. Jakarta Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Air Bersih, Sanitasi Dan Kebersihan. Jakarta Widiasanti, Irika. Dkk. 2012. Studi Pengolahan Air Bersih Di Kawasan Industri Jababeka Kabupaten Bekasi. Jurnal Menara Teknik Sipil FT.UNJ. Volume VII No. 1
123