Tugas Arsitektur Perilaku [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS ARSITEKTUR PERILAKU PENDEKATAN TEORI PSIKOLOGI LINGKUNGAN



Dosen Pengampuh



: Sulkarnain AS, S.T.,M.T



Mata Kuliah



: Arsitektur Perilaku



Disusun oleh : Nama



: Muh. Fahruddin Assa’diah



Nim



: 60100117027



Kelas



: V/B



UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR 2019/2020



1. Teori Arousal (Arousal Theory) Ketika kita emosional, kita sering merasa bergairah. Beberapa teoritelah berpendapat bahwa semua emosi adalah hanya tingkat dimana seseorang atau binatang dihasut. Meski tidak semua orang setuju dengan gagasan ini, tingkat keterbangkitan adalahbagian penting dari emosi.(Dwi Riyanti & Prabowo, 1997). Mandler (dalam Hardy dan Hayes, 1985) menjelaskan bahwa emosi terjadi pada saat sesuatu yang tidak diharapkan atau pada saat kita mendapat rintangan dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Mandler menamakan teorinya sebagai teori interupsi. Interupsi pada masalah seperti dikemukakan tadi yang menyebabkan kebangkitan (arousal) dan menimbulkan pengalaman emosional. Menurut Mandler, manusia memiliki motivasi untuk mencapai apa yang disebut sebagai”dorongan-keinginanan otonomik” yang berfungsi menarik munculnya arousal sehingga kita dapat berubah-ubah dari aktivitas satu ke aktivitas lainnya.



Contoh dari arousal sekitar kampus : “genangan air di depan kampus: aktivitas kendaraan disekitar kampus menyebabkan seseorang menjadi emosional karena pasalnya seseorang yang lagi terburu buru ketika hamper tiba di kampus mahasiswa dihadapi yang namanya genangan air yang setiap hari di hadapi dan menjadi pengalaman dalam berkendara, genangan air tersebut membuat mahasiswa berhati-hati dan kadang dapat membuat seseorang menjadi emosional ketika genangan tersebut mengenai mahasiswa 2. Teori Beban Stimulus (Stimulus Load Theory)



Titik sentral dari teori beban stimulus adalah adanya dugaan bahwa manusia memiliki kapasitas yang terbatas dalam memproses informasi. Ketika input (masukan) melebihi kapasitas maka orang akan cenderung untuk mengabaikan beberapa masukan dan mencurahkan perhatian lebih banyak kepada hal yang lain (Cohen dalam Veitch & Arkkelin, 1995). Teori ini bertanggung jawab terhadap respon-respon lingkungan dalam kaitannya dengan kapasitas individu dalam jangka pendek untuk memperhatikan dan bertransaksi dengan hal-hal yang menonjol dalam suatu lingkungan. Umumnya stimulus tertentu yang paling penting diperhatikan dengan alokasi waktu yang banyak dan stimulus yang kurang penting umumnya diabaikan (Sarwono, 1992; Veitch & Arkkelin, 1995). Contoh lain dikemukakan oleh Veitch & Arkkelin (1995) adalah ketika kita mengemudikan mobil dalam keadaan macet, umumnya perhatian kita lebih tertuju pada mobil, truk, bis, atau tanda lalulintas di sekeliling. Sementara itu kita justru tidak memperhatikan anak-anak yang duduk di jok belakang, music dari radio, atau kondisi udara yang berawan. Menurut Veitch & Arkkelin (1995) teori beban stimulus juga mempelajari pengaruh stimulus lingkungan yang menguntungkan seperti perilaku-perilaku tertentu yang terjadi di kapal selam atau penjara. Pengkajian seperti ini menyimpulkan bahwa dalam keadaan yang understimulation tertentu ternyata dapat berbalik menjadi overstimulation. Sebagai contoh suatu demam yang dialami seorang pilot pesawat terbang dapat juga dihasilkan dari kondisi yang monoton akan berakibat terjadinya inderstimulation.



Contoh load di sekitar kampus : Fasilitas wifi untuk mahasiswa : contoh bagaimana keadaan fasilitas yang ada di kampus yaitu mengenai wifi, fasilitas ini sangat diperlukan bagi mahasiswa, namun hal nya wifi disini tidak terfokus pada banyak mahasiswa melainkan terbatas hanya orang tertentu yang bisa mengakses, tidak memikirkan mahasiswa lain yang memanfaatkan fasilitas wifi dikampus



3. Teori Tingkat Adaptasi



Teori ini mirip dengan teori stimulus berlebih dimana pada tingkat tertentu suatu stimulus dapat dirimuskan untuk mengoptimalkan perilaku. Stimulus yang berlebih atau sama halnya yang terlalu kecil dianggap dapat mempengaruhi hilangnya emosi dan tingkah laku. Nilai lain dari pendekatan ini adalah araousal dimana pada akhirnya individu terbiasa denagn lingkungannya atau tingkat pengharapan individu pada kondisi lingkungan tertentu. Bahkan dengan pendekatan ini dapat diterangkan perbedaan respon yang berbeda dari dua individu ketika menghadapi lingkungan yang sama. Sebagai contoh dalam suatu pesta seseorang dapat mempersepsikannya sebagai suatu yang menyenangkan atau bagi orang lain justru merupakan sesuatu yang tidak nyaman.Perbedaan individi dalam hal tingkat adaptasi menyebabkan adanya perbedaan tingkah laku (Veitch & Arkkelin, 1995). Menurut Sarwono (1992) terdapat tiga kategori stimulus yang dijadikan acuan dalam hubungan lingkungan dengan tingkah laku yaitu : Stimulus fisik yang merangsang indra (suara, cahaya, suhu, udara) Stimulus social dan gerakan. Dari ketiga stimulus tersebut masing-masing mengandung tiga dimensi lagi yaitu: intensitas, diversitas, dan pola dimana dari ketiga dimensi ini yang paling menyenangkan adalah yang tidak terlalu kecil/sedikit/lemah dan juga tidak terlalu besar/banyak/kuat. Dalam hal intensitas misalnya suara yang tidak terlalu keras lebih menyenangkan dari pada yang terlalu keras atau terlalu lemah. Dalam hal diversitas (variasi rangsang) terlalu banyak atau sedikitnya rangsang ternyata juga tidak menyenangkan. Dalam hal pola barangkali rangsang untuk mengukur hubungan diantara kepadatan dan perilaku interpersonal tidak selalu membuahkan hasil yang sama jika data dikumpulkan dengan metode yang berbeda. Contoh dari Adaptasi di sekitar kampus : Keadaan seseorang ketika mengerjakan tugas terutama ketika mahasiswa mencetak gambar menggunakan kertas a3, dipikiran mahasiswa seperti biasanya adalah adanya rasa kekhawatiran mengenai tugas apa sesuaui dengan yang diinginkan dan mahalnya biaya print/percetakan membuat pikiran mahasiswa menjadi terbayang bayang, namun ketika seseorang telah mengumpulkan berbagai tugas, perasaan yang dialami oleh mahasiswa tersebut akan menjadi lebih baik tdk ada lagi pikiran yang menghambat. Aktivitas tersebut akan diulang ulang dan akan terbiasa dilakukan ketika mengerjakan tugas