Tugas 2 Imunologi - Nurul Rizki Dan Rafika Primadona. C [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Nurul Rizki Fitriana (1041911113) Rafika Primadona (1041911117)



Mata Kuliah : Imunologi/ C



PSORIASIS VULGARIS A. PENDAHULUAN Psoriasis vulgaris (PV) adalah suatu kelainan kulit yang dipengaruhi banyak faktor, berdasarkan proses peradangan kronis, diperantarai sistem imun. Penyakit ini ditandai dengan perubahan yang kompleks pada pertumbuhan dan diferensiasi epidermis, serta berbagai abnormalitas biokimia, imunologi dan vaskular. Secara klinis PV ditandai dengan adanya plak kemerahan dengan skuamayang tebal, berdistribusi simetris terutama pada daerah predileksi yaitu tungkai bagian ekstensor (siku, lutut), kulit kepala, daerah lumbosakral, bokong dan genital.Gambaran klinis secara histologis didapatkan hiperplasia dramatis epidermis (acanthosis) dengan hilangnya lapisan granular, perpanjangan reguler rete ridges (papillomatosis), penebalan lapisan kornea (hiperkeratosis), dan diferensiasi keratinosit inkomplit dengan retensi nukleus di stratum corneum (parakeratosis). Infiltrat inflamasi sebagian besar terdiri dari makrofag, berbagaijenis sel dendritik, dan sel T dalam dermis, serta neutrofil dan beberapa sel T dalam epidermis. Kemerahan pada lesi disebabkan oleh peningkatan vaskularisasi - peningkatan jumlah kapiler yang melebar dan berliku di papilla dermal. Faktor pencetus biasanya terlibat dalam manifestasi awal psoriasis atau mengakibatkan eksaserbasi penyakit. Faktor pencetus di antaranya adalah infeksi Streptococcus, stress, merokok, dan obat-obatan tertentu seperti lithium dan beta bloker. Streptococcus  hemoliticus group A menyebabkan eksaserbasi psoriasis tipe plak kronis. Psoriasis merupakan penyakit yang dimediasi oleh sel T. Sel T yang mengenali protein Streptococcus pada saluran nafas atas dapat bereaksi silang dengan epitop keratin manusia sehingga menyebabkan terjadi eksaserbasi. Hal tersebut sejalan dengan studi kasus kontrol yang dilakukan oleh Naldi dan kawan-kawan, bahwa pasien dengan faringitis memiliki risiko 7 kali menderita serangan psoriasis dibandingkan dengan pasien yangtidak memiliki riwayat menderita faringitis.



B. MEKANISME REAKSI Reaksi jaringan yang terlihat pada psoriasis melibatkan reaksi imunologis yang kompleks pada kulit dengan komponen inflamasi yang parah dan hiperproliferasi epidermal dengan diferensiasi keratinosit yang abnormal. Setelah aktivasi unsur-unsur sistem kekebalan tubuh bawaan seperti keratinosit dan sel dendritik, ada aktivasi sel T yang sebagian besar bermigrasi ke kulit. Reseptor homing yang terlibat dalam proses ini diekspresikan pada permukaan sel-sel inflamasi, seperti antigen limfosit terkait kulit (CLA). Di bawah pengaruh sitokin seperti IL-12 dan IL23 ada pertumbuhan sub-populasi sel T fungsional tertentu. Ini termasuk sel Th1 dan sel Th17 yang pada gilirannya mengeluarkan sitokin proinflamasi seperti TNF-, IL17, dan IL-22. Hal ini menggambarkan proses inflamasi pada psoriasis, yang melibatkan sel-sel lokal seperti sel endotel, fibroblas, dan keratinosit yang pada gilirannya meningkatkan respon imun kulit melalui ekspresi molekul adhesi dan mediator lainnya. Sebagai hasil dari kaskade ini, ada migrasi signifikan granulosit neutrofilik yang dapat menyebabkan pembentukan mikroepidermal (epidermal steril yang khas). Peningkatan aktivitas proliferatif dan maturasi abnormal keratinosit menyebabkan hiperparakeratosis yang merupakan karakteristik dari psoriasis. C. PENGARUH INTERFERON GAMMA Interferon gamma (IFN-γ) merupakan mediator inflamasi yang penting pada penyakit psoriasis vulgaris. Berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan hubungan antara peningkatan kadar IFN-γ dengan derajat keparahan psoriasis vulgaris. Patogenesis psoriasis vulgaris bersifat kompleks, meliputi faktor genetik, efek imunitas, hormon, dan faktor lingkungan. Ekspresi berlebihan sitokin proinflamasi, yaitu interleukin (IL)-1, IL-6, IL-10, interferon-γ (IFN-γ), tumor necrosis factor-α (TNF-α) berperan pada patogenesis psoriasis vulgaris. Sitokin IFN-γ berperan dalam aktivasi regulasi respons imun, proliferasi dan diferensiasi sel T, sel B, makrofag, fibroblas, dan sel endothel. IFN-γ menstimulasi produksi berbagai mediator proinflamasi, misalnya IL-1, IL-6, IL-8, IL-12, IL-15, TNF, protein 10 yang diinduksi IFN (IP-10), sintesis nitric oxid synthase (Inos), kaspase-1 dan gp91phox (NOX2). IFN-γ juga menstimulasi sel dendritik (DC) untuk memproduksi IL-1 dan IL-23 yang merupakan sitokin promoting Th17 dan Th22. Studi terbaru menunjukkan sel Th17 dapat memproduksi IFN-γ. Produksi antibodi, ekspresi major histocompatibility complex (MHC) kelas I dan II pada antigen presenting cell (APC), ekspresi



intercellular adhesion molecule (ICAM)-1 pada keratinosit ditingkatkan oleh IFN-γ sebagai respons terhadap antigen. Kadar serum IFN-γ didapatkan meningkat pada pasien psoriasis vulgaris. Uyemura dkk, mendapatkan ekspresi IFN-γ ditemukan pada lesi psoriasis maupun pada kulit non lesi. Kadar serum IFN-γ berhubungan dengan derajat keparahan dan dapat digunakan untuk memonitor respons terapi pada psoriasis vulgaris. Jadali dkk. (2007), mendapatkan korelasi antara kadar serum IFN-γ dengan derajat keparahan psoriasis tipe plak sehingga mendukung peranan sel Th-1 pada patogenesis psoriasis vulgaris. Interferon-gamma diduga berperan penting dalam patogenesis psoriasis vulgaris yaitu pada awal lesi psoriasis yang ditunjukkan dengan terjadinya titik-titik lesi psoriasis pada lokasi kulit yang sebelumnya diinjeksi dengan IFN-γ. IFN-γ penting pada tahap awal psoriasis, berperan meningkatkan migrasi sel imun ke dalam kulit dan aktivasi monosit, makrofag, sel dendritik serta sel endotel. IFN-γ juga menghambat apoptosis keratinosit, berperan pada terjadinya hiperproliferasi keratinosit dan merangsang proliferasi sel epidermis. Sitokin IFN-γ berperan dalam aktivasi regulasi respons imun, proliferasi dan diferensiasi sel T, sel B, makrofag, fibroblast, dan sel endotel. IFN-γ menstimulasi produksi berbagai mediator proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, IL-12, IL-15, TNF, protein10 yang diinduksi IFN (IP-10), sintesis nitric oxid synthase (Inos), kaspase-1 dan gp91phox (NOX2). IFN-γ juga menstimulasi sel dendritik (DC) untuk memproduksi IL-1 dan IL-23 yang merupakan sitokin promoting Th17 dan Th22. Studi terbaru menunjukkan sel Th17 dapat memproduksi IFN-γ. Produksi antibodi, ekspresi MHC kelas I dan II pada antigen presenting cell (APC), ekspresi ICAM-1 pada keratinosit ditingkatkan oleh IFN-γ sebagai respons terhadap antigen. Ikatan dan sinyal IFN-γ didapatkan lemah pada psoriasis vulgaris. Reseptor IFN-γ, signal transducer dan aktivator transkripsi STAT-1 dan interferon regulatory factor-1 didapatkan menurun pada psoriasis vulgaris. IFN-γ menurunkan regulasi ekspresi enzim katalitik cathepsin-D dan glikoprotein zinc-α2 pada lesi psoriasis dan meningkatkan regulasi supresi apoptosis bcl-2. Hasil ini menunjukkan peran penting IFN-γ pada patogenesis psoriasis vulgaris, yaitu gangguan pada apoptosis dan deskuamasi. D. PENGOBATAN Penatalaksanaan psoriasis vulgaris bertujuan mengontrol penyakit, namun tidak menyembuhkan. Pengobatan sistemik berperan penting pada psoriasis derajat sedang hingga berat, saat rekuren dan penyakit aktif. Pengobatan sistemik harus



dipertimbangkan saat pengobatan lain tidak menghasilkan perbaikan klinis. Pilihan terapi sistemik yaitu metotreksat, asitretin, dan berbagai bahan biologik sebagai lini pertama, sedangkan ester asam fumarat, siklosporin A, hidroksiurea, 6-thioguanin, MMF, dan sulfasalazin sebagai lini kedua. E. DAFTAR PUSTAKA 1) Fresa N.R, Made S.A, dan Made W. 2019. Derajat Keparahan Psoriasis Vulgaris Berkorelasi Positif Terhadap Kadar HBA1C. Journal Medicina. 50 (1) : 148-154. 2) Hari Darmawan, Nopriyati. 2019. Psoriasis Vulgaris Berat Diterapi Mikofenolat Mofetil:



Tantangan



Dalam



Pengobatan.



Media



Dermato-Venereologica



Indonesiana. 46 (3) : 116-166. 3) Karina D.P, Damayanti. 2018. Profil Psoriasis Vulgaris di RSUD Dr. Soetomo Surabaya: Studi Retropektif. Journal Periodical of Dermatology and Venereology. 30 (3) : 248 – 254. 4) Mutmainna, Asrawati Sofyan, Muhammad Nasir. 2020. Psoriasis Vulgaris. Jurnal Medical Profession (MedPro). 9 (2) : 129 – 134. 5) Wardhana M, Suryawati N, Praharsini IGAA, dkk. 2018. Hubungan Antara Kadar Serum Interferon Gammadengan Derajat Keparahan Psoriasis Vulgaris. Jurnal MDVI. 45 (4) : 178 – 181.