Tugas Akhir-Sistem Icing Pada Pesawat ATR 72-600 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SISTEM DE ICING BOOT WING DAN STABILIZER PADA PESAWAT ATR 72-600



TUGAS AKHIR



Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan Jenjang Pendidikan Diploma III Program Studi Aeronautika



Disusun Oleh : Muhammad Azdi Ubaidillah 160101074



PROGRAM STUDI DIPLOMA III AERONAUTIKA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KEDIRGANTARAAN YOGYAKARTA 2019 i



ii



iii



iv



HALAMAN PERSEMBAHAN



PERTAMA : SAYA PANJATKAN PUJA DAN PUJI SYUKUR KEPADA



‫ ﷲ‬SWT



YANG TELAH MEMEBERIKAN SAYA NIKMAT IMAN ISLAM DAN SERTA SELALU DI BERIKAN KESEHATAN SEHINGGA TUGAS AKHIR INI TIDAK AKAN PERNAH SELSAI TANPA KEHENDAKNYA.



KEDUA : KEPADA JUNJUNGAN ALAM NABI BESAR MUHAMMAD



‫ﷺ‬ , YANG



TELAH MEMBAWA UMMATNYA DARI ZAMAN BERLIKU-LIKU MENUJU JALAN YANG LURUS. KETIGA : UNTUK KEDUA ORANG TUA SAYA TERIMAKASIH ATAS DO’A DAN DUKUNGANNYA TANPA MENGENAL LELAH UNTUK SELALU MENCINTAI, MENDAMPINGI DAN MENGAJARKAN SAYA SAMPAI SEBESAR INI SUPAYA SAYA MENJADI PRIBADI YANG LEBIH BAIK YANG BERGUNA BAGI AGAMA, NUSA DAN BANGSA. INAQ & AMAQ: YANG TELAH DENGAN TABAH MENJALANI SEMUA COBAAN HIDUP YANG DIHADAPINYA DAN BELIAU JUGALAH YANG MEMBERIKAN CONTOH BAHWA KITA HARUS TETAP TEGAR DAN TETAP TAWAKKAL KEPADA



‫ﷲ‬



SWT UNTUK MENJALANI HIDUP YANG PENUH



DENGAN COBAAN DAN YANG SELALU MEBERIKU SEMANGAT DAN MOTIVASI HIDUP UNTUK MENJADI ORANG YANG LEBIH BAIK DAN JANGAN LUPA BERSYUKUR ATAS NIKMAT YANG DI BERIKAN KEPADA KITA. KEEMPAT : TERIMAKASIH UNTUK KELUARGAKU SEMUANYA, ATAS DO’A DAN DUKUNGANNYA. KELIMA : TERIMAKASIH TAK TERHINGGA KEPADA GURU SAYA YANG YANG TELAH MENGAJARKAN SAYA TANPA LELAH SEHINGGA APA YANG SAYA TIDAK TAU MENJADI TAU, SEMOGA ILMU YANG TELAH DI AJARKAN KEPADA SAYA BAROKAH,BERMANFAAT UNTUK SEMUA ORANG.



v



MOTTO



“ALLAH MENCINTAI PEKERJAAN YANG APABILA BEKERJA IA MENYELESAIKANNYA DENGAN BAIK”



“BARANG SIAPA YANG KELUAR DALAM MENUNTUT ILMU MAKA IA ADALAH SEPERTI BERPERANG DI JALAN ALLAH” (H.R.TIRMIDZI)



“SEBAIK-BAIK KAMU IALAH ORANG YANG BELAJAR AL-QUR;AN DAN MENGAJARKANNYA KEPADA ORANG LAIN”



“TIADA KEYAKINANLAH YANG MEMBUAT ORANG TAKUT MENGHADAPI TANTANGAN DAN SAYA PERCAYA ALLAH SELALU BERSAMA KITA”



“BERSAMA ALQUR’AN MENGGAPAI KESUKSESAN DUNIA AKHIRAT”



“KALAU KITA LIBATKAN ALLAH DALAM URUSAN KITA ,MAKA ALLAH SENDIRI YANG MELIBATKAN MANUSIA UNTUK MENYAYANGI KITA”



“SUSAH-SENANG INGAT ALLAH”



vi



KATA PENGANTAR



Assalamualaikum. Wr. Wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan sehat dan lancar. Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk dapat menyelesaikan Studi D-3 Aeronautika di Sekolah Tinggi Teknolgi Kedirgantaraan Yogyakarta. Selama penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik itu secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak yang berupa bimbingan, nasehat, saran-saran dan petunjuk yang sangat berguna. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan lancar. 2. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak memberikan seluruh dukungannya baik nasihat maupun do’a. 3. Bapak marsda TNI (Purn) H. Udin Kurniadi, S.E.,M.M. Selaku Ketua Pelaksana Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan Yogyakarta. 4. Ibu Vidyana Mandrawaty, S.E.,M.M. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan Yogyakarta. 5. Bapak Heru Susanto S.Pd.T.,M.Eng. Selaku Kaprodi D-3 Aeronautika. 6. Bapak Sugiri, A.Md.,S.Pd.,M.Eng. Selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir. 7. Seluruh Dosen dan Staff



Karyawan Sekolah Tinggi Teknologi



Kedirgantaraan Yogyakarta. 8. Teman seperjuangan Aeronautika 2016



vii



Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis menyadari masih terdapat beberapa kekurangan, sehingga penulis mengharapkan saran, kritik dan pendapat dari pembaca untuk memperbaiki dan melengkapi kekurangan yang ada dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.



Bantul, 15 Agustus 2019 Penulis



Muhammad Azdi Ubaidillah NIT . 160101074



viii



SISTEM DE ICING BOOT WING DAN STABILIZER PADA PESAWAT ATR 72-600 1



Muhammad Azdi Ubaidillah dan Sugiri, A.Md.,S.Pd.,M.Eng



2



INTISARI Pesawat ATR 72-600 salah satu jenis pesawat modern saat ini yang dirancang agar dapat melakukan penerbangan yang cukup tinggi, misalnya pada ketinggian 35.000 kaki atau kurang lebih 11.000m di atas permukaan laut. Terbang pada ketinggian lebih dari 35.000 kaki juga bertujuan untuk menghindari cuaca buruk dan mengurangi turbulensi yang terjadi. Pada pesawat ATR 72-600, penurunan suhu yang terjadi akan semakin besar pada ketinggian 35.000 kaki di atas permukaan laut, bahkan suhunya bisa mencapai -40ᵒC. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya pembentukan es. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya icing khususnya pada bagian wing dan stabilizer dilakukan cara penyaluran udara ke boot untuk memecahkan es yang menempel pada bagian wing dan stabilizer, sehingga performance dari bagian tersebut tetap stabil dan terhindar dari es. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan memahami sistem kerja dan cara pencegahan kerusakan sistem de icing boot wing dan stabilizer pada pesawat ATR 72-600. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dimana penulis menjelaskan tentang sistem de icing boot wing dan stabilizer secara umum. Analisis data yang digunakan yaitu analisis kualitatif yang hanya pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi observasi terhadap sistem de icing boot wing dan stabilizer, wawancara dan studi pustaka dengan mengumpulkan sumber-sumber data dari buku atau referensi lain seperti AMM (Aircraft Maintenance Manual). Hasil penelitian ini adalah sistem kerja de icing boot wing dan stabilizer biasanya dipilih dalam kondisi sudah terbentuknya formasi es saja. Wing dan stabilizer de icing dipompa oleh pneumatic de icers terdiri dari boot A dan B, dengan bergantian oleh udara bertekanan tinggi dari kompresor engine 1 dan 2. Komponen yang terdapat pada sistem de icing boot ialah multifunction computer, pressure regulator and shut-off valves, dual distributor valves, pneumatic de icers, pressure switch, overheat thermal switch dan display unit. Cara mencegah kerusakan pada de icing boot diharuskan untuk membersihkan abrasion akibat pasir, kondisi debu dan karena sudah lama penggunaannya. Bagian de icing boot pesawat akan dibersihkan dengan air bersih dan sabun non asam (castile soap).



Kata kunci : pembentukan es, sistem de icing boot, penelitian deskriptif 1 2



Taruna Program Studi Aeronatuika STTKD, Yogyakarta Dosen Pembimbing Program Studi Aeronautika STTKD, Yogyakarta



ix



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v MOTTO .......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................... vii INTISARI ....................................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Batasan Masalah ................................................................................... 3 C. Rumusan Masalah ................................................................................ 3 D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4 E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 4 F. Keaslian Penelitian ............................................................................... 5 G. Sistematika Penulisan ............................................................................ 5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 7 B. Landasan Teori ..................................................................................... 9



BAB III METODE PELAKSANAAN A. Desain Penelitian ................................................................................. 23 B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 23 x



C. Jenis Data ............................................................................................. 24 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 25 E. Teknik Anlisis Data .............................................................................. 26 F. Langkah-Langkah Penelitian ................................................................ 37



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .................................................................................... 28 B. Pembahasan .......................................................................................... 30



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 42 B. Saran ..................................................................................................... 43



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



xi



DAFTAR TABEL



Tabel 2.1 Matrik Perbandingan Penelitian Pembahasan Icing ...................... 8



xii



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.1 Pesawat ATR 72-600 ................................................................ 9 Gambar 2.2 Bagian dari Pesawat Terbang ................................................... 11 Gambar 2.3 Efek Es pada Bagian Wing dan Stabilizer ................................ 14 Gambar 2.4 De Icing Boot ........................................................................... 17 Gambar 2.5 Standar Atmosfer ...................................................................... 23 Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian .................................................... 28 Gambar 4.1 Benda Airfoil Bergerak Diudara ............................................... 31 Gambar 4.2 Pneumatic De Icing Schematic ................................................. 36 Gambar 4.3 Control And Indicating ............................................................. 39 Gambar 4.3 Control And Indicating ............................................................. 40 Gambar 4.4 De Icer Boot Location .............................................................. 42



xiii



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1 : Desain Penelitian Lampiran 2 : Wawancara



xiv



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah Pesawat udara merupakan suatu kemajuan teknologi yang sangat luar biasa bagi dunia. Melalui pesawat udara, akses hubungan antar negara di dunia semakin mudah. Saat ini masyarakat sudah mulai memilih menggunakan transportasi udara dari pada transportasi umum lainnya dengan alasan cepat serta faktor keselamatan dan keamanan yang tinggi. Khusus bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan, pesawat udara mampu menghubungkan beberapa pulau di Indonesia. Setiap orang mampu berpindah dari satu pulau ke pulau lain hanya dengan menghabiskan waktu yang relatif cepat. Hal ini membuat pesawat udara menjadi salah satu transportasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat telah meningkatkan mutu pelayanan penerbangan dan juga mampu menciptakan alatalat penerbangan canggih serta beraneka ragam. Perkembangan teknologi penerbangan mempunyai dampak positif terhadap keselamatan penerbangan dalam dan luar negeri. Salah satu jenis pesawat modern saat ini adalah ATR 72-600 yang dirancang agar dapat melakukan penerbangan yang cukup tinggi, misalnya pada ketinggian 35.000 kaki atau kurang lebih 11.000m di atas permukaan laut. Kemampuan pesawat ATR 72-600 terbang di ketinggian 35.000 kaki bertujuan 1



agar penumpang lebih aman dan nyaman serta bahan bakar yang dibutuhkan pesawat lebih irit, sehingga memungkinkan terbang lebih jauh dengan membawa beban lebih banyak. Selain itu, terbang pada ketinggian lebih dari 35.000 kaki juga bertujuan untuk menghindari cuaca buruk dan mengurangi turbulensi yang terjadi. Pada pesawat ATR 72-600, penurunan suhu yang terjadi akan semakin besar pada ketinggian 35.000 kaki di atas permukaan laut, bahkan suhunya bisa mencapai -40ᵒC. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya pembentukan es. Selain itu, faktor cuaca buruk seperti salju juga penyebab terjadinya es pada permukaaan pesawat ATR 72-600 seperti wing dan stabilizer. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya icing khususnya pada bagian wing dan stabilizer dilakukan cara penyaluran udara ke boot untuk memecahkan es yang menempel pada bagian wing dan stabilizer, sehingga performance dari bagian tersebut tetap stabil dan terhindar dari es. Tumpukan es yang menempel pada wing dan stabilizer dapat dihindari dengan penggunaan sistem de icing boot. Setelah diamati fungsi dan peranan dari wing dan stabilizer, maka berdasarkan sistem pengoperasiannya sistem proteksi yang sesuai digunakan pada wing dan stabilizer adalah de icing. Namun penggunaan udara pada de icing boot wing dan stabilizer dapat berbahaya bila terjadi kerusakan pada boot, yaitu bila pengoperasiannya melebihi batas yang ditentukan maka akibatnya dapat merusak material yang ada pada



2



wing dan stabilizer, komponen-komponen yang ada khususnya pada bagian boot yang berfungsi untuk memecahkan es.



B. Batasan Masalah Pesawat ATR 72-600 memiliki beberapa sistem de icing boot yaitu wing, stabilizer, engine, propeller. Peneliti akan membatasi permasalahan pada salah satu sistem pesawat ATR 72-600 yaitu sistem de icing boot wing dan stabilizer. Secara umum peneliti akan membahas tentang sistem kerja, dan cara pencegahan kerusakan pada de icing boot wing dan stabilizer.



C. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut maka masalah yang akan di cari jawabannya adalah: 1. Bagaimana sistem kerja de icing boot wing dan stabilizer pada pesawat ATR 72-600 ? 2. Bagaimana cara pencegahan kerusakan de icing boot wing dan stabilizer pada pesawat ATR 72-600 ?



3



D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui sistem kerja de icing boot wing dan stabilizer pada pesawat ATR 72-600. 2. Mengetahui cara pencegahan kerusakan sistem de icing boot wing dan stabilizer pada pesawat ATR 72-600.



E. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Bagi Pembaca a. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pembaca untuk menambah ilmu pengetahuan dan informasi tentang sistem sistem de icing boot wing dan stabilizer pada pesawat ATR 72-600. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Hasil penelian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian lebih detail tentang sistem de icing boot wing dan stabilizer pada pesawat ATR 72-600. b. Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti sistem lainnya pada pesawat ATR 72-600 seperti sistem de icing pada engine dan propeller.



4



F. Keaslian Penelitian Penelitian ini adalah hasil karya pribadi dan belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian yang pernah ditulis selama ini hanya terbatas mengenai “Engine Inlet Anti-icing” Pada Pesawat Boeing 737-800 (Irsal, 2011), “Ice Detector” Pada Pesawat CRJ 1000 (Aditya, 2015) dan “flight deck window anti icing” pada Boeing 737-800NG (Mukhlisin) sehingga penelitian ini membahas tentang “sistem de Icing boot wing dan stabilizer” pada pesawat ATR 72-600.



G. Sistematika Penulisan Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menguraikan dari isi setiap bab dalam sistematika penulisan sebagi berikut : BAB I PENDAHULUAN Menggambarkan secara singkat tentang dunia penerbangan dimasa kini serta hal yang akan dibahas dalam tugas akhir ini



mencakup tentang



pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab seperti latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, keaslian penelitian tugas akhir, tujuan penelitian, serta manfaat dari penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini penulis berusaha menerangkan apa yang menjadi tinjauan pustaka dan landasan teori sebagai pendukung dalam penelitian tugas akhir ini yang menyangkut tentang sistem de icing boot wing dan stabilizer. 5



BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan dibahas tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, teknis dalam pelaksanaan penelitian yang termasuk di dalamnya metode pengumpulan data, bahan penelitian, langkah penelitian dan analisis data. BAB IV PEMBAHASAN Titik puncak dalam penelitian yang di bahas akan dicantumkan dalam bab ini, dalam bab ini akan di uraikan tentang inti dari isi penelitian serta sebagian besar permasalahan yang terdapat dalam tugas akhir ini dan cara penanganannya. BAB V PENUTUP Penulisan tugas akhir ini penulis memberikan beberapa kesimpulan yang di dapat dari pembahasan yang telah tercantum dalam bab sebelumnya serta saran-saran dan masukan untuk pembaca dan instansi lain yang terkait. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



6



BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI



A. Tinjauan Pustaka Menurut Irsal, (2011), selain pada wing and stabilizer, anti-icing juga terdapat pada engine. “Engine Inlet Anti-Icing” juga berperan dalam proses pencegahan terjadinya es pada permukaan cowl engine. Pada engine antiicing system ini membahas tentang overheat pada engine anti-icing. Menurut Mukhlisin, (2014), “Flight Deck Window Anti-icing” juga menjelaskan tentang adanya trouble yang terjadi pada flight deck window anti-icing yaitu pada kabel konektor antara komponen window heaeter dan komponen applicable window heat control unit. Menurut Aditya, (2015), pada ice rain protection terdapat “Ice Detector” yang merupakan salah satu bagian yang sangat penting pada pesawat terbang yang berfungsi sebagai sensor untuk mendeteksi es yang menempel di badan pesawat ketika melakukan suatu penerbangan. Perbedaan penelitian tentang pembahasan ice and rain protection



system hanya membahas tentang engine, fligh deck window dan ice detector. Maka dari itu penelitian ini membahas tentang sistem de icing boot wing dan stabilizer pada pesawat ATR 72-600 yaitu menggunakan udara dari engine 1 dan 2 untuk memompa de icing boot . Manfaat dari sistem de icing boot



7



wing dan stabilizer pada pesawat ATR 72-600 ini adalah untuk mencegah terjadinya es terutama pada bagian permukaan wing dan stabilizer.



Tabel 2.1 Matrik perbandingan penelitian dengan pembahasan icing TAHUN JUDUL POKOK BAHASAN PENELITIAN 2011/Irsal



PENELITIAN Engine Inlet Anti



“Engine Inlet Anti Icing” berperan dalam



Icing



proses



pencegahan



terjadinya



espada



permukaan cowl engine. Pada engine antiicing system ini membahas tentang overheat pada engine anti-icing 2014/Mukhlisin



Fligh Deck



“Flight Deck Window Anti-icing” juga



Window Anti



menjelaskan tentang adanya trouble yang



Icing



terjadi pada flight deck window anti-icing yaitu pada kabel konektor antara komponen window heaeter dan komponen applicable window heat control unit.



2015/Aditya



Ice Detector



“Ice Detector” merupakan salah satu bagian yang sangat penting pada pesawat terbang yang



berfungsi



sebagai



sensor



untuk



mendeteksi es pada pesawat terbang.



8



B. Landasan Teori 1. Pesawat ATR 72-600



Gambar 2.1 Pesawat ATR 72-600 (Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/ATR_72)



Pesawat



ATR



72



yang



ditunjukkan



pada



Gambar



2.1



dikembangkan dari ATR 42. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan kapasitas penumpang dari 48 menjadi 78 dengan memperpanjang fuselage pesawat sebesar 4.5m



(14ft 9in), meningkatkan bentang wing,



memberikan mesin yang lebih bertenaga dan meningkatkan kapasitas bahan bakar hingga 10%. ATR 72 diluncurkan tahun 1986 dan melaksanakan penerbangan perdananya pada 27 Oktober 1988. Tepat satu tahun setelah itu, pada 27 Oktober 1989 Finn Air menjadi maskapai pertama yang menggunakan pesawat tersebut dalam penerbangan.



9



Penumpang memasuki pesawat menggunakan pintu belakang yang sangat jarang digunakan dalam pesawat penumpang sedangkan pintu depan digunakan untuk memasukkan kargo. Stick stabilizer harus dipasang ketika penumpang keluar atau memasuki pesawat dalam kasus jika nose pesawat terangkat, yang sering terjadi jika kargo dan penumpang keluar masuk dengan prosedur yang salah. Pesawat ATR tidak memiliki APU (Auxiliary Power Unit) seperti pesawat lain,APU (Auxiliary Power Unit) hanya merupakan opsi tambahan dan akan diletakkan di bagian kargo C4. Sebagian besar pesawat dilengkapi dengan rem propeller biasanya disebut sebagai (Hotel Mode) yang menghentikan propeller pada engine kanan, memungkinkan engine untuk menyala dan menyediakan udara dan tenaga untuk pesawat tanpa memutar propeller. Rem propeller tersebut merupakan penggunaan yang tidak penting, dan banyak maskapai melepas rem tersebut, dan akhirnya perusahaan menghilangkannya dari pesawat sepenuhnya. Hal ini menghilangkan kebutuhan berat tambahan dan pengeluaran untuk perawatan APU (Auxiliary Power Unit) dan rem propeller (ATR, 2013, 72-600 Airplane Characteristics).



10



2. Deskripsi Pesawat Terbang Secara Umum Pesawat terbang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat beroperasi untuk melakukan penerbangan dengan aman. Mulai dari bentuknya yang airfoil sampai pada pemasangan instrument-instrument yang berfungsi untuk keselamatan penerbangan sangat diperhatikan. Pesawat terbang terdiri dari bagian-bagian utama seperti terlihat pada Gambar 2.2 berikut ini (Aeroengineering.co.id).



De Icing Boot



Wing De Icing Boot Stabilizer Engine



Fuselage



Propeller



Landing Gear



Gambar 2.2 Bagian-Bagian Dari Pesawat Terbang (Sumber :Aircraft Maintenance Manual)



11



a. Fuselage (badan pesawat terbang) b. Wing (sayap pesawat terbang) c. Stabilizer (bagian penyeimbang dari pesawat) d. Landing gear (alat pendaratan) e. Powerplant (sumber energi pada pesawat) f. Propeller (baling-baling pesawat) g. Wind shield ( jendela pesawat)



3. Bagian-Bagian yang Menggunakan Ice Protection Aircraft Maintenance Manual (AMM) ATA 30 dan training manual menjelaskan tentang pengertian, prinsip kerja, dan komponenkomponen yang mendukung dari Ice And Rain Protection. Ice protection pada pesawat bertujuan untuk menjaga area pada pesawat seperti wing and stabilizers, window, engine, propeller, angel of attack dan pitot tube agar terbebas dari es,salju, dan lain-lain dengan menggunakan anti-icingdan de-icing. Penumpukan es yang terjadi pada pesawat sulit dihindari karena pada kondisi di mana kadar air tinggi dan temperatur udara di bawah 0°C titik beku air maka sistem proteksi es pada pesawat biasanya berupa sistem yang bersifat preventif dan antisipatif. Sistem proteksi pada pesawat



secara



umum



terbagi



dua



yaitu



sistem



yang



tidak 12



memperbolehkan terjadinya es sama sekali yang bisa disebut dengan antiice system dan sistem yang berfungsi untuk menghilangkan esapabila sudah terbentuk es yang disebut de-icing system. Pada negara yang memiliki musim dingin, sebelum pesawat lepas landas maka di perlukannya proses de-icing dengan menyemprotkan cairan kimia propylene glycol atau ethylene glycol ke seluruh badan pesawat. Hal ini bertujuan agar es tidak mudah terbentuk. Pada prinsipnya, zat kimia ini berfungsi untuk menurunkan titik beku air sehingga tidak akan membeku pada suhu di bawah 0 derajat celcius. Pada beberapa kondisi cuaca, es dapat dengan mudah terbentuk pada airfoil dan air inlet. Tipe es yang akan ditemui pesawat ada dua macam, yaitu embun beku (rime ice) dan lapisan es (glize ice). Embun beku terbentuk ketika water drop kecil dan membeku sangat cepat sebelum water drop menyebar. Sementara lapisan es (glieze ice) terbentuk ketika supercooled water droplets menabrak bagian wing dan membeku ketika bergerak melewati wing and stabilizer. Es dapat dihilangkan dengan berbagai cara, yaitu dengan menggunakan udara dari engine 1 dan 2 untuk menghilangkan es permukaan, dan elemen listrik sebagai pemanas. Seperti yang telah diketahui jika pesawat terbang yang sedang beroperasi



melintasi



daerah



dengan



kondisi



geografis



yang



memungkinkan terdapatnya embun ataupun terbentuknya es. Maka tidak 13



menutup kemungkinan pada bagian dari pesawat terbang akan terjadi gumpalan es. Es yang menempel pada pesawat terbang diakibatkan oleh adanya titik-titik air tersebut terjadi pada temperature rendah di mana pada suhu tersebut air dapat membeku. Pembentukan es terjadi pada saat penerbangan melintasi daerah yang mempunyai temperature udara di bawah 10°C dan di atas -40°C ditunjukkan pada Gambar 2.3 di bawah ini (Aircraf Maintenance Manual, Chapter.30 ).



Gambar 2.3 Efek Es pada Bagian Wing dan stabilizer (Sumber :Aircraft Maintenance Manual)



Faktor es tersebut merupakan suatu hal yang dapat mengganggu beroperasinya pesawat terbang misalnya : a. Angel of Attack (AOA) Jika sensor dari AOA (Angel of Attack) tertutup oleh es, maka informasi yang diberikan pada indikator dari AOA tersebut tidak akan akurat lagi, sedangkan AOA indikator sangat berguna bagi pilot untuk 14



menentukan berapa sudut serang yang dibentuk oleh pesawat terbang Aditya, (2015). b. Pitot Tube Jika lubang dari pitot tube tertutup oleh es, maka tekanan dinamik dan statik yang diperlukan untuk informasi Air Speed Indicator (ASI), Vertical Speed Indicator dan Altimeter tidak dapat masuk, sehingga indikator-indikator tersebut tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya Aditya, (2015). c. Wing dan Stabilizer Begitu pula jika wing tertimbun es, maka dalam batasan tertentu es tersebut akan mengubah bentuk aerodinamiknya, sehingga mengakibatkan situasi yang berbahaya, seperti penurunan lift (gaya angkat) dan perubahan terhadap keseimbangan berat dari wing. Jika ditinjau fungsi dari stabilizer itu sendiri yaitu sebagai stabilisator, maka seandainya terdapat timbunan/gumpalan es pada bidang stabilizer sudah dapat dipastikan faktor yang mendukung pesawat terbang supaya seimbang sudah tidak ada lagi, sehingga perubahan dari sumber lateral, longitudinal dan vertical karena bergeraknya pesawat terbang sulit untuk dikendalikan Aditya, (2015).



15



d. Propeller Seperti



diketahui



bahwa



propeller



berfungsi



untuk



menghasilkan gaya dorong, maka jika blade dari propeller tertimbun es akan mengakibatkan putaran dari blade terhambat, atau bahkan tidak dapat digerakkan lagi (rusak), sehingga gaya dorong yang diperlukan untuk beroperasinya pesawat terbang tersebut akan mengalami pengurangan dan mungkin tidak ada lagi. Hal tersebut bisa mengakibatkan faktor keselamatan penerbangan akan terganggu Irsal, (2011). e. Wind shield Berdasarkan



peraturan



yang



ada



bahwa



pilot



bisa



mengoperasikan pesawat terbangnya dengan dua cara, yaitu secara visual dan instrumen. Pada saat pilot mengoperasikan pesawat terbangnya secara visual tentu saja faktor utama yang berperan adalah mata pilot dan wind shield dari pesawat terbang itu sendiri. Jika pada wind shield tersebut terjadi embun atau bahkan gumpalan es, maka mengoperasikan pesawat terbang secara visual membahayakan keamanan dari penerbangan. Setelah kita analisa ternyata begitu banyak masalah yang timbul jika pesawat terbang melintasi daerah yang sedang mengalami hujan terutama daerah dengan kondisi geografis yang memungkinkan terbentuknya es pada pesawat terbang. 16



Oleh karena itu sangat diperlukan suatu sistem, di mana sistem tersebut dapat melindungi/memproteksi pesawat terbang terhadap es terutama bagian-bagian tertentu dari pesawat terbang yang tidak diperkenankan tertimbun es atau terselimuti embun Mukhlisin, (2014).



4. Sistem Proteksi Berdasarkan sistem pengoperasiannya, proteksi terhadap es tersebut terbagi dua bagian yaitu : a. De Icing De icing



adalah



suatu



sistem



yang berfungsi



untuk



menghilangkan atau merusak tumpukan atau gumpalan es yang telah terjadi atau terbentuk. Jadi dalam sistem de icing ini es diperkenankan untuk tetap ada selama tidak mempengaruhi bentuk aerodinamik dari suatu komponen. Tetapi apabila es telah melebihi range atau batas yang telah ditentukan, makasistem proteksi ini akan beroperasi dengan menggunakan timer sebagai pengontrol waktu beroperasinya sistem proteksi tersebut (Aircraf Maintenance Manual, Chapter.30 ).. b. Anti Icing Anti icing adalah sistem yang berfungsi untuk mencegah terjadinya es. Pada sistem anti icing ini, sistem terus beroperasi sehingga es tidak dapat terbentuk pada bagian-bagian yang tidak 17



diperkenankan



tertimbun



es



(Aircraf



Maintenance



Manual,



Chapter.30 ).



5. Metode Proteksi Sedangkan menurut metodenya, sistem proteksi terhadap es, terbagi 3 yaitu : a.



Fluida Fluida adalah sistem cairan pemecah es dengan cara menggunakan zat kimia. Di mana zat kimia tersebut menghancurkan kontak antara es dan air, serta bisa juga disemprotkan ke permukaan seperti



pada



wind



shield



(Aircraf



Maintenance



Manual,



Chapter.30 ).Pneumatic Pneumatic adalah merupakan sistem pemecah es yang sudah terbentuk. Adapun sistem ini terdiri dari inflatable yang terbuat darikaret elastis. Bentuk tubenya seperti tabung yang tipis dan biasanya diletakkan mengelilingi permukaan airfoil pada bagian wing dan stabilizer yang ditunjukkan pada Gambar 2.4 berikut ini (Aircraf Maintenance Manual, Chapter.30 ) .



18



Gambar 2.4 De Icing Boots (Sumber :http://www.ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/teoripenerbangan-mainmenu-68/106-icing-anti-ice-dan-de-ice) 1) Karet yang dibuat tipis 2) Bentuk dari tube akan terlihat bila karet mengembung 3) Karet akan kembali rata bila tidak mengembung



b.



Thermal Adapun sistem pemecah es dengan menggunakan temperature tinggi atau panas dapat menggunakan 3 metode, yaitu : 1) Hot air bleed Pada metode ini, udara panas yang berasal dari compressor pada engine dimanfaatkan untuk menghancurkan atau mencegah terjadinya es Yogi, (2018) .



19



2) Combustion heating Udara panas yang berasal dari combustion heating heat exchanger digabung dengan sisa gas dari sistem turbine engine, sehingga dapat mengatasi atau menghindari terbentuknya es Yogi, (2018). 3) Electrical heating Sedangkan pada electrical heating, yang digunakan untuk mengatasi terbentuknya es adalah efek panas yang berasal dari arus listrik yang mengalir Yogi, (2018).



6. Faktor Geografis Dalam dunia penerbangan, faktor geografis sangat menentukan beroperasinya suatu pesawat terbang dalam jalurnya. Faktor geografis yang perlu diperhatikan (Daljoeni,1982) yaitu :



a. Iklim Iklim adalah cuaca rata-rata tahunan diwilayah yang lebih luas. Iklim yang berpengaruh dominan disuatu wilayah negara ditetapkan sekurang-kurangnya dengan merata-ratakan cuaca selama 30 tahun. b. Atmosfer Atmosfer adalah udara yang menyelimuti bumi. Massa udara yang membungkus badan bumi turut bergerak searah dengan arah 20



gerak rotasi bumi, sehingga di atmosfer bumi yang beratnya sekitar 5600 juta ton tidak mengganggu apa-apa yang terdapat dipermukaan bumi. Massa udara tersebut mengandung gas, zat padat dan zat cair. Atmosfer bumi terdiri dari lapisan-lapisan udara yang langsung berpengaruh terhadap peristiwa cuaca dan iklim. c. Udara Udara adalah tekanan fluida yang terdiri dari berbagai gas yang mempunyai sifat-sifat dan kegunaan satu sama lainnya. Udara pun mempunyai komposisi, suhu, tekanan serta mempunyai kelembapan, kekentalan dan kerapatan. d. Tekanan Udara Tekanan udara adalah suatu gaya yang bekerja pada satu satuan luas bidang. Mengukur tekanan udara menggunakan alat yang disebut barometer dan manometer. Barometer dipergunakan untuk mengukur tekanan udara didalam ruangan yang terbuka, sedangkan manometer dipergunakan untuk mengukur tekanan udara didalam ruangan yang tertutup. Sebuah pesawat terbang yang akan melakukan suatu penerbangan pada suatu wilayah harus diperhatikan faktor geografis daerah tersebut. Pada dasarnya sebuah pesawat terbang harus dapat beroperasi normal walaupun wilayah yang dilalui mempunyai iklim, cuaca, ketinggian dan tekanan berbeda. Contohnya apabila pesawat 21



terbang akan melakukan penerbangan pada daerah yang bersalju atau bercuaca dingin, maka pesawat terbang tersebut harus mampu terbang dengan performance yang sama seperti pada saat cuaca normal. Apabila pesawat terbang broperasi pada daerah bersalju atau bercuaca dingin, maka tidak menutup kemungkinan pada pesawat terbang terbentuk es. Pembentukan es merupakan suatu yang sangat membahayakan bagi pesawat terbang yang sedang melakukan penerbangan. Maka untuk keselamatan penerbangan, pesawat terbang dilengkapi dengan instrument atau komponen yang mendukung keselamatan pesawat terbang itu sendiri Aditya, (2015). Hubungan antara suhu dan lapisan udara terhadap ketinggian suatu pesawat terbang dapat dilihat pada Gambar 2.5 sebagai berikut.



22



Gambar 2.5 Standar Atmosfer (Sumber :http://agungprabowo1990.tekanan-suhudan-density-udara.html)



23



BAB III METODE PENELITIAN



A. Desain Penelitian Setiap melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat beguna dengan baik dan sistematis. Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Nazir, 2015 hlm. 84). Penyusunan desain penelitian adalah tahap perencanaan penelitian yang biasanya disusun secara logis dan mampu memvisualisasikan rencana dan proses penelitian secara praktis. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kuantitatif.metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,(sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, tekhnik pengumpulan dengan tri-anggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan arti dari pada generalisasi (Sugiono 2011). Pada pesawat ATR 72-600, sistem de icing boot wing dan stabilizer merupakan salah satu bagian yang tidak boleh diabaikan karena berdampak fatal apabila tertimbun es dan mengalami kerusakan. Oleh karena itu sistem de icing boot membutuhkan perawatan maintenance sesuai dengan panduan 24



AMM (aircraft maintenance manual). Desain penelitian ini secara keseluruhan diilustrasikan pada lampiran 1.



B. Waktu dan Tempat Penelitian



Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Maret sampai dengan 1 April 2019. Adapun tempat penelitan di Line Maintenance PT GMF AeroAsia Bali. PT GMF AeroAsia Tbk adalah perusahaan internasional yang mempekerjakan sekitar 4300 karyawan yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini memberikan layanan pesawat dari berbagai jenis dan merupakan salah satu fasilitas perawatan pesawat terbesar di Asia.



C. Jenis Data Sumber data dalam suatu penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Apabila penelitian menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu dan apabila penelitian menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatan yang menjadi sumber data. Dalam penelitian ini menggunakan berbagai macam data-data. Adapun data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data Primer Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari 25



sumbernya secara langsung dengan melakukan observasi dan wawancara kepada Engineer atau Mekanik di PT GMF AeroAsia Ngurah Rai Bali. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari buku-buku, serta dokumen perusahaan. Dokumen ini diperoleh secara tidak langsung (diperoleh atau dicatat oleh pihak lain) baik melalui studi pustaka maupun data dari perusahaan antara lain, AMM, JIC, TSM, FIM, dan dari Internet.



D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data ini merupakan cara-cara untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga data-data yang dipergunakan menjadi sempurna dan dapat dipertanggungjawabkan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode Observasi Lapangan Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi langsung dengancara pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti.Metode observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung pada sistem de icing boot wing dan stabilizer pada pesawat ATR 72-600.



26



2. Metode Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penulisan Tugas Akhir ini dengan Tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara secara responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara. Materi yang diperoleh dalam penelitian ini didapatkan dengan cara mewawancarai sumber-sumber terkait yang telah memahami tentang masalah yang akan dibahas oleh Engineer maupun dosen pembimbing berpengalaman. 3. Studi Pustaka Studi pustaka adalah metode pengumpulan data dengan cara mencari informasi melalui buku-buku majalah, dan lainnya. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara mencari atau mengumpulkan sumber-sumber data dari buku atau referensi lain seperti website maupun maintenance manual serta training manual yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini yang ada kaitannya dengan pembahasan.



E. Teknik Analisa Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengklasifikasikan hal-hal yang dianggap penting dengan melakukan pembahasan dan membuat sebuah kesimpulan, sehingga mudah 27



dipahami oleh peneliti dan pembaca. Penelitian ini termasuk kualitatif, dimana pembahasan dilakukan dengan bentuk deskripsi yaitu berupa penjelasan menggunakan bahasa dan kalimat serta gambar yang jelas.



F. Langkah-Langkah Penelitian Langkah penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :



Mulai Studi literarur Pengambilan data de icing boot wing dan stabilizer Mempersiapkan alat dan bahan Melakukan visual check pada bagian de icing boot wing dan stabilizer



Mengolah data hasil penelitian kesimpulan Selesai



Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian



28



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A. HASIL PENELITIAN Dari penelitian yang telah dilakukan pada pesawat ATR 72-600, maka peneliti menemukan beberapa hasil sebagai berikut : 1.



Sistem kerja de icing pada wing dan stabilizer dipilih dalam kondisi sudah terbentuknya formasi es saja. De icing boot wing dan stabilizer dipompa oleh pneumatic secara bergantian oleh udara bertekanan tinggi dari kompresor engine 1 dan 2. Bagian terproteksi dari outer wing deicers diperluas dengan median dan inner wing de icers. Udara dari bleed air didistribusikan untuk de-icers boot melalui tangki dual distributor valves dan dikontrol oleh MFC untuk mengatur cycle sehingga gumpalan es akan pecah dan hilang dari bagian wing dan stabilizer.



2.



Cara mencegah kerusakan pada de icing boot dilakukan dengan cara perawatan yang dilakukan oleh mekanik yang berpengalaman untuk bagian perbaikan de icing boot pastikan area kerja yang bersih dan jelas alat dan barang-barang lain dari peralatan. De icing boot diharuskan untuk membersihkan abrasion akibat pasir, kondisi debu karena sudah lama penggunaannya. oleh karena itu penting untuk menghindari jenis kerusakan lainnya seperti damage atau dent yang disebabkan oleh alat



29



pemeliharaan. Dikarenakan Posisi mereka yang berdekatan dengan engine, de icer boot tertentu akan terkontaminasi dengan minyak engine, cairan hidrolik, dan gas pembuangan dari engine. mereka akan dibersihkan saat terkontaminasi dan de icer boot pesawat akan dibersihkan dengan air bersih dan sabun non asam (castile soap). 3.



Cara penghapusan dan memasang de icing boot wing dan stabilizer Langkah- langkah yang harus dilakukan sebagai berikut : a. Gunakan tangga untuk mengakses ke bagian leading edge wing dan stabilizer. b. Menurut



peraturan



penerbangan,



peringatan



tampilan



operasi



melakukan sistem pneumatik penghapusan de icing boot wing dan stabilizer dengan melihat panduan aircraft maintenance manual (AMM) c. Semua de icer boot pada wing dan stabilizer setelah dilakukan penghapusan maka harus dilakukan pemasangan lagi dengan yang baru. d. Penghapusan dan pemasangan de icer wing dan stabilizer dilakukan di workshop. e. Setelah pemasangan de icing boot. uji pengoperasian menggunakan udara bertekanan. f. Apabila semua dilakukan sudah selsai, pastikan bahwa area kerja bersih,terhindar dari alat peralatan dan terhindar dari kerusakan lagi. 30



B. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian diatas dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut : 1. Proteksi Terhadap Wing Dan Stabilizer Faktor utama/mutlak yang menyebabkan pesawat dapat terbang adalah bentuknya yang airfoil, karena benda-benda yang memiliki bentuk airfoil bila digerakkan pada aliran udara akan menghasilkan reaksi udara, seperti terlihat pada Gambar 4.1 berikut ini :



Gambar 4.1 Benda Berbentuk Airfoil Bergerak Di Udara (Sumber : Aircraft Maintenance Manual)



Diantara benda-benda yang berbentuk airfoil yang dipasang pada pesawat terbang adalah wing dan stabilizer. Dengan bentuknya yang airfoil tekanan pada permukaan atas dari wing lebih kecil dibandingkan dengan tekanan pada permukaan bawahnya, sehingga wing tersebut dapat menghasilkan lift.



31



Wing didesain sedemikian rupa dengan berat yang ringan namun memiliki kekuatan yang handal. Jika pada bagian permukaan atas dari wing terjadi tumpukan atau gumpalan es hal ini akan mengakibatkan penambahan drag pada wing, yang berpengaruh terhadap lift (gaya angkat). Selain dari itu gumpalan atau tumpukan es pun akan mempengaruhi performance wing yang telah didesain dengan untuk menambahah gaya lift (gaya angkat). Bila ditinjau fungsi dari stabilizer yaitu untuk menghasilkan gaya tambahan keatas atau kebawah yang berguna untuk mengimbangi momen yang disebabkan oleh letak keempat gaya utama, yaitu gaya angkat, berat, dorong, dan hambatan udara. Sehingga jika timbunan/gumpalan es yang menempel pada bagian-bagian dari stabilizer melebihi range yang ada, maka peran stabilizer sebagai penyeimbang tersebut sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Mengatasi agar tumpukan atau gumpalan es yang menempel pada wing and stabilizer tersebut tidak mengganggu pengoperasian suatu pesawat terbang maka diperlukan suatu sistem de icing boot. Setelah kita amati fungsi dan peranan dari wing and stabilizer, maka berdasarkan sistem pengoperasiannya, sistem proteksi yang sesuai digunakan pada wing and stabilizer adalah de-icing, sedangkan metoda yang dapat digunakan pneumatic.



32



a. Deskripsi Alat Wing merupakan bagian utama dari pesawat terbang yang menghasilkan lift, begitupun dengan stabilizer. Wing terbagi kedalam beberapa bagian diantaranya flap, aileron, dan spoiler. Flap dan aileron dipasang sepanjang trailing edge dari wing. Flap berfungsi untuk menambah/memperbesar gaya angkat pada pesawat terbang, disamping itu untuk mendapatkan kecepatan mendarat yang rendah, serta flap juga dapat memperpendek jarak meluncur di landasan selama fase take off dan landing dari penerbangan. Aileron berfungsi untuk menyempurnakan segmen out board dari wing trailing edge dan bergerak dengan arah yang berlawanan untuk membuat pesawat rolling atau bank. Spoiler berfungsi untuk mengurangi gaya angkat saat pesawat melakukan rolling. Wing bentuknya bisa bervariasi dandapat ditempatkan pada fuselage dengan posisi yang berbeda-beda. Berikut ini adalah bagian-bagian dari stabilizer : horizontal stabilizer, elevator membantu pesawat dalam melakukan pitch, sedangkan vertical stabilizer dan rudder membantu pesawat saat melakukan turn.



33



b. Deskripsi Rangkaian Pesawat terbang dilengkapi dengan sistem pneumatic pada wing dan stabilizer yang memperoleh udara dari hasil putaran blade engine 1 dan 2, udara tersebut dipergunakan untuk memompa de-icer "boots" sepanjang leading edges pada wing dan horizontal serta vertical stabilizer. Proses ini dikontrol dengan menggunakan interval waktu, sehingga es yang telah terbentuk dapat pecah karena pengaruh de-icer boot yang mengembang. De icing pada wing dan vertical stabilizer dan leading edge biasanya dipilih dalam kondisi sudah terbentuknya formasi es saja. Wing dan stabilizer de-icing dipompa oleh pneumatic de-icers terdiri dari boot A dan B, dengan bergantian oleh udara bertekanan tinggi dari kompresor engine 1 dan 2. Bagian terproteksi dari outer wing deicers diperluas dengan median dan inner wing de-icers. Udara dari bleed air



didistribusikan untuk de-icers melalui tangki dual



distributor valves setelah dua operasi cepat. Dua shutoff valves disediakan untuk memotong pasokan udara ke airfoil de-icers ketika bleed air pushbutton switch dirilis (keluar) Dua multifunction computer (MFC) 1 dan 2 fungsinya untuk mengontrol dua siklus katup penyalur dalam siaga de-icing, siklus ini katup dijaga oleh unit control khusus dari MFC dengan dual



34



distributor valves membuat tekanan rendah di dalam de icng boot, ketika sistem tidak dipilih dan antara dua inflasi. Komponen-komponen pada pneumatic de icing boots : 1) MFC (Multifunction Computers) MFC fungsinya untuk memastikan kontrol dan pemantauan semua sistem dan siklus dengan perangkat pneumatic de icing. 2) Pressure Regulator And Shut-Off Valves Digunakan untuk membuka dan menutup tekanan udara dari bleed air yang dihasilkan oleh engine. 3) Dual Distributor Valves Digunakan untuk memasok pneumatic alternatif pada boots A dan B menurut siklus normal atau panjang yang dihasilkan oleh MFC. 4) Pneumatic De Icers Pneumatic de icer fungsinya memecahkan dan memisahkan es dengan mengalirkan udara bertekanan ke boot A dan B. 5) Overheat Thermal Switch Digunakan untuk mendeteksi suhu yang berlebihan dari udara yang disediakan. 6) Pressure Switch Sebagai menunjukkan setiap penurunan tekanan dalam sistem memasok pneumatik de-icing pada saat tombol pushbutton “ON”. 35



7) CAC and DU (Display Unit) CAC



menerima



status



perintah



dari



panel



kontrol



(pushbuttons) dan gagal status dari MFC. Informasi ini ditransmisikan ke display unit (DU) untuk ditampilkan.



Gambar 4.2 de icing boot –Pneumatic Schematic (Sumber : Aircraft Maintenance Manual)



36



2. Sistem Operasional dan Indikasi Pada Sistem De Icing Boot 1. Mode sel, pushbutton switch dengan posisi stabil "cepat / lambat" untuk memilih siklus de icing dalam kondisi icing. Pada konfigurasi normal, pushbutton switch direlease keluar (out) “ proses lambat akan mati (off). Seleksi siklus de icing cepat untuk 1 menit, Legend biru "lambat" dengan tombol pushbutton switch ditekan masuk (in) untuk seleksi siklus de icing lambat untuk 3 menit. 2. Pushbutton switch airframe / air bleed dengan dua posisi stabil. Pushbutton switch ini untuk mengontrol dua regulator tekanan deicing dan untuk mematikan valve. Off ke on dengan pushbutton switch direlease keluar (out), dua valves dikendalikan oleh listrik dengan posisi tertutup. Mesin yang diberikan 1 dan 2 untuk perlindungan es tidak dipilih pada dua katup listrik dan dikendalikan dengan posisi tertutup. Pushbutton switch ditekan masuk (in) pada operasi normal off legenda off dua valves dalam posisi terbuka. Dua valves tekanan udara yang dibutuhkan oleh sistem de icing. 3. Legenda fault datang ketika tekanan udara dalam sistem penyediaan valve listrik akan menyebabkan kendala regulator tekanan dan valves akan mati tidak sangat baik untuk lebih dari 6 detik ketika temperature udara bleed pada engine 1 dan engine 2 maka pushbutton switch pressed masuk (in), off legend off) tampilan dari "a icing bleed" peringatan dan prosedur terhadap ewd dan aktivasi chime dan 37



illumination caution "awas". Mengungkapkan pushbutton switch (off legend



on)



menyebabkan



kesalahan



untuk



mati.



Peringatan



ditampilkan pada ewd sepanjang-panjangnya sebagai prosedur asosiasi tidak dilakukan. 4. Mode sel auto pushbutton switch dengan dua posisi yang stabil, pushbutton switch pressed (man legenda on) untuk seleksi sat 20 ° c (-4 ° f) dibuat oleh mode sel. Switch pushbutton dilepaskan (man legend off) pada seleksi sat -20 ° c (-4 ° f) dibuat secara otomatis oleh MFC (Multifunction computer) 1 dan 2. 5. Airframe pushbutton switch dengan dua posisi stabil. Legend biru dengan pushbutton switch ditekan masuk (in). Pengendalian siklus de icing untuk udara yang masuk kebagian dalam wing dan stabilizer .boot pada bagian wing dan stabilizer akan dikontrol oleh MFC 1 dan 2 . Dalam konfigurasi normal pushbutton switch tetap diposisikan keluar (out) dari on legend off. 6. Legend fault datang di amber dengan pushbutton switch ditekan masuk (in) (on legend on) ketikan kegagalan listrik atau pneumatik yang terkait dengan wing atau stabilizer atau fin de icing atau dorsal fin de icing system (boot a dan b) dari valve yang sama untuk deteksi secara bersamaan "a-icing frame" alert dan prosedur asosiasi ditampilan pada ewd dan aktivasi chime tunggal dan menyala lampu



38



"caution".



Mengungkapkan



pushbutton



switch



menyebabkan



peringatan kesalahan dan icing untuk mati. 7. Tampilan airframe di seleksi sementara untuk menunjukkan aiframe de icing dipilih. 8. Mode sel normal dipilih pushbutton switch dengan posisi stabil pada ovrd legend biru dengan pushbutton switch ditekan. Pengendalian siklus de icing engine 1 dan 2 . wing dan stabilizer boot ( a dan b) dikendalikan melalui unit de icing dengan siklus menit dari fungsi pengendalian MFC dan fungsi pemantauan. 9. Amber fault legend dengan pushbutton switch dikosongkan keluar (out) saat kegagalan normal control MFC (Multifunction computer).



Gambar 4.3 Control And Indicating (Sumber : Aircraft Maintenance Manual)



39



Gambar 4.4 Control And Indicating (Sumber : Aircraft Maintenance Manual)



3. Cara Perawatan Pada De Icing Boot Pada Pesawat ATR 72-600 Perawatan agar efektif dan tahan lama, perbaikan yang dilakukan oleh personel yang berkompeten. Pada bagian perbaikan de icing boot pastikan area kerja yang bersih, terhindar dari alat dan barang-barang lain dari peralatan di jelaskan pada bagian dibawah ini. a. Rekomendasi De icing boot diharuskan untuk membersihkan abrasion akibat pasir, kondisi debu dan karena sudah lama penggunaannya. oleh karena itu penting untuk menghindari jenis kerusakan lainnya seperti damage atau dent yang disebabkan oleh alat pemeliharaan.



40



b. Servicing Posisi de icer boot yang berdekatan dengan engine, de icer boot tertentu akan terkontaminasi dengan minyak engine, cairan hidrolik, dan gas pembuangan dari engine. mereka akan dibersihkan saat terkontaminasi dan de icer boot pesawat akan dibersihkan, dengan sabun non asam (castile soap). c. Prosedur Pembersihan 1)



De-icer boot dibersihkan menggunakan kain bersih dengan air dan sabun tanpa asam (castile soap).



2)



Wilayah bersih yang dikontaminasi oleh minyak atau cairan hidrolik dengan perhatian tertentu.



3)



Bilas dengan air bersih.



4) Pastikan area kerja bersih dari alat dan barang-barang lain dari peralatan.



41



Gambar 4.5 De Icer Boot Location (Sumber : Aircraft Maintenance Manual)



42



BAB V PENUTUP



A. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian mengenai sistem de icing boot wing dan stabilizer pada pesawat ATR 72-600 yang dilaksanakan di PT. GMF AeroAsia I Gusti Ngurah Rai International Airport, Bali, Indonesia yang dituangkan dalam penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.



Sistem kerja de icing pada wing dan stabilizer biasanya dipilih dalam kondisi sudah terbentuknya formasi es saja. Wing dan stabilizer deicing dipompa oleh pneumatic de icers terdiri dari boot A dan B secara bergantian oleh udara bertekanan tinggi dari kompresor engine 1 dan 2. Udara dari bleed air didistribusikan untuk de-icers boot melalui tangki dual distributor valves dan dikontrol oleh MFC untuk mengatur cycle sehingga gumpalan es akan pecah dan hilang dari bagian wing dan stabilizer.



2.



Komponen-komponen pada sistem de icing boot antara lain adalah MFC (multifunction computers), pressure regulator and shut off valve, dual distributor valve, pneumatic de icer, overheat thermal switch, pressure switch dan display unit.



3.



De icer boot diharuskan untuk membersihkan abrasion akibat pasir, kondisi debu dan karena sudah lama. oleh karena itu penting untuk



43



menghindari jenis kerusakan lainnya seperti damage atau dent yang disebabkan oleh alat pemeliharaan, de-icer boot dibersihkan menggunakan kain bersih dengan air dan sabun tanpa asam (castile soap) dan bilas dengan air bersih.



B. Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Perusahaan Para teknisi dan engineer di perusahaan penerbangan setiap melakukan pekerjaan harus sesuai dengan prosedur Aircraft Maintenance Manual agar tidak terjadi kecelakaan.



Apabila melakukan inspeksi



maupun pemeriksaan maka harus sesuai dengan prosedur yang berlaku. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat memberikan dan menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat lebih mengembangkan penelitian lebih mendalam tentang sistem de icing boot wing dan stabilizer pada pesawat ATR 72-600. Hasil penelian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian lebih detail tentang sistem de icing boot wing dan stabilizer pada pesawat ATR 72-600. Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti sistem lainnya pada pesawat ATR 72-600 seperti sistem de icing pada engine dan propeller.



44



DAFTAR PUSTAKA



Aditya, P. S. (2015). Ice Detector Pada Pesawat CRJ 1000. Tugas Akhir STTKD Yogyakarta. Daljoeni N, 1982 Geografi Dunia, Eirlangga, Jakarta. Irsal Z. M (2011). Engine Inlet Anti Icing System Pada Pesawat Boeing 737 800NG. Tugas Akhir STTKD Yogyakarta. Mukhlisin. D. F. (2014). Flight Deck Window Anti Icing Pada Pesawat Boeing 737 800NG. Tugas Akhir STTKD Yogyakarta. Nazir, M. 2015. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif , Alfa Beta, Bandung. ___http://www.ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/teori-penerbangan-mainmenu68/106-icing-anti-ice-dan-de-ice. Di Akses Pada Tanggal 20 Maret 2019. ___http://agungprabowo1990.blogspot.com/2013/07/tekanan-suhu-dan-densityudara.html. Di Akses Pada Tanggal 20 Maret 2019. ___https://id.wikipedia.org/wiki/ATR_72. Di Akses Pada Tanggal 30 Mei 2019. ___Rev.1 Desember 2018, Aircraft Maintenance Manual ATR 72-600, ATA Chapter : 30. ___Rev. 1 Desember 2018, Description Operational ATR 72-600, ATA Chapter : 30. ___Rev. 1 Desember 2018, System Schematic ATR 72-600, ATA Chapter : 30.



Lampiran 1



Desain Penelitian :



PENELITIAN



Penyusunan Rangkaian



Pengumpulan Data



Pengolahan Data



Penyusunan Tugas Akhir



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Menentukan topik penelitian pendahuluan Merumuskan masalah penelitian Menentukan objek penelitian Menentukan sumber data Menentukan pendekatan penelitian kualitatif/kuantitatif



1. Observasi lapangan 2. Metode wawancara 3. Studi pustaka



1. Analisis data 2. Membuat kesimpulan



1. Sistematika penulisan 2. Teknik penulisan tugas akhir



Lampiran 2 Wawancara : saya



Izin bertanya pak , tentang sistem de icing pada pesawat ATR 72- 600 ?



engineer Sistem de icing yang dimiliki pada pesawat ATR 72-600 adalah sistem de icing wing, stabilizer, engine, propeller, ada juga de icing in ground. saya



sistem kerja sistem de icing pada wing dan stabilizer bagaimana pak ?



engineer Sistem kerja de icing pada wing dan stabilizer biasanya dipilih dalam kondisi sudah terbentuknya formasi es saja. Wing dan stabilizer de-icing dipompa oleh pneumatic de icers terdiri dari boot A dan B secara bergantian oleh udara bertekanan tinggi dari kompresor engine 1 dan 2. Udara dari bleed air didistribusikan untuk de-icers boot melalui tangki dual distributor valves dan dikontrol oleh MFC untuk mengatur cycle sehingga gumpalan es akan pecah dan hilang dari bagian wing dan stabilizer.



saya



Lalu komponen-komponennya apa saja pak ?



engineer MFC (Multifunction Computers, Pressure Regulator And Shut-Off Valves, Dual Distributor Valves, Pneumatic De Icers, Overheat Thermal Switch, Pressure Switch CAC and DU (Display Unit).



saya



Kerusakan apa yang biasa terjadi pada de icing boot pak, dan untuk cara pencegahannya bagaimana ?



engineer Kerusakan yang biasa terjadi seperti kebocoran akibat kerikil, sudah lama penggunaannya dan akibat perawatan yg salah. Jadi untuk cara pencegahannya setiap pesawat datang kita akan melakukan visual check pada bagian de icer boot dan kita akan melakukan perawatan pada bagian tersebut dengan membersihkan de icer boot supaya bagian tersebut tetap terhindar dari kerusakan.